• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berbakti kepada orang tua. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Berbakti kepada orang tua. docx"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

4. Waqaf Mutlaq (ط): Tanda waqaf ini berarti "harus berhenti". Jadi apabila anda menemukan tanda waqaf ini maka anda harus berhenti.

Cara Berbakti pada Orang Tua Setelah

Mereka Tiada

Muhammad Abduh Tuasikal, MSc August 30, 2015 Akhlaq5 Comments 40,364 Views

Bagaimana cara berbakti pada orang tua ketika mereka telah meninggal dunia atau tiada? Dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi, ia berkata,

ل

ل ججررُ هجءرَاجرُ َاذرإإُ -ملسوُ هيلعُ هللَاُ ىلص-ُ هإلللَاُ لإُوس

ج ررُ درننعإُ ن

ج ح

ن نرُ َانرينبر

ءلى

ن ش

ر ُ ى

ل ُوربرأ

ر ُ رربإُ ننمإُ ىرقإبرُ لنهرُ هإلللَاُ لرُوسجررُ َايرُ لرَاقرفرُ ةرمرلإسرُ ىنإبرُ ننمإ

َامرهجلرُ رجَافرغنتإس

ن ل

إ َاورُ َامرهإينلرعرُ ةجل

ر ص

ل لَاُ م

إ عرنرُ »ُ ل

ر َاقرُ َامرهإتإُونمرُ درعنبرُ هإبإُ َامرهجرربرأر

َامرهإبإُ ل

ل إإُ لجص

ر ُوتجُ ل

ر ُ ىتإللَاُ م

إ حإرللَاُ ةجلرص

إ ورُ َامرهإدإعنبرُ ن

ن مإُ َامرهإدإهنع

ر ُ ذجَافرننإإور

.«ُ َامرهإقإيدإص

ر ُ مجَاررك

ن إإور

“Suatu saat kami pernah berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu ada datang seseorang dari Bani Salimah, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada bentuk berbakti kepada kedua orang tuaku ketika mereka telah meninggal dunia?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Iya (masih tetap ada bentuk berbakti pada keduanya, pen.). (Bentuknya adalah) mendo’akan keduanya, meminta ampun untuk

keduanya, memenuhi janji mereka setelah meninggal dunia, menjalin hubungan silaturahim (kekerabatan) dengan keluarga kedua orang tua yang tidak pernah terjalin dan memuliakan teman dekat keduanya.” (HR. Abu Daud no. 5142 dan Ibnu Majah no. 3664. Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Hibban, Al-Hakim, juga disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

Dalam hadits yang lain, kita dapat melihat bagaimana bentuk berbakti pada orang tua yang telah meninggal dunia lewat berbuat baik pada keluarga dari teman dekat orang tua.

(2)

هإيبإأرُ دروجُ ل

ر هنأرُ دإلرُورلنَاُ ةجلرص

إ ُ رربإلنَاُ رلبرأ

ر ُ نلإإ

Sesungguhnya sebaik-baik bentuk berbakti (berbuat baik) adalah seseorang menyambung hubungan dengan keluarga dari kenalan baik ayahnya.” (HR. Muslim no. 2552)

Dalam riwayat yang lain, Ibnu Dinar bercerita tentang Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, “Apabila Ibnu ‘Umar pergi ke Makkah, beliau selalu membawa keledai sebagai ganti unta apabila ia merasa jemu, dan ia memakai sorban di kepalanya. Pada suatu hari, ketika ia pergi ke Makkah dengan keledainya, tiba-tiba seorang Arab Badui lewat, lalu Ibnu Umar bertanya kepada orang tersebut, “Apakah engkau adalah putra dari si fulan?” Ia menjawab, “Betul sekali.” Kemudian Ibnu Umar memberikan keledai itu kepadanya dan berkata, “Naiklah di atas keledai ini.” Ia juga memberikan sorbannya (imamahnya) seraya berkata, “Pakailah sorban ini di kepalamu.”

Salah seorang teman Ibnu Umar berkata kepadanya, “Semoga Allah memberikan ampunan kepadamu yang telah memberikan orang Badui ini seekor keledai yang biasa kau gunakan untuk bepergian dan sorban yang biasa engkau pakai di kepalamu.” Ibnu Umar berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ى

ر لرُوريجُ ن

ن أرُ درعنبرُ هإيبإأرُ دروجُ ل

ر هنأرُ ل

إ ججرللَاُ ةرلرص

إ ُ رربإلنَاُ رربرأ

ر ُ ننمإُ نلإإ

Sesungguhnya sebaik-baik bentuk berbakti (berbuat baik) adalah seseorang menyambung hubungan dengan keluarga dari kenalan baik ayahnya setelah meninggal dunia.

Sesungguhnya ayah orang ini adalah sahabat baik (ayahku) Umar (bin Al-Khattab).

Bisa jadi pula bentuk berbuat baik pada orang tua adalah dengan bersedekah atas nama orang tua yang telah meninggal dunia.

Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,

ب

ل ئإَاغرُ ُورهنورُ هجمرأ

ج ُ تنيرفرُوجتجُ –ُ هنعُ هللَاُ ىضرُ –ُ ةردرَابرعجُ نربنُ درعنسرُ نلأر

،ُ َاهرننعرُ ب

ل ئإَاغرُ َانرأرورُ ت

ن يرفرُوجتجُ ىمرأ

ج ُ نلإإُ هإلللَاُ لرُوسجررُ َايرُ لرَاقرفرُ ،ُ َاهرننعر

ىنرإإفرُ لرَاقرُ .ُ «ُ منعرنرُ »ُ لرَاقرُ َاهرننعرُ هإبإُ ت

ج قندلص

ر ترُ ن

ن إإُ ءلى

ن ش

ر ُ َاهرعجفرننيرأر

َاهرينلرعرُ ةلقردرص

ر ُ ف

ر َاررخنمإلنَاُ ىط

إ ئإَاحرُ ن

ل أرُ ك

ر دجهإشنأج

“Sesungguhnya ibu dari Sa’ad bin ‘Ubadah radhiyallahu ‘anhu meninggal dunia. Sedangkan Sa’ad pada saat itu tidak berada di sisinya. Kemudian Sa’ad mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meninggal, sedangkan aku pada saat itu tidak berada di

sampingnya. Apakah bermanfaat jika aku menyedekahkan sesuatu untuknya?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Iya, bermanfaat.’ Kemudian Sa’ad mengatakan pada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Kalau begitu aku bersaksi padamu bahwa kebun yang siap berbuah ini aku sedekahkan untuknya’.” (HR. Bukhari no. 2756)

(3)

Ada enam hal yang bisa kita simpulkan bagaimana bentuk berbakti dengan orang tua ketika mereka berdua atau salah satunya telah meninggal dunia:

 Mendo’akan kedua orang tua.

 Banyak meminta ampunan pada Allah untuk kedua orang tua.

 Memenuhi janji mereka setelah meninggal dunia.

 Menjalin hubungan silaturahim dengan keluarga dekat keduanya yang tidak pernah terjalin.

 Memuliakan teman dekat keduanya.

 Bersedekah atas nama orang tua yang telah tiada.

Semoga bisa diamalkan. Selama masih hidup, itulah kesempatan kita terbaik untuk berbakti pada orang tua. Karena berbakti pada keduanya adalah jalan termudah untuk masuk surga. Dari Abu Darda radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

هجظ

ن فرحنَاُ وإأرُ برَابرلنَاُ كرلإذرُ عنض

إ أرفرُ ت

ر ئنش

إ ُ ن

ن إإفرُ ةإنلجرلنَاُ ب

إ َاُوربنأ

ر ُ ط

ج س

ر ونأ

ر ُ دجلإَاُورلنَا

Orang tua adalah pintu surga paling tengah. Kalian bisa sia-siakan pintu itu atau kalian bisa menjaganya.” (HR. Tirmidzi no. 1900, Ibnu Majah no. 3663 dan Ahmad 6: 445. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Al-Qadhi Baidhawi mengatakan, “Bakti pada orang tua adalah pintu terbaik dan paling tinggi untuk masuk surga. Maksudnya, sarana terbaik untuk masuk surga dan yang mengantarkan pada derajat tertinggi di surga adalah lewat mentaati orang tua dan berusaha

mendampinginya. Ada juga ulama yang mengatakan, ‘Di surga ada banyak pintu. Yang paling nyaman dimasuki adalah yang paling tengah. Dan sebab untuk bisa masuk surga melalui pintu tersebut adalah melakukan kewajiban kepada orang tua.’ (Tuhfah Al-Ahwadzi, 6: 8-9). Kalau orang tua kita masih hidup, manfaatkanlah kesempatan berbakti padanya walau sesibuk apa pun kita. Baca: Kapan Disebut Durhaka pada Orang Tua?

Wallahu waliyyut taufiq, hanya Allah yang memberi taufik.

Hak Orang Tua di Masa Hidup & Setelah Wafatnya (Ust. Abdurrahman Hadi, Lc)

4ُ tahunُ laluُ olehُ Radio Suara Al-Imanُ /ُ 9ُ komentarُ

(4)

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad shallallahu'alaihi wa sallam. Amma ba’du,

Kewajiban anak kepada orang tua pada masa hidupnya dan setelah matinya

Saudaraku, sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, bahwa berbakti kepada orang tua adalah amalan yang paling utama dan paling dicintai oleh Allah Ta'ala setelah kita beribadah kepada-Nya. Berbakti kepada orang tua merupakan sebab kita mendapatkan keridhaan Allah Ta'ala, mendapatkan surga-Nya dan merupakan sifat dan amalan mulia para Nabi. Dari sini jelas bahwa orang tua memiliki hak agung yang wajib dipenuhi oleh sang anak sebagai bentuk ketaatannya kepada Allah dan balas budi kepada keduanya. Berbakti kepada orang tua tidak hanya sebatas pada saat keduanya masih hidup, melainkan harus terus dilakukan setelah keduanya meninggal.

Berbakti kepada orang tua Pada masa hidupnya

Pertama: Mempergauli Keduanya dengan Baik di Dunia

Orang tua adalah manusia yang paling berhak mendapatkan pergaulan dengan baik. Hal itu tidak hanya terbatas kepada orang tua yang baik dan taat saja, orang tua yang kafirpun –wal ‘iyadzu billah– juga berhak mendapatkan pergaulan yang baik, karena kekufurannya tersebut kembali kepada dirinya sendiri, sedangkan ketaatan seorang anak kepada orang tuanya merupakan kewajiban tersendiri. Allah  berfirman:

) رريصصممللا ييملمإص كميلدملصاوملصوم يلص رلكرشلا نصأم نصيلمماعم يفص هرلراصمفصوم ننهلوم ىلمعم اننهلوم هرميرأر هرتللمممحم هصيلدملصاومبص نماسمنلإصللا انميلصيموموم 14

( نلإصوم

ميمثر ييملمإص بمانمأم نلمم لميبصسم علبصتيماوم افنوررعلمم ايمنلديرلا يفص اممهربلحصاصموم اممهرعلطصتر المفم ممللعص هصبص كملم سميللم امم يبص كمرصشلتر نلأم ىلمعم كمادمهماجم ) نمولرممعلتم ملترنلكر اممبص ملكرئربيصنمأرفم ملكرعرجصرلمم ييملمإص 15

(

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya selama dua tahun, bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah tempat kembalimu dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang kamu tidak ada pengetahuan tentangnya, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” QS. Luqman [31]: 14-15 Dan dalam hadits yang shahih diriwayatkan:

هصليملا ييصبصنم ىلمإص لمجررم لمبمقلأم لماقم صصاعمللا نصبل ورصملعم نمبل هصليملا دمبلعم نيمأم j

نممص رمجللما يلغصتمبلأم دصاهمجصللاوم ةصرمجلهصللا ىلمعم كمعريصابمأر لماقمفم

» . .« » . .« » .

(5)

hidup”. Rasulullah kemudian bertanya, “Apakah kamu menginginkan pahala dari Allah?”, maka laki-laki tadi menjawab, ”Ya, aku mengharapkan pahala”. Lalu Rasulullah berkata kepadanya, “kalau demikian maka pulanglah kepada kedua orang tuamu dan pergaulilah mereka dengan sebaik-baiknya.” (HR. Muslim: 2549)

Perhatikanlah ayat di atas, begitu tinggi kemuliaan orang tua, sampai-sampai orang tua yang kafirpun tetap diperintahkan agar mempergaulinya dengan baik dan mentaatinya selama tidak memerintahkan kemaksiatan, apabila kita diperintah untuk berbuat maksiat, maka pada saat itu kita tidak boleh mentaatinya. Dalam hadits tersebut, Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam memerintahkan seorang laki-laki agar berbakti kepada orang tua, padahal ketika itu ia

hendak pergi dalam rangka berjihad di jalan Allah.

Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa jihad meskipun memiliki kedudukan yang tinggi dan merupakan dzirwatu sanamil Islam (puncaknya Islam), akan tetapi berbakti kepada orang tua harus kita dahulukan apabila jihad tersebut hukumnya bukan fardhu ‘ain.

Kedua: Mendakwahi Keduanya

Dengan selalu mendoakan keduanya serta antusias dalam menasehati, mengerahkan segala daya dan upaya agar Allah memberikan hidayah Islam kepada keduanya apabila keduanya masih kafir, dan memberikan hidayah kepada manhaj yang benar.

Inilah jalan yang telah ditempuh oleh para Nabi dan generasi awal umat ini, mereka bersemangat dan sangat berharap agar orang tua mereka mendapatkan hidayah dan merasakan manisnya iman sebagaimana yang telah mereka rasakan. Mereka mengerahkan segala daya dan upaya untuk mencapai harapan dan tujuan yang mulia tersebut.

Begitu banyak kisah yang dapat kita jadikan teladan di dalam masalah ini. Oleh karenanya, untuk melengkapi pembahasan kita kali ini, kami suguhkan kepada para pembaca yang budiman dua contoh kisah yang mudah-mudahan kita bisa menuai pelajaran darinya.

Kisah pertama, adalah Khalilu ar-Rahman Nabi Ibrahim 'alaihis salaam, beliau sangat antusias menunjukkan ayahnya, Azar yang kafir dan berusaha mendakwahinya dengan baik, dengan beraneka ragam cara, disertai hujjah-hujjah naqli (dalil syar’i) maupun aqli (logika), dengan tarhib (peringatan) dan targhib (janji dan kabar gembira).

Allah Ta'ala telah memberitakan kepada kita tentang hal tersebut, di antaranya adalah dalam firman-Nya:

) ايينبصنم اقنيديصصص نماكم هرنيمإص مميهصارمبلإص بصاتمكصللا يفص رلكرذلاوم 41

(

كمنلعم ينصغلير الموم ررصصبلير الموم عرممسليم الم امم دربرعلتم مملص تصبمأم ايم هصيبصأملص لماقم ذلإص

) ائنيلشم 42 ) ايينوصسم اطنارمصص كمدصهلأم ينصعلبصتيمافم كمتصأليم مللم امم مصللعصللا نممص ينصءماجم دلقم ينيصإص تصبمأم ايم ( 43

( نيمإص نماطميلشيملا دصبرعلتم الم تصبمأم ايم

) ايينصصعم نصممحلريمللص نماكم نماطميلشيملا 44

) ايينلصوم نصاطميلشيمللص نموكرتمفم نصممحلريملا نممص بماذمعم كمسيممميم نلأم فراخمأم ينيصإص تصبمأم ايم ( 45

( لماقم

) ايينلصمم ينصرلجرهلاوم كمنيمممجررلأملم هصتمنلتم مللم نلئصلم مريهصارمبلإص ايم يتصهملصآ نلعم تمنلأم بمغصارمأم 46

(

هرنيمإص يبيصرم كملم ررفصغلتمسلأمسم كميللمعم ممالمسم لماقم

) ايينفصحم يبص نماكم 47

(

(6)

menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai ayahku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan yang Maha Pemurah. Wahai ayahku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa adzab dari Tuhan yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan. Ayahnya berkata, “Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, wahai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam. Ibrahim berkata, “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku dan tinggalkanlah aku dalam waktu yang lama.” QS. Maryam [19]: 41-47

Dan jika sang anak sudah berusaha secara maksimal untuk mengajak orang tuanya ke jalan yang benar, akan tetapi orang tuanya tidak mengindahkan dakwahnya justru malah menentangnya, maka sang anak tidak tergolong durhaka kepada orang tua, selama cara dan jalan yang ditempuh tersebut benar, bahkan ia tergolong anak yang cinta kepada orang tuanya, karena mengharapkan orang tuanya mendapatkan nikmat paling agung yaitu hidayah. Oleh karena itu, hendaknya sang anak tidak putus asa dan berhenti dalam mendakwahi orang tuanya.

Kisah kedua, adalah sahabat yang mulia, Abu Hurairah radhiyallahu'anhu dimana ibunya yang dahulu masih dalam kekafiran senantiasa menyakiti serta mengganggu Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam dengan lisannya, walaupun demikian Abu Hurairah radhiyallahu'anhu tetap mempergaulinya dengan baik dan beliau sangat semangat mendakwahinya agar mendapatkan hidayah.

Marilah sejenak kita menyimak apa yang telah dilakukan oleh Abu Hurairah rahiyallahu'anhu, dan bagaimanakah perjuangan beliau. Beliau menceritakan, ”Aku dahulu mendakwahi ibuku kepada Islam karena waktu itu dia masih dalam keadaan musyrik. Pada suatu hari aku mendakwahinya, ternyata kudengar darinya pembicaraan yang kurang baik tentang Rasulullah, maka aku mendatangi Rasulullah dalam keadaan menangis dan aku katakan kepada Beliau, wahai Rasulullah, aku telah mendakwahi ibuku agar masuk Islam tapi ia enggan, bahkan berbicara tentangmu apa yang tidak aku suka, oleh karena itu doakanlah agar Allah memberi petunjuk kepada ibuku”. Kemudian Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam berdoa, “Ya Allah berikanlah petunjuk kepada ibu Abu Hurairah”. Setelah mendengar doa tersebut aku pun keluar menuju rumahku dengan penuh kegembiraan, tatkala sampai rumah ternyata pintu tertutup. Tatkala aku sampai rumah dan ibuku mendengar suara sandalku, beliau mengatakan, “berhentilah di tempatmu, wahai Abu Hurairah”. Pada saat itu aku mendengar suara air, beliau mandi, mengenakan pakaiannya lalu membukakan pintu untukku seraya mengucapkan “Wahai Abu Hurairah, Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluh”.

Setelah mendengar perkataan ibunya tersebut, Abu Hurairah radhiyallahu'anhu berkata, “Maka aku segera kembali menemui Rasulullah dalam keadaan menangis karena kebahagiaan yang aku rasakan lalu kukatakan kepada Rasulullah, “Kabar gembira wahai Rasulullah, Allah telah mengabulkan doamu dan Allah telah memberi petunjuk kepada ibuku”, maka Rasulullah pun memuji Allah dan menyanjungNya seraya mengucapkan kebaikan.” (HR. Muslim: 2491)

(7)

ucapan yang tidak baik dari ibunya tentang Nabi termulia, Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam, beliaupun tidak lantas berputus asa, justru beliau mencari cara lain dengan mendatangi Rasulullah agar diketukkan pintu langit, berdoa kepada Allah Ta'ala karena Dialah tempat kembali, tempat memohon dan penentu keputusan, ditambah lagi dengan keyakinan Abu Hurairah yang mantap bahwa doa Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam apabila beliau mendoakan kebaikan kepada suatu kaum atau mendoakan kejelekan, akan dikabulkan. Sehingga cara inipun ditempuh oleh Abu Hurairah radhiyallahu'alaihi wa sallam, yang pada akhirnya pengharapan beliau terwujud yaitu ibunya tercinta masuk ke dalam agama Islam.

Inilah di antara contoh praktik orang-orang mulia dalam mewujudkan birrul walidain, maka hendaknya kita bisa meneladani mereka. Allah Ta'ala berfirman:

هلدصتمقلا مرهرادمهربصفم هرليملا ىدمهم نميذصليما كمئصلموأر “Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka.” QS. al-An’am [6]: 90

Seorang penyair pun telah bersenandung dalam syairnya,

مصارمكصلالبص اولهربيمشمتمف

ملهرلمثلمص اولنرولكرتم مللم نلإص وم

حرالمفم مصارمكصلالبص همبيرشمتيملا نيمإص Menirulah orang-orang mulia walaupun engkau tidak bisa seperti mereka,

Sesungguhnya meniru orang-orang mulia adalah sebuah keberuntungan.

Ketiga: Rendah hati di hadapan kedua orang tua, tidak mengangkat suara di hadapan keduanya walaupun sekedar ucapan uf atau ah

Allah  berfirman:

اممهررلهمنلتم الموم فينأر اممهرلم للقرتم المفم اممهرالمكص ولأم اممهردرحمأم رمبمكصللا كمدمنلعص نيمغملربليم اميمإص انناسمحلإص نصيلدملصاومللابصوم هراييمإص اليمإص اودربرعلتم اليمأم كمبيررم ىضمقموم ) امنيرصكم النولقم اممهرلم للقروم 23

) ارنيغصصم ينصايمبيمرم اممكم اممهرملحمرلا بيصرم للقروم ةصممحلريملا نممص ليصذيرلا حمانمجم اممهرلم ضلفصخلاوم ( 24

(8)

kecil,” dan ibunya pun menjawab, “wahai anakku mudah-mudahan Allah memberi balasan kebaikan kepadamu serta meridhaimu karena engkau telah berbakti kepadaku di masa tuaku.” (HR. al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad: 14 dengan sanad yang hasan)

Lihatlah wahai saudaraku, bagaimana bakti sahabat Abu Hurairah ini dan bagaimana beliau mengungkapkan rasa syukurnya serta menunjukkan penghormatannya kepada ibunya? Di sisi lain, engkau juga akan mendapati betapa sang ibu merasakan bakti anaknya sehingga dia sangat menyayangi sang anak. Allahu akbar! Inilah hakikat kebahagiaan yang sesungguhnya, yaitu tatkala sang anak dan orang tua merasakan kebaikan, maka orang tua akan mendapatkan haknya, begitu pula anaknya juga akan mendapatkan haknya.

Berbakti kepada orang tua setelah meninggalnya

Ketika orang tua telah meninggal dunia, maka tidak ada yang diharapkan dari yang hidup kecuali apa-apa yang bisa memberikan manfaat kepada akhiratnya, berupa pahala dan yang dapat menyelamatkannya dari siksa.

Di antara yang dapat memberikan manfaat kepada orang tua setelah meninggalnya yang dapat dilakukan oleh sang anak dalam mewujudkan baktinya, adalah:

1. Amalan shalih yang dilakukan anaknya

Seorang anak hendaknya bersungguh-sungguh dalam menjalankan ketaatannya kepada Allah, karena setiap amal shalih yang dikerjakan sang anak pahalanya akan sampai kepada kedua orang tua yang beriman walaupun ia tidak mengatakan, “amal ini aku hadiahkan untuk ibu atau ayahku”, ataupun ucapan yang semisal, karena anak merupakan bagian dari usaha orang tuanya, dan hal itu sama sekali tidak mengurangi pahala sang anak. Sebagaimana yang Allah  firmankan:

ىعمسم امم اليمإص نصاسمنلإصلللص سميللم نلأموم “Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” QS. an-Najm [53]: 39

Dan anak merupakan bagian dari usaha orang tuanya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam:

ملكربصسلكم نلمص ملكردمالمولأم نيمإوم ملكربصسلكم نلمص ملترللكمأم امم بميمطلأم نيمإ “Sesungguhnya sebaik-baik apa yang kalian makan adalah dari usaha kalian, dan sesungguhnya anak-anak kalian adalah termasuk bagian dari usaha )HR. at-Tirmidzi: 1358, Ibnu Majah: 2290 dan Ahmad: 6/162 kalian.” (lihat Shahih Ibnu Majah: 1854)) 

(9)

2. Doa anak yang shalih kepada kedua orang tua dan memintakan ampunan atas dosa-dosanya

Allah  berfirman:

ارنيغصصم ينصايمبيمرم اممكم اممهرملحمرلا بيصرم “ Dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua

telah mendidikku waktu kecil.” QS. al-Isra` [17]: 24 Dan Rasulullah shallallahu'alaihi was sallam bersabda:

هرلم ولعردليم حنلصاصم دنلموم ولأم هصبص عرفمتمنلير منللعص ولأم ةنيمرصاجم ةنقمدمصم نلمص ليمإص ةنثملمثم نلمص ليمإص هرلرممعم هرنلعم عمطمقمنلا نراسمنللصا تمامم اذمإص ”Apabila manusia meninggal dunia, maka terputus amalannya, kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shalih yang (HR. Muslim: 1631) mendoakannya.”  3. Termasuk berbuat baik kepada orang tua setelah meninggalnya adalah dengan cara memuliakan teman-temannya, sanak kerabat dan saudara-saudaranya

Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

هصيلبصأم ديصور لمهلأم دصلمومللا ةرلمصص ريصبصللا ريمبمأم نيمإص ”Kebaikan yang terbaik adalah jika seseorang menyambung orang yang disenangi bapaknya.”(HR. Muslim: 2552) Dalam hadits yang lain dari Abu Burdah  radhiyallahu'anhu, beliau mengatakan: “Aku datang ke kota Madinah lalu datanglah kepadaku Abdullah Ibnu ‘Umar seraya berkata: ”Taukah kamu kenapa aku datang kepadamu?”, maka aku menjawab: “Aku tidak tahu.” Maka beliau Ibnu ‘Umar mengatakan: “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu'alahi wa sallam bersabda:

هردمعلبم هصيلبصأم نماومخلإص للصصيمللفم هصرصبلقم يلفص هرابمأم لمصصيم نلأم بيمحمأم نلمم ”Barangsiapa ingin menyambung orang tuanya setelah meninggalnya, hendaklah ia menyambung teman-teman (saudara) orang tuanya setelahnya dan sesungguhnya antara ayahku (Umar) dan ayahmu memiliki tali persahabatan dan saling mencintai, maka aku ingin menyambung hal itu (setelah (HR. Ibnu Hibban: 2/175, termaktub dalam Shahih matinya, 

pent).” al-Jami’: 5960)

(10)

mengikat kepalamu”, maka Abdullah Ibnu ‘Umar radhiyallahu'anhuma mengatakan, “aku mendengar Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

هصيلبصأم ديصور لمهلأم دصلمومللا ةرلمصص ريصبصللا ريمبمأم نيمإص ”Termasuk kebaikan yang paling baik adalah seorang anak menyambung hubungan dengan keluarga orang yang dicintai orang tuanya setelah meninggalnya”. (HR. Muslim: 2552) 

Dan dahulu bapak orang badui tersebut adalah teman baik ‘Umar.

4. Termasuk berbakti kepada orang tua setelah meninggalnya adalah dengan bersedekah berupa ilmu, membangun masjid, menggali sumur, memberi mushaf, dll dari amal jariyah yang akan sampai pahalanya kepada orang tuanya

‘Aisyah radhiyallahu'anha meriwayatkan, bahwasanya seseorang pernah berkata kepada Nabi shallallahu'alaihi wa sallam, “Sesungguhnya ibuku meninggal secara tiba-tiba dan tidak sempat berwasiat, dan aku mengira jika dia bisa berbicara maka dia akan bersedekah, apakah baginya pahala jika aku bersedekah untuknya dan apakah aku juga akan mendapatkan pahala?”, maka Nabi shallallahu'alaihi wa sallam bersabda, “Ya”. Kemudian orang tadi mengatakan, “Aku bersaksi bahwa kebun yang berbuah ini aku sedekahkan atas namanya.” (HR. al-Bukhari: 2605 dan Muslim: 1004)

Dan dalam hadits yang lain, diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, bahwa ada seseorang yang mengatakan kepada Nabi shallallahu'alaihi wa sallam, “Sesungguhnya orang tuaku meninggal dan telah meninggalkan harta dan tidak mewasiatkan apa-apa, apabila aku bersedekah dengan meniatkan untuk orang tuaku, apakah hal itu akan menghapus dosanya?,” Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam menjawab, “Ya”. (HR. al-Bukhari: 2605)

Tentang hadits shahih ini, kita tetapkan apa adanya, akan tetapi walaupun sang anak tidak meniatkan pahala untuk orang tuanya pun secara langsung pahala tersebut akan sampai, karena anak merupakan bagian dari usaha orang tua, sebagaimana yang telah berlalu penjelasannya.

5. Menunaikan wasiatnya jika tidak melanggar syar’i, membayarkan hutangnya baik harta maupun puasa nadzar

Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

هرييرلصوم هرنلعم مماصم ،ممايمصص هصيللمعموم تمامم نلمم (HR. Bukhari, Muslim, dll) “Barangsiapa yang meninggal dan masih menanggung hutang 

(11)

Nasehat dan kabar gembira BAGI orang-orang yang berbakti kepada orang tua

Wahai para anak berbaktilah engkau kepada orang tua kalian, sesungguhnya doa mereka sangat mustajab (terkabulkan), sebagaimana Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

:

رصفصاسممرللا ةرومعلدم وم مصئصاصيملا ةرومعلدم وم هصدصلموملص دصلصاوملمال ةرومعلدم ديررمتر الم تناومعمدم ثرلمثم “Ada tiga doa yang tidak diragukan lagi akan pengabulannya, yaitu doanya orang terdhalimi, doanya orang musafir, dan doanya orang tua kepada (HR. Ibnu Majah: 3862, dan tercantum dalam Shahih al-Jami’: anaknya.” 3033) 

Maka kabar gembira untukmu wahai anak yang berbakti lagi berbuat baik kepada orang tuanya, apabila setiap hari engkau keluar rumah, sedangkan ayah dan ibumu mendoakan kebaikan kepadamu. Dan sebaliknya, kabar kehinaan bagimu manakala engkau keluar rumah, sedangkan kedua orang tua mendoakanmu dengan kejelekan dan laknat.

Kabar gembira bagi orang tua yang memiliki anak YANG shAlih

1. Amalannya akan terus bertambah dan mengalir sampai hari kiamat,

sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam :

هرلم ولعردليم حنلصاصم دنلموم ولأم هصبص عرفمتمنلير منللعص ولأم ةنيمرصاجم ةنقمدمصم نلمص ليمإص ةنثملمثم نلمص ليمإص هرلرممعم هرنلعم عمطمقمنلا نراسمنللصا تمامم اذمإص 2. Akan dinaikkan derajatnya di surga, disebabkan sang anak memintakan ampunan kepada Allah Ta'ala untuknya,

sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam:

كملم كمدصلموم رصافمغلتصسلابص لراقميرفم ؟ اذمهم ىنيمأم لرولقريمفم ةصنيمجمللا يلفص هرترجمرمدم عرفمرلترلم لمجرريملا نيمإص “Sungguh seseorang akan diangkat der ajatnya di surga, dia mengatakan: dari mana ini? Kemudin dikatakan kepadanya, ini adalah disebabkan istighfar (HR. Ibnu Majah: 3638 dll, lihat Shahih anakmu yang shalih.” al-Jami’:1618) 

3. Akan berkumpul di akhirat bersama anak cucu yang beriman, sebagaimana firman Allah :

(12)

Mudah-mudahan Allah Ta'ala menjaga kita dan kedua orang tua kita dari segala malapetaka dunia dan akhirat serta menjadikan kita termasuk orang yang berbakti kepada kedua orang tua dan yang memberikan haknya di masa hidupnya dan juga setelah meninggalnya. Amiin ya Rabbal ‘alamiin.

Maraji’:

al-Qur`an al-Karim dan terjemahannya.

Tabshiratul Anam bil Huquq fil Islam, karya Syaikh Abu Islam Shalih Toha, cet. pertama bulan Ramadhan 1427, terbitan ad-Dar al-Atsariyah, Amman, Yordania.

Al-Islam Muyassarah dalam pembahasan Birrul Walidain, karya Syaikh Ali Hasan Al-Halabi. Kajian ini disampaikan oleh Ust. Abdurrahman Hadi,Lc هللا هظفح di Masjid Darul HijrahSTAI ALI BIN ABI THALIB SURABAYA dalam Daurah Hak-Hak dalam Islam pada hari Selasa tanggal1 Muharram 1435 H/5 November 2013.

Radio Suara Al-Iman Surabaya, radio dakwah dan syiar Islam, Ahlus Sunnah wal Jama'ah, mengudara pada frekuensi radio AM 846 kHz yang dapat dijangkau oleh radio di Jawa Timur dan Madura (sebagian besar Jatim, pada khususnya), hingga beberapa kota di Jawa Tengah (Rembang, Blora, dll). Radio Suara Al-Iman Surabaya juga dapat dinikmati melalui radio streaming dan Flexi radio. Gabung juga di Facebook dan Twitter Radio Suara Al-Iman, untuk berlangganan info kajian di Jawa Timur.

ُ

7 Cara Berbakti Kepada Orang Tua Yang

Sudah Meninggal

(13)

untuk menghormati dan membalas jasa-jasa orang tua yang telah merawat serta

membesarkannya. Meskipun sebenarnya tidak akan pernah terbalaskan karena besar dan tulusnya jasa-jasanya tersebut. Namun orang tua juga tak pernah menuntut balas akan kasih sayang yang diberikan kepada anak-anaknya, tetapi sebagai seorang anak sudah

seyogyanyalah kita membalas itu dengan cara berbakti kepada mereka. ads

Berbakti kepada orang tua tidak hanya ketika mereka masih hidup, tetapi walaupun mereka sudah meninggal kita sebagai anak masih harus terus berbakti kepada orang tua sampai akhir hayat kita. Berbakti di saat orang tua masih hidup tentu bisa dilakukan dengan jelas dan nyata di hadapan mereka. Lantas bagaimana cara untuk berbakti kepada orang tua ketika mereka sudah meninggal nanti?

Berikut beberapa Cara Berbakti Kepada Orang Tua Yang Sudah Meninggal :

1. Mendoakan keduanya

Hal ini senada dengan hadits Rasulullah SAW yang berbunyi:

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak yang sholeh.” (HR. Muslim, no. 1631)

Dari hadits di atas jelas disebutkan bahwa salah satu dari tiga perkara yang tidak putus adalah “do’a anak sholeh”. Itu artinya kita masih bisa berdo’a untuk kebaikan orang tua kita. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita selalu mendo’akan orang tua meskipun mereka sudah meninggal. Tentunya do’a yang kita panjatkan adalah do’a yang baik-baik bagi mereka.

2. Memohonkan ampunan untuk keduanya

Hal ini sesuai dengan sebuah hadits qudsi, yaitu hadist Rasulullah SAW yang datangnya langsung dari firman Allah SWT (tetapi bukan al Qur’an), yang berbunyi:

“ ….. diangkat derajat seorang yang sudah mati, kemudian berkata, “Ya Rabb, apa (penyebab) ini?”, kemudian Allah menjawab, “anakmu memohonkan ampun untukmu”. Dari hadits qudsi di atas dapat kita telaah bahwa derajat orang tua yang sudah meninggal akan diangkat apabila kita memohonkan ampun baginya kepada Allah SWT. Oleh karena itu, sebagai anak yang ingin berbakti kepada orang tua sudah sepatutnya kita untuk memohonkan ampun bagi orang tua kita yang sudah meninggal kepada Allah SWT.

3. Melunasi semua hutang keduanya

(14)

“Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Ruh seorang yang beriman tergantung dengan hutangnya, sampai dilunasi hutangnya”. (HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6779)

Dari hadits di atas dapat kita telaah bahwa ruh seseorang yang sudah meninggal tergantung pada hutangnya sampai hutangnya lunas. Oleh karena itu, kita sebagai anak yang ingin berbakti kepada orang tua yang sudah meninggal adalah dengan cara membayar hutang-hutang mereka yang belum terlunasi agar ruh mereka bisa tenang dan diterima di sisi-Nya. Dalam hal pembayaran hutang ini sebenarnya pihak keluarga lainnya boleh saja membantu untuk melunasinya. Kalaupun nanti terasa berat, percayalah bahwa Allah SWT pasti akan membantu setiap orang yang berhutang untuk melunasinya. Dengan catatan kita tidak pernah menyerah untuk selalu berusaha dan berdo’a kepada-Nya.Sebagai tambahan jikalau kita merupakan pihak yang dihutangi, maka sudah sepatutnya kita untuk memberikan kelonggaran waktu dalam melunasi hutang tersebut.

4. Menuntaskan nadzar, kafarat, wasiat, dan janji yang belum terpenuhi.

Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW yang berbunyi:

“Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya seorang wanita dari Juhainah datang kepada Nabi SAW, lalu dia berkata, “Sesungguhnya ibu saya telah bernazar melakukan haji, dia meninggal sebelum melaksanakan nadzar hajinya. Apakah boleh melakukan haji menggantikannya?” Nabi menjawab, “Lakukan haji untuknya”. (HR. Bukhari)

Dari hadits di atas diketahui bahwa seorang anak memiliki kewajiban untuk melunasi atau menuntaskan nadzar orang tuanya yang sudah meninggal. Begitu pun dengan kita, apabila orang tua kita sudah meninggal, maka kita wajib menuntaskan nadzar yang belum

dipenuhinya sebagai tanda bakti kita kepada mereka. Meskipun dalam hadits hanya disebutkan nadzar saja, tetapi sebenarnya bukan hanya itu saja yang harus kita tuntaskan. Adapun beberapa hal selain nadzar yang harus kita tuntaskan untuk orang tua kita apabila belum terpenuhi sampai mereka meninggal, yaitu kafarat (denda), wasiat, dan janji. Jadi intinya adalah kita bisa berbakti kepada orang tua yang sudah meninggal dengan cara menuntaskan nadzar, kafarat, wasiat, dan janji mereka yang belum terpenuhi.

5. Menjaga silaturahmi serta menghormati keluarga orang tua yang sudah meninggal

Salah satu cara lain untuk berbakti kepada orang tua yang sudah meninggal adalah menjaga silaturahmi dengan keluarga, kerabat, dan sahabat (teman) keduanya serta menghormati mereka semua. Hal ini sesuai dengan beberapa hadits Rasulullah SAW yang berbunyi: “Sesungguhnya suatu hal yang paling berbakti ialah silaturahim seorang anak kepada kerabat yang mencintai Ayahnya”. (HR. Muslim)

(15)

shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Iya, bermanfaat”. Kemudian Sa’ad mengatakan kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, “Kalau begitu aku bersaksi padamu bahwa kebun yang siap berbuah ini aku sedekahkan untuknya”. (HR. Bukhari)

Dari kedua hadits di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa cara berbakti kepada orang tua yang sudah meninggal adalah menyambung silaturahmi kepada keluarga, kerabat, dan sahabat (teman) keduanya. Tentunya kita juga harus menaruh rasa hormat kepada mereka semua seperti kita menghormati kedua orang tua kita. Ditambah lagi, sedekah yang kita khususnya kepada orang tua yang sudah meninggal hukumnya adalah boleh dan aku mendatangkan manfaat juga bagi mereka.

6. Berziarah ke makam (kubur) keduanya

Salah satu cara lain lagi yang bisa dilakukan oleh kita untuk berbakti kepada orang tua yang sudah meninggal adalah berziarah ke makam mereka. Beberapa hal yang bisa kita lakukan ketika berziarah ke makam orang tua yang sudah meninggal selain mendo’akan dan membacakan Al Qur’an (yasin), yaitu membersihkan dan merawat kondisi makam seperti menyapu, mencabut rumput-rumput liar yang mengganggu, dan memperbagus makam. Namun yang utama tentu adalah mendo’akan dan membacakan ayat-ayat Al Qur’an bagi keduanya.

7. Menjadi anak yang sholeh

Cara terakhir inilah yang merupakan inti dari 6 poin yang telah disebutkan dan dijelaskan di atas. Mengapa demikian? Karena apabila kita merupakan anak yang sholeh, maka sudah dapat dipastikan bahwa kita akan melakukan semua (6 poin) yang telah disebutkan dan dijelaskan di atas. Anak yang sholeh pasti akan mengetahui apa kewajibannya terhadap orang tua, yaitu berbakti.

Meskipun kedua orang tuanya sudah meninggal, dia akan tetap berbakti kepada mereka dengan cara melakukan keenam cara di atas karena itu adalah kewajibannya sebagai seorang anak. Tentu saja yang bisa menilai tingkat kesholehan kita adalah hanyalah Allah. Namun sebagai hamba-Nya kita harus selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk mencpai ridho-Nya termasuk dengan cara berbakti kepada orang tua, terlepas mereka masih hidup atau sudah meninggal.

Sebagaimana kita tahu bahwa keridhoan Allah bergantung kepada keridhoan orang tua. Oleh karena itu, tetaplah berusaha untuk selalu berbakti sebaik mungkin kepada orang tua, terlepas mereka masih hidup atau sudah meninggal sekalipun.

Demikian beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk berbakti kepada kedua orang tua yang sudah meninggal. Sayangilah selalu orang tua kita, terlepas mereka masih hidup atau sudah meninggal sekalipun. Lebih berbaktilah ketika orang tua kita masih hidup karena jikalau kita yang meninggal terlebih dahulu, maka kita akan kehilangan kesempatan untuk lebih banyak berbakti kepada mereka.

(16)

Dalil Tentang Kewajiban Berbakti Kepada

Orang Tua

Amelُ Liyaُ

ُ ُ 3/07/2017ُ

Tagsُ

Religiُ

Dalil Al-Qur'an dan Hadits Kewajiban Berbakti Kepada Kedua Orang Tua - Wajib adalah sesuatu yang benar-benar harus dikerjakan. Apabila tidak maka yang bersangkutan akan menerima konsekuensinya. Misalnya, seorang pengendara motor wajib memakai helm ketika perjalanan. Jika tidak, maka ia akan menerima beberapa konsekuensi. Pertama, ia ditilang petugas lalu lintas. Kedua, jika sampai terjadi kecelakaan ia akan menderita lebih parah dibanding ketika memakai helm, atau bahkan berujung kematian.

Orang beriman wajib meyakini 6 rukun iman. Salah satunya yakni meyakini bahwa Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang disembah, tiada sekutu bagi-Nya. Namun, jika ia meyakini ada sesuatu yang melebihi kekuasaan Allah, berarti ia telah melanggar kewajiban sebagai seorang mukmin. Maka ia tidak lagi dianggap sebagai mukmin melainkan musyrik, yakni orang yang menyekutukan Allah SWT.

Begitu pula dalam rukun Islam. Sebagai orang Islam maka wajib melaksanakan 5 rukun Islam, yakni syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji bila mampu. Apabila ada orang mengaku muslim tetapi meninggalkan salah satu dari rukun Islam, atau bahkan dengan tegas ia

menentang dan menolak rukun Islam. Berarti ia jelas melanggar kewajiban sebagai seorang muslim. Maka ia tidak lagi disebut sebagai muslim melainkan kafir, yakni orang yang menentang kebenaran Islam.

Musyrik dan Kafir yang menentang Allah, tentu akan mendapat ganjaran berupa siksaan api neraka yang amat sangat pedih. Beruntunglah bagi Mukmin dan Muslim yang senantiasa mengikuti segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.

Dalam ajaran Islam, berbakti kepada orang tua hukumnya adalah wajib. Kewajiban berbakti kepada orang tua hukumnya sejajar dengan kewajiban di dalam rukun Islam. Bahkan beberapa ulama berpendapat, bahwa derajat berbakti kepada orang tua sejajar dengan

(17)

Dalil Naqli Tentang Kewajiban Berbakti Pada Kedua Orang Tua

Sebenarnyaُ banyakُ dalilُ yangُ menerangkanُ tentangُ kewajibanُ berbaktiُ kepadaُ orangُ tua.ُ Baikُ diُ dalamُ al-Qur'anُ maupunُ Hadits.ُ Yangُ manaُ denganُ adanyaُ dalilُ tersebutُ menegaskanُ kepadaُ kitaُ bahwaُ tidakُ adaُ halُ yangُ bisaُ

mematahkanُ atauُ membantahُ berbaktiُ padaُ ayahُ danُ ibuُ ituُ tidakُ wajib.

Dalil Al-Qur'an Kewajiban Berbakti kepada Orang Tua

Berikutُ beberapaُ dalilُ Al-Qur'anُ tentangُ kewajibanُ berbaktiُ kepadaُ orangُ tua:

Q.S. Al-Isra' Ayat 23

ىى ضر قرور ُ كر بررر ُ للأر ُ ااااا وو دربرعلتم ُ للإإ ُ هجَايلإإ ُ نصيلدملصوموللٱبصوم ُ

َاننسرى حن إإ ُ

ۚ

ُ َاملإإ ُ نل غرلجبنير ُ كر درنعإ ُ رربركإلنٱ ُ امرهجدجحرأر ُ ونأر ُ َامرهجلركإ ُ لرفر ُ لقجتر ُ

امرهجلل ُ فف أج ُ لرور ُ َامرهجرنهرننتر ُ لقجور ُ َامرهجلل ُ لنُونقر ُ َامنيرإكر Artinya:

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu

mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak

mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia",ُ (Q.S.

Al-Isra':23)

(18)

kepadaُ hamba-Nyaُ untukُ hanyaُ menyembahُ kepadaُ Tuhanُ yangُ Esaُ yaituُ Allah SWT.ُ Kemudianُ dilanjutkanُ memerintahُ kepadaُ hamba-Nyaُ untukُ berbuatُ baikُ kepadaُ keduaُ orangُ tua.ُ Keduaُ perintahُ Allahُ tersebutُ salingُ berdampingan.

Menurutُ sebagianُ ulamaُ ahliُ tafsirُ (mufasirin),ُ merekaُ menafsirkanُ bahwaُ urgensiُ perintahُ menyembahُ Allahُ sejajarُ denganُ perintahُ berbaktiُ kepadaُ orangُ tua.ُ Iniُ artinyaُ Allahُ tidakُ akanُ pernahُ menerimaُ amalanُ ibadahُ kitaُ apabilaُ kitaُ durhakaُ kepadaُ ibuُ danُ ayahُ kita.

Tidakُ berhentiُ sampaiُ diُ situ.ُ Allahُ jugaُ melarangُ hamba-Nyaُ supayaُ tidakُ mengeluarkanُ kalimatُ yangُ menyinggungُ orangُ tua,ُ walaupunُ ituُ hanyaُ kataُ "AH".ُ Ulamaُ ahliُ fiqihُ (fuqoha)ُ mengqiyaskanُ atauُ menyamakanُ kataُ "AH"ُ denganُ perbuatanُ yangُ menyakitiُ hatiُ maupunُ fisikُ orangُ tua.ُ Jadi,ُ berkataُ "AH"ُ sajaُ dilarangُ apalagiُ sampaiُ membentakُ bahkanُ memukul.

Q.S.ُ Al-Isra'ُ ayatُ 23ُ diُ atasُ menegaskanُ betapaُ tingginyaُ derajatُ keduaُ orangُ tua.ُ Makaُ kitaُ sebagaiُ anakُ wajibُ berbaktiُ kepadaُ keduaُ orangُ tuaُ

sebagaimanaُ kitaُ selaluُ taatُ beribadahُ kepadaُ Allahُ SWT.ُ Jikaُ tidak,ُ makaُ konsekuensiُ yangُ harusُ diterimaُ samaُ sepertiُ melupakanُ Allahُ SWT.

Q.S. Ash-Shaffat Ayat 102

َامللرفر ُ غرلربر ُ هجعرمر ُ ٱ ىر عنسسسل سسل ُ لر َاقر ُ ىل نربجيرى ُ ى ى نرإإ ُ ى ى ررأر ُ ىفإ ُ مصانمممللٱ ُ ىى نرأر ُ كر حجبرذنأر ُ رنظج ن فرٱ ُ َاذرَامر ُ ى ى ررتر ُ ۚ ُ لر َاقر ُ تصبمأموومي ُ ٱ لن سسعرسسفن ُ َامر ُ رجمرؤنتج ُ ۖ ُ ى ى نإدج جإ ترسر ُ نإص ُ ءراشر ُ ٱ هجسسللسسل ُ نر مإ ُ نر يرإبإصلى لٱ Artinya:

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu

akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (Q.S.Ash-Shaffat:102)

Ayatُ diُ atasُ mengisahkanُ dialogُ antaraُ Nabiُ Ibrahimُ asُ denganُ Nabiُ Ismailُ as.ُ Ketikaُ ituُ Nabiُ Ibrahimُ sebagaiُ ayahُ dariُ anaknyaُ yangُ bernamaُ Nabiُ Ismailُ mendapatُ wahyuُ lewatُ mimpi.ُ Isinyaُ adalahُ perintahُ dariُ Allahُ untukُ

menyembelihُ anaknya,ُ yakniُ Ismailُ as.ُ Sungguhُ diُ luarُ dugaan,ُ anakُ semataُ wayangُ yangُ selamaُ iniُ beliauُ dambakanُ kelahirannyaُ kiniُ harusُ disembelih.ُ Denganُ beratُ hatiُ beliauُ menceritakanُ kepadaُ anaknyaُ tentangُ wahyuُ tersebut. Danُ luarُ biasa,ُ Nabiُ Ismailُ sebagaiُ anakُ yangُ berbakti,ُ iaُ bersediaُ disembelihُ karenaُ ituُ merupakanُ wahyuُ dariُ Allah.ُ Nabiُ Ismailُ asُ mauُ mengorbankanُ nyawanyaُ demiُ perintahُ orangُ tuaُ danُ perintahُ dariُ Allahُ SWT.

Dialogُ diُ dalamُ Q.S.ُ Ash-Shaffatُ ayatُ 102ُ diُ atasُ merupakanُ sebuahُ pelajaranُ yangُ harusُ diteladani.ُ Melaluiُ ayatُ tersebutُ pulaُ Allahُ SWTُ bermaksudُ

menyampaikanُ pesanُ kepadaُ seluruhُ umatُ manusiaُ supayaُ berbaktiُ kepadaُ orangُ tuaُ danُ selaluُ taatُ kepadaُ Tuhannya.ُ Allahُ memerintahkanُ kepadaُ

(19)

Q.S. Luqman Ayat 14-15 َانرينصل ورور ُ نر سرى نلنإ ٱ ُ هصيلدملصوموبص ُ هجتنلرمرحر ُ ۥهرميرأر ُ َاننهنور ُ ىى لرعر ُ نن هنور ُ ۥهرلرصموفصوم ُ ىفإ ُ نصيلمماعم ُ نصأم ُ رنكجشنٱ ُ ىلإ ُ كر يندرلإُورىلإور ُ ىل لرإإ ُ رجيصإ مرلنٱ ُ .ُ نإصوم ُ كر َادرهرجرى ُ ى ىى لرعر ُ نأم ُ كر رإشنتج ُ ىبإ ُ َامر ُ سر ينلر ُ كر لر ُ ۦهصبص ُ مل لنعإ ُ لرفر ُ َامرهجعنطإ تج ُ ۖ ُ َامرهجبنحإَاصر ور ُ ىفإ ُ َايرنندرلٱ ُ َافنورجعنمر ُ ۖ ُ عنبإتل ورٱ ُ لر يبإسر ُ نن مر ُ بر َانرأر ُ ىل لرإإ ُ ۚ ُ مل ثج ُ ى ل لرإإ ُ من كج عججإرنمر ُ مكج ئجبرنرأجفر ُ َامربإ ُ من تجنكج ُ نر ُولجمرعنتر Artinya:

(14). Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-kepada-Kulah kembalimu (15). Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu,

maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S.

Luqman:14-15)

Jelasُ disebutkanُ padaُ dalilُ Q.S.ُ Luqmanُ ayatُ 14ُ bahwaُ Allahُ memerintahُ manusiaُ untukُ berbaktiُ kepadaُ keduaُ orangُ tuanya.ُ Diُ dalamُ ayatُ tersebutُ Allahُ menjelaskanُ betapaُ susahُ payahnyaُ ibuُ memperjuangkanُ kehidupanُ anaknya.ُ Mulaiُ sejakُ dalamُ kandunganُ hinggaُ mampuُ mengenalُ agamaُ danُ dunia.ُ Ibuُ telahُ mengandungُ selamaُ 9ُ bulan,ُ menyusuiُ anaknyaُ selamaُ 2ُ tahun,ُ kemudianُ merawatُ sertaُ mendidikُ anaknya.ُ Diُ tegaskanُ diُ dalamُ ayatُ "keadaanُ lemahُ yangُ bertambah-tambah",ُ deritaُ diُ atasُ penderitaan,ُ susahُ diُ atasُ kepayahan,ُ danُ pahitُ diُ atasُ kepahitan.ُ Makaُ dariُ itu,ُ kitaُ sebagaiُ anakُ tidakُ pantasُ durhakaُ kepadaُ orangُ tua,ُ terutamaُ ibu.ُ Karenaُ merekalahُ yangُ memperjuangkanُ kitaُ sehinggaُ hidupُ bahagiaُ sepertiُ sekarang.

Padaُ Q.S.ُ Luqmanُ ayatُ 15ُ Allahُ jugaُ menjelaskan.ُ Kalauُ punُ orangُ tuaُ

mengajakُ anaknyaُ untukُ mempersekutukanُ Allah,ُ menyuruhُ berbuatُ halُ yangُ bertentanganُ denganُ Islam.ُ Kitaُ sebagaiُ anakُ punُ tidakُ bolehُ membenciُ apalagiُ memusuhiُ mereka.ُ Sebagaiُ anak,ُ kitaُ harusُ tetapُ berbuatُ baikُ kepadaُ mereka,ُ tetapُ menjagaُ hatiُ danُ perasaanُ mereka.ُ Diُ dalamُ ayatُ ini,ُ Allahُ telahُ mengingatkanُ betapaُ mulianyaُ posisiُ danُ peranُ keduaُ orangُ tua.ُ Harusُ tetapُ berbuatُ baikُ walaupunُ berbedaُ agama.

Dalil Hadits Kewajiban Berbakti kepada Orang Tua

Danُ berikutُ beberapaُ Haditsُ tentangُ kewajibanُ berbaktiُ kepadaُ orangُ tua:

Hadits Riwayat Imam Bukhari #5515

(20)

Terjemah:

Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] telah menceritakan kepada kami [Yahya] dari [Sufyan] dan [Syu'bah] keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami [Habib] dia berkata. Dan diriwayatkan dari jalur lain, telah

menceritakan kepada kami [Muhammad bin Katsir] telah mengabarkan kepada kami [Sufyan] dari [Habib] dari [Abu Al 'Abbas] dari [Abdullah bin 'Amru] dia berkata; seorang laki-laki berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam; "Saya hendak ikut berjihad." Beliau lalu bersabda: "Apakah kamu masih memiliki kedua orang tua?" dia menjawab; "Ya, masih." Beliau bersabda: "Kepada

keduanya lah kamu berjihad."

(Kitab Hadits Bukhari Bab Adab Nomor 5515 //hadits,net)

Haditsُ diُ atasُ menceritakanُ tentangُ seorangُ laki-lakiُ yangُ inginُ ikutُ jihadُ bersamaُ Rasulullahُ SAWُ namunُ iaُ tidakُ mampu.ُ Kemudianُ Rasulullahُ

menegaskanُ kepadanyaُ untukُ berjihadُ padaُ keduaُ orangُ tua.ُ Haditsُ tersebutُ menjelaskanُ bahwaُ berbaktiُ kepadaُ orangُ tuaُ merupakanُ jihadُ diُ jalanُ Allah.

Jihadُ diُ zamanُ Rasulullahُ sangatُ jelasُ maknanya,ُ yakniُ terjunُ keُ medanُ pertempuranُ membelaُ agamaُ Islamُ memerangiُ orangُ kafir.ُ Orangُ yangُ terbunuhُ dalamُ jihadُ diُ hukumiُ matiُ syahidُ danُ surgaُ adalahُ jaminannya.ُ Namunُ bagiُ merekaُ yangُ tidakُ mampu,ُ Rasulullahُ menegaskanُ bahwaُ berbaktiُ kepadaُ keduaُ orangُ tuaُ merupakanُ jihadُ diُ jalanُ Allah.

Hadits Riwayat Imam Bukhari #5514

َانرثردلحر ُ ةجبرينترقج ُ نج بن ُ دنيعإسر ُ َانرثردلحر ُ رليرإجر ُ نن عر ُ ةرررَامرعج ُ نصبل ُ عصاقمعلقمللا ُ نصبل ُ ةرمررجبنشج ُ نن عر ُ يبإأر ُ ةرعر رنزج ُ نن عر ُ يبإأر ُ ةرررينررهج ُ ي ر ضإ رر ُ هجلللَا ُ هجننعر ُ لر َاقر ُ ءرَاجر ُ لل ججرر ُ ىلرإإ ُ لصوسررم ُ هصليملا ُ ىللصر ُ هجلللَا ُ هصيللمعم ُ مر للسر ور ُ لر َاقرفر ُ َاير ُ لر ُوسج رر ُ هصليملا ُ نن مر ُ ق ر حر أر ُ سصانيملا ُ نصسلحربص ُ يتإبرَاحرصر ُ لر َاقر ُ كر مرأج ُ لر َاقر ُ مل ثج ُ نن مر ُ لر َاقر ُ مل ثج ُ كر مرأج ُ لر َاقر ُ مل ثج ُ نن مر ُ لر َاقر ُ مل ثج ُ كر مرأج ُ لر َاقر ُ مل ثج ُ نن مر ُ لر َاقر ُ مل ثج ُ كر ُوبجأر ُ لر َاقرور ُ نج بنَا ُ ةرمررجبنشج ُ ىيرحنيرور ُ نج بن ُ بر ُويرأر ُ َانرثردلحر ُ ُوبجأر ُ ةرعر رنزج ُ هجلرثنمإ Terjemah:

Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan

kepada kami [Jarir] dari ['Umarah bin Al Qa'qa' bin Syubrumah] dari [Abu Zur'ah] dari [Abu Hurairah] radliallahu 'anhu dia berkata; "Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sambil berkata; "Wahai

Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "kemudian siapa lagi?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" dia menjawab: "Kemudian ayahmu." [Ibnu Syubrumah] dan [Yahya bin Ayyub] berkata; telah menceritakan kepada kami [Abu Zur'ah] hadits seperti di atas."

(Kitab Hadits Bukhari Bab Adab Nomor 5514 //hadits,net)

(21)

Haditsُ diُ atasُ menjelaskanُ bahwaُ orangُ yangُ palingُ berhakُ dimuliakanُ diduniaُ iniُ adalahُ keduaُ orangُ tua,ُ danُ yangُ palingُ utamaُ adalahُ ibuُ baruُ kemudianُ ayah.ُ Tanpaُ mengesampingkanُ peranُ seorangُ ayah,ُ haditsُ diُ atasُ menerangkan betapaُ muliaُ danُ besarnyaُ peranُ seorangُ ibu.

Demikianُ dalilُ tentangُ kewajibanُ berbaktiُ kepadaُ orangُ tua.ُ Denganُ beberapaُ dalilُ diُ atas,ُ semogaُ kitaُ lebihُ menyayangi,ُ mencintai,ُ menghormati,ُ danُ berbaktiُ kepadaُ keduaُ orangُ tuaُ kita.ُ Danُ ingat,ُ ridhoُ Ilahiُ adaُ padaُ ridhoُ keduaُ orangُ tuaُ kita.ُ Janganُ harapُ hidupُ kitaُ bisaُ tenangُ selamaُ keduaُ orangُ tuaُ kitaُ tidakُ meridhoiُ apaُ yangُ menjadiُ pilihanُ danُ tindakanُ kita.

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah Tarsius sebanyak 2 ekor yang didapatkan pada perkebunan karet tradi- sional menunjukkan bahwa penutupan tumbuhan pada lokasi tersebut mampu memberikan habitat bagi

Kualitas air bersih yang melatarbelakangi kejadian diare pada anak usia prasekolah di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto adalah tidak keruh, tidak berwarna,

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Min, dkk (2006) yang menyatakan bahwa lansia dengan fungsi kognitif yang masih baik dan mengalami inkontinensia urin akan

Berdasarkan asumsi penelitian dalam penelitian ini yang menunjukkan bahwa hampir seluruhnya responden memiliki jenis persalinan normal yakni disebabkan karena kuat

Perubahan sosial yang dialami oleh empat ratus orang yang mengikuti Daud di Gua Adulam disebabkan karena kepemimpinan yang mengandalkan Tuhan. Dalam istilah teologi kepemimpinan

[r]

Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan dan keagamaan yang berusaha melestarikan, mengajarkan dan menyebarkan ajaran Islam serta melatih para santri untuk siap

Dengan melihat hasil hitung di atas, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode 1970- 2004 mempengaruhi besar kecilnya pengeluaran pendidikan dan pengaruh