• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Terhadap Data Diri Pengguna Transportasi Umum Berbasis Aplikasi Online Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Hukum Terhadap Data Diri Pengguna Transportasi Umum Berbasis Aplikasi Online Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGELOLAAN TRANSPORTASI UMUM BERBASIS APLIKASI

ONLINE

D. Aspek Hukum Transportasi Umum Berbasis Aplikasi Online

Pasal 47 ayat (1) UU LLAJ membagi kendaraan menjadi kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor, kemudian pada Pasal 47 ayat (2), kendaraan bermotor dibagi lagi menjadi sepeda motor, mobil penumpang, mobil bus, mobil barang dan kendaraan khusus, kendaraan bermotor ada yang perseorangan dan ada juga kendaraan bermotor umum.19

Berdasarkan Pasal 1 poin ke-10 UU LLAJ, kendaraan bermotor umum adalah setiap kendaraan yang digunakan untuk angkutan barang dan/atau orang dengan dipungut bayaran, ojek sendiri merupakan jasa transportasi menggunakan sepeda motor dan dengan dipungut bayaran, dengan membandingkan dua hal di atas maka seharusnya dapatlah kita simpulkan bahwa Ojek merupakan kendaraan bermotor umum.

Akan tetapi, permasalahan utamanya justru terletak pada kendaraan itu sendiri, yaitu sepeda motor. Sepeda motor dinilai tidak sesuai dengan angkutan perkotaan di jalan-jalan utama. Bahkan ojek tidak termasuk dalam angkutan umum yang terdapat dalam UU No 22 Tahun 2009 (menurut Djoko Setijowarno, Pengamat Transportasi Universitas Atma Jaya).20

Pendapat dari Djoko Soetijowarno tidaklah salah, namun juga tidak benar seluruhnya. UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

19

Republik Indonesia, Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, Bab VII Pasal 47 angka 1 dan angka 2

20

(2)

memang tidak menyebutkan dengan jelas bahwa sepeda motor termasuk kendaraan bermotor umum, tetapi dalam UU tersebut juga tidak terdapat larangan mengenai penggunaan sepeda motor sebagai kendaraan bermotor umum. Contohnya yaitu Pasal 137 ayat (2), “Angkutan orang yang menggunakan kendaraan bermotor berupa sepeda motor, mobil penumpang, atau bus.21

Peraturan Pemerintah (PP) No 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan juga tidak disebutkan dengan jelas mengenai penggunaan sepeda motor sebagai kendaraan umum untuk mengangkut orang. Pasal 10 ayat (4) PP No. 74 Tahun 2014 hanya menjelaskan teknis sepeda motor sebagai angkutan barang. Jadi, belum ada peraturan yang mengatur secara jelas mengenai keberadaan Ojek, khususnya Gojek yang dianggap melanggar peraturan angkutan orang.

Ojek, telah ada di masyarakat Indonesia sejak lama dan pada hakekatnya merupakan sebuah usaha perorangan dari tukang ojek untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Keberadaan PT Gojek sendiri ialah memberikan fasilitas berupa aplikasi Gojek, jaket dan helm yang memudahkan tukang ojek dalam melangsungkan usahanya. Dalam situsnya, www.go-jek.com, mereka sendiri

menyatakan bahwa “Gojek adalah perusahaan berjiwa sosial yang memimpin

revolusi industri transportasi Ojek”22

. Gojek bermitra dengan para pengendara ojek yang telah berpengalaman untuk menjalankan usahanya. Oleh karena itu, jika di cermati, keberadaan Ojek dan PT Gojek sesungguhnya merupakan 2 hal yang berbeda, driver Gojek tidak menerima perintah kerja dari PT Gojek, tetapi dari pelanggan ojek dan dikerjakan secara pribadi seperti halnya tukang ojek pada umumnya.

21

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, Pasal 137

22

(3)

Hubungan kerja yang ada antara PT Gojek dan Driver Gojek bukanlah hubungan buruh dan majikannya sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 1601 dan Pasal 1602 KUHPerdata.

Saat ini PT Gojek juga telah mengantongi Surat Izin Usaha Perdagangan(SIUP) sebagaimana yang diamanatkan oleh peraturan menteri perdagangan. Sehingga, Gojek pun juga turut membayar pajak pada pemerintah sejak awal tahun ini.

Kekhawatiran mungkin timbul karena begitu banyaknya Driver Gojek dan mereka menggunakan kendaraannya sendiri (tidak disediakan oleh Gojek). Dengan demikian PT Gojek sebenernya tidak menyelenggarakan jasa transportasi. Pasal 201 ayat (2) UU No 22 Tahun 2009 menyebutkan, “Kendaraan Bermotor Umum harus dilengkapi dengan alat pemberi informasi untuk memudahkan

pendeteksian kejadian kejahatan di Kendaraan Bermotor.”23

, driver Gojek dibekali dengan smartphone, dan dalam aplikasi Gojek itu sendiri terdapat GPS yang melacak keberadaan Driver, sehingga ketentuan Pasal 201 ayat (2) telah terpenuhi.24

Di samping itu, proses seleksi dan penerimaan Driver Gojek juga telah meliputi wawancara, pemeriksaan fisik motor, serta adanya pelatihan bagi Driver itu sendiri, keberadaan Gojek telah menolong menyejahterakan tukang-tukang ojek yang berpenghasilan tidak tetap dan juga memberikan kemudahan serta tarif angkutan yang terjangkau bagi para pelanggan. Bahkan apabila ojek ternyata di regulasi oleh pemerintah, harga yang akan dibayarkan oleh konsumen akan menjadi lebih tinggi. Karena motor perlu di sertifikasi, pengendara perlu di uji,

23

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, Pasal 201

24

(4)

perlu pemeriksaan rutin berkala (rem, mesin motor, ban) serta aspek keselamatan, keamanan dan kenyamanan sepeda motor).

Sekalipun Gojek belum memiliki pengaturan yang jelas, perusahaan ini tetap diijinkan berjalan, karena dampak positif yang ditimbulkannya sangat besar. Walaupun sempat diberitakan soal adanya larangan bagi taksi dan ojek online namun transportasi umum berbasis aplikasi online dinyatakan tetap dapat beroperasi oleh Menteri Perhubungan seperti yang tertuang dalam Surat Nomor UM.302/1/21/Phb/2015. Surat ini ditandatangani oleh Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, tertanggal 9 November 2015. Selain ditujukan kepada Kepolisian RI, surat ini juga ditembuskan kepada Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Kemanaan Republik Indonesia, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, serta Gubernur, Kapolda, Korlantas, Dirjen Perhubungan Darat dan Ketua Umum DPP Organda, akan tetapi kemudian Ignasius Jonan membatalkan surat tersebut dan menyatakan bahwa jasa transportasi online dan layanan sejenisnya dipersilakan untuk beroperasi sebagai solusi sampai transportasi publik dapat terpenuhi dengan layak.25

Jika dicermati dari isi surat ini, sebenarnya surat tersebut berisikan pemberitahuan kepada instansi-instansi yang disebutkan di atas bahwa taksi maupun ojek online dinilai tidak memenuhi ketentuan sebagai angkutan umum karena tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (“UU LLAJ”) dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan (“PP 74/2014”).

25

(5)

Oleh karenanya, Menteri Perhubungan meminta segenap instansi terkait tersebut untuk mengambil langkah-langkah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Jadi, sifatnya adalah pemberitahuan dan imbauan. Dalam artikel Jonan: Kemenhub Tak Bermaksud Melarang Ojek Online yang diakses dari laman portal berita Suara.com 26 , Jonan menegaskan Kementerian Perhubungan hanya mengeluarkan surat imbauan, bukan larangan.

perusahaan penyedia aplikasi jasa ojek berbasis online ini menggunakan teknologi aplikasi sebagai salah satu cara transaksi dalam rangka memberikan kemudahan akses bagi konsumen. Pertanyaannya adalah, apakah perusahaan teknologi aplikasi seperti ojek online itu harus memiliki izin khusus untuk industri yang disupportnya, seperti izin perusahaan angkutan?

Advokat Bimo Prasetio dalam sebuah tulisan Peran Pemerintah dalam mengatur bisnis jasa berbasis teknologi aplikasi yang dimuat di laman strategihukum.net yang dia kelola, berpendapat, model bisnis dan regulasi dalam satu industri yang akan menentukan apakah perusahaan teknologi aplikasi seperti ojek online itu harus memiliki izin khusus dari instansi terkait industri yang disupportnya atau tidak.27

Prinsip dan praktiknya dalam skema jual beli yang terjadi melalui teknologi aplikasi dibagi menjadi 2 (dua) jalur:

1. Transaksi Langsung, konsumen langsung memesan Barang dan Jasa kepada Pelaku Usaha Penyedia melalui teknologi aplikasi, dan barang dan jasa disediakan langsung dari Penyedia.Contoh: Pemesanan tiket film bioskop melalui aplikasi Cineplex 21 ke Cineplex 21, Pemesanan Pizza melalui

aplikasi Domino‟s Pizza ke Domino‟s Pizza.

2. Transaksi melalui Penghubung, Konsumen memesan Barang dan Jasa kepada Pelaku Usaha yang menyediakan jasa penghubung, kemudian Pelaku Usaha

26

http://www.suara.com/news/2015/12/18/121801/jonan-kemenhub-tak-bermaksud-melarang-ojek-online, (diakses 20 Mei 2016)

27

(6)

tersebut melakukan pemesanan kepada Pelaku Usaha Penyedia yang cocok dengan pesanan Konsumen. Selanjutnya, Penyedia barang dan jasa yang akan menyerahkan barang dan jasa kepada Konsumen yang melakukan pemesanan di awal. Contoh: Pemesanan taksi Express yang bekerjasama dengan perusahaan Grabtaxi melalui aplikasi Grabtaxi, Pemesanan Baju merek Mango melalui aplikasi Zalora yang melakukan usaha retail Baju merek Mango.

Sementara, pelaku usaha penghubung seperti Go-Jek menyatakan dalam situs Go-Jek (Terms of Use Pasal 1.5) dan dalam artikel Gojek Bukan Perusahaan Transportasi Umum bahwa mereka adalah “Perusahaan Teknologi” yang tidak diwajibkan untuk memiliki izin usaha transportasi yang mereka hubungkan.

Bimo juga menjelaskan bahwa selaku pelaku usaha penghubung, operator teknologi aplikasi tidak perlu memiliki izin untuk memperdagangkan barang dan jasa yang ia hubungkan melalui teknologi aplikasi. Hal ini mengingat tanggung jawab atas perdagangan barang dan jasa tersebut ada pada produsen barang dan jasa. Sebagai ilustrasi, Agoda tidak perlu memiliki izin usaha perhotelan, namun hotel yang dipesan melalui Agoda, harus memiliki izin usaha perhotelan.28

Menjawab pertanyaan di atas, jika memang perusahaan yang menyediakan aplikasi jasa ojek online sebagai pelaku usaha penghubung seperti Go-Jek ini adalah perusahaan teknologi, maka sebetulnya ia tidak wajib memiliki izin usaha seperti perusahaan angkutan umum, sebaliknya, jika perusahaan penyedia aplikasi itu menghendaki menjadi perusahaan angkutan umum, maka ia wajib memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam UU LLAJ dan PP Angkutan Jalan sebagaimana diwajibkan pemerintah.

28

(7)

Terlebih dahulu, perlu diketahui arti perusahaan angkutan umum sebagaimana disebut dalam Pasal 1 angka 21 UU LLAJ dan Pasal 1 angka 13 PP 74/2014:

Perusahaan Angkutan Umum adalah badan hukum yang menyediakan jasa Angkutan orang dan/atau barang dengan Kendaraan Bermotor Umum.

Syarat utama adalah berbadan hukum. Sebagai perusahaan angkutan umum, maka Perusahaan Angkutan Umum yang menyelenggarakan angkutan orang dan/atau barang wajib memiliki:29

1. izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek;

2. izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek; dan/ atau 3. izin penyelenggaraan angkutan barang khusus atau alat berat

Berikut ketentuan-ketentuan yang wajib dipatuhi perusahaan angkutan umum atau penyedia jasa angkutan umum, antara lain:

1. Penyediaan jasa angkutan umum dilaksanakan oleh badan usaha milik negara, badan, usaha milik daerah, dan/atau badan hukum lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Perusahaan angkutan umum wajib memenuhi standar pelayanan minimal yang meliput keamanan, keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan dan keteraturan, yang ditetapkan berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan.

3. Tanda nomor kendaraan bermotor umum adalah dasar kuning, tulisan hitam. 4. Kendaraan yang dipergunakan untuk pelayanan Angkutan orang baik dalam

Trayek maupun tidak dalam trayek adalah menggunakan Mobil Penumpang Umum & Mobil Bus Umum

Pembangunan hukum tidak hanya menambah peraturan baru atau merubah peraturan lama dengan peraturan baru tetapi juga harus dapat memberikan kepastian dan perlindungan hukum bagi semua pihak yang terkait dengan sistem transportasi terutama pengguna jasa transportasi. Mengingat penting dan

29

(8)

strategisnya peran lalu-lintas dan angkutan jalan yang menguasai hajat hidup orang banyak serta sangat penting bagi seluruh masyarakat, maka pembangunan dan pengembangan prasarana dan sarana pengangkutan perlu di tata dan dikembangkan dalam sistem terpadu30

Penyelenggaraan lalu-lintas dan angkutan jalan juga perlu dilakukan secara berkesinambungan dan terus ditingkatkan agar lebih luas jangkauan dan pelayanannya kepada masyarakat, dengan tetap memperhatikan kepentingan umum, kemampuan masyarakat, kelestarian lingkungan, dan ketertiban masyarakat dalam penyelenggaraan lalu dan kepentingan masyarakat umum sebagai pengguna jasa transportasi perlu mendapatkan prioritas dan pelayanan yang optimal baik dari pemerintah maupun penyedia jasa transportasi, disamping itu perlindungan hukum atas hak-hak masyarakat sebagai konsumen transportasi juga harus mendapatkan kepastian.

Pembahasan pembangunan aspek hukum transportasi tidak terlepas dari efektivitas hukum pengangkutan itu sendiri. Pengangkutan di Indonesia diatur dalam KUH Perdata pada Buku Ketiga tentang perikatan, kemudian dalam KUH Dagang pada Buku II titel ke V31. Selain itu pemerintah telah mengeluarkan kebijakan di bidang transportasi darat yaitu dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai pengganti undang-undang lalu lintas angkutan jalan (yang selanjutnya disingkat dengan UULLAJ), serta Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan yang masih tetap berlaku meskipun PP No. 41 Tahun 1993 merupakan peraturan pelaksanaan dari UU No. 14 tahun 1992 dikarenakan disebutkan dalam Pasal 324

30

Suwardjoko Warpani,Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, (Bandung: Penerbit Institut Teknologi Bandung, 2002), hlm.13.

31

(9)

UU No. 22 Tahun 2009 bahwa : Pada saat UU LLAJ ini mulai berlaku, semua peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480) dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan Undang-Undang ini. Pasal 2 dan pasal 3 UULLAJ mengatur asas dan tujuan pengangkutan. Adapun Asas penyelenggaraan lalu lintas adalah diatur dalam Pasal 2 UULLAJ yakni32:

1. asas transparan;

Sedangkan Pasal 3 UULLAJ menyebutkan mengenai tujuan dari Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yakni:33

1. Terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa;

2. Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan

3. Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat. Menurut Pasal 4 UULLAJ dinyatakan undang-undang ini berlaku untuk membina dan menyelenggarakan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yangaman, selamat, tertib, dan lancar melalui:34

a. Kegiatan gerak pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang di Jalan;

b. Kegiatan yang menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendukung Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan

(10)

c. Kegiatan yang berkaitan dengan registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor dan Pengemudi, pendidikan berlalu lintas, Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, serta penegakan hukum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Demikian juga dalam Pasal 9 UULLAJ tentang Tata Cara Berlalu Lintas bagi pengemudi kendaraan bermotor umum serta Pasal 141 UULAJ tentang standar pelayanan angkutan orang dan masih banyak pasal-pasal lainnya yang terkait dengan adanya upaya memberikan penyelenggaraan jasa angkutan bagi pengguna jasa atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan pemakai jasa angkutan. Dengan berlakunya UU LLAJ tersebut diharapkan dapat membantu mewujudkan kepastian hukum bagi pihak-pihak yang terkait dengan penyelenggaraan jasa angkutan, baik itu pengusaha angkutan, pekerja (sopir/ pengemudi) serta penumpang. Secara operasional kegiatan penyelenggaraan pengangkutan dilakukan oleh pengemudi atau sopir angkutan dimana pengemudi merupakan pihak yang mengikatkan diti untuk menjalankan kegiatan pengangkutan atas perintah pengusaha angkutan atau pengangkut.

Pengemudi dalam menjalankan tugasnya mempunyai tanggung jawab untuk dapat melaksanakan kewajibannya yaitu mengangkut penumpang sampai pada tempat tujuan yang telah disepakati dengan selamat, artinya dalam proses pemindahan tersebut dari satu tempat ke tempat tujuan dapat berlangsung tanpa hambatan dan penumpang dalam keadaan sehat, tidak mengalami bahaya, luka, sakit maupun meninggal dunia. Sehingga tujuan pengangkutan dapat terlaksana dengan lancar dan sesuai dengan nilai guna masyarakat35

35

(11)

Transportasi umum berbasis aplikasi online merupakan suatu fenomena baru dalam transportasi Indonesia, perkembangan teknologi turut berpengaruh pada sistem transportasi dewasa ini, jenis transportasi ini memberikan kemudahan berupa kemudahan untuk memesan jasa transportasi umum yang diinginkan (mobil, motor dan pesawat), dari pemesanan itu pengguna layanan juga dapat mengetahui lokasi armada terdekat yang akan menjemputnya dan biasanya biaya yang ditawarkan relatif murah dibandingkan transportasi umum konvensional. Bahkan ada penyedia layanan transportasi umum berbasis aplikasi online yang memiliki kelebihan berbelanja kebutuhan rumah tangga sehingga pengguna layanan tidak lagi harus beranjak dari tempat duduk hanya untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari, semua penggunaan fitur diatas hanya semudah menekan layar smartphone saja.

Penggunaan transportasi umum berbasis aplikasi online pada perkembangannya juga menuai banyak kecaman dan protes dari penyedia layanan transportasi konvensional serta beberapa pihak terkait. Menurut penyedia layanan transportasi umum konvensional dianggap illegal, secara garis besar beberapa transportasi umum berbasis aplikasi online bertentangan dengan peraturan yang ada di Indonesia, antara lain dalam Pasal 139 Ayat (4) UU LLAJ, yang berbunyi36:

“Penyediaan jasa transportasi umum dilaksanakan oleh badan usaha milik

negara, badan usaha milik daerah, dan/atau badan hukum lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”

Serta melanggar Pasal 173 ayat (1) UU LLAJ, yakni37 :

36

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, Pasal 139 Ayat (4)

37

(12)

“Perusahaan Transportasi umum yang meyelenggarakan angkutan orang

dan/atau barang wajib memiliki :

1. Izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek;

2. Izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek; dan/ atau 3. Izin penyelenggaraan angkutan barang khusus atau alat berat.

Perusahaan transportasi umum online wajib memenuhi standar pelayanan minimal yang meliputi keamanan, keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan dan keteraturan, yang ditetapkan berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan (Pasal 141 UU LLAJ), Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 28 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas PM No.46 Tahun 2014 tentang SPM Angkutan Orang dengan Kend. Bermotor Umum Tidak dalam Trayek; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 29 Tahun 2015 tentang Peruubahan atas PM No. 98 Tahun 2013 tentang SPM Angkutan Orang dengan Kend. Bermotor Umum dalam Trayek.38

Sebagaimana menurut Pasal 139 Ayat (4) diatas bahwasannya dalam menjalankan usaha transportasi umum online, driver haruslah berbentuk badan usaha, baik badan usaha milik negara (BUMN), badan usaha milik daerah (BUMD) dan atau badan hukum lain (PT, Yayasan dan Koperasi), beberapa perusahaan Transportasi umum berbasis aplikasi online (Go-jek, Grabbike, dan Grabtaxi) sudah berbentuk badan hukum PT, namun perusahaan tersebut adalah perusahaan dibidang penyedia aplikasi dan bukan perusahaan penyedia transportasi umum,39 bentuk perusahaan ini lebih berfokus sebagai penjembatan yang menghubungkan antara pemilik transportasi umum dengan pengguna yang

38

http://jdih.dephub.go.id/index.php/produk_hukum/view/VUUwZ01qa2dWRUZJVl U0Z01qQXhOUT09 (diakses 27 April 2016)

39

(13)

membutuhkan transportasi sehingga perusahaan transportasi umum berbasis aplikasi online dinilai ilegal karena perusahan tersebut pada dasarnya merupakan perusahaan penyedia aplikasi namun pada operasionalnya bergerak dalam bidang transportasi umum, Dan tidak berbadan hukum sebagai penyedia transportasi umum sehingga transportasi umum berbasis aplikasi online berada di zona abu-abu.

Menurut pengamat tata kota Nirwono joga dari Universitas Trisakti, menyarankan agar perusahaan peranti lunak yang memberi layanan transportasi tidak mengubah haluan tipe bisnis menjadi perusahaan transportasi,40 selain itu

driver transportasi umum online juga harus mematuhi Pasal 173 Ayat (1) UU LLAJ, dimana ada beberapa izin-izin yang harus dimiliki dalam menjalankan usahanya, serta harus mengikuti uji kelayakan, Perusahaan transportasi umum berbasis aplikasi online juga wajib memenuhi standar pelayanan minimal yang meliputi keamanan, keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan dan keteraturan.

Dari penjelasan diatas dapatlah diambil kesimpulan bahwa Perusahaan transportasi umum berbasis aplikasi online adalah legal, karena perusahaan ini sedari awal hanya merupakan perusahaan penyedia aplikasi yang menghubungkan antara drive transportasi umum dengan konsumen pengguna layanan transportasi umum berbasis aplikasi online, lebih lanjut perusahaan gojek juga menyatakan perusahaannya adalah perusahaan yang hanya bersifat penghubung yang berorientasi perusahaan teknologi sesuai pada term of use

Gojek Pasal 1.5 menyatakan bahwa41 :

40

http://www.arah.com/article/898/transportasi-online-boleh-jalan-jika-mendirikan-koperasi.html (diakses 27 April 2016)

41

(14)

“Untuk menghindari keragu-raguan, kami adalah perusahaan teknologi, bukan perusahaan transportasi atau kurir dan kami tidak memberikan layanan transportasi atau kurir. Kami tidak mempekerjakan penyedia layanan. Aplikasi ini hanya merupakan sarana untuk memudahkan pencarian atas layanan. Adalah tergantung pada penyedia layanan untuk menawarkan layanan kepada anda dan tergantung pada anda apakah anda

akan menerima tawaran layanan dari penyedia layanan”.

Kedudukan driver hanyalah sebagai mitra dalam operasional transportasi umum online. Masyarakat awam umumnya menganggap bahwa para driver

aplikasi online mempunyai hubungan kerja dengan perusahaan penyedia aplikasi. Alasannya beragam, mulai dari adanya kewajiban driver menjaminkan surat berharga seperti ijazah saat awal mendaftar hingga masalah upah atau asuransi yang diberikan kepada para driver.

Pandangan seperti itu tidak seluruhnya salah. Karena pada praktiknya banyak pekerja yang memang diminta perusahaan untuk menitipkan ijazahnya sebelum memulai bekerja. Apalagi soal asuransi dan upah yang lazim dan semestinya diberikan kepada pekerja. Dari sisi hukum, untuk melihat ada tidaknya hubungan kerja, tidak hanya bisa dilihat dari ada tidaknya kewajiban penitipan ijazah, upah dan asuransi seperti di atas.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan (selanjutnya disebut UU Ketenagakerjaan) sebenarnya sudah memberi rambu-rambu untuk melihat ada tidaknya suatu hubungan kerja. Menentukan ada tidaknya hubungan kerja ini penting untuk melihat apakah ada

hubungan „pekerja dan pengusaha‟ di sana. Kalau tidak ada hubungan kerja,

berarti tidak ada istilah pekerja dan pengusaha. Yang ada hanyalah mitra.

(15)

tiga unsur hubungan kerja, yaitu pekerjaan, upah dan perintah. Namun bagian Penjelasan UU Ketenagakerjaan tidak menjelaskan lebih jauh dan detil dari unsur-unsur hubungan kerja tersebut.

Tidak adanya penjelasan lebih jauh mengenai unsur-unsur hubungan kerja tersebut membuat setiap pihak memiliki penafsirannya masing-masing. Ini misalnya terlihat dalam kasus antara puluhan sopir dan sebuah perusahaan di bidang transportasi angkutan pelabuhan tanjung perak Surabaya, pada kasus tersebut, para sopir berdalih memiliki hubungan kerja karena unsur-unsurnya terpenuhi. Adanya pekerjaan berupa mengemudikan truk dan container ke tujuan yang telah ditunjuk perusahaan, upah berupa gaji pokok setiap bulan dan perintah berupa kewajiban untuk mengantar barang sampai tujuan. Sementara perusahaan berpendapat sebaliknya42. Tidak ada pekerjaan karena pekerjaan digantungkan pada order pengiriman dari customer perusahaan, tidak ada upah karena pendapatan sopir dihitung dengan komisi dan diterima setelah selesai mengirim barang dan tidak ada perintah karena yang memerintah adalah customer/pengguna jasa pengiriman.

Oleh karena peraturan di bidang ketenagakerjaan tidak menjelaskan lebih lanjut unsur hubungan kerja, maka penting untuk melihat bagaimana pandangan pengadilan terhadap ketiga unsur tersebut. Pada putusan Mahkamah Agung Nomor 841 K/Pdt.Sus/2009 dalam perkara antara sopir taksi dan perusahaan taksi misalnya. Dalam perkara tersebut MA menyatakan tidak ada unsur upah karena para sopir taksi hanya menerima komisi/persentase. Selain itu, tidak ada unsur perintah karena sopir taksi diberi kebebasan mencari penumpangnya sendiri43.

42

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50924dbf2ad1f/status-hubungan-pengojek-dan-perusahaan-aplikasi-layanan-ojek (diakses 26 april 2016)

(16)

Sebaliknya, pada putusan Mahkamah Agung Nomor 276 K/Pdt.Sus/2013 dalam perkara antara perusahaan di bidang logistik dan sopir. Dalam perkara itu MA mengamini putusan tingkat sebelumnya yang menyatakan ada hubungan kerja antara perusahaan dan sopir tersebut. Alasannya adalah adanya unsur pekerjaan karena sopir hanya mengangkut muatan yang disediakan perusahaan. Bukan disediakan/dicari sendiri oleh sopir.

Dari dua putusan Mahkamah Agung di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai unsur-unsur hubungan kerja sebagai berikut:

1. Pekerjaan: unsur ini terpenuhi jika pekerja hanya melaksanakan pekerjaan yang sudah diberikan perusahaan.

2. Upah: unsur ini terpenuhi jika pekerja menerima kompensasi berupa uang tertentu yang besar jumlahnya tetap dalam periode tertentu. Bukan berdasarkan komisi/persentase.

3. Perintah: unsur ini terpenuhi jika pemberi perintah kerja adalah perusahaan. Bukan atas inisiatif pekerja.

Berdasarkan sumber pemberitaan media, para driver ini tidak mendapatkan gaji dari perusahaan aplikasi. Justru para driver harus membagi 10 hingga 20 persen pendapatannya ke perusahaan. Berapa pendapatan driver

tergantung seberapa banyak penumpang yang bisa ia antar. Perintah mengantar penumpang juga tidak datang dari perusahaan, melainkan dari penumpang dan tentu atas kesediaan driver. Dalam kondisi itu terlihat tidak ada unsur hubungan kerja pada relasi driver dan perusahaan penyedia aplikasi.44

Dengan demikian maka disimpulkan tidak ada hubungan kerja antara

driver dan perusahaan penyedia aplikasi. Driver dan perusahaan penyedia aplikasi hanyalah bersifat mitra dan berdiri sendiri tanpa ada hubungan kerja

44

(17)

Driver yang bermitra dengan perusahaan aplikasi inilah yang sesunguhnya ilegal dikarenakan berdiri sendiri-sendiri tanpa ada berbentuk badan hukum dikarenakan driver adalah sebagai pelaku transportasi umum tersebut. Para driver

ini dapat menjadi legal apabila mereka mau bersatu dan membentuk badan hukum seperti koperasi. Para driver yang bersatu dalam badan hukum koperasi ini akan dinilai legal dimata hukum karena sudah sesuai dengan ketentuan pasal 173 ayat (1) UU LLAJ, sehingga dalam kegiatan operasionalnya transportasi umum berbasis aplikasi online tunduk dengan semua ketentuan yang ada dalam UU LLAJ

E.Pengelolaan Transportasi Umum Berbasis Aplikasi Online

Pada pengelolaan transportasi umum berbasis aplikasi online terdapat 3 bagian penting, yaitu :

1. Penyedia aplikasi (Penyelenggara sistem elektronik)

Menurut pasal 1 ayat 6 UU ITE menyatakan bahwa Penyelenggaraan Sistem Elektronik adalah pemanfaatan Sistem Elektronik oleh penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha, dan/atau masyarakat 45 . Penyedia aplikasi transportasi umum berbasis aplikasi online merupakan penyelenggara sistem elektronik sebagai penghubung antara driver kendaraan dengan para pengguna layanan, yang juga merupakan inti dari keberlangsungnya transportasi umum berbasis aplikasi online, sebagai penyedia aplikasi memiliki peranan kunci dalam keberhasilan sistem transportasi umum berbasis aplikasi online, dikarenakan penyedia layanan aplikasi merupakan penghubung antara supply and demand

45

(18)

(permintaan dan penawaran) yakni Penyedia armada transportasi umum dengan para pengguna, serta pengelola dari sistem elektronik.

Penyedia aplikasi transportasi umum berbasis aplikasi online selaku penyelengara sistem elektronik memiliki tanggung jawab yang diatur Dalam pasal 15 UU ITE, yang berbunyi 46:

(1) Setiap Penyelenggara Sistem Elektronik harus menyelenggarakan Sistem Elektronik secara andal dan aman serta bertanggung jawab terhadap beroperasinya Sistem Elektronik sebagaimana mestinya.

(2) Penyelenggara Sistem Elektronik bertanggung jawab terhadap Penyelenggaraan Sistem Elektroniknya.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku dalam hal dapat dibuktikan terjadinya keadaan memaksa, kesalahan, dan/atau kelalaian pihak pengguna Sistem Elektronik.

Memperhatikan uraian sebagaimana tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa Penyedia aplikasi transportasi umum berbasis aplikasi online bertanggung jawab terhadap kesalahan yang diakibatkan oleh perusahaan sehingga merugikan pengguna transportsi umum berbasis aplikasi online, selain itu penyedia aplikasi transportasi umum berbasis aplikasi online harus mematuhi persyaratan minimum dalam menegelola usahanya sebagaimana yang diatur dalam pasal 16 UU ITE, yakni47

(1) Sepanjang tidak ditentukan lain oleh undang-undang tersendiri, setiap Penyelenggara Sistem Elektronik wajib mengoperasikan Sistem Elektronik yang memenuhi persyaratan minimum sebagai berikut:

46

Ibid, Pasal 15 47

(19)

a. dapat menampilkan kembali Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik secara utuh sesuai dengan masa retensi yang ditetapkan dengan Peraturan Perundang-undangan;

b. dapat melindungi ketersediaan, keutuhan, keotentikan, kerahasiaan, dan keteraksesan Informasi Elektronik dalam Penyelenggaraan Sistem Elektronik tersebut;

c. dapat beroperasi sesuai dengan prosedur atau petunjuk dalam Penyelenggaraan Sistem Elektronik tersebut;

d. dilengkapi dengan prosedur atau petunjuk yang diumumkan dengan bahasa, informasi, atau simbol yang dapat dipahami oleh pihak yang bersangkutan dengan Penyelenggaraan Sistem Elektronik tersebut; dan e. memiliki mekanisme yang berkelanjutan untuk menjaga kebaruan, kejelasan, dan kebertanggungjawaban prosedur atau petunjuk.

(2) Ketentuan lebih lanjut tentang Penyelenggaraan Sistem Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. BAB V

Penyelengara sistem elektronik wajib melindungi data-data terkait pengguna layanan dan mengelola sistem elektronik sebaik mungkin sehingga data-data pengguna layanan transportasi umum berbasis aplikasi online tidak berpindah tangan atau berubah bentuknya.

(20)

untuk menganalisis sistem informasi lain yang diterapkan pada aktivitas operasional transportasi umum online. Secara akademis, istilah ini umumnya digunakan untuk merujuk pada kelompok metode manajemen informasi yang bertalian dengan otomasi atau dukungan terhadap pengambilan keputusan, misalnya sistem pendukung keputusan, sistem pakar, dan sistem informasi eksekutif.

Perkembangan sistem informasi manajemen telah menyebabkan terjadinya perubahan yang cukup signifikan dalam pola pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen baik pada tingkat operasional (pelaksana teknis) maupun pimpinan pada semua jenjang. Upaya penyedia aplikasi transportasi umum online dalam menghasilkan informasi yang handal harus dilakukan dengan mengembangkan Sistem Informasi Manajemen. Sistem Informasi Manajemen mencerminkan kemampuan perusahaan transportasi umum online dalam mengelola informasi berbasis komputer secara menyeluruh dan terkoordinasi yang mampu mentransformasikan data menjadi informasi lewat serangkaian cara yang dapat meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya. Peran manajemen menjadi sangat penting dalam menghasilkan informasi, terkait pemetaan kebutuhan informasi, penentuan jenis dan kualifikasi informasi, dan penggunaan informasi tersebut yang didasarkan

kepada “core business” dan tujuan perusahaan. Dengan kata lain, Sistem

Informasi Manajemen memiliki cakupan lebih luas dari teknologi informasi yang merupakan bagian dari Sistem Informasi Manajemen.

(21)

a. Menyediakan informasi yang dipergunakan di dalam perhitungan harga pokok jasa, produk, dan tujuan lain yang diinginkan penyedia aplikasi transportasi umum online.

b. Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian, pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan.

c. Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa sebuah sistem informasi melakukan pemrosesan data dan kemudian mengubahnya menjadi

informasi. Menurut O‟brien, SIM merupakan kombinasi yang teratur

antara people, hardware, software, communication network dan data resources

(kelima unsur ini disebut komponen sistem informasi) yang mengumpulkan, merubah dan menyebarkan informasi dalam organisasi., dalam SIM terdapat database dan prosedur pelaksanaan sistem manajemen perusahaan dan tentunya, petugas yang mengoperasikan semua sistem tersebut48. Terdapat 3 peran utama sistem informasi dalam bisnis yaitu49 :

a. Mendukung proses bisnis dan operasional. b. Mendukung pengambilan keputusan.

c. Mendukung strategi untuk keunggulan kompetitif.

Peranan sistem informasi manajemen dalam bisnis transportasi umum berbasis aplikasi online

Sistem informasi mempunyai 3 tugas utama dalam sebuah organisasi, yaitu50: a. Mendukung Operasi Bisnis .

48

http://www.kembar.pro/2016/01/pengertian-fungsi-dan-contoh-sistem-informasi-manajemen.html (diakses 8 April 2016)

49

http://sitirahmaprawitisari.blogspot.co.id/p/pengantar-sim.html (diakses 20 April 2016) 50

(22)

b. Mendukung Pengambilan Keputusan Managerial. c. Mendukung Keunggulan Strategis.

Beberapa sistem informasi dapat diklasifikasikan sebagai sistem informasi operasi atau manajemen, sementara yang lainnya menjalankan berbagai macam fungsi, yaitu :

a. Peranan Proses Bisnis Dan Operasional

Peranan sistem informasi untuk operasi bisnis adalah untuk memproses transaksi bisnis, mengontrol proses industrial, dan mendukung komunikasi serta produktivitas kantor secara efisien.

1) Transaction Processing Systems (TPS), TPS berkembang dari sistem informasi manual untuk sistem proses data dengan bantuan mesin menjadi sistem proses data elektronik (electronic data processing systems). TPS mencatat dan memproses data hasil dari transaksi bisnis, seperti penjualan, pembelian, dan perubahan persediaan/inventori. TPS menghasilkan berbagai informasi produk untuk penggunaan internal maupun eksternal. Sebagai contoh, TPS membuat pernyataan konsumen, cek gaji karyawan, kuitansi penjualan, order pembelian, formulir pajak, dan rekening keuangan.

(23)

dibuat oleh komputer. Kilang minyak petroleum dan assembly lines dari pabrik-pabrik yang otomatis menggunakan sistem ini.

3) Office Automation Systems (OAS), OAS mengumpulkan,

memproses, menyimpan, dan mengirim data dan informasi dalam bentuk komunikasi kantor elektronik. Contoh dari office automation (OA) adalah word processing, surat elektronik. Electronic mail, teleconferencing, dan lain-lain.

b. Peranan Pengambilan Keputusan

Sistem Informasi Manajemen menyediakan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan manajemen. Sistem ini terdiri atas beberapa tipe, yaitu:

1) Laporan spesifikasi dan rencana awal untuk para manajer dikerjakan oleh information reporting systems (Sistem pelaporan informasi). 2) Dukungan ad hoc dan interaktif untuk pengambilan keputusan oleh

manajer dikerjakan oleh decision support systems (sistem pendukung keputusan).

3) Informasi kritikal untuk manajemen atas ditetapkan oleh executive information systems (Sistem informasi eksekutif).

4) Nasehat pakar untuk pengambilan keputusan operasional atau manajerial ditetapkan oleh expert systems (sistem pakar) dan

knowledge- based information systems (sistem informasi berbasis pengetahuan lainnya).

(24)

6) Aplikasi operasional dan manajerial dalam mendukung fungsi bisnis ditetapkan oleh business function information systems.

7) Produk dan layanan jasa yang bersaing untuk mencapai keuntungan strategis ditetapkan oleh strategic information systems.

Dalam dunia kerja nyata, sistem informasi yang digunakan merupakan kombinasi dari berbagai macam sistem informasi yang telah disebutkan di atas. Pada prakteknya, berbagai peranan tersebut diintegrasi menjadi suatu gabungan atau fungsi-silang. Cross-functional sistem informasi yang menjalankan berbagai fungsi.51

c. Peranan Persaingan Keuntungan Strategis

Sistem informasi dapat memainkan peran yang besar dalam mendukung tujuan strategis dari sebuah perusahaan. Sebuah perusahaan dapat bertahan dan sukses dalam waktu lama jika perusahaan itu sukses membangun strategi untuk melawan kekuatan persaingan yang berupa :

1) Persaingan dari para pesaing yang berada di industri yang sama, 2) Ancaman dari perusahaan baru,

3) Ancaman dari produk pengganti,

4) Kekuatan tawar-menawar dari konsumen, dan 5) Kekuatan tawar-menawar dari pemasok.

Beberapa strategi bersaing yang dapat dibangun untuk memenangkan persaingan adalah:

1) Cost leadership. Keunggulan biaya-menjadi produsen produk atau jasa dengan biaya rendah.

51

(25)

2) Product differentiation. Perbedaan produk-mengembangkan cara untuk menghasilkan produk atau jasa yang berbeda dengan pesaing. 3) Innovation. menemukan cara baru untuk menjalankan usaha,

termasuk di dalamnya pengembangan produk baru dan cara baru dalam memproduksi atau mendistribusi produk dan jasa.

Dengan menerapkan program sistem informasi managemen (SIM) yang telah dijelaskan diatas maka perusahaan penyedia layanan transportasi umum berbasis aplikasi online dapat memberikan keunggulan, antara lain:52

a. Menghemat waktu dengan tidak pergi ke pasar/toko b. Dapat bertransaksi setiap saat

c. Menghindari keramaian dan kekacauan

d. Kemungkinan menemukan harga yang lebih baik e. Dapat menemukan produk secara lebih mudah

f. Dapat menemukan produk yang tidak tersedia di toko g. Lebih mudah membandingkan harga

2. Pengendara (driver )

Kedudukan pengendara (driver) adalah perseorangan yang berdiri sendiri selaku pemilik kendaraan atau penanggung jawab terhadap kendaraan yang digunakan.

Pada operasional transportasi umum berbasis aplikasi online driver adalah memanfaatkan aplikasi yang disediakan oleh perusahaan penyedia aplikasi untuk mendapatkan pesanan (orderan, pesanan yang diterima akan tercantum alamat yang dituju, nama, nomor HP dan foto pengguna layanan, setelah mendapatkan

(26)

pesanan yang muncul pada aplikasi, pengendara akan berangkat menuju tempat pengguna layanan transportasi umum yang memesan jasa tersebut. Driver

memiliki kewajiban dalam memberikan pelayanan, berupa keamanan, keselamatan dan kenyaman.

Mengingat keselamatan lalu lintas jalan melibatkan banyak instansi dan banyak pemangku kepentingan (stakeholder), maka untuk itu diperlukan suatu koordinasi oleh seluruh stakeholder, sehingga penanganannya dapat dilaksanakan secara terpadu, efektif, efisien dan tepat sasaran, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 203 ayat (1), UU LLAJ yang berbunyi :

“ Pemerintah bertanggung jawab atas terjaminnya keselamatan lalu lintas

dan angkutan jalan ‟‟,

Pasal 204 ayat (1) yang berbunyi

“Perusahaan Transportasi umum wajib membuat, melaksanakan

dan menyempurnakan sistem manajemen keselamatan ”, Pasal 138 ayat (1) yang berbunyi

“Transportasi umum diselenggarakan dalam upaya memenuhi kebutuhan

angkutan yang selamat, aman, nyaman, dan terjangkau“

Pasal 141 ayat (1) yang berbunyi

“Perusahaan transportasi umum wajib memenuhi standard pelayanan

minimal yang meliputi : keamanan, keselamatan, kenyamanan,

keterjangkauan, kesetaraan dan keteraturan “

(27)

penerapan tata kelola keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan53, haruslah dipatuhi oleh driver untuk menjamin keselamatan pengguna layanan tersebut dimulai dari saat menjemput pengguna layanan sampai pada saat mengantarkan pengguna layanan kepada tujuan.

Sebagaimana menurut UU LLAJ semua driver adalah harus berbentuk badan hukum dan kegiatan operasional pengendara tunduk pada ketetapan yang terkandung dalam UU LLAJ dan peraturan-peraturan lain yang berhubungan dengan transportasi umum. Pengemudi yang tergabung dalam komuitas transportasi umum berbasis aplikasi online masih dipandang ilegal dalam memberikan pelayanannya, karena masih berdiri sendiri dan belum berbentuk badan hukum. Sebagaimana dalam Ayat (4) Pasal 139 UU LLAJ :

“Penyediaan jasa transportasi umum dilaksanakan oleh badan usaha milik

negara, badan usaha milik daerah, dan/atau badan hukum lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”

Mengacu pada pasal tersebut driver seharusnya membentuk koperasi dalam penyelenggaraannya.

3. Pengguna layanan (konsumen)

Pengguna layanan transportasi umum berbasis aplikasi online adalah masyarakat umumnya yang memiliki keperluan tertentu, seperti: untuk transportasi, mengantar jemput barang keperluaan, dll.

Dalam melakukan pemesanan layanan transportasi umum berbasis aplikasi online, pengguna layanan terlebih dahulu harus mengunduh aplikasi perusahaan penyedia layanan, seteleh itu pengguna layanan dapat memesan armada

53

(28)

transportasi yang terlebih dahulu harus mengisi data diri, baik berupa nama, nomor telepon, email, foto serta informasi mengenai perbankan terkait transaksi (informasi mengenai data dari bank terkait pengguna layanan)

Dalam menggunakan layanan transportasi umum online, pengguna layanan memiliki beberapa kewajiban yaitu kewajiban untuk menyerahkan data diri yang diperlukan, membayar sejumlah harga yang telah ditetapkan oleh penyedia layanan disamping itu pengguna layanan memiliki hak untuk mendapatkan keselamatan untuk sampai ketujuan serta penyedia layanan harus dapat menjamin perlindungan kepada konsumen dalam bertransaksi, bentuk perlindungan terhadap pengguna layanan ini pada saat terjadi pemesanan. Jika pemesanan sudah dilakukan namun pengendara transportasi berbasis aplikasi online tersebut tidak datang atau memenuhi pemesanan, telah masuk kategori wanprestasi hal ini dikarenakan saat pemesanan dan pengendara menyanggupinya, telah terjadi perikatan yang sah. Walaupun pemesanan menggunakan transaksi elektronik namun pada saat pengguna layanan memberikan orderan dan diambil (disanggupi) oleh driver maka sudah terjadi hubungan perjanjian namun apabila penggendara tidak datang bisa dikatakan wanprestasi.54

F. Kedudukan Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan Transportasi Umum

Berbasis Aplikasi Online

Transportasi merupakan komponen utama dalam sistem hidup dan kehidupan, sistem pemerintahan, dan sistem kemasyarakatan. Kondisi demografis di beberapa wilayah juga memiliki pengaruh terhadap kinerja sistem transportasi

54

(29)

di wiayah tersebut. Tingkat kepadatan penduduk suatu daerah juga akan memiliki pengaruh signifikan terhadap kemampuan sistem transportasi dalam melayani kebutuhan masyarakat. Di perkotaan kecenderungan yang terjadi adalah meningkatnya jumlah penduduk yang tinggi karena tingkat kelahiran maupun tingkat urbanisasi. Yang pada akhirnya berimplikasi pada kurangnya daya saing dari transportasi wilayah sehingga sistem transportasi yang ada mengalami kesulitan melayani kebutuhan masyarakat. Kerumitan persoalan itu menyatu dengan variable pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat, jumlah kendaraan bermotor yang bertambah melebihi kapasitas jalan yang ada, dan perilaku masyarakat yang masih mengabaikan peraturan berlalu lintas di jalan raya. Kegagalan sistem transportasi ini mengganggu perkembangan suatu wilayah/kota, mempengaruhi efisiensi perekonomian perkotaan, bahkan kerugian lainnya.

(30)

masalah kemacetan lalu lintas, pemborosan konsumsi bahan bakar, buruknya kualitas udara yang melahirkan banyak penyakit kronis, kematian, hingga permasalahan kesetaraan hak dalam penggunaan ruang jalan yang terampas dari tangan pengguna kendaraan tidak bermotor dan pejalan kaki. Ironisnya, permasalahan ini tidak akan pernah selesai walaupun trilyunan rupiah telah dihabiskan untuk melakukan studi ataupun proyek percontohan untuk membenahi sistem transportasi kota, jika keadaan stakeholders-nya tetap seperti ini.55

Pemerintah daerah memiliki andil terbesar untuk menjamin beberapa hak yang dimiliki masyarakat, salah satunya adalah memberikan pelayanan transportasi umum yang layak. Pemerintah daerah dianggap paling mengerti apa yang dibutuhkan oleh daerahnya sehingga pemerintah daerah harus sigap dalam menyediakan transportasi umum, dengan begitu pemerindah daerah memiliki kewenangannya sendiri untuk membangun daerahnya56

Dengan adanya transportasi umum yang memadai maka masyarakat akan beralih dari yang menggunakan kendaraan pribadi menjadi menggunakan kendaraan transportasi umum.

Penyelenggaraan pelayanan transportasi umum sebagai bagian dari sistem transportasi di Indonesia merupakan bentuk pelayanan publik yang diadakan oleh pemerintah dan swasta, maka dari itu untuk mewujudkan pelayanan yang baik unsur-unsur pelayanan harus diterapkan dalam penyelenggaraan transportasi umum. 57Pemerintah bertugas melayani dan kualitas pelayanan harus memuaskan sesuai dengan kualitas pelayanan yang memenuhi kebutuhan masyarakat, artinya untuk mencermikan pelayanan publik yang baik penyelenggaraan transportasi

55

http://fitrimariani33.blogspot.co.id/2016_01_01_archive.html (diakses 20 April 2016) 56

Fidel Miro,1997,Sistem Tranportasi Kota,Trasito,Bandung,hlm 2 57

(31)

umum oleh pemerintah harus dimaksimalkan dengan kualitas semaksimal mungkin dengan menyesuaikan kondisi kebutuhan pada setiap masyarakat

Sejak adanya otonomi daerah sebagian bentuk-bentuk pelayanan publik kewenanganya diserahkan kepada daerah termasuk didalamnya dalam pelayanan transportasi umum bagi masyarakat. Kewenangan daerah untuk mengurus urusan dalam hal transportasi tercantum dalam Pasal 6 ayat 2 UU LLAJ yaitu dalam hal pembinaan disebutkan bahwa dalam melaksanakan pembinaan pemerintah dapat menyerahkan sebagian urusannya kepada pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota58. Dengan kebijakan tersebut pemerintah daerah harus mampu menyelenggarakan dan membina penyelenggaraan transportasi transportasi umum agar sesuai standar dan tujuan penyelenggaraan.

Dalam pengoperasianya transportasi umum mempunyai jalur tertentu yang disebut dengan trayek yang berupa lintasan kendaraan untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak terjadwal.Pengangkutan orang dengan kendaraan umum dilakukan dengan menggunakan mobil bus atau mobil penumpang dilayani dengan trayek tetap dan teratur atau tidak dalam trayek. Maksud dan tujuan dari pembuatan trayek yaitu untuk menciptakan keteraturan pada jalur transportasi umum agar angkutan beroperasi sesuai dengan tujuan masing-masing, selain itu dengan pembuatan trayek diharapkan tidak akan ada persaingan antar angkutan untuk berebut penumpang karena sudah dibagi ke dalam wilayah operasi tertentu.59

58

www.academia.edu/20409268/Peran_pemerintah_dalam_pengendalian_a ngkutan_ um um_t idak_ dalam_trayek_di_Banjarnegara (diakses 9 April 2016)

(32)

Setiap transportasi umum baik dalam trayek tetap dan teratur maupun tidak dalam trayek harus memiliki izin-izin lengkap dan lolos uji kendaraan hal ini ditujukan untuk memberikan jaminan keamanan bagi masyarakat yang menggunakanya selain itu hal ini juga sebagai jaminan legalitas keberadaan transportasi umum tersebut.

Hal yang sering dipertanyakan dalam penyelenggaraan pelayanan jasa transportasi umum adalah terkait bagaimana peran pemerintah dalam pengawasan penyelenggaraan pelayanan jasa transportasi umum tidak dalam trayek mengingat banyaknya masalah yang sering muncul dalam praktek pelayanan dalam lingkup tersebut. 60Pada prakteknya pemenuhan pelayanan jasa transportasi umum sering menemui kendala, hal tersebut berkaitan dengan penyelenggaraan pelayanan dimana terdapat daerah yang tidak dijadikan trayek karena kondisi wilayah yang sulit dijangkau, harga yang dibayarkan relatif mahal dan jumlah penumpang yang ramai pada waktu tertentu saja sehingga tidak memenuhi syarat untuk dijadikan trayek resmi sehingga munculah pelayanan transportasi umum tidak dalam trayek.

Bagaimanapun kondisinya pelayanan publik harus tetap dilakukan baik di kota maupun di daerah yang sangat sulit dijangkau sekalipun oleh karena itu pemerintah tetap melakukan pelayanan transportasi umum pada daerah yang tidak terjangkau oleh trayek transportasi umum. Dalam hal ini pemerintah dapat melakukan pelimpahan tugas untuk menyelenggarakan pelayanan publik (Publik Service Obligation) oleh BUMN atau pihak swasta yang tampil sendiri tanpa kehadiran pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan dasar hukum adanya ijin dari pemerintah namun pelaksanaanya harus benar-benar

60

(33)

diawasi dan dikendalikan agar tidak merugikan salah satu pihak terutama pengguna jasa.

Pengadaan jasa angkutan secara mandiri oleh pihak swasta didasari alasan-alasan yang akan meminimalisasi kerugian jika terlalu banyak angkutan yang beroperasi pada jalur diluar trayek, sehingga nantinya pihak swasta dapat berunding untuk menentukan jumlah kendaraan yang akan beroperasi setiap hari. Penerapan peraturan untuk transportasi umum pada pelayanan transportasi umum tidak dalam trayek tidaklah terlalu ketat dibanding dengan angkutan pada trayek tetap dan teratur hal tersebut dikarenakan jumlah kendaraan dan penumpang yang sedikit dan tidak menentu sehingga tidak memerlukan pengaturan yang terlalu spesifik. Adanya penerapan peraturan yang lebih ringan menyebabkan transportasi umum yang beroperasi pada jalur di luar trayek sering kali tidak memenuhi izin-izin yang ditentukan maupun tidak memenuhi standar kelayakan transportasi umum sehingga berpotensi membahayakan pengguna jasa. Walaupun diselenggarakan oleh pihak swasta tujuan penyelenggaraan transportasi yang terjangkau dan aman harus tetap dipenuhi, karena kebanyakan pihak swasta hanya mencari untung tanpa memperhatikan standar dan kualitas pelayanan maka pemerintah harus mengendalikan pelaksanaanya.

(34)

masyarakatnya masih banyak yang menggunakan transportasi umum dibanding menggunakan transportasi pribadi hal ini di karenakan kebanyakan kegiatan perekonomian dan pendidikan hanya berada dipusat kota, sehingga masyarakat di pinggiran harus berpergian dengan jarak yang cukup jauh setiap harinya.Luas wilayah Banjarnegara yang kecil menyebabkan Banjarnegara hanya mempunyai satu jalan besar yang dijadikan jalan utama yang menghubungkan pusat kota dengan kecamatan-kecamatan, di jalan utama itu lah sebagian besar transportasi umum antar kota dan kebanyakan transportasi umum lainya lewat sedangkan untuk memasuki wilayah-wilayah di kecamatan yang tidak dilewati oleh jalur utama masyarakat harus menggunakan transportasi umum lainya atau menggunakan kendaraan pribadi karena tidak dilalui trayek transportasi umum.

Banyaknya daerah yang sulit dijangkau oleh transportasi umum di Banjarnegara menyebabkan banyak penyelenggara transportasi umum yang beroperasi tidak dalam trayek mengoperasikan kendaraanya tanpa mengikuti standar pelayanan yang telah ditentukan, dengan tujuan dari tepi jalur utama menuju berbagai area terpencil di kecamatan dan kebanyakan dari penyelenggara jasa angkutan tersebutjuga menggunakan kendaraan pribadi berplat hitam yang digunakan sebagai transportasi umum tanpa tanda legalitas dan izin resmi dari pemerintah setempat dengan tarif yang beragam. Keadaan seperti ini sudah berlangsung selama bertahun-tahun tanpa ada penanganan serius dari pemerintah setempat, masyakat di wilayah terpencil yang merasa kebutuhanya tidak dapat dipenuhi oleh pemerintah pada akhirnya tidak mempunyai banyak pilihan sehingga tetap menggunakan angkutan tersebut.

(35)

inovasi dari pihak swasta untuk membentuk transportasi yang lebih efisien, mudah diakses, murah dan cepat. Dalam menjalankan usahanya transportasi umum berbasis aplikasi online dijamin oleh pemerintah.

Kedudukan pemerintah dalam transportasi umum berbasis aplikasi online adalah sebagai regulator yang mengedepankan keadilan yang harus menjamin ketersediaan transportasi di setiap daerahnya, dengan adanya inovasi transportasi umum berbasis aplikasi online pemerintah akan sangat dibantu oleh pihak swasta dalam memberikan disamping itu transportasi umum berbasis aplikasi online menyangkut hidup orang banyak, dimana dengan adanya layanan ini masyarakat merasa dibantu dengan kemudahan dan biaya murah yang ditawarkan serta penyediaan lapangan pekerjaan. Pemerintah harus mampu memberikan transportasi dengan harga yang terjangkau untuk memenuhi kebutuhan angkutan publik, dalam norma ini juga ditegaskan bahwa tanggung jawab untuk menjamin tersedianya angkutan umum yang selamat, aman, nyaman, dan terjangkau menjadi tanggung jawab Pemerintah dan dalam pelaksanaanya Pemerintah dapat melibatkan swasta.

Pemerintah daerah juga turut serta mengawasi perusahaan pemberi layanan transportasi berbasis aplikasi online, pengawasan berupa mewajibkan pemberi layanan ini berbadan hukum, memiliki izin-izin yang diperlukan, mengikuti uji kelayakan serta mengawasi tarif yang ditentukan oleh perusahaan penyedilayanan demi menjamin keselamat, keamanan dan kenyamanan dan biaya terjangkau.61

61

Referensi

Dokumen terkait

Bank card merupakan kartu plastik yang dikeluarkan bank dan diberikan kepada nasabahnya untuk dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran di berbagai tempat.. Dalam sistem kerja

2004 – 2005 a.Meningkatkan kempetensi pengawas bank umum dan BPR lain konvensional maupun syariah antara lain melalui program sertifikasi dan attachmen di lembaga

FAKULTAS MIPA – JURUSAN

FAKULTAS MIPA – JURUSAN

[r]

Pandangan Hukum Islam terkait pengangkatan anak secara Illegal bahwa Islam hanya menganjurkan pengangkatan anak yang tidak memutuskan hubungan nasab antara orang tua kandung

kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja guru dengan kinerja guru ekonomi.. Waktu dan

PGA di Indonesia lebih dikenal sebagai percepatan getaran tanah maksimum yang merupakan nilai percepatan getaran tanah yang pernah terjadi pada suatu lokasi yang