PANDANGAN ISLAM TENTANG KETERKAITAN ERAT ANTARA HEDONISME DAN MENINGKATNYA GEJALA KORUPSI DI
KALANGAN PEJABAT Zia Dzulfia Fahmi, 1206241666
Judul Buku : Teori Politik Islam
Penulis : DR. M. Dhiauddin Rais
Data Publikasi: Gema Insani Press, Jakarta, 2001 www.media-islam.or.id ( 14 April 2013 pukul 12:53) bengkelpemikiran.wordpress.com (14 April pukul 15:00)
dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar pada Tuhannya..”. tidaklah berlebihan jika orang boros dikatakan sebagai saudara dari setan karena orang boros biasanya berlaku zalim. Meski pendapatan besar, karena boros, maka dia akan selalu merasa kurang. Dan akan mencuri, merampok, korupsi, dan sebagainya untuk memenuhi kehidupan meahnya tersebut. Dalam Islam kita dianjurkan untuk tidak menjunjung tinggi kemewahan duniawi yang fana ini. Anjuran ini berlaku bagi siapapun, baik orang miskin, kaya, dhuafa, yatim, rakyat, dan pemimpinnya sendiri. Rasulullah sebagai seorang pemimpin bahkan sangat memegang teguh kesederhanaannya, padahal jika Beliau ingin, beliau tentu akan mendapatkan kekayaan melebihi raja manapun didunia.
menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. Tindakan yang aniaya terhadap harta manusia seperti korupsi, akan membuat rakyat malas bekerja dan selanjutnya timbullah malaise ekonomi karena mereka terkena krisis kepercayaan. Kemudian terjadilah krisis ekonomi yang akan menghancurkan pembangunan dan melemahkan negara1. Para pemikir Islam diantaranya Ibnu Khaldun, dalam magnum opusnya Muqaddimah, berkata bahwa “memungut keuangan bukan pada haknya ternasuk zalim hukumnya, yang merintangi orang mendapatkan hak-haknya dari negara juga zalim. Akibatnya, akan menimpa negara dengan hancurnya pembangunan negara”. Korupsi, suap, dengan jumlah sekecil apapun tetap akan memberikan dampak buruk pada keberlangsungan hidup suatu negara. Jika kita lihat sekarang, carut marut politik di Indonesia yang disebabkan korupsi menimbulkan semacam chaos dalam masyarakat. Kasus tentang penghakiman massal, premanisme, penyerangan aparat kemanan negara di sebuah lapas di Yogyakarta, memberikan kejelasan pada kita bahwa pemerintah tidak lagi memiliki wibawa dan hukum lumpuh karena seringkali dimanipulasi oleh kepentingan pribadi.
Hedonisme, uang, jabatan, korupsi dan suap adalah lima hal yang tidak bisa dipisahkan. Dalam memenuhi keinginannya untuk menjadi pemimpin atau wakil rakyat, banyak para calon yang melakukan suap dengan memberikan uang pada para pemilih. Jika sejak awal seorang calon pejabat telah melakukan cara-cara yang tidak affair dalam mewujudkan keinginannya menjadi seorang pemimpin, maka seterusnya, dalam menginginkan apapun, pejabat tersebut akan melakukan hal yang sama seperti sebelumnya. Untuk mencegah hal tersebut, hendaknya dalam memilih pemimpin atau pejabat yang akan memimpin kita dengan pedoman Islam seperti : berilmu, mengetahui ilmu politik, perang, dan admintrasi, kondisi jiwa raga baik, berlaku adil dan berakhlak mulia, dan memiliki kualifikasi kepemimpinan yang penuh.