• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Padangmatinggi Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Padangmatinggi Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2015"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Antenatal Care

Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberi ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2008). Kunjungan antenatal care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan asuhan antenatal. Pelayanan antenatal care yaitu untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai (Yeyeh, 2009).

Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental. Pelayanan antenatal terintegrasi merupakan integrasi pelayanan antenatal care rutin dengan beberapa program lain yang sasarannya pada ibu hamil,

sesuai prioritas. Depertemen Kesehatan, yang diperlukan guna meningkatkan kualitas pelayanan antenatal care (Yeyeh, 2009).

Program-program yang di integrasikan dalam pelayanan antenatal care meliputi : Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE), Antisipasi Defisiensi Gizi dalam Kehamilan (Andika), Pencengahan dan pengobatan IMS/ISR dalam

(2)

Kehamilan (PIDK), Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) dan Frambusia, pencengahan dan penularan HIV dari ibu ke Bayi (PMTCT), Pencengahan Malaria dalam Kehamilan (PMDK), Penatalaksanaan TB dalam kehamilan (TB-ANC) dan kusta, Pencengahan Kecacingan dalam Kehamilan (PKDK), Penangulangan Ganguan Intelegensia pada Kehamilan (PAGIN) (Depkes RI, 2009).

Kunjungan antenatal care adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan antenatal care (ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine, serta ada tidaknya masalah atau komplikasi (Yeyeh, 2009). Kunjungan ibu hamil atau ANC adalah pertemuan antara bidan dengan ibu hamil dengan kegiatan mempertukarkan informasi ibu dan bidan serta observasi selain pemeriksaan fisik, pemeriksaan umum dan kontak sosial untuk mengkaji kesehatan dan kesejahteraan umumnya (Salmah, 2006). Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kontak ibu hamil dengan pemberi perawatan atau asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi informasi bagi ibu dan petugas kesehatan (Henderson, 2008).

2.1.1 Kebijakan Program Pelayanan Antenatal Care

(3)

Keluarga Berencana, Antenatal Care, Persalinan Bersih dan Aman, dan Pelayanan Obstetri Essensial. Pendekatan pelayanan opstetrik dan neonatal kepada setiap ibu hamil ini sesuai dengan pendekatan Making Prenancy Safer (MPS), yang mempunyai 3 (tiga) pesan kunci yaitu :

1. Setiap persalian ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih

2. Setiap komplikasi opstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.

3. Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencengahan dan penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran

Kebijakan program pelayanan antenatal care menetapkan frekuensi kunjungan antenatal care sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama kehamilam, dengan ketentuan sebagai berikut : (Depkes, 2009).

1. Minimal satu kali pada trisemester pertama (K1) hingga usia kehamilan 14 minggu tujuannya :

a) Penapisan dan pengobatan anemia b) Perencanaan Persalinan

c) Pengenalan Komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya. 2. Minimal satu kali pada trisemester kedua (K2), 14 – 28 Minggu

tujuannya :

a) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya

(4)

c) Mengulang perencanaan persalinan

3. Minimal dua kali pada trisemester ketiga (K3 dan K4) 28-36 Minggu dan setelah 36 minggu sampai lahir, tujuannya :

a) Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III b) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi c) Memantapkan rencana persalinan

d) Mengenali tanda-tanda persalinan

Pemeriksaan pertama sebaiknya dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid dan pemeriksaan khusus dilakukan jika terdapat keluhan-keluhan tertentu.

2.1.2 Tujuan Antenatal Care

Menurut Prawirohardjo (2008), tujuan dari ANC meliputi :

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi

3) Menganali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin

(5)

6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

Menurut Depkes RI (2010), tujuan antenatal care adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat. Untuk mencapai tujuan dari ANC tersebut dilakukan pemeriksaan dan pengawasan wanita selama kehamilannya secara berkala dan teratur agar bila timbul kelainan kehamilan atau gangguan kesehatan sedini mungkin diketahui sehingga dapat dilakukan perawatan yang cepat dan tepat.

Mengacu pada penjelasan diatas bagi ibu hamil dan suami/keluarga dapat mengubah pola pikir yang hanya datang kedokter jika ada permasalahan dengan kehamilannya. Karena dengan pemeriksaan kehamilan yang teratur, diharapkan proses persalinan dapat berjalan dengan lancar dan selamat. Dan yang tak kalah penting adalah kondisi bayi yang dilahirkan juga sehat, begitu pula dengan ibunya. 2.1.3 Standar Pelayanan Antenatal Care

Dalam melaksanakan pelayanan antenatal care, ada sepuluh standar pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal dengan 10 T. pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T adalah sebagai berikut (Depkes RI 2009) :

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan 2) Pemeriksaan tekanan darah

(6)

5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

6) Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan.

7) Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan. 8) Test laboratorium (rutin dan khusus)

9) Tatalaksana kasus

10) Temu wicara (konsling), termasuk Perencanaan persalinan dan pencengahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

2.1.4 Jadwal Pemeriksaan Kehamilan

Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal care standar untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat sebaliknya, yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan di rumahnya atau di posyandu (Depkes RI,2007).

Kunjungan baru ibu hamil (K1) adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan standar, dalam pengelolaan program KIA disepakati bahwa kunjungan ibu hamil yang keempat (K4) adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan, dengan distribusi kontak sebagai berikut : 1) Minimal 1 kali pada trimester I

2) Minimal 1 kali pada trimester II dan

(7)

Menurut Depkes RI,(2002) pemeriksaan kehamilan berdasarkan kunjungan antenatal care dibagi atas :

1) Kunjungan pertama, kedua dan ketiga meliputi : Identitas/Biodata, Riwayat kehamilan, Riwayat kebidanan, Riwayat kesehatan, Riwayat social ekonomi, Pemeriksaan kehamilan dan Pelayanan kesehatan, Penyuluhan dan konsultasi. 2) Kunjungan keempat (K4) meliputi : Anamnesa (keluhan/masalah), pemeriksaan

kehamilan dan pelayanan kesehatan, pemeriksaan psikologis, pemeriksaan laboratorium bila ada indikasi/diperlukan, diagnose akhir (kehamilan normal, terdapat penyulit ,terjadi komplikasi, atau tergolong kehamilan risiko tinggi/resti), sikap dan rencana tindakan (persiapan persalinan dan rujukan)

Kunjungan antenatal care untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut : sampai dengan kehamilan trimester pertama (<14 minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester kedua (14-28 minggu) satu kali kunjungan dan kehamilan trimester ketiga (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36 ) dua kali kunjungan.

2.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan (ANC)

Menurut Lawrance Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010), sebuah perilaku kesehatan timbul karena dipengruhi oleh tiga faktor yaitu:

(8)

menggunakan pelayannan kesehatan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh karena adanya ciri-ciri individu yang digolongkan ke dalam ciri-ciri:

a) Demografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anggota keluarga)

b) Struktur sosial (tingkat pendidikan, jumlah pendapatan pekerjaan, ras, kesukuan, tempat tinggal)

c) Sikap, keyakinan, persepsi, pandangan individu terhadap pelayanan kesehatan.

1. Faktor Pemungkin (Enabling Factors) adalah faktor anteseden terhdap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk di dalam faktor pemungkin adalah keterampilan dan sumber daya pribadi atau komuniti, seperti tersedianya pelayanan kesehatan, keterjangkauan, kebijakan, peraturan perundangan.

(9)

2.2.1 Faktor Predisposisi 1. Umur

Pembagian umur pada suatu penelitian dapat berdasarkan tingkat kedewasaan yaitu antar usia 15 tahun sampai 49 tahun, dimana berada pada tahap dewasa, dengan kata lain batas antara dewasa muda dengan dewasa tua yaitu sekitar 32 tahun. Semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Verner dan Davison di dalam Notoatmodjo (2010) bahwa dengan bertambah usia maka akan mengurangi kemampuan untuk melihat, mendengar yang akan mempengaruhi dirinya dalam mendapatkan pengetahuan.

(10)

2. Pendidikan

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk memengaruhi orang lain baik individu,kelompok atau masyarakat sehingga melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan didalam bidang kesehata (Notoatmojo,2010).

Pekerjaan yang disertai dengan pendidikan dan keterampilan akan mendorong kemajuan setiap usaha sehingga dapat meningkatkan pendapatan baik pendapatan individu, kelompok maupun pendapatan Nasional. Lebih lanjut dijelaskan bahwa sumber utama kinerja yang efektif yang memengaruhi individu adalah kelemahan intelektual, kelemahan psikologis dan kelemahan fisik.

Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang dapat memengaruhi keadaan keluarga karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan akan lebih baik. Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku seseorang sebagai hasil jangka menengah dari pendidikan yang diperoleh. Perilaku kesehatan akan berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai hasil dari pendidikan kesehatan.

(11)

masyarakat ditunjukkan pada upaya melalui tekanan, paksaan kepada masyarakat dan edukasi atau upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan.

Agar intervensi atau upaya tersebut efektif, faktor predisposisi ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, sistem yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi. Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan ( Depkes RI,2008 ).

Selanjutnya Widyastuti, dkk (2010) mengatakan pendidikan yang tinggi di pandang perlu bagi kaum wanita, karena dengan tingkat pendidikan yang tinggi mereka dapat meningkatkan taraf hidup,mampu membuat keputusan menyangkut masalah kesehatan mereka sendiri.semakin tinggi pendidikan seorang wanita ,maka semakin mampu mandiri dalam mengambil keputusan menyangkut diri mereka sendiri. Berdasarkan hasil penelitian Widyastuti, dkk (2010) mengatakan bahwa ada hubungan pendidikan dengan pemeriksaan kehamilan.

3. Paritas

(12)

dari pengalaman yang terdahulu kembali dilakukan untuk menjaga kesehatan kehamilannya (Depkes RI,2008).

Interval kehamilan yang terlalu rapat memang mengundang risiko bagi para wanita. Penelitian terbaru menyatakan, ibu yang hamil lagi dalam waktu setahun setelah melahirkan berisiko menyebabkan autisme pada calon anak mereka kelak.

Kehamilan berturut-turut membuat ibu bisa berbahaya. Para ilmuwan dari New York AS menyebutkan, wanita butuh waktu untuk pulih dari kehamilan. Selain itu, kehamilan yang terjadi dalam jangka waktu pendek akan menyebabkan anak-anak yang dilahirkan rentan mengalami kekurangan gizi.dalam hal ini perlu memperhatikan interval kehamilan karena jarak kehamilan yang terlalu rapat mengundang risiko bagi para wanita. Jadi sebaiknya apabila ibu hamil dengan interval kehamilan yang rapat sebaiknya rutin memeriksakan kehamilannya.

Mempunyai anak lebih dari 4 orang akan meningkatkan risiko terhadap ibu dan bayinya. Lebih-lebih kalau jarak antara kehamilan lebih dari 2 tahun, maka ibu akan lemah akibat dari seringnya hamil, melahirkan dan menyusui. Sehingga sering mengakibatkan berbagai masalah seperti ibu menderita anemia, kurang gizi, dan bahkan sering pendarahan setelah melahirkan yang membahayakan nyawa ibu.risiko melahirkan bayi cacat dan berat badan lahir rendah (BBLR) juga meningkat setelah 4 kali kehamilan dan setelah usia ibu 35 tahun.

(13)

kehamilan dan merupakan penghalang untuk menggunakan pelayanan ANC (Overbosch et al, 2004). Berdasarkan hasil penelitian Widyastuti , dkk (2010) mengatakan bahwa ada hubungan paritas dengan pemeriksaan kehamilan.

4. Pendapatan Keluarga

Pendapatan yaitu seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri. Jadi yang dimaksud pendapatan adalah suatu tingkat penghasilan yang di peroleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orangtua dan anggota keluarga lainnya.

Penghasilan keluarga merupakan faktor pemungkin bagi seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Penghasilan keluarga juga menentukan status sosial ekonomi keluarga tersebut. Sosial ekonomi merupakan gambaran tingkat kehidupan seseorang dalam masyarakat yang di tentukan dengan variable pendapatan , pendidikan dan pekerjaan , karena ini dapat mempengaruhi aspek kahidupan termasuk pemeliharaan kesehatan (Notoatmodjo, 2010)

(14)

Keadaan sosial ekonomi yang rendah pada umunya berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan yang dihadapi, hal ini disebabkan karena ketidak mampuan dan ketidaktahuan dalam mengatasi berbagai masalah tersebut

Menurut WHO dalam (Notoatmodjo, 2010) faktor ekonomi juga berpengaruh terhadap seseorang dalam upaya deteksi dini komplikasi kehamilan status ekonomi keluarga juga berperan bagi seseorang dalam bertindak termasuk tindakan yang berhubungan dengan kesehatan dan pemeriksaan kehamilannya. Hasil penelitian Simanjuntak (2009) menunnjukkan bahwa ada yang bermakna antara penghasilan dengan kunjungan antenatal care K4 ,dimana OR sebesar 2,42 yang berarti ibu yang berpenghasilan tinggi cenderung melakukan kunjungan antenatal care sesuai standar 2,42 kali dibandingkan dengan ibu yang berpenghasilan rendah.

5. Pengetahuan

Pengetahuan seseorang ibu tentang kehamilan sangat diperlukan untuk menjalani proses kehamilannya. Banyak sumber informasi yang dapat di peroleh ibu untuk meningkatkan pengetahuan tentang kehamilannya, seperti dari petugas kesehatan (bidan,dokter) saat menjalani pemeriksaan dengan melakukan tanya jawab (konseling), maupun dari media massa yaitu informasi yang diperoleh dari media elektronik (televisi) maupun media cetak (majalah, tabloid, koran, poster dan lain-lain). Pada umumnya, jika pengetahuan ibu sudah baik maka akan memamfaatkan sarana pelayanan kesehatan.

(15)

memamfaatkan sarana kesehatan. Ada juga ibu yang tidak mau memamfaatkan sarana pelayanan kesehatan karena kurang pengetahuan yang baik tentang fasilitas kesehatan yang ada, tetapi karena sesuatu hal maka ibu tersebut akan menggunakan fasilitas kesehatan tersebut.

Misalnya ketika seorang ibu hamil terpaksa minta bantuan dokter /bidan karena mengalami pendarahan yang pada awalnya melakukan pemeriksaan di dukun bayi, tetapi karena pelayanan yang di berikan dokter (bidan) cukup baik maka ibu hamil tersebut akan memamfaatkan sarana kesehatan yang sudah ada ()

Pentingnya aspek pengetahuan dalam pemamfaatan antenatal care (ANC) dapat di lihat dari pendapat Choli (2014) yang menyatakan bahwa pemanfaatan antenatal care (ANC) perlu di lakukan upaya peningkatan kesehatan ibu saat kehamilan dan

melahirkan. Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan.

Berdasarkan penelitian Surtama (2013) mengatakan bahwa pengetahuan mempunyai hubungan dengan pemeriksaan kehamilan. Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat langgeng. Dengan kata lain ibu yang tahu dan paham tentang jumlah anak yang ideal , maka ibu akan berperilaku sesuai dengan apa yang ia ketahui (Friedeman, 2005). Pengetahuan yang dimiliki ibu tentang pelayanan antenatal care (ANC) dan pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu

(16)

6. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2010 ).

Menurut Mar’at ( 1985) bahwa sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai bentuk penghayatan terhadap obyek tersebut. LaPierra (1934) dalam Azwar (2012) mengungkapkan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana sikap merupakan sebuah respons terhadap stumuli sosial yang telah dikondisikan.

(17)

diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya.

Hasil penelitian Situmeang (2010) menunjukkan bahwa sikap ibu hamil berhubungan dengan tindakan ibu hamil dalam melakukan pemanfaatan antenatal care di Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Dever dalam Ulina (2004) dan Kalangie dalam Hotma (2007) yang menempatkan sikap pada faktor konsumen yang akan memengaruhi individu dalam memanfaatkan pelayanan antenatal.

2.2.2 Faktor Pendukung 1. Lokasi Pelayanan Kesehatan

Faktor yang mendorong dalam kunjungan K-4 adalah lokasi fasilitas kesehatan yang meliputi 1). Sarana dan prasarana kesehatan 2). Kemudahan dalam mencapai sarana kesehatan tersebut.

Sarana dan prasarana kesehatan meliputi seberapa banyak fasilitas-fasilitas kesehatan, konseling maupun pusat-pusat informasi bagi individu/masyarakat. Kemudahan bagaimana kemudahan untuk mencapai sarana kesehatan tersebut termasukbiaya, waktu / lama pengobatan, dan juga hambatan budaya seperti malu mengalami penyakit tertentu jika diketahui masyarakat (Notoatmodjo, 2010).

(18)

segera ditangani. Berdasarkan peneliti (Yeyeh, 2009) mengatakan bahwa lokasi pelayanan kesehatan mempunyai hubungan dengan pemeriksaan kehamilan.

Lokasi adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat yaitu jarak antara rumah dengan tempat pelayanan ANC. Keterjangkauan masyarakat termasuk lokasi akan fasilitas kesehatan akan mempengaruhi pemilihan pelayanan kesehatan. Jarak merupakan komponen kedua yang memungkinkan seseorang untul memanfaatkan pelayanan pengobatan.

Indonesia merupakan negara yang luas sayangnya luas wilayah ini belum diimbangi dengan kecukupan, ketersediaan sarana-sarana layanan publik termasuk dibidang kesehatan. Di beberapa desa masih kesulitan mendapatkan akses pelayanan kesehatan, tidak semua desa mempunyai puskesmas dan tenaga medis seperti : dokter, bidan, perawat. Sarana geografis masih banyak masayarakat yang tinggal jauh dari sarana kesehatan (Depkes RI, 2009)

Menurut peneliti Elfi Rahmawati (2008). Faktor Geografis dan keberadaan saran pelayanan kesehatan akan sangat mempengaruhi hasil pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau baik dari segi pembiayaan manapun dari segi lokasi akan lebih banyak dikunjungi oleh masyarakat khususnya masyarakat ekonomi lemah/miskin. Biaya dan lokasi juga sering berkaitan sebagai bahan pertimbangan seseorang dalam mengakses pelayanan.

(19)

memcatat bahwa 84 % wanita di pedesaan Tanzania memutuskan untuk melahirkan di rumah karena masalah transportasi dan jarak ( Mrisho et al 2007 ). Mpembeni et al (2007) menemukan bahwa wanita yang tinggal kurang dari 5 km dari fasilitas kesehatan lebih mungkin untuk merujuk ke fasilitas kesehatan dari pada mereka yang tinggal lebih dari 5 km.

Askes ke fasilitas sangat berkaitan erat dengan keterlambatan pertama, kedua, dan ketiga dimana sosial ekonomi yang rendah mengakibatkan wanita maupun keluarganya tidak dapat mencapai askes ke pelayanan kesehatan terkait dengan biaya transportasi, ketiadaan biaya juga mengakibatkan ibu dan keluarganya sulit untuk mendapatkan askes terhadap layanan yang berkualitas (Cham et al, 2008 ).

2. Ketersediaan Tenaga Kesehatan

Menurut Kemenkes (2010) bahwa dalam menganalisis indek pembangunan kesehatan masyarkat dapat dilihat jumlah sarana kesehatan dan jumlah tenaga kesehatan. Untuk ketenagaan dilakukan penghitungan rasio bidan per desa sebanyak 3 orang. Pada kenyataannya masih banyak dilihat tenaga kesehatan seperti bidan yang memiliki wilayah kerja di suatu desa namun pada kenyataannya tidak berada didesa yang ditentukan.

(20)

penatalaksanaan ANC di Kota Tasikmalaya, sebagian besar Bidan Puskesmas di Kota Tasikmalaya ternyata merasa senang untuk mengabdi dan menghabiskan karier mereka di tempat sekarangmereka bekerja,merasa memiliki dan berat untuk meninggalkan tempat bekerja dikarenakan mereka merasa kesulitan untuk mendapatkan tempat bekerja yang lebih baik dari sebelumnya. Hasil penelitian

Menurut Muzaham (1999) bahwa ketersediaan tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan menjadi penunjang pelaksanaan pelayanan kesehatan. Nalisanti (2012) menyatakan bahwa angka kematian ibu itu bisa lebih tinggi antara lain disebabkan jika distribusi tenaga medis tidak merata dan minimnya sarana kesehatan, terutama transportasi untuk menjangkau warga khususnya di daerah terpencil.

2.2.3 Faktor Pendorong 1. Dukungan Suami

Faktor pendukung dalam kunjungan antenatal care selain dari petugas puskesmas adalah dukungan suami dan keluarga. Dukungan suami dan keluarga merupakan hal yang tidak dapat diabaikan dalam perilaku ibu hamil. Contohnya suami/keluarga perlu memberikan penjelasan dan mengajarkan pada ibu untuk memeriksa kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan.

Dukungan seperti itu memberi kontibusi yang benar dalam tercapainya kunjungan K-4 dan meminimalkan risiko yang terjadi selama kehamilan dan persalinan (Notoatmodjo,2010).

(21)

transportasi atau dana untuk biaya konsultasi, sehingga suami dapat belajar mengenai gejala dan tanda-tanda komplikasi kehamilan. Kematian ibu dapat di cegah bila suami dapat mengenal komplikasi-komplikasi potensial dan selalu siaga untuk mencari pertolongan bila hal itu terjadi (Beni, 2008).

Menurut), dengan menemani istri pada saat pemeriksaan kehamilan, suami akan lebih banyak mendapat informasi sehingga lebih siap menghadapi kehamilan dan persalinan istrinya. Selain itu istri juga lebih merasa aman dan nyaman diperiksa bila ditemani suaminya.

Suami seseorang yang terdekat dengan istri, suami dianggap paling memahami kebutuhan istri. Saat hamil seorang wanita mengalami perubahan baik fisik maupun mental. Suami sebaiknya memahami perubahan ini dan dapat lebih bersabar. Suami diharapkan tidak terlalu cemas agar tidak mempengaruhi kondisi emosi istri. Berdasarkan penelitian (Mansur, 2009), mengatakan bahwa ada hubungan dukungan suami dengan pemeriksaan kehamilan. Dalam penelitiannya mengatakan bahwa dengan dukungan suami yang baik membuat ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan.

Menurut suami dapat membantu merencanakan kelahiran oleh tenaga bidan terlatih dan menyiapkan dana untuk persiapan biaya kelahiran.suami juga dapat menyusun waktu yang tepat untuk menyediakan transfortasi dan bahan-bahan yang diperlukan.

(22)

dapat berjalan dengan aman. Untuk itu suami perlu diberikan pengetahuan mengenai persiapan persalinan yang meliputi komponen pembuatan rencana persalinan (tempat, menjaga keluarganya yang lain) dan membuat rencana siapa pembuatan keputusan utama jika terjadi kegawat daruratan dan siapa pembuat bila pembuat keputusan utama tidak ada (Admin, 2008).

Suami dapat merencanakan kapan dan dimana persalinan dilakukan sehingga tidak terjadi keterlambatan dalam memperoleh pertolongan persalinan. Sehingga perlu di persiapkan kendaraan, bahan-bahan yang dibutuhkan untuk persalinan dan biaya. Partisipasi dan tanggung jawab suami baik secara langsung maupun tidak langsung dalam asuhan kehamilan saat ini masih rendah.kehamilan merupakan suatu peristiwa yang luar biasa dan merupakan Anugrah Tuhan YME, maka sebuah kehamilan perlu mendapat perhatian khusus dari ibu sendiri, suami dan keluarga yang lain. Partisipasi suami sangat dibutuhkan untuk dukungan psikis, fisik, sosial dan spiritual. Partisipasi dalam asuhan kehamilan ini merupakan refleksi dari peran suami dalm keluarga ().

(23)

2. Sikap Petugas Kesehatan

Menurut Depkes RI (2009), tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dan kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Dukungan petugas kesehatan merupakan dukungan sosial dalam bentuk dukungan informasi, dimana perasaan subjek bahwa lingkungan (petugas kesehatan) memberikan informasi yang jelas mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kehamilan.

Sikap dari petugas puskesmas merupakan salah satu faktor penting dalam perilaku kesehatan. Contoh dalam kasus kunjungan K-4, apabila seorang ibu telah mendapat penjelasan tentang memeriksa kehamilan yang benar dari petugas puskesmas dan mencoba menerapkannya, akan tetapi karena lingkungannya belum ada yang menerapkan, maka ibu tersebut menjadi asing dan bukan tidak mungkin ibu tidak mau melakukan kunjungan ke petugas kesehatan untuk memeriksa kehamilannya (Notoatmodjo,2010).

(24)

memulihkan kesehatan perorangan, kelompok, keluarga, dan ataupun masyarakat (Azwar, 2008). Pemanfaatan pelayanan kesehatan dan seberapa jauh efektivitas pelayanan tersebut.

Hubungan antara keinginan sehat dan permintaan akan pelayanan kesehatan hanya kelihatannya saja sederhanan, tetapi sebenarnya sangat kompleks. Penyebab utama adalah karena pesoalan kesejangan informasi. Adanya keinginan sehat menjadi konsumsi perawatan kesehatan melibatkan berbagai informasi, yaitu aspek yang menyangkut kesehatan tersebut. Dari informasi inilah masyarakat kemudian terpengaruh untuk melakukan permintaan dan penggunaan (Utilisasi) terhadap suatu pelayanan kesehatan.

3. Keterpaparan Media

Keterpaparan media dapat dinyatakan dengan media sebagai sumber informasi tentang kunjungan K-4 yang diterima oleh masyarakat khususnya ibu hamil. Sumber informasi merupakan asal atau sumber pesan yang disampaikan tentang sesuatu.

(25)

Menurut Sukmadinata (2007), malalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik, berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat seperti halnya antenatal care, sehingga seorang yang lebih sering terpapar media masa (TV, Radio,

Majalah, Pamflet, dan lain-lain) akan memperoleh informasi lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Hal ini berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.

2.3 Kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal 280 hari (40 minggu 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertam haid terakhir. Kehamilan di bagi dalam 3 trimester, yaitu trimester pertama dimulai dari hasil konsepsi sampai 3 bulan, trimester kedua dari bulan keempatn sampai 6 bulan, trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Prawirohardjo, 2006).

Kehamilan pertama merupakan pengalaman baru yang dapat menjadi faktor yang menimbulkan stres bagi suami istri. Beberapa stressor ada yang dapat diduga dam ada yang tidak dapat diduga atau tidak terantisipasi misalnya komplikasi persalinan. Persulitan menurut adaptasi fisika, psikologis dan sosial dari kedua pasangan (Endjun, 2002).

2.3.1 Faktor Resiko Kehamilan

(26)

Faktor-faktor resiko kehamilan meliputi primipara muda kurang umur 20 tahun, primipara tua umur di atas 35 tahun, tinggi badan kurang dari 145 cm, riwayat kehamilan yang buruk (Siregar, 2012).

Ibu hamil dengan kehamilan resiko tinggi adalah ibu hamil yang mempunyai resiko atau bahaya yang lebih besar pada kehamilan/persalinannnya dibandingkan dengan ibu hamil dengan kehamilan/persalinan normal. Faktor resiko pada ibu hamil meliputi riwayat kehamilan dan persalinan yang sebelumnya kurang baik yaitu riwayat keguguran, perdarahan pasca kelahiran, lahir mati; Ibu hamil yang kurus/berat badan kurang; sudah memiliki 4 anak atau lebih; jarak antara dua kehamilan kurang dari 2 tahun; Ibu menderita anemia atau kurang darah; perdarahan pada kehamilan ini; tekanan darah yang meninggi dan sakit kepala hebat dan adanya bengkak pada tungkai; kelainan letak janin atau bentuk panggul ibu tidak normal; riwayat penyakit kronik seperti diabetes, darah tinggi, asma dan lain-lain(Siregar, 2012).

1. Tanda Bahaya Kehamilan

(27)

diketahui sejak awal sehingga dapat dilakukan berbagai upaya maksimal untuk mencegah gangguan yang berat baik terhadap kehamilan dan keselamatan ibu maupun bayi yang dikandungnya, diantaranya perdarahan, preeklamsi, nyeri hebat di daerah abdominopelvikum.

Gejala dan tanda lain yang harus diwaspadai yang terkait dengan gangguan serius selama kehamilan adalah muntah berlebihan, disuria, menggigil atau demam, ketuban pecah dini atau sebelum waktunya, uterus lebih besar atau lebih kecil dari kehamilan yang sesungguhnya. (Sarwono, 2008)

Menurut Yeyeh (2009), Pada ibu hamil ada enam tanda bahaya dalam kehamilan, meliputi :

1. Perdarahan vagina pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah merah, perdarahan banyak, atau perdarahan dengan nyeri.

2. Sakit kepala yang hebat. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala hebat, yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Dengan sakit kepala yang hebat, penglihatan ibu menjadi kabur atau terbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari preeklampsi.

3. Perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan kabur, rabun senja). Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual yang mendadak.

(28)

ektopik, aborsi, penyakit radang panggul, gastritis, penyakit kantong empedu, abrupsi plasenta, infeksi saluran kemih dan infeksi lain.

5. Bengkak pada muka atau tangan. Bengkak bisa menunjukkan masalah serius jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik yang lain.

6. Bayi kurang bergerak seperti biasa. Ibu mulai merasakan gerakan bayinya pada bulan ke-5 atau ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya akan melemah

2) Pembagian Masa Kehamilan

Ditinjau dari tuanya kehamilan, Prawirohardjo (2006) membagi kehamilan menjadi 3 bagian, yaitu :

a. Kehamilan triwulan pertama

Triwulan pertama usia kehamilan dimulai saat terjadi pembuahan sperma terhadap sel telur sampai dengan usia kehamilan 12 minggu. Dalam triwulan pertama ini alat-alat tubuh janin mulai dibentuk.

b. Kehamilan triwulan kedua (antara 12 sampai 28 minggu).

Triwulan kedua dimulai dari usia kehamilan 12 sampai dengan 28 minggu. Dalam triwulan kedua ini alat-alat telah dibentuk, tetapi belum sempurna dan viabilitas janin masih disangsikan. Bila hasil konsepsi dikeluarkan dari kavum

uteri pada kehamilan di bawah 20 minggu, disebut abortus.

c. Kehamilan triwulan terakhir (antara 28 sampai 40 minggu).

(29)

viable. Bila hal ini terjadi di bawah 36 minggu disebut partus prematurus.

Kelahiran dari 38 minggu sampai 40 minggu disebut partus aterm.

2.4 Landasan Teori

Menurut Lawrance Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), sebuah perilaku kesehatan timbul karena dipengruhi oleh tiga faktor yaitu:

1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors), faktor ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa setiap individu mempunyai kecendrungan menggunakan pelayannan kesehatan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh karena adanya ciri-ciri individu yang digolongkan ke dalam ciri-ciri:

a) Demografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anggota keluarga)

b) Struktur sosial (tingkat pendidikan, jumlah pendapatan pekerjaan, ras, kesukuan, tempat tinggal)

c) Sikap, keyakinan, persepsi, pandangan individu terhadap pelayanan kesehatan.

(30)

3. Faktor Penguat (Reinforcing Factors), adalah konsekuensi dari perilaku yang ditentukan apakah pelaku menerima unpan balik yang positif atau negatif dan mendapatkan dukungan sosial setelah perilaku dilakukan. Faktor penguat mencakup :dukungan sosial dari tenaga kesehatan. Menurut House (dalam Smet Bart, 1999) bentuk dukungan sosial tenaga kesehatan di klasifikasikan menjadi empat jenis yaitu: dukungan informasi, dukungan penilaian, dukungan instrument dan dukungan emosional.

2.5 Kerangka Konsep

Kerangka Konsep dalam penelitian adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Faktor Predisposisi :

1. Lokasi pelayanan kesehatan 2. Keberadaan tenaga kesehatan

Faktor Penguat (Reinforcing) 1. Dukungan Suami

Referensi

Dokumen terkait

Perambahan hutan yang sangat intensif untuk dikonversi menjadi lahan pertanian oleh masyarakat di dalam Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), khususnya di DAS Gumbasa sejak tahun

Industri kerupuk kulit di Kelurahan Sembung Kabupaten Tulungagung melakukan produksi hampir setiap hari dengan menghabiskan bahan baku kulit sebanyak 200 – 300 kg dalam

Untuk itu pemilik jasa layanan laundry membutuhkan suatu sistem yang terkomputerisasi agar kegiatan operasional dapat dijalankan, selain itu juga alur keluar masuknya keuangan pada

Analytic Network Process (ANP) metode yang terdiri dari kriteria dan alternative yang memiliki keterhubungan antara elemen yang ada dalam kriteria (Ineer Dependence)

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis berjudul “ Upaya kepala sekolah dalam meningkatkan supervisi etos kerja guru SD dalam mengikuti KKG melalui supervisi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai “Pengaruh Kompensasi Finansial, Pengalaman Kerja, Pelatihan Kerja dan Stres KerjaTerhadap Kinerja Pemeriksa Pajak

Nyanyian itu telah lama hidup dan berkembang di dalam masyarakat Kulawi hingga saat ini dan seakan menjadi satu-satunya kesenian yang diketahui masyarakat luas di

ini, penulis melakukan pengujian aplikasi secara mandiri dengan melakukan percobaan masuk ke Animasi yang penulis rancang dan berperan sebagai pengguna dan