• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengolahan data analisis faktor dan baur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "pengolahan data analisis faktor dan baur"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Identifikasi Variabel

Pada tahapan pegumpulan variabel diperoleh dari penelitian terdahulu. Variabel-variabel tersebut nantinya dapat diketahui persepsi para pelaku usaha batik Madura dan stakeholder dalam pengambilan keputusan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

(2)
(3)

Dari tabel di atas diperoleh 4 variabel penelitian yang di dalamnya terdiri dari 16 indikator yang akan dijadikan item pertanyaan dalam kuesioner. Berikut variabel persepsi dalam kuesioner penelitian ini terdiri dari 16 item pertanyaan, sebagai berikut:

Tabel 4.2 Deskripsi item pertanyaan

4.2. Uji Pendahuluan

(4)

Dari hasil uji validitas yang dilakukan (lihat lampiran tabel A1) diperoleh nilai dari tabel corrected item-total correlation tersebut untuk sig. (2-tailed) masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3. Uji validitas kuesioner pendahuluan

Dari tabel diatas diketahui bahwa semua variabel memiliki nilai sig. (2-tailed) kurang dari α (0.05) sehingga semua variabel dapat dikatakan valid.

Tabel 4.7. Uji reliabilitas kuesioner pendahuluan

Dari hasil uji reliabilitas yang ditunjukkan pada tabel diatas, diperoleh nilai Cronbach Alpha sebesar 0.837 sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner adalah handal untuk digunakan sebagai alat ukur penelitian.

4.3. Penentuan Jumlah Sampel

(5)

Berdasarkan hasil tersebut peneliti mengadopsi jumlah sampel penelitian sebanyak 80 responden.

4.4. Uji Validitas dan Reliabilitas Data

Uji validitas dan reliabilitas dipakai dalam penelitian ini dikarenakan penelitian menggunakan alat ukur berupa kuesioner. Pengujian tersebut digunakan untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut apakah sudah layak atau belum jika dijadikan sebagai alat ukur sebuah penelitian.

Pada penelitian ini data yang dipakai untuk uji validitas dan reliabilitas adalah data kuesioner poin ke II yaitu tentang Identifikasi Implementasi e-commerce. Pada lampiran tabel A8 ditunjukkan hasil rekapitulasi data kuesioner poin II.

(6)

Dari hasil uji reliabilitas yang ditunjukkan pada tabel diatas, diperoleh nilai Cronbach Alpha sebesar 0.624 sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner adalah handal untuk digunakan sebagai alat ukur penelitian.

4.5. Analisis Deskriptif Responden

Analisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran atau deskripsi dari variabel-variabel yang diteliti. Dari kuesioner yang diperoleh sebanyak 80 buah, 76 diantaranya disebarkan kepada pelaku usaha batik Madura di empat kabupaten yaitu Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep dan sisanya 4 diberikan kepada stakeholder.

4.5.1 Identitas Responden

Dalam hal ini analisis deskriptif ditujukan pada identitas responden yaitu berdasarkan data kuesioner poin I antara lain: jenis kelamin, usia, sumber informasi tentang MEA, serta pro dan kontra adanya MEA. Hasil rekapitulasi data kuesioner poin I dilampirkan pada lampiran tabel A2.

Gambar 4.x Jenis Kelamin Responden

(7)

Gambar 4.x Usia Responden

Berdasarkan grafik deskriptif di atas, didapat gambaran usia responden di dominasi pada usia rentang 41-50 tahun dikarenakan pelaku usaha sebagai pemilik UKM batik telah lama mendirikan UKM batik sejak lama.

Gambar 4.x Sumber Informasi MEA

(8)

Gambar 4.x Pro Kontra adanya MEA

Berdasarkan grafik deskriptif di atas, didapat gambaran partisipasi pelaku usaha batik dalam menghadapi MEA dikatakan cukup baik dilihat dari dukungan mereka tentang adanya MEA, namun juga tidak sedikit mereka yang menyatakannetral dan ketidaksetujuannya terhadap penyelenggaraan MEA nantinya. Sehingga perlu adanya sosialisasi untuk mengajak pelaku usaha batik Madura berperan aktif dalam MEA.

4.6. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik dilakukan sebelum masuk pada pengolahan analisis faktor. Hal ini ditujukan untuk mengetahui apakah analisis faktor layak dilakukan ataukah tidak. Pada uji asumsi klasik ini terdapat 3 kriteria yaitu antara lain:

4.6.1. Uji Normalitas Data

(9)

Gambar 4.3. Uji Normalitas Data

Dari grafik normal p-p plot memperlihatkan semua titik-titik berhimpit dan mengikuti garis diagonal, sehingga dapat disimpulkan model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.

4.6.2 KMO dan Bartlett’sTest

Pada tahap ini ditentukan oleh dua tabel yaitu KMO and Bartlett’s Test dan tabel Anti-Images Matrices yang diperoleh dari proses pengolahan analisis faktor menggunakan software SPSS. Berikut adalah hasil dari proses awal pemilihan variabel:

Tabel 4.11. KMO and Bartlett’s Test 1st

Pada tabel diatas, terlihat angka K-M-O Measure of Sampling Adequacy diatas 0.5 yaitu sebesar 0.676, maka kumpulan variabel tersebut dapat diproses lebih lanjut. Kesimpulan yang sama dapat dilihat pula pada angka Barlett’s Test of Sphericity (yang tunjukkan dengan angka Chi-Square) sebesar 297.125 dengan signifikansi 0.000.

(10)

MSA yang dibawah 0,5 yaitu X8 (meningkatkan jumlah produksi untuk menghadapi MEA) sebesar 0.413 dan X14 (Pendapat pelaku usaha batik tentang produknya yang mampu bersaing di MEA) sebesar 0.459. Dikarenakan masih ada nilai MSA yang kurang dari 0,5 tersebut, maka proses pemilihan variabel diulang dengan menghilangkan nilai MSA terkecil dalam hal ini adalah variabel X8 (0,413).

4.6.2.1. Pemilihan Variabel (Pengulangan 1)

Hasil dari pengulangan proses lanjutan untuk pemilihan variabel setelah menghilangkan variabel X8 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.12. KMO and Bartlett’s Test 2nd

Pada tabel diatas, terlihat angka K-M-O Measure of Sampling Adequacy diatas 0.5 yaitu sebesar 0.694, maka kumpulan variabel tersebut dapat diproses lebih lanjut. Kesimpulan yang sama dapat dilihat pula pada angka Barlett’s Test of Sphericity (yang tunjukkan dengan angka Chi-Square) sebesar 283.706 dengan signifikansi 0.000.

Sedangkan untuk tabel Anti-Images Matrices (dapat dilihat pada lampiran tabel B10). Pada tabel Anti-Images Matrices tersebut khususnya pada bagian bawah (Anti-Images Correlation), terlihat ssejumlah angka yang membentuk diagonal, yang bertanda ‘a’, yang menandakan besarnya nilai Measure of Sampling Adequacy (MSA) sebuah variabel. Terlihat masih ada nilai MSA yang dibawah 0,5 yaitu X14 (Pendapat pelaku usaha batik tentang produknya yang mampu bersaing di MEA) sebesar 0.486. Dikarenakan masih ada nilai MSA yang kurang dari 0,5 tersebut, maka proses pemilihan variabel diulang dengan menghilangkan nilai MSA terkecil dalam hal ini adalah variabel X14 (0,486).

4.6.2.2. Pemilihan Variabel (Pengulangan 2)

Hasil dari pengulangan proses lanjutan untuk pemilihan variabel setelah menghilangkan variabel X14 adalah sebagai berikut:

(11)

Pada tabel diatas, terlihat angka K-M-O Measure of Sampling Adequacy diatas 0.5 yaitu sebesar 0.717, maka kumpulan variabel tersebut dapat diproses lebih lanjut. Kesimpulan yang sama dapat dilihat pula pada angka Barlett’s Test of Sphericity (yang tunjukkan dengan angka Chi-Square) sebesar 265.086 dengan signifikansi 0.000.

Sedangkan untuk tabel Anti-Images Matrices (dapat dilihat pada lampiran tabel B13). Pada tabel Anti-Images Matrices tersebut khususnya pada bagian bawah (Anti-Images Correlation), terlihat ssejumlah angka yang membentuk diagonal, yang bertanda ‘a’, yang menandakan besarnya nilai Measure of Sampling Adequacy (MSA) sebuah variabel. Terlihat sudah tidak ada nilai MSA yang dibawah 0.5 sehingga proses pemilihan variabel dapat dihentikan dan variabel yang tersisa merupakan variabel yang digunakan dalam proses analisis faktor selanjutnya.

4.7. Analisis Faktor

Dalam pengolahan data analisis faktor data harus berskala interval atau rasio. Pada penelitian ini data hasil kuesioner yang diperoleh yaitu data ordinal, oleh karena itu dibutuhkan pengkonversian data dari ordinal ke interval. Pengkonversian data pada penelitian ini menggunakan Metode Succesive Interval (MSI). Hasil dari pengkonversian data dengan metode MSI dapat dilihat pada lampiran tabel B1 dan B2. Tahapan analisis faktor adalah sebagai berikut:

4.7.1. Communalities

(12)

Tabel 4.16. Communalities

Untuk variabel X1 (pengetahuan tentang negara-negara yang tergabung dengan ASEAN) nilainya adalah 0.643. Hal ini berarti sekitar 64.3% varians dari variabel X1 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk. Variabel X2 (sumber informasi tentang MEA) nilainya adalah 0.663. Hal ini berarti sekitar 66.3% varians dari variabel X2 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk. Variabel X3 (dukungan adanya MEA) nilainya adalah 0.646. Hal ini berarti sekitar 64.6% varians dari variabel X3 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk.

(13)

nilainya adalah 0.614. Hal ini berarti sekitar 61.4% varians dari variabel X6 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk.

Variabel X7 (meningkatkan kualitas batik yang sesuai dengan ketentuan MEA) nilainya adalah 0.598. Hal ini berarti sekitar 59.8% varians dari variabel X7 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk. Variabel X9 (kecocokan manajemen usaha untuk menghadapi MEA) nilainya adalah 0.737. Hal ini berarti sekitar 73.7% varians dari variabel X9 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk. Variabel X10 (menyusun strategi pemasaran untuk mendapatkan pangsa pasar dalam MEA) nilainya adalah 0.677. Hal ini berarti sekitar 67.7% varians dari variabel X10 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk.

Variabel X11 (meningkatkan inovasi batik untuk mendapat pangsa pasar) nilainya adalah 0.636. Hal ini berarti sekitar 63.6% varians dari variabel X11 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk. Variabel X12 (menurunkan harga batik untuk menyesuaikan dengan MEA) nilainya adalah 0.605. Hal ini berarti sekitar 60.5% varians dari variabel X12 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk. Variabel X13 (meningkatkan modal usaha untuk menghadapi MEA) nilainya adalah 0.577. Hal ini berarti sekitar 57.7% varians dari variabel X13 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk.

Variabel X15 (pemerintah meningkatkan standar kompetensi kerja untuk menghadapi MEA) nilainya adalah 0.696. Hal ini berarti sekitar 69.6% varians dari variabel X15 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk. Variabel X16 (hubungan dengan negara lain untuk memasarkan produk Indonesia) nilainya adalah 0.716. Hal ini berarti sekitar 71.6% varians dari variabel X16 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk

4.7.2. Total Variance Explained

(14)

1. Varians faktor pertama adalah 3.733 / 14 = 26.66% 2. Varians faktor kedua adalah 1.653 / 14 = 11.80% 3. Varians faktor ketiga adalah 1.273 / 14 = 9.09% 4. Varians faktor keempat adalah 1.183 / 14 = 8.45% 5. Varians faktor kelima adalah 1.051 / 14 = 7.51%

Total kelima faktor akan dapat menjelaskan 26.66% + 11.80% + 9.09% + 8.45% + 7.51%, atau 63.52% dari variabilitas keempatbelas variabel asli tersebut. 4.7.3. Component Matrix

Setelah diketahui bahwa lima faktor adalah jumlah yang paling optimal, maka tabel Component matrix ini menunjukkan distribusi keempatbelas variabel tersebut pada lima faktor yang ada. Nilai pada tabel ini merupakan factor loadings atau besar korelasi antara suatu variabel dengan faktor 1 sampai 5.

Tabel 4.17. Component Matrix

(15)

faktor 2 adalah 0.662 (kuat), korelasi variabel X1 dengan faktor 3 adalah -0.048 (lemah), korelasi variabel X1 dengan faktor 4 adalah -0.245 (lemah), sedangkorelasi variabel X1 dengan faktor 5 adalah -0.110 (lemah). Dari semua nilai factor loading variabel X1 terlihat tidak ada perbedaan yang nyata antara semua factor loading, sehingga variabel tersebut tidak dapat begitu saja dimasukkan ke salah satu faktor dengan hanya melihat mana yang lebih besar korelasinya.

Begitu juga dengan variabel X2 (sumber informasi tentang MEA), X3 (dukungan pelaku usaha batik tentang adanya MEA), X4 (peran pemerintah menghadapi MEA), X5 (tenaga kerja Indonesia utuk bersaing dengan tenaga kerja asing dalam menghadapi MEA), X6 (kemampuan produk batik menghadapi MEA), X7 (meningkatkan kualitas batik), X9 (kecocokan manajemen usaha untuk menghadapi MEA), X10 (penyusunan strategi pemasaran), X11 (meningkatkan inovasi batik), X12 (menurunkan harga batik), X13 (meningkatkan modal usaha), X15 (pemerintah meningkatkan standar kompetensi kerja), serta X16 (hubungan dengan negara lain untuk memasarkan produk Indonesia. Maka dari itu diperlukan proses rotasi untuk melihat kejelasan pendistribusian variabel.

4.7.4. Rotated Component Matrix

(16)

Tabel 4.18. Rotated Component Matrix

Untuk variabel X1 (pengetahuan tentang negara-negara yang tergabung dengan ASEAN), korelasi antara variabel X1 dengan faktor 1 yang sebelumnya adalah 0.361 (lemah) , dengan rotasi lebih diperkuat menjadi 0.459 (cukup kuat). Korelasi variabel X1 dengan faktor 2 sebelumnya adalah 0.662 (kuat), dengan rotasi lebih diperlemah menjadi 0.342 (lemah). korelasi variabel X1 dengan faktor 3 sebelumnya adalah -0.048 (lemah), dengan rotasi lebih diperkuat menjadi -0.334 (lemah), korelasi variabel X1 dengan faktor 4 sebelumnya adalah -0.245 (lemah), dengan rotasi lebih diperlemah menjadi 0.375 (lemah,) sedangkan korelasi variabel X1 dengan faktor 5 sebelumnya adalah -0.110 (lemah), dengan rotasi lebih diperkuat menjadi -0.251 (lemah). Dengan demikian dapat dikatakan variabel X1 (pengetahuan tentang negara-negara yang tergabung dengan ASEAN) dapat dimasukkan sebagai komponen faktor 1.

(17)

cukup kuat (0.620), jauh lebih kuat dibandingkan dengan factor loading dengan faktor lainya. Variabel X4 (peran pemerintah menghadapi MEA) masuk pada faktor 3, karena factor loading dengan faktor 3 cukup kuat (0.623), jauh lebih kuat dibandingkan dengan factor loading dengan faktor lainya.

Variabel X5 (tenaga kerja Indonesia untuk bersaing dengan tenaga kerja asing dalam menghadapi MEA) masuk pada faktor 3, karena factor loading dengan faktor 3 kuat (0.756), jauh lebih kuat dibandingkan dengan factor loading dengan faktor lainya. Variabel X6 (kemampuan produk batik menghadapi MEA) masuk pada faktor 4, karena factor loading dengan faktor 4 kuat (0.717), jauh lebih kuat dibandingkan dengan factor loading dengan faktor lainya. Variabel X7 (meningkatkan kualitas batik) masuk pada faktor 1, karena factor loading dengan faktor 1 kuat (0.736), jauh lebih kuat dibandingkan dengan factor loading dengan faktor lainya.

Variabel X9 (kecocokan manajemen usaha untuk menghadapi MEA) masuk pada faktor 4, karena factor loading dengan faktor 4 kuat (0.795), jauh lebih kuat dibandingkan dengan factor loading dengan faktor lainya. Variabel X10 (menyusun strategi pemasaran) masuk pada faktor 3, karena factor loading dengan faktor 3 cukup kuat (0.498), jauh lebih kuat dibandingkan dengan factor loading dengan faktor lainya. Variabel X11 (meningkatkan inovasi batik) masuk pada faktor 1, karena factor loading dengan faktor 4 kuat (0.734), jauh lebih kuat dibandingkan dengan factor loading dengan faktor lainya.

(18)

Dengan demikian keenambelas indikator variabel telah direduksi menjadi hanya terdiri atas 5 faktor:

1. Faktor 1 terdiri atas variabel X1 (pengetahuan tentang negara-negara yang tergabung dengan ASEAN), X2 (sumber informasi tentang MEA), X3 (dukungan tentang adanya MEA), X7 (meningkatkan kualitas baik yang sesuai dengan ketentuan MEA), dan X11(meningkatkan inovasi batik untuk mendapat pangsa pasar).

2. Faktor 2 terdiri atas variabel X12 (menurunkan harga batik untuk menyesuaikan dengan MEA) dan X16 (hubungan dengan negara lain untuk memasarkan produk Indonesia).

3. Faktor 3 terdiri atas variabel X4 (peran pemerintah menghadapi MEA), X5 (tenaga kerja Indonesia untuk bersaing dengan tenaga kerja asing dalam menghadapi MEA), dan X10 (menyusun strategi pemasaran untuk mendapatkan pangsa pasar).

4. Faktor 4 terdiri atas variabel X6 (kemampuan produk batik menghadapi MEA) dan X9 (kecocokan manajemen usaha untuk menghadapi MEA). 5. Faktor 5 terdiri atas variabel X13 (meningkatkan modal usaha untuk

menghadapi MEA) dan X15 (pemerintah meningkatkan standar kompetensi kerja untuk menghadapi MEA).

4.7.5. Component Score Coefficient Matrix

(19)

Tabel 4.19. Component Score Coefficient matrix

Dari tabel diatas diperoleh model matematis sebagai berikut: Faktor 1 = -0.309X1 - 0.206X2 + 0.251X3 + 0.456X7 + 0.400X11

Faktor 2 = 0.372X12 + 0.603X16

Faktor 3 = 0.361X4 + 0.524X5 + 0.245X10

Faktor 4 = 0.468X6 + 0.590X9

(20)

4.8. Penamaan Faktor

Dari proses diatas, telah diperoleh 5 buah faktor baru dari persepsi pelaku usaha dalam menghadapi MEA. Berikut merupakan identifikasi penamaan faktor-faktor baru tersebut:

Tabel 4.20. Penamaan Faktor

4.9. Marketing Mix (Bauran Pemasaran)

(21)

dengan metode bauran pemasaran didapatkan dari kelemahan dan keunggulan UKM batik Madura serta dari faktor yang terbentuk dari hasil analisis faktor. 4.9.1. Produk

Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai, atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen.[ CITATION Kot95 \l 1033 ]

Faktor informasi MEA dan produk merupakan faktor utama yang terbentuk dari hasil analisis faktor. Dalam memperoleh pangsa pasar dan dapat bersaing di MEA. Pelaku usaha perlu memiliki pemahaman tentang adanya MEA serta kebijakan-kebijakan yang dibentuk oleh MEA agar dapat meningkatkan keuntungan relatif bagi produk. Hal-hal yang perlu dilakukan pelaku usaha untuk produk batik yaitu dengan meningkatkan kualitas produknya, meningkatkan inovasi batik untuk mendapat pangsa pasar.

Dalam memasarkan produknya, UKM batik Madura memperhatikan atribut produk yang merupakan suatu komponen sifat-sifat produk yang menjamin agar produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang diharapkan oleh konsumen. Atribut produk tersebut meliputi desain produk, merek atau brand yang dinyatakan dalam bentuk simbol, desain dan warna atau huruf tertentu, dan bungkus atau kemasan produk. Atribut produk yang diterapkan UKM batik Madura antara lain :

a. Desain Produk

Desain produk merupakan atribut yang sangat penting untuk mempengaruhi konsumen agar tertarik. UKM batik Madura mendesain produk-produk batik dengan melakukan modifikasi produk-produk. Dahulu batik identik digunakan oleh orang tua dan mayoritas dikenakan pada acara formal saja, tetapi seiring dengan perkembangan zaman, batik Madura dimodifikasi produknya, sehingga dapat juga digunakan oleh remaja dan orang dewasa serta banyak pilihan produk. Modifikasi produk yang dilakukan antara lain:

(22)

2) Menciptakan pola batik yang dengan berbagai variasi design dari yang bernuansa tradisional hingga modern.

3) Memantau dan membuat model-model busana yang up to date yang mengikuti kemauan pasar.

4) Menentukan ukuran busana yang tepat, yaitu small, medium, large, extra large atau double large.

5) Menciptakan pakaian batik untuk remaja dan dewasa baik untuk pria maupun wanita, sehingga terdapat banyak pilihan produk yang ditawarkan kepada konsumen.

Dengan menerapkan modifikasi produk tersebut, maka akan menjadi keunikan tersendiri bagi masing-masing UKM batik di Madura. Selain dilihat dari nilai seni, estetika, serta daya tarik produk, maka akan menjadi keunggulan UKM batik untuk mampu bersaing di pasar global.

b. Merek

Merek atau brand merupakan identitas suatu produk yang diwujudkan dalam bentuk nama, tanda, istilah, desain, simbol atau lambang, atau kombinasi dari semuanya. UKM batik Madura dalam menawarkan produknya menggunakan merek dagang yang sama dengan nama UKMnya. Merk ini digunakan untuk semua produk yang dihasilkan oleh UKM batik tersebut. Pemberian merek ini diharapkan menjadi identitas tersendiri bagi produknya agar dapat membedakannya dengan produk pesaing. Dengan memiliki merek atau brand yang mudah diingat dan mudah dihafalkan maka identitas produk akan cepat dikenal dan cepat tertanam di benak konsumen.

c. Kemasan

Pengemasan (packaging) merupakan proses yang berkaitan dengan perancangan pembuatan wadah (container) atau pembungkus (wraper) untuk suatu produk. Pembungkusan yang dilakukan oleh batik UKM batik Madura adalah produk dikemas dalam kemasan untuk satu barang (Individual Packaging). Individual Packaging berupa plastik yang berisi satu produk batik. Bagi perusahaan kemasan mempunyai peran dan fungsi, yaitu :

(23)

2) Melindungi produk batik yang dibungkusnya sewaktu-waktu produk tersebut bergerak melalui marketing.

3) Untuk mempertinggi nilai isinya dengan daya tarik yang ditimbulkan oleh pembungkus, sehingga menimbulkan ciri-ciri khas produk tersebut.

4) Utuk identifikasi, mudah dikenal, karena adanya merk/label yang tertera pada pembungkus.

4.9.2. Harga

Dalam memasarkan suatu barang atau jasa setiap perusahaan harus menetapkan harga jual setiap produknya secara tepat. Harga merupakan sejumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen untuk mendapatkan suatu barang.

Faktor kedua yang terbentuk pada analisis faktor adalah faktor peluang dan tantangan dimana UKM batik memiliki peluang dalam menjalin hubungan kerja sama dengan negara lain untuk memasarkan produk Indonesia dan memiliki tantangan dalam menurunkan harga produk sesuai dengan kebijakan MEA karena dengan terjadinya arus bebas barang konsumen akan bisa mendapatkan barang terbaik dengan harga termurah.

Proses penetapan harga pada UKM batik Madura adalah sebagai berikut : a. Tujuan Penetapan Harga

Tujuan yang hendak dicapai oleh UKM batik Madura dalam menetapkan harga pada produknya adalah untuk mendapatkan laba maksimal sehingga mampu mendapatkan pengembalian investasi yang diambil dari laba perusahaan, mengurangi persaingan dengan menetapkan harga yang sama dengan pesaing dan mempertahankan Market Share atau pangsa pasar yang telah dikuasai.

b. Metode Penetapan Harga

UKM batik Madura dalam menetapkan harga didasarkan pada biaya yang menggunakan metode Cost Plus Pricing Method, yaitu harga jual diperoleh dari jumlah biaya ditambah dengan persentase laba atau keuntungan (margin) yang diinginkan perusahaan. Dari rumus tersebut terlihat bahwa untuk menentukan harga jual harus berdasarkan pada biaya yang dikeluarkan dalam menghasilkan produk, ditambah persentase tertentu sebagai keuntungan yang diinginkan perusahaan.

(24)

Promosi merupakan kegiatan yang digunakan UKM batik Madura dalam rangka memberikan sejumlah informasi kepada konsumen tentang suatu produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang bertujuan untuk mengadakan komunikasi yang efektif antara perusahaan dengan konsumen sehingga menciptakan pertukaran dalam pemasaran yang akan mendorong permintaan atau dengan kata lain untuk memberikan tanggapan terhadap produk yang dihasilkan dengan langkah konkret yaitu pembelian.

Faktor ketiga dari hasil analisis faktor adalah faktor pendukung dimana peran pemerintah dalam memfasilitasi pelaku usaha yaitu dengan mempromosikan produk Indonesia ke negara lain, memberi kesempatan kepada setiap pekerja untuk menemukan pekerjaan sesuai dengan kualifikasi yang dimiliki, serta menyusun strategi pemasaran untuk mendapatkan pangsa pasar, salah satunya yaitu menyusun strategi promosi.

Dalam menghadapi persaingan bisnis dengan perusahaan lainnya yang bergerak dibidang usaha sejenis, UKM batik Madura menerapkan strategi promosi sebagai berikut :

a. Periklanan atau Advertising

Periklanan atau advertising dilakukan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan agar mendapatkan respon dari konsumen dan umpan balik dapat diterima sehingga terjadi transaksi yang menguntungkan. Kegiatan periklanan yang dilakukan UKM batik Madura bertujuan untuk menginformasikan mengenai keberadaan perusahaan dan produk yang ditawarkan agar lebih mendapat perhatian dari konsumen. Periklanan yang digunakan UKM batik Madura adalah dengan

1) Billboar

Media luar ruangan dengan menggunakan billboard biasanya dipakai pada tempat-tempat yang lalu-lintasnya ramai, misalnya di pinggir jalan raya karena target promosi jenis ini adalah para pengguna jalan raya.

2) Internet

(25)

katalog produk dan sebagainya. Manfaat yang didapat dari periklanan melalui internet yaitu dapat dilihat kapan saja dan dimana saja oleh konsumen karena jangkauannya lebih luas serta memudahkan konsumen untuk mendapatkan informasi yang lengkap mengenai produk yang ditawarkan perusahaan karena berisi gambar atau bentuk produk dan harganya tanpa harus berkunjung ke rumah batik tersebut. Informasi yang tersaji didukung dengan warna dan gambar yang menarik dimaksudkan agar lebih mempengaruhi minat konsumen dalam melakukan pembelian.

b. Promosi Penjualan

Alat promosi penjualan pada UKM batik Madura dengan peragaan busana yaitu suatu kegiatan yang mempertunjukkan karya atau busana yang dapat diragakan atau digerakkan. Kegiatan ini merupakan salah satu ajang promosi untuk mengenalkan produk atau karya tersebut. Kegiatan peragaan busana ini juga merupakan kegiatan promosi yang penting karena peragaan busana mempunyai efek langsung dengan konsumen. Melalui acara peragaan busana ini, UKM batik Madura menampilkan koleksi-koleksi batik terbaru yang diperagakan model-model profesional.

c. Pameran

Dalam mempromosikan produk mereka, UKM batik Madura mengikuti pameran dalam acara-acara tertentu. Dalam pameran ini konsumen dapat mendatangi serta melihat produk-produk yang ditawarkan sehingga dapat menarik minat konsumen untuk membelinya. Pameran biasanya diadakan di luar pulau Madura seperto Surabaya, Jakarta, Banyuwangi, dan sebagainya.

4.9.4. Distribusi dan Lokasi

a. Lokasi

(26)

diinginkan, mendapatkan tenaga kerja berkinerja, dan dikemudian hari mampu memperluas diri.

Namun pada kenyataannya lokasi UKM batik Madura umumnya berpusat di Desa sehingga konsumen masih sulit dalam menjangkau lokasi tersebut.

b. Saluran Distribusi

Gambar

Tabel 4.1. Variabel penelitian terdahulu
Tabel 4.2 Deskripsi item pertanyaan
Tabel 4.3. Uji validitas kuesioner pendahuluan
Tabel 4.8. Uji validitas kuesioner
+7

Referensi

Dokumen terkait

DAPATAN KAJIAN 4.1 Pengenalan 4.2 Latar Belakang Responden 4.3 Persepsi Guru KHB Terhadap Kefahaman Mengenai Pendekatan Tematik 4.4 Persepsi Guru KHB Terhadap Amalan Guru

• Bahwa saksi mengetahui pemohon dan termohon adalah suami istri yang telah menikah sekitar bulan Desember 2006 di Kabupaten Lombok Barat karena saksi turut

[r]

Tipe paling umum dari mesin ini adalah mesin pembakaran dalam putaran empat stroke yang membakar bensin. Pembakaran dimulai oleh sistem ignisi yang membakaran spark

O predstojećem Sajmu hrane i učešću izlagača iz Mađarske, kazao je: "Mađarske fi rme se u jednom broju redovno prijavljuju na Sajam hrane na Jadranskom sajmu u Budvi..

Pada saat terjadinya deformasi plastis, akan melibatkan pergerakan dislokasi dengan nilai yang besar, sebuah dislokasi sisi bergerak sebagai respons

diakhiri pada simpul terakhir dan blok- bawah diawali dari simpul awal, jadi dapat ditemukan lintasan P 15 biru.

1. Kondisi Fisik Sekolah Berdasarkan hasil pengamatan, SMP Negeri 3 Kalasan memiliki bangunan yang layak untuk kegiatan pembelajaran. Setiap ruangan memiliki ventilasi sebagai