• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembangunan yang seringkali didefenisikan dengan perubahan menuju kearah yang

lebih baik ternyata memiliki banyak indikator agar kenyataan dilapangan sesuai dengan

defenisinya. Mulai dari pertumbuhan ekonomi, meningkatnya moral pada diri

masyarakat, mutu pendidikan yang baik, rendahnya tingkat kesenjangan dan tingkat

kesejahteraan masyarakat yang harus semakin meningkat menjadi beberapa indikator

yang harus tercapai agar suatu pembangunan dapat dikatakan berhasil (Budiman,

2000:8). Selain itu, pembangunan juga harus dilakukan secara adil dan merata bagi

seluruh warga negara. Peran pemerintah dalam melaksanakan pembangunan

merupakan bagian dari tugas dalam menjalankan pemerintahan, baik Pemerintahan

Pusat, Daerah maupun Pedesaan.

Kegiatan-kegiatan pembangunan tidak akan dapat terlaksana jika dilakukan oleh

pemerintah saja, harus ada partisipasi dari masyarakat yang menyadari bahwa

pembangunan yang dilakukan merupakan bentuk dari usaha bersama guna

meningkatkan kesejahteraan. Pembangunan hendaknya didukung oleh semua lapisan

masyarakat sebab pembangunn tidak hanya membutuhkan dana, tenaga, teknologi akan

tetapi juga membutuhkan kesadaran, pengertian dan dukungan yang kuat dari

masyarakat itu sendiri.

Upaya pemerintah menjadikan masyarakat sebagai pusat aktivitas pembangunan

dapat dibuktikan dengan diterapkannya Undang-Undang No 32 tahun 2004 dan

Undang- Undang No 12 tahun 2008, sebagaimana telah diubah terakhir dengan

(2)

daerah diberikan kesempatan seluas-luasnya dalam rangka untuk mengatur rumah

tangganya sendiri. Masing- masing daerah diberikan peluang untuk menggali potensi

sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada diwilayahnya agar dapat di

manfaatkan secara optimal agar tercapai perkembangan dan kemajuan daerah.

Dengan adanya Otonomi Daerah maka Pemerintah Daerah diberi kewenangan

untuk mengurusi urusan rumah tangga daerah itu sendiri (Desentralisasi). Demikian

halnya dengan desa, bahwa Pemerintah Desa berkewenangan melakukan pembangunan

sesuai dengan kondisi yang ada, atau potensi yang dimiliki oleh desa tersebut.

Pemerintah Desa diberikan kewenangan untuk mengurus urusan pemerintahan yang

ada di desa dalam rangka untuk mencapai keadilan dan kesejahteraan masyarakat.

Pemerintah Desa wajib melaksanakan kehidupan demokrasi, meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, memelihara ketentraman dan ketertiban dan menjalankan

prinsip tata pemerintahan yang baik (Good Governance) yang bebas dari kolusi korupsi

nepotisme (KKN).

Indikasi bahwa pemerintah desa telah diberikan kewenangan sangat besar,

tercermin dalam Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Peraturan

Pemerintah No 40 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Desa, dimana Pemerintah Desa

bertugas melaksanakan pembangunan. Artinya bahwa pemerintah melalui Kepala Desa

dan perangkat desa bertanggung jawab dalam pelaksanaan pembangunan yang ada di

desa tersebut. (Undang-Undang No 6 tahun 2014 ayat 26 pasal 1), Kepala desa

bertanggung jawab menyelenggarakan pemeritahan desa, melaksanakan pembangunan,

pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat desa. Hal ini sejalan dengan

program nawacita yang dijalankan pemerintahan saat ini dimana salah satu isinya

adalah membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan

(3)

Pemerintah Desa mempunyai peranan yang sangat penting terhadap akselerasi

(pelaksanan implementasi) dari pada proses pembangunan. Dapat dikatakan demikian

karena peranan pemerintah di desa yang salah satu fungsinya ialah sebagai pemotivasi

dalam pelaksanaan pembangunan, diharapkan mampu membangkitkan partisipasi

masyarakat dalam menunjang keberhasilan dari pada proses pembangunan yang ada di

desa lewat kebijakan-kebijakan yang di implementasikan atau yang dilaksanakan.

Berdasarkan observasi di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten

Serdang Bedagai, pelaksanaan pembangunan desa dari segi pembangunan infrastruktur

masih kurang optimal. Hal ini dapat dilihat dari terdapatnya sebagian badan jalan yang

belum melakukan pengerasan (aspal/semenisasi) dimana saat musim hujan jalan

berlumpur sedangkan musim kemarau jalan berdebu sehingga mengakibatkan

terganggunya kegiatan ataupun aktivitas masyarakat Desa Sei Belutu. Adapun

pembanguan fisik lainnya yang belum sepenuhnya terealisasi adalah penyediaan sarana

dan prasarana umum seperti pembangunan saluran irigasi atau tali air. Dimana terjadi

penyempitan di saluran irigasi tersier dan kondisi jaringan irigasi yang kurang

memadai. Pembangunan irigasi atau waduk ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat

untuk meningkatkan produktivitas mereka. Karena Desa Sei Belutu adalah desa dengan

mayoritas masyarakat yang bekerja sebagai petani. Dengan demikian pembangunan

fisik memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan. Oleh karenanya keberadaan infrastruktur yang memadai

sangat dibutuhkan.

Terkendalanya program pembangunan infrastruktur di Desa Sei Belutu dapat terjadi

karena kurangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa. Dimana

masyarakat kurang kebersamaan untuk dapat memecahkan masalah demi tercapainya

(4)

oleh Pemerintah Desa dan juga kurangnya perhatian Pemerintah Desa terhadap

minimnya partisipasi masyarakat. Dengan berbagai permasalahan yang ada maka

diperlukan strategi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan

desa. Dengan adanya partisipasi masyarakat dalam proses pembanguan diharapkan

hasil dari pembangunan sesuai dengan kebutuhan pembangunan desa. Untuk itu

Pemerintah Desa Sei Belutu sudah sepantasnya menyiapakan konsep atau strategi yang

mampu mempengaruhi masyarakat agar ikut ambil bagian dalam proses pengembangan

yang ada di desa.

Terkait dengan strategi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan maka peneliti menggunakan analisis SWOT dalam mengidentifikasi

permasalah yang sedang dan akan dihadapi secara internal maupun eksternal sehingga

nantinya pembangunan yang akan dilaksanakan benar-benar memfungsikan peran serta

masyarakat untuk mau, dan mampu melaksankan, memelihara dan menindaklanjuti

hasil-hasil pembangunan.

Dari uraian singkat diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

dengan mengemukakan judul : “Strategi Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan

Partisipsasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Desa di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai”

1.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian mempunyai makna sebagai batasan penelitian, karena dalam

lapangan penelitian banyak gejala yang menyangkut tempat, pelaku dan aktifitas,

namun tidak semuanya akan diteliti. Oleh karena itu, untuk menentukan pilihan

(5)

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka yang menjadi fokus dalam

penelitian ini adalah membahas tentang strategi pemerintah Desa dalam meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei

Bambam Kabupaten Serdang Bedagai. Fokusnya adalah pembangunan fisik berupa

sarana irigasi di Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang

Bedagai.

1.3Rumusan Masalah

Agar dapat dilaksanakan penelitian dengan sebaik-baiknya maka peneliti haruslah

merumuskan masalah dengan jelas. Merujuk dari fokus penelitian, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Strategi Pemerintah Desa

Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Desa di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai?

1.4 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan mempunyai sasaran yang akan dicapai atau yang

menjadi tujuan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui dan menggambarkan tentang strategi-strategi yang

dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dalam meningkatkan partisipasi

masyarakat terhadap Pembangunan Desa di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei

Bamban Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menghambat penerapan strategi

Pemerintah Desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap

Pembangunan Desa di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban

(6)

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Secara subjektif, bermanfaat bagi peneliti dalam melatih dan mengembangkan

kemampuan berfikir ilmiah, dan sistematis dalam mengembangkan kemampuan

penulis dalam karya ilmiah.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang

berguna bagi instansi terkait.

3. Secara akademis, peneliti diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sebagai

bahan perbandingan bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian dibidang

yang sama.

1.6 Kerangka Teori

Teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang mengindikasi adanya hubungan

diantara konsep-konsep tersebut yang membantu kita memahami sebuah fenomena.

Sehingga dapat dikatakan bahwa suatu teori merupakan suatu kerangka kerja

konseptual untuk mengatur pengetahuan dan menyediakan suatu cetak biru untuk

melakukan beberapa tindakan selanjutnya. Menurut Singarimbun (1998:37) teori

adalah serangkaian asumsi, konsep, kontak, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan

suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar

konsep. Dengan adanya teori, peneliti mencoba menerangkan fenomena sosial atau

fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya berdasarkan unsure ilmu dan teori.

Untuk memperoleh pemahaman yang sama atas konsep-konsep yang digunakan

dalam penelitian ini dan kerangka berfikir bagi peneliti, maka berikut beberapa konsep

(7)

1.6.1 Strategi Pemerintah Daerah 1.6.1.1 Strategi

Menurut Marrus (2002:31) strategi didefinisikan sebagai suatu proses

penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang

organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut

dapat dicapai. Menurut Jatmiko (2003:3) strategi diartikan sebagai suatu cara dimana

organisasi akan mencapai tujuan-tujuannya, sesuai dengan peluang-peluang dan

ancaman-ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi serta sumber daya dan

kemampuan internal organisasi.

Terdapat tiga faktor yang mempunyai pengaruh penting pada strategi yaitu:

1. Lingkungan eksternal

2. Sumber daya

3. Kemampuan internal serta tujuan yang akan dicapai

Artinya strategi adalah sebuah rencana yang telah disusun dengan memanfaatkan

segala sumber daya serta peluang-peluang yang ada untuk mencapai tujuan organisasi.

Goldworthy dan Ashley (1996:98) mengusulkan tujuh aturan dasar dalam

merumuskan suatu strategi sebagai berikut :

a) Ia harus menjelaskan dan menginterpretasikan masa depan, tidak hanya masa

sekarang.

b) Arahan strategi harus bisa menentukan rencana dan bukan sebaliknya.

c) Strategi harus berfokus pada keunggulan kompetitif, tidak semata-mata pada

pertimbangan keuangan.

d) Ia harus diaplikasikan dari atas ke bawah, bukan dari bawah ke atas.

e) Strategi harus mempunyai orientasi eksternal.

(8)

g) Strategi harus berpusat pada hasil jangka panjang.

Untuk menjamin agar supaya strategi dapat berhasil baik dengan meyakinkan

bukan saja dipercaya oleh orang lain, tetapi memang dapat dilaksanakan, Hatten dan

hatten (1996: 108-109) memberikan beberapa petunjuknya sebagai berikut :

a) Strategi harus konsiten dengan lingkungan, strategi dibuat mengikuti arus

perkembangan masyarakat, dalam lingkungan yang memberi peluang untuk

bergerak maju.

b) Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi, tergantung pada ruang lingkup

kegiatannya. Apabila ada banyak strategi yang dibuat maka strategi yang satu

haruslah konsisten dengan strategi yang lain. Jangan bertentangan atau bertolak

belakan, semua strategi senantiasa diserasikan satu dengan yang lain.

c) Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua sumber

daya dan tidak mencerai beraikan satu dengan yang lain. Persaingan tidak sehat

antara berbagai unit kerja dalam suatu organisasi sering kali mengklaim sumber

dayanya, membiarkannya terpisah dari unit kerja lainnya sehingga

kekuatan-kekuatan yang tidak menyatu itu justru merugikan posisi organisasi.

d) Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan kekuatannya

dan tidak pada titik-titik yang justru adalah kelemahannya. Selain itu hendaknya

juga memanfaatkan kelemahan pesaing dan membuat langkah-langkah yang tepat

untuk menempati posisi kompetitif yang lebih kuat.

e) Sumber daya adalah sesuatu yang kritis. Mengingat strategi adalah sesuatu yang

mungkin, hendaknya dibuat sesuatu yang memang layak dapat dilaksanakan.

f) Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu besar. Memang

(9)

menjerumuskan organisasi kelubang yang lebih besar. Oleh karena itu strategi

hendaknya selalu dapat dikontrol.

g) Strategi hendaknya disusun diatas landasan keberhasilan yang telah dicapai.

h) Tanda-tanda dari suksesnya strategi ditampakkan dengan adanya dukungan dari

pihak-pihak yang terkait dari para eksekutif, dari semua pimpinan unit dalam

organisasi.

1.6.1.2 Manajemen Strategis

Pengertian manajemen strategis menurut Kuncoro (2006:7), Manajemen strategi

terdiri dari analisis, keputusan, dan aksi yang diambil organisasi untuk menciptakan

dan mempertahankan keunggulan kompetitif.Menurut Robbins (2007:218) manajemen

strategis adalah sekelompok keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan

kinerja jangka panjang organisasi. Manajemen strategis penting karena dapat membuat

perbedaan dalam seberapa baik kinerja suatu organisasi dan berhubungan dengan

kenyataan bahwa organisasi dari semua jenis dan ukuran menghadapi situasi yang terus

berubah.

Menurut David (2011:5) Manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni

dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi

keputusan-keputusan lintas fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai

tujuannya. Menurut Ayub (1996: 32) manajemen strategis adalah proses penetapan

tujuan organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran,

serta mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan kebijakan dan merencanakan

pencapaian tujuan organisasi. Strategi memiliki kaitan yang erat dengan konsep

perencanaan dan pengambilan keputusan, sehingga strategi berkembang menjadi

(10)

1.6.1.3 Tahapan Manajemen Strategis

Strategi yang baik dan tepat memiliki proses yang lebih terperinci.

MenurutDavid (2011:6) Proses manajemen strategi terdiri atas tiga tahap: perumusan

strategi,penerapan strategi, dan penilaian strategi. Tahapan tersebut, yaitu :

1. Perumusan Strategi

Perumusan strategi terdiri dari:

a.Pengembangan Visi dan Misi

b. Identifikasi peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi

c. Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan internal

d. Penetapan tujuan jangka panjang

e. Pencarian strategi-strategi aternatif

f. Pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan

Isu – isu perumusan strategi mencakup penentuan bisnis apa yang akan

dimasuki, bisnis apa yang tidak akan dijalankan, bagaimana mengalokasikan sumber

daya, perlukah ekspansi atau diversifikasi operasi dilakukan, perlukah perusahaan

terjun ke pasar internasional, perlukah mager atau penggabungan usaha dibuat, dan

bagaimana menghindari pengambilalihan yang merugikan. Karena tidak ada organisasi

yang memiliki sumber daya yang tak terbatas, para penyusun strategi harus

memutuskan strategi alternatif mana yang akan paling menguntungkan perusahaan.

2. Penerapan Strategi

Tahap penerapan strategi terdiri dari :

a. Pengembangan budaya yang suportif pada strategi

b. Penciptaan struktur organisasional yang efektif

c. Pengerahan ulang upaya-upaya pemasaran

(11)

e. Pengembangan serta pemanfaatan sistem informasi

f. Pengaitan kompensasi karyawan dengan kinerja organisasi

Tahap kedua ini seringkali dianggap sebagai tahap paling sulit dalam

manajemen strategis, penerapan atau implementasi strategi membutuhkan disiplin,

komitmen, dan pengorbanan personal. Penerapan strategi yang berhasil bergantung

pada kemampuan manajer untuk memotivasi karyawan, yang lebih merupakan seni dari

pada pengetahuan. Strategi tersebut dirumuskan, namun bila tidak di terapkan tidak ada

gunanya.

3. Penilaian Strategi

Tahap aktivitas penilaian strategi tediri dari :

a. Peninjauan ulang faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi landasan bagi

strategi saat ini

b. Pengukuran kinerja

c. Pengambilan langkah korektif

Penilaian strategi di perlukan karena apa yang berhasil saat ini tidak perlu

berhasil nanti. Keberhasilan senantiasa menciptakan persoalan baru dan berbeda,

organisasi yang mudah berpuas diri akan mengalami kegagalan.

1.6.1.4 Manfaat Manajemen Strategi

Dengan menggunakan manajemen stategik sebagai kerangka kerja (frame work)

organisasi dalam mencapai dan mewujudkan tujuan, maka mendorong setiap manajer

untuk dapat berfikir lebih kreatif dan strategik. Manfaat yang dapat diperoleh

organisasi dalam penerapan manajemen strategik menurut Akdon (2007:277), antara

lain :

(12)

2) Membantu organisasi dalam beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi

3) Menjadikan organisasi lebih efektif

4) Keunggulan komperatif organisasi dalam lingkungan yang semakin kompleks dapat

diidentifikasi

5) Dengan penyusunan starategi akan dapat mengantisipasi masalah yang akan muncul

dimasa mendatang

6) Dengan melibatkan seluruh jajaran organisasi dalam pembuatan strategi akan

meningkatkan motivasi mereka

7) Kegiatan yang duplikasi akan dapat dihindarkan/dikurangi;

8) Keengganan pegawai lama untuk mau melakukan perubahan dapat dikurangi.

1.6.1.5 Desa

Menurut UU No.6 Tahun 2014 tentang Desa, ditentukan bahwa Desa adalah

desa dan desa adat atau yang disebut denga nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas–batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usal, dan/atau hak tradisional yang diakui

dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Desa, dalam definisi lainnya, adalah suatu tempat atau daerah dimana penduduk

berkumpul dan hidup bersama, menggunakan lingkungan setempat, untuk

mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan kehidupan mereka. Desa

dalam arti administratif, menurut Sutardjo Kartohadikusumo (1984:16), adalah suatu

kesatuan hukum dimana sekelompok masyarakat bertempat tinggal dan mengadakan

(13)

Penamaan atau istilah desa, disesuaikan dengan kondisi sosial budaya

masyarakat setempat seperti kampung, desa, dusun, dan sebagainya yang bersifat

istimewa. Pengaturan mengenai pemerintahan desa telah terjadi pergeseran

kewenangan sehingga pemerintah pusat dan pemerintah daerah tidak lagi ikut campur

tangan secara langsung tetapi hanya bersifat sebagai fasilitator yang memberikan

pedoman, arahan, bimbingan, pelatihan dan termsuk pengawasan presentatif terhadap

peraturan desa dan APBD.

Menurut Wasistiono dan Tahir (2007:7) mengemukakan kata “desa” sendiri

berasal dari bahasa India yakni ”swadesi” yang berarti tempat asal, tempat tinggal,

negeri asal, atau tanah leluhur yang merujuk pada satu kesatuan hidup, dengan

satukesatuan norma, serta memiliki batas yang jelas.

1.6.1.6 Pemerintah Desa

Pemerintah Desa adalah bagian dari birokrasi pemerintah modern yang bertugas

mengelola barang-barang publik termasuk melakukan pungutan pajak pada masyarakat.

Sebagai institusi modern, pemerintah desa tidak hanya cukup memainkan legitimasi

simbolik dan sosial tetapi harus membangun legitimasi yang dibangun dari dimensi

kinerja politik dan ekonomi. Penyelenggaraan pemerintah desa merupakan sub sistem

dari sistem penyelenggara pemerintahan sehingga desa memilki kewenangan untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya (Widjaja, dalam buku otonomi

desa 2004:3).

Lembaga musyawarah desa merupakan wadah permusyawaratan atau mufakat

dari pemuka-pemuka masyarakat yang ada di Desa dan didalam mengambil

(14)

sungguh-sungguh yang berkembang dalam masyarakat desa. Untuk menggerakkan

masyarakat desa sangat berbeda dengan menggerakan masyarakat perkotaan.

Menurut Widjaja (2004:20) yang dimaksud dengan pemerintahan desa adalah

kepala desa dan perangkat desa sementara BPD adalah badan perwakilan desa yang

terdiri dari pemuka-pemuka masyarakat yang mengayomi adat istiadat,membuat

peraturan desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta melakukan

serta melaksanakan pengawasan terhadap penyelenggaran pemerintahan desa.

Pemerintah desa adalah unsur penyelenggaraan pemerintah desa, menurut

Nurcholis (2005:138) pemerintah mempunyai tugas pokok:

1. Melaksanakan urusan rumah tangga desa, urusan pemerintahan umum, membangun

dan membina masyarakat

2. Menjalankan tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan

pemerintah kabupaten

Dari tugas pokok tersebut lahirlah fungsi pemerintah desa yang berhubungan

langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Fungsi pemerintah

desa merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam interaksi antar individu

didalam situasi sosial suatu kelompok masyarakat (Rivai, 2004:53). Seluruh fungsi

pemerintah desa tersebut dilaksanakan atau diselenggarakan dalam aktivitas pemerintah

desa secara integral. Pelaksanaan berlangsung sebagai berikut:

1. Pemerintah Desa berkewajiban manjabarkan program kerja.

2. Pemerintah Desa harus berusaha mengembangkan kebebasan berfikir dan

mengeluarkan pendapat.

3. Pemerintah Desa harus berusaha memberikan petunjuk yang jelas.

4. Pemerintah Desa harus mampu memecahkan masalah dan mengambil keputusan

(15)

5. Pemerintah Desa harus mampu mengembangkan kerjasama yang harmonis.

6. Pemerintah Desa harus mampu menumbuh dan mengembangkan kemampuan serta

memiliki tanggungjawab.

7. Pemerintah Desa harus mampu mendayagunakan pengawasan sebagai alat

pengendali.

Dari ketentuan diatas telah dijelaskan fungsi dan tugas pemerintah desa akan

tetapi perlu diketahui bahwa pentingnya kerjasama dengan orang lain dalam rangka

pencapaian tujuan, apakah itu tujuan individu atau kelompok. Berangkat dari kenyataan

bahwa secara interen dalam diri setiap manusia terdapat keterbatasan-keterbatasan, baik

dalam arti fisik maupun intelektual. Dalam berbagai keterbatasan tersebut tidak

memungkinkan seseorang manusia memuaskan segala keinginan, harapan, cita-cita dan

kebutuhannya apabila bekerja sendirian tanpa bantuan oleh orang lain. Dalam suatu

masyarakat yang sederhana sekalipun, dalam keadaan mana tujuan yang hendak dicapai

masih sederhana dan kebutuhan yang hendak dicapai tidak rumit, kerjasama dengan

orang lain sudah dirasakan pentingnya.

1.6.1.7 Strategi Pemerintah Desa

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa secara lebih efektif, maka

pemerintah desa dan masyarakatnya perlu menciptakan suatu strategi pencapaian tujuan

tersebut. Dalam merancang strategi yang dimaksud, Pemerintah Desa perlu

memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Keterpaduan pembangunan desa, dimana kegiatan kegiatan dilaksanakan memiliki

sinergi dengan kegiatan pembangunan yang lain.

2. Partisipatif, dimana masyarakat terlibat secara aktif dalam kegiatan dari proses

(16)

3. Keberpihakan, dimana orientasi kegiatan baik dalam proses maupun pemanfaatan

hasil kepada seluruh masyarakat desa.

4. Otonomi dan Desentralisasi, dimana masyarakat memperoleh kepercayaan dan

kesempatan luas dalam kegiatan baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan maupun pemanfaatan hasilnya. (Yudohusodo, 2002).

Adapun mengenai rencana-rencana pembangunan yang telah disusun dan diterapkan

bersama dalam forum musyawarah (yang sering disebut musrembangdes) hendaknya

dapat dilakukan secara baik.Untuk itu dapat dilakukan secara baik. Untuk itu para

pelaku pembangunan di desa harus dapat menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan desa

sebagai berikut :

A. Accountable, pengelolaan kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada

masyarakat.

B. Transparant, pengelolaan kegiatan harus dilakukan secara terbuka dan diketahui

oleh masyarakat.

C. Acceptable, pilihan kegiatan berdasarkan musyawarah sehingga memperoleh

dukungan masyarakat.

D. Sustainable, pengelolaan kegiatan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat

secara berkelanjutan. (Suharto, 2006)

Menurut Adisasmita (2006:38-39) aparatur pemerintah desa sebagai pemimpin

juga sebagai penyelenggara pembangunan harus memiliki tanggung jawab atas

perubahan yang akan terjadi, baik perubahan yang terjadi dalam masyarakat maupun

perubahan sosial kemasyarakatan. Strategi yang dilakukan oleh pemerintah desa dalam

rangka untukmeningkatkan keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dalam

pembangunan,yang secara garis besar dijabarkan sebagai berikut (Mondong, 2011:8) :

(17)

2. Pembinaan terhadap masyarakat dalam bidang hukum

3. Pembinaan terhadap masyarakat dalam bidang agama

4. Pembinaan terhadap masyarakat dalam bidang kesehatan

5. Pelayanan terhadap masyarakat

1.6.2 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan 1.6.2.1 Partisipasi

Partisipasi berasal dari kata ; bahasa Inggris yaitu participacion dan kata

kerjanya participate artinya peran serta : ikut mengambil bagian. Secara popular

menjadi participation artinya peran atau ikut serta untuk mengambil bagian dalam

kegiatan tertentu.

Untuk memperjelas pengertian tersebut Bhattacharyya (dalam Supriatna,

1985:30) mengatakan bahwa partisipasi menurut literature berarti ikut serta mengambil

bagian dalam kegiatan bersama. Sedangkan Mubiyarto (1984:35) mendefinisikan

sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai kemampuan

setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri.

Davis (dalam Tangkilisan, 2005:322) juga memberikan pengertian partisipasi

dengan tiga unsur pokok, yaitu;

1. Adanya keterlibatan mental dan emosi individu dalam melakukan aktivitas

kelompok.

2. Adanya motivasi individu untuk memberikan kontribusi tergerak yang dapat

berwujud barang, jasa, buah pikiran, tenaga, dan keterampilan.

3. Timbulnya rasa tanggungjawab dalam diri individu terhadap aktivitas kelompok

(18)

Terdapat dua unsur pokok mengapa partisipasi penting. Pertama, alasan etnis yaitu

dalam arti pembangunan manusia berpartisipasi bukan sebagai subjek melainkan

sebagai objek. Kedua, alasan sosiologis yaitu bila perkembangan diharapkan dapat

berhasil dalam jangka panjang maka ia harus menyertakan orang sebanyak mungkin

jika tidak, pembangunan pasti tidak akan terlaksana dengan baik.

Menurut Cohen dan Uphoff, (1977:3) menyatakan bahwa partisipasi dapat

merupakan keluaran pembangunan dan juga merupakan masukannya sebab apabila

masyarakat yang bersangkutan tidak diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam

pembangunan suatu proyek di Desanya, maka proyek itu pada hakekatnya bukanlah

proyek pembangunan desa.

Dari ulasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa partisipasi merupakan unsur

yang sangat penting dan menentukan dalam usaha mencapai keberhasilan

pembangunan. Pada dasarnya partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan seseorang

dalam kegiatan bersama yang berkaitan dengan pelaksanaan proses pembangunan,

terutama yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup.

Tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi akan memunculkan kemandirian

masyarakat baik dalam bidang ekonomi, sosial, agama dan budaya, yang secara

bertahap akan menimbulkan jati diri, harkat dan martabat masyarakat tersebut secara

maksimal.

1.6.2.2Masyarakat

Para ahli seperti Maciver. J. L. Gillin, dan J. P. Gillin dalam Soeleman,

(2009:122) sepakat bahwa adanya sering bergaul atau interaksi karena mempunyai

nilai-nilai, norma-norma, cara-cara, dan prosedur yang merupakan kebutuhan bersama

(19)

suatu sistem adat-istiadat tertentu, yang bersifat kontinu dan terikat oleh suatu rasa

identitas bersama.

Kesatuan sosial memiliki kehidupan jiwa seperti adanya ungkapan-ungkapan

jiwa rakyat, kesadaran masyarakat dan sebagainya. Dalam hal ini individu berada

dibawah pengaruh suatu kesatuan sosial. Jiwa masyarakat ini merupakan potensi yang

berasal dari unsur-unsur masyarakat, meliputi pranata, status dan peranan sosial.

Pranata sebagai wahana berinteraksi menurut pola resmi, merupakan sistem norma

khusus menata rangkaian tindakan berpola mantap guna memenuhi kebutuhan khusus

manusia. Status atau kedudukan sosial dapat netral, tinggi, menengah, atau rendah.

Hubungannya dengan tindakan interaksi dikonsepsikan oleh norma yang mengatur

seluruh tindakan tadi. Peranan sosial adalah tindakan atau tingkah laku individu yang

mementaskan suatu kedudukan tertentu, bersifat khas, tertentu dalam berhadapan

dengan individu-individu dalam kedudukan lain.

1.6.2.3Partisipasi Masyarakat

Menurut Cohen dan Uphoff (1977), yang mengacu dalam Harahap dkk

(2007:48) partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat dalam proses

perencanaan dan pembuatan keputusan tentang apa yang dilakukan, dalam pelaksanaan

program dan pengambilan keputusan untuk berkontribusi sumber daya atau

bekerjasama dalam organisasi atau kegiatan khusus, berbagi manfaat dari program

pembangunan dan evaluasi program pembangunan.

Partisipasi masyarakat adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh

perorangan maupun secara berkelompok dan/atau masyarakat untuk menyatukan

kepentingan atau keterkaitan mereka terhadap organisasi atau masyarakat dalam rangka

(20)

keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang didalam situasi kelompok

yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha

mencapai tujuan serta tanggungjawab terhadap usaha yang bersangkutan.

Menurut Nitisemito1

Menurut Dwipayana (2003:81), partisipasi menyangkut dua hal yakni keluar

dan kedalam. Yang pertama, menyangkut partisipasi yang melibatkan pemerintahan itu

sendiri dan yang kedua menyangkut partisipasi warga desa terhadap jalannya

pemerintahan. Partisipasi yang melibatkan pemerintahan itu sendiri adalah menyangkut

seberapa besar keikutsertaan aparatur desa dalam pembangunan desa, hal ini dapat

tercermin dari penegakan demokrasi, menjalin hubungan yang harmonis dengan

lembaga adat maupun agama yang ada, pengelolaan konflik dan menciptakan

masyarakat yang mandiri serta menjalankan pemerintahan yang baik dan benar sesuai yang dimaksud dengan partisipasi adalah keikutsertaan

masyarakat dalam proses pembangunan, baik dengan penghimpunan atau

penyumbangan benda dan uang, pikiran atau ide maupun dengan tenaga atau

gotong-royong. Untuk itu dalam proses pembangunan sangat dibutuhkan keterlibatan langsung

dari masyarakat sebagai pelaku pembangunan. Masyarakat dituntut untuk senantiasa

berperan aktif dalam menghimpun dan menyumbangkan segala potensi yang

dimilikinya guna kemajuan desanya.

Sumbangan sebagaimana yang dimaksud diatas dapat berupa benda atau uang,

pikiran, ide maupun dengan gotong-royong, sehingga hal demikian adalah untuk

menciptakan suatu kondisi masyarakat yang mandiri yang mampu berkembang menuju

arah yang lebih baik dengan cara menciptakan pola-pola tertentu dalam memajukan

kesejahteraannya sendiri, baik dari segi ekonomi maupun sosial kemasyarakatan

lainnya.

(21)

dengan koridor hukum dan peraturan yang berlaku. Ikut menyumbang ide, peduli

terhadap pembuatan keputusan dan hasil keptusan, berperan aktif dalam kegiatan desa

dan menunaikan kewajiban sebagai warga negara yang baik yakni membayar pajak

yang berguna bagi pendanaan pembangunan di desa merupakan bentuk dari partisipasi

masyarakat.

Selanjutnya, partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan yang sering

diabaikan adalah partisipasi dalam pengambilan keputusan. Hal ini disebabkan bahwa

selama ini kebijakan yang diambil adalah kebijakan secara sepihak oleh pemerintahan

itu sendiri. Baik dari level tertinggi yakni pemerintah pusat sampai kepada kepala desa.

Pada tiap-tiap desa untuk wilayah tertentu akan sulit menterjemahkan kebijakan yang

ada karena tidak sesuai dengan kondisi maupun keinginan masyarakat setempat.

Faktor-faktor yang bisa menjadi daya pendorong agar masyarakat ikut berpartisipasi

yaitu:

a. Partisipasi dilakukan melalui usaha penerapan demokrasi artinya masyarakat desa

diberikan kesempatan memilih dan memutuskan apa yang dikehendakinya baik

diantara alternatif pemerintah maupun dari alternatif masyarakat itu sendiri.

b. Partisipasi itu dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal atau yang sudah ada

ditengah-tengah masyarakat yang bersangkutan.

c. Partisipasi dilakukan melalui upaya perbaikan kondisi dan peningkatan taraf hidup

masyarakat melalui pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa.

d. Setiap keputusan masyarakat, sepanjang mengenai kepentingan mereka harus

dihormati dan diakui.

Sedangkan partisipasi masyarakat atau keterlibatan masyarakat dalam pembangunan

(22)

1. Tahap Assesment

Dilakukan dengan mengidentifikasi masalah dan sumber daya yang dimiliki.

Untuk ini masyarakat dilibatkan secara aktif merasakan permasalahan yang sedang

terjadi dalam pandangan mereka sendiri.

2. Tahap Alternatif Program atau Kegiatan

Dilakukan dengan melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah yang mereka

hadapi dan cara mengatasinya dengan memikirkan cara alternative program.

3. Tahap Pelaksanaan (implementasi) Program atau Kegiatan

Dilakukan dengan melaksanakan program yang telah direncanakan dengan baik

agar tidak melenceng dalam pelaksanaan dilapangan.

4. Tahap Evaluasi

Dilakukan dengan adanya pengawasan dari masyarakat dan petugas dari program

yang sedang berjalan.

Mikkelsen (dalam Soetomo, 2006:449) menyatakan bahwa ada empat pendekatan

dalam mengembangkan partisipasi masyarakat, yaitu;

A. Pendekatan Partisipasi Pasif, Pelatihan dan Informasi

Pendekatan ini berdasarkan pada anggapan bahwa pihak eksternal yang lebih tahu,

lebih menguasai pengetahuan, teknologi, skill dan sumber daya manusia. Bentuk

partisipasi ini akan melahirkan komunikasi satu arah, dari atas kebawah, hubungan

pihak eksternal dan masyarakat lokal bersifat vertikal.

B. Pendekatan Partisipasi Aktif

Pendekatan ini mencoba mengembangkan komunikasi dua arah, meskipun tetap

dengan anggapan bahwa pihak eksternal yang lebih tahu dibandingkan masyarakat

lokal. Pendekatan ini membuka dialog, untuk memberikan kesempatan pada

(23)

C. Pendekatan Partisipasi dengan Keterikatan

Pendekatan ini mirip dengan kontrak sosial antara pihak eksternal dengan

masyarakat lokal. Dalam keterikatan tersebut dapat disepakati apa yang dapat

dilakukan oleh masyarakat setempat, baik sebagai individu atau kelompok kecil,

diberikan untuk terikat pada sesuatu dengan tanggungjawab terhadap kegiatan

yang sudah disepakati mayarakat dan pihak eksternal. Dengan pendekatan ini

masyarakat mendapat kesempatan untuk bekerja sambil belajar dalam melakukan

pembangunan.

D. Partisipasi atas Permintaan Setempat

Bentuk ini mencerminkan bahwa kegiatan pembangunan dilaukan atas dasar

keputusan yang diambil masyarakat setempat. Dalam pendekatan ini pihak

eksternal bersifat menjawab kebutuhan yang diputuskan masyarakat setempat dan

tidak memiliki rancangan program yang harus dilaksanakan oleh masyarakat

setempat.

1.6.2.4 Pembangunan

Istilah pembangunan juga menunjukan hasil proses pembangunan itu sendiri.

Secara etimologi, pembangunan berasal dari kata bangun, diawalan “pe “ dan akhiran “

an “, guna menunjukan perihal orang membangun, atau perihal bagaimana pekerjaan

membangun itu dilaksanakan. Kata bangun setidak-tidaknya mengandung tiga arti.

Bangun dalam arti sadar atau siuman. Kedua, berarti bentuk. Ketiga, bangun berarti

kata kerja, membangun berarti mendirikan. Dilihat dari segi ini, konsep, pembangunan

meliputi ketiga arti tersebut. Konsep itu menunjukan pembangunan sebagai :

1. Masukan, kesadaran kondisi mutlak bagi berhasilnya perjuangan bangsa.

(24)

3. Keluaran, yaitu berbagai bentuk bangun sebagai hasil perjuangan, baik fisik maupun

non fisik (Taliziduhu Ndraha, 1987:1-2).

Menurut Sondang P. Siagian (2005:9) mengemukakan pendapatnya mengenai

pembangunan itu adalah suatu usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan

dilakukan oleh suatu bangsa secara sadar, Negara dan Pemerintah menuju modernitas

dalam rangka pembinaan bangsa.

Randy dan Riant (Randy dan Nugroho, 2006:10) memberikan definisi

pembangunan secara sederhana, yaitu pembangunan secara sederhana diartikan

sebagai suatu perubahan tingkat kesejahteraan secara terukur dan alami. Dalam

menyelenggarakan tindakan pembangunan, pemerintah memerlukan dana untuk

membiayai kegiatannya. Dana tersebut dihimpun dari warga negara dalam bentuk:

pajak, pungutan, serta yang di peroleh secara internal dari pendapatan bukan pajak

dan laba perusahaan publik. Kesejahteraan manusia merupakan fokus dari tujuan

pembangunan, motivasi pelaku pembangunan, dan perioritas pembiayaan

pembangunan.

Dari berbagai definisi yang di kemukakan di atas, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa pembangunan ditujukan untuk meningkatkan kemampuan,

kebersamaan, kesempatan, kemandirian dan saling ketergantungan masyarakat, yang

pada akhirnya untuk meningkatkan kesejateraan masyarakat itu sendiri.

1.6.2.5 Pembangunan Desa

Pembangunan pedesaan dalam bahasa inggris sering disebut dengan Community

Development, pembangunan masyarakat desa merupakan proses perubahan sosial yang

direncanakan untuk mengubah keadaan yang tidak dikehendaki kearah yang

(25)

desa adalah merupakan bagian dari pembangunan nasional, secara khusus

pembangunan masyarakat desa memiliki pengertian sebagai berikut :

a. Pembangunan masyarakat desa berarti pembangunan masyarakat tradisional menjadi

masyarakat modern.

b. Pembangunan masyarakat desa berarti membangun swadaya masyarakat dan rasa

percaya diri sendiri.

c. Pembangunan pedesaan tidak lain dari pembangunan usaha tani atau membangun

pertanian.

Pada hakekatnya pembangunan desa dilakukan oleh masyarakat bersama-sama

pemerintah terutama dalam memberikan bimbingan, pengarahan, bantuan pembinaan,

dan pengawasan agar dapat ditingkatkan kemampuan masyarakat dalam usaha

menaikan taraf hidup dan kesejahteraannya.

Suparno (2001 : 46) menegaskan bahwa pembangunan desa dilakukan dalam

rangka imbang yang sewajarnya antara pemerintah dengan masyarakat. Kewajiban

pemerintah adalah menyediakan prasarana-prasarana, sedangkan selebihnya

disandarkan kepada kemampuan masyarakat itu sendiri. Proses pembangunan desa

merupakan mekanisme dari keinginan masyarakat yang dipadukan dengan masyarakat.

Perpaduan tersebut menentukan keberhasilan pembangunan seperti yang dikemukakan

oleh Ahmadi (2001:222) mekanisme pembangunan desa adalah merupakan perpaduan

yang serasi antara kegiatan partisipasi masyarakat dalam pihak dan kegiatan

pemerintah di satu pihak.

Berdasarkan Permendagri No 66 tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan

Desa, pembangunan di desa merupakan model pembangunan partisipatif adalah suatu

(26)

dan gotong royong yang merupakan cara hidup masyarakat yang telah lama berakar

budaya wilayah Indonesia.

Sebagaimana disebutkan dalam pasal 5 Permendagri No 66 tahun

2007, karakteristik pembangunan partisipatif diantaranya direncanakan dengan

pemberdayaan dan partisipatif. Pemberdayaan, yaitu upaya untuk mewujudkan

kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara sedangkan partisipatif, yaitu keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat

secara aktif dalam proses pembangunan. Pembangunan di desa menjadi tanggungjawab

Kepala Desa sebagaimana diatur dalam Pasal 14 ayat (1) PP No 72 tahun 2005

ditegaskan bahwa Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan

pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Kegiatan pembangunan

direncanakan dalam forum Musrenbangdes, hasil musyawarah tersebut ditetapkan

dalam RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Desa) selanjutnya ditetapkan dalam

APBDesa.

Dalam pelaksanaan pembangunan Kepala Desa dibantu oleh perangkat desa dan

dapat dibantu oleh lembaga kemasyarakatan di desa. Selanjutnya khusus untuk

anggaran pembangunan yang bersumber dari Alokasi Dana Desa (ADD), 70% dari

anggaran tersebut merupakan belanja untuk penggunaan pemberdayaan masyarakat.

1.6.3 Analisis SWOT

Telah disebutkan bahwa suatu rencana yang baik haruslah mengandung uraian

tentang asumsi perencanaan (planning asumtion). Maksudnya adalah untuk mengetahui

dengan jelas berbagai faktor penopang dan ataupun penghambat yang diperkirakan

akan dihadapi apabila rencana tersebut dilaksanakan. Pengetahuan tentang berbagai

(27)

cukup penting. Dengan diketahuinya berbagai faktor penopang serta penghambat

tersebut, akan dapat dilakukan berbagai persiapan, sedemikian rupa sehingga

pelaksanaan rencana akan dapat lebih lancar.

Untuk dapat mengetahui secara lengkap berbagai faktor penopang serta

penghambat, perlu dilakukan kajian yang seksama tentang keadaan organisasi yang

akan melaksanakan rencana tersebut. Kajian yang seperti ini dikenal dengan nama

analisis SWOT. Menurut Jogiyanto (2005:46) mengatakan bahwa SWOT digunakan

untuk menilai kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari sumber-sumber daya

yang dimiliki organisasi dan kesempatan-kesempatan eksternal dan

tantangan-tantangan yang dihadapi

Pengertian analisis SWOT banyak macamnya. Secara sederhana dapat diartikan

sebagai suatu kajian yang dilakukan terhadap suatu organisasi sedemikian rupa

sehingga diperoleh keterangan yang akurat tentang berbagai faktor kekuatan,

kelemahan, kesempatan dan hambatan yang dimiliki dan atau yang dihadapi oleh

organisasi.

1. Strengths (Kekuatan) adalah kondisi kekuatan yang dimiliki oleh organisasi,

rancangan, maupun konsep bisnis yang dimiliki. Kekuatan yang dianalisis berasal

dari tubuh organisasi itu sendiri.

2. Weakness (Kelemahan) merupakan kondisi kelemahan yang ada didalam organisasi

dan juga berasal dari tubuh organisasi itu sendiri.

3. Opportunity (Kesempatan) merupakan kondisi peluang yang sedang berkembang

diluar tubuh organisasi (faktor eksternal).

4. Threats (Hambatan) adalah kondisi yang mengancam organisasi dari luar organisasi

tersebut. Ancaman ini apabila tidak diatasi secara baik dapat mengganggu

(28)

MATRIKS SOWT dapat dilihat pada tabel berikut ini ;

Smber ; Rangkuti, 2005

Keterangan tabel :

1. Strategi SO

Strategi ini menggunkan seluruh kekuatan internal untuk memanfaatkan

peluang yang sebesar-besarnya.

2. Srategi ST

Strategi ini bertujuan untuk menggunakan kekuatan untuk mengatasi

ancaman.

3. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan

(29)

bertahan bagi kelangsungan hidup organisasi dengan cara mengurangi

kelemahan internal serta menghindari ancaman.

4. Strategi WT

Strategi ini berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defenisi dan berusaha

meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman.Strategi WT bertujuan

untuk mengurangi kelemahan internal dengan menghindari ancaman

eksternal.

IFAS (internal strategic factory analysis summary) dengan kata lain

faktor-faktor strategis internal dalam kerangka strength and weakness. Sedangkan EFAS

(eksternal strategic factory analysis summary) dengan kata lain faktor-faktor strategis

eksternal suatu perusahaan atau organisasi yang disusun untuk merumuaskan

faktor-faktor eksternal dalam kerangka opportunities and threaths (Fredy Rangkuti, 2006:19).

1.7 Definisi Konsep

Definisi konsep dalam penelitian digunakan untuk menggambarkan secara tepat

fenomena yang hendak diteliti.Menurut Irawan (Dalam Bagong Suryanto, 2005:49)

konsep adalah makna yang berada di alam fikiran atau di dunia kepahaman manusia

yang dinyatakan kembali dengan sarana lambang perkataan atau kata-kata.Konsep

adalah istilah dan definisi yang gunakan untuk menggambarkan secara abstrak

kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian dalam ilmu

sosial (Singarimbun, 1995:33). Dalam penelitian ini yang menjadi definisi konsep

adalah:

a. Strategi adalah sebuah rencana yang telah disusun dengan memanfaatkan segala

(30)

a. Pemerintah Desa merupakan Kepala Desa, BPD dan perangkat desa sebagai

unsur penyelenggaraan pemerintah desa.

b. Partisipasi Masyarakat merupakan keikutsertaan masyarakat dalam bentuk uang

(benda), pikiran (ide), tenaga (gotong royong).

c. Pembangunan merupakan usaha untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat

yang merupakan suatu proses yang saling terkait antara ekonomi, perubahan

sosial, dan demokrasi politik.

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang, rumussan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, defenisi operasional.

BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan

penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisisa, serta sistematika

penulisan.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini memuat gambaran umum keadaan Desa Sei Belutu, keadaan

penduduk secara umum, sarana dan prasaarana, lembaga-lembaga

yang ada di Desa Sei Belutu termasuk Badan Perwakilan Desa serta

seluruh variabel-variabel yang mendukung penelitian.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat penyajian data yang dihasilkan dari sejumlah kuisioner

(31)

data yang diperoleh adalah bahan pengamatan bagi peneliti untuk

melihat bagaimana strategi pemerintah desa dalam meningkatkan

partisipasi masyarakat terhadap pembangunan.desa di Desa Sei Belutu.

BAB V : ANALISA DAN INTERPRETASI DATA

Bab ini memuat analisa data yang diperoleh peneliti pada saat penelitian.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dari hasil-hasil penelitian yang telah

dilakukan dan saran-saran yang dianggap penting bagi pihak yang

Gambar

Tabel 1MATRIKS SWOT

Referensi

Dokumen terkait

Sistem ini menjadi solusi dan mempermudah petugas kelurahan untuk pembagian bantuan, sistem ini berguna untuk menyeleksi penerimaan bantuan beras miskin berbasis mobile.

Pada sebuah penelitian yang berjudul Sistem Pendukung Keputusan Kelayakan Penerimaan Bantuan Beras Miskin dengan Metode Weighted Product (WP) Di Kelurahan Karikil

5 Hadis tersebut sesungguhnya bisa dimaknai dalam konteks sebagai berikut: pertama, hadis tersebut berlaku khusus, yakni respon basyariah (aspek kemanusiaan) Nabi

Pada tahun pertama penelitian ini akan menghasilkan model pendidikan karakter yang dilengkapi dengan 5 karya sastra anak berupa Buku Cerita Bergambar (BCB) sebagai media

Badan Pusat Statistik, 2008, Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan,

Masing-masing limbah sayuran ditimbang sesuai kebutuhan dengan perbandingan 1:1:1. Diaduk

Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu bekerjasama dengan..

jawab dari siswa tersebut. Variabel kemandirian menggunakan skala interval yang.. pada instrument diturunkan menjadi ordinal. Indikator yang digunakan untuk..