• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Modul Bimbingan Kelompok untuk Mencegah Perilaku Seks Bebas pada Peserta Didik di SMA Theresiana T1 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Modul Bimbingan Kelompok untuk Mencegah Perilaku Seks Bebas pada Peserta Didik di SMA Theresiana T1 BAB I"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa perubahan ketika anak muda menghadapi berbagai pengalaman yang baru, selain itu kehidupan remaja juga menjadi salah satu sorotan bagi masyarakat yang patut mendapatkan perhatian yang lebih. Dalam hal ini tindakan untuk mencegah terjadi perilaku seks bebas yang semakin luas dikalangan remaja, peran sekolah, orang tua, media masa maupun pemerintah adalah memikirkan dan membuat program pendidikan seksual untuk remaja (Dariyo, 2004).

(2)

2

Menurut Piaget (dalam Santrock, 2002), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitifnya sendiri, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitifnya. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir remaja sehingga memunculkan suatu ide baru.

Sarwono (2002) menjelaskan tentang perilaku seksual dimulai dari pegangan tangan dengan pacar : perempuan (93%), berciuman : laki-laki (61,6%) perempuan (39,4%), raba payudara : laki-laki (2,32%) perempuan (6,7%), pegang alat kelamin : laki-laki (7,1%), perempuan (1%), hubungan seks : laki-laki (2%). Sedangkan menurut survei yang dilakukan pada tahun 2007 oleh Rachmat dalam (Bararah, 2010) yang diperoleh sebagai berikut :

Tabel

Persentase Perilaku Seksual

No Perilaku Seksual Laki-laki(%) Perempuan(%)

1 Berpacaran 72% 77%

2 Berciuman 92% 92%

3 Meraba-raba pasangan 62% 62%

(3)

3

Dari data yang sudah diuraikan diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pergaulan remaja sekarang ini sangatlah mengkhawatirkan. Dengan adanya data tersebut seharusnya ada penyuluhan untuk mencegah adanya perilaku seks bebas.

Peneliti melaksanakan wawancara terhadap salah satu guru di SMA Theresiana Salatiga. Berdasarkan wawancara dengan salah satu guru disekolah tersebut, peneliti mendapatkan informasi bahwa disekolah SMA Theresiana tidak memiliki guru pembimbing yang mampu membantu permasalahan peserta didik baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Pemahaman mengenai perilaku seks disekolah SMA Theresiana diberikan melalui mata pelajaran Agama dan Biologi, namun pemahaman yang diberikan hanya menyangkut norma agama maupunnilai moral yang berlaku di kalangan masyarakat serta mengenai organ-organ reproduksi.

(4)

4

ini membuktikan bahwa peneliti khawatir terhadap peserta didik yang kurang paham tentang bahaya seks bebas, selain itu juga peserta didik dapat terjerat dalam pergaulan yang tidak bertanggung jawab dan akan merusak masa depannya kelak.

Berdasarkan hasil pra penelitian tentang pemahaman perilaku seks yang dilakukan kepada peserta didik di SMA Theresiana Salatiga dengan angket yang diadopsi dari Hudson 2003 :

Perilaku Seks Bebas

Valid Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative Percent

Sedang 3 8.3 8.3 8.3

Tinggi 19 52.8 52.8 61.1

Sangat Tinggi 14 38.9 38.9 100.0

Total 36 100.0 100.0

Berdasarkan hasil pra penelitian tentang pemahaman perilaku seks yang dilakukan di SMA Theresiana Salatiga, sebagian besar berada pada kategori tinggi. Karena sebagian besar yaitu 52.8% berada pada kategori tinggi, maka pencegahan peserta didik mengenai perilaku seks perlu ditingkatkan lagi. Di sisi yang lain di SMA Theresiana belum dilakukan pencegahan yang efektif.

(5)

5

pranikah. Sementara di Surabaya, seks bebas dilakukan oleh 54 % remaja. Medan 52% dan Bandung 47% remaja melakukan seks bebas. Fakta yang lain yang begitu mencengangkan yaitu adanya jumlah remaja yang melakukan aborsi yang mencapai 800 ribu remaja dengan 2,4 juta jiwa korban. Tidak cukup disitu. Peningkatan seks bebas ternyata juga berbanding lurus dengan penderita HIV/AIDS. Dengan diketahui banyaknya remaja yang melakukan seks bebas di setiap kota. Perlu diketahui remaja akan melakukan aborsi karena tidak ingin hamil di luar nikah maka remaja akan melakukan aborsi. Perlu di ketahui bahwa seorang remaja yang melakukan aborsi akan mengalami gejala psikologi sebagai sindrom pasca aborsi (post- abortion syndrome). Gejala – gejala sindrom tersebut antara lain Kehilangan harga diri (82%), berteriak- teriak histeris (51%), mimpi buruk berkali- kali mengenai bayi (63%), ingin melakukan bunuh diri (28%), mulai mencoba menggunakan obat- obat terlarang (41%), tidak bisa lagi menikmati hubungan seksual (59%).

(6)

6

sebelumnya memiliki tingkat pemahaman seks bebas yang rendah, kini memiliki tingkat pemahaman seks bebas yang tinggi.

Ghea Gendys Renjana Putri (2013) melakukukan pemberian angket pre-test yang ditemukan 7 siswa yang memiliki skor terendah dalam pemahaman bahaya seks bebas. Dari 7 siswa tersebut diberikan Layanan Bimbingan Kelompok teknik home room kepada siswa. Hasil analisis data dapat diketahui bahwa penerapan Bimbingan Kelompok teknik home room dapat meningkatkan adanya pemahaman siswa terhadap bahaya seks bebas, sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan bimbingan kelompok teknik home room dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman bahaya seks bebas pada siswa dapat bermanfaat.

Dari kedua peneliti menyatakan bahwa Bimbingan Kelompok dapat digunakan sebagai layanan yang berkaitan dengan topik seks bebas. Karena Bimbingan Kelompok merupakan sebuah Layanan yang dapat menunjang perkembangan pribadi dan perkembangan sosial masing-masing anggota kelompok selain itu dapat meningkatkan mutu dalam bekerjasama dalam kelompok.

(7)

7

peran tertentu. Disamping itu pula, teknik sosiodrama merupakan teknik yang sangat mudah untuk diaplikasikan kepada para siswa dalam memahami dampak dari adanya seks bebas.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana pengembangan modul Bimbingan Kelompok dengan teknik Sosiodrama dapat mencegah perilaku seks pada peserta didik kelas di SMA Theresiana Salatiga?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : Untuk mengetahui pengembangan modul Bimbingan Kelompok dalam mencegah perilaku seks pada peserta didik di SMA Theresiana Salatiga.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis layanan ini dapat diperoleh dengan adanya layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama ini dapat dijadikan panduan atau acuan dalam melaksanakan layanan selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

(8)

8

Bagi guru dengan adanya Layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama adalah supaya setiap guru dapat memberikan informasi kepada peserta didik mengenai perilaku seks serta dampak dari perilaku seks bebas tersebut.

1.5 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Agar memperoleh gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh mengenai pembahasan ini, secara global penulis akan memperinci dalam sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Merupakan kerangka dasar yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Kajian Pustaka

Berisi landasan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti oleh penulis yaitu pengertian perilaku seks bebas, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seks bebas, bentuk-bentuk perilaku seks bebas, aspek-aspek perilaku seks bebas, pengertian bimbingan kelompok, tujuan bimbingan kelompok, fungsi bimbingan kelompok, teknik-teknik bimbingan kelompok,pengertian modul, tujuan modul, karakteristik modul, struktur modul, prosedur pembuatan modul, dan penelitian yang relevan. Kajian ini kemudian dijadikan dasar pembahasan dan menjawab permasalahan dalam skripsi ini yakni modul pengembangan bimbingan kelompok untuk mencegah perilaku seks bebas pada peserta didik.

BAB III : Metode Penelitian

(9)

9

didik. Metode penelitian ini mencakup : jenis penelitian, langkah-langkah penelitian dan pengembangan (Research & Development). Dalam penelitian ini menggunakan 7 langkah, yaitu : 1) Potensi dan masalah; 2) Mengumpulkan informasi; 3) Desain Produk; 4) Validasi desain; 5) Perbaikan desain; 6) Uji coba produk; 7) Revisi Produk.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab ini, dikemukakan jawaban dari rumusan masalah yang diintegrasikan dengan sumber hasil penelitian dan teori-teori yang ada.

BAB V : Penutup

Gambar

Tabel  Persentase Perilaku Seksual

Referensi

Dokumen terkait

Sementara itu, 71% siswa menunjukkan sikap yang positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) dan 52% siswa menunjukkan

Angka lempeng total merupakan salah satu cara untuk menghitung cemaran mikroba, dimana cara ini merupakan bagian dari metode hitung cawan. Prinsip pada metode

Untuk memulai tugasnya, Badan Pemeriksa Keuangan dengan suratnya tanggal 12 April 1947 No.94-1 telah mengumumkan kepada semua instansi di Wilayah Republik

flexible, and self-confident. Playing outdoors positively affects self-esteem, helps a child to maintain a healthy weight, and develop social contacts. Moreover,

Universitas Negeri Semarang bekerja sama dengan sekolah- sekolah baik negeri maupun swasta untuk bersedia dijadikan tempat Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) oleh

KAREL

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang

melaporkan segala kegiatan mengenai pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan II ( PPL II ) DI SMA Negeri 2 Banjarbaru selama 8 kali pertemuan, yang kemudian diserahkan kepada