• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Skripsi "

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Siswa mampu membaca bukan karena secara kebetulan atau didorong oleh

inspirasi, tetapi karena diajari. Membaca bukanlah kegiatan alamiah, tetapi

seperangkat komponen yang dikuasai secara pribadi dan bertahap, yang kemudian

terintegrasi dan menjadi otomatis. Dalam hal ini William S. Gray (dalam I Gusti

Ngurah Oka 2005: 34) menekankan bahwa “membaca tidak lain daripada kegiatan

pembaca menerapkan sejumlah keterampilan mengolah tuturan tertulis (bacaan)

yang dibacanya dalam rangka memahami bacaan”.

Dalam proses pembelajaran biasanya seorang pembelajar merasakan

nikmatnya membaca bukan hanya sebagai peristiwa pemecahan kode, tetapi lebih

sebagai penerimaan pengetahuan dan kebahagiaan. Orang seperti akan tampil

tenang dan matang karena memiliki berbagai pengalaman tambahan seperti ia bisa

menikmati dari bukan hanya fiksi tetapi juga non fiksi yang dibacanya. Ditinjau

dari segi anak kemungkinan mereka menemukan kegembiraan tetapi sangat

bergantung pada asuhan dan arahan para orang tua dan guru.

Tujuan tambahan pelajaran membaca adalah menciptakan anak yang

gemar membaca. Biasanya hal ini dapat diransang dengan mempergunakan cerita.

Karena cerita pasti menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan mereka.

Hal ini dapat dipahami dengan melihat bagaimana bersemangat mengisahkan

pengalamannya dengan tuturan orang lain dalam perjalanan waktu berkembang

(2)

pengalaman contoh panutan. Anak memanfaatkan kemampuan membacanya

dengan santai, sesuai dengan kebutuhan: apakah sekedar kenikmatan atau

penambah pengetahuan. Tetapi dalam era yang maha cepat sekarang, ketika tanpa

kita kehendaki tuntutan kehidupan meningkat, pembaca tak lagi boleh hanya

sebagai membawa kenikmatan, tetapi sebagai alat pencapai percepatan itu sendiri.

Artinya orang wajib mengejar semua informasi. Ia harus memiliki keterampilan

mengumpulkan data dengan cepat sekaligus benar. dan disini membaca cepat

menjadi utama.

Kemampuan membaca merupakan salah satu standar kemampuan dalam

Bahasa dan Sastra Indonesia yang harus dicapai pada semua jenjang pendidikan,

termasuk di jenjang Sekolah Dasar. Melalui kemampuan membaca siswa

diharapkan mampu membaca dan memahami teks bacaan dengan kecepatan yang

memadai. Dengan membaca bagaikan membuka jendela dunia, dengan membaca

akan dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan informasi, karena semakin

banyak membaca maka semakin banyak pula hal yang diketahui, sehingga untuk

membantu dan mempermudahkan mengetahui segala sesuatu, salah satu cara

adalah melalui kegiatan membaca.

Kemampuan membaca siswa sekolah di tingkat Sekolah Dasar (SD) saat

ini memiliki kecenderungan rendah. Lemahnya kemampuan membaca siswa kelas

V SD 1 di Alue Dua Kecamatan Langsa Baro, karena lemahnya pembelajaran

Bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran membaca.

Menurut Catur Prasetyo, (2011:1) “Salah satu penelitian yang

mengungkap lemahnya kemampuan siswa, dalam hal ini siswa kelas V, adalah

(3)

internasional dalam bidang membaca pada anak-anak di seluruh dunia yg

disponsori oleh The International Association for the Evaluation Achievement”. Hasil studi menunjukkan bahwa rata-rata anak Indonesia berada pada urutan keempat puluh dua dari 45 negara di dunia.

Banyaknya informasi dalam kehidupan sehari-hari, membuat sulit untuk

memilah mana informasi yang bermanfaat dan mana informasi yang tidak

bermanfaat. Membaca sebagai salah satu cara untuk memahami suatu informasi

yang diterima. Namun masalahnya adalah waktu dan kecepatan seseorang dalam

membaca. Seseorang malas membaca bisa saja bukan karena tidak suka membaca,

namun karena banyaknya waktu yang harus dihabiskan untuk membaca.

Informasi yang berharga terkadang tidak dapat ditemukan dalam ringkasannya

saja. Maka kemampuan untuk membaca dengan cepat dan efektif menjadi sangat

berperan dan menjadi suatu kebutuhan.

Menurut Keke T. Aritanog (dalam Palamani 2015:7) “membaca cepat

adalah membaca dengan kecepatan tinggi, hampir keseluruhan materi dibaca

dalam waktu tertentu yang disertai dengan pemahaman isi 70%.” Materi dalam

hal ini adalah jumlah kata yang terkandung dalam satu bacaan memerlukan waktu.

Waktu yang dipergunakan dalam membaca cepat adalah satuan waktu, yaitu

menit. Dan pemahaman isi bacaan 70% artinya, setelah selesai membaca

sekurang-kurangnya pembaca menguasai isi bacaan sebanyak 70%.

Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan lakukan di SD Negeri

1 Alue Dua Kecematan Langsa Baro, ternyata cara yang sering dilakukan guru

dalam kegiatan pembelajaran membaca adalah siswa disuruh membaca,

(4)

kecepatan membaca siswa dan seberapa besar persentase pemahaman isi yang

dicapai siswanya. Guru beranggapan bahwa yang penting setelah membaca, siswa

dapat menjawab pertanyaan yang tersedia. Ketika siswa mampu menjawab

dengan serentak, guru beranggapan semua siswa sudah tahu apa yang dibaca.

Selama ini dalam pembelajaran membaca, masih menggunakan metode yang

kurang efektif, yaitu cara membaca reguler (biasa).

Cara membaca ini relatif lambat, karena membaca baris demi baris yang

biasa dilakukan dalam bacaan ringan. Dalam pembelajaran membaca, para siswa

juga masih melakukan kebiasaan-kebiasaan yang dapat menghambat kecepatan

membaca. Hal ini ditandai dengan sebagian besar siswa masih membaca dengan

menggerakkan kepala, mulut bergerak-gerak, mengeluarkan suara, menunjuk

dengan tangan atau menunjuk dengan menggunakan benda lain. Selain itu, siswa

kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.

Menurut Briant (dalam Somadayo 2011:44) “membaca cepat adalah

tindakan untuk mengambil inti bacaan yaitu gagasan pokok dan detail penting

bacaan yang tidak selalu terletak di awal bacaan, tetapi sering kali muncul di

tengah atau di akhir bacaan.” Membaca cepat adalah sejenis membaca yang

membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat, memperhatikan bahan tertulis

untuk mencari serta mendapatkan informasi atau penerangan. Dengan membaca

cepat bisa melepaskan dari gerakan fisik yang tak perlu seperti menggerakkan

kepala atau memakai jari atau memakai alat seperti lidi atau pensil mengikuti ke

mana baris-baris melangkah.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengkaji masalah

(5)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakag di atas dapat dirumuskan masalah dalam

penelitian ini yaitu :

1. Bagaimanakah Kemampuan membaca cepat siswa kelas V SD Negeri 1

Alue Dua Kecamatan Langsa Baro?

C. Tujuan Penelitian

Dari latar belakang tesebut maka Tujuan Penelitian adalah

1. Untuk mengetahui kemampuan membaca cepat siswa kelas V SD Negeri 1

Alue Dua Kecamatan Langsa Baro.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu dapat mengetahui seberapa

cepat kemampuan membaca siswa.

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan pengetahuan bagi guru umtuk mengukur kecepatan siswa.

b. Siwa mampu membaca dengan cepat dan dapat mengetahui seberapa

mampu siswa dalam membaca cepat.

2. ManfaatPraktis

a. Bagi guru

Guru dapat memberikan pengetahuan baru dalam proses pembelajaran

di SD Negeri 1 Alur Dua.

b. Bagi peneliti selanjutnya

(6)

c. Bagi orang tua

Dapat memberi pengetahuan baru bagi orang tua, dalam mendukung

perkembangan pembelajaran anak.

d. Bagi siswa

Mampu memotivasi siswa untuk terus mengembangkan minat dan

potensinya dalam membaca.

E. Kerangka Pemikiran

Di dalam proses membaca, tidak semua siswa tertarik dengan membaca.

Apa lagi di dalam membaca sulit untuk memilah mana informasi yang bermanfaat

dan mana yang tidak. Membaca cepat adalah jenis membaca yang mengutamakan

kecepatan membaca tanpa harus meninggalkan pemahaman terhadap isi dari

bacaan. Kecepatan membaca bergantung pada bahan dan tujuan membaca dan

juga penguasaan pembaca terhadap isi bacaan. Secara skema kemapuan membaca

cepat adalah sebagai berikut:

F. Hipotesis

Kemampuan membaca Kemampuan

membaca

Keinginan/kema uan siswa

Penyajian informasi

(7)

Ho = Tidak ada kemampuan membaca cepat siswa kelas V SD Negeri 1 Alur

Dua Langsa Baro

Hi = Ada kemampuan membaca cepat pada siswa kelas V SD Negeri 1 Alur

Dua Langsa Baro

G. Definisi istilah

Membaca cepat adalah teknik membaca untuk mendapatkan informasi

dengan cara langsung ke masalah atau fakta yang dicari. membaca cepat

merupakan salah satu metode membaca cepat yang dilakukan dengan

membaca dalam hati. Dengan membaca cepat akan dapat memperoleh

informasi yang maksimal, dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dengan

tingkat pemahaman dari isi bacaan.

BAB II

LANDASAN TEORI

1. Pengertian membaca cepat

Menurut Nurhadi (2005:10) dalam Sri Palamani “speed reading atau membaca cepat adalah jenis membaca yang mengutamakan kecepatan

untuk mengelola secara cepat proses penerimaan informasi dengan tidak

(8)

mengungkapkan bahwa membaca cepat mengandung berbagai implikasi

seperti tujuan membaca, kebiasaan, penalaran, dan bahan bacaan.juga

mengungkapkan bahwa membaca cepat mengandung berbagai implikasi

seperti tujuan membaca, kebiasaan, penalaran, dan bahan bacaan.

2. Tujuan Membaca Cepat

Tujuan awal diadakannya pengajaran membaca cepat kepada siswa

adalah agar siswa itu dapat membaca secara efektif dan efisien yaitu dengan

mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dalam waktu yang relatif

singkat dalam hal ini yang dipentingkan bukanlah masalah kecepatan siswa

dalam membaca melainkan tingkat pemahaman isi bacaan setelah dibaca

oleh siswa secara cepat. Menurut Tarigan (dalam Palamani 2015:8) “percuma

apabila siswa dapat membaca dengan cepat tetapi tidak dapat memahami

isinya.”

3. Kemampuan Membaca

Dengan kegiatan-kegiatan penalaran ini pembaca berusaha

menemukan dan memahani informasi yang dikomunikasikan oleh pengarang

melalui karangan bersangkutan. Dalam proses memahami informasi,

pembaca juga mempelajari cara-cara pengarang menyajikan

pikiran-pikirannya.

Dengan demikian dapat juga dikatakan bahwa dalam membaca

(9)

informasi-informasi baru dari bacaan dan cara-cara penyajian pikiran dalam karangan.

Jadi, selain memperkaya pengetahuan, membaca juga meningkatkan daya

nalar.

Menurut Tampubolon (1987:7) “Dalam keadaan normal, di

Negara-negara maju seperti di Amerika Serikat, seorang lulusan SLTA (sekolah

lanjutan tingkat atas) diharapkan sudah mempunyai kecepatan membaca

minimum kira-kira 250 kata per menit dengan pemahaman isi bacaan

minimum 70%. Kecepatan ini sering dipakai sebagai salah satu syarat untuk

dapat diterima menjadi mahasiswa di Perguruan Tinggi”.

4. Faktor penentu kemampuan membaca

Kemampuan membaca adalah kecepatan membaca dan

pemahaman isi. Dalam membaca lanjut yang menjadi tujuan utama ialah

mencapai kemampuan meembaca yang maksimal. Menurut Tampubolon

(1986:241). Adapun faktor-faktor kemampuan membaca adalah :

a. Kompetensi kebahasaan

Penguasaan bahasa secara keseluruhan, terutama tata bahasa dan kosakata, termasuk berbagai arti dan nuansa serta ejaan dan tanda-tanda baca, dan pengelompokkan.

b. Kemampuan Mata

Keterampilan mata mengadakan gerakan-gerakan membaca yang efesien. Yang dimaksud terutama adalah sakade, fiksasi, lompatan kembali, jangkauan penglihatan, dan jangkauan pemahaman.

c. Penentuan Informasi Fokus

Menentukan terlebih dahulu informasi sebelum membaca supaya dapat meningkatkan efesien membaca :

1. Informasi fokus dalam kalimat ialah proposisi dan kata-kata kunci. 2. Dalam paragraf, informasi fokus yaitu pikiran pokok yang

(10)

3. Dalam artikel, informasi fokus ialah pikiran pokok dan pikiran-pikiran jabaran. Pikiran pokok itu dapat diduga berdasarkan isi judul dan paragraf atau paragraf-paragraf pendahuluan.

4. Dalam surat kabar, informasi fokus adalah fakta (siapa, apa, dimana, apabila, mengapa) dan opini. Fakta pada umumnya terdapat dalam paragraf, atau paragraf pendahuluan berita. Opni terdapat dalam tajuk rencana, pojok, komentar, dan karikatur yang ditulis atau dibuat oleh redaksi, serta dalm tulisan (karangan-karangan yang dimuat dalam surat kabar.

5. Informasi fokus dalam buku adalaah pikiran poko atau pikiran-pikiran jabaran (bila perlu). Pikiran pokok dapat diduga berdasarkan judul, daftar isi, dan isi pendahuluan.

6. Informasi khusus yang dapat ditemukan dalam bagian tertentu dari suatu buku, dengan melihat indeks buku terlebih dahulu.

7. Jika bacaan diikuti oleh pertanyaan, maka pertanyaan itu merupakan informasi fokus. Oleh karena itu, sebelum membaca sebaiknya pertanyaan itu di baca terlebih dahulu dan sedapat mungkin diingat, sehingga pikiran dapat ditunjukkan pada penemuan jawaban pertanyaan itu.

8. Khusus dalam hal membaca teks ujian dan pertanyaan-pertanyaan, dapat juga dilakukan sebagai berikut: pertanyaan pertama (sebagai informasi fokus) dibaca dulu, kemudian teksnya dibaca sampai jawaban pertanyaan itu ditemukan.

d. Teknik-teknik dan metode-metode membaca

Cara-cara mambaca yang paling efisien dan efektif untuk menemukan informasi fokus yang ditemukan. Teknik-teknik yang umum ialah: baca-pilih, baca-lompat, baca-layap dan baca-tatap. e. Fleksibilitas Membaca

Strategi membaca ialah teknik dan metode membaca, kecepatan membaca dan gaya membaca (santai, serius, dengan konsentrasi, dan lain-lain). Dan kondisi-baca ialah tujuan membaca informasi fokus, dan matei bacaan dalam arti bacaan.

e. Kebiasaan Membaca

Minat (keinginan, kemauan dan motivasi) dan keterampilan membaca yang baik dan seseorang.

5. Mengukur Kemampuan Membaca

Sebagai orang tingkat kecerdasannya hanya mampu membaca 125

kpm (kata per menit). Menurut Bukhari (2012: ) “Pada umumnya, orang

membaca jauh lebih lambat dari pada kemampuannya. Orang dewasa di

(11)

kecepatannya antara 200-500 kpm, beberapa orang sampai 325-350 kpm

dan beberapa orang yang lain terlalu lambat, yaitu 125-175 kpm”. Orang

dewasa di Indonesia, seperti yang penulis catat berdasarkan kursus-kursus

yang diadakan, keadaannya seperti di amerika, yaitu 175-300 kpm, Akan

tetapi pada pertengahan kursus (minggu kedua), pada umumnya, dapat

dinaikkkan menjadi 350-500 kpm. Semua itu dengan pemahaman 70

persen.

Kemampuan membaca ialah kecepatan membaca dan pemahaman

isi bacaan. Menurut Tampubolon (1987:11) “Cara mengukur kemampuan

membaca yaitu jumlah kata yang dibaca per menit dikalikan dengan

persentase pemahaman isi bacaan misalnya, jika yang dapat anda baca per

menit adalah 200 kata, dan jawaban yang benar atas

pertanyaan-pertanyaan isi bacaan itu adalah 60%, maka kemampuan baca anda adalah

200x60% =120 kpm (kata per menit)”. Jika diterima bahwa lulusan SLTA

diharapkan memiliki kecepatan membaca minimum 250 kata per menit

dengan pemahaman minimum 70%, maka kemampuan membaca

minimum lulusan SLTA ialah 250x70% =175 kpm.

6. Kecepatan Membaca

Berdasarkan pembagian keterampilan membaca, membaca cepat

termasuk dalam membaca dalam hati yang bersinonim dengan

membaca ekstensif. membaca ekstensif (membaca cepat) berarti

(12)

mungkin teks dalam waktu yang sesingkat. Pengertian lain tentang

membaca ekstensif adalah cara membaca secara cepat dan sekilas

dengan tujuan memahami gambaran isi buku secara umum.

Membaca cepat memiliki tujuan dan tuntutan untuk memahami

isi yang penting-penting dengan cepat, sehingga membaca secara

efektif akan terlaksana. Dua hal yang ditekankan dalam membaca

cepat yaitu cepat dan tepat. Menurut Haryadi (2010) “Cepat berarti

kemampuan untuk memanfaatkan waktu seefektif mungkin untuk

menemukan informasi-informasi yang ada dalam teks. Tepat berarti

informasi yang didapatkan merupakan informasi yang tepat meskipun

proses membaca dilakukan dengan cepat”.

Menurut Pamungkas, (2003:121) “Kecepatan membaca umumnya

mahasiswa berdasarkan uji coba yang dilakukan ternyata sangat

rendah, hanya mencapai rata-rata 61,89KPM, dengan KPM tertinggi

mencapai 164,72 KPM”.

7. Potensi dan usaha kita dalam membaca

Tidak ada korelasi antara latar belakang pendidikan dan

kemampuan membaca. Akan tetapi, ada korelasi kuat antara

kecerdasan dan potensi membaca. Artinya adalah bahwa mestinya

siapa saja (yang dapat membaca cepat) dapat membaca dengan cepat

semua bahan yang mudah. Menurut Bukhari (2012:79) Memerangi

kebiasaan lambat ini sepenuhnya tergantung pada usaha kita, antara

(13)

1. Semua hambatan fisik (seperti, membaca dengan bersuara, dengan gerakan bibir, dan kata demi kata) harus disingkirkan.

2. Kita harus benar-benar menyadari dan mau untuk membaca lebih cepat, meyerbu bahan bacaan dan agresif untuk cepat menyelesaikan bahan bacaan.

3. Kita harus memaksa diri (dipaksa, didorong, dianjurkan,dianjurkan seperti diinstruksikan kalau kita mengikuti latihan membaca cepat) untuk dapat menambah kecepatan dalam membaca sehingga menjadi kebiasaan baru dalam keseharian, yaitu cepat membaca dan menyelesaikan bacaan itu. Hal itu dimaksudkan untuk mendobrak kebiasaan lambat.

Keterampilan dasar seperti gerakan mata, membaca frase,

mengenal kata-kata kunci berguna untuk menambahkan kecepatan

membaca, baik untuk fiksi maupun nonfiksi. Skimming dan scanning serta keterampilan yang harus dikuasai untuk membaca nonfiksi.

Skimming dan scanning dapat menjadi alat yang ampuh untuk mengatur kecepatan membaca sesuai dengan kebutuhan, terutama

untuk nonfiksi sehingga kita tidak dikuasai oleh bahan, tetapi kitalah

yang munguasainya sesuai dengan keperluan kita.

8. Hal yang menghambat kecepatan membaca

Beberapa hal yang menghambat kecepatan membaca. Ini biasanya

merupakan bagian dari kebiasaan jelek dalam membaca. (Nurhadi:1989)

1. Menyuarakan apa yang dibaca.

Membaca adalah proses berpikir. Kemampuan berpikir seseorang tentu jauh melampaui kecepatan orang berbicara. Oleh karena itu, bila seseorang membaca (dalam hal ini berpikir) lalu diikuti dengan menyuarakan dengan bibir, tentu kecepatan membaca itu menjadi terhambat.

2. Membaca kata demi kata

(14)

Mengapa? Anda bisa melihat sendiri setiap baris-baris bacaan dalam buku. Baris itu menampung sejumlah simbol dan lambang-lambang, selin kata dan kalimat.

3. Membantu melihat / menelusuri baris-baris bacaan dengan alat0alat tertentu (ujung pensil, ujung jari)

4. Menggerak-gerakkan kaki atau anggota tubuh yang lain

5. Konsentrasi berpikir terpecah dengan hal-hal lain diluar bacaan 6. Beruam-gumam atau bersendung

7. Kebiasaan berhenti lama di awal kalimat, paragraf, sub-sub bab, bahkan di tengah-tengah kalimat

8. Kebiasaan mengulang-ulang unit bacaan yang telah dibaca.

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan deskriptif dan jenis penelitian yang digunakan dalam

(15)

mengetahui/menganalisis kemampuan membaca siswa kelas V SDN 1

Alur Dua. Dengan demikian kita dapat menegtahui bagaimana cara siswa

membaca cepat.

Penelitian ini bertujuan untuk menggunakan metode speed reading terhadap peningkatan kemampuan membaca cepat. Jenis penelitian dalam

penelitian ini menggunakan eksperiment sebagai instrument pengumpulan

datanya. Tujuannya untuk memperoleh informasi tentang kecepatan

membaca siswa.

2. Populasi dan Sampel

Menurut Nazir (2005:273) “populasi adalah kumpulan dari

ukuran-ukuran tentang sesuatu yang ingin kita buat inferensi.” Berdasarkan

pengertian diatas bahwa jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu siswa

kelas V A berjumlah 25 siswa dan B berjumlah 28 siswa, maka sisa kelas

V berjumlah 53 siswa.

Menurut Sudjana (2004:85), “sampel adalah sebagian dari populasi

terjangkau yang memiliki sifat yang samadengan populasi”. Metode

pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling

yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan

populasi. Menurut Sugiyono (2007) “Karena jumlah populasi yang kurang

dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya”. Sampel

dalam penelitian ini berjumlah 53 siswa.

(16)

Menurut Arikunto (2000:134), “instrument pengumpulan data

adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam

kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan

dipermudah olehnya”.

Dalam penelitian ini alat yang digunakan adalah Stopwatch, untuk

menghitung seberapa cepat siswa dalam membaca. dan mencatat berapa

waktu yang bisa di tempuh oleh siswa tersebut. teks bacaan yang di

bagikan kepada siswa untuk mengukur berapa kata yang dibaca.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

instrument penelitian sebagai berikut:

a. Tes hasil membaca

Didalam instrument penelitian yang dimaksud dengan tes adalah

serangkaian atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan,

pengetahuan, atau bakat dalam membaca cepat yang dimiliki oleh

siswa.

Kecepatan membaca diukur dengan jumlah kata yang dapat dibaca

permenit. Dan pemahaman diukur dengan persentase dari jawaban yang

benar tentang isi bacaan. Oleh Karena itu, rumus yang biasa digunakan

adalah:

Jumlah kata dalam bacaan × persentase pemahaman isi Lama membaca dalam sekon : 60

Untuk menyederhanakan rumus di atas simbol yang digunakan adalah:

(17)

Kemampuan membaca = KM Jumlah kata per menit = KPM Jumlah kata dalam bacaan = KB Jumlah sekon membaca = SM Persentase pemahaman isi = PI 100

5. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah rangkaian kegiatan penalaahan,

pengelompokan, sistematis, penafsiran dan verivikasi data agar sebuah

fenomena memiliki nilai sosial, akademis dan ilmiah. Menurut Kasiram

(2006:274) “ Analisis data disini berfungsi untuk memberi arti, makna dan

nilai yang terkandung dalam data itu.

Menurut Sugiyono (2012) “Statistik deskriptif adalah statistik yang

digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau

generalisasi”. Adapun rumus yang digunakan adalah:

P = F x 100% N

Keterangan : P = Angka Persentase membaca siswa

F = Frekuensi siswa

N = Jumlah keseluruhan siswa

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharismi. (2000). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Bukhari (2010). Membaca dan menulis. Banda Aceh: Pena.

Catur P. (2011), http://www.academia.edu . Depok.

(19)

Kasiram Moh.(2010). Metodelogi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. Malang: UIN Maliki Press.

Kurniawan A.(2014). upaya meningkatkan hasil belajar ipa dengan menggunakan metode bermain talking stick pada peserta didik kelas v sd negeri 1 kota marang palangka raya, Palang Karaya.

Nana Sudjana. (2004). Penilaian hasil proses belajar mengajar. PT.Remaja Ruski dakarya. Bandung.

Nazir, Moh. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Ghaila

Nurhadi. (1989). Bagaimana meningkatkan kemampuan membaca?.Cv.Sinar baru Bandung. YA 3 Malang.

Oka, I Gusti Ngurah. (2005). Pengantar Membaca dan Pengajarannya. Surabaya: Usaha Nasional.

Palamani S. (2015). kemampuan membaca cepat pada siswa kelas v sdn 4 telaga kecamatan telaga kabupaten gorontalo. [Jurnal]. Gorontalo.

Pamungkas. 2003. Menjadi pembelajar yang dahsyat: Membaca bagi siapapun anda. On-line: 12 maret 2003. www.geocities.com/daup65.

Samadoyo,Samysu. 2011. Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dari hasil pengujian tersebut, dapat disimpulkan bahwa variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, yang artinya variabel

Perspektif konsumen terkait ketentuan tentang batalnya klausula baku yang masuk kategori Pasal 18 ayat (1) dan ayat (2) sudah sangat tepat, menginat pada

Walaubagaimanapun, selepas kemunculan pandangan Karl Marx itu sendiri, interpretasi state dalam aliran Marxisme ini dikembangkan oleh Antonio Gramsci yang menyatakan bahawa

Larangan melakukan perkawinan sesuku tersebut bagi masyarakat Minangkabau adalah karena masyarakat Minangkabau memandang bahwa hubungan sesuku itu

1. Keputusan Gubernur tentang Penetapan Status Siaga Darurat Penanganan Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan/Atau Lahan di Kalimantan Selatan. Penetapan Status Siaga

Mekanisme antelmintik gambir pada cacing adalah merusak sistem pencernaan- nya, dengan cara berikatan dengan protein pada saluran pencernaan atau glikoprotein pada kutikula

2 Analisis numerik menggunakan software Matlab dilakukan hanya dengan membandingkan dua kasus yaitu saat serat dalam keadaan lurus dan saat bending dengan hanya menggunakan

MARKET VALUE ADDED PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA