• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2 752013001 Bab III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T2 752013001 Bab III"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN PRANIKAH DI KLASIS KOTA

GEREJA PROTESTAN MALUKU

SERTA FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBATNYA

(Suatu Penjelasan dan Analisis)

3.1.Pengantar

Keluarga, sebagai inti dari sebuah masyarakat memiliki peran penting untuk

membentuk generasi yang bertanggung jawab, berkarakter dan mampu

berspiritualitas. Tanggung jawab untuk membentuk keluarga yang „sehat‟ secara

spiritual, moral dan sosial tersebut menuntut perhatian lebih dari berbagai

kalangan termasuk dari pihak Gereja. Melalui Gereja, pembentukan keluarga yang

ideal mendapat bentuknya dari berbagai persiapan yang dijalani oleh calon

pasangan suami dan istri (pasutri) jauh sebelum pemberkatan pernikahan. Salah

satu bentuk persiapan tersebut adalah pendidikan pranikah. Perhatian Gereja

dengan memberi porsi lebih kepada proses ini menjadi saat-saat paling penting

untuk menciptakan calon keluarga yang matang dan dewasa secara holistik.

Gereja Prostestan Maluku (GPM) dalam tanggung jawab memahami

pentingnya proses tersebut serta melihat berbagai fenomena masalah-masalah

keluarga yang timbul akibat pernikahan-pernikahan yang tidak dilengkapi sejak

awal telah mengambil langkah penting untuk memberikan pendidikan pranikah

yang holistik bagi calon pasangan suami-istri. Meninjau kebijakan tersebut maka

(2)

penyelenggaraan pendidikan pranikah di Klasis Kota Ambon dengan sampel data

terdiri dari tiga jemaat yaitu jemaat Silo, jemaat Bethel dan jemaat Imanuel.

Klasis Kota Ambon dipilih dengan mempertimbangkan wilayah pelayanan GPM

yang berada pada pusat ibu kota Maluku dengan mobilitas yang tinggi,

perkembangan informasi dan budaya yang lebih maju dibandingkan dengan

klasis-klasis yang lain. Sedangkan pemilihan ketiga jemaat ini didasari dari letak

geografis masing-masing jemaat yang dikategorikan sebagai jemaat perkotaan

dalam wilayah perbukitan dan dataran rata dengan jumlah jemaat terbanyak.

Identifikasi sampel ini berimplikasi pada berbagai permasalahan keluarga yang

timbul dari masing-masing jemaat.

Berdasarkan hal tersebut maka pembahasan bab ini dibagi menjadi beberapa

bagian untuk menjawab rumusan masalah yaitu gambaran umum wilayah

pelayanan Klasis Kota Ambon dan penyelengaraan pendidikan pranikah di tingkat

jemaat Klasis Kota Ambon serta faktor-faktor pendukung dan penghambatnya.

3.2.Gambaran Umum Wilayah Pelayanan Klasis Kota Ambon GPM

3.2.1. Wilayah Pelayanan Klasis Kota Ambon

Dalam Sidang Jemaat bersama dengan Badan Pekerja Sinode GPM tanggal

20 Mei 1973, diputuskan bahwa Klasis Kota Ambon resmi berdiri dengan tiga

jemaat, yakni Jemaat Bethel, Jemaat Bethania dan Jemaat Silo. Dalam

perkembangan selanjutnya, dicermati bahwa ketiga jemaat ini tidak efektif

menyelenggarakan pelayanan kepada warga jemaat, karena wilayah pelayanan

(3)

sejak tahun 1986 hingga kini, ketiga jemaat utama di atas telah dimekarkan

menjadi 15 jemaat umum, 1 jemaat khusus dan 2 jemaat kategorial, sehingga

keseluruhan jemaat dalam Klasis Kota Ambon adalah 18 jemaat. Berikut data

keadaan jemaat dan sektor pelayanannya:1

No. Jemaat/Sektor Jumlah KK Jumlah Jiwa

1 Bethel/19 Sektor 1.645 6.311

Tabel 3.1 Data Keadaan dan Sektor Pelayanan Jemaat-Jemaat Klasis Kota Ambon – GPM

1

(4)

3.2.2. Letak Geografis Klasis Kota Ambon

Klasis Kota Ambon berkedudukan di pusat Ibu Kota Provinsi Maluku.

Batas-batas wilayah Klasis Kota Ambon adalah sebagai berikut:2

 Sebelah utara berbatasan dengan Teluk Ambon

 Sebelah selatan berbatasan dengan Jemaat Pandan Kasturi

 Sebelah barat berbatasan dengan Jemaat Rehoboth

 Sebelah timur berbatasan dengan Jemaat Soya Kayu Putih

Gambar 3.1 Peta Kota Ambon (Sumber: www.websitesrcg.com)3

Menyangkut letak geografis Klasis Kota Ambon, maka perlu dikemukakan

beberapa karakteristik yang menonjol dalam jemaat-jemaat di lingkup Klasis Kota

Ambon.

2

GPM Klasis Kota Ambon, Himpunan Keputusan, 194.

3W. Richard Rowart, “Ambon Information Based,” Diunduh dari

(5)

Pertama, secara topografi, jemaat-jemaat di Klasis Kota Ambon berada pada

posisi berbukit dan rata. Beberapa jemaat yang berada pada wilayah perbukitan di

antaranya: Jemaat GPM Syaloom, Jemaat GPM Eirene, Jemaat GPM Menara

Kasih, Jemaat GPM Pniel, Jemaat GPM Sion, Jemaat GPM Imanuel dan Jemaat

GPM Ebenhaezer, Jemaat GPM Bethel. Jemaat-jemaat ini pada umumnya rawan

terhadap bahaya longsor kala musim hujan mengguyur kota Ambon, karena

sebagian besar rumah warga jemaat berada pada posisi kemiringan tanah. Selain

faktor kemiringan tanah, saluran air yang tidak memadai juga menjadi pemicu

bahaya longsor bagi jemaat-jemaat yang berada pada perbukitan. Sedangkan

jemaat-jemaat yang berada pada posisi rata mengalami masalah sampah yang

akut, karena aktivitas masyarakat yang cukup padat di kota dan sulit dikontrol.

Akibatnya perilaku membuang sampah secara sembarangan turut mewarnai

masyarakat di kota yang sebagiannya adalah warga jemaat di lingkup Klasis Kota

Ambon.4

Kedua, beberapa jemaat di lingkup Klasis Kota Ambon berbatasan langsung

dengan wilayah-wilayah yang rawan konflik seperti: Jemaat GPM Bethel, Jemaat

GPM Silo, Jemaat GPM Bethabara, Jemaat GPM Petra, Jemaat GPM Ora Et

Labora, Jemaat GPM Menara Kasih, Jemaat GPM Bethania, Jemaat GPM khusus

Hok Im Tong, Jemaat GPM Sinar Kasih dan Jemaat GPM Sejahtera. Eksistensi

jemaat-jemaat ini perlu diperhatikan secara serius bukan sekedar lewat karena

jemaat-jemaat dimaksud berbatasan dengan wilayah-wilayah pemukiman

masyarakat yang beragama Islam. Usaha tersebut perlu diperhatikan karena

4

(6)

implikasi dari konflik sosial yang membekas dalam ingatan warga jemaat

menyimpan potensi traumatik yang harus ditangani secara kontinu agar tidak

mengganggu relasi sosial dalam masyarakat.5

Ketiga, Klasis Kota Ambon berada pada pusat pemerintahan, pendidikan,

ekonomi dan informasi di wilayah Maluku. Posisi ini menghendaki Klasis Kota

Ambon dari sisi akses informasi dan komunikasi jauh lebih berkembang

dibandingkan dengan klasis-klasis lainnya dalam lingkup GPM. Perkembangan

klasis ini juga ditopang oleh ketersediaan sumber daya manusia yang memadai

lintas profesi yang tersebar pada jemaat-jemaat di Klasis Kota Ambon, meskipun

harus diakui pula bahwa persebaran sumber daya manusia pada jemaat-jemaat di

Klasis Kota Ambon belum dikelola secara profesional dan merata untuk

kepentingan pelayanan di jemaat-jemaat. Ketersediaan sumber daya manusia

disebabkan karena tersedia pula institusi-institusi pendidikan, mulai dari PAUD

(pendidikan anak usia dini) sampai perguruan tinggi, sehingga warga jemaat dapat

menikmati pendidikan pada masing-masing jenjang. Kemudian secara ekonomi,

posisi Klasis Kota Ambon berada pada pusat transaksi ekonomi sehingga

menyediakan peluang-peluang usaha bagi warga jemaat dalam rangka

peningkatan taraf kesejahteraan warga jemaat.6

3.2.3. Keadaan Sosial dan Budaya Klasis Kota Ambon

Klasis GPM Kota Ambon berlokasi pada pusat ibu kota Provinsi Maluku dan

menjadikan klasis ini sebagai pusat aktivitas ekonomi, pendidikan, politik dan

5

GPM Klasis Kota Ambon, Himpunan Keputusan, 195.

6

(7)

sosial budaya kemasyarakatan. Oleh karena itu, struktur jemaatnya pun sangat

majemuk, baik dari aspek demografi, ekonomi (tingkat pendapatan, maupun

tingkat pendidikan).7

Aspek pertama yang menjadi sorotan dari kehidupan sosial dan budaya

khusus di wilayah perkotaan adalah bahwa masyarakat kota tidak sekedar pluralis

melainkan multikulturalis.8 Perjumpaan masyarakat dari berbagai etnis, sub etnis,

agama, bahasa dan budaya adalah fakta yang tak terbantahkan dalam kehidupan

sosial dan budaya masyarakat kota. Fakta membuktikan bahwa masalah-masalah

pada jemaat-jemaat di wilayah perkotaan jauh lebih kompleks dari

masalah-masalah yang terjadi pada jemaat-jemaat terpencil. Beberapa fenomena yang turut

memberi dampak bagi kompleksitas masalah itu, antara lain lajunya arus

urbanisasi yang tidak disertai dengan daya dukung wilayah kota, berkembangnya

pusat-pusat perbelanjaan masyarakat, berkembangnya pusat-pusat hiburan,

berkembangnya produk teknologi informasi dalam masyarakat, tingginya angka

pengangguran serta kerusakan lingkungan. Fenomena-fenomena di atas muncul

secara bersamaan dengan lajunya pembangunan pada segala sektor. Sadar ataupun

tidak, lajunya pembangunan pada satu sisi dapat meningkatkan taraf hidup warga

jemaat, akan tetapi pada sisi lain relasi-relasi sosial menjadi sangat terbatas karena

karakteristik individual semakin kuat dalam masyarakat kota.9

Seiring dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat, gereja-gereja

denominasi juga turut bertumbuh dalam lingkungan Klasis Kota Ambon. Hampir

di semua jemaat terdapat gereja-gerja denominasi dan sebagian warga jemaat

7

GPM Klasis Kota Ambon, Himpunan Keputusan, 196.

8

GPM Klasis Kota Ambon, Himpunan Keputusan, 196.

9

(8)

GPM di Klasis Kota Ambon turut terlibat dalam pelayanan gereja denominasi

tersebut, walaupun belum ada data rill yang menerangkan jumlah warga jemaat

pada lingkup Klasis Kota Ambon yang sudah beralih ke gereja denominasi.10

Kondisi ini jika tidak diantisipasi dengan strategi pendampingan yang memadai

dari pada pelayan, diprediksi arus keluar warga jemaat GPM di lingkup Klasis

Kota Ambon ke gereja denominasi akan terus meningkat dari waktu ke waktu.

Memang selama ini tidak terjadi benturan pemahaman di antara warga jemaat

GPM di Klasis Kota Ambon dan warga jemaat dari gereja denominasi. Akan

tetapi mau tidak mau, relasi kelembagaan denominasi antar gereja harus ditata

secara kontinu dan profesional dalam rangka memperkuat visi dan gerakan

oikumenes pada jemaat-jemaat di Klasis GPM Kota Ambon dengan gereja-gereja

denominasi yang berada dalam kawasan Klasis Kota Ambon. Penguatan visi dan

gerakan oikumenes ini penting dihidupkan agar seluruh orientasi gereja tidak lagi

bermuara pada mengejar kuantitas, akan tetapi diorientasikan pada upaya-upaya

pengentasan masalah-masalah sosial di kota Ambon demi kualitas hidup

manusia.11

Fakta lainnya yang berkaitan dengan kehidupan sosial budaya adalah hampir

seluruh jemaat di lingkup Klasis Kota Ambon adalah jemaat-jemaat yang

berbatasan langsung dengan komunitas Islam.12 Dampak konflik Maluku yang

turut menciptakan segregasi penduduk sebetulnya menyimpan potensi konflik

dalam masyarakat, karena ruang-ruang perjumpaan semakin tertutup terhadap

komunitas agama lain. Selain itu, tingkat traumatik yang sangat besar dalam diri

10

GPM Klasis Kota Ambon, Himpunan Keputusan, 197.

11

GPM Klasis Kota Ambon, Himpunan Keputusan, 197 .

12

(9)

warga jemaat adalah sebuah gejala psikologis yang turut menghiasi relasi-relasi

sosial dalam masyarakat. Traumatik membuat warga jemaat pun hidup dalam

kecurigaan, kecemasaan dan rasa saling percaya yang semakin memudar, apalagi

dengan adanya konflik di tanggal 11 September 2011. Meskipun demikian, fakta

kembalinya warga jemaat yang mengalami konflik di tanggal 11 September pada

beberapa lokasi yang rawan seperti di Mardika dan Urimessing menunjukan

adanya upaya tulus dari warga jemaat untuk membangun relasi yang penuh damai

dengan saudara-saudara yang beragama Islam.13

Relasi-relasi internal pun menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan

sosial budaya yang hidup dalam jemaat. Meskipun seluruh penyelenggaraan

pelayanan sudah terstruktur dalam sektor dan unit serta wadah-wadah pelayanan

yang sudah berjalan secara merata dalam lingkup Klasis Kota Ambon, akan tetapi

pada jemaat-jemaat tertentu terdapat persekutuan-persekutuan dalam jemaat yang

turut memberi penguatan terhadap relasi sosial dalam jemaat.14

3.3.Penyelenggaraan Pendidikan Pranikah di Klasis Kota Ambon

3.3.1. Kebijakan Sinode GPM Mengenai Pendidikan Pranikah

Keluarga sebagai basis pelayanan gereja selalu menjadi bagian penting untuk

diperhatikan. Masalah-masalah dalam keluarga secara otomatis akan berdampak

pada munculnya problematika dengan skala yang lebih besar dalam gereja bahkan

masyarakat. Oleh sebab itu, analisa para pekerja Sinode GPM saat

menindaklanjuti masalah-masalah kehidupan rumah tangga berakhir pada

13

GPM Klasis Kota Ambon, Himpunan Keputusan, 197.

14

(10)

kesimpulan bahwa salah satu faktor penyebabnya adalah karena persiapan

pranikah yang kurang matang. Hal ini ditegaskan oleh salah satu petinggi

Lembaga Pembinaan Jemaat (LPJ) GPM sebagai berikut:

“Selama ini kita di GPM melaksanakan persiapan pranikah itu dua hari menjelang pernikahan. Kemudian, banyak masalah muncul seperti banyak yang bercerai, hidup bersama sebelum pernikahan, (dan) kehidupan rumah tangga yang tidak akur. Akhirnya kami tiba pada kesimpulan bahwa ternyata salah satu faktor (penyebab masalah-masalah keluarga tersebut) karena persiapan (sebelum pernikahan) yang tidak matang. Ya itu tadi, hanya dua hari menjelang pernikahan diberikan penggembalaan dengan waktu paling lama 1-2 jam saja. Karena itu (muncul) desakan dari

jemaat-jemaat tiap Klasis agar diadakan sebuah modul (persiapan pranikah)-nya.”15

Berdasarkan hal tersebut maka dalam Sidang MPL GPM tahun 2012 di

Tepa-Maluku, telah diajukan sebuah modul pendidikan pranikah yang dibuat oleh LPJ

GPM untuk diberlakukan di jemaat-jemaat.16 Namun demikian modul ini masih

memiliki kelemahan, berikut penjelasannya:

“Modul ini dibuat berdasarkan visi-visi teologis dari usulan tiap-tiap klasis

tentang kebutuhan masing-masing jemaat. Kelemahannya, modul ini belum dijadikan dalam suatu surat keputusan. Rencananya nanti pada Sidang Sinode tahun 2015 ini baru akan disempurnakan dan dimuat dalam surat keputusan sidang sinode sehingga masuk sebagai salah satu ajaran-ajaran gereja.”17

15

Wawancara dengan Pdt. A. I-U, M.Si. (Sekertaris Lembaga Pembinaan Jemaat GPM), tanggal 04 Febuari 2015. Kata-kata dan kalimat yang menggunakan tanda kurung adalah tambahan peneliti dengan tujuan untuk memperjelas maksud dari narasumber.

(11)

Berikut ini adalah uraian modul tersebut:18

I. Tujuan

1. Para calon pengantin siap memasuki hidup pernikahan Kristen

dengan berbagai kesempatan dan tantangannya.

2. Para calon pengantin mampu membuat tekad untuk menjadikan

rumah tangga dan keluarga lestari dan langgeng.

3. Para calon pengantin mampu melaksanakan tanggung jawab

sebagai suami-istri Kristen yang saling mengasihi dan setia satu kepada yang lain.

4. Para calon pengantin mampu melaksanakan tanggung jawab

sebagai orang tua Kristen yang bertanggung jawab terhadap anak-anak yang diberikan Tuhan kelak kepada mereka.

II. Waktu Penggembalaan

Waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan penggembalaan pernikahan dibagi dalam dua (2) tahap, yaitu:

1. Penggembalaan pranikah, selama 1 bulan, 2 kali seminggu.

2. Penggembalaan pasca nikah, selama 6 bulan dan bisa

diperpanjang waktunya kalau masih dibutuhkan.

Penggembalaan pasca nikah dilakukan setelah bulan madu (2 minggu setelah acara pernikahan). Ini penting sebab justru setelah pernikahan banyak persoalan muncul dalam kaitan dengan upaya saling menyesuaikan diri antar pasangan. Kebiasaan beda yang dibawa masing-masing pribadi, latar belakang pendidikan dan latar belakang budaya yang berbeda sering membuat rumah tangga baru dilanda huru-hara.

III. Isi Pembicaraan Penggembalaan Pernikahan

A. Penggembalaan Pranikah

Dasar-dasar Teologis

1. Tujuan pernikahan Kristen adalah membangun keluarga

yang penuh cinta kasih dan kesetiaan. Keluarga Kristen terpanggil menjadikan rumah tangganya citra dari cinta kasih Tuhan kepada umat dan sebaliknya (Efesus 5).

2. Suami-istri Kristen dipanggil untuk membangun keluarga

mandiri (Kejadian 2:24), sambil tetap menghargai dan menghormati orang tua dan keluarga dari kedua belah pihak.

3. Suami dan istri adalah mitra setara dalam hidup berumah

tangga.

4. Pentingnya mengembangkan komunikasi yang terbuka,

positif dan konstruktif antar suami dan istri dalam hidup berumah tangga.

18

(12)

5. Memiliki anak bukanlah tujuan utama suatu pernikahan Kristen. Anak adalah anugerah dari Allah dan karena itu diterima dengan penuh rasa syukur dan tanggung jawab. Tidak memiliki anak bukanlah alasan untuk saling mempersalahkan atau untuk merasa terpuruk. Memiliki anak lewat adopsi adalah pilihan iman yang tertanggung jawab.

6. Seksualitas adalah anugerah Allah. Digunakan untuk saling

membahagiakan dan untuk merasakan cinta kasih antara suami-istri beriman. Masalah-masalah seksualitas termasuk rasa ketidakpuasan seksualitas harus bisa dibicarakan satu kepada yang lain dengan penuh cinta kasih dan kelembutan demi kepuasan dan kebahagiaan bersama.

7. Masa lalu suami dan istri adalah bagian dari sejarah hidup

karena itu diperlakukan sebagai bagian dari sejarah masa lalu bukan kenyataan masa sekarang atau harapan masa depan.

8. Mengelola keuangan keluarga secara bertanggung jawab

adalah panggilan iman, sebab pendapatan suami-istri adalah berkat dari Tuhan. Karena itu hidup hemat dan mengembangkan rasa cukup dalam hidup berumah tangga adalah penting.

9. Berbagai tantangan yang mungkin dihadapi antara lain,

godaan di tempat kerja, godaan dalam pergaulan dan bagaimana menghadapinya. Demikian juga tantangan dari keluarga, mertua dan para ipar serta bagaimana menghadapinya.

10. Bagi mereka yang menikah dengan pasangan yang berasal

dari agama dan kepercayaan lain, dibutuhkan usaha keras dari suami-istri Kristen untuk lebih mengayomi dan membuat suami-istri merasa menyatu dan menemukan keluarga baru yang mengasihinya sama seperti keluarga yang telah dia tinggalkan.

B. Penggembalaan Pasca Nikah

Penggembalaan pasca nikah dilakukan seminggu sekali. Pembicaraan berkisar sekitar soal menyesuaikan diri satu dengan yang lain ataupun hal lain yang menjadi persoalan-persoalan yang dihadapi pasangan yang menikah. Bisa dilakukan secara bersama ataupun dengan salah satu dari pasangan yang menikah. Bisa dilakukan di rumah keluarga ataupun di gereja/pastori.

IV. Metode Penggembalan

(13)

untuk diskusi dan tanya jawab. Penggembalaan ini bisa mengikut sertakan para pakar di bidangnya, misalnya kalau pertanyaan berkisar sekitar masalah seks yang tidak mampu ditangani oleh pendeta maka seorang dokter bisa dilibatkan. Demikian pula kalau masalahnya berkisar sekitar masalah manajemen keuangan yang sulit dijawab oleh gembala maka seorang ekonom bisa dilibatkan. Demikian pula seorang pakar hukum atau psikolog bisa juga diminta bantuannya. Jadi penggembalaan nikah yang baik bisa dilakukan oleh sebuah tim yang mampu memberi pencerahan dan bimbingan bagi para calon pengantin atau pengantin baru.

V. Materi Penggembalaan

1. Materi Penggembalaan Pranikah

Pertemuan pertama:

Arti nikah Kristen dan tanggung jawab suami-istri beriman sesuai Kejadian 2 dan Efesus 5. Kedua teks ini harus dibahas bersama mereka. Arti dan istilah laki-laki akan meninggalkan orang tua untuk hidup dengan istrinya. Pernikahan Kristen sebagai citra dari cinta kasih Allah kepada umat dan kesetiaan umat kepada Kristus.

Pertemuan kedua:

Tantangan-tantangan dalam hidup pernikahan mulai dari lingkungan keluarga (hubungan dengan ipar dan para mertua), lingkungan pergaulan, lingkungan kerja (PIL dan WIL) dan tantangan-tantangan lain serta tindakan apa yang harus dilakukan untuk menghadapinya.

Pertemuan ketiga:

Bergumul bersama untuk mengatasi masalah hantu masa lalu. Masa lampau adalah bagian dari hidup setiap orang, hal tersebut jangan dijadikan penyebab keretakan. Karena itu saling terbuka secara arif dan berhikmat itu perlu. Menikah adalah menerima pasangan dengan masa lalunya dan berdamai dengan masa lalunya itu, tapi juga meninggalkan masa lalu, jadi jangan lagi ingat yang dulu-dulu sebab menikah artinya mengambil keputusan untuk menjadikan pasangan sekarang sebagai cinta terakhir.

Pertemuan keempat:

Berkomunikasi sebagai suami-istri beriman. Komunikasi itu penting. Bahasa yang digunakan satu kepada yang lain haruslah bahasa yang penuh rasa cinta kasih dan saling menghormati. Tidak ada yang lebih tinggi dan tidak ada yang lebih rendah.

Keduanya adalah mitra setara, seperti Adam mengatakan “inilah

(14)

itu bahaslah juga kode etik berumah tangga, menurut Efesus 2 dari sudut pandang keadilan gender.

Pertemuaan kelima:

Masalah romantisme dalam keluarga yang harus dipupuk sampai tua. Dalam kaitan itu menghargai tubuh dan merawat tubuh masing-masing itu perlu supaya kegairahan tetap terjaga. Ingatlah bahwa birahi adalah pemberian Tuhan ((Kejadian 3) dan bukan hanya istri birahi kepada suami tetapi suami juga dari orang tua untuk diperlakukan sewenang-wenang demi kepentingan orang tua. Anak harus dibesarkan untuk menjadi anak-anak Tuhan. Tetapi kalau tidak memperoleh anak maka tidak berarti tidak diberkati. Sebab tujuan pernikahan yang paling utama bukan memperoleh anak tetapi untuk mencitrakan cinta kasih yang purna dari suami kepada istri dan sebaliknya, sama seperti Tuhan mengasihi umat-Nya. Kalau ingin memiliki anak harus rajin berkonsultasi ke dokter, tetapi kalau ternyata tidak bisa memiliki anak maka bisa mengangkat anak dan untuk itu suami dan istri harus berbicara secara sungguh dan serius sebab anak itu akan menjadi anak mereka berdua bukan anak dari salah satunya.

Pertemuan ketujuh:

Masalah keuangan keluarga, bagaimana mengatur keuangan dalam keluarga, siapa yang menjadi bendahara. Yang penting adalah saling terbuka dan transparan dalam mengelola keuangan keluarga. Uang masuk dan uang keluar harus diketahui suami-istri. Bagaimana menyisihkan persepuluhan dari pendapatan untuk mensyukuri rahmat Tuhan. Perlu membicarakan kebutuhan keluarga dan sama-sama merancang uang masuk dan keluar, serta tabungan keluarga juga tabungan untuk berlibur bersama dan untuk membantu orang-orang yang harus dibantu, seperti orang tua kedua pihak.

Pertemuan kedelapan:

(15)

2. Materi Penggembalaan Pascanikah

Tergantung dari masalah yang mereka persoalkan. Kalau semua berjalan baik maka berdoalah dan bacalah Alkitab bersama mereka. Tetapi penting untuk jadi teman curhat dari mereka supaya tidak ada yang harus disembunyikan padahal hal itu mendesak untuk dibicarakan. Oleh karena itu berkunjunglah sebagai teman dan perlihatkan bahwa gembala punya waktu yang tersedia buat berbicara dengan mereka, jadi jangan memberi kesan seolah-olah sedang terburu-buru.

Catatan tambahan:

Setiap sesi baiklah dimulai dengan doa dan pembacaan beberapa ayat Alkitab atau kata-kata bijak yang dipilih dari berbagai buku. Pertemuan ditutup dengan doa oleh calon suami-istri

supaya mereka sudah mulai berdoa bersama sejak

penggembalaan.

Lama pertemuan per pertemuan berlangsung sekitar 2-2½jam.

3.3.2. Penyelenggaraan Pendidikan Pranikah di Tingkat Jemaat

Klasis Kota Ambon serta Faktor-Faktor Pendukung dan

Penghambatnya

Pentingnya kehidupan keluarga yang sehat secara holistik mendesak Sinode

GPM untuk memperhatikan keutuhan kehidupan keluarga-keluarganya. Oleh

sebab itu, sejak tahun 2012 GPM telah membuat modul pranikah yang bertujuan

untuk membimbing dan mendidik para calon pasangan suami-istri sebelum

memasuki kehidupan rumah tangga. Klasis Kota Ambon sebagai bagian dari

GPM telah meneruskan mandat ini kepada jemaat-jemaat untuk ditindaklanjuti.

Berkaitan dengan hal tersebut Ketua Klasis Kota Ambon menjelaskan bahwa:

“(Pendidikan pranikah ini) amat sangat penting. Kalau kita gagal

(16)

dalam kehidupan berumah tangga, juga kehidupan masa depan keluarga dan

anak-anak. Jadi, ia (pendidikan pranikah) harus menjadi prioritas.”19

Kenyataanya dalam realisasi di lapangan, belum semua jemaat dalam lingkup

pelayanan Klasis Kota Ambon memperhatikan dan melaksanakan tugas ini

dengan maksimal. Berdasarkan data lapangan yang diambil dari tiga sampel

jemaat, hanya terdapat satu dari tiga jemaat yang memberlakukan pendidikan

pranikah dengan baik sesuai modul dan dikembangkan sesuai konteks jemaat.

Sedangkan sisanya masih menggunakan metode yang lama yaitu satu kali

pertemuan sampai maksimal tiga kali pertemuan sebelum pernikahan. Berikut ini

adalah uraian penyelenggaraan pendidikan pranikah di dalam jemaat yang dibagi

dalam dua bagian besar yaitu jemaat yang melaksanakan penyelenggaraan

pendidikan pranikah sesuai modul dan jemaat yang masih mengikuti metode lama

serta faktor pendukung dan penghambatnya.

3.3.2.1. Jemaat yang Menyelenggarakan Pendidikan Pranikah

Berdasarkan Modul Sinode GPM

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa penyelenggaraan pendidikan

pranikah yang baik di Klasis Kota Ambon belum menyeluruh. Data membuktikan

bahwa hanya satu dari tiga jemaat yang melaksanakan pendidikan pranikah sesuai

petunjuk dari Sinode. Berikut ini adalah uraian temuan lapangan dan analisis dari

jemaat yang telah melakukan pendidikan pranikah sesuai petunjuk sinode.

19

(17)

Data tersebut akan diuraikan dalam kerangka berpikir Groome dengan

mengacu kepada beberapa pertanyaan dasar yang secara implisit ataupun eksplisit

harus dijawab oleh mereka yang terlibat dalam prosesnya, dalam konteks ini

adalah pendidikan pranikah di Klasis Kota Ambon. Pertanyaan-pertanyaan

tersebut dicirikan oleh kata ganti tanya mereka yaitu apa, mengapa, di mana,

bagaimana, kapan dan siapa.20

a) Apa dan mengapa? Kedua pertanyaan ini peneliti sejajarkan dengan

mempertimbangkan konten jawabnya sendiri. Pertanyaan apa dan mengapa

dalam konteks ini merujuk kepada materi-materi pendidikan pranikah, apa

saja yang diajarkan dan mengapa diajarkan. Dalam sub bab 3.3.1 dijelaskan

bahwa materi-materi pendidikan pranikah bagi seluruh jemaat Sinode GPM

sejak tahun 2012 bersumber dari modul yang telah dibuat oleh LPJ GPM.

Menurut Sekertaris LPJ GPM, “modul tersebut berfungsi sebagai panduan

dan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi masing-masing jemaat.”21

Berdasarkan modul tersebut dapat disimpulkan bahwa materi-materi yang

harus diberikan kepada calon pasangan suami-istri meliputi: makna

pernikahan Kristen, mengenal tantangan hidup pernikahan, mengatasi masa

lampau, seni berkomunikasi dalam keluarga, tempat anak dalam pernikahan,

menghadapi masalah keuangan keluarga dan persiapan terakhir untuk hari

pernikahan.22

20

Thomas Groome, Christian Religious Education – Pendidikan Agama Kristen: Berbagi Cerita Dan Visi Kita (Jakarta: Gunung Mulia, 2011), xvii.

21

Wawancara dengan Pdt. A. I-U, M.Si. (Sekertaris Lembaga Pembinaan Jemaat GPM), tanggal 04 Febuari 2015.

22

(18)

Menanggapi keputusan sinode tersebut, salah satu sampel penelitian

yaitu jemaat Silo kemudian mengembangkan panduan materi itu dengan

memberdayakan sumber daya manusia (SDM) yang masuk dalam lingkungan

jemaatnya sendiri. Berdasarkan keluhan-keluhan yang disampaikan jemaat

kepada para Pendeta jemaat mengenai kehidupan rumah tangga mereka, maka

Pelaksanan Harian Majelis Jemaat (PHMJ) Silo dan jajarannya membentuk

tim khusus konseling pranikah dengan berbagai latar belakang pendidikan

seperti teologi, hukum, ekonomi dan kesehatan.23 Tim dengan bidang yang

bervariasi ini kemudian merumuskan beberapa hal yang dipertimbangkan

penting untuk diberikan kepada calon pasangan suami-istri. Materi-materi

tersebut antara lain:24

23

Wawancara dengan Pdt. H .P, S.TH (Ketua Majelis Jemaat Silo), pada tanggal 10 Desember 2014.

24

(19)

1. Keluarga Secara Kristen

 Dasar Alkitab

 Kebahagiaan dan Kebersamaan

2. Seksualitas dari Prespektif Kristen (Alkitabiah)

 Saling mengenal masing-masing bukan coitus semata

3. Tanggung Jawab: Sebagai Suami-Istri dan Orang Tua

4. Tujuan Pernikahan Kristen

 Alat-alat vital organisme (biologis): fungsi dan

penggunaan

 Persiapan kehamilan, kehamilan, persalinan, pasca

persalinan

Delapan materi tersebut merupakan hasil dari pengembangan modul

pendidikan pranikah dari sinode dengan mempertimbangkan konteks jemaat

Silo secara khusus.25 Dengan demikian diharapkan bahwa materi pendidikan

pranikah dari jemaat Silo menyentuh berbagai aspek kehidupan yang

dibutuhkan bagi calon pasangan suami-istri. Konten dari materi-materi

tersebut bersifat holistik dan merangsang kesadaran calon pasangan

(20)

b) Dimana dan bagaimana? Kedua pertanyaan ini mengindikasikan pada metode

yang dipakai dalam proses pendidikan pranikah. Berdasarkan hasil

wawancara dan observasi langsung, ditemukan bahwa metode yang dipakai

bersifat dialog antar pendeta jemaat dan calon pasangan suami-istri. Metode

ini dianggap cukup untuk mencapai tujuan pendidikan pranikah sebagai

pendidikan orang dewasa.

c) Kapan? Dalam konteks ini, pertanyaan tersebut mengindikasikan waktu yang

digunakan dalam proses pendidikan pranikah pada Klasis Kota Ambon.

Pelaksanaan pendidikan pranikah menurut panduan Sinode baiknya

dilaksanakan dalam satu bulan dengan delapan kali pertemuan.26 Berdasarkan

data di lapangan ditemukan bahwa satu dari tiga sampel jemaat yaitu jemaat

Silo, telah melaksanakan enam sampai delapan kali pertemuan bagi

jemaat-jemaatnya yang akan menikah. Pelaksanan waktu pertemuan yang cukup

panjang ini, dilakukan dalam kurun waktu dua minggu sampai satu bulan

disesuaikan dengan waktu pengajar.27 Keputusan ini berlaku bagi siapapun

yang akan menikah, baik jemaat dari luar maupun bagi jemaat yang menikah

akibat hamil di luar nikah. Ketentuan waktu tersebut tidak bisa diganggu

gugat. Walaupun jemaat memaksa untuk mempercepat proses pendidikan

pranikah namun pihak gereja tetap tegas agar menjalankan proses tersebut

sesuai ketentuan yang berlaku.28 Namun demikian, pengelolaan waktu

26

Wawancara dengan Pdt. A. I-U, M.Si. (Sekertaris Lembaga Pembinaan Jemaat GPM), tanggal 04 Febuari 2015.

27

Wawancara dengan Pdt. Ny. M. L, S.TH (Pendeta Jemaat Silo), tanggal 15 Januari 2015.

28

(21)

pertemuan masih mengikuti waktu yang ditentukan oleh pendidik secara

pribadi. Hal ini terkadang menimbulkan kerugian jika waktu yang dimiliki

pendidik tidak tersedia untuk melakukan tatap muka. “Kami merasa sedikit

rugi karena tidak mendapatkan materi kesehatan karena dokter (pendidik)

sedang sibuk dan tidak bisa melakukan persiapan,” ungkap Y.R. salah satu

jemaat yang mengikuti pendidikan pranikah di jemaat Silo.29

d) Siapa? Dalam konteks pendidikan pranikah, pertanyaan ini mengindikasikan

sebuah tim pendidik yang kompeten dalam berbagai bidang yang

berhubungan dengan kehidupan pernikahan dan keluarga. Tanggung jawab

untuk memberikan pendidikan pranikah biasanya diberikan seutuhnya kepada

pendeta jemaat. Namun, idealnya setiap pokok materi diberikan oleh para

pakarnya. Hal ini juga yang disarankan secara tertulis dalam modul konseling

pranikah yang dibuat oleh LPJ GPM seperti yang telah disebutkan di atas.

Tujuannya jelas yaitu untuk menjembatani kompetensi pendeta-pendeta

jemaat yang tidak menguasai semua kategori materi pranikah dengan baik.

Berdasarkan data penelitian ditemukan bahwa satu dari tiga jemaat telah

memiliki tim pendidik yang berkompeten dalam berbagai bidang, seperti

teologi, kesehatan, hukum, ekonomi dan psikologi. Dengan demikian

keluasan dan kedalaman materi yang diberikan kepada calon pasangan

suami-istri dapat dikategorikan baik dan berkualitas karena berasal dari pengajar

yang berkompeten.

29

(22)

Dari pemaparan data-data di atas, peneliti menganalisis bahwa sebagian besar

komponen dari pendidikan pranikah pada satu dari tiga jemaat di Klasis Kota

Ambon telah memenuhi tujuan dari pendidikan itu sendiri. Kepuasan ini

terindentifikasi dari materi, metode, waktu dan pendidik yang diuraikan sebagai

berikut.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh para ahli mengenai materi-materi

pendidikan pranikah, seperti Tjandraini Kristiani yang menyebutkan bahwa materi

yang diberikan kepada calon pasangan suami-istri adalah pengetahuan mengenai

pembagian peran sebagai suami dan istri, kemampuan komunikasi, kehidupan

seksual dan cara membina pernikahan;30 dan dalam prespektif Kristen menurut

buku Kursus Persiapan Hidup Berkeluarga, materi yang diberikan dalam

pernikahan meliputi ajaran gereja tentang pernikahan, komunikasi keluarga,

psikologi pria dan wanita, reproduksi manusia dan pengaturannya, keluarga

berencana alamiah serta ekonomi rumah tangga kemudian dilengkapi dengan

beberapa materi pertimbangan dari berbagai perkembangan yang terjadi di sekitar

kehidupan pernikahan dan keluarga seperti persiapan teknis menghadapi

perkawinan, gender dan permasalahannya, pendidikan nilai hakiki dalam

keluarga, membina keharmonisan kehidupan seksualitas dan materi mengenai

kehamilan, persalinan, nifas serta perawatan bayi.31 Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa materi-materi yang disiapkan dalam pendidikan pranikah

yang dilaksanakan oleh gereja baiknya meliputi berbagai aspek dalam kehidupan

30

Tjandraini Kristiani, Bimbingan Konseling Keluarga: Terapi Keluarga (Salatiga: Widya Sari Press, 2004), 41-45.

31

(23)

keluarga dan tidak hanya bersifat teologis semata sehingga ada keseimbangan

antara kehidupan spiritual dan sosial mereka. Atau dengan kata lain materi-materi

pranikah harus mampu mengakomodasi segala kebutuhan yang paling actual dari

calon pasangan suami-istri. Hal ini mendukung keseimbangan yang telah

terintegrasi dalam materi-materi pendidikan pranikah yang dikeluarkan oleh

Sinode GPM, terlebih khusus dalam pengembangan materi pranikah di jemaat

Silo.

Dengan materi-materi yang seimbang dan holisitik tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa Gereja Protestan Maluku, khususnya Klasis Kota Ambon

telah memberikan kontribusi bagi transformasi kehidupan jemaat-jemaatnya.

Secara tidak langsung hal tersebut memberi jalan bagi terbukanya pemahaman

jemaat untuk kembali kepada nilai-nilai penting sebuah keluarga seperti yang

dijelaskan oleh Maurice Eminyan dan Marjorie Thompson. Eminyan

menyebutkan bahwa keluarga Kristen sebaiknya memahami dengan benar

ciri-cirinya sebagai bagian dari persekutan Kristen, yaitu pertama ia dibangun atas

cinta yang tidak mementingkan diri sendiri dan sekaligus merupakan perwujudan

dari cinta Allah. Seperti halnya keluarga itu sendiri merupakan gambar dan citra

Allah.32 Kedua, cinta yang ada di antara pasangan yang membentuk keluarga

Kristen adalah totalitas dan ketiga, ia bersifat indissolubilitas (tidak

terceraikan).33 Sedangkan Thompson menyebutkan bahwa suami dan istri atau

calon orang tua harus memahami dengan sungguh-sungguh fungsi keluarga

sebagai pusat pembentukan spiritual. Keluarga Kristen merupakan konteks awal

32

Maurice Eminyan Sj, Teologi Keluarga (Yogyakarta: Kanisius, 2001), 28.

33

(24)

dan paling alami bagi pembentukan spiritual pada anggota keluarganya,

khususnya bagi anak-anak.34 Spiritual di sini mengandung pengertian sebagai

energi kehidupan yang meliputi perasaan, pikiran dan proses yang timbul dari

pencarian terhadap “yang sakral” yang dirasakan dan dilakukan oleh seorang

individu.35 Dengan demikian maka kontribusi materi-materi pendidikan pranikah

di atas ialah memberikan pemahaman dan kesadaran bagi pasangan suami-istri

untuk menjalani kehidupan pernikahan dengan memahami hubungan mereka

sebagai bagian dari gambar dan citra Allah. Selain itu, juga memberikan

pemahaman dan membangun kesadaran pasangan suami-istri agar menjalani

peran sebagai orang tua yang mampu membentuk kehidupan keluarga sebagai

pusat pembentukan spiritual sehingga dapat mencegah degradasi moral anak-anak

mereka di masa depan.

Di samping materi-materi yang holistik, pendidikan ini juga didukung oleh

elemen-elemen penting, salah satunya adalah pendidik yang mengakomodasi

metode dan waktu yang sesuai dengan konsep pendidikan pranikah sebagai

pendidikan orang dewasa (POD). Disebutkan sebelumnya bahwa POD hanya

menjadi efektif (menghasilkan perubahan perilaku), apabila isi dan cara

pendidikannya sesuai dengan kebutuhan yang dirasakannya. Dengan mengetahui

kebutuhan kelompok orang dewasa yang menjadi peserta suatu kegiatan

pendidikan, maka dapat dengan tepat ditentukan suasana belajar yang harus

diciptakan, isi pelajaran yang hendak disampaikan dan metode atau gabungan

34

Marjorie J. Thompson, Keluarga Sebagai Pusat Pembentukan: Sebuah Visi Tentang Peranan Keluarga dalam Pembentukan Rohani (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 16.

(25)

metode apa saja yang mau dipergunakan.36 Secara nyata, teori ini mendukung

keberhasilan penyelenggaraan pendidikan pranikah di salah satu sampel penelitian

yang disebutkan di atas. Jemaat Silo berhasil merumuskan materi yang sesuai

dengan kebutuhan jemaatnya (kelompok orang dewasa) dalam konteks pendidikan

pranikah, hal ini juga tidak terlepas dari tim pendidik yang berasal dari berbagai

latar belakang sehingga penentuan isi materi, metode dan waktu yang digunakan

menjadi lebih maksimal dan matang.

Kematangan perencanaan dan penyelenggaraan program pendidikan pranikah

tersebut mendekatkan jemaat Silo kepada tujuan terdekat Pendidikan Agama

Kristen (PAK). Groome menyatakan bahwa dalam tujuan utama menyatakan

Kerajaan Allah, pendidikan agama Kristen memiliki dua tujuan terdekat

(immediate purpose), yakni iman Kristen dan kebebasan manusia.37 Artinya iman

Kristen yang hidup sebagai respon terhadap Kerajaan Allah memiliki konsekuensi

terhadap kebebasan manusia. Kebebasan itu sendiri mencakup seluruh nilai-nilai

seperti keadilan, kedamaian, rekonsiliasi, sukacita, harapan dan lainnya. Berkaitan

dengan tujuan tersebut, pendidikan pranikah yang maksimal dalam segi materi,

metode, media dan pendidiknya mampu memberikan rangsangan untuk

membangun kesadaran tentang realitas kehidupan spiritual dan sosial kepada

calon pasangan suami-istri sebagai individu, pasangan, bahkan sebagai orang tua

dan bagian dari masyarkat. Dari analisis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

36

Lunandi, Pendidikan Orang Dewasa-Sebuah Uraian Praktis untuk Pembimbing, Penatar, Pelatih dan Penyuluh Lapangan (Jakarta: Gramedia, 1989), 1.

37

(26)

pendidikan pranikah merupakan salah satu media penting untuk mengintegrasikan

nilai-nilai kekristenan serta mentransformasi kehidupan pasangan suami-istri.

Dihadapkan dengan tujuan tersebut, penyelenggaraan pendidikan pranikah

dengan model yang baru ini pun masih memiliki kekurangan. Salah satu faktor

penghambatnya adalah tidak ada jadwal yang pasti dan terstruktur dalam proses

tersebut. Sebelumnya telah disebutkan bahwa waktu pertemuan antara calon

pasangan suami-istri dengan pendidik disesuaikan dengan jadwal pendidik itu

sendiri. Hal ini akan merugikan pihak calon pasangan suami-istri ketika pendidik

tidak memiliki waktu untuk tatap muka karena tugas di tempat lain. Oleh sebab

itu, ada baiknya jika gereja mampu meningkatkan manajemen tenaga pengajar

dengan lebih baik lagi.

3.3.2.2. Jemaat yang Belum Menyelenggarakan Pendidikan

Pranikah Berdasarkan Modul Sinode GPM

Dibandingkan dengan data dari jemaat yang telah melaksanakan pendidikan

pranikah berdasarkan pengembanan modul pranikah dari Sinode, jemaat-jemaat

yang masih menerapkan proses pendidikan pranikah yang lama tersebar di

sebagian besar wilayah pelayanan Klasis Kota Ambon. Data menunjukan bahwa

kdua dari tiga jemaat belum maksimal atau tidak sama sekali memberdayakan

modul pranikah dari Sinode. Temuan lapangan ini, juga akan diuraikan dalam

(27)

a) Apa dan mengapa? Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dua

dari tiga jemaat menyelenggarakan pembinaan pranikah dengan

materi yang sangat minim. Materi-materi tersebut dinilai kurang jika

dibandingkan dengan panduan materi dari Sinode GPM. Materi yang

diberikan antara lain: Dasar-dasar pernikahan Kristen, persyaratan

hidup berkeluarga dan dalam kasus tertentu seperti pernikahan setelah

hamil di luar nikah akan diberikan pembinaan tentang kesehatan ibu

hamil dan persalinan.38

b) Dimana dan bagaimana? Rata-rata penyelenggaraan pendidikan

pranikah dilakukan di gedung gereja dengan menggunakan metode

diskusi. Namun berdasarkan pengamatan, diskusi tersebut hanya

berlangsung searah. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh hubungan yang

terbangun antara pendidik dengan calon pasangan suami-istri yang

berlangsung singkat.

c) Kapan? Dari hasil penelitian dua dari tiga jemaat belum memenuhi

kuota waktu yang ditentukan dalam modul pranikah yang dibuat oleh

Sinode. Latar belakang di balik situasi ini beragam. Menurut salah

satu Ketua Majelis Jemaat (KMJ) di Klasis Kota Ambon terdapat tiga

latar belakang dari masalah tersebut:39 Pertama, pendidikan pranikah

yang dilaksanakan dengan jangka waktu yang lama dinilai tidak

terlalu bermanfaat dilandasi pemahaman bahwa sejak dulu tanpa

38

Wawancara dengan Pdt. H. P, S.TH. (Ketua Majelis Jemaat Imanuel), pada tanggal 14 Januari 2015.

39

(28)

proses persiapan yang panjang sebuah pernikahan masih tetap berjalan

dan bertahan. Kedua, pelaksananan pendidikan pranikah dengan

waktu yang panjang tidak memungkinkan untuk diterapkan pada

jemaat yang bekerja atau sedang belajar di luar daerah dan hanya

pulang sebentar untuk melaksanakan pernikahan di Ambon. Ketiga,

pelaksanaan pendidikan pranikah yang menuntut kualitas pengajar

yang berasal dari latar belakang pendidikan seperti hukum, ekonomi,

kesehatan dan psikologi tidak bisa dicapai karena tidak meratanya

SDM di setiap jemaat.

d) Siapa? Telah dikemukakan sebelumnya bahwa idealnya setiap pokok

materi diajar oleh orang-orang yang berkompetensi di bidangnya.

Namun, dalam penyelenggaraannya di jemaat, konsep yang ideal ini

tidak sepenuhnya dapat berjalan dengan baik dan lancar. Dua dari tiga

jemaat masih menyerahkan seluruh proses kepada pendeta jemaat.

Berdasarkan data-data di atas maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

jemaat di Klasis Kota Ambon masih menerapkan metode pendidikan pranikah

yang tidak maksimal. Faktor-faktor penghambatnya adalah antara lain: pertama,

pemahaman tentang pendidikan pranikah yang dilaksanakan dengan jangka waktu

yang lama dinilai tidak terlalu bermanfaat. Pemikiran ini dilandasi oleh

pemahaman bahwa sejak dulu tanpa proses persiapan yang panjang, sebuah

pernikahan masih tetap berjalan dan bertahan. Kedua, pelaksanan pendidikan

pranikah yang maksimal terhambat oleh penggunaan waktu yang terlalu panjang.

(29)

memungkinkan untuk diterapkan pada jemaat yang bekerja atau sedang belajar di

luar daerah dan hanya pulang sebentar untuk melaksanakan pernikahan di Ambon.

Ketiga, pelaksanaan pendidikan pranikah yang menuntut kualitas pengajar yang

berasal dari latar belakang pendidikan seperti hukum, ekonomi, kesehatan dan

psikologi tidak bisa dicapai karena tidak meratanya SDM di setiap jemaat.

Jika dianalisis lebih lanjut maka jemaat-jemaat Klasis Kota Ambon yang

belum menerapkan materi pendidikan secara holistik dikategorikan belum

memenuhi tujuan pendidikan pranikah. Tujuan pendidikan pranikah tersebut

meliputi dua hal utama yaitu: pertama, memberikan pegangan bagi calon

pasangan suami-istri untuk mengambil tindakan dan mengatur hidupnya sendiri

menurut azas dan moral Kristiani serta menanamkan benih panggilan Kristiani;

kedua, bertujuan melengkapi kebutuhan pasangan suami-istri dalam pengetahuan

teologi, psikologi, moral, seksualitas, kesehatan ekonomi, paham gender dan

pengetahuan lainnya yang berkaitan erat dengan hidup berkeluarga.40 Dengan

demikian, maka implikasi dari tidak tercapainya tujuan pendidikan pranikah

tersebut secara otomatis akan mempengaruhi usaha gereja untuk membentuk

keluarga-keluarga Kristen yang cerdas dan sehat secara spiritual, sosial, ekonomi

dan psikis. Oleh sebab itu, maka isi dari materi-materi pendidikan pranikah di

jemaat-jemaat Klasis Kota perlu mendapat perhatian besar dari pihak

penyelenggara, paling tidak disesuaikan menurut pedoman yang telah diberikan

oleh Sinode GPM.

40

(30)

Berdampingan dengan hal tersebut, minimnya waktu pelaksanan juga

berhubungan dengan kurangnya materi yang diberikan kepada calon pasangan

suami-istri pada proses pendidikan pranikah. Salah satu faktor tidak terlaksananya

pendidikan pranikah sesuai waktu yang ditentukan oleh Sinode GPM diakibatkan

oleh kurangnya pemahaman para pendeta jemaat mengenai hal tersebut. Para

pendeta terjebak dalam romantisme masa lalu sehingga membandingkan

kebutuhan jemaatnya pada masa kini dengan pengalaman masa lampau yang

kenyataannya telah jauh berbeda. Faktor ini dilandasai keyakinan semu yaitu

kesuksesan masa lampau di mana keluarga-keluarga dapat berdiri lama tanpa

proses pendidikan pranikah yang lama.

Menurut peneliti, hal ini merupakan sebuah kelalaian di mana para pemimpin

gereja seharusnya lebih dinamis menyikapi perkembangan zaman dan terus

meng-update pengetahuan demi memperkaya nilai pelayanan mereka juga

mentransformasi jemaat-jemaatnya kepada kehidupan yang membebaskan.

Kelalaian ini tergambar sebagai usaha menggiring jemaat masuk ke dalam lautan

luas yang sedang bergelora tanpa dibekali cara berenang, membuat perahu, atau

bahkan tanpa pelampung sekalipun. Masalah ini sangat memperihatinkan.

Konteks keluarga masa lalu tidak sama dengan konteks masa kini, dimana

keluarga-keluarga muda diperhadapkan dengan pesatnya perkembangan informasi

dan teknologi yang berimplikasi kepada masalah antarpersonal maupun

intrapersonal anggota keluarga. Hal yang serupa juga disebutkan dalam sub bab

3.2.3 mengenai keadaan sosial dan budaya jemaat di Klasis Kota Ambon. Fakta

(31)

jauh lebih kompleks dari masalah-masalah yang terjadi pada jemaat-jemaat

terpencil.41 Oleh sebab itu, untuk menyikapi masalah tersebut, maka para

pemimpin jemaat sebagai komponen kunci suksesnya penyelenggaraan

pendidikan pranikah perlu diberikan pembinaan atau penguatan kapasitas sebagai

pelayan sehingga maksimal melayani jemaatnya. Selain itu, usaha untuk

mensosialisasikan model pendidikan pranikah yang baru sesuai modul yang

diturunkan oleh Sinode kepada jemaat juga harus diperhatikan oleh gereja. Gereja

perlu memberdayakan semua sumber sosialisasi dan edukasi seperti perkunjungan

jemaat, sosialisasi mimbar, maupun melalui media cetak dan elektronik yang

dimiliki oleh gereja. Pentingnya materi-materi yang berkualitas dan relevan

dengan kebutuhan pasangan suami-istri masa kini adalah daya tarik utama dari

kegiatan ini. Jangan sampai hal tersebut tidak tersampaikan dengan baik kepada

jemaat sehingga pemahaman jemaat tentang kegiatan ini hanya tentang waktu

pelaksanaan yang lebih lama dari model sebelumnya.

Di samping masalah materi dan waktu, faktor pendidik juga menjadi sumber

masalah. Berdasarkan data proses pendidikan pranikah di Klasis Kota Ambon,

rata-rata masih dikuasai oleh pendeta jemaat. Hal ini sebenarnya tidak aneh

mengingat bahwa materi-materi yang diberikan pada prosesnya hanya bersifat

teologis dalam kurun waktu satu sampai dua jam saja. Oleh sebab itu, faktor

pendidik ini pun juga berhubungan dengan materi dan waktu yang telah

disebutkan di atas. Di lain sisi, kurangnya keterlibatan pendidik dengan

kompetensi pendidikan selain teologi juga dipengaruhi faktor yang telah

41

(32)

disebutkan di atas, bahwa pelaksanaan pendidikan pranikah yang menuntut

kualitas pengajar yang berasal dari latar belakang pendidikan seperti hukum,

ekonomi, kesehatan dan psikologi tidak bisa dicapai karena tidak meratanya

sumber daya manusia (SDM) di setiap jemaat.42 Hal yang sama juga diungkapkan

dalam dokumen Klasis Kota Ambon yaitu harus diakui bahwa persebaran sumber

daya manusia pada jemaat-jemaat di Klasis Kota Ambon belum dikelola secara

profesional dan merata untuk kepentingan pelayanan di jemaat-jemaat.43

Menurut peneliti, permasalahan pendidik sebagai salah satu komponen kunci

suksesnya proses pendidikan pranikah perlu diperhatikan oleh jemaat-jemaat

Klasis Kota Ambon yang berkomitmen untuk melayani jemaatnya dengan lebih

total. Permasalahan ini secara tidak langsung berada pada posisi untuk

mempertanyakan manajemen gereja yang pada umumnya merekrut para

pekerjanya berdasarkan suka rela saja. Tentu saja, tidak meratanya SDM yang

kompeten pada semua jemaat, menuntut gereja untuk mengevaluasi dan

memperbaiki kinerja demi membentuk tim yang ideal demi tercapainya tujuan

pendidikan pranikah. Salah satunya dengan mempertimbangkan memberikan upah

kerja sesuai kemampuan ekonomi jemaat kepada tim yang bersangkutan.

Berdasarkan analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa Klasis Kota

Ambon walaupun berada pada pusat perkembangan ekonomi, pendidikan, budaya

dan informasi namun SDM yang kompeten untuk dijadikan pendidik pranikah

pada tiap-tiap jemaat belum merata. Oleh sebab itu, menurut peneliti demi

tercapainya tim yang ideal bagi pendidikan pranikah maka jemaat-jemaat Klasis

42

Wawancara dengan Pdt. D. T, S.TH. (Ketua Majelis Jemaat Bethel), pada tanggal 23 Desember 2014.

43

(33)

Kota Ambon perlu mempertimbangkan agar perekrutan SDM yang kompeten

tersebut tidak hanya dengan suka rela. Mengingat pentingnya topik ini, maka

direkomendasikan agar masalah ini dapat diteliti lebih dalam lagi demi

membangun model manajemen pendidikan pranikah yang lebih baik.

Rangkuman:

Berdasarkan data penelitian dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan

pendidikan pranikah di Klasis Kota Ambon masih belum merata. Walaupun

Sinode GPM telah mengeluarkan modul untuk mendukung proses pendidikan

pranikah bagi jemaat namun implementasi modul tersebut masih belum maksimal.

Data menunjukan bahwa sejak modul tersebut dibuat yaitu tahun 2012 hingga

tahun 2014, penyelenggaraan pendidikan pranikah yang benar dan baik hanya

terealisasi pada satu dari tiga sampel jemaat.

Hasil analisis menunjukan bahwa ketimpangan tersebut disebabkan oleh

beberapa hal yaitu:

1. Kurangnya pemahaman pendeta jemaat dan anggota jemaatnya sendiri

tentang pentingnya pendidikan pranikah.

2. Penggunaan waktu yang terlalu panjang juga menjadi salah satu

pertimbangan bagi pasangan yang akan menikah maupun pendeta jemaat.

Salah satu alasannya adalah karena pemahaman tentang pendidikan

pranikah yang dilaksanakan dengan jangka waktu yang lama dinilai tidak

(34)

dulu tanpa proses persiapan yang panjang sebuah pernikahan masih tetap

berjalan dan bertahan. Padahal inti dari pendidikan pranikah itu sendiri

yaitu materi-materi yang berkualitas dan relevan tidak tersosialisasi

dengan baik sehingga direspon dengan tidak antusias oleh jemaat.

3. Pelaksanaan pendidikan pranikah yang baik membutuhkan tim pengajar

yang berkompeten dalam berbagai bidang. Namun, di Klasis Kota

Ambon sendiri tenaga pendidik dengan kualifikasi tersebut belum merata

di setiap jemaat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan pendidikan

pranikah di Klasis Kota Ambon masih belum maksimal. Pembentukan

pemahaman tentang pentingnya program ini bagi pendeta-pendeta jemaat sebagai

Ketua Majelis Jemaat masih belum sempurna. Sehingga, masih banyak kelalaian

yang dilakukan dalam rangka mengimplementasikan modul pendidikan pranikah

yang dibuat oleh Sinode. Oleh sebab itu, hal ini juga berdampak bagi tugas dan

tanggung jawab gereja untuk menjawab panggilannya memfasilitasi anggota

jemaat demi menciptakan Kerajaan Allah melalui kehidupan keluarga mereka,

serta berfungsi sebagai pusat pembentukan spiritual dan mencegah timbulnya

Gambar

Tabel 3.1 Data Keadaan dan Sektor Pelayanan Jemaat-Jemaat Klasis
Gambar 3.1 Peta Kota Ambon (Sumber: www.websitesrcg.com)3

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Respons kebijakan moneter dari BI atas kejutan pada inflasi makanan tersebut hanya bertujuan untuk menjaga stabilitas inflasi non-makanan sehingga tidak terja- di tekanan kedua

digunakan untuk mengatur lebar tampilan awal browser sesuai dengan lebar device yang

EHUMXGXO ³3 eningkatan Aktivitas Siswa dengan Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Think-Pair-Share di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 04 Desa Sekabuk

Agar gaya-gaya hydrodinamis yang timbul pada aliran filtrasi tidak akan menyebabkan gejala sufosi dan sembulan yang sangat membahayakan baik tubuh embung

Hasil dari proses ekstraksi berupa slurry yang selanjutnya disaring dalam alat penyaringan. Susu kecipir hasil penyaringan dipompa menuju tangki pencampuran untuk

“Pengaruh Kualitas Jasa, Citra, Kepuasan, dan Komitmen ...Pelanggan Terhadap Loyalitas Konsumen Pada Bisnis Retail”.. Bisnis

Sumber data: Dokumen Lembaga Pendidikan dan Pesantren An-Nur Surabaya.. penghambatnya ialah pembiayaan yang minim, sehingga lembaga ini tidak mampu menyediakan guru yang bergelar

Hal ini dikarenakan kurangnya kemampuan dari sumber daya manusia pada suatu perusahaan, akan memiliki dampak kurang optimalnya kinerja perusahaan dalam mencapai