• Tidak ada hasil yang ditemukan

Resume Akuntansi Forensik Dan Audit Inve

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Resume Akuntansi Forensik Dan Audit Inve"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

Rangkuman

Materi Kuliah

Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif

(2)

BAB I

PENGANTAR AKUNTANSI FORENSIK

Akuntansi Forensik dahulu digunakan untuk keperluan pembagian warisan atau pengungkapan motive pembunuhan. Bermula dari penerapan akuntansi dalam persoalan hukum, maka istilah yang dipakai adalah akuntansi (dan bukan audit) forensik. Perkembangan sampai dengan saat ini pun kadar akuntansi masih kelihatan. Misalnya dalam perhitungan ganti rugi dalam pengertian sengketa maupun kerugian akibat kasus korupsi atau secara sederhana akuntansi forensik menangani fraud khususnya dalam pengertian corruption dan misappropriation of asset.

Akuntansi forensik dapat diartikan penggunaan ilmu akuntansi untuk kepentingan hukum. Artinya, akuntansi yang dapat bertahan dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan, atau dalam proses peninjauan judicial atau administratif.

Banyak orang memahami profesi dokter dalam peraturan diatas dikenal dengan sebutan dokter forensik, a u ahli lai ya ya g dala hal i i te asuk juga aku ta elu a yak dike al se uta ya se agai akuntan forensik. Akuntan forensik bertugas memberikan pendapat hukum dalam pengadilan (litigation), namun juga berperran dalam bidang hukum diluar pengadilan (non litigation) misalnya dalam membantu merumuskan alternatif penyelesaian perkara dalam sengketa, perumusan perhitungan ganti rugi dan upaya menghitung dampak pemutusan / pelanggaran kontrak.

Untuk menjadi seorang akuntan forensik harus memperhatikan hal-hal berikut:

 Memiliki pengetahuan dasar akuntansi dan audit yang kuat.

 Pengenalan perilaku manusia dan organisasi (human dan organization behaviour).

 Pengetahuan tentang asspek yang mendorong terjadinya kecurangan (incentive, pressure, attitudes, rationalization, opportunities).

 Pengetahuan tentang hukum dan peraturan (standar bukti keuangan dan bukti hukum).

 Pengetahuan tentang kriminologi dan viktimologi (profiling).

 Pemahaman terhadap pengendalian internal.

 Kemampuan berpikir seperti pencuri (think as a theft).

Perbedaaan utama akuntansi forensik maupun audit konvensional lebih terletak pada mindset (kerangka pikir. Metodologi kedua jenis akuntansi tersebut tidak jauh berbeda.

(3)

BAB 2

MENGAPA AKUNTANSI FORENSIK?

Fraud sangat merugikan berbagai pihak karena dapat menghancurkan pemerintahan maupun bisnis.

Fraud berupa korupsi lebih luas daya penghancurnya.

Pada dasarnya cakupan akuntansi forensik adalah fraud dalam arti yang luas. Association of Certified Fraud Examiners mengelompokkkan fraud dalam tiga kelompok yaitu corruption (korupsi), asset misappropriation (penjarahan aset), dan fraudulent financial statement (laporan keuangan yang dengan sengaja dibuat menyesatkan). Dalam hal ini, akuntan forensik menjadi spesialis yang lebih khusus lagi daripada akutan pada umumnya yang berspesialisasi dalam auditing. Ia menjadi fraud auditor atau fraud examiner yang memiliki spesialisasi dalam bidang fraud.

Sorotan utama mengenai fraud pada umumnya dan korupsi pada khususnya adalah pada kelemahan

corporate governance atau kelemahan di sektor korporasi, tetapi prinsip umumnya adalah kelemahan di sektor governance, baik korporasi maupun pemerintahan. Di Indonesia hal ini sangat jelas terlihat dalam perkara-perkara korupsi dari para penyelenggara negara dan dari kajian mengenai integritas yang dibuat KPK.

Salah satu dampak kelemahan governance adalah adanya fraud atau perkara korupsi yang melibatkan para penyelenggara negara. Sedangkan dampak kelemahan governance di korporasi lebih kepada pengaruh di pasar modal yaitu harga saham perusahaan akan lebih rendah dimana seharusnya mempunyai nilai yang lebih tinggi kalau mereka kalau mereka mempunyai good corporate governance

(tata kelola perusahaan yang baik).

Ada beberapa kajian global mengenai korupsi yang menilai Indonesia antara lain adalah Corruption Perceptions Index (CPI), Global Corruption Barometer (GCB), Bribe Payers Index (BPI), Political and Economic Risk Consultancy (PERC), dan Global Competitiveness Index (GCI).

Survei Integritas oleh KPK

Setiap tahun KPK melakukan survei integritas. Survei ini merupakan wewenang KPK dalam pelaksanaan tugas koordinasi dan supervisi. KPK berwenang melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap instansi yang melaksanakan pelayanan publik. Berbeda dengan indeks tentang korupsi yang dibahas sebelumnya, indeks integritas yang diterbitkan KPK tidaklah semata-mata didasarkan atas persepsi.

Tujuan survei ini adalah sebagai berikut.

1. Menelusuri akar permasalahan korupsi di sektor pelayanan publik.

2. Mengubah perspektif layanan dari orientasi lembaga penyedia layanan publik atau petugasnya (sisi penawaran) ke perspektif pelanggan (sisi permintaaan).

(4)

BAB 3

LINGKUP AKUNTANSI FORENSIK

Bologna dan Lindquist, perintis mengenai akuntansi forensik mengemukakan beberapa istilah dalam perbendaharaan akuntansi, yakni: fraud auditing, forensic accounting, investigative accounting, litigation support, dan valuation analysis. Namun, istilah tersebut tidak didefinisikan secara jelas. Mereka menambahkan bahwa dalam penggunaan sehari-hari litigation support merupakan istilah yang paling luas serta mencakup keempat istilah lainnya.

Mereka juga menambahkan bahwa akuntan tradisional masih ingin membedakan pengertian fraud auditing dan forensic accounting. Menurut kelompok akuntan ini, fraud auditing berurusan dengan pendekatan dan metodologi yang bersifat proaktif untuk meneliti fraud. Sedangkan akuntan forensic baru dipanggil ketika bukti-bukti terkumpul atau ketika kecurigaan (suspicion) naik ke permukaan melalui tuduhan (allegation), keluhan (complaint), temuan (discovery), atau tip-off dari whistleblower.

Jasa-jasa di bidang forensik antara lain:

Fraud & financial investigation

Analityc & forensic technology

Fraud risk management

FCPA reviews and investigation

Anti money laundering service

Whistleblower hotline

Litigation support

Intellectual property protection

Client training

Fraud dan Akuntansi Forensik

Akuntansi forensik pada dasarnya menangani fraud. Oleh karena itu para akuntan forensik di Amerika Serikat menamakan asosiasi mereka Association of Certified Fraud Examiners (ACFE). ACFE ini mempublikasikan penelitiannya tentang fraud , seperti konsep Fraud Tree dan Report to the Nation. Praktik di Sektor Pemerintahan

Pada sektor publik praktik akuntan forensik serupa dengan apa yang digambarkan pada sektor swasta, perbedaannya adalah tahap-tahap dalam seluruh rangkaian akuntansi forensik di antara berbagai lembaga.

Disamping itu keadaan politik dan macam-macam kondisi lain akan memepengaruhi lingkup akuntansi forensik yang diterapkan.termasuk pendekatan hukum dan non hukum.

Perbandingan antara akuntansi forensik di sektor publik dan swasta

Dimensi Sektor publik Sektor swasta

Landasan penugasan Amanat undang-undang Penugasan tertulis secara spesifik

(5)

Hukum Pidana umum dan khusus, hukum administrasi negara

Perdata, arbitrase, administratif, aturan intern perusahaan

Ukuran keberhasilan Memenangkan perkara pidana dan memulihkan kerugian

Memulihkan kerugian

Pembuktian Dapat melibatkan instansi lain di luar lembaga yang bersangkutan

Bukti intern, dengan bukti ekstern yang terbatas

Teknik audit investigatif Sangat bervariasi karena kewenangan relatif besar

Relatif lebih sedikit dibandingkan di sektor publik, kreativitas dalam pendekatan lebih menentukan

Akuntansi Tekanan pada kerugian negara dan kerugian keuangan negara

(6)

BAB 4

ATRIBUT DAN KODE ETIK AKUNTAN FORENSIK SERTA STANDAR AUDIT INVESTIGATIF

Atribut

Howard R. Davia mengatakan bahwa dalam melaksanakan investigasi terhadap fraud, auditor pemula sebaiknya:

 Menghindari pengumpulan fakta dan data yang berlebihan secara prematur.

 Mampu membuktikan niat pelaku melakukan kecurangan.

 Kreatif dan berpikir seperti pelaku kejahatan, jangan mudah ditebak dalam hal arah pemeriksaan, penyelidikan, atau investigasi yang dilakukan.

 Tahu bahwa banyak kecurangan dilakukan dengan persekongkolan.

 Dalam menyusun strategi, perlu mempertimbangkan apakah kecurangan dilakukan di dalam pembukuan atau di luar pembukuan

Dari nasihat tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.

 Dari awal upayakan menduga siapa pelaku fraud.

 Fokus pada pengambilan bukti dan barang bukti untuk pengadilan.

 Kreatif, jangan mudah ditebak.

 Investigator harus memiliki intuisi yang tajam untuk merumuskan teori mengenai persekongkolan.

 Kenali pola fraud.

Karakteristik Pemeriksa Fraud Berdasarkan Association of Certified Fraud Examine:

 Memiliki kemampuan mengumpulkan fakta-fakta dari berbagai saksi secara fair, tidak memihak, sahih dan akurat, serta pelaporan secara lengkap dan akurat.

 Mempunyai kepribadian yang menarik dan mampu memotivasi orang lain untuk membantunya.

 Ma pu e ko u ikasi dala ahasa e eka.

 Memiliki kemampuan teknis untuk mengerti konsep-konsep keuangan dan mampu untuk menarik kesimpulan.

Kualitas Akuntan Forensik menurut Robert J. Lindquist

 Kreatif;

 Rasa ingin tahu;

 Tak mudah menyerah;

 Memiliki akal sehat

 Business sense; dan

 Percaya diri. Kode Etik

Kode etik berisi nilai-nilai luhur yang amat penting bagi eksistensi profesi. Profesi bisa eksis karena ada integritas (sikap jujur walaupun tidak diketahui orang lain), rasa hormat dan kehormatan, dan nilai-nilai luhur lainnya yang menciptakan rasa percaya dari pengguna dan stakeholders lainnya.

Standar Audit Investigatif menurut K.H. Spencer Pickett dan Jennifer Pickett:

 Seluruh investigasi harus dilandasi praktik terbaik yang diakui

(7)

 Pastikan bahwa seluruh dokumentasi dalam keadaan aman, terlindungi dan diindeks, dan jejak audit tersedia.

 Pastikan bahwa para investigator mengerti hak-hak asasi pegawai dan senantiasa menghormatinya.

 Beban pembuktian ada pada yang menduga pegawainya melakukan kecurangan. dan pada penuntut umum yang mendakwa pegawai tersebut baik dalam kasus hukum administratif maupun hukum pidana

 Mencakup seluruh substansi investigasi

(8)

BAB 5

TATANAN KELEMBAGAAN

Dalam UUD 45 disebutkan tentang lembaga negara atau lembaga penyelenggara negara, baik di tingkat pusat maupun di daerah. Pada tingkat pusat terdapat beberapa kelompok kelembagaan antara lain kelompok lembaga yang mencerminkan perwakilan rakyat, presiden dan wakil presiden yang mewakili kekuasaan pemerintahan negara, dan kelompok yang mewakili kekuasaan kehakiman oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya. Ketiga kelompok tersebut adalah merupakan perwujudan konsep trias politica dalam ketatanegaraan. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tidak termasuk dalam kekuasaan tersebut karena BPK lebih dikenal dalam sistem ketatanegaraan negara-negara demokrasi.

Lembaga Pemberantasan Korupsi

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang berdiri pada tanggal 29 Desember tahun 2003 bukanlah lembaga pemberantasan korupsi yang pertama di Indonesia. KPK didirikan karena kelemahan aparat penegak hukum di bidang penyelidikan dalam menghadapi tuntutan konvensi pemberantasan korupsi PBB. Selain KPK, dalam era pemerintahan SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), dibentuk juga Tim Pemburu Koruptor dan Timtas Tipikor yang dikomandani oleh Pimpinan Kejaksaan Agung.

Tugas dan Wewenang KPK

1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tipikor.

Dalam melaksanakan tugas koordinasi, KPK berwenang untuk:

 Mengoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tipikor;

 Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tipikor;

 Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tipikor kepada instansi yang terkait;

 Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tipikor; dan

 Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tipikor..

2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tipikor.

Dalam melaksanakan tugas supervisi, KPK berwenang untuk:

 Melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap instansi yang menjalankan tugas dan wewenangnya yang berkaitan dengan pemberantasan tipikor, dan instansi yang dalam melaksanakan pelayanan publik..

 Mengambil alih penyidikan atau penuntutan terhadap pelaku tipikor yang sedang dilakukan oleh kepolisian atau kejaksaan.

3. Penyelidikan, penyelidikan, dan penuntutan terhadap tipikor.

KPK berwenang melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan atas kasus tipikor yang:

 Melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan;

 Memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk melarang seseorang bepergian ke luar negeri;

 Meminta keterangan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya tentang keadaan keuangan tersangka atau terdakwa yang sedang diperiksa;

(9)

 Memerintahkan kepada pimpinan atau atasan tersangka untuk memberhentikan sementara tersangka dari jabatannya;

 Meminta data kekayaan dan data perpajakan tersangka atau terdakwa kepada instansi yang terkait;

 Menghentikan sementara suatu transaksi keuangan, transaksi perdagangan, dan perjanjian lainnya atau pencabutan sementara perizinan, lisensi serta konsesi yang dilakukan atau dimiliki oleh tersangka atau terdakwa yang diduga berdasarkan bukti awal yang cukup ada hubungannya dengan tindak pidana korupsi yang sedang diperiksa;

 Meminta bantuan Interpol Indonesia atau instansi penegak hukum negara lain untuk melakukan pencarian, penangkapan, dan penyitaan barang bukti di luar negeri;

 Meminta bantuan kepolisian atau instansi lain yang terkait untuk melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan dalam perkara tindak pidana korupsi yang sedang ditangani.

4. Pencegahan tipikor.

Dalam melaksanakan tugas pencegahan, KPK berwenang untuk:

 melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara negara;

 menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi;

 menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jenjang pendidikan;

 merancang dan mendorong terlaksananya program sosialisasi pemberantasan tindak pidana korupsi;

 melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat umum;

 melakukan kerja sama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan tindak pidana korupsi. 5. Pemantauan penyelenggaraan pemerintahan negara.

Dalam melaksanakan tugas monitor, KPK berwenang untuk:

 melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan pemerintah;

 memberi saran kepada pimpinan lembaga negara dan pemerintah untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil pengkajian, sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi korupsi;

 melaporkan kepada Presiden Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan Badan Pemeriksa Keuangan, jika saran Komisi Pemberantasan Korupsi mengenai usulan perubahan tersebut tidak diindahkan.

Kewajiban KPK KPK berkewajiban:

 memberikan perlindungan terhadap saksi atau pelapor yang menyampaikan laporan ataupun memberikan keterangan mengenai terjadinya tindak pidana korupsi;

 memberikan informasi kepada masyarakat yang memerlukan atau memberikan bantuan untuk memperoleh data lain yang berkaitan dengan hasil penuntutan tindak pidana korupsi yang ditanganinya;

 menyusun laporan tahunan dan menyampaikannya kepada Presiden Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan Badan Pemeriksa Keuangan;

 menegakkan sumpah jabatan;

 menjalankan tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya berdasarkan asas-asas di atas. Anti Corruption Agencies

(10)

juga yang menyebutkan Biro, seperti di Singapura, atau Badan, seperti di Malaysia. Ada dua model ACA, yakni multy agency model dan single-agency model. Negara menerapkan multy agency model

memanfaatkan lembaga-lembaga penegak hukum yang sudah ada dan membangun satu lembaga khusus. Indonesia adalah contoh negara yang menerapkan multy agency model. Kebanyakan negara Eropa Barat dan Amerika Serikat juga menerapkan multy agency model.

Landskap Audit Pemerintahan

Terdapat beberapa faktor yang dapat melemahkan proses audit. Pertama, BPK menghadapi kendala-kendala sumber daya yang parah. Kedua, tidak adanya undang-undang audit negara modern yang menyebabkan banyak kerancuan dan menjadi tempat di mana organisasi-organisasi yang ingin menghindari audit bisa bersembunyi. Banyak organisasi, terutama militer, telah menolak untuk diaudit BPK. Ketiga, parlemen, Departemen Keuangan, dan departemen-departemen teknis tidak mempunyai proses yang digariskan secara jelas untuk menindaklanjuti temuan-temuan audit dan mengambil alih langkah perbaikan, dan sebagai akibatnya tidak terjadi tindak lanjut sistematis. Keempat, seperti dicatat, BPK tidak berwenang mengumumkan hasil temuannya.

BPKP memberikan layanan kepada instansi pemerintah baik Departemen/LPND maupun Pemerintah Daerah. Cakupan layanan yang diberikan oleh BPKP adalah:

 Audit atas berbagai kegiatan unit kerja di lingkungan departemen/LPND maupun pemerintah daerah.

 Policy evaluation.

 Optimalisasi penerimaan negara.

 Asistensi penerapan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah.

 Asistensi penerapan good corporate governance.

 Risk management based audit.

 Audit investigatif atas kasus berindikasi korupsi.

Terdapat tiga pendapat mengenai pembaruan landskap audit pemerintah, yakni

 Bubarkan BPKP dan sebarkan SDM-nya ke Inspektorat Jenderal dan Bawasda.

 Manfaatkan BPKP yang melakukan fungsi Inspektorat Jenderal dan Bawasda.

 BPKP sebagai think tank saja, tidak usah besar namun efektif dalam memacu Inspektorat Jenderal dan Bawasda.

Pengadilan Tipikor

Dari beberapa butir yang diajukan dalam permohonan judicial review, hanya satu yang dikabulkan oleh Mahkamah Konstitusi, yakni pembentukan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi dengan Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002. Mahkamah Konstitusi memutuskan Pengadilan Tipikor harus dibentuk dengan undang-undang tersendiri sebelum akhir Desember 2009.

(11)

BAB 6 FRAUD

Fraud dalam Perundangan Kita

Pengumpulan dan pelaporan statistik tentang kejahatan di suatu Negara dapat dilakukan sesuai dengan klasifikasi kejahatan dan pelanggaran (tindak pidana) menurut ketentuan perundang-undangan Negara tersebut. Banyak faktor yang menyebabkan masyarakat enggan melaporkan kejahatan Oleh karena itu, beberapa kajian luar negeri tentang data kejahatan di Indonesia e e i pe i gata crimes may be unreported.

Fraud dalam KUHP

Beberapa pasal dalam KUHP yang mencakup pengertian Fraud antara lain:

 Pasal 362 tentang pencurian

 Pasal 368 tentang pemerasan dan pengancaman

 Pasal 372 tentang penggelapan

 Pasal 378 tentang perbuatan curang

 Pasal 396 tentang merugikan pemberi piutang dalam keadaan pailit

Selain KUHP, terdapat ketentuan perundang-undangan lain yang mengatur perbuatan melawan hukum yang termasuk dalam kategori fraud, seperti undang-undang tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, dan berbagai undang-undang perpajakan yang mengatur tindak pidana perpajakan.

FraudTree

Occupationalfraudtree mempunyai tiga cabang utama: 1. Corruption

Menurut UU No. 31 tahun 1999, korupsi meliputi 3 tindak pidana korupsi dan bukan 4 bentuk dalam ranting-ranting: conflicts of interest, bribery, illegal gratuities, economics extortion.

 Conflicts of interest atau benturan kepentingan di antaranya bisnis plat merah atau bisnis pejabat dan keluarga serta kroni mereka yang menjadi pemasok di lembaga-lembaga pemerintah dan di dunia bisnis.

 Bribery atau penyuapan merupakan bagian yang akrab dalam kehidupan bisnis dan politik Indonesia.

 Kickbacks merupakan salah satu e tuk pe yuapa di a a si pe jual e gikhlaska se agia dari hasil penjualannya.

 Ki k a k e eda de ga i e y. Dala i e y pe e i ya tidak e go a ka suatu penerimaan.

 Bid Rigging merupakan permainan tender.

 Illegal Gratuities adalah pemberian atau hadiah yang merupakan bentuk terselubung dari penyuapan.

2. Asset Misappropriation

Adalah pengambilan aset secara ilegal atau disebut dengan mencuri. Asset misappropriation dalam bentuk penjarahan kas dilakukan dalam 3 bentuk:

(12)

Larceny, uang sudah masuk ke perusahaan dan kemudian baru dijarah.

Fraudulent disbursement, sekali uang arus sudah terekam dalam sistem atau sering disebut penggelapan uang.

Tahap-tahap sebelum Fraudulentdisbursement

Billing schemes

Payroll schemes

Expense reimbursement schemes

Check tampering

Register disbursement

False voids

3. Fraudulent Statements

Ranting pertama menggambarkan fraud dalam menyusun laporan keuangan. Fraud ini berupa salah saji. Cabang ranting ini ada 2: pertama, menyajikan aset lebih tinggi dari yang sebenarnya. Kedua, menyajikan aset lebih rendah dari sebenarnya. Kedua, menyajikan aset lebih rendah dari yang sebenarnya.

Akuntansi Forensik dan Jenis Fraud

Dari ketiga cabang fraud tree di atas, yakni Corruption, Asset Misappropriation, FraudulentStatements, akuntan forensik memusatkan perhatian pada cabang Fraudulent Statements dalam audit atas laporan keuangan. Oleh karena itu, akuntan forensik hampir tidak menyentuh fraud yang menyebabkan laporan keuangan menjadi menyesatkan, dengan dua pengecualian.

Manfaat FraudTree

FraudTree memetakan fraud dalam lingkungan kerja. Peta ini membantu akuntan forensik mengenali dan mendiagnosis fraud yang terjadi. Ada gejala-gejala penyakit fraud dalam auditing dikenal sebagai red flags

(indikasi). Dengan memahami gejala-gejala ini dan menguasai teknik-teknik audit investigatif, akuntan forensik dapat mendeteksi fraud tersebut. Akuntan forensik yang memeriksa tindak pidana korupsi perlu membuat Pohon Tindak Pidana Korupsi.

FraudTriangle

1. Pressure

Cressey menemukan bahwa non-shareable problems yang dihadapi orang yang diwawancarainya timbul dari situasi yang dapat dibagi enam kelompok, yaitu: Violation of Ascribed Obligation; Problems Resulting from Personal Failure; Business Reversals; Physical Isolation; Status Gaining; dan Employer-employee Relations.

2. Perceived Opportunity

Adanya non-shareable financial problem saja, tidaklah akan menyebabkan orang melakukan fraud. Persepsi ini, perceived opportunity, merupakan sudut kedua dari fraud triangle. Ada dua komponen persepsi tentang peluang ini yaitu general information dan technical skill atau keahlian.

3. Rationalization

(13)

Kejahatan Kerah Putih atau White Collar Crime

(14)

BAB 8 MENCEGAH FRAUD

Seperti mengangani penyakit, lebih baik mencegahnya daripada e go ati ya. Para ahli memperkirakan bahwa fraud yang terungkap merupakan bagian kecil dari seluruh fraud yang terjadi. Oleh karena itu, upaya utama seharusnya adalah pada pencegahannya. Ada ungkapan yang secara mudah ingin menjelaskan penyebab atau akar permasalahan dari fraud. Ungkapan itu adalah: fraud by need, fraud by greed, and fraud by opportunity. Kata fraud dalam ungkapan tersebut bisa diganti dengan corruption, financial crime, dan lain-lain.

Menghilangkan atau menekan need dan greed yang mengawali terjadinya fraud dilakukan sejak menerima seseorang (recruitment process), meskipun kita tahu bahwa proses itu bukan jaminan penuh. Ini terus ditanamkan melalui fraud awareness dan contoh-contoh yang diberikan pemimpin perusahaan atau lembaga. Contoh yang diberikan atasan telah terbukti merupakan unsur pencegah yang penting. Unsur

byopportunity dalam ungkapan di atas biasanya ditekan oleh pengendalian intern.

Di samping pengendalian interal, dua konsep penting lainnya dalam pencegahan fraud, yakni menanamkan kesadaran tentang adanya fraud (fraud awareness) dan upaya menilai risiko terjadinya

fraud (fraud risk assessment). Gejala Gunung Es

Meskipun belum ada penelitian mengenai besarnya fraud (termasuk korupsi) di Indonesia, sulit untuk menyebutkan suatu angka yang andal. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan di luar negeri (dengan

sampling) mengindikasikan bahwa fraud yang terungkap, sekalipun secara absolut besar, namun dibandingkan dengan seluruh fraud yang sebenarnya terjadi, relatif kecil. Inilah gejala gunung es.

Davia et al.mengelompokkan fraud dalam tiga kelompok sebagai berikut.

 Fraud yang sudah ada tuntutan hukumnya (prosecution), tanpa memperhatikan keputusan pengadilan.

 Fraud yang ditemukan, tetapi belum ada tuntutan hukum.

 Fraudyang belum ditemukan.

Davia et al. memperkirakan bahwa dari fraud universe, Kelompok I hanyalah 20%, sedangkan kelompok II dan III, masing-masing 40%. Kesimpulannya, Lebih banyak yang tidak kita ketahui daripada yang kita ketahui tentang fraud. Hal yang lebih gawat lagi, fraud ditemukan secara kebetulan.

Pengendalian Internal

Pengendalian intern atau internal control mengalami perkembangan dalam pemikiran dan praktiknya. Oleh karena itu, Davia et al. Mengingatkan kita untuk meyakinkan apa yang dimaksud dengan pengendalian intern, ketika orang menggunakannya dalam percakapan sehari-hari. Mereka mencatat sedikitnya empat definisi pengendalian intern sebagai berikut.

 Definisi 1 (sebelum September 1992) yaitu Kondisi yang diinginkan, atau merupakan hasil, dari berbagai proses yang dilaksanakan suatu entitas untuk mencegah (prevent) dan menimbulkan efek jera (deter) terhadap fraud.

(15)

kegatan usaha yang efektif dan efisien, keandalan keuangan, dan kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan lainnya yang relavan. (definisi COSO)

 Definisi 3 (AICPA 1988), yaitu untuk tujuan audit saldo laporan keuangan, struktur pengendalian intern suatu entitas terdiri atas tiga unsur: lingkungan pengendalian, sistem akuntansi, dan prosedur-prosedur pengendalian. (SAS No. 53)

 Definisi 4 (khusus untuk mencegah fraud), yaitu suatu sistem dengan proses dan prosedur yang bertujuan khusus dirancang dan silaksanakan untuk tujuan utama, kalau bukan satu-satunya tujuan, untuk mencegah dan menghalangi (dengan membuat jera) terjadi fraud

Fraud-Specific Internal Control

Perusahaan besar berkebutuhan yang berbeda dari yang kecil. Perusahaan go public berbeda dari yang tertutup. Terlepas dari perbedaan antar-perusahaan, dasar-dasar utama dari desain pengendalian intern untuk mengangani fraud banyak kesamaannya. Dasar-dasar utama inilah yang akan dibahas.

Semua pengendalian dapat digolongkan dalam pengendalian intern aktif dan pengendalian intern pasif. Kata kunci untuk pengendalian intern aktif adalah to prevent, mencegah. Kata kunci untuk pengendalian pasif adalah to deter, mencegah karena konsekuensinya terlalu besar, membuat jera.

Pengendalian Intern Aktif

Pengendalian yang membatasi, menghalangi, atau menutup akses si calon pelaku fraud.

Sarana-sarana yang digunakan antara lain: tanda tangan; tanda tangan kaunter (caountersigning); password atau PIN; pemisahan tugas; pengendalian aset secara fisik; pengendalian persediaan secara real time; pagar, gembok,tembok dan semua bangunan pengahalang fisik; pencocokan dokumen; dan formulir yang sudah dicetak nomornya.

Kelemahan Pengendalian Intern Aktif

 Kelemahan manusia merupakan musuh utama pengendalian internal aktif

 Sangat rawan invasi (ditembus) pelaku fraud

 Biayanya mahal

 Banyak unsur pengendalian intern aktif yang menghambat pelayanan Pengendalian Intern Pasif

Pengendalian yang tidak menampakkan adanya pengamanan, namun ada peredaman yang membuat pelanggar atau pelaku fraud akan jera.

Sarana-sarana yang digunakan: pengendalian yang khas untuk masalah yang dihadapi (customized control); jejak audit (audit trails); audit yang fokus (focused audits); pengintaian atas kegiatan utama (survillance of key activities); pemindahan tugas (rotation of key personel).

Kesimpulan Pengendalian Intern Pasif

 Tidak mahal.

 Tidak tergantung pada manusia, tidak people dependent.

 Tidak memengaruhi produktifitas, tidak menghambat pelayanan.

(16)

BAB 9

MENDETEKSI FRAUD

Sejak permulaan, profesi audit yang dijalankan akuntan publik menolak mengambil tanggungjawab dalam menemukan fraud. Namun dalam dasawarsa terakhir perubahan lebih banyak dalam retorika daripada substansi.

Orang awam mengharapkan suatu audit umum dapat mendeteksi segala macam fraud, baik yang melekat pada laporan keuangan maupun yang berupa pencurian asset. Namun akuntan publik berupaya memasang pagar-pagar yang membatasi tanggung jawabnya, khususnya mengenai penemuan atau pengungkapan fraud. Hal tersebut dikuatkan dalam SA seksi 110 tentang tanggungjawab dan fungsi audiror indepenen sebagai berikut.

Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Oleh karena sifat bukti audit dan karakterisitik kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan memadai, namun bukan mutlak, bahwa salah saji material terdeteksi. Auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan bahwa salah saji terdeteksi, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan, yang tidak material

terhadap laporan keuangan.”

Fraudulent Financial Reporting

Fraudulent Financial Reporting adalah kesengajaan atau kecerobohan dalam melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan, yang menyebabkan laporan keuangan menjadi menyesatkan secara material. Penyebab Fraudulent Financial Reporting yaitu keserakahan dan adanya tekanan yang dirasakan manajemen untuk menunjukkan prestasi.

Standar Audit Untuk Menemukan Fraud

Auditor dalam melaukan audit harus berdasarkan standar, apabila tidak posisi auditor menjadi lemah. Davia et al. menganjurkan adanya standar yang secara spesifik ditujukan untuk menemukan fraud yang disebut dengan fraud-specific examination.

Pemahaman minimal yang harus diketahui/disadari oleh praktisi/auditor:

 Mereka tidak bisa, karenanya tidak boleh, memberikan jaminan bahwa mereka bias menemukan fraud. Fraud dapat atau tidak dideteksi tergantung dari keahlian dan jangka waktu pelaksanaan audit. Hal ini tentu saja berpengaruh kepada fee yang dibayarkan pula.

 Seluruh pekerjaan didasarkan pada standar audit. Di Indonesia standar yang digunakan adalah SPAP atau SPKN untuk keuangan Negara.

 Jumlah fee bergantung pada luasnya upaya pemeriksaan yang ditetapkan klien.

(17)

Audit Umum Dan Pemeriksaan Fraud

Issue Audit Umum Fraud Examination

Timming Recurring

Audit dilakukan secara teratur, berkala, dan berulang kembali (recurring).

Non-recurring

Pemeriksaan fraud tidak berulang kembali, dan dilakukan setelah ada cukup indikasi. Scope General

Ada bermacam-macam teknik audit investigative untuk mengungkap fraud, antara lain:

 Penggunaan teknik-teknik audit yang dilakukan oleh internal maupun eksternal auditor dalam mengaudit laporan keuangan.

 Pemanfaatan teknik audit investigative dalam kejahatan terorganisir dan penyelundupan pajak penghasilan, yang juga dapat diterapkan terhadap data kekayaan pejabat Negara

 Penelusuran jejak-jejak uang

 Penerapan analisis dalam bidang hukum

 Penggunaan teknik audit investigative untuk mengungkap fraud pengadaan barang

 Penggunaan computer forensic

 Penggunaan teknik interogasi

 Penggunaan teknik penyamaran

(18)

BAB 10

PROFIL PERILAKU, KORBAN, DAN PERBUATAN FRAUD

Dalam upaya menemukan dan memberantas kecurangan, kita perlu mengetahui profil pelaku. Profil berbeda dengan foto yang menggambarkan fisik seseorang. Profil memberi gambaran mengenai berbagai ciri dari suatu kelompok orang, seperti : umur, jenjang pendidikan, kelompok sosial (kelas atas, menengah, bawah), bahkan kelompok etnis, dan seterusnya.

Profiling

Upaya untuk mengidentifikasi profil, dalam bahasa Inggris disebut profiling. Profiling dalam memberantas kejahatan bukanlah upaya yang baru. Dalam kriminologi Cesare Lombroso dan rekan-rekannya penganut

criminal anthropology percaya bahwa faktor keturunan merupakan penyebab tingkah laku kriminal. Profiling juga berkembang sampai kepada ciri psikologis dan psikiatris.

Profiling yang dilakukan di Indonesia menemukan bahwa penerima suap adalah pejabat, pegawai negeri sipil dan militer, di pemerintah pusat atau daerah. Profil pemberi suap adalah pengusaha.

Profiling bersifat penting dan bermanfaat, hanya kita perlu memahami makna dari profil yang dihasilkan. Di pasar uang dan pasar modal profil pelaku fraud sering kali mengagumkan. Mereka cerdas, mempunyai

track record yang luar biasa, pekerja keras, dan cenderung menjadi informal leader dengan karisma yang melampaui wewenang yang diberikan jabatan.

Profiling dalam Kejahatan Terorganisasi

Dalam masyarakat dengan beraneka ragam etnis seperti di Amerika Serikat, profiling dilakukan dari segi budaya atau kebiasaan etnis yang bersangkutan. Setelah membahas latar belakang berbagai kejahatan terorganisasi, Manning kemudian membahas beberapa ciri penjahat dari etnis Asia. Menurut Manning :

 Mereka menyepelekan dan tidak menganggap penegak hukum sebagai abdi masyarakat. Di Asia, penegak hukum diadakan untuk melindungi yang berkuasa dan partai mereka, bukan untuk melindungi masyarakat.

 Mereka menciptakan "mata uang bawah tanah" (underground currency) dengan mempertukarkan komoditas. Mereka menanamkan uang mereka dalam emas, permata, dan intan berlian. Mereka lebih suka menyimpan barang berharga di rumah atau tempat usaha, daripada menggunakan jasa perbankan.

 Mereka menyelenggarakan "perkumpulan simpan pinjam" yang sangat informal. Perkumpulan ini terdiri dari atas 10 sampai 20 orang, umumnya wanita. Dalam setiap pertemuan, terjadi tawar-menawar untuk penggunaan uang dalam periode tertentu. Pemenangnya adalah penawar tertinggi, yakni penawar yang menjanjikan yield atau return on investment yang paling besar.

 Kebanyakan orang Asia yakin bahwa setiap pejabat mempunyai harga, setiap pejabat dapat dibeli. Suap sangat biasa di Asia. Merupakan way of life yang mereka anggap sekedar pajak tambahan.

Peringatan dari Manning ini mengingatkan penulis pada beberapa kebijakan KPK yang merupakan kewajiban bagi pimpinan KPK, yakni:

 Memberitahukan kepada Pimpinan lain mengenai pertemuan dengan pihak lain.

 Menolak dibayari makan, biaya akomodasi dan bentuk kesenangan lain oleh siapapun.

 Membatasi pertemuan di ruang publik

(19)

Penulis-penulis Barat mengamati ciri-ciri unik bangsa Asia tertentu yang merupakan cerminan kelemahan

good corporate governance bisnis di Asia.

Semacam Profiling Contoh Perpajakan di Zaman Penjajahan Belanda

Di zaman Hindia Belanda, penjajah membuat semacam profil dari pembukuan pedagang Tionghoa, India, Arab, dan Jepang. Para pelepas uang, dan kemudian para banker, juga membuat profil dari pedagang-pedagang Tionghoa dari berbagai etnis. Profil ini menjelaskan bidang spesialisasi perdagangan dan industri masing-masing etnis; gejala adanya overcrowding karena kelompok etnis cenderung meniru bidang usaha sesama mereka; kondisi gagal bayar; ciri-ciri khas dalam berdagang dan pemanfaatan serta penyelesaian pinjaman.

Profil Korban Fraud

Profiling umumnya dilakukan terhadap pelaku kejahatan tetapi dapat juga dapat dilakukan untuk korban kejahatan. Tujuannya berbeda. Kalau profiling terhadap pelaku kejahatan dimaksudkan untuk memudahkan menangkap pelaku, maka profiling terhadap korban kejahatan dimaksudkan untuk memudahkan target penyebaran informasi. Ini adalah bagian dari disiplin ilmu yang disebut viktimologi.

Surat-surat kabar sering memberitakan orang yang "mudah" menjadi korban kejahatan tertentu, seperti

ponzi scheme yang disebut juga pyramid scheme.

Profiling Terhadap Perbuatan (Kejahatan, Fraud, dan Lain-lain)

(20)

BAB 11

TUJUAN AUDIT INVESTIGASI

Tujuan dari dilakukannya Audit Investigatif antara lain untuk:

 Memberhentikan manajemen

 Memeriksa mengumpulkan dan menilai cukupnya dan relevannya bukti.

 Melindungi reputasi dari karyawan yang tidak bersalah

 Menemukan dan mengamankan dokumen yang relevan untuk investigasi.

 Menemukan asset yang digelapkan dan mengupayakan pemulihan dari kerugian yang terjadi

 Memastikan bahwa semua orang, terutama mereka yang diduga menjadi pelaku kejahatan, mengerti kerangka acuan dari investigasi tersebut, harapannya adalah bahwa mereka bersikap kooperatif dalam investigasi itu.

 Memastikan bahwa pelaku kejahatan tidak bias lolos dari perbuatannya.

 Menyapu bersih semua karyawan pelaku kejahatan

 Memastikan bahwa perusahaan tidak lagi menjadi sasaran penjarahan.

 Menentukan bagaimana investigasi akan dilanjutkan.

 Melaksanakan investigasi sesuai standar, sesuai dengan peraturan perusahaan, sesuai dengan buku pedoman

 Menyediakan laporan kemajuan secara tertatur untuk membantu pengambilan keputusan mengenai investigasi di tahap berikutnya.

 Memastikan pelakunya tidak melarikan diri atau menghilang sebelum tindak lanjut yang tepat dapat diambil.

 Mengumpulkan cukup bukti yang dapat diterima pengadilan, dengan sumber daya dan terhentinya kegiatan perusahaan seminimal mungkin.

 Memperoleh gambaran yang wajar tentang kecurangan yang terjadi dan membuat keputusan yang tepat mengenai tindakan yang harus diambil

 Mendalami tuduhan untuk menanggapinya secara tepat.

 Memastikan bahwa hubungan dan suasana kerja tetap baik

 Melindungi nama baik perusahaan atau lembaga

 Mengikuti seluruh kewajiban hokum dan mematuhi semua ketentuan due diligence dan diklaim kepada pihak ketiga

 Melaksanakan investigasi dalam koridor kode etik

 Menemukan siapa pelaku dan mengumpulkan bukti mengenai niatnya.

 Mengumpulkan bukti yang cukup untuk menindak pelaku dalam perbuatan yang tidak terpuji.

 Mengidentifikasi praktek manajemen yang tidak dapat dipertanggungjawabkan atau perilaku yang melalaikan tanggung jawab.

 Mempertahankan kerahasiaan dan memastikan bahwa perusahaan atau lembaga ini tidak terperangkap dalam ancaman tuntutan pencemaran nama baik

 Mengidentifikasi saksi yang melihat atau mengetahui terjadinya kecurangan dan memastikan bahwa mereka memberikan bukti yang mendukung tuduhan atas dakwaan terhadap si pelaku.

(21)

BAB 12

INVESTIGASI DAN AUDIT INVESTIGATIF

Aksioma dalam Investigasi

Ada tiga Aksioma dalam pemeriksaan fraud, antara lain:

 Fraud selalu tersembunyi

 Fraud yang dilakukan secara timbal balik

 Fraud terjadi semata-mata merupakan kewenangan pengadilan untuk memutuskannya. Pemeriksaan dalam Hukum Acara Pidana

Undang-undang Hukum Acara Pidana (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981) mengatur tahapan hokum acara pidana sebagai berikut:

 Penyelidikan

Penyelidikan adalah serangkaian kegiatan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu perbuatan yang diduga merupakan tindak pidana guna menentukan dapat/tidaknya penyidikan dilakukan.

 Penyidikan

Penyidikan adalah serangkaian kegiatan penyidik untuk mencari dan mengumpulkan bukti, dan dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi untuk menemukan tersangkanya.

 Penuntutan

Penuntutan adalah tindaan penuntut umum yang melimpahkan perkara ke Pengandilan Negeri yang berwenang, sesuai dengan cara yang diatur dalam hukum acara pidana, dengan permintaan agar diperiksa dan diputus oleh Hakim di sidang pengadilan.

 Pemeriksaan di sidang pengadilan

Pemeriksaan di sidang pengadilan mempunyai satu tujuan yaitu mencari alat bukti yang membentuk keyakinan hakim tentang bersalah atau tidaknya terdakwa.

 Putusan Pengadilan

Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah.

 Upaya hukum

Upaya hokum adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima putusan pengadilan yang berupa perlawanan atau banding atau kasasi, atau hak terpidana untuk mengajukan

permohonan peninjauan kembali, atau hak Jaksa Agung untuk mengajukan kasasi demi kepentingan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang.

 Pelaksanaan putusan pengadilan

(22)

BAB 13

AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT

Teknik Audit Investigasi

 Memeriksa Fisik

Pengamatan fisik dari alat bukti atau petunjuk fraud menolong investigator untuk menemukan kemungkinan korupsi yang telah dilakukan.

 Meminta informasi dan konfirmasi

Meminta informasi dari auditee dalam audit investigatif harus disertai dengan informasi dari sumber lain agar dapat meminimalkan peluang auditee untuk berbohong. Meminta konfirmasi adalah meminta pihak lain (selain auditee) untuk menegaskan kebenaran atau ketidakbenaran suatu informasi. Meminta konfirmasi dapat diterapkan untuk berbagai informasi, baik keuangan maupun nonkeuangan. Harus diperhatikan apakah pihak ketiga yang dimintai konfirmasi punya kepentingan dalam audit investigatif. Jika ada, konfirmasi harus diperkuat dengan konfirmasi kepada pihak ketiga lainnya.

 Memeriksa dokumen

Tidak ada audit investigatif tanpa pemeriksaan dokumen. Definisi dokumen menjadi lebih luas akibat kemajuan teknologi, meliputi informasi yang diolah, disimpan, dan dipindahkan secara elektronis. Karena itu, teknik memeriksa dokumen mencakup komputer forensik.

 Review Analitikal

Dalam review analitikal, yang penting adalah: kuasai gambaran besarnya dulu (think analytical first!). Review analitikal adalah suatu bentuk penalaran yang membawa auditor pada gambaran mengenai wajar atau pantasnya suatu data individual disimpulkan dari gambaran yang diperoleh secara global. Kesimpulan wajar atau tidak diperoleh dari perbandingan terhadap benchmark. Kesenjangan antara apa yang dihadapi denganbenchmark: apakah ada kesalahan (error), fraud, atau salah merumuskan patokan. Kenali pola hubungan (relationship pattern) data keuangan yang satu dengan data keuangan yang lain atau data non-keuangan yang satu dengan data non-keuangan yang lain.

 Menghitung Kembali (Reperform)

Reperform dalam audit investigatif harus disupervisi oleh auditor yang berpengalaman karena perhitungan yang dihadapi dalam audit investigatif umumnya sangat kompleks, didasarkan atas kontrak yang sangat rumit, dan kemungkinan terjadi perubahan dan renegosiasi berkali-kali.

 Net Worth Method

Membuktikan adanya penghasilan yang tidak sah dan melawan hukum. Pemerikasan dapat dihubungkan dengan besarnya pajak yang dilaporkan dan dibayar setiap tahunnya. Laporan harta kekayaan pejabat merupakan dasar dari penyelidikan. Pembalikan beban pembukitian kepada yang bersangkutan.

 Follow The Money

(23)

akan berhenti di satu atau beberapa tempat penghentian terakhir. Tempat inilah yang memberikan petunjuk kuat mengenai pelaku fraud.

Kunci Keberhasilan Investigasi Dengan Teknik Audit

 Mengerti dengan baik persoalan yang akan dipecahkan, apa yang akan diinvestigasi.

 Kuasai dengan baik tehnik-tehnik investigasi

 Cermat dalam menerapkan tehnik yang dipilih

(24)

BAB 14

Audit Investigatif Dengan Teknik Perpajakan

Terdapat dua teknik audit investigatif yang secara luas dipraktikkan oleh IRS (Internal Revenue Services) di Amerika Serikat. Kedua teknik audit investigatif ini adalah net worth method dan expenditure method. Kedua teknik ini digunakan untuk menentukan penghasilan kena pajak (PKP) yang belum dilaporkan oleh wajib pajak dalam SPT-nya. Kedua teknik tersebut menggunakan logika pembukuan atau akuntansi yang sederhana

Net Worth Method

Net worth method untuk audit investigatif pajak digunakan untuk membuktikan adanya PKP yang belum dilaporkan oleh WP. Untuk organized crime yang ingin dibuktikan adalah terdapatnya penghasilan yang tidak sah, melawan hukum, atau illegal income. Beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam net worth method, antara lain yaitu:

 Rekaman

Makin banyak transaksi terekam, makin ampuh pula net worth method.

 Penyimpanan uang tunai

Istilah sehari – hari adalah simpan di bawah bantal, atau cash hoarding.

 Ta aha pe ghasila

Penjelasan yang diberikan oleh pelaku untuk unreported taxable income atau illegal income, mulai dari warisan, pinjaman, hadiah, atau gratifikasi, dan lain – lain.

 Pembalikan beban pembuktian

Sebenarnya net worth method membalikkan kewajiban membuktikan dari pemerintah kepada yang bersangkutan.

 Catatan pembukaan

Yang sering kali menjadi tantangan bagi penyidik adalah tidak adanya catatan pembukuan.

 Penyidik kurang sabar

Dalam menghadapi pelaku yang tangguh dalam tindak pidana perpajakan, penyidik mungkin menyerah ketika pelaku e sedia e aya de ga epat te ua si pe yidik .

 Pembuktian tidak langsung

Berulang kali dijelaskan di atas bahwa net worth method adalah metode pembuktian tidak langsung dan membalikkan beban pembuktian kepada pelaku.

 Kejahatan lain

Sering kali dalam menerapkan net worth method untuk tujuan perpajakan, penyidik dapat mengungkapkan kejahatan lain, jadi bukan tindakan pidana perpajakan.

Expenditure Method

Expenditure method merupakan derivasi atau turunan dari net worth method yang digunakan IRS sejak tahun 1940-an. Expenditure method harus digunakan untuk kasus perpajakan seperti berikut:

 WP tidak menyelenggarakan pembukuan atau catatan.

(25)

 WP menyelenggarakan pembukuan tetapi tidak memadai.

 WP menyembunyikan pembukuannya.

 WP tidak mempunyai aset yang terlihat atau diidentifikasi.

Expenditure method harus digunakan untuk kasus organized crime seperti berikut:

 Tersangka kelihatannya tidak membeli aset ( rumah, tanah, saham, perhiasan).

 Tersangka mempunyai gaya hidup mewah, dan agaknya di luar kemampuannya.

 Tersangka diduga mengepalai jaringan kejahatan.

(26)

BAB 15 FOLLOW THE MONEY

Follow the moneyse a a ha afiah e a ti e gikuti jejak-jejak yang ditinggalkan dalam suatu arus uang atau a us da a . Jejak-jejak ini akan membawa penyidik atau akuntan forensik ke arah pelaku fraud. Pertama kita akan melihat naluri penjahat. Tanpa disadari, nalurinya ini akan meninggalkan jejak-jejak berupa gambaran mengenai arus uang. Jejak-jejak uang atau money trails inilah yang dipetakan oleh penyidik. Ketentuan perundang-undangan mengenai tindak pidana pencucian uang mengingatkan kita bahwa bukan kejahatan utamanya saja yang merupakan tindak pidana, tetapi juga pencucian uangnya adalah tindak pidana. Teknologi informasi merupakan faktor yang sangat menentukan dalam teknik follow the money.

Uang sangat cair (likuid), mudah mengalir. Itulah sebabnya follow the money mempunyai banyak peluang untuk digunakan dalam investigasi. Namun, mata uang kejahatan atau currency of crime bukanlah uang semata-mata. Mengetahui currency of crime akan membuka peluang baru untuk menerapkan teknik

follow the money.

Kriminalisasi dari Pencucian Uang

Pola pe ilaku kejahata de ga e jauhka ua g da i pelaku da pe uata ya dilakuka elalui a a

Placement: upaya menempatkan uang tunai hasil kejahatan ke dalam system keuangan atau upaya menempatkan kembali dana yan sudah berada dalam system keuangan ke dalam system keuangan.

Layering: upaya mentransfer harta kekayaan hasil kejahatan yang telah berhasil masuk dalam system keuangan melalui tahap placement.

Integration: upaya menggunakan kekayaan yang berasal dari tindak pidana yang telah berhasil masuk dalam system keuangan melalui placement dan layering, seolah-olah merupakan kekayaan halal Tindak perbuatan ini dengan tegas diperlakukan sebagai tindak pidana sebagaimana diatur dalam UU No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah dengan UU No. 25 Tahun 2003. UU tentang pencucian uang mendorong teknik investigasi follow the money. Namun, sebelum keluarnya UU ini pun, para penyidik telah menggunakan teknik tersebut. Kalau naluri penjahat mengarah kepada penyembunyian kejahatan, naluri penyidik tertuju kepada pengungkapan kejahatan.

Terorisme dan Pencucian Uang

Pengeboman di Hotel JW Marriott dan The Ritz-Carlton di Jakarta pada tanggal 17 Juli 2009 dapat berlangsung karena ada dukungan dana yang cukup memadai. Polisi menduga, beberapa orang dalam kelompok tersebut menjadi semacam penghubung antara jaringan dan sumber dana, yang berada di dalam maupun di luar negeri. Hal tersebut menunjukkan adanya hubungan antara terorisme sebagai kejahatan utama atau tindak pidana asal (predicate crime) dengan pencucian uang.

Pencucian uang yang lebih sulit ditelusuri atau dilacak adalah dengan menghindari transaksi perbankan yang berkewajiban melaporkan transaksi yang mencurigakan kepada otoritas (di Indonesia PPATK). Salah satu cara pemindahan dana dikenal dengan nama hawala.

Kewajiban Melapor bagi Penyelenggara Negara

(27)

istri dan anak yang masih menjadi tanggungan, baik berupa harta bergerak, harta tidak bergerak, maupun hak-hak lainnya yang dapat dinilai dengan uang yang diperoleh penyelenggara negara sebelum, selama dan setelah memangku jabatannya. Ha ta kekayaa pe yele gga a ega a dilapo ka dala Lapo a Ha ta Kekayaa Pe yele gga a Nega a disi gkat LHKPN . LHKPN adalah dafta selu uh Ha ta Kekayaa Penyelenggara Negara, yang dituangkan dalam formulir yang ditetapkan oleh KPK.

Follow The Money dan Data Mining

Teknik investigasi ini sebenarnya sangat sederhana. Kesulitannya adalah datanya yang sangat banyak dalam hitungan terabytes. Kita tidak bisa mulai dengan pelakunya, yang ingin kita lihat justru adanya pola-pola arus dana yang menuju ke suatu tempat (yang memberi indikasi tentang pelaku atau otak kejahatan).

Mata Uang Kejahatan

(28)

BAB 16

AUDIT INVESTIGASI DENGAN MENGANALISIS UNSUR PERBUATAN MELAWAN HUKUM

Akuntan forensik bekerja sama dengan praktisi hukum dalam menyelesaikan masalah hukum, oleh karenanya akuntan forensik perlu memahami hukum pembuktian sesuai masalah-masalah hukum yang dihadapi, dalam bab ini khususnya tindak pidana khusus yaitu korupsi. Dalam hal terkait korupsi biasanya tindakan melawan hukum diantaranya terdiri dari kegiatan memperkaya diri, penyalahgunaan wewenang, suap menyuap, gratifikasi, penggelapan dan pembiaran penggelapan, pengrusakkan bukti dan memalsukannya, pemerasan, penggunaan tanah negara oleh pegawai negeri, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya tersaji pada tabel 1, terkait 30 Jenis tindak pidana korupsi menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.

1. Pasal 2: Memperkaya diri

Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara taau perekonomian negara. 2. Pasal 3: Penyalahgunaan wewenang

Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau saranayang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara

3. Pasal 5, ayat (1), a: Menyuap pegawai negeri

Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya

4. Pasal 5, ayat (1), b: Menyuap pegawai negeri

Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau berhubungan dengan yang bertentangan dengan jabatannya, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya

5. Pasal 13: Memberi hadiah kepada pegawai negeri

Setiap orang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukantersebut.

6. Pasal 5, ayat (2): Pegawai negeri terima suap

Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian atau janji 7. Pasal 12, a: Pegawai negeri terima suap

Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakan atau melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya.

8. Pasal 12, b: Pegawai negeri terima suap

Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah, padahal diketahui hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya.

9. Pasal 11: Pegawai negeri terima hadiah

(29)

10. Pasal 6, ayat (1), a: Menyuap hakim

memberi atau menanjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili.

11. Pasal 6, ayat (1), b: Menyuap advokat

memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi advocat untuk menghadiri sidang pengadilan dengan maksud untuk mempengaruhi nasehat atau pendengar yang akan diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili.

12. Pasal 6, ayat (2): Hakim dan advokat terima suap

bagi hakim yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksu pada ayat (1) huruf a atau advocad yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksu pada ayat (1) huruf b.

13. Pasal 12, c: Hakim terima suap

Hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili. 14. Pasal 12, d: Advokat terima suap

Advokat untuk menghadiri sidang, menerima hadiah atau janji. Padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan. 15. Pasal 8: Pegawai negeri menggelapkan uang/membiarkan penggelapan

Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut. 16. Pasal 9: Pegawai negeri I memalsukan buku

Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja memalsukan buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi.

17. Pasal 10, a: Pegawai negeri I merusakkan bukti

Menggelapkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan di muka pejabat yang berwenang, yang dikuasai jabatannya.

18. Pasal 10, b: Pegawai negeri membiarkan orang lain merusakkan bukti

Membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut.

19. Pasal 10, c: Pegawai negeri membantu orang lain merusakkan bukti

Membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut.

20. Pasal 12, e: Pegawai negeri memeras

Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.

21. Pasal 12, f: Pegawai negeri memeras

(30)

22. Pasal 12, g: Pegawai negeri memeras

Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas meminta, menerima, memotong pembayaran kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah pegawai negeri atau penyelenggaranegara yang lain atau kas umum tersebut mempunyai utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang. 23. Pasal 7, ayat (1), a: Pemborong berbuat curang

Pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau penjual bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang, atau keselamatan negara dalam keadaan perang.

24. Pasal 7, ayat (1), b: Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang

Setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau peneyerahan bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang.

25. Pasal 7, ayat (1), c: Rekanan TNI/Polri berbuat curang

Setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keselamatan dalam keadaan perang.

26. Pasal 7, ayat (1), d: Pengawas rekanan TNI/Polri berbuat curang

Setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan sengaja membiarkan perbuatan curang.

27. Pasal 7, ayat (2): Perima barang TNI/Polri membiarkan perbuatan curang

Bagi orang yang menerima penyerahan bahan bangunan atau orang yang menerima penyerahan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dan membiarkan perbuatan curang.

28. Pasal 12, h: Pegawai negeri menggunakan tanah negara

Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, telah menggunakan tanah negara yang diatasnya terdapat hak pakai, seolah-olah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, telah merugikan orang yang berhak, paahal diketahuinya bahwa perbuatan tersebut bertentangann dengan peraturan perundang-undangan.

29. Pasal 12, i: Pegawai negeri turut serta dalam pengadaan yang diurusnya

Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud baik langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan, yang pada saat dilakukan perbuatan, u ntuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.

30. Pasal 12B jo.12C: Pegawai negeri menerima gratifikasi dan tidak melapor ke KPK

Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya

Selain ke-30 tindak pidana tersebut juga terdapat tindak pidana lain yang terkait tidak pidana korupsi. Tindak pidana tersebut menurut Undang-Undang Tipikor sebagai berikut.

 Mencegah, merintangi, atau menggagalkan secara langsung atau tidak langsung penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tersangka, terdakwa, atau saksi dalam perkara korupsi.

 Tidak memberikan keterangan atau memberikan keterangan palsu

(31)

menggunakan paksaan untuk memeraspengakuan atau mendapat keterangan), Pasal 429 (pejabat melampaui kekuasaan ... memaksa masuk ke dalam rumah atau ruangan atau pekarangan tertutup ... atau berada disitu melawan hukum) atau Pasal 430 (pejabat melampaui kekuasaan menyuruh memperlihatkan kepadanya atau merampas surat, kartu pos, barang atau paket ... atau kabar lewat kawat).

Konsep dalam KUHP dan KUHAP

 Alat bukti yang sah

Pengertian alat bukti yang sah, salah satunya menurut penjelasan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, yaitu bisa berupa informasi yang diucapkan, dikirim, diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu tetapi tidak terbatas pada data penghubung elektronik, surat elektronik, telegram, teleks dan faksmile, dan dari dokumen, yakni setiap rekaman data atau informasi yang dapat dilihat, dibaca atau dikirim, dan atau didengar yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas kertas atau benda fisik apapun selain kertas, maupun yang terekam secara elektronik, yang berupa tulisan/suara, gambar, peta, rancangan, foto, huruf, tanda, angka, atau perforasi yang memilii makna.

 Pembalikan beban pembuktian

Pembalikan beban pembuktian adalah peletakan beban pembuktian yang tidak lagi pada diri Penuntut Umum, tetapi kepada terdakwa. Hal ini diberlakukan pada tindak pidana terkait gratifikasi dan tuntutan perampasan harta benda terdakwa yang diduga berasal dari salah satu tindak pidana.

 Gugatan perdata atas harta yang disembunyikan

Gugatan perdata dapat dilakukan setelah adanya kekuatan hukum tetap oleh pengadilan. Gugatan dilakukan terhadap terpidana atau ahli warisnya apabila masih terdapat harta hasil rampasan atau korupsi.

 Perampasan harta benda yang disita

Dalam hal terdakwa meninggal dunia sebelum putusan dijatuhkan dan terdapat bukti yang cukup kuat bahwa yang bersangkutan telah melakukan tindak pidana korupsi maka hakim atas tuntutan penuntut umum menetapkan perampasan barang-barang yang telah disita.

 Pemidanaan secara in absentia

Karena seringnya koruptor yang melarikan diri dan tiak hadir selama persidangan, sehingga dalam proses hukumnya diberlakukan secara in absentia, yaitu proses mengadili seorang terdakwa tanpa dihadiri oleh terdakwa sendiri sejak mulai pemeriksaan sampai dijatuhkannya hukuman oleh pengadilan.

 Memperkaya vs menguntungkan

Istilah tersebut dalam proses hukum berbeda. Memperkaya bermakna adanya tambahan kekayaan sedangkan me gu tu gka e ak a keu tu ga ate iil da i ate iil. Pe uktia e pe kaya le ih sulit da ipada e gu tu gka .

 Pidana mati

Pidana mati merupakan sebuah proses eksekusi mati terhadap terdakwa yangdidasari atas putusan pengadilan. Pidana mati terkait koruptor salah satunya diatur pada pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, yaitu dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikatakan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.

(32)

Maknanya tertuang dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP, intinya bahwa suatu perbuatan tidak dapat dipidana kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan-ketentuan perundang-undangan pidana yang telah ada.

Concursus idealis dan concursus realis

Concursus idealis (eendaadsche samenloop) yaitu suatu perbuatan yang masuk ke dalam lebih dari satu aturan pidana. Disebut juga sebagai gabungan berupa satu perbuatan yakni suatu perbuatan meliputi lebih dari satu pasal ketentuan hukum pidana. Sistem pemberian pidana yang dipakai dalam concursus idealis adalah sistem absorbsi, yaitu hanya dikenakan pidana pokok yang terberat. Concursus idealis diatur dalam Pasal 63 KUHP. Dalam KUHP bab II Pasal 63 tentang perbarengan peraturan.

Concursus realis

Concursus realis (meerdaadse samenloop) terjadi apabila seseorang melakukan beberapa perbuatan, dan masing-masing perbuatan itu berdiri sendiri sebagai suatu tindak pidana (tidak perlu sejenis dan tidak perlu berhubungan). Concursus realis diatur dalam Pasal 65-71 KUHP.

 Perbuatan berlanjut

Perbuatan berlanjut terjadi jika beberapa perbuatan, meskipun masing-masing merupakan kejahatan atau pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut, sehingga diterapkan ancaman pidana pokok paling berat.

 Lepas s Be as da i tu tuta huku

(33)

BAB 17

INVESTIGASI PENGADAAN

Pengadaan merupakan salah satu sumber korupsi terbesar dalam sektor keuangan publik. Setiap tahun, BPK dan BPKP melaporkan kasus pengadaan yang mengandung unsur tindak pidana korupsi. Tidak banyak yang masuk ke persidangan pengadilan, hanya 30 % yang diselesaikan.

Pengadaan Publik- Sumber Utama Kebocoran Negara

Secara luas, sistem pengadaan publik Indonesia diyakini merupakan sumber utama bagi kebocoran anggaran yang memungkinkan korupsi dan kolusi yang memberikan sumbangan besar terhadap kemerosotan pelayanan jasa bagi rakyat miskin Indonesia. Namun, suatu sistem pengadaan efektif harus dipusatkan pada upaya untuk memastikan bahwa dana publik dibelanjakan dengan baik guna meningkatkan efektivitas pembangunan. Apabila suatu sistem pengadaan berfungsi baik, dipastikan pembelian barang akan bersaing dan efektif. Supaya berfungsi efektif, suatu rezim pengadaan perlu mencakup ciri-ciri :

 Kerangka hukum yang jelas, komprehensif, dan transparan diantara lain mewajibkan pemasangan iklan yang luas tentang kesempatan-kesempatan penawaran, pengungkapan sebelumnya tentang semua kriteria untuk mendapatkan kontrak, pemberian kontrak yang didasarkan atas kriteria yang objektif bagi penawar yang dinilai paling rendah, pemaparan publik bagi penawaran-penawaran itu, akses terhadap mekanisme peninjauan untuk keluhan penawar, pengungkapan publik dari hasil-hasil proses pengadaan dan pemeliharaan catatan lengkap tentang seluruh proses tersebut.

 Kejelasan tentang tanggung jawab dan akuntabilitas fungsional, termasuk penunjukan tanggung jawab yang jelas atas pengelolaan proses pengadaan, memastikan bahwa aturan-aturan yang ditaati dan mengenakan sanksi-sanksi jika aturan-aturan itu dilanggar.

 Suatu organisasi yang bertanggung jawab untuk kebijakan pengadaan dan pengawasan penerapan tepat dari kebijakan tersebut. Secara ideal,badan ini jangan bertanggung jawab pula untuk mengelola proses pengadaan. Badan tersebut harus memiliki wewenang dan independensi untuk bertindak tanpa takut atau pilih kasih dalam menjalankan tanggung jawabnya.

 Suatu mekanisme penegakan. Tanpa penegakan, kejelasan aturan, dan fungsi tidak ada artinya. Badan audit pemerintah harus dilatih untuk mengaudit pengadaan publik dan memulai tindakan terhadap mereka yang melanggar aturan-aturan. Pemerintah perlu menetapkan mekanisme-mekanisme yang memiliki kepercayaan penuh dari para pegawai.

 Staf pengadaan yang terlatih baik, kunci untuk memastikan sistem pengadaan yang sehat.

Faktor Penyebab Kerangka Akuntabilitas Untuk Pengadaan Gagal

Kerangka akuntanbilitas untuk pengadaan public di Indonesia cacat dalam beberapa hal :

 Kerangka hukum cacat

Gambar

Tabel 1

Referensi

Dokumen terkait

• Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan. kekuasaannya

Hasil audit investigasi dapat dianggap dan digunakan sebagai bukti awal untuk menunjang suatu pembuatan BAP oleh kepolisian atau kejaksaan atau bukti pendahuluan bagi Komisi

Dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara berbuat atau tidak berbuat dalam jabatannya Karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan

(16) Pegawai negeri atau penyelenggara Negara yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan

Benturan kepentingan dalam pengadaan barang/jasa pemerintah adalah situasi di mana seorang pegawai negeri atau penyelenggara negara, baik langsung maupun tidak langsung,

• Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain se- cara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya

Perkara TPK setiap orang yang secara bersama-sama memberi atau menjanjikan sesuatu kepada penyelenggara negara dengan maksud supaya penyelenggara negara tersebut

 Negara menerima tanggung jawabnya untuk menghindari turut mencampuri secara langsung maupun tidak langsung dalam penikmatan hak asasi anak  Negara menerima