BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Makhluk hidup tidak bisa terlepas dari kebutuhan pokok seperti pangan (makanan) di samping kebutuhan sandang (pakaian) dan papan (tempat tinggal atau rumah) (Perry & Potter, 2006). Tentunya makanan yang dikonsumsi oleh manusia harus dengan kualitas maupun kuantitas yang cukup agar dapat terpenuhi kebutuhan gizi seseorang sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas sumber daya manusia (Riris, 2013). Makanan merupakan sumber energi untuk mendukung hidup manusia, tetapi makanan juga dapat menjadi wahana unsur pengganggu kesehatan bahkan membawa toksik ( BPS, 2009).
Dalam memberikan asupan gizi harus diperhatikan keamanannya. Asupan nutrisi dan gizi yang baik akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak secara optimal. Anak usia sekolah, 7-10 tahun, membutuhkan zat gizi lengkap agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, serta melakukan berbagai aktivitas secara sehat (Fauzi, 2008). Sejumlah faktor perlu diperhatikan agar anak tumbuh kembang dengan gizi baik. Seperti pola makan, jenis makanan, jumlah, dan jadwalnya. Lalu kebiasaan menjalani pola hidup bersih dan sehat. Dan tak kalah penting adalah fasilitas kebersihan dan kesehatan yang menunjang gizi baik untuk anak. Kebiasaan anak menjaga kebersihan diri dan lingkungan di sekolah, termasuk dalam memilih jajanan sehat dan ketersediaan kantin sehat di sekolah juga turut mempengaruhi status gizi anak (Sutardji, 2007).
Penyakit bawaan makanan adalah suatu penyakit karena adanya agen yang masuk kedalam tubuh manusia melalui proses pencernaan makanan, seperti cholera, helminthic infections (kecacingan), dysenter (disentri), dan tifus (Barakki, 2005). Penyakit bawaan makanan merupakan penyakit menular, sehingga agen dengan mudah masuk kedalam tubuh melalui makanan yang dikonsumsi (Depkes, 2005). Menurut WHO 2012, penyakit bawaan makanan seperti diare, disentri, kolera dan tifus. Merupakan permasalahan kesehatan masyarakat yang banyak membebani. Penyakit tersebut merenggut banyak korban dalam kehidupan manusia dan menyebabkan kematian. Penyakit bawaan makanan merupakan salah satu penyebab utama kematian di negara berkembang dan menyebabkan 1,9 juta kematian orang per tahun di tingkat global. Bahkan di negara maju 1/3 dari populasi terinfeksi penyakit bawaan makanan.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau Centers for Disease
Control and Prevention (CDC) memperkirakan bahwa setiap tahunnya di
Amerika Serikat, terdapat 1 dari 6 orang atau 48 juta orang sakit, yang dirawat di rumah sakit sebanyak 128.000, dan sebanyak 3.000 meninggal dari kasus penyakit bawaan pangan (CDC, 2012).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, penyakit menular yang ditularkan melalui makanan dan minuman (foodborne diseases) berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan responden terdiri dari tifoid 2,2%, hepatitis 1,2% dan diare 3,5%. Kejadian ini terjadi pada anak usia sekolah (5–14 tahun), kejadian diare menempati urutan ke–5 terbanyak setelah kelompok usia, balita dan lansia yaitu sebesar 9,0%. Typhoid pada kelompok usia sekolah menempati prevalensi tertinggi dibandingkan semua kelompok usia yang ada yaitu sebesar 1,6%. Sedangkan di Sumatera Utara kejadian tifoid 2,7% , hepatitis 1.9% dan diare 4,9%. Hasil Riskesdas hanya menunjukkan jumlah kasus tetapi tidak dijelaskan secara detail jumlah Kejadian Luar Biasa (KLB), jumlah penderita yang dirawat inap atau jumlah kematian akibat penyakit menular, pravalensi keracunan makanan secara nasional juga tidak ditemukan sementara fenomena keracunan sering terlihat hampir setiap hari melalui televisi ataupun surat kabar.
Selain dalam pengelolaan makanan yang tidak higienis, penyakit bawaan makananan juga dapat disebabkan oleh faktor dari pengetahuan siswa itu sendiri. Sesuai dengan hasil penelitian Saputra (2012) menyatakan bahwa adanya hubungan antara tingkat pengetahuan siswa/i tentang kualitas fisik makanan dengan perilaku jajanan siswa sekolah dasar. Pengetahuan anak dapat diperoleh baik secara internal maupun eksternal. Untuk pengetahuan secara internal yaitu pengetahuan yang berasal dari dirinya sendiri berdasarkan pengalaman sedangkan secara eksternal yaitu pengetahuan berasal dari orang lain sehingga pengetahuan anak akan bertambah (Solihin, 2005).
Menurut penelitian Bondika 2011, menyatakan bahwa dalam prilaku memilih makanan jajanan sekolah memiliki pengetahuan baik sebanyak 24,7%. Dampak dari kurangnya pengetahuan siswa/i dalam memilih makanan jajanan sekolah akan mengakibatkan anak-anak tersebut menderita penyakit bawaan makanan seperti penyakit seperti diare, cacingan, anemia (Andarwulan, 2009). Dan anak-anak usia sekolah merupakan kelompok yang beresiko tinggi tertularnya penyakit tersebut (Antara, 2004).
cacingan. Pada tahun 2009, Meena Siwach melaporkan bahwa pendidikan kesehatan pada anak sekolah dasar dapat meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan secara signifikan. Sesuai dengan dengan pernyataan Nursalam (2009) menyatakan bahwa pendidikan kesehatan merupakan pembentuk pengetahuan, sikap, motivasi dan praktek untuk meningkatkan atau mempertahankan kesehatan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit bawaan makanan kepada siswa/i kelas IV, V dan VI SDN 060929 Medan Johor.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh pendidikan
kesehatan tentang penyakit bawaan makanan terhadap pengetahuan siswa/i kelas IV, V dan VI mengenai penyakit bawaan makanan di SDN 090629 Medan Johor 2015.
1.3TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa/i kelas IV, V dan VI SDN 060929 Medan Johor tentang penyakit bawaan makanan sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit bawaan makanan
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa/i kelas IV, V dan VI SDN 060929 Medan Johor tentang penyakit bawaan makanan setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit bawaan makanan
c. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit bawaan makanan terhadap pengetahuan siswa/i kelas IV, V dan VI mengenai penyakit bawaan makanan
1.4MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 Bagi sekolah
1.4.2 Bagi pelayanan kesehatan
Penelitian ini sebagai informasi bagi petugas kesehatan akan pentingnya pendidikan kesehatan dilakukan kepada siswa/i kelas IV, V dan VI sekolah dasar dalam mencegah terjadinya penyakit bawaan makanan.
1.4.3 Bagi peneliti selanjutnya