• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AS"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

ASSURE

BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP

HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V

SD GUGUS IV KEDIRI, TABANAN

Ni Gst. A. Md. Armita Jayanti

1

, Md. Putra

2

, I B. Gd. Suryaabadi

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail : armitajayanti@yahoo.com

1

, putra_made13@yahoo.com

2

,

suryaabadi31@yahoo.co.id

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ASSURE

berbantuan media audiovisual dengan siswa yang dibelajarkan secara konvensional berbantuan media audiovisual pada siswa kelas V SD Gugus IV Kediri, Tabanan tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini dilaksanakan di SD No.1 Kediri, Tabanan dengan menggunakan metode eksperimen semu dengan desain Nonequivalent Kontrol Group Desain. Populasi penelitian berjumlah 248 siswa kelas V dan sampel penelitian berjumlah 75 siswa yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Menghasilkan dua kelas sampel yang terdiri atas satu kelas sampel yang dijadikan kelas eksperimen dan satu kelas dijadikan kelas kontrol yang ditentukan dengan cara diundi. Data dianalisis dengan menggunkan uji-t, yaitu Polled Varians.

Hasil analisis data menunjukkan (thitung = 10,69 > ttabel = 2,00) berdasarkan taraf signifikansi 5% dan dk = 73 (n1 +n2-2). Berdasarkan uji normalitas dan homogenitas data nilai gain skor ternormalisasi (Normalized Gain Score) PKn siswa kelas V dari kedua kelompok tersebut diperoleh data kedua kelompok normal dan homogen. Didukung oleh adanya perbedaan nilai rata-rata kedua kelas, yaitu kelas eksperimen = 0,20 > = 0,09 kelas kontrol. Berdasarkan hasil uji-t didukung oleh perbedaan nilai rata-rata kedua kelas dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran ASSURE berbantuan media audiovisual terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V SD Gugus IV Kediri, Tabanan tahun ajaran 2013/2014.

Kata kunci: model pembelajaran ASSURE, hasil belajar

Abstract

(2)

supported by differences in the average value of the two classes, that is experimental class = 0.20 > = 0.09 control class. Based on the results of t-test that is supported by differences in the average value of the two classes it can be concluded that there is an effect ASSURE teaching model in audiovisual media cooperatively method to influence in result study of PKn (civics) student grade V cluster IV, Kediri, Tabanan on year 2013/2014.

Keyword : ASSURE teaching model, result study

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan komponen penting dalam membangun dan meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, berbudaya dan berkarakter. Hal tersebut sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang dirumuskan dalam undang-undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang kemudian diamandemen dengan keluarnya Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Pasal 3 yang mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Hasbullah, 2009:174).

Sejalan dengan keadaan tersebut, Suyatno (2011:135) menyatakan bahwa pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Proses tersebut diperlukan guru untuk memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma pengajaran ke pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Pendapat serupa disampaikan oleh Pribadi (2011:15) yang menyatakan bahwa “proses pembelajaran adalah suatu peristiwa yang sengaja direncanakan agar dapat memudahkan individu dalam menempuh suatu proses belajar”.

Berdasarkan hal tersebut PKn sebagai salah satu mata pelajaran yang

digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia dapat membentuk perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu Pkn dimaksudkan untuk membekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk melakukan inovasi pembelajaran dalam dunia pendidikan. Inovasi pembelajaran yang dilakukan biasanya memperhatikan tiga alasan penting, yaitu pembelajaran efektif, pembelajaran efisien dan kenyamanan. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu membawa siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi yang diinginkan. Pembelajaran yang efisien memiliki makna adanya aktivitas pembelajaran yang berlangsung dengan menggunakan waktu dan sumber daya yang relatif sedikit, namun menghasilkan hasil yang bermanfaat bagi siswa atau masyarakat, sedangkan kenyamanan berarti sumber belajar, media atau alat bantu belajar, metode yang ditentukan sedemikian rupa sehingga memberikan gairah belajar mengajar bagi siswa dan guru (Pribadi, 2011:15).

(3)

Salah satu pembelajaran yang diterapkan guru di sekolah dasar adalah pembelajaran konvensional. Guru dapat menggunakan media pembelajaran berupa media audiovisual. Pembelajaran konvensional berbantuan media audiovisual merupakan pembelajaran yang sering digunakan di sekolah dasar yang didominasi dengan penggunaan ceramah, pemberian catatan kepada siswa, tanya-jawab dan latihan soal serta lebih melibatkan guru dalam proses penyampaian materinya.

Penyampaian materi dengan pembelajaran konvensional diaplikasikan dengan bantuan media audiovisual berupa CD pembelajaran, sehingga melibatkan indra penglihatan dan pendengaran berupa suara dan gambar secara serempak. Namun dalam pembelajaran konvensional berbantuan media audiovisual, guru memegang peranan utama dalam memanfaatkan media audiovisual dan siswa mendengarkan penjelasan guru, mencatat serta mengerjakan tugas yang diberikan guru.

Tujuan utama pembelajaran konvensional berbantuan media audiovisual adalah penguasaan materi pelajaran, membangkitkan minat akan informasi melalui suara dan gambar serta mempermudah pemahaman materi pelajaran. Salah satu mata pelajaran yang dapat diterapkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional berbantuan media audiovisual adalah PKn dengan Standar Kompetensi yaitu: Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta Kompetensi Dasar yang meliputi: (1) Memahami Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI); (2) Memahami pentingnya keutuhan NKRI; (3) Memahami contoh-contoh perilaku dalam menjaga keutuhan NKRI.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada sekolah dasar di Gugus IV Kediri, Tabanan bersama dengan kepala sekolah menyatakan bahwa tiap-tiap sekolah pasti ada yang belum mencapai ketuntasan minimal. Hal tersebut terjadi karena perbedaan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Selain itu, dalam penyampaian materi

pembelajaran guru-guru lebih sering menggunakan metode ceramah dan kurang interaktif terhadap siswa serta penggunaan media pembelajaran yang digunakan kurang menarik dan kreatif.

Dengan adanya media pengajaran yang digunakan guru dapat mengkonkretkan konsep-konsep abstrak yang ada dalam materi pelajaran, khususnya PKn, mengingat banyak materi dalam mata pelajaran ini yang sifatnya abstrak (Fathurrohman, 2011:44). Menurut Wahab (2002:i) menyatakan bahwa “PKn merupakan pendidikan yang memiliki misi untuk mengembangkan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya dan keyakinan bangsa Indonesia yang memungkinkan dapat diwujudkan dalam perilaku dalam kehidupan sehari-hari”.

Lebih lanjut Wahab (2007:1.7) menyatakan bahwa “PKn adalah program pendidikan yang bertolak dari dan memusatkan perhatian pada konsep, nilai, moral, norma dan perilaku sesuai Pancasila dan UUD 1945 serta hak dan kewajiban termasuk bela negara. Wahab (2007:2.5) lebih jelas menuturkan bahwa PKn adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Nilai luhur dan moral tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehar-hari siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu PKn dimaksudkan untuk membekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dan negara.

(4)

membentuk sikap serta akhlak dari masing-masing siswa. Mata pelajaran PKn mampu membentuk siswa yang ideal memiliki mental yang kuat, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi.

Selain itu, pembelajaran PKn seharusnya dapat menumbuhkan gairah atau semangat belajar yang dapat membentuk kepribadian yang baik, mandiri, dan bertanggung jawab. Tetapi, harapan-harapan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan di sekolah dasar dan sudah selayaknya dalam pembelajaran PKn dilakukan suatu inovasi.

Berdasarkan permasalahan tersebut, untuk menanggulangi masalah tersebut perlu diadakan pembaharuan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Guru hendaknya merancang pembelajaran sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran di kelas dapat berlangsung dengan baik. Salah satu inovasi dalam mendesain pembelajaran yang bisa dilakukan adalah penerapan model pembelajaran ASSURE berbantuan media audiovisual.

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas (Suprijono, 2009:45). Sedangkan menurut Komalasari (2010:57) yang menyatakan bahwa “model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan khas oleh guru”. Hal ini berarti model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Menurut Hanafiah & Suhana (2010:41) menyatakan bahwa “model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif”.

Menurut Pribadi (2011:1) menyatakan bahwa model pembelajaran ASSURE adalah model pembelajaran yang prosedural untuk menjamin penggunaan media secara efektif dalam pembelajaran yang dirancang dengan baik mulai dengan gairah kepentingan siswa dan kemudian

berpindah ke menyajikan materi baru, melibatkan siswa dalam prakteknya, menilai pemahaman siswa, dan pergi ke tindak lanjut kegiatan.

Model pembelajaran ASSURE berisi langkah-langkah yang sesuai dengan namanya yaitu: (1) menganalisis karakteristik siswa; (2) menetapkan tujuan pembelajaran atau kompetensi; (3) memilih metode, media dan bahan ajar; (4) menggunakan materi dan media pembelajaran; (5) melibatkan siswa dalam proses belajar; dan (6) evaluasi dan revisi (Pribadi, 2011:3-22).

Pembelajaran model ASSURE dapat meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn serta melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran dan memotivasi siswa untuk lebih mempelajari tentang materi PKn, sehingga siswa dapat meningkatkan pemahaman yang optimal terhadap mata pelajaran PKn. Selain itu, di zaman yang maju dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi, sangat berpengaruh terhadap penyusunan dan implementasi strategi pembelajaran. Melalui kemajuan tersebut para guru dapat menggunakan berbagai media sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran.

Media adalah salah satu komponen dalam proses belajar mengajar yang kedudukannya tidak hanya sekedar sebagai alat bantu mengajar, tetapi sebagai bagian integral dalam proses belajar mengajar (Soeharto, 2008:104). Sedangkan Prawiradilaga (2008:64) berpendapat bahwa “media pembelajaran adalah media yang dapat menyampaikan pesan pembelajaran atau mengandung muatan untuk membelajarkan seseorang”.

(5)

Pendapat senada dikemukakan oleh Asyhar (2011: 45) menyatakan bahwa “media audiovisual adalah jenis media yang digunakan dalam suatu proses atau kegiatan, pesan dan informasi yang dapat disalurkan melalui media ini dapat berupa pesan verbal dan nonverbal yang mengandalkan indra penglihatan maupun

pendengaran”. Media audiovisual

merupakan media pembelajaran yang penyampaian pesan dan isi pelajaran direkam untuk menyertai penjelasan isi gambar yang ditampilkan (Sadiman, 2002:57).

Penggunakan media komunikasi seperti media pembelajaran audiovisual, tidak hanya dapat mempermudah dan mengefektifkan proses pembelajaran, akan tetapi juga dapat membuat proses pembelajaran lebih menarik (Sanjaya, 2010:162). Hal ini berarti pendidikan melalui media audiovisual seperti video dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, dan menjelaskan konsep yang rumit. Media audiovisual merupakan media perantara atau penggunaan materi melalui pandangan dan pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dalam belajar.

Berbeda dengan model pembelajaran konvensional, menurut Trianto (2012:58) dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut. (1) Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok. (2) Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang siswa anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya

hanya „mendompleng‟ keberhasilan

„pemborong‟. (3) Kelompok belajar

biasanya homogen. (4) Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing. (5) Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan. (6) Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru saat belajar kelompok sedang berlangsung. (7) Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. (8) Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.

Berdasarkan paparan tersebut, dinyatakankan bahwa pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran ASSURE berbantuan media audiovisual mempengaruhi hasil belajar PKn yang berbeda dibandingkan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional berbantuan media audiovisual. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran ASSURE berbantuan media audiovisual dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional berbantuan media audiovisual pada siswa Kelas V Semester 1 SD Gugus IV Kediri, Tabanan Tahun Ajaran 2013/2014.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di SD Gugus IV Kediri, Tabanan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (Quasi Experimental). Hal ini dikarenakan praktek pendidikan dengan para siswa di kelas atau ruangan dalam situasi interaksi antara manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan sulit dilakukan pengontrolan yang ketat (Sudjana, 2004:43-44). Rancangan penelitian yang digunakan adalah “nonequivalent control group design”. Pada penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas penelitian ini adalah model pembelajaran ASSURE berbantuan media audiovisual dan model pembelajaran konvensional berbantuan media audiovisual. Sedangkan yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar PKn.

(6)

(2004:84) menyebutkan bahwa “sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan karakter yang sama sehingga betul-betul mewakili populasinya”.

Berdasarkan teknik pengambilan sampel ditentukan dengan teknik purposive sampling, sampel yang diambil yaitu SD No. 1 Kediri, Tabanan. Sedangkan untuk penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan cara undian, sehingga diperoleh kelas VA sebagai kelas eksperimen dan kelas VB sebagai kelas kontrol.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan tes objektif bentuk soal pilihan ganda sebagai tes yang digunakan untuk menentukan hasil belajar yang dicapai siswa. Tes yang digunakan dalam bentuk uraian yang berjumlah 30 soal. Tes yang digunakan telah diuji validitas dan reliabilitas tes. Berdasarkan uji validitas dari 65 soal yang diuji diperoleh 30 soal yang valid dan dalam kriteria reliabilitas tinggi.

Uji coba instrument dilakukan dengan menguji valididas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda tes. Uji Validitas yang dilakukan terdiri dari uji validitas isi dan uji validitas empirik. Sudijono (2011:164) menyatakan bahwa validitas isi adalah validitas yang ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar yaitu sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diteskan (diujikan). Uji validitas isi dilakukan dengan cara menyesuaikan butir tes dengan indikator, kompetensi dasar dan standar kompetensi yang ditetapkan oleh sekolah sebagai tempat penelitian.

Uji validitas isi dilakukan dengan membuat tabel spesifikasi/blue print/kisi-kisi soal. Sudijono (2011:167) menyatakan bahwa validitas empirik adalah validitas yang bersumber atau diperoleh atas dasar pengamatan di lapangan. Diperoleh dari hasil uji yang diberikan pada masing-masing siswa dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Validitas empirik tes objektif ditentukan melalui analisis butir soal berdasarkan kooefisien korelasi point biserial (rpbi), karena tes bersifat dikotomi

digunakan dalam mencari korelasi antara variabel I dengan variabel II. Nilai yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai yang diperoleh dari r tabel, jika r hitung > r tabel maka dalam kategori valid. Semua komponen dalam menentukan koefisien butir pilihan ganda biasa yang digunakan adalah menggunakan korelasi point biserial, yaitu dengan bantuan program Microsoft Excel.

Menurut Koyan (2004:68) menyatakan bahwa relibialitas alat penilaian adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapan pun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama. Uji reliabilitas dilakukan terhadap butir soal yang valid saja. Dengan demikian uji reliabilitas bisa dilakukan setelah dilakukan uji validitas. Uji reliabilitas tes yang bersifat dikotomi dan heterogen ditentukan dengan rumus KR-20.

Menurut Sudijono (2011:209), dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut (1) Apabila sama dengan atau lebih besar daripada 0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah reliable, (2) Apabila lebih kecil daripada 0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan unreliable. Soal yang digunakan dalam uji coba instrument menunjukkan reliabilitas yang tinggi. Hal ini dikarenakan uji reliabilitas soal bernilai lebih besar dari 0,70.

(7)

Menurut Koyan (2004:70) daya beda butir tes ialah kemampuan butir tes tersebut membedakan antara testee kelompok atas (pintar) dan testee kelompok bawah (lemah). Dengan kata lain daya beda butir tes adalah kemampuan butir tes untuk membedakan antara siswa yang pandai atau berketerampilan tinggi dengan siswa yang berketerampilan rendah. Pada penelitian ini menggunakan teknik statistik parametrik yaitu analisis data uji-t (t-test) dengan menggunakan rumus polled varians, dengan rumus sebagai berikut.

 

Sugiyono (2012:210) yang menyatakan bahwa, “Statistik parametris memerlukan terpenuhinya banyak asumsi. Asusmsi yang utama adalah data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Selanjutnya dalam penggunaan salah satu test mengharuskan data dua kelompok atau lebih yang diuji harus homogen”. Sehubungan dengan persyaratan tersebut, sebelum melakukan uji-t dilakukan uji normalitas sebaran data menggunakan rumus chi-kuadrat dan uji homogenitas varians antar kelompok menggunakan rumus Uji-F.

Nilai pre test yang sudah diperoleh dari kedua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak hanya dipergunakan untuk menguji kesetaraan kelompok. Nilai pre test tersebut dilakukan normalisasi dengan nilai post test yang juga dilakukan di kedua kelompok. Nilai pre test dan nilai post test tersebut dinormalisasikan dengan cara menggunkan rumus gain skor ternormalisasi (normalized gain score) atau g factor sebagai berikut.

p r e

(dalam Suma, 2003:3-4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi umum yang dipaparkan pada bagian ini meliputi deskripsi data dari hasil belajar dari kelas VA SD No.1 Kediri, Tabanan dan kelas VB SD No.1 Kediri, Tabanan. Setelah memperoleh nilai pre test dan nilai post test PKn Kelas V di kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka dilanjutkan dengan menormalisasikan nilai pre test dan post test dari masing-masing kelompok. Menormalisasikan nilai pre test dan post test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dilakukan dengan menggunakan penghitungan Gain Skor Ternormalisasi ( Normalized Gain Score) nilai PKn siswa kelas V pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesetaraan kedua kelompok penelitian tersebut.

Dari tabel Chi-Kuadrat untuk kelompok eksperimen diperoleh X2hit = 4,99.

Sedangkan X2tabel = X2(0,05;5) = 11, 07 dengan

taraf signifikansi 5% (α = 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = 6 - 1= 5. Oleh karena X2tabel > X2hit maka H0 diterima (gagal

ditolak). Ini berarti sebaran data nilai Gain Skor Ternormalisasi ( Normalized Gain Score) PKn Kelas VA SD No. 1 Kediri, Tabanan sebagai kelompok eksperimen berdistribusi normal.

Sedangkan untuk kelompok kontrol diperoleh X2hit= 10,72 < X2tabel = X2(0,05;5) =

11, 07 pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) dan derajat kebebasan (dk) =6 - 1= 5 diperoleh. Maka H0 diterima (gagal ditolak).

Ini berarti sebaran data nilai gain skor PKn Kelas VB di SD No. 1 Kediri, Tabanan berdistribusi normal. Dari penghitungan uji normalitas Gain Skor Ternormalisasi (Normalized Gain Score) nilai PKn siswa Kelas VB SD No. 1 Kediri, Tabanan sebagai kelompok kontrol berdistribusi normal.

Sementara untuk uji homogenitas dilakukan terhadap varians kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji homogenitas varians dilakukan dengan menggunakan uji F, yaitu Anava Havley, dengan kriteria data homogen jika Fhitung<

Ftabel. Dari hasil penghitungan Fhitung = 1,2

nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai Ftabel = 1,72 dengan derajat kebebasan

(8)

penyebut 37-1=36 dengan taraf signifikansi 5%. Sehingga nilai Fhitung< Ftabel, maka

varians data Gain Skor Ternormalisasi (Normalized Gain Score) nilai PKn siswa Kelas V kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen.

Sementara untuk uji hipotesis dianalisis dengan uji-t dengan rumus polled varians, digunakan rumus tersebut karena kedua kelompok memiliki jumlah yang berbeda dan bersifat homogen dengan hasil penghitungan uji-t dapat disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Tabel Uji Hipotesis Penelitian antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Oleh karena itu nilai thitung>ttabel. Jadi

h0 ditolak dan ha diterima sehingga terdapat

perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara siswa yang dibelajarkan dengan penerapan model pembelajaran ASSURE berbantuan media audiovisual dengan siswa yang dibelajarkan secara konvensional berbantuan media audiovisual pada siswa kelas V Semester 1 SD Gugus IV Kediri, Tabanan tahun ajaran 2013/2014. Berdasarkan analisis data menggunakan uji-t, diperoleh thitung sebesar

10,69, sedangkan ttabel sebesar 2,00 pada

taraf signifikansi 5% dengan dk = (n1 +n2) -2

= 38+37-2=73. Oleh karena itu nilai thitung>ttabel. Jadi h0 ditolak dan ha diterima.

Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn siswa kelas V semester 1 SD Gugus IV Kediri, Tabanan tahun ajaran 2013/2014 antara siswa yang dibelajarkan dengan penerapan model pembelajaran ASSURE berbantuan media audiovisual dengan siswa yang dibelajarkan secara konvensional berbantuan media audiovisual.

Jika dilihat dari perbandingan hasil penghitungan nilai rata-rata Gain Skor Ternormalisasi (Normalized Gian Score) PKn siswa kelas VA kelompok eksperimen adalah 0,22 lebih besar dari nilai rata-rata Gain Skor Ternormalisasi (Normalized Gain Score) PKn siswa kelas VB kelompok kontrol sebesar 0,09.

Hal ini mengandung arti bahwa siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ASSURE berbantuan media audiovisual hasil belajarnya lebih baik dari

pada siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran secara konvensional berbantuan media audiovisual pada standar kompetensi memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Model pembelajaran ASSURE merupakan salah satu model pembelajaran yang didesain dengan lebih berorientasi kepada pemanfaatan media dan teknologi dalam menciptakan proses dan aktivitas pembelajaran yang diinginkan serta disesuaikan dengan langkah-langkah yang sistematis dan menyeluruh. Model pembelajaran ASSURE merupakan model pembelajaran yang mengharapkan siswa aktif di dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Prawiradilaga (2008:48), mengemukakan keunggulan dari model pembelajaran ASSURE serta keunggulan yang dimiliki oleh media audiovisual menurut Asyhar (2011:45), dapat dikemukakan keunggulan dari penerapan model pembelajaran ASSURE berbantuan media audiovisual yaitu sebagai berikut. (1) Model Pembelajaran ASSURE sangat tepat digunakan untuk menyampaikan materi-materi yang berupa konsep-konsep, definisi, kaidah-kaidah, dan pengetahuan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. (2) Model pembelajaran ASSURE bersifat sederhana dan relatif mudah untuk diterapkan. (3) Karena sederhana, maka model pembelajaran ASSURE dapat dikembangkan sendiri oleh pengajar. (4) Komponen dalam pembelajarannya lengkap, sehingga dapat menjangkau materi pelajaran dalam cakupan yang luas. (5) Media audiovisual sangat bagus

Kelompok Penelitian thitung ttabel Status

(9)

dipergunakan dalam proses pembelajaran karena informasi atau materi pelajaran yang berupa suara dan gambar dapat melibatkan indra pendengaran dan penglihatan siswa secara serempak sehingga mempermudah untuk mengingat banyak materi yang bersifat abstrak. (6) Peserta didik dapat dilibatkan dalam penggunaan media audiovisual untuk pembelajaran di kelas, sehingga peserta didik dapat terlibat secara aktif dan kreatif serta menimbulkan pengalaman yang menyenangkan.

Proses penerapan model pembelajaran ASSURE di kelas memanfaatkan media audiovisual berupa CD pembelajaran. Model pembelajaran ASSURE berbantuan media audiovisual adalah model pembelajaran yang didesain dengan lebih berorientasi kepada pemanfaatan media dan teknologi. Media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran dengan model ini seperti media audiovisual berfungsi sebagai alat bantu pelajaran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau materi pembelajaran berupa suara dan gambar yang mengandalkan indra penglihatan dan indra pendengaran secara serempak. Media tersebut dimanfaatkan untuk dapat mengkonkretkan konsep-konsep abstrak yang ada dalam materi pelajaran untuk menciptakan proses dan aktivitas pembelajaran yang diinginkan serta disesuaikan dengan langkah-langkah yang sistematis dan menyeluruh.

Langkah-langkah yang digunakan sama dengan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Pribadi (2011:3-22) , yaitu: (1) analyze learner characteristics; (2) state performance objectives; (3) select methods, media and materials; (4) utilize materials; (5) requires learner participation; (6) evaluation and revision.

Sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran ASSURE berbantuan media audiovisual yang pertama adalah langkah analyze learner characteristics, yaitu guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik dilanjutkan dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan awal yang dimiliki siswa dengan materi yang akan dipelajari.

Langkah kedua adalah guru menyampaikan tujuan pembelajaran

kepada siswa, langkah ini disebut dengan langkah state performance objectives. Langkah ketiga adalah select methods,

media and materials, yaitu guru

memberikan penjelasan secara singkat mengenai materi melalui media yang disediakan dan menugaskan siswa untuk mendiskusikan secara berkelompok. Langkah keempat adalah utilize materials, yaitu guru memilih media pembelajaran yang tepat sesuai dengan pelajaran dan menugaskan siswa untuk dapat memanfaatkan media pembelajaran berupa CD pembelajaran.

Langkah selanjutnya setelah memanfaatkan media pembelajaran, guru menugaskan siswa untuk mengerjakan LKS yang telah disiapkan kemudian menginformasikan hasil pekerjaan atau jawaban yang akan ditanggapi oleh teman kelompok lainnya, langkah ini disebut langkah requires learner participation. Langkah terakhir adalah evaluation and revision, yaitu menugaskan siswa untuk mengumpulkan hasil diskusi untuk diperiksa lebih lanjut serta dilanjutkan dengan memberikan soal evaluasi untuk dikerjakan siswa.

(10)

Hal ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ASSURE berbantuan media audiovisual dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional berbantuan media audiovisual.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan simpulan yaitu terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran ASSURE berbantuan media audiovisualdengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional berbantuan media audiovisual pada siswa Kelas V Semester 1 SD Gugus IV Kediri, Tabanan Tahun Ajaran 2013/2014. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran ASSURE berbantuan media audiovisual berpengaruh terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V semester 1 SD Gugus IV Kediri, Tabanan tahun ajaran 2013/2014.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa saran kepada guru, sekolah, dan peneliti lain. Agar hasil belajar PKn siswa optimal dalam pembelajaran, guru hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran ASSURE berbantuan media audiovisual sebagai alternatif dalam membelajarkan siswa di kelas. Sedangkan untuk menunjang proses pembelajaran agar siswa bisa lebih termotivasi untuk belajar pihak sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana yang maksimal. Sementara untuk mengetahui kemungkinan hasil yang berbeda pada pokok bahasan lainnya, disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang sejenis pada pokok bahasan yang lain.

DAFTAR RUJUKAN

Asyhar, Rayandra. 2011. Kreatif

Mengembangkan Media

Pembelajaran. Jakarta: Gaung

Persada Pers.

Bunyamin Maftuh dan Sapriya. 2005. Jurnal Civicus:Pembelajaran PKn melalui

Pemetaan Konsep.Bandung:Jurusan PKn FPIPS.

Fathurrohman dan Wuri Wuryandani. 2011. Pembelajaran PKN di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Nuha Litera.

Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2010.

Konsep Startegi Pembelajaran.

Bandung: Refika Aditama.

Hasbullah. 2009. Dasar-dasar Pendidikan (Umum dan agama Islam). Jakarta: Rajawali Pers.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung:PT. Refika Aditama.

Koyan, I Wayan. 2004. Konsep Dasar dan Teknik Evaluasi Hasil Belajar. Singaraja: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja.

Prawiradilaga, Dewi Salma. 2008. Prinsip

Disain Pembelajaran. Jakarta:

Prenada Media Group.

Pribadi, Benny. 2011. Model ASSURE

untuk Mendesain Pembelajaran

Sukses. Jakarta: Dian Rakyat.

Sadiman, dkk. 2002. Media Pendidikan:

Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

Soeharto, Karti, dkk. 2008. Teknologi Pembelajaran. Surabaya: Surabaya Intellectual Club.

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

(11)

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Surabaya: Pustaka Belajar.

Suyatno. 2011. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.

Trianto. 2012. Mendesain Model

pembelajaran inovatif-Progresif

(konsep, landasan, dan

implementasinya pada kurikulum

tingkat satuan pendidikan). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wahab, Abdul Aziz, dkk. 2002. Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan.

Bandung: CV.Maulana.

---, 2007. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Gambar

Tabel 1. Tabel Uji Hipotesis Penelitian antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Chevron Pacific Indonesia untuk periode Awal Tahun 2015 meliputi wilayah kerja Region Jawa, Region Sumatera, Region Kalimantan dan Region Indonesia Timur yang dilaksanakan

Dengan hasil analisis statistik dengan regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel Current Ratio (CR) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham

Menurut PIC ESAP, seiring berjalannya waktu pada program ESAP, timbul berbagai permasalahan seperti peningkatan kemampuan dari para peserta berkemampuan lebih tinggi dan

variable, karena variabel ini tergantung dari Jenis Sekolah. Misal untuk jenis sekolah SMA, data 31 tidak dapat dimasukkan, karena data tersebut masuk pada jenis se- kolah SMK.

Pada skenario horizontal handover, proses pengukuran dilakukan sama seperti skenario vertical handover, correspondent node dan mobile node terhubung dengan access

Wisatawan yang akan menambah anggaran wisata paling besar di tahun 2016 adalah wisatawan Australia, yang mengungguli wisatawan Swiss terkait jumlah nominal anggaran yang akan

Dapat disimpulkan dari penjelasan diatas bahwa individu yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi serta etika yang baik maka akan cenderung lebih mengutamakan

institusi hukum dan profesi hukum, Pembangunan yang komprehensif harus memperhatikan hak-hak azasi manusia, keduanya tidak dalam posisi yang berlawanan, dan dengan