BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Siswa mampu membaca bukan karena secara kebetulan atau didorong oleh
inspirasi, tetapi karena diajari. Membaca bukanlah kegiatan alamiah, tetapi
seperangkat komponen yang dikuasai secara pribadi dan bertahap, yang kemudian
terintegrasi dan menjadi otomatis. Dalam hal ini William S. Gray (dalam I Gusti
Ngurah Oka 2005: 34) menekankan bahwa “membaca tidak lain daripada kegiatan
pembaca menerapkan sejumlah keterampilan mengolah tuturan tertulis (bacaan)
yang dibacanya dalam rangka memahami bacaan”.
Dalam proses pembelajaran biasanya seorang pembelajar merasakan
nikmatnya membaca bukan hanya sebagai peristiwa pemecahan kode, tetapi lebih
sebagai penerimaan pengetahuan dan kebahagiaan. Orang seperti akan tampil
tenang dan matang karena memiliki berbagai pengalaman tambahan seperti ia bisa
menikmati dari bukan hanya fiksi tetapi juga non fiksi yang dibacanya. Ditinjau
dari segi anak kemungkinan mereka menemukan kegembiraan tetapi sangat
bergantung pada asuhan dan arahan para orang tua dan guru.
Tujuan tambahan pelajaran membaca adalah menciptakan anak yang
gemar membaca. Biasanya hal ini dapat diransang dengan mempergunakan cerita.
Karena cerita pasti menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan mereka.
Hal ini dapat dipahami dengan melihat bagaimana bersemangat mengisahkan
pengalamannya dengan tuturan orang lain dalam perjalanan waktu berkembang
pengalaman contoh panutan. Anak memanfaatkan kemampuan membacanya
dengan santai, sesuai dengan kebutuhan: apakah sekedar kenikmatan atau
penambah pengetahuan. Tetapi dalam era yang maha cepat sekarang, ketika tanpa
kita kehendaki tuntutan kehidupan meningkat, pembaca tak lagi boleh hanya
sebagai membawa kenikmatan, tetapi sebagai alat pencapai percepatan itu sendiri.
Artinya orang wajib mengejar semua informasi. Ia harus memiliki keterampilan
mengumpulkan data dengan cepat sekaligus benar. dan disini membaca cepat
menjadi utama.
Kemampuan membaca merupakan salah satu standar kemampuan dalam
Bahasa dan Sastra Indonesia yang harus dicapai pada semua jenjang pendidikan,
termasuk di jenjang Sekolah Dasar. Melalui kemampuan membaca siswa
diharapkan mampu membaca dan memahami teks bacaan dengan kecepatan yang
memadai. Dengan membaca bagaikan membuka jendela dunia, dengan membaca
akan dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan informasi, karena semakin
banyak membaca maka semakin banyak pula hal yang diketahui, sehingga untuk
membantu dan mempermudahkan mengetahui segala sesuatu, salah satu cara
adalah melalui kegiatan membaca.
Kemampuan membaca siswa sekolah di tingkat Sekolah Dasar (SD) saat
ini memiliki kecenderungan rendah. Lemahnya kemampuan membaca siswa kelas
V SD 1 di Alue Dua Kecamatan Langsa Baro, karena lemahnya pembelajaran
Bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran membaca.
Menurut Catur Prasetyo, (2011:1) “Salah satu penelitian yang
mengungkap lemahnya kemampuan siswa, dalam hal ini siswa kelas V, adalah
internasional dalam bidang membaca pada anak-anak di seluruh dunia yg
disponsori oleh The International Association for the Evaluation Achievement”. Hasil studi menunjukkan bahwa rata-rata anak Indonesia berada pada urutan keempat puluh dua dari 45 negara di dunia.
Banyaknya informasi dalam kehidupan sehari-hari, membuat sulit untuk
memilah mana informasi yang bermanfaat dan mana informasi yang tidak
bermanfaat. Membaca sebagai salah satu cara untuk memahami suatu informasi
yang diterima. Namun masalahnya adalah waktu dan kecepatan seseorang dalam
membaca. Seseorang malas membaca bisa saja bukan karena tidak suka membaca,
namun karena banyaknya waktu yang harus dihabiskan untuk membaca.
Informasi yang berharga terkadang tidak dapat ditemukan dalam ringkasannya
saja. Maka kemampuan untuk membaca dengan cepat dan efektif menjadi sangat
berperan dan menjadi suatu kebutuhan.
Menurut Keke T. Aritanog (dalam Palamani 2015:7) “membaca cepat
adalah membaca dengan kecepatan tinggi, hampir keseluruhan materi dibaca
dalam waktu tertentu yang disertai dengan pemahaman isi 70%.” Materi dalam
hal ini adalah jumlah kata yang terkandung dalam satu bacaan memerlukan waktu.
Waktu yang dipergunakan dalam membaca cepat adalah satuan waktu, yaitu
menit. Dan pemahaman isi bacaan 70% artinya, setelah selesai membaca
sekurang-kurangnya pembaca menguasai isi bacaan sebanyak 70%.
Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan lakukan di SD Negeri
1 Alue Dua Kecematan Langsa Baro, ternyata cara yang sering dilakukan guru
dalam kegiatan pembelajaran membaca adalah siswa disuruh membaca,
kecepatan membaca siswa dan seberapa besar persentase pemahaman isi yang
dicapai siswanya. Guru beranggapan bahwa yang penting setelah membaca, siswa
dapat menjawab pertanyaan yang tersedia. Ketika siswa mampu menjawab
dengan serentak, guru beranggapan semua siswa sudah tahu apa yang dibaca.
Selama ini dalam pembelajaran membaca, masih menggunakan metode yang
kurang efektif, yaitu cara membaca reguler (biasa).
Cara membaca ini relatif lambat, karena membaca baris demi baris yang
biasa dilakukan dalam bacaan ringan. Dalam pembelajaran membaca, para siswa
juga masih melakukan kebiasaan-kebiasaan yang dapat menghambat kecepatan
membaca. Hal ini ditandai dengan sebagian besar siswa masih membaca dengan
menggerakkan kepala, mulut bergerak-gerak, mengeluarkan suara, menunjuk
dengan tangan atau menunjuk dengan menggunakan benda lain. Selain itu, siswa
kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.
Menurut Briant (dalam Somadayo 2011:44) “membaca cepat adalah
tindakan untuk mengambil inti bacaan yaitu gagasan pokok dan detail penting
bacaan yang tidak selalu terletak di awal bacaan, tetapi sering kali muncul di
tengah atau di akhir bacaan.” Membaca cepat adalah sejenis membaca yang
membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat, memperhatikan bahan tertulis
untuk mencari serta mendapatkan informasi atau penerangan. Dengan membaca
cepat bisa melepaskan dari gerakan fisik yang tak perlu seperti menggerakkan
kepala atau memakai jari atau memakai alat seperti lidi atau pensil mengikuti ke
mana baris-baris melangkah.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengkaji masalah
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakag di atas dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini yaitu :
1. Bagaimanakah Kemampuan membaca cepat siswa kelas V SD Negeri 1
Alue Dua Kecamatan Langsa Baro?
C. Tujuan Penelitian
Dari latar belakang tesebut maka Tujuan Penelitian adalah
1. Untuk mengetahui kemampuan membaca cepat siswa kelas V SD Negeri 1
Alue Dua Kecamatan Langsa Baro.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu dapat mengetahui seberapa
cepat kemampuan membaca siswa.
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan pengetahuan bagi guru umtuk mengukur kecepatan siswa.
b. Siwa mampu membaca dengan cepat dan dapat mengetahui seberapa
mampu siswa dalam membaca cepat.
2. ManfaatPraktis
a. Bagi guru
Guru dapat memberikan pengetahuan baru dalam proses pembelajaran
di SD Negeri 1 Alur Dua.
b. Bagi peneliti selanjutnya
c. Bagi orang tua
Dapat memberi pengetahuan baru bagi orang tua, dalam mendukung
perkembangan pembelajaran anak.
d. Bagi siswa
Mampu memotivasi siswa untuk terus mengembangkan minat dan
potensinya dalam membaca.
E. Kerangka Pemikiran
Di dalam proses membaca, tidak semua siswa tertarik dengan membaca.
Apa lagi di dalam membaca sulit untuk memilah mana informasi yang bermanfaat
dan mana yang tidak. Membaca cepat adalah jenis membaca yang mengutamakan
kecepatan membaca tanpa harus meninggalkan pemahaman terhadap isi dari
bacaan. Kecepatan membaca bergantung pada bahan dan tujuan membaca dan
juga penguasaan pembaca terhadap isi bacaan. Secara skema kemapuan membaca
cepat adalah sebagai berikut:
F. Hipotesis
Kemampuan membaca Kemampuan
membaca
Keinginan/kema uan siswa
Penyajian informasi
Ho = Tidak ada kemampuan membaca cepat siswa kelas V SD Negeri 1 Alur
Dua Langsa Baro
Hi = Ada kemampuan membaca cepat pada siswa kelas V SD Negeri 1 Alur
Dua Langsa Baro
G. Definisi istilah
Membaca cepat adalah teknik membaca untuk mendapatkan informasi
dengan cara langsung ke masalah atau fakta yang dicari. membaca cepat
merupakan salah satu metode membaca cepat yang dilakukan dengan
membaca dalam hati. Dengan membaca cepat akan dapat memperoleh
informasi yang maksimal, dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dengan
tingkat pemahaman dari isi bacaan.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pengertian membaca cepat
Menurut Nurhadi (2005:10) dalam Sri Palamani “speed reading atau membaca cepat adalah jenis membaca yang mengutamakan kecepatan
untuk mengelola secara cepat proses penerimaan informasi dengan tidak
mengungkapkan bahwa membaca cepat mengandung berbagai implikasi
seperti tujuan membaca, kebiasaan, penalaran, dan bahan bacaan.juga
mengungkapkan bahwa membaca cepat mengandung berbagai implikasi
seperti tujuan membaca, kebiasaan, penalaran, dan bahan bacaan.
2. Tujuan Membaca Cepat
Tujuan awal diadakannya pengajaran membaca cepat kepada siswa
adalah agar siswa itu dapat membaca secara efektif dan efisien yaitu dengan
mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dalam waktu yang relatif
singkat dalam hal ini yang dipentingkan bukanlah masalah kecepatan siswa
dalam membaca melainkan tingkat pemahaman isi bacaan setelah dibaca
oleh siswa secara cepat. Menurut Tarigan (dalam Palamani 2015:8) “percuma
apabila siswa dapat membaca dengan cepat tetapi tidak dapat memahami
isinya.”
3. Kemampuan Membaca
Dengan kegiatan-kegiatan penalaran ini pembaca berusaha
menemukan dan memahani informasi yang dikomunikasikan oleh pengarang
melalui karangan bersangkutan. Dalam proses memahami informasi,
pembaca juga mempelajari cara-cara pengarang menyajikan
pikiran-pikirannya.
Dengan demikian dapat juga dikatakan bahwa dalam membaca
informasi-informasi baru dari bacaan dan cara-cara penyajian pikiran dalam karangan.
Jadi, selain memperkaya pengetahuan, membaca juga meningkatkan daya
nalar.
Menurut Tampubolon (1987:7) “Dalam keadaan normal, di
Negara-negara maju seperti di Amerika Serikat, seorang lulusan SLTA (sekolah
lanjutan tingkat atas) diharapkan sudah mempunyai kecepatan membaca
minimum kira-kira 250 kata per menit dengan pemahaman isi bacaan
minimum 70%. Kecepatan ini sering dipakai sebagai salah satu syarat untuk
dapat diterima menjadi mahasiswa di Perguruan Tinggi”.
4. Faktor penentu kemampuan membaca
Kemampuan membaca adalah kecepatan membaca dan
pemahaman isi. Dalam membaca lanjut yang menjadi tujuan utama ialah
mencapai kemampuan meembaca yang maksimal. Menurut Tampubolon
(1986:241). Adapun faktor-faktor kemampuan membaca adalah :
a. Kompetensi kebahasaan
Penguasaan bahasa secara keseluruhan, terutama tata bahasa dan kosakata, termasuk berbagai arti dan nuansa serta ejaan dan tanda-tanda baca, dan pengelompokkan.
b. Kemampuan Mata
Keterampilan mata mengadakan gerakan-gerakan membaca yang efesien. Yang dimaksud terutama adalah sakade, fiksasi, lompatan kembali, jangkauan penglihatan, dan jangkauan pemahaman.
c. Penentuan Informasi Fokus
Menentukan terlebih dahulu informasi sebelum membaca supaya dapat meningkatkan efesien membaca :
1. Informasi fokus dalam kalimat ialah proposisi dan kata-kata kunci. 2. Dalam paragraf, informasi fokus yaitu pikiran pokok yang
3. Dalam artikel, informasi fokus ialah pikiran pokok dan pikiran-pikiran jabaran. Pikiran pokok itu dapat diduga berdasarkan isi judul dan paragraf atau paragraf-paragraf pendahuluan.
4. Dalam surat kabar, informasi fokus adalah fakta (siapa, apa, dimana, apabila, mengapa) dan opini. Fakta pada umumnya terdapat dalam paragraf, atau paragraf pendahuluan berita. Opni terdapat dalam tajuk rencana, pojok, komentar, dan karikatur yang ditulis atau dibuat oleh redaksi, serta dalm tulisan (karangan-karangan yang dimuat dalam surat kabar.
5. Informasi fokus dalam buku adalaah pikiran poko atau pikiran-pikiran jabaran (bila perlu). Pikiran pokok dapat diduga berdasarkan judul, daftar isi, dan isi pendahuluan.
6. Informasi khusus yang dapat ditemukan dalam bagian tertentu dari suatu buku, dengan melihat indeks buku terlebih dahulu.
7. Jika bacaan diikuti oleh pertanyaan, maka pertanyaan itu merupakan informasi fokus. Oleh karena itu, sebelum membaca sebaiknya pertanyaan itu di baca terlebih dahulu dan sedapat mungkin diingat, sehingga pikiran dapat ditunjukkan pada penemuan jawaban pertanyaan itu.
8. Khusus dalam hal membaca teks ujian dan pertanyaan-pertanyaan, dapat juga dilakukan sebagai berikut: pertanyaan pertama (sebagai informasi fokus) dibaca dulu, kemudian teksnya dibaca sampai jawaban pertanyaan itu ditemukan.
d. Teknik-teknik dan metode-metode membaca
Cara-cara mambaca yang paling efisien dan efektif untuk menemukan informasi fokus yang ditemukan. Teknik-teknik yang umum ialah: baca-pilih, baca-lompat, baca-layap dan baca-tatap. e. Fleksibilitas Membaca
Strategi membaca ialah teknik dan metode membaca, kecepatan membaca dan gaya membaca (santai, serius, dengan konsentrasi, dan lain-lain). Dan kondisi-baca ialah tujuan membaca informasi fokus, dan matei bacaan dalam arti bacaan.
e. Kebiasaan Membaca
Minat (keinginan, kemauan dan motivasi) dan keterampilan membaca yang baik dan seseorang.
5. Mengukur Kemampuan Membaca
Sebagai orang tingkat kecerdasannya hanya mampu membaca 125
kpm (kata per menit). Menurut Bukhari (2012: ) “Pada umumnya, orang
membaca jauh lebih lambat dari pada kemampuannya. Orang dewasa di
kecepatannya antara 200-500 kpm, beberapa orang sampai 325-350 kpm
dan beberapa orang yang lain terlalu lambat, yaitu 125-175 kpm”. Orang
dewasa di Indonesia, seperti yang penulis catat berdasarkan kursus-kursus
yang diadakan, keadaannya seperti di amerika, yaitu 175-300 kpm, Akan
tetapi pada pertengahan kursus (minggu kedua), pada umumnya, dapat
dinaikkkan menjadi 350-500 kpm. Semua itu dengan pemahaman 70
persen.
Kemampuan membaca ialah kecepatan membaca dan pemahaman
isi bacaan. Menurut Tampubolon (1987:11) “Cara mengukur kemampuan
membaca yaitu jumlah kata yang dibaca per menit dikalikan dengan
persentase pemahaman isi bacaan misalnya, jika yang dapat anda baca per
menit adalah 200 kata, dan jawaban yang benar atas
pertanyaan-pertanyaan isi bacaan itu adalah 60%, maka kemampuan baca anda adalah
200x60% =120 kpm (kata per menit)”. Jika diterima bahwa lulusan SLTA
diharapkan memiliki kecepatan membaca minimum 250 kata per menit
dengan pemahaman minimum 70%, maka kemampuan membaca
minimum lulusan SLTA ialah 250x70% =175 kpm.
6. Kecepatan Membaca
Berdasarkan pembagian keterampilan membaca, membaca cepat
termasuk dalam membaca dalam hati yang bersinonim dengan
membaca ekstensif. membaca ekstensif (membaca cepat) berarti
mungkin teks dalam waktu yang sesingkat. Pengertian lain tentang
membaca ekstensif adalah cara membaca secara cepat dan sekilas
dengan tujuan memahami gambaran isi buku secara umum.
Membaca cepat memiliki tujuan dan tuntutan untuk memahami
isi yang penting-penting dengan cepat, sehingga membaca secara
efektif akan terlaksana. Dua hal yang ditekankan dalam membaca
cepat yaitu cepat dan tepat. Menurut Haryadi (2010) “Cepat berarti
kemampuan untuk memanfaatkan waktu seefektif mungkin untuk
menemukan informasi-informasi yang ada dalam teks. Tepat berarti
informasi yang didapatkan merupakan informasi yang tepat meskipun
proses membaca dilakukan dengan cepat”.
Menurut Pamungkas, (2003:121) “Kecepatan membaca umumnya
mahasiswa berdasarkan uji coba yang dilakukan ternyata sangat
rendah, hanya mencapai rata-rata 61,89KPM, dengan KPM tertinggi
mencapai 164,72 KPM”.
7. Potensi dan usaha kita dalam membaca
Tidak ada korelasi antara latar belakang pendidikan dan
kemampuan membaca. Akan tetapi, ada korelasi kuat antara
kecerdasan dan potensi membaca. Artinya adalah bahwa mestinya
siapa saja (yang dapat membaca cepat) dapat membaca dengan cepat
semua bahan yang mudah. Menurut Bukhari (2012:79) Memerangi
kebiasaan lambat ini sepenuhnya tergantung pada usaha kita, antara
1. Semua hambatan fisik (seperti, membaca dengan bersuara, dengan gerakan bibir, dan kata demi kata) harus disingkirkan.
2. Kita harus benar-benar menyadari dan mau untuk membaca lebih cepat, meyerbu bahan bacaan dan agresif untuk cepat menyelesaikan bahan bacaan.
3. Kita harus memaksa diri (dipaksa, didorong, dianjurkan,dianjurkan seperti diinstruksikan kalau kita mengikuti latihan membaca cepat) untuk dapat menambah kecepatan dalam membaca sehingga menjadi kebiasaan baru dalam keseharian, yaitu cepat membaca dan menyelesaikan bacaan itu. Hal itu dimaksudkan untuk mendobrak kebiasaan lambat.
Keterampilan dasar seperti gerakan mata, membaca frase,
mengenal kata-kata kunci berguna untuk menambahkan kecepatan
membaca, baik untuk fiksi maupun nonfiksi. Skimming dan scanning serta keterampilan yang harus dikuasai untuk membaca nonfiksi.
Skimming dan scanning dapat menjadi alat yang ampuh untuk mengatur kecepatan membaca sesuai dengan kebutuhan, terutama
untuk nonfiksi sehingga kita tidak dikuasai oleh bahan, tetapi kitalah
yang munguasainya sesuai dengan keperluan kita.
8. Hal yang menghambat kecepatan membaca
Beberapa hal yang menghambat kecepatan membaca. Ini biasanya
merupakan bagian dari kebiasaan jelek dalam membaca. (Nurhadi:1989)
1. Menyuarakan apa yang dibaca.
Membaca adalah proses berpikir. Kemampuan berpikir seseorang tentu jauh melampaui kecepatan orang berbicara. Oleh karena itu, bila seseorang membaca (dalam hal ini berpikir) lalu diikuti dengan menyuarakan dengan bibir, tentu kecepatan membaca itu menjadi terhambat.
2. Membaca kata demi kata
Mengapa? Anda bisa melihat sendiri setiap baris-baris bacaan dalam buku. Baris itu menampung sejumlah simbol dan lambang-lambang, selin kata dan kalimat.
3. Membantu melihat / menelusuri baris-baris bacaan dengan alat0alat tertentu (ujung pensil, ujung jari)
4. Menggerak-gerakkan kaki atau anggota tubuh yang lain
5. Konsentrasi berpikir terpecah dengan hal-hal lain diluar bacaan 6. Beruam-gumam atau bersendung
7. Kebiasaan berhenti lama di awal kalimat, paragraf, sub-sub bab, bahkan di tengah-tengah kalimat
8. Kebiasaan mengulang-ulang unit bacaan yang telah dibaca.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Pendekatan dan jenis penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif dan jenis penelitian yang digunakan dalam
mengetahui/menganalisis kemampuan membaca siswa kelas V SDN 1
Alur Dua. Dengan demikian kita dapat menegtahui bagaimana cara siswa
membaca cepat.
Penelitian ini bertujuan untuk menggunakan metode speed reading terhadap peningkatan kemampuan membaca cepat. Jenis penelitian dalam
penelitian ini menggunakan eksperiment sebagai instrument pengumpulan
datanya. Tujuannya untuk memperoleh informasi tentang kecepatan
membaca siswa.
2. Populasi dan Sampel
Menurut Nazir (2005:273) “populasi adalah kumpulan dari
ukuran-ukuran tentang sesuatu yang ingin kita buat inferensi.” Berdasarkan
pengertian diatas bahwa jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu siswa
kelas V A berjumlah 25 siswa dan B berjumlah 28 siswa, maka sisa kelas
V berjumlah 53 siswa.
Menurut Sudjana (2004:85), “sampel adalah sebagian dari populasi
terjangkau yang memiliki sifat yang samadengan populasi”. Metode
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling
yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan
populasi. Menurut Sugiyono (2007) “Karena jumlah populasi yang kurang
dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya”. Sampel
dalam penelitian ini berjumlah 53 siswa.
Menurut Arikunto (2000:134), “instrument pengumpulan data
adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam
kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya”.
Dalam penelitian ini alat yang digunakan adalah Stopwatch, untuk
menghitung seberapa cepat siswa dalam membaca. dan mencatat berapa
waktu yang bisa di tempuh oleh siswa tersebut. teks bacaan yang di
bagikan kepada siswa untuk mengukur berapa kata yang dibaca.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
instrument penelitian sebagai berikut:
a. Tes hasil membaca
Didalam instrument penelitian yang dimaksud dengan tes adalah
serangkaian atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, atau bakat dalam membaca cepat yang dimiliki oleh
siswa.
Kecepatan membaca diukur dengan jumlah kata yang dapat dibaca
permenit. Dan pemahaman diukur dengan persentase dari jawaban yang
benar tentang isi bacaan. Oleh Karena itu, rumus yang biasa digunakan
adalah:
Jumlah kata dalam bacaan × persentase pemahaman isi Lama membaca dalam sekon : 60
Untuk menyederhanakan rumus di atas simbol yang digunakan adalah:
Kemampuan membaca = KM Jumlah kata per menit = KPM Jumlah kata dalam bacaan = KB Jumlah sekon membaca = SM Persentase pemahaman isi = PI 100
5. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah rangkaian kegiatan penalaahan,
pengelompokan, sistematis, penafsiran dan verivikasi data agar sebuah
fenomena memiliki nilai sosial, akademis dan ilmiah. Menurut Kasiram
(2006:274) “ Analisis data disini berfungsi untuk memberi arti, makna dan
nilai yang terkandung dalam data itu.
Menurut Sugiyono (2012) “Statistik deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi”. Adapun rumus yang digunakan adalah:
P = F x 100% N
Keterangan : P = Angka Persentase membaca siswa
F = Frekuensi siswa
N = Jumlah keseluruhan siswa
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharismi. (2000). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Bukhari (2010). Membaca dan menulis. Banda Aceh: Pena.
Catur P. (2011), http://www.academia.edu . Depok.
Kasiram Moh.(2010). Metodelogi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. Malang: UIN Maliki Press.
Kurniawan A.(2014). upaya meningkatkan hasil belajar ipa dengan menggunakan metode bermain talking stick pada peserta didik kelas v sd negeri 1 kota marang palangka raya, Palang Karaya.
Nana Sudjana. (2004). Penilaian hasil proses belajar mengajar. PT.Remaja Ruski dakarya. Bandung.
Nazir, Moh. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Ghaila
Nurhadi. (1989). Bagaimana meningkatkan kemampuan membaca?.Cv.Sinar baru Bandung. YA 3 Malang.
Oka, I Gusti Ngurah. (2005). Pengantar Membaca dan Pengajarannya. Surabaya: Usaha Nasional.
Palamani S. (2015). kemampuan membaca cepat pada siswa kelas v sdn 4 telaga kecamatan telaga kabupaten gorontalo. [Jurnal]. Gorontalo.
Pamungkas. 2003. Menjadi pembelajar yang dahsyat: Membaca bagi siapapun anda. On-line: 12 maret 2003. www.geocities.com/daup65.
Samadoyo,Samysu. 2011. Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas.