• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI ANGGOTA KE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI ANGGOTA KE"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI ANGGOTA KELOMPOK TERHADAP FUNGSI KELOMPOK DENGAN FAKTOR INTERNAL DAN

EKSTERNAL PETANI

(Studi Kasus pada Gapoktan Ngudi Makmur Desa Kataan Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung)

CORRELATION OF GROUP MEMBER’S MOTIVATION ACHIEVEMENT TOWARDS GROUP FUNCTION ALSO FARMER’S INTERNAL AND

EXTERNAL FACTORS

(Case study at Ngudi Makmur Farmer Group Association, Kataan Village, Ngadirejo sub-district, Temanggung)

Amin Murtofiq, Sri Widarni, Akhmad Rizqul Karim

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Alamat Korespondensi: amin.murtofiq7@gmail.com

ABSTRAK

Petani diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam mengelola usaha tani. Pendekatan kelompok dipandang lebih efisien dan dapat menjadi media belajar dan berinteraksi bagi para petani, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku petani ke arah yang lebih baik. Kelompok tani diharapakan mampu mewadahi kegiatan usaha tani yang bersifat kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu sehingga menimbulkan manfaat bagi anggotanya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) motivasi berprestasi anggota kelompok terhadap fungsi kelompok, dan 2) hubungan motivasi berprestasi anggota kelompok terhadap fungsi kelompok dengan faktor internal dan eksternal petani. Penelitian ini dilaksanakan di Gapoktan Ngudi Makmur Desa Kataan, Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung pada tanggal 27 Januari sampai dengan 20 Februari 2016. Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu Simple Random Sampling. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis motivasi berprestasi dan analisis korelasi Kendall Tau.

(2)

petugas penyuluh lapangan mempunyai hubungan yang tidak signifikan dengan motivasi berprestasi anggota kelompok terhadap fungsi kelompok.

Kata kunci : motivasi berprestasi, kelompok tani, fungsi kelompok

ABSTRACT

Farmers are expected to possessed well-knowledge and skills for managing cultivation. Group approach is considered as more efficient method and could become a medium of learning and interaction for farmers, so there’ll be any improvements on their behavior. Farmer group is expected to become medium for conducting farming activity which has teamwork characteristic towards certain aim which creates benefits for every member.

This study aims to find out that: 1) correlation of group member’s motivation achievement towards group function, and 2) correlation of group member’s motivation achievement towards group function, also farmer’s internal and external factors. The study conducted at Ngudi Makmur Farmer Group Association, Kataan Village, Ngadirejo sub-district, Temanggung, on January 27th – February 20th 2016. The sampling technic used in this study is simple random sampling. The Analysis method that used in this study are Motivation Achievement Analysis, and Kendall Tau Analysis.

The result of this study shows that: 1) correlation of group member’s motivation achievement towards group function overall, are in the high category which described by motivation achievement on willingness of time sacrificing (high), motivation achievement on willingness of cost sacrificing (high), motivation achievement on willingness of taking risk from innovation adoption (high), and motivation achievement on willingness of seeking information (high), and 2) farmer’s internal factor which has significant correlation with motivation achievement are age and education, while total liabilities, land, and farming experiences have insignificant correlation with member’s motivation achievement towards group function. The role of village officers and also agricultural counselor, have insignificant correlation with member’s motivation achievement towards group function.

Key words: motivation achievement, farmer group, group function.

PENDAHULUAN

(3)

menjadi media belajar dan berinteraksi bagi para petani, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku petani ke arah yang lebih baik. Menurut Hariadi (2011), pendekatan kelompok dilakukan karena masyarakat Indonesia sebagian besar berorientasi pada kelompok dalam setiap kehidupannya.

Kelompok tani (Poktan) adalah kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk bekerjasama dalam meningkatkan atau mengembangkan produktivitas usaha tani, memanfaatkan sumberdaya pertanian, mendistribusikan hasil produksinya dan meningkatkan kesejahteraan anggotanya (Departemen Pertanian, 2007). Beberapa kelompok tani bergabung ke dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Penggabungan ini dilakukan oleh kelompok tani yang berada dalam satu wilayah administrasi pemerintahan untuk menggalang kepentingan bersama secara kooperatif.

Kelompok tani dewasa ini sudah berkembang secara kuantitas. Jumlah kelompok tani di seluruh wilayah Indonesia pada bulan Desember 2011 tercatat ada 299.759 kelompok, yang tersebar hampir pada setiap desa bahkan dusun. Perkembangan kelompok tani sebesar 2,52 % di tahun 2012 menambah jumlah kelompok tani menjadi 307.309 kelompok. Data terakhir mengenai jumlah kelompok tani pada bulan Agustus 2013 tercatat sebanyak 318.453 kelompok dengan perkembangan sebesar 3,61 % dari tahun sebelumnya (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2013).

Jumlah kelompok tani meningkat dari tahun ke tahun, namun tidak disertai dengan peningkatan keaktifan anggotanya. Menurut Hariadi (2011), beberapa studi mengungkapkan keaktifan kelompok tani disebabkan oleh beberapa faktor antara lain dipengaruhi oleh anggota kelompok, pemimpin kelompok dan faktor eksternal kelompok. Keaktifan kelompok tani tersebut dapat memberikan gambaran bagaimana fungsi suatu kelompok bagi anggotanya. Keaktifan kelompok tani juga akan memberikan dorongan atau memberikan motivasi bagi anggotanya dalam rangka memenuhi kebutuhan melalui kegiatan kelompok.

(4)

kelompok. Salah satu motivasi tersebut yaitu motivasi berprestasi. Menurut Winardi (2007), motivasi berprestasi adalah suatu keinginan atau kecenderungan untuk mengatasi hambatan, melatih kekuatan, dan untuk berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin.

Gapoktan Ngudi Makmur merupakan salah satu Gabungan Kelompok Tani yang terdapat di Kabupaten Temanggung, tepatnya di Desa Kataan Kecamatan Ngadirejo. Kelompok tersebut mempunyai laboratorium mini agensia hayati dan pertanian organik yang dibentuk secara resmi pada tanggal 1 Agustus 2004. Laboratorium mini tersebut diharapkan berfungsi sebagai wahana pembelajaran kemandirian petani untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta kemampuan dalam budidaya tanaman yang sehat dan perlindungan tanaman.

Fungsi kelompok yang dimiliki Gapoktan Ngudi Makmur tentunya mempunyai pengaruh terhadap tingkat motivasi berprestasi anggotanya. Melalui Gapoktan tersebut, anggota diharapkan akan melakukan kegiatan kelompok yang didasari oleh motivasi tertentu untuk mencapai tujuan baik tujuan individu atau kelompok. Petani sebagai anggota kelompok, mempunyai motivasi untuk berhasil atau tidak mengalami kegagalan dalam usaha taninya.

Menurut Departemen Pertanian (2007), kelompok tani dibentuk dengan fungsi sebagai unit belajar, unit kerjasama dan unit produksi pertanian. Namun, apabila ketiga fungsi tersebut dapat berjalan dengan baik, maka kemudian diarahkan menjadi unit kelompok usaha atau bisnis. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian motivasi berprestasi anggota kelompok terhadap fungsi kelompok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) motivasi berprestasi anggota kelompok terhadap fungsi kelompok, dan 2) hubungan motivasi berprestasi anggota kelompok terhadap fungsi kelompok dengan faktor internal dan eksternal petani.

METODE PENELITIAN

(5)

dengan 20 Februari 2016. Sasaran penelitian ini yaitu anggota Gapoktan yang terbagi ke dalam lima kelompok tani yang masih aktif. Data mengenai kelompok tani dan jumlah anggotanya selengkapnya tersaji pada Lampiran 1. Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu Simple Random Sampling. Petani responden yang didapat sebanyak 46 orang dan terbagi ke dalam 5 kelompok tani. Data mengenai jumlah sampel pada tiap kelompok tani selengkapnya tersaji pada Lampiran 2. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah.

1. Motivasi berprestasi anggota kelompok terhadap fungsi kelompok

Kebutuhan akan prestasi merupakan refleksi dari dorongan rasa tanggung jawab untuk memecahkan masalah. Variabel pembetuk motivasi berprestasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu : a) kesediaan mengorbankan waktu, b) kesediaan mengorbankan biaya, c) kesediaan menanggung resiko atas adopsi inovasi, dan d) kesediaan petani mencari informasi inovasi.

2. Faktor internal dan eksternal petani

Faktor internal yang dikaji dalam penelitian ini yaitu : a) umur, b) tingkat pendidikan, c) tanggungan dalam keluarga, d) luas lahan, dan e) pengalaman usaha tani. Faktor eksternal yang dikaji dalam penelitian ini yaitu : a) peran pamong desa, dan b) peran petugas penyuluh lapangan.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Analisis motivasi berprestasi anggota kelompok terhadap fungsi kelompok Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dengan alat bantu pengukuran Likert Summated Ratings, operasionalnya dinyatakan dalam daftar pernyataan (items). Kriteria pernyataan terdiri atas : (1) tidak pernah, (2) jarang, (3) kadang, (4) sering dan (5) selalu. Penentuan posisi motivasi berprestasi anggota kelompok terhadap fungsi kelompok dapat dilihat pada skor yang diperoleh petani, dan dikonfirmasikan dengan batasan posisi pada Gambar 1.

sangat rendah rendah tinggi sangat tinggi

1 2 3 4 5 Gambar 1. Kriteria pengukuran metode skala Likert.

(6)

Korelasi Kendall Tau (τ) digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih, apabila data yang digunakan berbentuk ordinal atau rangking (Sugiyono, 2004). Rumus dasar yang digunakan adalah sebagai berikut:

τ=

A

B N(N−1)

2 Keterangan :

τ = Koefisien Korelasi Kendall Tau yang besarnya (-1 < 0 < 1) A

Ʃ = Jumlah rangking atas B

Ʃ = Jumlah rangking bawah N = Jumlah anggota sampel

Uji signifikansi koefisien korelasi menggunakan rumus Z, karena distribusinya mendekati distribusi normal. Rumusnya adalah sebagai berikut :

Z= τ

2(2N+5)

9N(N−1)

Keeratan hubungan dapat dilihat pada pedoman interpretasi terhadap koefisien korelasi yang tersaji pada Tabel 1. (Sugiyono, 2012).

Tabel 1. Pedoman interpretasi terhadap koefisien korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,19

0,20 – 0,39 0,40 – 0,59 0,60 – 0,79 0,80 – 1,00

Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat

HASIL DAN PEMBAHASAN

(7)

aspek kesediaan mengorbankan biaya, aspek kesediaan menanggung resiko atas adopsi inovasi dan aspek kesediaan mencari informasi. Data mengenai variabel pembentuk motivasi berprestasi anggota kelompok terhadap fungsi kelompok selengkapnya tersaji pada Tabel 2. berikut.

Tabel 2. Variabel pembentuk motivasi berprestasi anggota kelompok terhadap fungsi kelompok

No Variabel pembentuk Rataan skor Kategori 1 Aspek kesediaan mengorbankan waktu 3,638 Tinggi 2 Aspek kesediaan mengorbankan biaya 3,891 Tinggi 3 Aspek kesediaan menanggung resiko

atas adopsi inovasi

3,109 Tinggi 4 Aspek kesediaan mencari informasi 3,065 Tinggi

Rataan total skor 3,426 Tinggi

Sumber : Data primer diolah, 2016.

Tabel 2. menunjukkan bahwa motivasi berprestasi anggota kelompok terhadap fungsi kelompok mempunyai nilai skor motivasi yang tinggi dengan rataan total skor sebesar 3,426. Hal tersebut menunjukkan bahwa anggota kelompok tani telah bersedia untuk mengikuti kegiatan kelompok tani sebagai wujud dorongan untuk berhasil dalam berusaha tani melalui fungsi kelompok tani.

Hasil pengukuran motivasi berprestasi anggota kelompok terhadap fungsi kelompok secara keseluruhan dalam bentuk rentang skala tersaji pada Gambar 2. berikut.

sangat rendah rendah tinggi sangat tinggi

1 2 3 4 5 3,426

Gambar 2. Rentang skala motivasi berprestasi anggota kelompok terhadap fungsi kelompok.

Perincian hasil penelitian untuk setiap aspek variabel pembentuk motivasi berprestasi anggota kelompok terhadap fungsi kelompok, selengkapnya dijelaskan sebagai berikut.

1. Aspek kesediaan mengorbankan waktu

Aspek kesediaan mengorbankan waktu ini dibagi menjadi beberapa komponen pembentuk. Data mengenai komponen pembentuk aspek kesediaan mengorbankan waktu tersaji pada Tabel 3.

(8)

No Komponen pembentuk aspek kesediaan

serta penanggulangan HPT oleh PPL dalam 2 tahun terakhir

Hasil pengukuran pada aspek kesediaan mengorbankan waktu dalam bentuk rentang skala selengkapnya tersaji pada Lampiran 3. Kehadiran anggota dalam rapat rutin kelompok selama 1 tahun terakhir mempunyai skor tinggi, hal ini dikarenakan masing-masing kelompok tani mempunyai kohesi atau keterikatan yang kuat antar anggotanya. Keikutsertaan anggota dalam uji demplot serta penanggulangan HPT oleh PPL dalam 2 tahun terakhir termasuk dalam kategori rendah karena pelaksanaan uji demplot di Gapoktan Ngudi Makmur tidak dapat memuaskan dan memenuhi kebutuhan anggotanya. Keikutsertaan anggota dalam kerja bakti kelompok tani dalam 2 tahun terakhir mempunyai skor tinggi. Mereka beranggapan dengan kerja bakti mampu memberikan manfaat bagi petani secara bersama–sama semisal dalam perbaikan saluran irigasi dan sebagainya.

2. Aspek kesediaan mengorbankan biaya

Aspek kesediaan mengorbankan biaya dibagi menjadi beberapa komponen pembentuk. Data mengenai komponen pembentuk aspek kesediaan mengorbankan biaya tersaji pada Tabel 4.

Tabel 4. Komponen pembentuk aspek kesediaan mengorbankan biaya No Komponen pembentuk aspek kesediaan

mengorbankan biaya

Rataan

skor Kategori 1 Kesediaan anggota untuk mengeluarkan iuran

anggota tiap kali mengikuti rapat rutin dalam 1 tahun terakhir

(9)

varietas unggul pada 4 musim tanam terakhir

Hasil pengukuran pada aspek kesediaan mengorbankan biaya dalam bentuk rentang skala selengkapnya tersaji pada Lampiran 4. Kesediaan anggota untuk mengeluarkan iuran anggota tiap kali mengikuti rapat rutin dalam 1 tahun terakhir tergolong sangat tinggi. Setiap kelompok tani mempuyai peraturan atau norma yang kuat bagi anggotanya, salah satunya yaitu mengenai uang iuran wajib rutin anggota yang diserahkan setiap kali rapat rutin dilaksanakan. Kesediaan anggota untuk membeli benih/bibit varietas unggul pada 4 musim tanam terakhir mempunyai skor tinggi. Varietas unggul memberikan manfaat teknis dan ekonomis yang banyak bagi perkembangan suatu usaha pertanian, diantaranya mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap gangguan hama dan penyakit serta adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan sehingga dapat memperkecil penggunaan input seperti pupuk dan pestisida. Kesediaan anggota untuk membeli produk organik di laboratorium milik Gapoktan pada 4 musim tanam terakhir berada pada kategori tinggi. Kesadaran petani di Desa Kataan untuk membeli pupuk organik untuk bercocok tanam mulai tumbuh seiring berkembangnya laboratorium mereka.

3. Aspek kesediaan menanggung resiko atas adopsi inovasi

Aspek kesediaan menanggung resiko atas adopsi inovasi dibagi menjadi beberapa komponen pembentuk. Data mengenai komponen pembentuk aspek kesediaan menanggung resiko atas adopsi inovasi tersaji pada Tabel 5.

Tabel 5. Komponen pembentuk aspek kesediaan menanggung resiko atas adopsi inovasi

No Komponen pembentuk aspek kesediaan menanggung resiko atas adopsi inovasi

Rataan

skor Kategori 1 Kesediaan anggota untuk menerapakan

inovasi baru yang didapat dari diskusi kelompok pada 10 kali rapat rutin (1 tahun) terakhir

3,783 Tinggi

(10)

teknologi inovasi baru dari hasil uji demplot oleh PPL dalam 2 tahun terkahir

3 Kesediaan anggota untuk menggunakan pupuk organik yang diproduksi di laboratorium mini Gapoktan pada 4 kali musim tanam terakhir

3,348 Tinggi

4 Kesediaan anggota untuk menggunakan pestisida nabati dan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) yang diproduksi di laboratorium mini Gapoktan pada 4 kali musim tanam terakhir

2,522 Rendah

Rataan total skor 3,109 Tinggi

Sumber : Data Primer Diolah, 2016.

Hasil pengukuran pada aspek kesediaan menanggung resiko atas adopsi inovasi dalam bentuk rentang skala selengkapnya tersaji pada Lampiran 5. Kesediaan anggota untuk menerapakan inovasi baru yang didapat dari diskusi kelompok pada 10 kali rapat rutin (1 tahun) terakhir tergolong tinggi. Anggota dapat mencari solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya melalui diskusi kelompok. Solusi tersebut biasanya disampaikan saat diskusi dalam rapat rutin oleh beberapa narasumber dalam hal ini petugas penyuluhan dan tidak jarang juga ketua Gapoktan Ngudi Makmur. Kesediaan anggota untuk menerapkan teknologi inovasi baru dari hasil uji demplot oleh PPL dalam 2 tahun terkhir tergolong rendah. Anggota kelompok kurang termotivasi untuk menerapkan inovasi dari kegiatan demplot karena metode yang digunakan dalam penyampaian teknologi baru kurang menarik antusias anggota kelompok.

(11)

anggota kelompok tani belum bersedia menggunakan pestisida nabati dan ZPT karena petani menginginkan perubahan atau pertumbuhan yang cepat bercocok tanam. Sedangkan dilihat dari perubahan atau keberhasilannya, bahan organik lebih lama untuk diketahui hasilnya dari pada bahan kimia. 4. Aspek kesediaan mencari informasi

Aspek kesediaan mencari informasi dibagi menjadi beberapa komponen pembentuk. Data mengenai komponen pembentuk aspek kesediaan mencari informasi tersaji pada Tabel 6. Hasil pengukuran pada aspek kesediaan mencari informasi dalam bentuk rentang skala selengkapnya tersaji pada Lampiran 6. Kesediaan anggota untuk bertanya/mencari informasi terhadap permasalahan usahatani yang dihadapi setiap rapat rutin anggota kelompok yang dihadiri, termasuk dalam kategori tinggi. Kelompok tani yang para anggotanya sering berkomunikasi dan membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas kelompok menunjukan adanya interaksi yang kuat. Interaksi petani diluar kegiatan kelompok tani bisa dikatakan lebih banyak dari pada di dalam kegiatan kelompok, namun interaksi tersebut jarang menimbulkan tukar menukar informasi yang bertujuan untuk menjalin kerjasama.

Tabel 6. Komponen pembentuk aspek kesediaan mencari informasi No Komponen pembentuk aspek kesediaan

menanggung resiko atas adopsi inovasi

Rataan

skor Kategori 1 Kesediaan anggota untuk bertanya/mencari

informasi terhadap permasalahan usahatani yang dihadapi setiap rapat rutin anggota kelompok yang dihadiri

3,804 Tinggi

2 Kesediaan anggota untuk bertanya/mencari solusi kepada anggota lain terhadap permasalahan usaha tani yang dhadapi, diluar rapat rutin anggota kelompok pada 1 kali musim tanam terakhir

3,022 Tinggi

3 Kesediaan anggota bertanya kepada pengurus kelompok tani apabila mengalami kesulitan dalam hal admisnistrasi kebutuhan kelompok disetiap rapat rutin kelompok dilaksanakan

(12)

4 Kesediaan anggota kelompok untuk berkonsultasi dengan anggota kelompok lain serta PPL mengenai saprodi usahatani pada 4 kali musim tanam terakhir

2,804 Rendah

5 Kesediaan anggota untuk bertanya kepada PPL apabila kurang memahami materi disetiap pelaksanaan uji demplot

2,783 Rendah

Rataan skor 3,065 Tinggi

Sumber : Data primer diolah, 2016.

Kesediaan anggota untuk bertanya/mencari solusi kepada anggota lain terhadap permasalahan usaha tani yang dihadapi, diluar rapat rutin anggota kelompok pada 1 kali musim tanam terakhir masuk dalam kategori tinggi. Diskusi di dalam rapat rutin kelompok biasanya lebih variatif karena lebih banyak anggota yang bisa bertukar ide serta pendapatnya, sehingga bisa ditarik kesepakatan secara bersama-sama. Pencarian informasi atau solusi anggota di luar rapat rutin tersebut dapat dikatakan sebagai interaksi yang menjembatani diskusi petani terkait permasalahannya untuk dibawa ke dalam diskusi kelompok tani.

(13)

anggota lain mempunyai frekuensi yang cenderung rendah. Petugas peyuluhan yang membawa inforamsi /inovasi, terkadang tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan petani saat itu. Kesediaan anggota untuk bertanya kepada PPL apabila kurang memahami materi disetiap pelaksanaan uji demplot termasuk dalam kategori rendah. Pelaksanaan uji demplot di Gapoktan Ngudi Makmur mempunyai beberapa kendala, salah satunya belum ada lahan kelompok yang bisa dikelola secara sama dan diperoleh manfaatnya secara bersama-sama juga. Hal tersebut membuat inovasi yang diberikan melalui kegiatan lapang menjadi kurang intensif dan menurunkan respon petani untuk menyerap suatu inovasi.

B. Hubungan Motivasi Berprestasi Anggota Kelompok Terhadap Fungsi Kelompok dengan Faktor Internal dan Eksternal Petani

Hubungan motivasi berprestasi anggota kelompok terhadap fungsi

kelompok dengan faktor internal dan eksternal petani selengkapnya tersaji pada Tabel 7.

Variabel Koefisien Korelasi

Signifikansi

(2-tailed) Keterangan

Umur -0,309 0,008 Signifikan

Pendidikan 0,256 0,032 Signifikan

Tanggungan dalam Keluarga -0,151 0,188 Tidak Signifikan Luas Lahan 0,095 0,412 Tidak Signifikan Pengalaman Usahatani -0,135 0,239 Tidak Signifikan Peran Pamong Desa 0,217 0,076 Tidak Signifikan

Peran PPL 0,206 0,101 Tidak Signifikan

Tabel 7. Hubungan motivasi berprestasi anggota kelompok terhadap fungsi kelompok dengan faktor internal dan eksternal petani

Sumber : Data Primer Diolah, 2016.

Perincian hubungan pada setiap faktor internal dan faktor eksternal petani disajikan sebagai berikut.

(14)

Umur mempunyai hubungan dengan kemampuan fisik dan respon petani terhadap inovasi baru. Nilai koefisien korelasi sebesar –0,309 dan nilai signifikansi sebesar 0,008 lebih kecil dari alpha 5 % (0,05), hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi umur anggota kelompok tani maka motivasi berprestasi anggota kelompok akan semakin rendah. Nilai koefisien korelasi juga menunjukkan tingkat keeratan hubungan yang rendah. Umur mempunyai hubungan negatif atau terbalik dan signifikan dengan motivasi berprestasi anggota kelompok.

2. Hubungan tingkat pendidikan dengan motivasi berprestasi anggota kelompok terhadap fungsi kelompok.

Petani yang pendidikannya lebih tinggi biasanya lebih dinamis, cepat dan tepat dalam pengambilan keputusan dari setiap alternatif usahanya dibandingkan dengan petani yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Tabel 7. menunjukkan bahwa tingkat pendidikan mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan motivasi berprestasi anggota kelompok. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,256 dan nilai signifikansi sebesar 0,032 lebih kecil dari alpha 5 % (0,05), hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi tinggi tingkat pendidikan maka motivasi berprestasi anggota kelompok akan semakin tinggi. Nilai koefisien korelasi juga menunjukkan tingkat keeratan hubungan yang rendah.

3. Hubungan tanggungan dalam keluarga dengan motivasi berprestasi anggota kelompok terhadap fungsi kelompok.

(15)

4. Hubungan luas lahan dengan motivasi berprestasi anggota kelompok terhadap fungsi kelompok.

Menurut Rifki (2011) petani yang lahannya lebih luas membutuhkan investasi yang lebih besar dalam usaha taninya, sehingga cenderung lebih cermat dalam memperhitungkan setiap alternatif yang ada. Tabel 7. menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0,095 dan nilai signifikansi sebesar 0,412 lebih besar dari alpha 5 % (0,05). Hal ini dapat dikatakan bahwa besar kecilnya luas lahan mempunyai hubungan yang tidak signifikan dengan motivasi berprestasi anggota kelompok. Perbedaan luas tersebut tidak berhubungan dengan tingkat motivasi berprestasi anggota kelompok, hal itu salah satunya dikarenakan kepemilikan lahan garapan tersebut. Petani yang menyewa lahan baik dalam kategori lahan sempit, sedang atau luas tentunya akan berpikir matang untuk menerima teknologi baru. Petani akan berpikir apakah hal tersebut menimbulkan resiko yang lebih besar atau tidak karena keterbatasan waktu dalam penguasaan lahan tersebut.

5. Hubungan pengalaman usaha tani dengan motivasi berprestasi anggota kelompok terhadap fungsi kelompok.

Tabel 7. menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi sebesar -0,135 dan nilai signifikansi sebesar 0,239 lebih besar dari alpha 5 % (0,05). Hal ini dapat dikatakan bahwa lama tidaknya pengalaman usaha tani mempunyai hubungan yang tidak signifikan dengan motivasi berprestasi anggota kelompok. Petani dengan pengalaman usaha tani yang lama biasanya cenderung susah untuk menerima hal baru dalam usaha taninya karena mereka menganggap bahwa selama ini mereka telah merasakan pahit manisnya berusaha tani dan merasa lebih berpengalaman. Akan tetapi ada pula petani yang memiliki pengalaman usaha tani yang banyak namun merasa belum menemukan kepuasan dalam berusaha tani sehingga perlu mencoba hal-hal baru yang akan memberikan hasil yang lebih tinggi dari hasil usaha taninya selama ini.

(16)

Pamong desa merupakan pejabat yang juga sebagai pembina kelompok tani di wilayahnya. Kehadiran pamong desa merupakan social fasilitation bagi petani anggota kelompok. Tabel 7. menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0,217 dan nilai signifikansi sebesar 0,076 lebih besar dari alpha 5 % (0,05). Hal ini dapat dikatakan bahwa peran pamong desa mempunyai hubungan yang tidak signifikan dengan motivasi berprestasi anggota kelompok. Pamong desa di Desa Kataan pada umumnya kurang mendampingi pelaksanaan kegiatan kelompok tani. Hal ini dikarenakan pamong desa menyerahkan langsung ke setiap kelompok tani untuk melaksanakan kegiatan secara mandiri.

7. Hubungan peran petugas penyuluh lapangan dengan motivasi berprestasi anggota kelompok terhadap fungsi kelompok.

Tabel 7. menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0,206 dan nilai signifikansi sebesar 0,101 lebih besar dari alpha 5 % (0,05). Hal ini dapat dikatakan bahwa peran petugas penyuluh lapangan mempunyai hubungan yang tidak signifikan dengan motivasi berprestasi anggota kelompok. Metode penyuluhan yang digunakan PPL di Gapoktan Ngudi Makmur kurang memberikan respon yang positif kepada anggota kelompok tani. PPL kurang dapat mempengaruhi petani sebagai anggota kelompok karena selama ini metode penyuluhan yang digunakan jarang menyinggung aspek teknis dilapangan. Petani anggota membutuhkan informasi serta inovasi yang disajikan secara nyata dalam bentuk bimbingan lapangan.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

(17)

berprestasi aspek kesediaan mengorbankan biaya (tinggi), motivasi berprestasi aspek kesediaan menanggung resiko atas adopsi inovasi (tinggi) dan motivasi berprestasi aspek kesediaan mencari informasi (tinggi).

2. Faktor internal petani yang mempunyai hubungan signifikan dengan motivasi berprestasi anggota kelompok terhadap fungsi kelompok yaitu umur dan pendidikan, sedangkan jumlah tanggungan dalam keluarga, luas lahan dan pengalaman usaha tani mempunyai hubungan yang tidak signifikan dengan motivasi berprestasi anggota kelompok terhadap fungsi kelompok. Faktor eksternal petani baik peran pamong desa maupun peran petugas penyuluh lapangan mempunyai hubungan yang tidak signifikan dengan motivasi berprestasi anggota kelompok terhadap fungsi kelompok.

B. Saran

1. Bagi kelompok tani, sebaiknya tidak hanya mengedepankan pengembangan kelompok tani pada kegiatan-kegiatan dalam rangka peningkatan produksi saja, namun juga lebih meningkatkan hubungan koordinasi serta sistem komunikasi antar kelompok dan beberapa kontak tani serta instansi atau lembaga yang terlibat di dalamnya.

2. Petugas penyuluh lapangan sebaiknya memahami pengetahuan praktis usaha tani sehingga mampu menarik respon anggota kelompok untuk menerima suatu informai dan inovasi, serta menggunakan motode penyuluhan dengan strategi pelatihan yang sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian. 2007. Pedoman Pembinaan Kelompok Tani. (On-line),

http://www.deptan.go.id/bpsdm/peraturan/permentan

%202732007%20lampiran%201. diakses 21 Oktober 2015.

(18)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2013. Statistik SDM Pertanian dan Kelembagaan Petani. Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian, Jakarta. (On-line), http://pusdatin.setjen.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/Stat_ SDM%26Kelemb_Pert_2013.pdf diakses 21 Oktober 2015.

Rifki, A.N. 2011. Respon Petani terhadap Kegiatan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) di Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas. Jurnal Ilmu – ilmu Pertanian. Vol 7. No. 2, 2011: Hal 48 – 60. (On-line), http://www.unwahas.ac.id/publikasiilmiah

/index.php/Mediagro/article/download/574/695 diakses 20 Maret 2016.

Sugiyono. 2004. Statistik Nonparametris. Alfabeta, Bandung. . 2012. Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung.

(19)

LAMPIRAN

Lampiran 1.

Tabel Jumlah anggota Gapoktan Ngudi Makmur

No Nama Kelompok Tani Jumlah Anggota

1. Ngudi Makmur I 39

2. Ngudi Makmur III 30

3. Ngudi Makmur IV 19

4. Ngudi Makmur VI 26

5. Ngudi Makmur VII 34

Total Jumlah Anggota 148

Sumber : RDKK Kelompok Tani 2015. Lampiran 2.

Tabel Jumlah sampel setiap kelompok tani

No Kelompok Tani Jumlah Sampel

1. Ngudi Makmur I 12

2. Ngudi Makmur III 9

3. Ngudi Makmur IV 6

4. Ngudi Makmur VI 8

5. Ngudi Makmur VII 11

Total Jumlah Sampel 46

Sumber : Data primer diolah, 2016. Lampiran 3.

sangat rendah rendah tinggi sangat tinggi

1 2 3 4 5

3,638

(20)

Lampiran 4.

sangat rendah rendah tinggi sangat tinggi

1 2 3 4 5

3,891

Gambar Rentang skala aspek kesediaan mengorbankan biaya.

Lampiran 5.

sangat rendah rendah tinggi sangat tinggi

1 2 3 4 5 3,109

Gambar Rentang skala aspek kesediaan menanggung resiko atas adopsi inovasi.

Lampiran 6.

sangat rendah rendah tinggi sangat tinggi

1 2 3 4 5

3,065

Gambar

Gambar 2. Rentang skala motivasi berprestasi anggota kelompok terhadap fungsi kelompok.
Tabel 4. Komponen pembentuk aspek kesediaan mengorbankan biaya
Tabel 5.  Komponen pembentuk aspek kesediaan menanggung resiko atas
Tabel 6. Komponen pembentuk aspek kesediaan mencari informasi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pembuatan aplikasi simulasi TOEFL berbasis desktop ini di buat menggunakan adobe flash professionl cs6 dengan menggunakan bahasa pemmrograman Action Script 2.0

Data tersebut didapat dari sumber badan pemerintah republik Indonesia yang sudah terpublikasi yaitu data Badan Pusat Statistik dengan kategori prosesntase rumah

Sport recreation is a kind of tourism type that the visitor comes to a place. because of watching sport events. Universitas Sumatera Utara.. 5)

Area lokasi tapak proyek rencana kegiatan river diversion 1 kali dalam 1 bulan selama tahap konstruksi pada kegiatan river diversion PT PLN (Persero) UIP IX - BLH

Produktivitas kacang tanah di lahan yang memiliki sumur bor dengan tanpa olah tanah tidak berbeda nyata dengan yang menggunakan air hujan sebagai sumber pengairan, baik dengan

Dengan memasukkan kedua karaktersistik tersebut sebagai variabel kontrol dalam hubungannya antara knowledge management terhadap kinerja industri kreatif melalui tahap

Di dalam 10 petak yang masing-masing berukuran 20x40 m tercatat sebanyak 141 jenis pohon, dengan kerapatan 504 pohon/ha dan luas bidang dasar 12,35 m 2 /ha, yang tersebar pada 3

menumpuk, dan dibuang keluar menumpuk, dan dibuang keluar lokasi pekerjaan pada saat lokasi pekerjaan pada saat kondisi kering/tidak basah kondisi kering/tidak basah dengan