• Tidak ada hasil yang ditemukan

NETRALITAS MEDIA MASSA SEBAGAI IMPLEMENT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "NETRALITAS MEDIA MASSA SEBAGAI IMPLEMENT"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

NETRALITAS MEDIA MASSA SEBAGAI IMPLEMENTASI

FUNGSI EDUKASI POLITIK DI INDONESIA

OLEH

APRILIA DWI ARYANTI

HAPPY LUH DESITIYA RUSITAWATI

ABSTRACT

The influence of mass media in order to perform the function of the political education of how the media reflected public perception is capable of forming an impact on their political participation. The country that adopts democracy has a direct interest in the role of mass media namely as an informers in order to educate people to be able to determine their choices, political decisions, moreover in order to increase the participation of government and oversee the course of healthy political competition. Therefore, neutrality or indepency of mass media is required to achieve these functions, amid the emergence of cases of two major news media in Indonesia who questioned their neutrality.

Keyword: Independency, Mass Media, Political Education

PENDAHULUAN

Demokrasi yang berideologikan rakyat sebagai pemilik kekuasaan

membutuhkan ‘jembatan’ untuk dapat menyalurkan aspirasinya. Dalam sistem ketatanegaraan, lembaga penyalur aspirasi dan agregasi salah satunya adalah melalui alat komunikasi politik yaitu media. Untuk itulah media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas (mass media) menjadi begitu penting peranannya dalam suatu negara penganut demokrasi. Media massa memiliki banyak fungsi, khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan demokrasi di suatu negara. Selain menjadi sumber informasi, media massa juga menjalankan fungsi social control terhadap pemerintahan yang sedang berkuasa. Untuk itu kebebasan pers dijamin oleh negara, termasuk yang dilakukan di Indonesia.

Selanjutnya, media massa juga berfungsi untuk memberikan edukasi politik atau pembelajaran dalam kehidupan dan kultur politik di Indonesia. Media massa berperan, yakni untuk memberikan informasi kepada masyarakat untuk membantu mereka menentukan pilihannya. Media massa bertanggung jawab memberikan informasi tentang para kandidat dari sisi yang paling objektif

(2)

sehingga akan menyehatkan persaingan politik di pemerintahan (http://lutviah.net/2011/03/15/media-massa-dan-demokrasi/, 14 Maret 2012 ).

Untuk itu, netralitas dan penerapan asas berimbang dalam pemberian informasi yang menyangkut sistem politik di Indonesia menjadi hal yang harus dipenuhi dan menjadi suatu ideologi yang ditaati oleh suatu media massa. Sifat media massa yang mencakup masyarakat secara luas serta kedekatannya dengan kehidupan rakyat mejadikan media massa memiliki pengaruh yang besar dan memungkinkan untuk menjalankan fungsi edukasi politik tersebut.

Pers merupakan lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan dan melahirkan media massa tersebut. Media massa dapat berbentuk media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. Pengaturan mengenai lembaga pers tersebut diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers (Undang Pers). Dalam Undang-Undang Pers, di tekankan adanya kemerdekaan pers sebagai salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur yang sangat penting untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang demokratis Kemerdekaan pers tersebut dikoridori melalui prinsip dan asas serta tanggung jawab memenuhi peraturan perundang-undangan serta kode etik yang berlaku.

Namun pergerakan media massa di Indonesia sekarang menunjukkan suatu fenomena baru. Isu adanya kepentingan politik yang menggangu netralitas dan independensi media massa mengemuka. Hal ini dilihat dari banyaknya kritik dan komentar negatif terhadap Media Grup yang dimiliki oleh Surya Paloh, pendiri sekaligus Ketua Umum Partai Nasional Demokrat serta TV One yang dimilki Aburizal Bakrie, Ketua Umum Partai Golongan Karya. Dua media News

besar di Indonesia tersebut dikhawatirkan oleh sejumlah pihak karena dimiliki oleh kekuatan politik tertentu.

(3)

Berkaca pada fenomena tersebut, tulisan ini akan membahas mengenai fungsi media massa dalam memberikan pendidikan politik bagi masyarakat serta bagaimana pengaruh media massa terhadap kultur politik masyarakat, sehingga netralitas menjadi sifat yang mutlak dimiliki media massa sebagai alat komunikasi politik yang demokratis.

Tulisan ini disusun dengan menggunakan metode hukum doktrinal sebagai suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Penelitian hukum menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi (Peter Mahmud, 2005: 35). Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan adalah kajian pustaka yang mana bahan hukum primer maupun sekunder diinventaris dan diklasifikasikan dengan menyesuaikan dengan masalah yang dibahas. Bahan hukum yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, dipaparkan, disistematisasi, kemudian dianalisis untuk menginterpretasikan hukum yang berlaku (Johnny Ibrahim. 2008: 296).

Teknik analisis bahan hukum yang digunakan adalah dengan logika deduktif yaitu menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual atau berpangkal dari premis mayor kemudian pengajuan premis minor dan dari kedua premis tersebut ditarik suatu kesimpulan atau

conclusion. (Johnny Ibrahim. 2008: 249).

PEMBAHASAN

Media Massa, Demokrasi, dan Sistem Politik

Menurut Moh. Kusnandi dan Harmaily Ibrahim, dalam paham kedaulatan rakyat (democracy), rakyatlah yang dianggap sebagai pemilik dan pemegang kekuassan tertinggi dalam suatu negara (Jimly, 2006: 68-169). Pengertian demokrasi sebagai cara pemerintahan, adalah satu sistem

pemerintahan negara dimana pokoknya semua orang (rakyat) adalah berhak sama untuk memerintah dan juga untuk diperintah (Koentjoro, 1987:6).

Menurut Samuel Huntington dalam buku “Gelombang Demokratisasi

(4)

demokrasi. Demokrasi juga mengimplikasikan adanya kebebasan sipil dan politik yaitu kebebasan berbicara, menerbitkan, berkumpul dan berorganisasi, yang dibutuhkan bagi perdebatan politik dan pelaksanaan kampanye-kampanye pemilihan itu (Dara Aisyah, 2003:2).

Indikator demokrasi menurut Dahl adalah sebagai berikut: 1. Kebebasan untuk membentuk dan mengikuti organisasi; 2. Kebebasan berekspresi;

3. Adanya hak memberikan suara;

4. Adanya egilibilitas untuk menduduki jabatan publik

5. Adanya hak para pemimpin politik untuk berkompetisi secara sehat merebut dukungan dan suara;

6. Tersedianya sumber-sumber informasi alternatif; 7. Adanya pemilihan umum yang bebas dan adil;

8. Adanya institusi-institusi untuk menjadikan kebijakan pemerintah tergantung pada suara-suara (pemilih, rakyat) dan ekspresi pilihan (politik) lainnya serta termasuk perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia (Jimly Asshiddiqie , 2011: ix).

Hubungan Demokrasi dengan politik ditunjukkan melalui pendapat Huntington yang mendefinisikan demokrasi sebagai suatu sistem politik yang mana para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat di dalam sistem politik. Para calon secara bebas bersaing untuk mendapatkan suara, dan hampir semua penduduk dewasa berhak untuk memberikan suaranya. Dalam ilmu politik dikenal dua macam pemahaman tentang demokrasi.

Pertama, pemahaman demokrasi secara normatif, yaitu demokrasi merupakan suatu kondisi yang secara ideal ingin diselenggarakan oleh suatu negara. Kedua, pemahaman demokrasi secara empirik dimana demokrasi dikaitkan dengan kenyataan penerapan demokrasi dalam tataran kehidupan politik praktis

(http://muslimpoliticians.blogspot.com/2012/02/hubungan-antara-media-massa-politik-dan-demokrasi.html).

(5)

pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pandangan mengenai politik yang berkaitan dengan bahasan ini adalah politik sebagai hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara dan politik sebagai kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat, serta segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.

Proses politik dimulai dengan masuknya input berupa kepentingan yang diartikulasikan atau dinyatakan oleh kelompok kepentingan dan diagregasikan atau dipadukan oleh partai politik sehingga kepentingan-kepentingan khusus itu menjadi suatu usulan kebijaksanaan yang lebih umum dan selanjutnya dimasukkan ke dalam proses pembuatan kebijaksanaan yang dilakukan olhe badab legislatif dan eksekutif (Colin MacAndrews, 2008: xiv).

Jimlly Asshiddiqie menyatakan bahwa penyaluran kedaulatan rakyat secara langsung (direct democracy) dapat dilakukan selain dengan pemilihan umum, kedaulatan rakyat dapat pula disalurkan setiap waktu melalui pelaksanaan hak atas kebebasan berpendapat, hak atas kebebasan pers, hak atas kebebasan informasi, hak atas kebebasan berorganisasi, dan berserikat serta hak- hak lain yang dijamin Undang-Undang Dasar (Jimly, 2010: 57-58).

(6)

(http://www.winkplace.com/2010/10/fungsi-media-massa.html, 14 Maret 2012).

Media pers adalah saluran komunikasi massa yang menjangkau sasaran yang sangat luas. Peranannya dalam demokrasi sangat menentukan. Oleh sebab itu, pers dianggap sebagai the fourth estate of democracy, atau untuk melengkapi istilah Trias Politica dari Montesquieu, disebut juga dengan istilah Quadru Politica (Jimly, 2006: 167).

Dalam hal peranan media massa dalam penegakan demokrasi dikemukakan oleh Gurevitch dan JG Blumler, sebagaimana dikutip dalam buku Cangara (http://muslimpoliticians.blogspot.com/2012/02/hubungan-antara-media-massa-politik-dan-demokrasi.html, 14 Maret 2012), yaitu:

1. Mengawasi lingkungan sosial politik dengan melaporkan perkembangan hal-hal yang menimpa masyarakat.

2. Melakukan agenda setting dengan mengangkat isu-isu kunci yang perlu dipikirkan dan dicarikan jalan keluarnya oleh pemerintah atau masyarakat.

3. Menjadi platform dalam rangka menciptakan forum diskusi antara politisi dan juru bicara negara dengan kelompok kepentingan dan kasus-kasus lainnya.

4. Membangun jembatan dialog antara pemegang kekuasaan atau pemerintah dengan masyarakat luas.

5. Membangun mekanisme supaya masyarakat memiliki keterlibatan dalam hal kebijakan publik.

6. Merangsang masyarakat untuk belajar memilih dan melibatkan diri dalam proses politik.

7. Menolak upaya dalam bentuk campur tangan pihak-pihak tertentu yang membawa pers keluar dari kemerdekaan, integritas, dan dedikasinya untuk melayani kepentingan masyarakat.

8. Mengembangkan potensi masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan politiknya.

(7)

terlihat sinarnya manakala difasilitasi oleh media massa. Demokrasi baru dapat dikatakan berhasil ketika masyarakat well informed dalam memberikan aspirasi politiknya. Artinya, masyarakat harus memiliki informasi yang cukup dalam menentukan keputusan politiknya dan bukan hanya asal pilih. Disinilah media massa berperan, yakni untuk memberikan informasi kepada masyarakat untuk membantu mereka menentukan pilihannya. Media massa bertanggung jawab memberikan informasi tentang para kandidat dari sisi yang paling objektif sehingga akan menyehatkan persaingan politik di pemerintahan (http://lutviah.net/2011/03/15/media-massa-dan-demokrasi/, 14 Maret 2012).

Mengenai posisi media dalam sistem politik, maka media massa adalah salah satu sarana dalam melksanakan sosialisasi politik. Sosialisasi politik adalah bagian dari proses sosialisasi yang khusus membentuk nilai-nilai politik, yang menunjukkan bagaimana seharusnya masing-masing anggota masyarakat berparitisipasi dalam sistem politiknya. Jadi sosialisasi politik menunjuk pada proses-proses pembentukan sikap-sikap dan pola tingkah laku politik(Colin MacAndrews, 2008: 42).

Siti Aminah berpendapat bahwa pertama media adalah sebuah institusi dan aktor politik yang memiliki hak-hak. Kedua, media dapat memainkan berbagai peran politik, diantaranya mendukung proses transisi demokrasi, dan melakukan oposisi (Siti Aminah, http://journal.unair.ac.id,

14 maret 2012). Selain itu Kacung Marijan berpendapat di negara demokrasi manapun selalu ada dua posisi media, yaitu sebagai penyampai informasi yang akan merefleksikan apa yang terjadi di masyarakat, maupun aktor yang menyatakan sikapnya dengan mengangkat isu-isu tertentu untuk mempengaruhi pemirsa (Kompas, Rabu 7 Maret 2012)

Pengaruh Media Massa Pada Masyarakat

(8)

sosiologis, pers dapat dipandang sebagai satu sistem yaitu sistem pers yang menjadi bagian dari sistem komunikasi. Sementara sistem komunikasi merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan (Samsul Wahidin, 2011:42).

Berkaitan dengan sistem pers yang menghasilkan media massa sebagai bagian dari sistem kemasyarakatan, menurut Teori Instinctive S-R Theory yang dikemukakan Melvin DeFleur, media menyajikan stimuli perkasa yang secara seragam diperhatikan oleh massa. Stimuli (rangsangan) ini membangkitkan desakan, emosi, atau proses lain yang hampir tidak terkontrol oleh individu. Setiap anggota massa memberikan respons yang sama pada stimuli yang datang dari media massa (Jalaluddin, 2000: 197).

Pengaruh media massa juga ditunjukkan dengan teori Agenda Setting oleh Maxwell E. McComb dan Donald L. Shaw, yaitu media massa memang tidak dapat mempengaruhi orang untuk mengubah sikap, tapi media massa cukup berpengaruh terhadap apa yang dipikirkan orang. Media massa mempengaruhi persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting. Media massa memilih informasi yang dikehendaki dan berdasarkan informasi yang diterima tersebut, khalayak membentuk persepsinya terhadap suatu peristiwa (Jalaluddin, 2000: 199-200).

Berdasarkan penelitian tentang pengaruh media massa pada sekitar tahun 1940-1960an, D. McQuail menyimpulkan bahwa antara lain efek media massa berbeda-beda tergantung pada penilaian terhadap sumber komunikasi; makin sempurna monopoli komunikasi massa, makin besar kemungkinan perubahan pendapat dapat ditimbulkan pada arah yang dikehendaki; sejauh mana suatu persoalan dianggap penting oleh khalayak akan mempengaruhi pada kemungkinan pengaruh media (Jalaluddin, 2000: 198-199).

(9)

of journalist) yang menghasilkan berita yang cenderung sama. Khalayak akhirnya tidak memiliki alternatif lain sehingga mereka membentuk persepsinya berdasarkan informasi yang diterimanya dari media massa (Jalaluddin, 2000: 200-201).

Terkait dengan bahasan ini, menurut Malcolm X bahkan melihat media lebih jauh lagi sebagai entiti terkuat di muka bumi. Menurutnya media mempunyai kekuatan untuk membuat apa yang benar menjadi salah, dan yang salah menjadi benar karena media dapat mengontrol pikiran massa. Media sebagai kekuatan strategis dalam menyebarkan informasi merupakan salah satu otoritas sosial yang berpengaruh dalam membentuk sikap dan norma sosial suatu masyarakat. Media massa bisa menyuguhkan teladan budaya yang bijak untuk mengubah perilaku masyarakat (Rangga, 2010, http://lk2fhui.org, 14 Maret 2012).

Melihat pengaruh mendasar media massa terhadap masyarakat dari sisi komunikasi massa, maka pola hubungan yang harus dijadikan pegangan oleh masyarakat yaitu pers yang bebas dan bertanggungjawab (free and responsible press).

Netralitas Media Massa dalam Fungsi Edukasi Politik

Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan di atas, maka dapat dikatakan bahwa peran dan fungsi media massa sangat erat kaitannya dengan kehidupan politik dalam suatu negara yang demokratis. Pengaruh media massa yang besar menjadikan peran media massa dalam menjalankan fungsinya juga besar. Fungsi pers pada dasarnya ialah untuk menyebarkan informasi, melakukan kontrol sosial yang konstrutif, menyalurkan aspirasi rakyat, dan meluaskan komunikasi sosial dan partisipasi masyarakat.

(10)

merangsang masyarakat untuk belajar memilih dan melibatkan diri dalam proses politik.

Masyarakat modern tidak dapat hidup tanpa komunikasi yang luas, cepat, dan secara umum seragam. Media massa memegang peranan penting dalam menularkan sikap-sikap dan nilai-nilai utama yang dianut masyarakat, oleh karena itu sistem media massa yang terkendali merupakan sarana yang kuat dalam membentuk keyakinan-keyakinan politik (Colin MacAndrews, 2008: 49). Media massa juga berperan besar dalam mempengaruhi persepsi masyarakat tentang informasi yang disajikan media massa.

Pembentukan persepsi oleh media massa terjadi akibat masyarakat tidak memiliki alternatif lain sehingga mereka membentuk persepsinya berdasarkan informasi yang diterimanya dari media massa. Selain itu, media yang mempunyai kekuatan untuk membuat apa yang benar menjadi salah, dan yang salah menjadi benar karena media dapat mengontrol pikiran massa menjadi alasan bahwa selayaknya fungsi pendidikan politik yang ideal dapat dilaksanakan oleh media massa.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers, pers merupakan pihak yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia, khususnya media yang bersifat meluas yaitu media massa. Selanjutnya perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan informasi tersebut.

(11)

khususnya dalam hidup bermasyarakat. Batas-batas tersebut bukan untuk mengurangi atau menghilangkan kebebasan itu sendiri melainkan justru untuk untuk menatahidupkan manusia dalam bermasyarakat agar masing-masing pribadi dapat mengenyam haknya. Pada hakikatnya, kebebasan bukan berarti berbuat sekehendak hati melainkan untuk mengakui dan menghormati adanya hak serta kewajiban setiap manusia pada umumnya ( Samsul Wahidin, 2011: 56).

Edukasi politik berkaitan erat dengan sosialisasi politik, tidak berbeda dengan partai politik yang juga memiliki fungsi ini dalam menjalankan eksistensinya, media massa mengimplementasikan fungsi edukasi dengan menyebarluaskan norma politik yang berlaku di masyarakat dan memberi kesadaran pada warga negara untuk mempunyai kesadaran berbangsa dan bernegara serta mengenai apa yang menjadi hak, kewajiban, dan tanggung jawab sebagai warga negara yang baik (Haryanto, 1984: 15).

Namun kondisi ideal tersebut tidak dapat tercapai apabila media massa yang dihasilkan oleh perusahaan pers tersebut tidak netral atau independen dalam menjalankan fungsinya. Iklim pemberian dan penerimaan informasi seharusnya diciptakan dengan pemberian informasi yang berimbang antara pro dan kontra. Meskipun pada kenyataannya media massa adalah sebuah industri yang memiliki kepentingan ekonomi serta membutuhkan subsidi dana yang besar, sehingga media massa pasti akan selalu ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan kelompok tertentu yang menguasainya (http://lutviah.net/2011/03/15/media-massa-dan-demokrasi/, 14 Maret 2012).

Namun prinsip objektif, independen, dan berimbang, harus menjadi pedoman. Karena masyarakat harus menjadi prioritas. Kebebasan media massa itu harus tetap diimbangi dengan tanggung jawab dan kode etik sebagai landasan profesi.

(12)

melatarbelakangi kedua media tersebut dapat menggangu netralitasnya karena seperti teori yang disampaikan D. McQuail di atas, bahwa makin sempurna monopoli komunikasi massa (melalui kepemilikan banyak media seperti Media Grup melalui Partai Nasional Demokrat), makin besar kemungkinan perubahan pendapat dapat ditimbulkan pada arah yang dikehendaki yaitu kepentingan politik yang menunggangi media.

Hal ini disebabkan oleh pengangkatan isu-isu mengenai kritik terhadap pemerintah yang dekat dengan keadaan realitas kehidupan masyarakat, disampaikan secara berulang-ulang, dipecah-pecah melalui frekuensi penayangan yang padat, dikemas menggunakan kalimat-kalimat

‘mengelitik’ bahkan tidak jarang menghakimi. Hal ini dapat dilihat dari pengamatan judul beberapa headline dan rubrik facebook twitter

mediaindonesia.com, Media Indonesia edisi Rabu 22 Februari 2012

contohnya “ Pejabat Negara Diisi banyak Pembohong” dan pada edisi Kamis 8 Maret 2012 contohnya “Anas Arahkan Penggeledahan KPK”.

Masyarakat menjadi sulit untuk menghindar dari pembentukan opini. Fungsi media massa sebagai jembatan masyarakat dengan pemerintah agar kebutuhan masyarakat terpenuhi sehingga mampu meningkatkan partisipasi terhadap perilaku politik yang merupakan bagian dari perjalanan demokrasi, justru membuat masyarakat bersikap skeptis dan apatis. Persaingan politik menjadi tidak sehat.

Perilaku oknum pemerintah dalam menjalankan tugas yang melanggar nilai-nilai seperti perilaku korupsi, atau penyimpangan-penyimpangan lain selayaknya disampaikan secara transparan, sumber yang akurat dan berkapabilitas, serta berimbang untuk mendidik masyarakat bersikap objektif, kritis, dan mampu bersama menemukan jalan keluar terbaik agar fungsi mengawal kebijakan dan perilaku pemerintah dapat tercapai.

(13)

memahami situasi sehingga mengemukakan kritik terhadap perkembangan kedua media tersebut. Dalam kasus ini, Kacung Marijan berpendapat bahwa kedua media tersebut tidak sekedar mencerminkan realitas di masyarakat namun media sudah beropini (Kompas, Rabu 7 Maret 2012).

Tanggung jawab besar yang dimiliki oleh media massa sebagai kekuatan strategis dalam menyebarkan informasi terlebih agar dapat menyuguhkan teladan budaya yang bijak untuk mengubah perilaku masyarakat, seharusnya diimbangi dengan pelaksanaan setiap fungsi media massa dengan selalu memperhatikan prinsip-prinsip DeWitt C. Reddick yaitu responsibilitas, Freedom of the pers, Independence atau netralitas, kelayakan berita terkait dengan kebenaran dan keakuratannya, aturan main yang disepakati bersama, dan penuh pertimbangan (Decency).

Media massa seharusnya menolak campur tangan pihak-pihak tertentu yang membawa media massa keluar dari kemerdekaan, integritas, dan dedikasinya untuk melayani kepentingan masyarakat, terlebih menjelang pesta demokrasi berupa pemilihan umum kepala daerah, pemilihan umum anggota legislatif maupun pemilihan presiden dan wakil presiden tiap 5 (lima) tahun sekali.

PENUTUP

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Colin MacAndrews, 2008, Perbandingan Sistem Politik, Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Dara Aisyah, 2003,Hubungan Birokrasi Dengan Demokrasi. Usu Digital Library Haryanto, 1984, Partai Politik: Suatu Tinjauan Umum, Yogyakarta: Liberty

Jalaluddin Rakhmat, Cetakan kelimabelas 2000, Psokologi Komunikasi,

Bandung: Remaja Rosdakarya

Jimly Asshididiqie, 2006 Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II, Jakarta: Sekretariat Jenderal dan kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, e-book

2010. Konstitusi dan Konstitrusionalisme Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika

2011. Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi. Jakarta: Sinar Grafika

Johnny Ibrahim. 2008. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Surabaya: Bayumedia Publishing

Koentjoro Poerbopranoto. 1987. Sistem Pemerintahan Demokrasi. Bandung: Eresco

Peter Mahmud. 2005. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Samsul Wahidin. 2011. Hukum Pers,Yogyakarta: Pustaka Belajar

Media Ditinggalkan jika Bertentangan dengan Publik. Kompas, Rabu 7 Maret 2012

Media Indonesia edisi Rabu 22 Februari 2012 Kamis 8 Maret 2012

Dian Eka Rahmawati. Diktat Komunikasi Politik dalam Hubungan Antara Media

massa, Politik, dan Demokrasi,

http://muslimpoliticians.blogspot.com/2012/02/hubungan-antara-media-massa-politik-dan-demokrasi.html, tanggal akses: 14 Maret 2012

Fungsi Media Massa. http://www.winkplace.com/2010/10/fungsi-media-massa.html, tanggal akses: 14 Maret 2012

Media Massa dan Demokrasi. http://lutviah.net/2011/03/15/media-massa-dan-demokrasi/

Rangga Sujud Widigda. Peran Media Massa di Dalam Masyarakat, http://lk2fhui.org, tanggal akses: 14 Maret 2012

Referensi

Dokumen terkait

menyelesaikan tugas akhir dengan judul “ Studi Pelayanan Pusat Perbelanjaan Pasar Sentral Sengkang Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo5. Tak lupa pula salawat dan salam

(usia 13 – 15 tahun ) tentang dysmenorrhea di SMPN 29 Kota

Program ini merupakan program penyuluhan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat se-Kabupaten Sukoharjo, dengan cara mendatangi setiap sekolahan untuk

Hal ini dapat dilihat dari indikator berbahasa Lampung 30 responden atau sebesar 62% dari berbahasa Lampung tergolong kurang berperan, 11 responden atau sebesar

Globalization Technology Efficient Global Markets Global Business Operation and Alliances The Networked Global Corporation Drives of Change Competitive Environment Competitive

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

Jika nilai signifikan < 0,05 maka kedua kelas tidak berasal dari populasi yang. memiliki varians yang sama

Essential oil of Temu lawak tuber at concentration equal or lower than 0.5% v/v and 3% v/v respectively, will be studied in order to assess their potential ability for stimulate Ig