BAB III
METODE PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir, 1988, hlm. 63). Dengan metode
deskriptif peneliti hendak menggambarkan suatu fenomena atau suatu sifat
tertentu, tidak untuk menerangkan antarvariabel.
Menurut Ali (1987, hlm. 120) metode deskriptif digunakan untuk
memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang dan
dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi, dan
analisis pengolahan data, membuat kesimpulan, serta laporan dengan tujuan untuk
membuat penggambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu
deskripsi situasi. Dalam penelitian deskriptif, tidak ada perlakuan yang diberikan
atau dikendalikan, sehinga pada pelaksanaannya peneliti tidak memberikan
perlakuan khusus dan tidak melakukan modifikasi terhadap sampel.
Penelitian deskriptif menurut Etna Widodo dan Mukhtar (2000)
kebanyakan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, melainkan lebih
pada menggambarkan apa adanya suatu gejala, variabel, atau keadaan. Namun
demikian, tidak berarti semua penelitian deskriptif tidak menggunakan hipotesis.
Penggunaan hipotesis dalam penelitian deskriptif bukan dimaksudkan untuk diuji
melainkan bagaimana berusaha menemukan sesuatu yang berarti sebagai alternatif
dalam mengatasi masalah penelitian melalui prosedur ilmiah. Sehingga dengan
metode penelitian ini, dapat diperoleh gambaran mengenai profil miskonsepsi
siswa SMA kelas XI pada materi gaya antarmolekul di rayon H Kota Bandung.
B.Partisipan dan Tempat Penelitian
Partisipan pada penelitian ini adalah siswa SMA kelas XI yang telah
Seli Yuliawati, 2016
PROFIL MISKONSEPSI SISWA SMA DI KOTA BANDUNG PADA MATERI GAYA ANTARMOLEKUL MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK BERBASIS PIKTORIAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kelas X. Penelitian dilakukan di rayon H Kota Bandung, Jawa Barat. Rayon H
mencakup sembilan kecamatan, yaitu Kecamatan Mandalajati, Kecamatan
Ujungberung, Kecamatan Cibiru, Kecamatan Cinambo, Kecamatan Panyileukan,
Kecamatan Gedebage, Kecamatan Arcamanik, Kecamatan Rancasari, dan
Kecamatan Antapani. Dalam rayon H terdapat lima SMA/MA negeri, yaitu SMA
Negeri 23, SMA Negeri 24, SMA Negeri 26, SMA Negeri 27, dan MA Negeri 2
Kota Bandung. Dari lima sekolah dipilih satu sekolah kategori tinggi, satu sekolah
kategori sedang dan satu sekolah kategori rendah berdasarkan passing grade (PG)
tiga tahun terakhir (2014, 2015, dan 2016). Dari setiap sekolah dipilih tiga kelas
partisipan dengan syarat guru mata pelajaran kimia ketika mempelajari materi
gaya antarmolekul merupakan guru yang sama.
C.Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahapan, yaitu tahap persiapan,
tahap pelaksanaan dan tahap analisis data.
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan, butir soal dari tes diagnostik pilihan ganda two-tier
berbasis piktorial yang telah dikembangkan oleh Ismayanti (2015) dan telah valid
dianalisis kemudian dilakukan sedikit revisi berdasarkan analisis keterbacaan dan
kesesuaian dengan konsep yang dipilih. Pada tahap ini juga dilakukan pemilihan
sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian dan pengajuan perijinan pada
sekolah kategori tinggi, sedang dan rendah terpilih di Rayon H Kota Bandung
yang telah ditentukan sebagai sampel penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, dilakukan pelaksanaan tes diagnostik pilihan
ganda two-tier berbasis piktorial kepada sejumlah siswa SMA kelas XI yang telah
mempelajari materi gaya antarmolekul di sekolah kategori tinggi, sedang dan
rendah yang telah ditentukan.
Pada tahap analisis data, data pola respon siswa yang diperoleh pada setiap
butir soal dihitung persentasenya. Pola respon siswa juga dikategorikan menjadi
tiga kategori, yaitu paham, miskonsepsi, dan tidak paham. Hasil pengkategorian
kemudian dianalisis. Analisis yang dilakukan adalah analisis miskonsepsi siswa
secara keseluruhan di tiga sekolah, analisis miskonsepsi siswa berdasarkan
tingkatan sekolah (sekolah kategori tinggi, sedang dan rendah) dan analisis
miskonsepsi siswa berdasarkan perbedaan gender. Berdasarkan analisis tersebut,
dapat diperoleh simpulan sehingga profil miskonsepsi siswa kelas XI di rayon H
Kota Bandung pada materi gaya antarmolekul dapat diketahui.
Berikut adalah prosedur penelitian yang digambarkan melalui sebuah
Seli Yuliawati, 2016
PROFIL MISKONSEPSI SISWA SMA DI KOTA BANDUNG PADA MATERI GAYA ANTARMOLEKUL MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK BERBASIS PIKTORIAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Analisis soal tes pilihan ganda
two-tierberbasis piktorialyang telah dikembangkan dan telah divalidasi
oleh ahli Pemilihan tiga
sekolah dan kelas yang akan dijadikan partisipan penelitian
Revisi soal tes pilihan ganda two-tierberbasis piktorialyang telah dikembangkan berdasarkan
hasil analisis
Pelaksanaan tes pilihan ganda two- tier
berbasis piktorial
Pengolahan data pola respon jawaban siswa Tahap
Persiapan
Tahap Pelaksanaan
Analisis miskonsepsi yang dialami siswa Tahap
Analisis Data
Penarikan kesimpulan
Analisis miskonsepsi yang dialami siswa berdasarkan perbedaan
gender
Analisis miskonsepsi yang dialami siswa di sekolah kategori tinggi,
sedang dan rendah Analisis miskonsepsi yang
dialami siswa secara keseluruhan di tiga
Gambar 3.1. Alur Penelitian
D.Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan adalah soal pilihan ganda two-tier berbasis
piktorial dengan materi gaya antarmolekul yang telah dikembangkan oleh peneliti
sebelumnya, yaitu Ismayanti (2015) yang terdiri dari 8 butir soal pilihan ganda
two-tier berbasis piktorial. Instrumen yang digunakan telah diuji kelayakannya
dengan nilai CVR untuk setiap butir soal adalah satu dan nilai CVI adalah satu.
Berdasarkan perhitungan reliabilitas menggunakan program SPSS versi 20.0,
diperoleh nilai Cronbach’s Alpha untuk keseluruhan butir soal sebesar 0,755. Butir soal terlampir pada lampiran A.2.
E.Teknik Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa data tentang
miskonsepsi yang didapatkan melalui pola respon jawaban siswa pada soal tes
diagnostik pilihan ganda two-tier berbasis piktorial.
F. Teknik Pengolahan Data
Data jawaban siswa yang diperoleh memiliki 16 kemungkinan pola respon
seperti pada tabel pola respon siswa berikut ini:
Tabel 3.1 Tabel Pola Respon Siswa pada Soal yang Diujikan POLA
RESPON
JUMLAH POLA RESPON UNTUK SETIAP NOMOR SOAL
1 2 3 4 5 6 7 8
Seli Yuliawati, 2016
PROFIL MISKONSEPSI SISWA SMA DI KOTA BANDUNG PADA MATERI GAYA ANTARMOLEKUL MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK BERBASIS PIKTORIAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C i
C ii C iii C iv D i D ii
Lanjutan tabel 3.1
Masing-masing pola respon kemudian dihitung dalam bentuk persentasenya,
dengan cara sebagai berikut.
� =NX X 100 %
Keterangan :
P = % persentase pola respon
N = jumlah seluruh siswa
X = jumlah siswa yang menjawab
Jawaban siswa dikategorikan berdasarkan tingkat pemahamannya. Berikut
ini adalah pengkategorian pemahaman siswa berdasarkan jawaban soal pilihan
ganda two-tier berbasis piktorial:
Tabel 3.2. Pengkategorian Pemahaman Siswa
Jawaban Siswa
Kategori
Tier ke-1 Tier ke-2
Benar Benar Paham
Benar Salah Miskonsepsi (≥10%), tidak paham (<10%) Salah Benar Miskonsepsi (≥10%), tidak paham (<10%) Salah Salah Miskonsepsi (jika berkaitan dan ≥10%) Salah salah Tidak paham (berkaitan <10% atau tidak berkaitan
(Tan dkk., 2005, hlm. 185)
Peterson (1986) mengemukakan cara mengetahui miskonsepsi yang
dialami siswa pada suatu materi yaitu dengan cara menentukan miskonsepsi yang
signifikan. Jika suatu pola respon di luar pola respon yang benar dipilih oleh ≥ POLA
RESPON
JUMLAH POLA RESPON UNTUK SETIAP NOMOR SOAL
1 2 3 4 5 6 7 8
10% siswa maka dapat disebut miskonsepsi (Tan dkk., 2005, hlm. 185).
Miskonsepsi biasanya dialami oleh cukup banyak siswa, sehingga pola respon
miskonsepsi yang memiliki persentase yang paling besar dari setiap butir soal
diinterpretasikan sebagai miskonsepsi pada konsep tersebut (Silverius, 1991, hlm.
161; Bayrak, 2013, hlm. 24).
Setelah mengkategorikan dan menghitung persentase setiap pola respon
siswa berdasarkan tabel 3.2, miskonsepsi yang dialami siswa di sekolah kategori
tinggi, sedang dan rendah maupun miskonsepsi yang dialami siswa laki-laki dan
perempuan ditentukan juga persentasenya untuk masing-masing sekolah dan
gender. Untuk mengetahui perbedaan miskonsepsi siswa di ketiga sekolah tinggi,
sedang dan rendah serta miskonsepsi antara siswa perempuan dan laki-laki dapat
dilakukan dengan cara uji hipotesis. Sebelum melakukan uji hipotesis, terdapat
beberapa uji yang harus dilakukan sebagai syarat dilakukannya uji hipotesis, yaitu
uji normalitas dan uji homogenitas.
1. Uji Normalitas
Asumsi bahwa populasi berdistribusi secara normal, asumsi normalitas
telah melancarkan teori dan berbagai metode sehingga banyak masalah yang dapat
diselesaikan dengan lebih mudah dan cepat. Asumsi normalitas perlu dicek agar
langkah selanjutnya dapat dipertanggungjawabkan (Sudjana, 2005, hlm. 291). Uji
normalitas bertujuan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak,
sehingga dapat ditetapkan pendekatan statistik yang digunakan parametrik atau
nonparametrik. Uji normalitas dapat dilakukan dengan Uji Kolmogorov-Smirnov
atau Shapiro-Wilk menggunakan SPSS 20 for Windows. Adapun pedoman
pengambilan keputusan data berdistribusi normal atau tidak adalah sebagai
berikut:
a. Jika nilai signifikansi (sig.) > 0,05, maka data berdistribusi normal.
b. Jika nilai signifikansi (sig.) < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal.
(Susetyo, 2015, hlm. 145)
Seli Yuliawati, 2016
PROFIL MISKONSEPSI SISWA SMA DI KOTA BANDUNG PADA MATERI GAYA ANTARMOLEKUL MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK BERBASIS PIKTORIAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui data berasal dari
populasi-populasi yang mempunyai variansi yang sama (homogen) atau tidak. Rumus yang
digunakan dalam uji homogenitas adalah :
� = � � � � �
Uji homogenitas juga dapat dilakukan dengan cara Lavene Test
menggunakan SPSS 20 for Windows. Adapun pedoman pengambilan keputusan
data homogen atau tidak adalah sebagai berikut:
a. Jika nilai signifikansi (sig.) > 0,05, maka data berasal dari populasi-populasi
yang mempunyai variansi yang sama (homogen).
b. Jika nilai signifikansi (sig.) < 0,05, maka data berasal dari populasi-populasi
yang mempunyai variansi yang tidak sama (tidak homogen).
(Susetyo, 2015, hlm. 160)
3. Uji Hipotesis
Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat
untuk menjelaskan hal yang sering dituntut untuk dilakukan pengecekkan
(Sudjana, 2005, hlm. 219). Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui perbedaan
miskonsepsi yang dialami siswa di sekolah kategori tinggi, sedang dan rendah .
Uji hipotesis ini dapat menggunakan uji ANAVA Satu Jalur. Uji ANAVA satu
jalur ini digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata lebih dari dua variabel.
Apabila menggunakan menggunakan uji-t secara berulang-ulang akan
menurunkan tingkat kepercayaan karena uji-t hanya menguji perbedaan rata-rata
antara dua variabel. Adapun rumus yang digunakan untuk Uji ANAVA adalah
rumus varian, yaitu :
� = � � � �
Uji ANAVA satu jalur dapat menggunakan SPSS 20 for Windows. Adapun
pedoman pengambilan keputusan data berbeda atau tidak diantara tiga sekolah
adalah sebagai berikut:
a. Jika signifikansi > 0,05, maka tidak terdapat perbedaan miskonsepsi diantara
tiga sekolah.
b. Jika signifikansi < 0,05, maka terdapat perbedaan miskonsepsi diantara tiga
Untuk mengetahui sekolah yang memiliki perbedaan miskonsepsi yang signifikan
dapat dilakukan Post Hoc Test menggunakan SPSS 20 for Windows.
(Susetyo, 2015, hlm. 255-258)
Berbeda dengan miskonsepsi yang dialami siswa pada tiga sekolah
kategori tinggi, sedang, dan rendah, perbedan miskonsepsi siswa laki-laki dan
perempuan dapat menggunakan uji-t (independent sample t-test). Uji-t bertujuan
untuk menguji perbedaan rata-rata antara dua kelompok/ dua variabel yang tidak
berhubungan satu sama lain signifikan kedua kelompok rata-rata yang sama atau
tidak. Adapun rumus yang digunakan dalam uji-t adalah :
= � − �
√(� + � )
Keterangan :
t = nilai t-test yang dicari
� = nilai rata-rata kelompok sampel 1
� = nilai rata-rata kelompok sampel 1 S = simpangan baku gabungan
� = variansi sampel 1
� = variansi sampel 2 = jumlah sampel 1 = jumlah sampel 2
(Susetyo, 2015, hlm.202-203)
Uji-t dapat dilakukan menggunakan SPSS 20 for Windows. Adapun
pedoman pengambilan keputusan data berbeda atau tidak diantara siswa laki-laki
dan perempuan adalah sebagai berikut:
a. Jika signifikansi > 0,05, maka tidak terdapat perbedaan miskonsepsi antara
siswa laki-laki dan perempuan.
b. Jika signifikansi < 0,05, maka terdapat perbedaan miskonsepsi yang antara
siswa laki-laki dan perempuan.
Setelah mendapatkan hasil dari uji statistik mengenai perbedaan
miskonsepsi yang dialami siswa secara keseluruhan, selanjutnya dilakukan
analisis perbedaan miskonsepsi yang dialami siswa untuk setiap konsepnya.
Seli Yuliawati, 2016
PROFIL MISKONSEPSI SISWA SMA DI KOTA BANDUNG PADA MATERI GAYA ANTARMOLEKUL MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK BERBASIS PIKTORIAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengkategorian selisih persentase total miskonsepsi. Selisih persentase total
miskonsepsi siswa ditunjukkan pada Tabel 3.3 dan 3.4.
Tabel 3.3 Selisih Persentase Total Miskonsepsi Berdasarkan Tingkatan Sekolah
No
1 Definisi Gaya Antarmolekul
0 |-10,78| |-10,78|
Tabel 3.4 Selisih Persentase Total Miskonsepsi Berdasarkan Gender No. Konsep Selisih persentase total miskonsepsi
siswa laki-laki dan perempuan (%)
1 Definisi Gaya Antarmolekul
2 Gaya London 6,46
3 Kekuatan Ikatan Hidrogen |-4,92|
4
Hubungan gaya antarmolekul dengan perubahan wujud
senyawa 2,25
5 Ikatan hidrogen pada molekul air 3,87
6 Jenis Gaya antarmolekul 1,13
7 Ikatan Hidrogen 4,41
8
Hubungan gaya antarmolekul
dengan titik didih |-3,54|
Dari selisih persentase total miskonsepsi, dapat dibuat kategori perbedaan
miskonsepsinya. Berikut ini adalah pengakategorian perbedaan miskonsepsi
berdasarkan prosedur yang dikemukakan Sudjana (2005):
Tabel 3.5 Kategori Perbedaan Miskonsepsi Berdasarkan Selisih Persentase Total Miskonsepsi Setiap Konsep
Selisih Persentase (%) Kriteria Interpretasi Selisih Persentase
< 0,99 Tidak berbeda
1 – 15,99 Sedikit berbeda
16 – 30,99 Berbeda