• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Efek Ekstrak etanol Rimpang Temu Putih (Curcuma zedoaria (Christtm.)Roscoe) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Dalam Darah Pada Tikus putih jantan yang Diinduksi Kafein Dan Jus Hati Ayam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Efek Ekstrak etanol Rimpang Temu Putih (Curcuma zedoaria (Christtm.)Roscoe) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Dalam Darah Pada Tikus putih jantan yang Diinduksi Kafein Dan Jus Hati Ayam"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Uraian tumbuhan meliputi sistematika tumbuhan, nama daerah, nama asing, morfologi tumbuhan dan khasiat tumbuhan.

2.1.1 Rimpang temu putih (Curcuma zedoaria(Christtm.) Roscoe)

Tumbuhan dari suku temu-temuan (Zingiberaceae) telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional. Seluruh bagian tanaman temu putih mulai dari daun, bunga, rimpang dapat dimanfaatkan sebagai obat, rimpang temu putih mengandung 1-2,5% minyak atsiri yang berkhasiat sebagai anti kanker (Rukmana, 1994).

2.1.2 Sistematika tumbuhan

Sistematika tumbuhan rimpang temu putih menurut (Sumarny et al., 2008) adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Bangsa : Zingiberales Suku : Zingiberaceae Marga : Curcuma

(2)

2.1.3 Nama daerah

Nama daerah dari rimpang temu putih ini adalah: koneng tegal (Sunda), temu pepet (Jawa) (Heyne, 1987).

2.1.4 Nama asing

Di negara Inggris dikenal dengan nama White tumeric,di India dengan nama Ambhalad dandi Spanyol dengan nama Cedoaria.

2.1.5 Morfologi tanaman

Tanamantemu putih tumbuh liar pada tempat-tempat terbuka yang tanahnya lembab pada ketinggian 1.000 m di atas permukaan laut. Tanaman ini mirip dengan temulawak dan dapat dibedakan dari rimpangnya.Tanaman ini tingginya dapat mencapai 2 m. Batangnya merupakan batang semu yang dibentuk dari pelepah-pelepah daun yang tumbuh dari rimpangnya, berbentuk silindris dan lunak. Salah satu ciri khas dari spesies ini adalah adanya warna ungu di sepanjang ibu tulang daun. Helaian daun berbentuk runcing dengan pertulangan menyirip, warnanya hijau muda sampai hijau tua dengan punggung daun bewarna pudar dan berkilap. Panjang daun 25-70 cm dan lebar 8-15 cm. Mahkota bunga berwarna putih, dengan tepi bergaris merah tipis atau kuning. Rimpang berwarna putih atau kuning dengan rasa sangat pahit, rimpangnya keluar akar-akar yang kaku (Dalimartha, 2003).

2.1.6Khasiat tanaman

Rimpang temu putih sangat bermanfaat untuk menghambat penyebaran sel kanker dalam tubuh, penurunan kadarasam urat,sebagai antioksidan, aktivitas

(3)

industri obat-obatan digunakan sebagai campuran obat- obatan, campuran jamu, dan kosmetik tradisional, selain itu enak dijadikan lalap (Fauziah, 1987).

2.1.7 Kandungan senyawa kimia

Kandungan kimia rimpang temu putih terdiri dari minyak atsiri, kurzerenon (zedoarin), polisakarida, dan flavonoid.Minyak atsiri mengandung monoterpen dan sesquiterpen. Monoterpen terdiri dari : monoterpen hidrokarbon (alfa pinen, D-kamfen), monoterpen alkohol borneol), monoterpen keton (D-kamfer), monoterpen oksida (sineol). Seskuiterpen pada Curcuma zedoaria terdiri dari berbagai golongan dan berdasarkan penggolongan yang dilakukan terdiri dari golongan bisabolen, elema, germakran, eudesman, guaian dan golongan spironolakton. Kandungan lain meliputi: etil-p-metoksisinamat, 3,7-dimetillindan-5-asam karboksilat (Windono dkk, 2002).

2.2 Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan maupun hewan dengan pelarut yang sesuai. Sebelum ekstraksi dilakukan biasanya bahan dikeringkan terlebih dahulu kemudian dihaluskan pada drajat kehalusan tertentu (Harborne, 1987).

(4)

Tujuan utama dari ekstraksi adalah untuk mendapatkan atau memisahkan sebanyak mungkin zat-zat yang memiliki khasiat pengobatan.Zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersebut dapat digolongkan kedalam minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain (Ditjen POM 2000).

Metode ekstraksi menurut Ditjen POM (2000) ada beberapa cara, yaitu:

a. Cara dingin

Maserasi

Maserasi adalah suatu cara penyarian simplisia dengan cara merendam simplisia tersebut dalam pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar, sedangkan remaserasi adalah pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.

Perkolasi

Perkolasi adalah suatu cara penyarian simplisia menggunakan perkolator dimana simplisianya terendam dalam pelarut yang selalu baru dan umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Prosesnya perkolasi terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat).

b. Cara panas

Refluks

(5)

Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi kontinu menggunakan alat soklet, dimana pelarut akan terkondensasi dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh membasahi sampel dan mengisi bagian tengah alat soklet. Tabung sifon juga terisi dengan larutan ekstraksi dan ketika mencapai bagian atas tabung sifon, larutan tersebut akan kembali ke dalam labu.

Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar, umumnya dilakukan pada suhu 40-50oC.

Infundasi

Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90oC selama 15 menit.

Dekoktasi

Dekoktasi adalah ekstraksi pada suhu 90oC menggunakan pelarut air selama 30 menit.

2.3 Asam Urat

(6)

peningkatan kadar asam urat dalam darah, hal ini merupakan suatu kondisi yang disebut hiperurisemia (Syukri, 2007).

Gambar 2.1 Struktur asam urat

Hiperurisemia mengakibatkan deposisi Kristal natrium urat dalam jaringan, terutama pada ginjal dan sendi (Mycek, 2001).Hiperurisemia dapat menyebabkan gout dan pirai, yaitu penyakit yang timbul karena meningkatnya kristal-kristal monosodium urat pada sendi dan jaringan sekitarnya. Kristal-kristal berbentuk seperti jarum dapat mengakibatkan reaksi peradangan yang jika berlanjut akan menimbulkan nyeri hebat yang sering menyertai gout. Jika tidak diobati, endapan kristal akan menyebabkan kerusakan yang hebat pada sendi dan jaringan lunak (Prince dan Wilson, 2006). British Regional Heart Study menyebutkan, ada faktor resiko hiperurisemia terhadap penyakit kardiovaskuler juga aterotrombosis (Voelkel dan Wynne, 2000).

2.3.1 Metabolisme asam urat

(7)

xantin oksidase dan guanase kemudian xantin teroksidasi menjadi asam urat dalam reaksi kedua yang dikatalisasi oleh enzim xantin oksidase (Rodwell et al., 1987).

Pada mamalia yang tingkatannya lebih rendah, enzim urikase akan memecah asam urat dengan membentuk produk akhir alantoin yang bersifat sangat larut air. Namun karena manusia tidak mengandung enzim urikase, maka produk katabolisme senyawa purin pada manusia adalah asam urat (Rodwell et al., 1987).

2.3.2 Patogenesis asam urat

Asam urat dari purin diproduksi dari 3 sumber yaitu makanan, perombakan asam nukleat dan nukleotida purin, dan sintetis purin.Normalnya rata-rata produksi asam urat sekitar 600-800 mg tiap hari (Dipiro, 1997). Sebagian kecil dari asam urat dipergunakan kembali untuk sintetis protein inti (inti sel), tetapi sisanya dieksresikan melalui ginjal (70%), dan usus (30%) (Tan dan Tjay, 2002).

2.4 Gout

(8)

2.4.1 Klasifikasi gout

Gout dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bentuk primer (90%) dan sekunder (10%). Gout primer adalah gout dimana penyebabnya tidak diketahui atau akibat kelainan proses metabolisme didalam tubuh. Gout sekunder adalah kasus dimana penyebabnya dapat diketahui atau akibat hambatan dari pembuangan asam urat karena penyakit darah tinggi, dehidrasi, efek samping penggunaan obat tertentu dan kecanduan alkohol (Junaidi, 2008).

2.4.2 Pembentukan asam urat

Metabolisme pembentukan asam urat berlangsung dihati.Mekanisme eksresinya melibatkan ginjal dan usus.Asam urat yang dibentuk di hati di eksresikan ke ginjal. Di ginjal, terjadi proses penyaringan dan asam urat ini adalah salah satu yang disaring. Proses penyaringan di ginjal ini bertujuan untuk mengurangi kadar asam urat tubuh agar tetap stabil (Krisnatuti, 2001).

2.5 Obat yang Digunakan Untuk Hiperurisemia

(9)

Contoh obat urikosurik yaitu : 1. Probenesid

Probenesid berefek mencegah dan mengurangi kerusakan sendi serta pembentukan tofi dan berguna untuk pengobatan hiperurisemia sekunder.Obat ini biasanya di berikan pada dosis 250mg dua kali sehari selama 1-2.Setelah itu dosis dilanjutkan 500 mg setiap 1-2 minggu.

2. Sulfinpirazon

Sulfinpirazon mencegah dan mengurangi kelainan sendi dan tofi berdasarkan hambatan reabsorpsi tubular asam urat obat ini biasanya diberikan pada dosis 100–200 mg dua kali sehari ditingkatkan sampai 400–800 mg kemudian dikurangi sampai dosis efektif minimal.

3. Salisilat

Salisilat menghambat reabsorpsi dengan hasil akhir peningkatan eksresi asam urat.Efeknya bertambah bila urin bersifat basa. Dengan memberikan NaHCO3, Kelarutan asam urat dalam urin meningkat sehingga tidak terbentuk kristal asam urat dalam tubuli ginjal (Ganiswara, 2007).

Contoh obat urikostatik : Allopurinol

(10)

menjadi aloxantin yang masa paruhnya lebih panjang daripada allopurinol, itu sebabnya allopurinol yang masa paruhnya pendek cukup diberikan satu kali sehari (Ganiswara, 2007).

Gambar 2.2 Struktur allopurinol

Mekanisme reaksi allopurinol dapat dilihat pada gambar 2.3 dibawah ini.

Gambar 2.3 Mekanisme Allopurinol Dalam Menurunkan Kadar Asam

Urat(Mutschler, 1991).

Dosis untuk penyakit gout ringan 100-300 mg sehari, 200-600 mg untuk penyakit yang lebih berat. Untuk anak 6-10 tahun: 300 mg sehari dan ank dibawah 6 tahun: 150 mg sehari (Ganiswara, 2007).

(11)

setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah pemberian keaadan kronis.Serangan gout akut dapat terjadi lebih sering selama beberapa minggu pertama terapi, karena itu kolkisin dan OAINS harus diberikan secara bersama-sama.Efek samping saluran cerna berupa mual dan diare (Mycek, 2001).

2.5 Kafein

Kafein adalah komponen alkaloid derivat xantin yang mengandung gugus metal yang akan dioksidasi oleh xantin oksidase membentuk asam urat sehingga dapat meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh. Penelitian ini digunakan kafein sebagai penginduksi asam urat yang poten dapat menyebabkan hewan coba menjadi hiperurisemia (Azizahwati,et al., 2005).

Gambar 2.4 Struktur kafein

(12)

bukan merupakan satu-satunya efek yang dapat diberikan oleh kafein terhadap tubuh kita.Beberapa penelitian mengemukakan bahwa kafein memiliki pengaruh terhadap sistem respirasi manusia. Kafein akan mempengaruhi fungsi ventilasi paru khususnya pada kapasitas vital paru dengan efek relaksasi terhadap otot polos bronkus dan stimulasi terhadap otot pernapasan untuk meningkatkan kapasitas kerjanya (Sunaryo, 2005).

Keracunan kafein kronis, lama kelamaan akan memperlihatkan tanda dan gejala seperti gangguan pencernaan, sukar tidur, tidak nafsu makan, sakit kepala, jantung berdebar, sesak napas dan kadang sukar buang air besar (Setiawan, 2002).

2.7 Makanan yang mengandung purin

Gambar

Gambar 2.1 Struktur asam urat
Gambar 2.3 Mekanisme Urat(Mutschler, 1991).
Gambar 2.4 Struktur kafein

Referensi

Dokumen terkait

SK Dirjen Dikti tentang perubahan dan peraturan tambahan 5K Dirjen Dikti No ; 08/DIKTI/Kep/2002 5K Dirien Diktl tentang penyelenggaraafl program reguler dan non reguler di

Mesin dari Kompressor Atlas Copco Xas 405 merupakan jenis mesin diesel dimana proses pembakaran terjadi dengan sendirinya yang diakibatkan oleh panasnya suhu ruang bakar akibat

[r]

Operator Sekolah menerima Formulir S03c lengkap dari PTK, lalu entri pada Login Sekolah dan hasil entri Formulir tersebut pada menu Verval NUPTK Level 2 menghasilkan Formulir S05a

Peroses kerja Air Compressor HATLAPA adalah suatu motor listrik penggerak mula yang menggerakan kompresor untuk menghasilkan udara dari atmosfir yang dihisap oleh unit kompresor

Cost Effectiveness Analysis Penanganan Operasi Katarak secara Rawat Inap di RSUD Prof.. Margono Soekarjo dan secara Rawat Jalan di Balai Kesehatan Mata

Cakupan puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan peserta didik kelas 1 pada tahun 2018, sebesar 88,05% (8.799 puskesmas) yang berarti telah mencapai target

Pembangunan Bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan