I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan utama Penganekaragaman Konsumsi Pangan (diversifikasi pangan) adalah membudayakan pola konsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang, dan aman untuk hidup sehat, aktif, dan produktif. Penganekaragaman pangan sangat penting dan mendesak, karena kebijakan terfokus pada peningkatan produksi dan belum mempertimbangkan kecukupan gizi. Selain itu, pola konsumsi pangan penduduk Indonesia masih belum seimbang yang ditandai dengan tingginya konsumsi padi-padian, terutama beras; masih rendahnya konsumsi pangan hewan, umbi-umbian, serta sayur dan buah; pemanfaatan sumber-sumber pangan lokal seperti umbi, jagung, dan sagu masih relatif rendah; kualitas konsumsi pangan masyarakat yang ditunjukkan dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) masih belum mencapai kondisi ideal. Oleh karenanya diperlukan upaya untuk menganekaragamkan konsumsi pangan masyarakat menuju skor PPH yang ideal agar hidup sehat, aktif, dan produktif.
Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal. Perpres ini mengamanatkan bahwa untuk mewujudkan penganekaragaman pangan diperlukan berbagai upaya secara sistematis dan terintegrasi. Perpres ini sudah ditindaklanjuti, dengan Peraturan Menteri Pertanian No.43 Tahun 2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) Berbasis Sumberdaya Lokal sebagai acuan yang lebih operasional dalam implementasinya.
Sebagai bentuk keberlanjutan program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) Berbasis Sumber Daya Lokal Tahun 2010, pada tahun 2014 program P2KP diimplementasikan melalui kegiatan: (1) Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), (2) Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L), serta (3) Sosialisasi dan Promosi P2KP. Melalui 3 (tiga) kegiatan besar ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas konsumsi pangan masyarakat untuk membentuk pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman (B2SA).
Sehubungan dengan berakhirnya tahun anggaran 2014, maka disusun laporan pelaksanaan kegiatan di daerah sebagai bentuk tata kepemerintahan yang baik (good governance).
1.2 Tujuan
Secara umum tujuan kegiatan P2KP adalah untuk memfasilitasi dan mendorong terwujudnya pola konsumsi pangan masyarakat yang B2SA yang diindikasikan dengan meningkatnya skor Pola Pangan Harapan (PPH). Tujuan khususnya antara lain:
a) Meningkatkan kesadaran, peran, dan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan pola konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan pangan pokok beras;
b) Meningkatkan partisipasi kelompok wanita dalam penyediaan sumber pangan dan gizi keluarga melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan sebagai penghasil sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral untuk konsumsi keluarga; dan
c) Mendorong pengembangan usaha pengolahan pangan skala Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sumber karbohidrat selain beras dan terigu yang berbasis sumber daya dan kearifan lokal.
1.3 Sasaran
Mengacu pada tujuan di atas, sasaran kegiatan P2KP ialah:
a) Meningkatnya kesadaran dan peran serta masyarakat dalam mewujudkan pola konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) serta menurunnya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap bahan pangan tertentu dengan pemanfaatan pangan lokal; dan
b) Berkembangnya usaha pengolahan pangan skala UMKM sumber karbohidrat selain beras dan terigu yang berbasis sumber daya dan kearifan lokal.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) Tahun 2014 terdiri atas Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L), dan Sosialisasi dan Promosi Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP).
a) Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Optimalisasi pemanfaatan pekarangan dilakukan melalui upaya pemberdayaan wanita untuk memanfaatkan pekarangan sebagai sumber pangan keluarga. Upaya ini dilakukan dengan membudidayakan berbagai jenis tanaman sesuai kebutuhan keluarga seperti aneka umbi, sayuran, buah-buahan, serta budidaya ternak dan ikan. Hasil pekarangan dapat digunakan sebagai tambahan untuk ketersediaan sumber karbohidrat, vitamin, mineral, dan protein bagi keluarga pada suatu lokasi kawasan perumahan warga yang saling berdekatan. Kegiatan ini dapat membentuk sebuah kawasan yang kaya akan sumber pangan yang diproduksi sendiri dalam kawasan tersebut dari optimalisasi pekarangan. Pendekatan pengembangan ini
dilakukan dengan mengembangkan pertanian berkelanjutan (sustainable
Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui konsep KRPL dengan pendampingan oleh Penyuluh Pendamping P2KP desa dan Pendamping P2KP kabupaten/kota, serta dikoordinasikan bersama dengan aparat kabupaten/kota. Selain pemanfaatan pekarangan, juga diarahkan untuk pemberdayaan kelompok wanita dalam membudayakan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman (B2SA), termasuk kegiatan usaha pengolahan pangan rumah tangga untuk menyediakan pangan yang lebih beragam.
Kebun Bibit Desa (KBD) dibangun di setiap desa untuk memasok kebutuhan bibit bagi anggota kelompok dan masyarakat, sehingga tercipta keberlanjutan kegiatan. Pengembangan Kebun Bibit ini diharapkan dapat diintegrasikan dengan kegiatan pembibitan yang ada di Direktorat Jenderal Hortikultura dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. Untuk itu, pengembangan Kebun Bibit pada kegiatan ini harus berkoordinasi dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) setempat. Tanaman yang dibudidayakan di KBD diutamakan tanaman yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat setempat ataupun jenis tanaman baru potensi lokal yang memiliki keunggulan nilai gizi.
Desa pelaksana P2KP juga diarahkan untuk mengembangkan kebun sekolah di salah satu sekolah (SD/SMP/SMA) yang berlokasi di desa tersebut. Pembinaan dilakukan oleh pendamping desa P2KP, sejalan dengan pembinaan yang dilakukan terhadap kelompok wanita P2KP, dan berkoordinasi dengan sekolah yang bersangkutan. Kebun Bibit yang dikembangkan di desa P2KP juga diarahkan untuk dapat memasok bibit ke kebun sekolah tersebut.
b) Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L)
Tujuan dari kegiatan MP3L adalah untuk mengembangkan pangan lokal sumber karbohidrat selain beras dan terigu yang secara khusus dipersiapkan untuk mendukung pelaksanaan program pangan bersubsidi bagi keluarga berpendapatan rendah. Kegiatan ini dilaksanakan melalui kerja sama dengan perguruan tinggi dan berbagai instansi terkait yang bertujuan untuk:
i. Mengembangkan beras/nasi “non beras” sumber karbohidrat yang dapat disandingkan dengan beras/nasi, berbahan baku sumber pangan lokal;
ii. Mengembalikan kesadaran masyarakat untuk kembali pada pola konsumsi
non-beras/non-terigu dari sumber pangan lokal; dan
iii. Perbaikan mutu konsumsi pangan masyarakat melalui penurunan konsumsi
beras dan peningkatan konsumsi pangan pokok selain beras yang diimbangi dengan konsumsi pangan hewani serta sayur dan buah.
Pemanfaatan pangan lokal yang bersumber dari aneka umbi, sagu, pisang, sukun, labu kuning sudah banyak dikembangkan dengan dijadikan tepung. Aneka tepung ini dapat diolah sebagai pangan pokok mensubstitusi beras dan terigu sebagai sumber karbohidrat. Melalui teknologi pengolahan pangan dapat
dikembangkan “nasi non-beras” yang dapat disandingkan dengan “nasi beras” sebagai menu makanan sehari-hari serta mendorong dan mengembangkan penganekaragaman pangan khususnya berbasis aneka tepung berbahan baku lokal
serta pengembangan pengolahan tepung lokal menjadi pangan ”intermediate”.
c) Sosialisasi dan Promosi Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP)
Kegiatan Sosialisasi dan Promosi P2KP dimaksudkan untuk memasyarakatkan dan membudayakan pola konsumsi pangan B2SA kepada masyarakat melalui upaya-upaya penyebarluasan informasi, penyadaran sikap dan perilaku, serta ajakan untuk memanfaatkan pangan lokal sebagai sumber gizi keluarga demi terciptanya pola hidup yang sehat, aktif, dan produktif.
1.5 Lokasi Kegiatan
Kegiatan P2KP Tahun 2015 dilaksanakan dengan sasaran lokasi sebagai berikut:
a) Optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep KRPL dilaksanakan di 2.294 (dua ribu dua ratus sembilan puluh empat) desa baru pada 328 (tiga ratus dua puluh delapan) kabupaten/kota dan 1.516 (seribu lima ratus enam belas) desa lanjutan Tahun 2014 pada 260 (dua ratus enam puluh) kabupaten/kota di 33 provinsi;
c) Sosialisasi dan promosi P2KP dilaksanakan di 33 provinsi.
1.6 Metodologi Kegiatan
Gerakan P2KP Tahun 2015 dilakukan melalui 3 (tiga) kegiatan utama yaitu: a) Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan dilakukan untuk 2 (dua) kelompok sasaran
yaitu :
a. Kelompok Wanita penerima bantuan tahun 2014 yang telah berkembang dan melaksanakan pemanfaatan pekarangan sebanyak 1.516 (seribu lima ratus enam belas) desa di 260 (dua ratus enam puluh) kabupaten/kota pada 33 (tiga puluh tiga) provinsi untuk kegiatan pengembangan Kebun Bibit; b. Kelompok Wanita penerima bantuan tahun 2015 sebanyak 2.294 (dua ribu
dua ratus sembilan puluh empat) desa di 328 (tiga ratus dua puluh delapan) kabupaten/kota pada 33 (tiga puluh tiga) provinsi dengan kegiatan:
1) Pengembangan pekarangan anggota dan Demplot kelompok; 2) Pengadaan kebun bibit;
3) Pengembangan Kebun Sekolah; dan
4) Pengenalan dan pengembangan menu B2SA dari hasil pekarangan. b) Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L). Inti kegiatan MP3L
dilaksanakan untuk mendorong penyediaan bahan pangan lokal selain beras dan terigu dalam mendukung pola konsumsi pangan pokok yang B2SA melalui:
1) Bantuan penyediaan alat untuk menghasilkan produk pangan pokok berbahan baku pangan lokal;
2) Fasilitasi dan pendampingan kepada UMKM untuk mengembangkan bisnis dan industri berbasis pangan lokal dalam penyediaan bahan pangan pokok lokal non-beras untuk masyarakat; dan
3) Kajian terhadap produk pangan pokok berbahan baku pangan lokal, meliputi: spesifikasi produk, kandungan gizi, daya terima konsumen dan kelembagaan.
membantu dan mendukung Badan/Kantor/Dinas yang menangani Ketahanan Pangan tingkat provinsi dalam melaksanakan kegiatan P2KP.
c) Sosialisasi dan Promosi P2KP, dilaksanakan melalui berbagai macam kegiatan seperti gerakan kampanye serta sosialisasi melalui media massa cetak maupun
elektronik, promosi pola pangan B2SA seperti “One day No Rice” atau
“Manggadong” di Sumatera Utara dan “Mama Selaras” di Bangka. Lomba Cipta Menu Pangan B2SA, pameran diversifikasi pangan fokus pada pengembangan pangan pokok lokal berbasis tepung-tepungan, gerakan kampanye kreatif dan inovatif dalam memperkaya citra pangan lokal, serta melalui pelibatan tokoh formal dan informal yang berpengaruh di masyarakat.
1.7 Dasar Hukum
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan mengamanatkan untuk memenuhi pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman; mengembangkan usaha pangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dilakukan antara lain melalui penetapan kaidah penganekaragaman pangan, pengoptimalan pangan lokal, pengembangan teknologi dan sistem insentif bagi usaha pengolahan pangan lokal, pengenalan jenis pangan baru termasuk pangan lokal yang belum dimanfaatkan, pengembangan diversifikasi usaha tani dan perikanan, peningkatan ketersediaan dan akses benih dan bibit tanaman, ternak, dan ikan; pengoptimalan pemanfaatan lahan termasuk lahan pekarangan; penguatan usaha mikro, kecil dan menengah di bidang pangan; serta pengembangan industri pangan yang berbasis pangan lokal.
Untuk implementasinya, Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan menjadi acuan bagi pemerintah dan pemerintah daerah dalam melakukan perencanaan,
penyelenggaraan, evaluasi, dan pengendalian kegiatan percepatan
II. GAMBARAN UMUM KEGIATAN
Kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) di tingkat Daerah sudah dilaksanakan sejak tahun 2010. Pada tahun 2010 kegiatan P2KP diawali dengan pengembangan 2.000 desa dimana terdapat 2.000 kelompok yang melaksanakan kegiatan optimalisasi pemanfaatan pekarangan. Tahun 2011 sasaran kegiatan P2KP dikembangkan menjadi 4.000 desa bahkan dengan adanya dana APBNP terjadi penambahan 700 desa pelaksana P2KP sehingga akumulasinya menjadi 4.700 desa. Kegiatan P2KP terus dilaksanakan pada tahun 2012 dengan menambah jumlah sasaran yakni di 6.000 desa dan pada tahun 2013 bertambah sasaran menjadi 5.000 desa baru dan 1.280 desa lanjutan, serta ditambahkannya sekitar 400 desa untuk direktif presiden, sehingga total sasaran kumulatif mencapai 11.400 desa. Pada tahun 2014, sasaran kegiatan P2KP telah berkembang menjadi 1.516 desa baru yang semakin berkembang di tahun 2015 menjadi 2.294 desa baru, sehingga total sasaran kegiatan P2KP hingga tahun 2015 telah mencapai 9.156 desa di Indonesia. Kegiatan P2KP pada Tahun 2015 dilaksanakan sebagai berikut:
2.1 Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL)
Optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk pembudayaan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA). Kegiatan ini dilakukan dengan memberikan dana kepada kelompok wanita untuk pelaksanaan (1) pembangunan demplot sebagai laboratorium/sekolah lapang, (2) pembangunan kebun bibit desa, (3) pengembangan pekarangan anggota, (4) pengembangan olahan pangan lokal, (5) pengembangan kebun sekolah. Kegiatan-kegiatan ini dilaksanakan di bawah arahan petugas pendamping di tingkat Kabupaten/Kota dalam budidaya dan pengolahan pangan lokal.
Adapun besaran Bansos yang diberikan kepada kelompok wanita penerima manfaat tahun 2015 yaitu sebesar Rp. 15.000.000,- yang diperuntukan untuk:
Demplot kelompok: Rp. 5.000.000,-
Pembangunan Kebun Bibit: Rp. 2.000.000,-
Pekarangan anggota: Rp. 8.000.000,-
2.2 Kegiatan Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L)
Kegiatan MP3L dilaksanakan untuk mendorong penyediaan bahan pangan pokok lokal selain beras dan terigu dalam mendukung pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman (B2SA). Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan utama dalam gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP). Keberhasilan gerakan P2KP ditentukan juga oleh ketersediaan aneka ragam bahan pangan dan perilaku konsumen dalam mengonsumsi aneka ragam pangan. Efektivitas P2KP akan tercapai apabila upaya internalisasi didukung dan berjalan beriringan dengan pengembangan usaha pangan lokal.
Komoditas pangan lokal yang dikembangkan dalam kegiatan MP3L diprioritaskan pada 3 komoditas utama yaitu ubi kayu, jagung, dan sagu. Kegiatan MP3L di tahun 2015 merupakan lanjutan dari kegiatan MP3L tahun 2014 yang telah dilaksanakan pada 4 kabupaten/kota dan ditambah 26 kabupaten baru di tahun 2015 yang kesemuanya berada di 16 provinsi. Pelaksanaan kegiatan ini meliputi pengolahan pangan pokok lokal, pengemasan produk olahan pangan lokal, serta uji
penerimaan konsumen. Besar anggaran per kabupaten/kota adalah
Rp. 300.000.000,-.
2.3 Kegiatan Sosialisasi dan Promosi Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan (P2KP)
Kegiatan Sosialisasi dan Promosi P2KP dimaksudkan untuk
memasyarakatkan dan membudayakan pola konsumsi pangan B2SA kepada masyarakat melalui upaya penyebarluasan informasi, penyadaran sikap dan perilaku serta ajakan untuk memanfaatkan pangan lokal sebagai sumber gizi keluarga demi terciptanya pola hidup yang sehat, aktif, dan produktif.
gerakan/kampanye serta sosialisasi melalui media massa, cetak maupun elektronik, promosi pola pangan B2SA seperti “One day No Rice” atau penyelenggaraan kampanye saat car free day di beberapa kota besar, Lomba Cipta Menu Pangan B2SA, pameran diversifikasi pangan yang berfokus pada pengembangan pangan pokok lokal berbasis tepung-tepungan, gerakan/kampanye kreatif dan inovatif dalam memperkaya citra pangan lokal, serta melalui pelibatan tokoh formal dan informal yang berpengaruh di masyarakat.
Kegiatan sosialisasi dan promosi P2KP ini umumnya terdiri dari 4 (empat) sub kegiatan, yaitu:
1) Gerakan dan kampanye P2KP, dapat dilakukan melalui kegiatan:
Advokasi gerakan P2KP kepada tokoh masyarakat dan para pemangku
kepentingan;
Aksi nyata gerakan P2KP secara kreatif dan inovatif bersama-sama antara pemerintah, akademisi, swasta, LSM, serta masyarakat;
Seminar/lokakarya peningkatan diversifikasi pangan. 2) Lomba Cipta Menu B2SA, dapat dilakukan melalui:
Kerja sama dengan PKK;
Kerja sama dengan akademisi dan organisasi profesi;
Kerja sama dengan pihak swasta.
3) Promosi Media Massa, dengan melakukan:
Pemasangan billboard/baliho gerakan P2KP di tempat-tempat umum;
Penyiaran jingle P2KP di radio;
Penayangan iklan layanan masyarakat P2KP di televisi; dsn
Pembuatan dan pengiriman release ke koran/majalah dan media cetak lainnya.
Penyebaran informasi melalui media sosial di internet.
4) Pameran/Festival Diversifikasi Pangan, dapat dilaksanakan dengan melakukan:
Promosi pangan pokok lokal;
Penyediaan icip-icip produk olahan pangan pokok lokal;
Demo masak pangan pokok lokal; dan
III. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Pelaksanaan Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui konsep KRPL tahun 2015 dilaksanakan di 2.294 desa baru pada 328 kabupaten/kota dan 1.515 desa lanjutan tahun 2014 pada 259 kabupaten/kota di 33 provinsi.
No Provinsi
a. Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep KRPL Kegiatan P2KP tahun 2015 merupakan pengembangan kegiatan KRPL sejak tahun 2010-2014. Sasaran desa/kelurahan/kelompok baru untuk tahun 2015 sebanyak 100 yang cakupan wilayahnya di 15 kabupaten/kota. Sedangkan untuk lanjutan 2014 terdapat 66 desa/kelurahan/kelompok lama di 11 kabupaten/kota di Aceh. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep KRPL di Provinsi Aceh
No Prov/Kab/Kota Tahun Sasaran Jumlah Desa
No Prov/Kab/Kota Tahun Sasaran Jumlah Desa
Ket: * penerima Dana Tugas Pembantuan Tahun 2013 - 2015
Secara umum kondisi daerah Aceh sangat potensial untuk pengembangan berbagai tanaman produktif, misalnya tanaman sayur-sayuran terutama di daerah Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah. Sementara itu, Kabupaten Aceh Singkil sangat potensial untuk pengembangan pangan lokal yaitu sagu.
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan KRPL di Provinsi Aceh antara lain:
Tingkat pengetahuan pengurus dan anggota kelompok yang
masih terbatas dan kurang memahami tertib administrasi dalam hal pertanggungjawaban keuangan dan pelaporan. Hal ini disebabkan kelompok ini merupakan kelompok wanita tani baru.
Pengetahuan anggota kelompok yang terbatas tentang teknik budidaya tanaman pangan/pekarangan maupun budidaya ternak dan ikan.
Kondisi pekarangan, baik rumah anggota kelompok maupun
sekolah yang belum memiliki pagar untuk melindungi tanaman budidaya dari gangguan hewan ternak, sehingga memerlukan biaya tambahan untuk pembuatan pagar tanaman.
Kurangnya partisipasi sebagian anggota kelompok dalam
menghadiri pertemuan secara rutin.
Masih sulitnya mengubah pola konsumsi berdasarkan pola
Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, antara lain:
Melakukan pembinaan dan pengawalan serta pembelajaran
tertib administrasi kelompok dan pertanggungjawaban
penggunaan dana bantuan serta pelaporan.
Melakukan bimbingan dan pengawalan secara rutin terhadap pelaksanaan kegiatan di lapangan oleh pendamping desa maupun penyuluh dari Kabupaten/Kota.
Membuat pagar sederhana dari kayu, bambu, dan jaring.
Mengedukasi ibu-ibu secara terus-menerus tentang pola
konsumsi berdasarkan kaidah B2SA.
b. Kegiatan Promosi P2KP
Guna mendukung gerakan Percepatan dan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) selain melalui kegiatan optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui Konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) juga dilakukan kegiatan promosi P2KP melalui media elektronik dan media cetak. Promosi melalui media elektronik dilakukan dalam bentuk Kampanye P2KP yang disiarkan dan ditayangkan melalui Radio, TV Aceh, dan LED Ketahanan Pangan dan Penyuluhan. Untuk media cetak dilakukan melalui koran dan baliho.
3.1.2 Provinsi Sumatera Utara
Tabel 3. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep KRPL di Provinsi Sumatera Utara
No Prov/Kab/Kota Tahun Sasaran Jumlah Desa
2013 2014 2015 2015 APBN-P 2013 2014 2015 2015 APBN-P Total
Ket: * penerima Dana Tugas Pembantuan Tahun 2013 – 2015
poster, leaflet, banner, baliho, tayangan di media elektronik, pemberitaan di media cetak serta melalui pameran – pameran yang diikuti oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara. Adapun promosi yang telah dilaksanakan antara lain:
1. Promosi melalui Media Elektronik.
Berita Lomba Cipta B2SA dan Hari Pangan Sedunia ke 35 Tingkat Provinsi TH. 2015 di TVRI Medan dan I News serta Radio Sindo
2. Promosi melalui Media Cetak.
Memasang iklan tentang ajakan penggunaan Tepung Mocaf.
Pemberitaan dan ulasan tentang ” Manggadong ” di berbagai
media cetak.
Ulasan tentang Gerakan One Day No Rice
3. Promosi Media Luar.
Pemasangan baliho.
Pembuatan banner, leaflet dan brosur.
Sosialisasi ke Kabupaten / Kota.
Sosialisasi kepada penyuluh dan TP. PKK.
Sosialisasi kepada Kasubbag Umum dan Pengelola Kantin
seluruh SKPD Provinsi Sumatera Utara tentang Gerakan One Day no Rice agar mengimplementasikan Surat Edaran Gubernur Sumatera Utara Nomor ; 501/1508/Tahun 2014 tanggal 25 Februari 2014 tentang Pelaksanaan Gerakan Satu Hari Tanpa Nasi( One Day No Rice) di Provinsi Sumatera Utara yang dilaksanakan setiap hari selasa pada setiap minggunya dengan dipelopori oleh PNS untuk tidak menyajikan makanan dari beras dan Terigu pada kantin/kantin SKPD setiap selasa dan menggantinya dengan bahan pangan lokal . Pada kesempatan ini juga telah diberikan buku resep olahan pangan lokal agar dapat menjadi acuan dalam pelaksanaannya
Monitoring Pelaksanaan kegiatan One Day No Rice di semua SKPD Lingkup Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
Sosialisasi kepada Mahasiswa dan Anak Sekolah.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara telah
melaksanakan sosialisasi Kegiatan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan tingkat Provinsi Tahun 2015 pada bulan Maret 2015.
Melaksanakan Pelatihan Penyusunan Pola Pangan Harapan
dan pembekalan Survey PPH bagi aparat dan pendamping Kab/Kota dan Desa pada tanggal 29 dan 30 Maret 2015
Pelatihan Bertanam Dengan Metode Hidroponik bagi kelompok KRPL dan pendamping
Melaksanakan Kampanye/Sosialisasi One Day No Rice kepada Kelompok KRPL pada tgl 15 s/d 16 Desember 2015
3.1.3 Provinsi Sumatera Barat
Kegiatan P2KP tahun 2015 merupakan pengembangan kegiatan KRPL sejak tahun 2010-2014. Sasaran desa/kelurahan/kelompok baru untuk tahun 2015 sebanyak 142 (130 dari APBN dan 12 dari APBN-P) yang cakupan wilayahnya di 19 kabupaten/kota. Sedangkan untuk lanjutan 2014 terdapat 72 desa/kelurahan/kelompok lama di 13 kabupaten/kota di Sumatera Barat. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep KRPL di Provinsi Sumatera Barat
No Prov/Kab/Kota Tahun Sasaran Jumlah Desa
No Prov/Kab/Kota Tahun Sasaran Jumlah Desa
Ket: * penerima Dana Tugas Pembantuan Tahun 2013 - 2015
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan, antara lain:
a. Sebagian Petugas Penyuluh Pendamping tidak berada di bawah koordinasi Kantor Ketahanan Pangan sehingga menyulitkan untuk berkoordinasi serta penyuluh ini banyak dibebani dengan berbagai program dari Kementerian Pertanian.
b. Keterbatasan jumlah staf di Kabupaten/Kota sehingga menyulitkan untuk pembinaan dan monitoring-evaluasi ke lapangan.
c. Masih ada sebagian lokasi dari kebun bibit di Kabupaten yang tidak berkembang karena musim kemarau panjang.
d. Untuk melaksanakan kegiatan P2KP diperlukan duungan dari
gubernur, bupati/walikota untuk dukungan anggaran
pendampingan dana APBD II paling lambat tahun 2015.
e. Keberhasilan kegiatan P2KP sangat tergantung dari
pemberdayaan pendamping dalam memberikan motivasi ke kelompok penerima bantuan.
Untuk menghadapi permasalahan yang ada, beberapa upaya yang telah dilakukan adalah:
a. Melaksanakan pertemuan koordinasi, sosialisasi dan monev dengan mengundang aparat tingkat Provinsi dan kabupaten/kota yang menangani kegiatan P2KP, serta melibatkan aparat nagari/kelurahan setempat secara berkala.
holder terkait untuk lebih maksimal dalam membina kelompok wanita tani sehingga akan memperlihatkan hasil dalam rangka perubahan sikap dan perilaku masyarakat terhadap pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman.
c. Perlunya sosialisasi yang berkesinambungan untuk memberikan pencerahan kepada KWT agar selalu mengupayakan lahan pekarangan untuk pemenuhan gizi keluarga disamping untuk peningkatan pendapatan.
3.1.4 Provinsi Sumatera Selatan
Kegiatan P2KP tahun 2015 merupakan pengembangan kegiatan KRPL sejak tahun 2010-2014. Sasaran desa/kelurahan/kelompok baru untuk tahun 2015 sebanyak 142 (72 dari APBN dan 20 dari APBN-P) yang cakupan wilayahnya di 10 kabupaten/kota. Sedangkan untuk lanjutan 2014 terdapat 42 desa/kelurahan/kelompok lama di 8 kabupaten/kota di Sumatera Selatan. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep KRPL di Provinsi Sumatera Selatan
No Prov/Kab/Kota Tahun Sasaran Jumlah Desa
2013 2014 2015 2015 APBN-P 2013 2014 2015 2015 APBN-P Total
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan, antara lain:
a. Terbatasnya tingkat pendidikan, pengetahuan dan pemahaman kelompok wanita tentang pengelolaan pemanfaatan pekarangan dan administrasi kelompok yang baik.
b. Masih kurangnya tingkat kesadaran kelompok wanita maupun masyarakat dalam pemanfaatan pekarangan rumah untuk memenuhi gizi keluarga.
c. Terbatasnya pengetahuan pendamping desa/penyuluh dalam membimbing kelompok wanita.
Beberapa hal yang dilakukan untuk mengantisipasi
permasalahan yang dihadapi adalah:
a. Melakukan sosialisasi secara terus menerus kepada kelompok wanita dan masyarakat tentang pentingnya memanfaatkan pekarangan untuk penyediaan pangan dan memenuhi gizi keluarga.
b. Meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan memotivasi kelompok wanita dan masyarakat tentang pentingnya pemanfaatan pekarangan.
c. Meningkatkan pengetahuan SDM pendamping desa/penyuluh melalui pelatihan-pelatihan, seminar dan lain-lain.
3.1.5 Provinsi Bangka Belitung
Tabel 6. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep KRPL di Provinsi Bangka Belitung
No Prov/Kab/Kota Tahun Sasaran Jumlah Desa
2013 2014 2015 2015 APBN-P 2013 2014 2015 2015 APBN-P Total
Ket: * penerima Dana Tugas Pembantuan Tahun 2013 – 2015
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan, antara lain:
1) Keterlambatan Pencairan Dana Bansos;
Pencairan dana Bansos seyogyanya masa pencairannya paling
lama pada Bulan Juni 2015, namun pencairan paling awal pada periode Bulan Juli sehingga agak mempengaruhi pelaksanaan kegiatan yang sudah di jadwalkan oleh kelompok di lapangan;
Pencairan dana Bansos KRPL umumnya jatuh pada saat musim
kemarau sehingga menjadi kendala untuk untuk pelaksanaan kebun bibit, pekarangan individu dan demplot kelompok;
Perubahan RKKA yang sudah di susun oleh kelompok, misalnya
adanya rencana baru yang di usulkan dan di pandang perlu oleh anggota dan masyarakat sekitar sehingga menyebabkan RKKA yang sudah ada harus di revisi kembali;
2) Pendamping desa/kelurahan kurang memahami konsep KRPL; 3) Kurangnya Pro Aktif dari anggota KRPL di beberapa kelompok
suatu kabupaten/kota;
4) Pemanfaatan lahan pekarangan oleh perorangan atau kelompok masih sebatas pelaksanaan kegiatan semata, belum berorentasi untuk mengembangkannya menjadi usaha perorangan atau kelompok;
6) Kebiasaan serta mental masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang umumnya merupakan daerah pertambangan sudah terbiasa ngelimbang atau ngendulang timah, juga merupakan salah satu kendala dalam pelaksanaan kegiatan ini, karena di Bangka Belitung khususnya ibu-ibu rumah tangga yang profesinya selain dari pegawai swasta atau PNS, selain ngurusi keluarga dirumah juga diselingi dengan pekerjaan ngendulang timah yang hanya dilakukan beberapa jam dan dijual langsung menghasilkan uang, sementara bercocok tanam dibutuhkan waktu yang relatip lebih lama untuk menghasilkan.
Beberapa antisipasi dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi adalah:
1) Adanya koordinasi yang baik antara Provinsi dan Pusat secara berkesinambungan;
Aparatur pemerintahan mulai dari Provisi, Kabupaten/Kota
kecamatan hingga desa harus peran aktif khususnya dalam menentukan proses calon penerima/calon lokasi kegiatan P2KP bagi penerima manfaat, sehingga kelompok wanita yang sudah ditentukan/dibentuk dapat segera di SK-kan baik ditingkat desa, kabupaten dan provinsi;
Seluruh pengurus, anggota kelompok dan penyuluh harus aktif dan bersama-sama dalam penyusunan Rencana Kegiatan dan
Kebutuhan Anggaran (RKKA). Kegiatan yang hendak
dilaksanakan serta kebutuhan barang yang akan di pakai haruslah di sesuaikan dengan keadaan setempat, agar tepat guna dan bernilai guna;
2) Selain pelatihan diadakan jadwal pertemuan rutin antara
Pendamping Desa/Kelurahan dengan Pendamping
Kabupaten/Kota membahas tentang Kegiatan KRPL,
permasalahan dan solusinya;
4) Penyuluh harus dapat memotivasi para pengurus dan anggota kelompok untuk dapat memanfaatkan pekarangan mereka menjadi suatu usaha individu atau kelompok yang dapat menambah pemasukan bagi rumah tangga mereka;
5) Memotivasi anggota agar lebih kreatif dan membuat percontohan untuk kelompok dalam usaha meningkatkan pengetahuan anggota dalam komoditas umbi-umbian;
6) Penyuluh beserta aparat provinsi dan kabupaten/kota bersama-sama mengajak masyarakat khususnya kelompok wanita untuk sedikit demi sedikit untuk lebih mendalami serta mengupayakan pemanfaatan pekarangan sebagai modal utama bagi keluarga memenuhi akan kebutuhan gizi keluarganya.
3.1.6 Provinsi Lampung
Kegiatan P2KP tahun 2015 merupakan pengembangan kegiatan KRPL sejak tahun 2010-2014. Sasaran desa/kelurahan/kelompok baru untuk tahun 2015 sebanyak 102 (86 dari APBN dan 16 dari APBN-P) yang cakupan wilayahnya di 12 kabupaten/kota. Sedangkan untuk lanjutan 2014 terdapat 42 desa/kelurahan/kelompok lama di 7 kabupaten/kota di Lampung. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep KRPL di Provinsi Lampung
N
o Prov/Kab/Kota
Tahun Sasaran Jumlah Desa
N
o Prov/Kab/Kota
Tahun Sasaran Jumlah Desa
2013 2014 2015 2015 APBN-P 2013 2014 2015 2015 APBN-P Total
14 Kota Metro 1 1 8 8 16
15 Kab. Pesisir Barat
Total Kabupaten 14 7 12 1 139 42 86 16 283
Ket: * penerima Dana Tugas Pembantuan Tahun 2013 - 2015
Secara teknis kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari tidak ada kendala, karena konsep pemanfaatan pekarangan ini telah lama dikenal oleh masyarakat, dan pendamping desa juga merupakan tenaga penyuluh lapangan setempat yang telah banyak dikenal masyarakat dan bergaul akrab dengan warga, hanya terganjal masalah antara lain :
1. Kebiasaan warga yang menanam sayuran tidak didepan rumah, melainkan disamping atau dibelakang rumah. Dan manajeman pengolahan kebun bibit yang belum tepat sehingga seringkali bibit tidak optimal dikarenakan sudah terlalu besar belum ditanam dipekarangan dan ketersediaan bibit yang tidak sesuai dengan waktu tanam. Penanaman ini pun terkendala dengan cuaca/musin yang kurang pas untuk bercocok tanam, sementara untuk penyiraman terkendala dengan ketersediaan air.
2. Dalam melaksanakan pendampingan kepada kelompok penerima manfaat pendamping desa dan pengurus kelompok merasakan kurangnya pemahaman mereka akan kegiatan ini secara teknis akibat kurang adanya pelatihan kepada pendamping desa dan pengurus kelompok.
4. Pengurus kelompok belum terampil dalam pembukuan administrasi kelompok dan kesulitan dalam pemasaran pangan lokal yang mereka miliki sehingga kelompok ragu bahkan enggan untuk memproduksi kembali.
5. Dengan luas dan jauhnya letak desa penerima manfaat P2KP serta terbatasnya petugas/pendamping baik provinsi maupun di 13 Kab/kota se Provinsi Lampung menyebabkan kurang optimalnya proses identifikasi/verifikasi calon penerima manfaat, pembinaan, monitoring dan evaluasi penerima manfaat P2KP.
3.1.7 Provinsi Bengkulu
Kegiatan P2KP tahun 2015 merupakan pengembangan kegiatan KRPL sejak tahun 2010-2014. Sasaran desa/kelurahan/kelompok baru untuk tahun 2015 sebanyak 74 (52 dari APBN dan 22 dari APBN-P) yang cakupan wilayahnya di 8 kabupaten/kota. Sedangkan untuk lanjutan 2014 terdapat 28 desa/kelurahan/kelompok lama di 5 kabupaten/kota di Bengkulu. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep KRPL di Provinsi Bengkulu
No Prov/Kab/Kota Tahun Sasaran Jumlah Desa
2013 2014 2015 2015 APBN-P 2013 2014 2015 2015 APBN-P Total
Ket: * penerima Dana Tugas Pembantuan Tahun 2013 - 2015
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan, antara lain:
bulan April, dimana seharusnya dilakukan pada bulan Januari-Februari.
b. Penetapan penyuluh pendamping belum tepat waktu
c. Dukungan program/kegiatan dari instalasi lintas sektor belum optimal.
d. Pembinaan oleh pendamping masih belum maksimal karena berbagai hal: tidak berasal dari daerah setempat, tidak tinggal di lokasi binaan, dan bahkan SDM dan pendamping sangat terbatas. e. Pembinaan oleh aparat provinsi dan kabupaten masih terbatas,
karena masih kurangnya personil, biaya, dan lain-lain.
f. Pengembangan komoditas dalam pemanfaatan lahan pekarangan ada yang kurang berhasil karena adanya serangan hama/penyakit, dan lain-lain, dan menyebabkan tanaman mati, tetapi tanpa diikuti berita acara atau laporan.
g. Kurangnya perencanaan usaha kelompok dan analisis kelayakan usaha.
h. Sebagian besar kelompok belum mengolah umbi-umbian menjadi tepung-tepungan karena belum adanya permintaan yang kontinyu dan masih kurangnya minat masyarakat untuk mengolah makanan dari bahan yang berbasis pangan lokal.
i. Hasil kegiatan pembuatan tepung-tepungan masih banyak yang belum dimanfaatkan untuk pengembangan B2SA bagi anak-anak sekolah.
j. Pemanfaatan lahan pekarangan ada yang masih belum optimal k. Masih kurangnya dukungan dana dari APBD I maupun APBD II.
Beberapa antisipasi dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi adalah:
a. Verifikasi dan penetapan CPCL tepat waktu pada bulan Januari-Februari.
b. Penetapan penyuluh pendamping tepat waktu pada Januari-Februari.
ditingkatkan terkait dengan perlunya persepsi yang sama. laporan serta perencanaan usaha kelompok.
h. Perlu ditingkatkan hasil kegiatan pembuatan tepung-tepungan. i. Identifikasi lahan pekarangan yang akan dijadikan kebun
pekarangan kelompok dan sosialisasi.
3.1.8 Provinsi Jambi
Kegiatan P2KP tahun 2015 merupakan pengembangan kegiatan KRPL sejak tahun 2010-2014. Sasaran desa/kelurahan/kelompok baru untuk tahun 2015 sebanyak 62 yang cakupan wilayahnya di 8 kabupaten/kota. Sedangkan untuk lanjutan 2014 terdapat 54 desa/kelurahan/kelompok lama di 9 kabupaten/kota di Jambi. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel 9. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep KRPL di Provinsi Jambi
No Prov/Kab/Kota Tahun Sasaran Jumlah Desa
2013 2014 2015 2015 APBN-P 2013 2014 2015 2015 APBN-P Total
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan, antara lain:
a. Keterlambatan pelaksanaan kegiatan sangat berdampak pada
tidak adanya perubahan pola konsumsi di rumah tangga kelompok sasaran.
b. Kondisi di lapangan belum memperhatikan bagaimana supaya
keberadaan tanaman dan ternak yang mereka pelihara tetap berlanjut dan memberikan manfaat jangka panjang dalam memenuhi kebutuhan pangan anggota keluarganya.
c. Kecenderungan pemahaman anggota kelompok yang masih
berorientasi pada kegiatan proyek yang habis satu tahun anggaran merupakan salah satu penyebab bahwa kegiatan yang didanai tahun 2013 tidak berlanjut/lestari.
d. Ketergantungan anggota kelompok terhadap bantuan yang
disalurkan dan kurangnya pembinaan oleh beberapa pendamping juga menjadi penyebab kurang maksimalnya pelaksanaan optimalisasi pemanfaatan pekarangan anggota.
e. Anggota KWT belum terbiasa menjual kelebihan hasil
pekarangannya untuk dijadikan sebagai tambahan penghasilan,
sehingga berdampak pada kurangnya semangat dalam
mengelola kegiatan serta kebingungan dalam melanjutkan kegiatan optimalisasi pemanfaatan pekarangan.
f. Secara teknis, masih ada beberapa kelompok di Kabupaten/Kota
Beberapa antisipasi dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi adalah:
a. Pembenahan administrasi pertanggungjawaban, pembukuan keuangan yang mengacu pada Rencana Kegiatan dan Kebutuhan Anggaran (RKKA) yang masih perlu diperbaiki.
b. Kelompok-kelompok sasaran yang belum merealisasikan
kegiatan sesuai dengan ketentuan dalam pedoman pelaksanaan,
petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis, supaya
memperbaikinya dengan dana yang ada atau menambah dari swadaya kelompok.
c. Sangat diperlukan perubahan pola pengelolaan agar seluruh
rangkaian kegiatan P2KP melalui Konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dapat berlanjut dan berkesinambungan. d. Diperlukan keseriusan aparat dalam memahami konsep dan
ketentuan KRPL yang ada untuk mensukseskan pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
3.1.9 Provinsi Banten
a. Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Dengan konsep KRPL
Kegiatan P2KP tahun 2015 merupakan pengembangan kegiatan KRPL sejak tahun 2010-2014. Sasaran desa/kelurahan/kelompok baru untuk tahun 2015 sebanyak 40 (30 dari APBN dan 10 dari APBN-P) yang cakupan wilayahnya di 6 kabupaten/kota. Sedangkan untuk lanjutan 2014 terdapat 20 desa/kelurahan/kelompok lama di 4 kabupaten/kota di Banten. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel 10. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep KRPL di Provinsi Banten
No Prov/Kab/Kota Tahun Sasaran Jumlah Desa
2013 2014 2015 2015 APBN-P 2013 2014 2015 2015 APBN-P Total
1 Kab. Serang 1 1 9 6 15
2 Kab. Pandeglang * 1 1 1 13 6 6 6 31
3 Kab. Lebak 1 1 1 10 6 6 4 26
4 Kab. Tangerang 1 10 10
No Prov/Kab/Kota Tahun Sasaran Jumlah Desa
Ket: * penerima Dana Tugas Pembantuan Tahun 2013 - 2015
Dalam pelaksanaan kegiatan terdapat permasalahan-permasalahan yang dihadapi, antara lain:
Secara struktural lembaga ketahanan pangan belum terbentuk di seluruh kabupaten/kota. Di tingkat provinsi/kabupaten/kota yang sudah terbentuk belum didukung dengan sumberdaya manusia yang proporsional dan profesional. Keadaan ini berdampak pada kurangnya dukungan anggaran dari pemerintah daerah terhadap program diversifikasi pangan.
Pemahaman pangan lokal sebagai pangan alternative disamping
beras belum secara utuh dipahami sebagai pangan yang punya potensi ekonomi dan social yang berdampak positif terhadap produktivitas petani lokal
Ketergantungan terhadap bantuan dari pemerintah masih dirasakan
sebagai kebutuhan, hal ini berdampak terhadap rasa memiliki pada program yang diluncurkan belum optimal
Jumlah penerima bantuan jauh lebih besar dibandingkan dengan kekuatan anggaran yang dimiliki sehingga proses seleksi calon penerima harus lebih obyektif
Perbedaan visi, misi dan kekuatan anggaran antara provinsi dan kabupaten/kota berdampak pada sulitnya sinkronisasi dan penyamaan program.
Ada beberapa kegiatan P2KP yang tidak terserap dikarenakan
keterbatasan waktu, efisiensi anggaran dan penyesuaian tarif Standar Biaya Umum APBN 2015
.Kelompok wanita beranggotakan minimal 15 rumah tangga,
Masih terlihat lahan kosong di sekitar kawasan.
Semua memiliki kelembagaan yang sah, struktur organisasi yang jelas dan diketahui kepala desa namun belum berbadan hukum (akte Notaris), saran masuk anggota koperasi KWT Ketapang.
Mampu menyediakan lahan untuk kebun bibit dan demplot kelompok
(tidak menyewa) ada yang belum memiliki surat
pengesahan/persetujuan penggunaan lahan milik orang lain Mampu mengelola keuangan kelompok dan melaksanakan kegiatan secara berkesinambungan (bagaimana dg rak dan polybagnya sdh kosong baru berumur 3 bulan)
Pembuatan KBD yang salah terutama atapnya (asbes), nama
bangunan ada yang bukan KBD, KBD kosong.
Masih ada Demplot yang kosong (sekali panen kmd ditinggalkan).
Polybag dan rak vertikultur banyak yang kosong (baru 2 bulan).
b. Sosialisasi dan Promosi P2KP
Pelaksanaan kegiatan Sosialisasi dan Promosi P2KP yang dilakukan antara lain :
1. Promosi Iklan layanan masyarakat dalam rangka Percepatan Diversifikasi Pangan melalui media
2. Pencetakan Media Promosi dalam rangka Percepatan Diversifikasi Pangan
3. Promosi Penganekaragaman Konsumsi Berbasis Pangan Lokal 4. Promosi P2KP melalui Pameran meliputi :
Pameran Pangan Lokal di acara HUT Banten
Pameran Pangan Lokal dalam rangka Festival Anyer di Tanjung
Tum Anyer
Pameran dalam rangka Hari Pangan Sedunia
Pameran Gelar Pangan Nusantara
Pameran – Pameran Lokal lain nya
Koordinasi Percepatan Diversifikasi Pangan
Bintek Percepatan Diversifikasi Pangan
Sosialisai P2KP di lembaga formal dan non formal
3.1.10 Provinsi Jawa Barat
a. Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui konsep KRPL Kegiatan P2KP tahun 2015 merupakan pengembangan kegiatan KRPL sejak tahun 2010-2014. Sasaran desa/kelurahan/kelompok baru untuk tahun 2015 sebanyak 152 (84 dari APBN dan 68 dari APBN-P) yang cakupan wilayahnya di 17 kabupaten/kota.
Sedangkan untuk lanjutan 2014 terdapat 66
desa/kelurahan/kelompok lama di 11 kabupaten/kota di Jawa Barat. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel 11. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep KRPL di Provinsi Jawa Barat
No Prov/Kab/Kota Tahun Sasaran Jumlah Desa
No Prov/Kab/Kota Tahun Sasaran Jumlah Desa
2013 2014 2015 2015 APBN-P 2013 2014 2015 2015 APBN-P Total
26 Kota Depok 1 12 12
Total Kabupaten 26 11 14 3 328 66 84 68 546
Ket: * penerima Dana Tugas Pembantuan Tahun 2013 - 2015
b. Promosi P2KP
Kegiatan promosi P2KP di Provinsi Jawa Barat dilakukan melalui kegiatan pameran baik di tingkat provinsi maupun nasional serta lomba cipta menu.
3.1.11 Provinsi DKI Jakarta
a. Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep KRPL
Kegiatan P2KP tahun 2015 merupakan pengembangan kegiatan KRPL sejak tahun 2010-2014. Tidak ada desa/kelurahan/kelompok baru untuk tahun 2015. Sedangkan untuk lanjutan 2014 terdapat 8 desa/kelurahan/kelompok lama di 4 kabupaten/kota di DKI Jakarta. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel 12. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep KRPL di Provisi DKI Jakarta
No Prov/Kab/Kota Tahun Sasaran Jumlah Desa
2013 2014 2015 2015 APBN-P 2013 2014 2015 2015 APBN-P Total
Ket: * penerima Dana Tugas Pembantuan Tahun 2013 - 2015
b. Promosi P2KP
c. Permasalahan
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan P2KP antara lain sebagai berikut:
i. Kurangnya sosialisasi, promosi dan edukasi kepada, masyarakat
luas tentang Program Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan terutama kepada para ibu-ibu, anggota PKK, ibu-ibu anggota pengajian dan lain-lain.
ii. Kurangnya kesadaran masyarakat tentangmenu makanan yang Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman terhadap tingkat kesehatan individu dan masyarakat.
iii. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam upaya
mengembangkan pangan lokal yang bermanfaat bagi kesehatan masyarakat
iv. Kurangnya kesadaran terhadap pengetahuan gizi dan menu seimbang
v. Musim kemarau yang cukup panjang sampai bulan September, sehingga kegiatan lanjutan P2KP tahun 2013 agak terhambat, banyak tanaman yang mati, demplot dabn KBD kurang berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Dari berbagai permasalahan yang dihadapi, beberapa upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut:
i. Perlunya peningkatan dan percepatan dukungan terhadap upaya sosialisasi, promosi dan edukasi yang terus-menerus kepada individu dan kelompok sasaran dalam memperkenalkan program P2KP dengan segala aktivitas pendukungnya.
ii. Memberikan pengertian, himbauan dan ajakan kepada seluruh anggota masyarakat dengan berbagai metoda penyuluhan dalam rangka meningkatkan pengetahuan tentang menu makanan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman.
iii. Mengupayakan dan menghimbau teru-menerus tentang
iv. Melakukan sosialisasi program P2KP pada tingkat kelurahan sampai kepada tingkat masyarakat
3.1.12 Provinsi Jawa Tengah
a. Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui Konsep KRPL Kegiatan P2KP tahun 2015 merupakan pengembangan kegiatan KRPL sejak tahun 2010-2014. Sasaran desa/kelurahan/kelompok baru untuk tahun 2015 sebanyak 328 (254 dari APBN dan 74 dari APBN-P) yang cakupan wilayahnya di 32 kabupaten/kota.
Sedangkan untuk lanjutan 2014 terdapat 146
desa/kelurahan/kelompok lama di 24 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel 13. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep KRPL di Provisi Jawa Tengah
No Prov/Kab/Kota Tahun Sasaran Jumlah Desa
No Prov/Kab/Kota Tahun Sasaran Jumlah Desa
2013 2014 2015 2015 APBN-P 2013 2014 2015 2015 APBN-P Total
28 Kab. Karanganyar 1 1 18 12 6 36
29 Kab. Wonogiri * 1 1 1 22 8 10 40
30 Kota Semarang 1 1 14 4 4 22
31 Kota Salatiga 1 1 1 7 4 4 15
32 Kota Magelang 1 1 6 4 10
33 Kota Pekalongan 1 1 1 10 4 4 18
34 Kota Tegal 1 1 5 4 4 13
35 Kota Surakarta 1 1 5 4 9
Total Kabupaten 35 24 32 0 632 146 254 74 1.106
Ket: * penerima Dana Tugas Pembantuan Tahun 2013 - 2015
b. Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L)
Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L) dilaksanakan di 4 (empat) kabupaten di tahun 2016. Lokasi Kegiatan Model Pengembangan Pengolahan Pangan Lokal (MP3L) Provinsi Jawa Tengah yaitu:
Kelompok Mutiara Baru
Desa Plumbon, Kec. Karangsambung, Kab. Kebumen
Kelompok Bimo Caf
Desa Johunut. Kec. Paranggupito, Kab. Wonogiri
Kelompok Purwo Mandiri
Desa Purwosari, Kec.Wonoboyo, Kab. Temanggung Kelompok Pondok Pesantren Darur Rudwan ”Alfadholi”
Desa Ngablak, Kecamatan Cluak Kabupaten Pati.
Kelompok Maju Jaya
Desa Boloh, Kecamatan Toroh, Kabupaten Purwodadi c. Sosialisasi dan Promosi P2KP
3.1.13 Provinsi DI. Yogyakarta
a. Optimalisasi pemanfaatkan pekarangan melalui Konsep KRPL Kegiatan P2KP tahun 2015 merupakan pengembangan kegiatan KRPL sejak tahun 2010-2014. Sasaran desa/kelurahan/kelompok baru untuk tahun 2015 sebanyak 28 (12 dari APBN dan 16 dari APBN-P) yang cakupan wilayahnya di 3 kabupaten/kota.
Sedangkan untuk lanjutan 2014 terdapat 12
desa/kelurahan/kelompok lama di 2 kabupaten/kota di DI Yogyakarta. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel 14. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep KRPL di Provisi D.I Yogyakarta
No Prov/Kab/Kota Tahun Sasaran Jumlah Desa
2013 2014 2015 2015 APBN-P 2013 2014 2015 2015 APBN-P Total
Ket: * penerima Dana Tugas Pembantuan Tahun 2013 - 2015
Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan KRPL di DI. Yogyakarta antara lain sebagai berikut:
i. Kesadaran anggota di beberapa kelompok wanita tani penerima manfaat untuk melaksanakan pemanfaatan pakarangan melalui konsep KRPL masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Apabila pendampingan tidak intensif, kecenderungan untuk tidak melanjutkan mengoptimalkan pemanfaatan pekarangan setelah tanaman (terutama tanaman sayuran) mereka panen masih ada, sehingga di beberapa kelompok wanita penerima manfaat P2KP terutama kelompok yang sudah berjalan 2 tahun tidak terlihat sebaik pada saat pelaksanaan kegiatan P2KP tahun pertama. ii. Pendampingan terhadap kelompok penerima manfaat P2KP
menurun dibanding tahun pertama ketika kelompok wanita melaksanakan kegiatan.
iii. Tertib administrasi pemanfaatan dana bansos masih belum baik iv. Musim kemarau yang panjang, mengganggu proses kegiatan
pemanfaatan di kelompok, sehingga terdapat beberapa kelompok wanita tani yang menunda penanaman di pekarangan, menunggu setelah ada hujan.
Untuk itu upaya-upaya uang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut antara lain dengan:
i. Mengoptimalkan kegiatan pertemuan kelompok untuk
membahas masalah/kegiatan optimalisasi pemanfaatan
pekarangan dimasing-masing kelompok
ii. Mengoptimalkan pembinaan/pendampingan terhadap kelompok
wanita penerima manfaat P2KP oleh penyuluh
pertanian/pendamping P2KP desa
iii. Melakukan koordinasi rutin dengan penyuluh
pertanian/pendamping desa P2KP di masing-masing
kabupaten/kota dan dalam setiap pertemuan masing-masing
penyuluh dimintai laporan hasil pembinaan maupun
perkembangan kelompok yang dalam binaannya.
b. Model Pengembangan Pengolahan Pangan Lokal (MP3L)
Kegiatan MP3L tahun 2015 merupakan kegiatan lanjutan tahun 2014, dengan lokasi unit percontohan yang berada di UKM SRIOCA, yang berlokasi di Dusun Tulung, Desa Srihardono, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul. Dalam pelaksanaannya, kegiatan MP3L di DI. Yogyakarta menghadapi berbagai permasalahan, antara lain:
kemampuan yang terbatas harus memenuhi kebutuhan pangan RTS di Kabupaten Bantul, khususnya RTS di Kecamatan Pundong.
b. Biaya kemasan untuk produk pangan MP3L masih cukup tinggi, sehingga akan menambah harga pangan dimaksud, hal ini dikarenakan biaya cetak kemasan masih mahal dan jumlah cetaknya masih dalam jumlah terbatas.
c. Belum semua produk tepung tapioka yang dihasilkan di Kabupaten Bantul kualitasnya baik sebagai bahan pembuatan mie kering di lokasi MP3L, sehingga tidak menutup kemungkinan pengelola MP3L menggunakan tepung tapioka dari luar Kabupaten Bantul agar kualitas produk mie kering bisa diterima masyarakat konsumen.
d. Produk pangan MP3L berupa Mie SRIOCA belum mempunyai hak patent/ hak cipta, sehingga bisa terjadi merk tersebut dimanfaatkan/digunakan pelaku usaha lain.
Dari permasalahn-permasalahan yang ada tersebut, beberapa upaya yang dilakukan adalah:
a. Meningkatkan kapasitas alat yang diimbangi dengan kemampuan tenaga kerja (menambah alat yang berdaya produksi lebih tinggi) yang diharapkan bisa difasilitasi Pemerintah Kabupaten Bantul atau Pemerintah Provinsi DIY melalui Dinas Perindagkopdan UKM dan meningkatkan ketrampilan tenaga kerja yang ada di unit percontohan MP3L. b. Perlunya unit percontohan MP3L difasilitasi alat pembuat
kemasan yang harganya terjangkau, sehingga nantinya bisa memperoleh kemasan dengan harga lebih murah,
d. Perlu peningkatan kualitas tepung tapioka yang dihasilkan oleh para pelaku usaha produsen tepung tapioka di Kabupaten Bantul sebagai bahan baku pembuatan mie kering produk MP3L, sehingga UKM SRIOCA dapat memanfaatkan tepung tapioka yang ada di Kabupaten Bantul
e. Perlu dipikirkan oleh Pemerintah kabupaten melalui instansi yang berwenang untuk mendaftarkan hak cipta/hak paten mie SRIOCA.
c. Promosi dan Sosialisasi P2KP
Kegiatan promosi yang telah dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY adalah :
A. Gerakan atau Kampanye P2KP
Kegiatan gerakan atau kampanye P2KP yahun 2015 di DIY telah dilaksanakan dengan dana APBD 2015, berupa Gerakan Pola Konsumsi Pangan Berimbang, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA), pada tanggal 6 - 7 Mei 2015 yang diselenggarakan di 4 kabupaten dan kota (kerjasama antara BKPP DIY dengan Badan/Dinas/Kantor yang menangani fungsi dan tugas ketahanan pangan di kabupaten/kota di DIY dan TP PKK kabupaten/kota )
B. Lomba Cipta Menu B2SA
Kegiatan ini telah dilaksanakan melalui :
1. Lomba Cipta Menu B2SA dalam rangka Hari Pangan Sedunia (HPS) XXXV DIY pada tanggal 4 September 2015 di Komplek Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Jl. Kusumanegara No.2 Yogyakarta
2. Lomba Cipta Menu B2SA dalam rangka Hari Pangan Sedunia (HPS) XXXV Tahun 2015 tingkat Nasional, tanggal 17 November 2015 di Palembang, Sumatera Selatan
5 September 2015 di Komplek Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Jl. Kusumanegara No.2 Yogyakarta
C. Pameran P2KP
Kegiatan pameran telah dilaksanakan melalui :
1. Pameran Pangan Nusantara, pada tanggal 9 s/d. 12 Mei 2015 di Jogja Expo Centre (JEC) Jl. Janti Yogyakarta
2. Pameran dalam rangka Hari Krida Pertanian DIY, pada tanggal bulan Juli 2015 di komplek Pertanian Jl. Gondosuli No.6 Yogyakarta
3. Pameran dalam rangka Hari Pangan Sedunia (HPS) XXXV DIY pada tanggal 4 s/d. 6 September 2015 di Komplek
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Jl.
Kusumanegara No.2 Yogyakarta
4. Pameran dalam rangka Hari Pangan Sedunia (HPS) XXXV Tahun 2015 tingkat Nasional, tanggal 17 s/d. 20 Oktober 2015 di Palembang, Sumatera Selatan
3.1.14 Provinsi Jawa Timur
a. Optimalisasi pemanfaatkan pekarangan melalui Konsep KRPL Kegiatan P2KP tahun 2015 merupakan pengembangan kegiatan KRPL sejak tahun 2010-2014. Sasaran desa/kelurahan/kelompok baru untuk tahun 2015 sebanyak 28 (12 dari APBN dan 16 dari APBN-P) yang cakupan wilayahnya di 3 kabupaten/kota.
Sedangkan untuk lanjutan 2014 terdapat 12
desa/kelurahan/kelompok lama di 2 kabupaten/kota di Jawa Timur. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel 15. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep KRPL di Provinsi Jawa Timur
No Prov/Kab/Kota Tahun Sasaran Jumlah Desa
No Prov/Kab/Kota Tahun Sasaran Jumlah Desa
Ket: * penerima Dana Tugas Pembantuan Tahun 2013 - 2015
3.1.15 Provinsi Bali
Tabel 16. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep KRPL di Provinsi Bali
No Prov/Kab/Kota Tahun Sasaran Jumlah Desa
2013 2014 2015 2015 APBN-P 2013 2014 2015 2015 APBN-P Total
Ket: * penerima Dana Tugas Pembantuan Tahun 2013 - 2015
Kegiatan optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep KRPL dilaksanakan dengan kegiatan (1) pengadaan kebun bibit desa, (2) pengembangan pekarangan anggota dan demplot kelompok, (3)
pengembangan kebun sekolah, dan (4) pengenalan dan
pengembangan menu B2SA. Dalam pelaksanaannya, permasalahan yang dihadapi antara lain sebagai berikut:
a. Cuaca panas dan kemarau yang berkepanjangan sehingga kesulitan mendapatkan air.
b. Masih adanya anggota KWT yang kurang paham tentang budidaya tanaman dan pemupukan yang baik.
c. Masih kurangnya pemahaman dan peran aktif anggota dalam pemanfaatan pekarangannya.
d. Kurangnya kesadaran masyarakat/anggota kelompok tentang pentingnya mengkonsumsi pangan dengan menu B2SA.
e. Kurangnya kesadaran dan kemampuan anggota KWT untuk menyebarluaskan kegiatan P2KP/KRPL.
3.1.16 Provinsi Nusa Tenggara Barat
baru untuk tahun 2015 sebanyak 72 yang cakupan wilayahnya di 10 kabupaten/kota. Sedangkan untuk lanjutan 2014 terdapat 36 desa/kelurahan/kelompok lama di 6 kabupaten/kota di Nusa Tenggara Barat. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel 17. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep KRPL di Provisi Nusa Tenggara Barat
No Prov/Kab/Kota Tahun Sasaran Jumlah Desa
2013 2014 2015 2015 APBN-P 2013 2014 2015 2015 APBN-P Total
Ket: * penerima Dana Tugas Pembantuan Tahun 2013 – 2015
Adapun permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan P2KP di lapangan antara lain:
i. Masyarakat di lokasi program P2KP Provinsi NTB umumnya memiliki tingkat pengetahuan dan kesadaran yang rendah dalam pemanfaatan pekarangan
ii. Tingkat keragaman dan keseimbangan konsumsi pangan masyarakat yang masih rendah
iii. Rendahnya pengetahuan dan ketrampilan pengurus kelompok dalam manajemen dan pengadministrasian kelompok.
iv. Kurangnya kemampuan penyuluh pendamping P2KP dalam kegiatan P2KP.
b. Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L)
bakunya. Produk yang telah dihasilkan adalah Beras Sasambo. c. Promosi dan sosialisasi P2KP
Kegiatan promosi dan sosialisasi P2KP di Provinsi NTB dilaksanakan melalui beberapa kegiatan seperti pameran-pameran produk pangan olahan yang berasal dari bahan baku lokal serta menjalin kerjasama dengan tim penggerak PKK untuk mendukung seluruh kegiatan P2KP.
3.1.17 Provinsi Nusa Tenggara Timur
Kegiatan P2KP tahun 2015 merupakan pengembangan kegiatan KRPL sejak tahun 2010-2014. Sasaran desa/kelurahan/kelompok baru untuk tahun 2015 sebanyak 42 yang cakupan wilayahnya di 7 kabupaten/kota. Sedangkan untuk lanjutan 2014 terdapat 50 desa/kelurahan/kelompok lama di 9 kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel 18. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep KRPL di Provisi Nusa Tenggara Timur
No Prov/Kab/Kota Tahun Sasaran Jumlah Desa
No Prov/Kab/Kota Tahun Sasaran Jumlah Desa
2013 2014 2015 2015 APBN-P 2013 2014 2015 2015 APBN-P Total
22 Kab. Malaka 1 6 6
23 Total Kabupaten 21 9 7 0 116 50 42 0 208
Ket: * penerima Dana Tugas Pembantuan Tahun 2013 - 2015
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan antara lain:
1. Belum semua kabupaten menyusun petunjuk teknis kegiatan sehingga permasalahan teknis lapangan sering menjadi kendala dalam proses pelaksanaan kegiatan.
2. Hal yang telah diatur di dalam Pedoman dan atau Petunjuk Pelaksanaan (misalnya pelaporan : sesuai dengan ketentuan dari kelompok/desa ke Kabupaten per bulan, dari Kabupaten ke Provinsi per triwulan dan dari Provinsi ke Pusat per semester)
belum semua dilaksanakan dan ditindaklanjuti ditingkat
Kabupaten maupun tingkat kelompok.
3. Pembukuan/administrasi kelompok belum tertata dengan baik. 4. Sumber daya manusia yang dimiliki terbilang lemah, dimana
sebagian besar anggota kelompok hanya lulusan Sekolah Dasar maupun tidak bersekolah sehingga penyerapan teknologi masih jauh dari harapan. Rendahnya SDM ini sangat berpengaruh terhadap pencapaian program secara optimal.
5. Pendampingan dari petugas pendamping masih sangat kurang disebabkan karena para petugas pendamping sebagian besar
tidak menetap di Desa sehingga tidak dilakukannya
pendampingan dengan baik. Dengan demikian anggota kelompok tidak mengetahui secara pasti kegiatan apa yang akan dilakukan atau dengan kata lain anggota melakukan kegiatan secara otodidak sejauh pengetahuan dan kemampuan anggota. Hal ini yang turut menjadi alasan kegiatan tidak berjalan dengan baik. 6. Pemanfaatan lahan pekarangan/demplot belum optimal karena
terbatasnya sumber air.
sayuran dan buah tertentu terkait adat istiadat.
8. Belum optimal peran pendamping terhadap pelaksanaan kegiatan di setiap kelompok pelaksana.
9. Belum optimal pelaksanaan pendampingan oleh petugas di tingkat kabupaten karena terbatasnya sarana parasarana dan pelaksanaan tugas rangkap.
10. Belum semua kelompok terjangkau listrik sehingga alat
pengolahan yang menggunakan listrik tidak dapat
dioperasionalkan.
Upaya pemecahan permasalahan tersebut di atas adalah sebagai berikut :
1. Kabupaten wajib menyusun petunjuk teknis kegiatan sehingga mengakomodir jalan keluar dari permasalahan teknis di lapangan sehingga tidak menjadi kendala dalam operasionalisasi kegiatan lebih lanjut.
2. Semua komponen yang terlibat dalam kegiatan P2KP/KRPL mulai dari kelompok, pendamping dan penanggungjawa kegiatan di tingka kabupaten harus mentaati aturan yang telah ditetapkan di dalam Pedoman/Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan.
3. Perlu adanya pendampingan yang intensif dan pelatihan pembukuan bagi kelompok.
4. Diperlukan suatu pelatihan sehingga dapat menunjang SDM dari
anggota pelaksana sehingga dapat menyerap
pengetahuan/teknologi dalam pelaksanaan kegiatan.
5. Perlu adanya kesadaran dari para petugas pendamping dalam melaksanakan tugasnya untuk mendampingi pelaksanaan kegiatan oleh anggota kelompok. Dengan adanya kesadaran untuk menampingi secara kontinyu maka diharapkan agar anggota kelompo dapat difasilitasi dengan pengetahuan yang baik dalam menjalankan kegiatan program;
7. Terkait adat istiadat dari beberapa masyarakat maka diharapkan agar masyarakat tersebut dapat menanam jneis sayuran dan buah yang lain untuk dapat dikonsumsi. Sedangkan jenis sayuran/buah yang dipantang/pamali dapat ditanam yang kemudian hasilnya dijual pada konsumen. Dengan demikian maka akan mendapatkan keuntungan pendapatan bagi keluarga dan juga perubahan status gizi bagi anggota keluarga.
8. Melakukan koordinasi dan pendekatan dengan pendamping, koordiantor kecamatan melalui tim teknis kabupaten.
9. Monitoring dan pembinaan perlu ditingkatkan dengan dukungan dana APBD II.
10. Operasionalisasi alat perlu dimusyawarahkan dengan baik.
3.1.18 Provinsi Kalimantan Timur
Kegiatan P2KP tahun 2015 merupakan pengembangan kegiatan KRPL sejak tahun 2010-2014. Sasaran desa/kelurahan/kelompok baru untuk tahun 2015 sebanyak 34 (18 dari APBN dan 16 dari APBN-P) yang cakupan wilayahnya di 5 kabupaten/kota. Sedangkan untuk lanjutan 2014 terdapat 36 desa/kelurahan/kelompok lama di 6 kabupaten/kota di Kalimantan Timur. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel 19. Rekapitulasi Data Penerima Dana Bantuan Sosial Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep KRPL di Provinsi Kalimantan Timur
No Prov/Kab/Kota Tahun Sasaran Jumlah Desa
2013 2014 2015 2015 APBN-P 2013 2014 2015 2015 APBN-P Total