• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menakar Usaha Mahasiswa Dalam Mata Kulia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Menakar Usaha Mahasiswa Dalam Mata Kulia"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Menakar Usaha Mahasiswa Dalam Mata Kuliah Proyek Pengembangan Perangkat Lunak

Indra Kharisma, “Menakar Usaha Mahasiswa Dalam Mata Kuliah Proyek Pengembangan Perangkat Lunak”, Proceedings of Seminar Nasional Ilmu Komputer Universitas Diponegoro. Semarang , 15 September 2012.

Menakar Usaha Mahasiswa Dalam Mata Kuliah

Proyek Pengembangan Perangkat Lunak

Indra Kharisma

Program Studi Sistem Informasi Universitas Airlangga

Kampus C Mulyorejo, Surabaya – 60115, Indonesia indra.kharisma@fst.unair.ac.id

Abstract— Tujuan dari makalah ini adalah memberikan

alternatif bagi pendidik untuk menilai hasil kerja mahasiswanya pada mata kuliah proyek pengembangan perangkat lunak atau yang sejenis. Selama ini kebanyakan penilaian pada proyek Pengembangan perangkat lunak hanya berdasarkan pada artifak yang dihasilkan (misalnya use case, rancangan basis data, produk perangkat lunak) tanpa memperhitungkan proses yang dilakukan.

Dengan mengadopsi metodologi agile dalam pengembangan perangkat lunak yang mewajibkan mahasiswa melakukan stand ups yaitu menceritakan apa yang telah ia kerjakan, apa yang hendak ia kerjakan dan hambatan yang ia hadapi. Selain itu mahasiswa mengunakan version control untuk sarana mendistribusikan serta melacak perubahan terhadap hasil kerja, selain itu bisa juga digunakan untuk melihat keaktifan mahasiswa mengerjakan proyek perangkat lunak.

Proses yang dilakukan oleh mahasiswa dalam pengembangan perangkat lunak dapat dilacak serta dapat digunakan sebagai acuan untuk elemen penilaian. Dengan mengetahui detail proses yang dilakukan mahasiswa dapat dipetakan beban kerja tiap anggota kelompok serta efektifitas kerja dalam kelompok tersebut.

Keywords— Proyek Pengembangan Perangkat Lunak, Agile methodology, Stand Ups, Version Control

I. PENDAHULUAN

Mata kuliah proyek pembuatan perangkat lunak menuntut mahasiswa mampu membuat sistem informasi secara berkelompok mengunakan prinsip software development life cycle (SDLC), mahasiswa dituntut untuk bisa mengelola pembagian tugas masing-masing anggota kelompoknya sehingga menghasilkan produk perangkat lunak yang siap dipakai [1]. Mata kuliah proyek pembuatan perangkat lunak pada tiap jurusan/program studi terkadang memilik nama-nama yang berbeda, misalnya disebut mata kuliah proyek sistem informasi, pengembangan

perangkat lunak, pengembangan sistem informasi atau mata kuliah sejenis.

Permasalahan yang muncul adalah bagaimana menakar usaha tiap anggota kelompok tersebut dalam menjalankan tugasnya, selama ini penilaian kelompok cenderung menyama-ratakan nilai untuk semua anggota kelompok berdasarkan hasil akhir kelompok, pengunaan metode ini berdampak pada kurang meratanya beban kerja yang dilakukan oleh anggota kelompok dan memungkinkan beban kerja kelompok hanya didominasi oleh beberapa mahasiswa saja dalam kelompok tersebut. Selain itu terkadang dosen pembina mempunyai persepsi bahwa mahasiswa tertentu mempunyai kontribusi yang besar dalam kelompok berdasarkan penampilan presentasi atau sesi sejenis yang diadakan pada saat perkuliahan, padahal belum tentu persepsi dosen pembina tersebut sesuai dengan fakta dilapangan, karena memang proses pembuatan perangkat lunak tidak bisa secara utuh didampingi oleh dosen pembina.

Metode penilaian yang sering digunakan dalam mata kuliah proyek perangkat lunak adalah mengunakan metode black-box, yaitu hanya berdasarkan pada hasil akhir saja berdasarkan artifak yang dihasilkan, misalnya use case, rancangan basis data, produk perangkat lunak, serta dokumentasi. Jika penilaian mengunakan metode black-box ini, maka usaha mahasiswa hanya bisa dilihat berdasarkan usaha kelompok, sedangkan usaha individu tiap anggota kelompok akan sulit untuk diukur. Untuk bisa mengukur usaha tiap mahasiswa dalam kelompok maka penilaian harus masuk melihat proses pembuatan perangkat lunak, diperlukan mekanisme untuk mengukur proses penilaian dengan metode white-box.

(2)

Indra Kharisma

Biasanya version control digunakan dalam ruang kelas untuk melakukan kolaborasi dalam kelompok [2] [3]. Version control mampu mencatat sejarah hasil pekerjaan yang dilakukan oleh mahasiswa, selain itu juga memudahkan mahasiswa untuk berkolaborasi dengan anggota kelompoknya. Sedangkan stand-up mampu mencatat klaim mahasiswa tentang pekerjaan apa yang ia kerjakan, hambatan yang ia temui serta rencana pekerjaan yang hendak ia lakukan [4]. Stand-up juga merStand-upakan bentuk log pekerjaan yang telah dilakukan oleh mahasiswa.

Makalah ini bertujuan memberikan alternatif bagi pendidik untuk menilai hasil kerja mahasiswanya pada mata kuliah proyek pengembangan perangkat lunak atau yang sejenis. Penilaian tidak hanya dilakukan berdasarkan hasil akhir dari artifak namun juga berdasarkan proses, sehingga penilaian yang dilakukan lebih adil.

II. PENILAIAN MATA KULIAH PROYEK PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK

Ada beberapa metode penilaian proyek pengembangan perangkat lunak yang selama ini sering digunakan oleh dosen pengajar mata kuliah proyek pengembangan perangkat lunak, yaitu :

A. Berdasarkan Hanya pada Produk Akhir

Cara ini merupakan cara yang paling sederhana dan tidak membutuhkan usaha lebih bagi dosen sebagai evaluator, dosen hanya perlu mengadakan sesi presentasi akhir bagi kelompok mahasiswa untuk menunjukkan hasil karya mereka.

Dengan metode ini, penilaian biasanya memperhitungkan faktor fungsionalitas perangkat lunak, error handling dan user interface. Dosen juga bisa bertanya kepada kelompok mahasiswa yang melakukan presentasi bagaimana mereka mengelola proses SDLC.

Keuntungan metode ini adalah kemudahan bagi dosen untuk menentukan nilai mahasiswa. Kelemahan metode ini adalah tidak memperhitungkan proses yang dilakukan oleh mahasiswa, sehingga dalam kelompok tersebut tidak teridentifikasi mahasiswa mana yang mempunyai usaha yang besar dan mana yang tidak, selain itu juga tidak bisa diverifikasi pembagian tugas dalam kelompok tersebut.

B. Memperhitungkan Proses berdasarkan Presentasi Selain melihat produk hasil akhir, metode ini juga mengadakan sesi pertemuan untuk melihat sejauh mana perkembangan pembuatan perangkat lunak. Pada sesi tersebut mahasiswa ditanya tentang perkembangan perangkat lunak yang sedang dibuat serta kontribusi yang dihasilkan oleh tiap-tiap anggota kelompoknya.

Biasanya fokus sesi pertemuan tersebut lebih ditekankan kepada apakah proses pengembangan

perangkat lunak sudah dilakukan pada jalur yang benar, belum sampai pada evaluasi beban kerja dan peran mahasiswa dalam kelompok pengembangan perangkat lunak.Kelemahan metode ini adalah melakukan sulitnya melakukan verifikasi beban kerja mahasiswa yang didasarkan pada pengakuan mahasiswa

C. Memperhitungkan Proses dengan Version Control dan Stand-up

Untuk melihat beban kerja dan peran mahasiswa dalam proyek pengembangan perangkat lunak, Paper ini mengusulkan pengunakan kakas sehingga track record mahasiswa ketika mengembangkan perangkat lunak benar-benar bisa di validasi dan di verifikasi.

Kakas yang digunakan dalam paper ini adalah subversion dan stand-up. Subversion digunakan untuk mengetahui history pengerjaan perangkat lunak dengan melacak source code dan dokumen pada saja yang telah terunggah ke server, selain itu juga bisa melacak perubahan untuk setiap file yang telah terunggah di server tersebut.

Hipotesa paper ini, dengan mengunakan kakas tersebut, usaha mahasiswa dalam bentuk beban kerja bisa dilacak.

III. PERKULIAHAN

Paper ini merupakan hasil pengamatan pembelajaran mata kuliah “Pengembangan Sistem Informasi” pada program studi S1 Sistem Informasi Universitas Airlangga. Mata kuliah “Pengembangan Sistem Informasi” merupakan mata kuliah sejenis dengan mata kuliah Proyek Pengembangan Perangkat Lunak. Mata kuliah tersebut merupakan mata kuliah wajib yang diselengarakan pada semester enam. Mahasiswa yang mengikuti mata kuliah ini berjumlah tiga puluh sembilan orang. Terdapat minimal enam mahasiswa yang berstatus bekerja full time yang aktif mengikuti mata kuliah ini.

Perkuliahan “Pengembangan Sistem Informasi” ini disusun dengan mengadaptasi metode Agile untuk bisa digunakan dalam ruang kelas[5] [6] [7]. Luaran dari mata kuliah ini adalah produk perangkat lunak yang dibuat berdasarkan proyek pengembangan perangkat lunak [8].

(3)

Menakar Usaha Mahasiswa Dalam Mata

menempatkan mereka pada kelompo Ke empat belas mahasiswa tersebut untuk memilih masing-masing satu bergabung pada kelompok mereka, agar tercipta suasana kondusif Mahasiswa yang belum mendapat secara acak.

Tugas pertama dari masing-m adalah menentukan proyek perangk hendak dibuat. Tema pada perku “Start-Up Company”, artinya membuat proyek perangkat lunak prospek bisnis. Mereka harus idenya didepan kelas untuk mendapa mahasiswa lainnya yang pada pe berperan sebagai stakeholder.

Kuliah ini menentukan bahwa ada tiap iterasi kelompok harus meng software atau produk yang telah j tahap iterasi sebanyak empat menentukan fungsionalitas apa saja selesai pada iterasi pertama da kelompok membuat analisa kebutu story card, kemudian story card ters bersama oleh seluruh anggota kelom prioritas tersebut setiap kelompok target dari tiap iterasi.

Setelah Iterasi pertama dilakuka presentasi kepada stakeholder, kesempatan untuk menampilkan p stakeholder (yang diperankan oleh mendapatkan respon. Setelah show akan mengevaluasi hasil kerjanya menambah story card dan merev untuk diraih pada iterasi ke dua.

Karena keterbatasan waktu pertem ini iterasi ke dua merupaka iterasi fin produk akhir dilakukan pada tahap in final ini mahasiswa selain produknya, diwajibkan juga untuk hasil karya mereka.

IV. MENGEVALUASI PR Pada mata kuliah pengembangan ini saya mengevaluasi proses yan mahasiswa dengan mengunakan serta situs assembla (http://www.as menyediakan fitur untuk mencat pembuatan perangkat lunak. Saya m mahasiswa untuk melakukan stand-dalam satu minggu yaitu menulisk telah mahasiswa kerjakan, hambata serta rencana yang hendak dikerjaka mewajibkan mahasiswa untuk meng yang ia lakukan pada server subve

am Mata Kuliah Proyek Pengembangan Perangkat Lunak

pok yang telah ada. apat umpan balik dari pertemuan tersebut

ada dua tahap iterasi, enghasilkan working jadi. Waktu setiap minggu. Untuk aja yang ditargetkan dan kedua, setiap evisi capaian target

rtemuan, pada kuliah final. Penilaian hasil p ini. Pada show case mempresentasikan tuk membuat poster

ROSES

gan sistem informasi ang dilakukan oleh ngupload hasil kerja bversion, hasil kerja

tersebut bisa berupa source code desain, dan dokumen lainnya yang proyek yang ia kerjakan. Dengan mengetahui kontribusi individu sec mahasiswa meniliki komitmen te tugas proyek mendapat penilaian dibandingkan mahasiswa yang kura

A. Stand-up

Stand-up adalah pertemua pengembang perangkat lunak untuk perkembangan masing-masing an stand-up adalah berbagi komitm tentang status harian, perkemban kepada tim atau stakeholder, halangan sehingga tim bisa mengatasinya, menentukan arah membangun tim. Sebaiknya stand oleh semua anggota tim pengemba juga perwakilan dari stakeholder uta

Gambar 1 Contoh Stand-up mahasiswa

Sebaiknya percakapan dari stan tajam dan fokus. Selain itu haru anggota tim untuk berbagi status le bukan bersifat umum) dan mengide untuk perkembangan tim.

Semua anggota tim harus m pekerjaan mereka didepan rekan tim pertanyaan berikut “apa yang tela pertemuan terakhir?”, “Apa rencana serta “Apa saja halangan (jika ada) saya menyelesaikan tujuan say digunakan dalam implementasi sta adalah asembla.com (http://w Contoh pengunaan kakas asemb mahasiswa bisa dilihat pada Gamba

B. Version Control

Version control adalah manajema unit informasi (dokumen) deng Biasanya digunakan untuk mengelo sedang terjadi dari dokumen digita code atau dokumen yang dikerja Perubahan pada dokumen ini Ve

de, dokumen analisa ang berkaitan dengan gan begitu saya bisa secara detail, sehingga terhadap pengerjaan ian yang lebih baik urang berkomitmen.

uan harian para tuk mengetahui status anggota tim. Tujuan and-up harus dihadiri bang, sebaiknya ada utama [4].

tand-up harus singkat, arus digunakan oleh s level-tinggi (detail - identifikasi hambatan

(4)

memiliki arti kecuali versi dari o mempunyai perbedaan, karena mempunyai identitas yang sama, struktur pemisah untuk membedakan

Gambar 2 Contoh pengunaan sub version un

Biasanya , dua atau lebih program suatu proyek pada saat yang ber programer mencoba merubah file waktu yang bersamaan. Tanpa ada pengelolaan akses, bisa jadi progr programmer ubah menindih file y beberapa sistem tidak mengijink simultan / concurrent access penguncian, sehingga hanya satu pr mengakses suatu file dalam sementara sistem yang lain me programer untuk mengedit file yang yang bersamaan, serta menyediaka mengabungkan perubahan[9].

Kakas yang digunakan dalam imp adalah kakas adalah subversion. C subversion bisa dilihat pada Gambar

V. METODE EVALUA Mahasiswa diwajibkan setiap melakukan stand-up dan melakuk kerjamya ke subversion. Metode sebagai berikut :

1) Mengevaluasi Proses dengan evaluasi untuk stand up adalah de jumlah stand-up dengan angka. Atu dilihat pada Tabel I. Di dalam kela bahwa stand-up dilakukan minggu satu minggu minimal mahasiswa stand-up satu kali. Telah disepakati hari senin pukul 12.00 siang adala memasukkan stand-up. Jika mah

i obyek yang sama a pada dasarnya a, maka harus ada kan versi dari obyek.

untuk mahasiswa. ng sama pada waktu akan fasilitas untuk

implementasi version

an Stand-up: metode dengan memetakan turan pemetaan bisa elas telah disepakati guan, artinya dalam a harus melakukan ati juga bahwa pada alah waktu terakhir ahasiswa terlambat

memasukkan stand-up, maka ni dikurangi 0.2, misalnya mahasis tertentu melakukan satu kali stand-maka nilai stand-up yang ia pe mahasiswa tidak bisa melak (menambah atau mengedit) stand-(kemarin atau besok).

2) Mengevaluasi Proses dengan untuk mengevaluasi prose menguna juga dengan memetakan jumlah com (Tabel II). Evaluasi dilakuakan terhadap iterasi terdiri dari empat ming minggunya dilakukan evaluasi terh evaluasi terhadap hasil pekerja version control. Evaluasi minggua aturan pada Tabel I dan Tabel pemetaan tersebut dikumpulkan iterasi dan dicari reratanya.

TABELIIIII tergabung dalam satu kelompok. yang diamati, terdapat dua iteras masing masing iterasi terdiri atas du

(5)

Menakar Usaha Mahasiswa Dalam Mata Kuliah Proyek Pengembangan Perangkat Lunak

yaitu stand-up dan version control. Untuk membaca usaha mahasiswa, digunakan aturan pengkonversian (Tabel IV). Nilai nol artinya mahasiswa tidak melakukan kegiatan dalam satuan waktu pekerjaan, satu artinya mahasiswa telah melakukan tugasnya sesuai dengan standar, dua sampai tiga artinya mahasiwa telah melakukan tugasnya dengan komitmen tinggi.

TABELIVV ATURAN KONVERSI

Nilai Predikat Konversi ke nilai mahasiswa#

0 Buruk 40

1 Baik 70

2 Sangat baik 85 3 Sangat baik 100

#Nilai rekomendasi, dosen pembina bisa merubah aturan ini

sesuai dengan kondisi di lapangan

Berdasarkan pemetaan usaha mahasiswa (Tabel III), dibandingkan rerata tiap –tiap kelompok untuk iterasi pertama (Gambar 3) dan iterasi kedua (Gambar 4).

Gambar 3 Usaha Mahasiswa pada Iterasi Pertama

Pada iterasi pertama, mahasiswa disiplin dalam menuliskan stand-up serta mengupload hasil kerja mereka di repository. Ada dua kelompok yang memiliki rata-rata satu atau lebih. Artinya mahasiswa yang tergabung dalam kelompok tersebut selalu berbagi perkembangan tentang pekerjaan mereka. Rerata kelas adalah 0.815 kali stand up per mahasiswa.

Gambar 4 Usaha Mahasiswa pada Iterasi Kedua

Sedangkan pada kadar keaktifan mahasiswa mengupdate hasil pekerjaan di version control sangat tinggi, rerata kelas adalah 1.32 kali melakukan commit pada version control setiap minggunya. Selain itu tidak

ada satupun kelompok yang memiliki rata-rata commit dibawah 1.

Namun ketika iterasi kedua, keaktifan mahasiswa mengalami penurunan. Rata-rata kelas untuk stand up adalah 0.395 dan version control adalah 0.78. tidak ada satupun kelompok yang memiliki rerata stand-up diatas satu, sedangkan hanya ada dua kelompok yang memiliki rerata diatas satu kali commit tiap minggu.

Berdasarkan pengelompokan usaha mahasiswa secara total keseluruhan (rata-rata iterasi sat dan dua untuk tiap mahasiswa), didapatkan pemetaan tingkat kontribusi mahasiswa (Tabel V). mahasiswa yang berkontribusi pada proyek berdasarkan elemen stand up hanya 3 orang, sedangkan 24 mahasiswa hanya memberikan kontribusi sedang. Berbeda dengan elemen version control 18 mahasiswa berkontribusi terhadap proyek yang mereka kerjakan, bahkan 10 mahasiswa berkontribusi tinggi.

TABELV

PENGELOMPOKAN KONTRIBUSI MAHASISWA

Kontribusi Jumlah Mahasiswa

Nilai Angka Predikat

Stand-up

Version Control

<0.5 Kontribusi kurang 12 6

0.5 < rerata < 1 Kontribusi sedang 24 15

1 < rerata < 1,5 Berkontribusi 3 8

rerata > 1.5 Kontribusi tinggi 0 10

VII. HASIL PENGAMATAN

Berikut ini merupakan hasil pengamatan terhadap evaluasi usaha mahasiswa dalam mata kuliah proyek pengembangan perangkat lunak.

1) Kurang Konsistennya Usaha Mahasiswa pada elemen Stand Up dengan Version Control: hal ini terlihat jelas pada Tabel V, ada 10 mahasiswa yang berkontribusi tinggi pada elemen Version Control namun pada elemen Stand Up tidak ada mahasiswa yang dianggap berkontribusi tinggi.

Hal ini sebabkan belum terbiasanya mahasiswa dengan pola pengabungan pola stand up dengan version control, sehingga sering kali mahasiswa melakukan commit terhadap suatu source code namun tidak melakukan update pada stand-up.

Selain itu laporan stand up yang kurang detail menjadi penyebab kontribusi usaha yang timpang

2) Kurang Konsistennya Usaha pada iterasi pertama dengan kedua: pada iterasi pertama rerata usaha untuk stand up dan version control sudah sangat bagus, namun kondisi tersebut justru turun drastis ketika tahap iterasi kedua. Menurut pengakuan mahasiswa di dalam kelas, hal ini dikarenakan banyak tugas dari mata kuliah lain yang juga menuntut terselesaikannya 0

0.5 1 1.5 2 2.5

Stand Up

Version Control

0 0.5 1 1.5

(6)

Indra Kharisma

tugas besar. Hal tersebut memaksa mahasiswa untuk membuat prioritas pekerjaan. Terlebih fungsionalitas utama perangkat lunak kebayakan telah terselesaikan pada tahap iterasi pertama, akhirnya mayoritas mahasiswa mengedepankan tugas lain terlebih dahulu.

Aspek lainnya yang berperan adalah motivasi dari dosen untuk mencatatkan perubahan. Pada saat tahap iterasi pertama, dosen pembina pada setiap pertemuan selalu mengingatkan untuk tidak lupa menuliskan stand-up serta sering melakukan commit pada version control. Sedangkan pada tahap iterasi ke dua dosen pengajar hanya sesekali mengingatkan tentang pentingnya menuliskan stand-up dan pengunaan version control. Berdasarkan hal tersebut, fungsi sosial untuk memotivasi sangat penting agar kontribusi usaha mahasiswa terhadap proyek juga tinggi. Motivasi tersebut bisa datang dari dosen maupun rekan mahasiswa, baik yang satu kelompok maupun tidak.

3) Terlihatnya Usaha Mahasiswa dalam Pengerjaan Proyek: dengan mengunakan stand-up serta kakas version control, usaha dan upaya mahasiswa sangat terlihat dan bisa diukur. Hal ini memudahkan dosen pengajar untuk memberikan nilai yang adil kepada mahasiswanya.

Walaupun demikian, dibutuhkan usaha yang lebih dari dosen pengajar untuk menilai proses dalam pembuatan perangkat lunak. Dalam makalah ini , perhitungan usaha mahasiswa pada elemen version control mengunakan jumlah commit yang dilakukan dalam satuan waktu (minggu), hal ini sebenarnya mudah untuk manipulasi dengan melakukan commit dokumen yang tidak diperlu diunggah ke repository. Untuk itu pada penelitian selanjutnya dibutuhkan elemen pembanding misalnya jumlah line of code dari aktifitas pengembangan (dari file yang dibuat baru maupun file yang dimanipulasi). Selain itu perlu melakukan pengecekan konsistensi antara elemen stand-up dan version control baik untuk jumlah pengisian dan terutama pada semantiknya, sehingga apa yang di akui pada stand-up bisa di cross check dengan version control.

VIII. KESIMPULAN

Makalah ini telah menunjukan bahwa usaha mahasiswa dalam mengerjakan proyek pengembangan perangkat lunak bisa ditakar, yaitu dengan dengan mengunakan stand-up dan version control. Dengan begitu usaha individu mahasiswa dalam menyelesaikan tugas dalam kelompoknya bisa diukur dan evaluasi oleh dosen pembina mata kuliah proyek pengembangan perangkat lunak.

Dalam makalah ini, usaha mahasiswa dihitung dengan berapa kali mereka memperbarui status stand-up dan melakukan commit pada repository. Walastand-upun usaha mahasiswa sudah bisa diukur dari metode tersebut, konsistensi antara stand-up dan version control tidak mudah untuk diperiksa. Pada penelitian selanjutnya hendak dibahas tentang bagaimana menjaga konsistensi antara stand-up dan version control baik sintak maupun semantik , dengan begitu diharapkan selain usaha mahasiswa bisa terukur, juga mendorong pembagian beban kerja yang seimbang antara anggota kelompok dalam mengembangkan perangkat lunak.

Makalah ini membahas tentang bagaimana menakar usaha individu mahasiswa, untuk penentuan nilai akhir disarankan evaluasi ini digabungkan dengan elemen lain, misalnya dokumen usulan proyek, dokumen desain, fungsionalitas produk dan antarmuka dan atau elemen lain yang berkaitan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] GBBP Mata Kuliah Pengembangan Sistem Informasi.: Program Studi S1 Sistem Informasi Universitas Airlangga, 2011.

[2] Ivan Milentijevic, Vladimir Ciric, and Oliver Vojinovic, "Version control in project-based learning," Computers & Education, no. 50, pp. 1331–1338, 2008.

[3] Andrew Meneely and Laurie Williams, "On Preparing Students for Distributed Software Development with a Synchronous, Collaborative," in SIGCSE, Chattanooga, 2009.

[4] Jason Yip, It's Not Just Standing Up: Patterns of Daily Stand-up Meetings.: ThoughtWorks.

[5] Sandra Cleland, "Agility in the classroom: Using Agile Development Methods to foster team work and adaptability amongst undergraduate programmers," in Proceedings of the 16th Annual NACCQ, Palmerston, New Zealand, 2003.

[6] Shweta Deshpande et al., "Teaching Students Software Engineering Practices For Micro-Teams," in 41st ASEE/IEEE Frontiers in Education Conference, Rapid City, 2011.

[7] Alfred Goldman, Fabio Kon, Paulo J. S. Silva, and Joseph W. Yoder, "Being Extreme in the Classroom: Experiences Teaching XP," in Journal of the Brazilian Computer Society, 2004.

[8] Ita Richardson and Yvonne Delaney, "Problem Based Learning in the Software Engineering Classroom," in Conference on Software Engineering Education and Training, 2009. CSEET '09. 22nd, 2009.

Gambar

TABEL TURAN IVV KONVERSI

Referensi

Dokumen terkait

diadakan oleh UKM Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta yang terdiri dari dua kegiatan, yaitu Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Nasional dan Seminar Nasional Pendidikan

Untuk membuat tunnel tersebut diperlukan sebuah protokol untuk menjamin integritas data dan cara melakukan routing agar komputer cabang dan pusat terhubung tanpa harus

untuk mengetahui hubungan kapasitas vital paru-paru dengan daya tahan cardiorespiratory siswa SMA Negri 1 Cikarang Utara yang mengikuti ektrakurikuler pada cabang

Dengan menggunakan media Internet jangkauan pembacanya bisa lebih luas (diseluruh dunia yang memiliki koneksi internet dapat mengaksesnya) dari pada media cetak.. Komik Online bisa

[r]

Hasil isolasi dan identifikasi 22 isolat bakteri, delapan isolat terindentifikasi, dan termasuk dalam genus Aeromonas yang merupakan bakteri dominan yang dijumpai pada tubuh

KAI Daop 4 Semarang dalam mengelola isu terkait kelangkaan tiket kereta libur nasional sebelum dan sesudah lebaran atau pada saat libur akhir tahun 2016 serta

“ Tidak halal bagi seorang isteri untuk berpuasa (sunnah), sedangkan suaminya ada kecuali dengan izinnya. Dan ia tidak boleh mengizinkan orang lain masuk rumah suami tanpa ijin