BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Halitosis atau juga sering disebut bau mulut merupakan masalah pribadi yang dapat menimbulkan rasa malu dan biasa dihadapi oleh jutaan orang. Halitosis dapat menyebabkan ketidakharmonisan sosial dan rasa malu yang telah dicatat dalam literatur selama ribuan tahun.1 Halitosis memiliki implikasi sosial besar yang merugikan bagi penderitanya dan secara signifikan berdampak pada norma interaksi sosial.2 Oleh karena itu, halitosis menjadi faktor penting yang harus diperhatikan, tidak hanya pada kondisi kesehatan tetapi juga pada kondisi psikologis yang dapat mengalami perubahan yang lama kelamaan menyebabkan isolasi sosial dan pribadi.1
Pada literatur dinyatakan sampai dengan 30% orang dewasa dengan usia lebih dari 60 tahun dapat menyadari sendiri halitosis yang mereka derita, ataupun setelah diberitahu oleh orang lain. Sementara itu, sebagian orang masih tidak percaya bahwa mereka benar-benar memiliki halitosis. Keadaan ini dapat menjadi suatu dilema klinis yang nyata, dan tampaknya memiliki dasar psikogenik.3
polip hidung (4%), sembelit dan refluks lambung (4%), faktor hormonal (4%) dan obat (4%). Sementara itu, penelitian tersebut menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia pasien, jenis kelamin dan tingkat pendidikan dengan halitosis.4
Pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh Arora dkk, pada 250 subyek penelitian menunjukkan prevalensi halitosis tertinggi berasal dari penyakit periodontal (73,67%), sementara itu karies gigi (53,29%), kehilangan gigi (22.80%), kalkulus (18.80%), gigi sensitif (49,31%), dan abses (15.20%). Penelitian tersebut menunjukkan terdapat perbedaan prevalensi halitosis yang signifikan pada pria dan wanita.5
Prevalensi halitosis yang sebenarnya belum diketahui dan beberapa laporan sulit mengevaluasi prevalensi halitosis kecuali dalam menentukan klasifikasi, terminologi, dan metodologi yang digunakan. Saat ini data epidemiologi yang tersedia sulit untuk menggambarkan prevalensi halitosis karena didasarkan pada estimasi subjektif dari bau tidak sedap, yang terbatas oleh ketidaktelitian dan sensitivitas rendah.6
Salah satu metode pengukuran halitosis adalah dengan menggunakan alat
Breath Checker, yaitu monitor inovatif yang dapat mendeteksi dan mengukur tingkat
Volatile Sulphur Compounds (VSCs) pada udara yang ada di dalam rongga mulut
dengan hasil pengukuran berupa skor yang akan muncul pada layar monitor. Breath
Checker juga sudah digunakan dalam beberapa penelitian sebagai alat untuk
Penelitian terdahulu mengenai prevalensi halitosis dan penyebabnya menghasilkan suatu penelitian yang bervariasi sehingga terdapat perbedaan hasil dalam prevalensi penyebab halitosis. Disamping itu, belum pernah dilakukan penelitian mengenai prevalensi halitosis pada pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut di Universitas Sumatera Utara dan juga belum pernah dilakukan penelitian halitosis dengan metode pengukuran menggunakan Breath
Checker. Mengacu pada hal-hal yang dikemukakan diatas, penulis merasa perlu
melakukan penelitian mengenai prevalensi halitosis pada pasien yang berkunjung di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan suatu masalah yaitu :
1.2.1 Umum
Berapakah prevalensi halitosis pada pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara tahun 2015.
1.2.2 Khusus
1. Berapakah persentase pasien yang berkunjung ke RSGM Universitas Sumatera Utara berdasarkan jenis kelamin.
2. Berapakah persentase pasien yang berkunjung ke RSGM Universitas Sumatera Utara berdasarkan usia.
3. Berapakah persentase keluhan halitosis pada pasien yang berkunjung ke RSGM Universitas Sumatera Utara.
4. Apa saja penyebab halitosis berdasarkan faktor fisiologis pada pasien yang berkunjung ke RSGM Universitas Sumatera Utara.
5. Apa saja penyebab halitosis berdasarkan faktor intra oral pada pasien yang berkunjung ke RSGM Universitas Sumatera Utara.
7. Berapakah persentase halitosis pada pasien yang berkunjung ke RSGM Universitas Sumatera Utara.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui prevalensi halitosis pada pasien yang berkunjung ke RSGM Universitas Sumatera Utara tahun 2015.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui persentase pasien yang berkunjung ke RSGM Universitas Sumatera Utara berdasarkan jenis kelamin.
2. Untuk mengetahui persentase pasien yang berkunjung ke RSGM Universitas Sumatera Utara berdasarkan usia.
3. Untuk mengetahui persentase keluhan halitosis pada pasien yang berkunjung ke RSGM Universitas Sumatera Utara.
4. Untuk mengetahui persentase penyebab halitosis berdasarkan faktor fisiologis pada pasien yang berkunjung ke RSGM Universitas Sumatera Utara.
5. Untuk mengetahui persentase penyebab halitosis berdasarkan faktor intra oral pada pasien yang berkunjung ke RSGM Universitas Sumatera Utara.
6. Untuk mengetahui persentase penyebab halitosis berdasarkan faktor ekstra oral pada pasien yang berkunjung ke RSGM Universitas Sumatera Utara.
7. Untuk mengetahui persentase halitosis pada pasien yang berkunjung ke RSGM Universitas Sumatera Utara.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1.4.1 Manfaat Teoritis
halitosis berdasarkan faktor penyebab intra oral dan ekstra oral pada pasien yang berkunjung ke RSGM USU.
2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penunjang penelitian berikutnya yang berkaitan dengan faktor penyebab halitosis.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Sebagai tambahan pengetahuan bagi tenaga kesehatan dalam melakukan edukasi tentang faktor-faktor yang dapat menyebabkan halitosis.