• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BAHASA I (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BAHASA I (1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

369

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI MAHASISWA DARMASISWA BERBASIS SCREAM

Nur Hasyim Politeknik Negeri Jakarta hajinurhasim@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengembangkan model pembelajaran bahasa Indonesia bagi Mahasiswa Darma Siswa (mahasiswa asing belajar bahasa Indonesia dan budaya Indonesia) berbasis SCREAM (Simangunsong, 2011): (i) Structure, (ii) Clarity, (iii) Redundancy, (iv) Enthusiasme, (v) Appropriate Pace, (vi) dan Maximized Engagement. Adapun rumusan masalah penelitian adalah seperti apakah model pembelajaran bahasa Indonesia bagi Mahasiswa Darma Siswa berbasis SCREAM? Penelitian dilakukan dengan pendekatan penelitian pengembangan. Data dikumpulkan dengan melakukan FGD dengan para pengajar bahasa Indonesia Program Darma Siswa PNJ, linguis, dan psikolog. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis dengan analisis kualitatif. Hasil penelitiannya adalah model pembelajaran bahasa Indonesia bagi mahasiswa Darma Siswa berbasis SCREAM: (i) perlu merujuk struktur agar materi mudah dipelajari, (ii) perlu ditulis dan dilafalkan satuan kebahasaan sejelas mungkin agar satuan kebahasaan dapat dimengerti secara bak baik, (iii) perlu diulang materi pelajaran dan kosa kata kunci, (iv) perlu dikembangkan pembelajaran yang menarik dengan cara menggunakan berbagai media dan alat bantu pembelajaran, (v) perlu diberikan tempo pelafalan satuan kebahasaan yang sesuai, (vi) perlu dimaksimalkan pelibatan mahasiswa dalam pembelajaran. Uji coba model pada mahasiswa Darma Siswa PNJ periode September 2015—Agustus 2016 menunjukkan bahwa model mampu meningkatkan semangat dan keterampilan berbahasa Indonesia mahasiswa.

Kata kunci: pembelajaran; bahasa Indonesia, mahasiswa asing; SCREAM

1. PENDAHULUAN

Amanat Pemerintah agar perguruan tinggi, termasuk Politeknik Negeri

Jakarta, untuk mengelola dan memberikan pembelajaran bahasa Indonesia dan

budaya Indonesia kepada mahasiswa darma siswa menjadi peluang dan tantangan

tersendiri. Peluangnya adalah perguruan tinggi dapat menjalin akses dengan

pembelajar internasional dan hal ini dapat mendukung cita-cita perguruan tinggi

untuk menjadi perguruan tinggi kelas internasional (dunia). Tantangannya adalah

perguruan tinggi harus menyiapkan sumber daya agar dapat memberikan

pembelajaran bahasa Indonesia dan budaya Indonesia secara memadai yang

mampu memuaskan pembelajar dengan pembelajaran yang berkualitas sehingga

mahasiswa darma siswa memiliki kesan positif terhadap pembelajaran yang telah

(2)

370

kebudayaan Indonesia. Seperti diketahui bahwa mahasiswa darmasiswa adalah

mahasiswa asing yang mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Indonesia untuk

belajar bahasa Indonesia, seni, musik, dan kerajinan; peserta dapat memilih

tempat untuk studi pada universitas dan politeknik; program dilaksanakan sejak

tahun 1974; pada awalnya pesertanya berasal dari mahasiswa dari negara ASEAN,

tetapi sejak tahun 1976 program ini dapat diikuti oleh beberapa negara, antara

lain: Hungaria, Norwegia, Mexico, Swedia, Kanada, Perancis, Australia, Jepang,

Belanda, Jerman dan Amerika; para peserta akan tinggal di Indonesia selama

kurang lebih satu tahun untuk belajar bahasa dan kebudayaan di Universitas di

Indonesia.

Berkenaan dengan pembelajaran bahasa Indonesia, dalam rangka

memberikan pembelajaran berkualitas: mamhasiswa mampu menulis dan

berbicara bahasa Indonesia serta mampu memberikan kesan positif pada

mahasiswa darmasiswa dipandang perlu dikembangkan model pembelajaran

bahasa Indonesia bagi mahasiswa darmasiswa berbasis SCREAM: (i) Structure,

(ii) Clarity, (iii) Redundancy, (iv) Enthusiasme, (v) Appropriate Pace, (vi) dan

Maximized Engagement (Simangunsong, 2009). Pengembangan model

pembelajaran ini dipandang penting untuk disusun karena berdasarkan hasil studi

awal penelitian tidak ditemukan model pembelajaran tersebut. Model

pembelajaran bahasa Indonesia bagi mahasiswa asing yang ada, antara lain (i)

model pembelajaran bahasa Indonesia melalui makan di Depot, (ii) model

pembelajaran bahasa Indonesia berbasis pada struktur dan terjemahan, dan (iii)

model pembelajaran bahasa Indonesia dengan membentuk small group. Dengan

demikian, permasalahan penelitian ini adalah model pembelajaran bahasa

Indonesia bagi mahasiswa darmasiswa berbasis SCREAM belum pernah

disusun/belum ada, sementara rumusan masalahnya adalah seperti apakah model

pembelajaran bahasa Indonesia bagi Mahasiswa Darma Siswa berbasis SCREAM

(3)

371

2. METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan pendekatan penelitian pengembangan

(Sugiyono, 2006). Data dikumpulkan dengan melakukan FGD dengan para

pengajar bahasa Indonesia Program Darma Siswa PNJ, ahli bahasa, dan ahli

pendidikan. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis dengan analisis

kualitatif: analisis domain, analisis taksonomi, analisis antarkomponen, dan

menemukan tema (mendapatkan kesimpulan).

3. TEORI SCREAM

Teori SCREAM disampaikan oleh Simangunsong (2009). Teori SCREAM

adalah teori pembelajaran yang dapat digunakan sebagai basis.pedoman dalam

melakukan pembelajaran pada berbagai disiplin ilmu, khususnya digunakan bagi

mereka dengan kondisi lamban belajar atau dengan kondisi pemahaman terhadap

pengetahuan tertentu yang terbatas. Teori SCREAM mencakup enam aspek: (i)

Structure, (ii) Clarity, (iii) Redundancy, (iv) Enthusiasme, (v) Appropriate Pace,

(vi) dan Maximized Engagement. Structure adalah bahwa pembelajaran dilakukan

dengan memberikan rambu struktur/pola. Clarity adalah bahwa pembelajaran

perlu disampaikan secara jelas. Redundancy adalah bahwa pembelajaran

dilakukan dengan memberikan pengulangan. Enthusiasme adalah bahwa

pembelajaran perlu dilakukan agar peserta didik bersemangat mengikutinya.

Appropriate Pace adalah bahwa guru/dosen perlu memberikan irama yang tepat

sehingga memudahkan pemahaman peserta didik. Maximized Engagement adalah

bahwa guru perlu memikirkan upaya-upaya pencapaian hasil pembelajaran yang

(4)

372

Gambar 1. Teori SCREAM (Mangunsong, 2009)

Chifane (2015) menyampaikan bahwa bahasa adalah sebuah sistem. Bahasa

itu sendiri juga mendukung keberadaan sebuah sistem yang lebih besar. Oleh

karena itu, dalam memberikan pembelajaran bahasa harus dilihat posisi

pembelajaran bahasa sebagai sistem. Sementara itu, Torey (2016) menyampaikan

peran norma dalam pembelajaran bahasa bahwa pembelaran bahasa harus

memperhatikan norma; perlu dilihat norma yang diikuti oleh pembelajar agar

pembelajaran dapat dilakukan dengan mulus, tanpa harus berhadapan dengan

masalah norma. Norm theory mengingatkan bahwa dalam berbagai aktivitas harus

memperhatikan norma, bila tidak memperhatikan norma dapat memunculkan

masalah besar.

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil penelitian

Hasil penelitiannya adalah model pembelajaran bahasa Indonesia bagi

mahasiswa Darmasiswa berbasis SCREAM, sebagai berikut. Tujuan pembelajaran

(learning outcome) bahasa Indonesia adalah peserta didik dapat menulis dan

berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Materi

yang diperlukan untuk mendukung tujuan pembelajaran, minimal, adalah (i)

variasi bahasa, (ii) bentuk dan makna imbuhan dalam bahasa Indonesia, (ii)

(5)

373 Dalam rangka menyampaikan sejumlah materi tersebut yang dapat

digunakan sebagai basis pembelajaran adalah teori SCREAM.

4.1.1. Structure (Struktur)

Dalam mengajarkan bahasa Indonesia, dosen perlu menangkap

struktur/pola/pettern dari materi ajar yang disampaikan. Pola dari materi

menvariasi bahasa adalah bahwa bahasa Indonesia itu tidak hanya satu, tetapi

bervariasi; bahasa Indonesia harus digunakan sesuai dengan situasi dan

kebutuhannya sehingga pengguna bahasa tidak dapat seenaknya sendiri

menggunakan bahasa. Pengguna harus melihat situasinya resmi atau santai. Jika

santai, pengguna bahasa dapat menggunakan bahasa yang tidak harus baku. Jika

resmi, pengguna bahasa harus mengunakan bahasa baku. Berkenaan dengan

bentuk dan makna imbuhan, dosen dapat memberikan penjelasan, misalnya bahwa

kata kerja dengan satu suku kata itu bila mendapatkan awalan me-N, me-N akan

menjadi menge-, misalnya kata dasar pel menjadi mengepel, kata dasar tik

menjadi mengetik. Berkenaan dengan kalimat, dosen dapat menyampaikan

berbagai pola/struktur kalimat, misalnya pola S P O, contohnya Saya membaca

buku. Mahasiswa kemudian diminta untuk membuat kalimat yang lain. Demikian

pula, materi paragraf dan jenis teks, dosen perlu menemukan pola dari materi

diajarkan. Prinsip penyampaian struktur ini baik dilakukan agar materi lebih

mudah dipahami peserta didik.

4.1.2. Clarity (Jelas)

Mahasiswa darmasiswa adalah penutur asing yang pada umumnya mereka

belum memahami bahasa Indonesia. Karena itulah, dosen perlu menjelaskan

materi yang diajarkan melalui bahasa lisan atau bahasa tulisan dengan

jelas/gamblang. Tidak dibenarkan bila suara dosen sangat lemah sehingga kurang

dipahami. Tidak dibenarkan tulisan dosen terlalu kecil. Dosen dalam memberikan

pembelajaran dianjurkan mengguna.kan bahasa verbal dan bahasa non-verbal

seperti gerakan tangan, mimik, gambar, suara. Dosen perlu memanfaatkan

(6)

374

melafalkan materi ajar dan satuan kebahasaan sejelas mungkin agar satuan

kebahasaan dapat dimengerti secara bak baik.

4.1.3. Repetition (Pengulangan)

Untuk memastikan materi ajar dipahami dengan baik oleh peserta didik,

pengulangan perlu dilakukan. Namun demikian, pengulangan perlu dilakukan

dengan cara atau metode yang berbeda, misalnya bila penjelaskan telah dilakukan

berbasis pada buku ajar, dosen perlu mengulang dengan menerapkan materi ajar

dalam penyusunan teks. Itu perlu dilakukan salah satunya karena pembelajar asing yang pada umumnya memiliki nilai/value “time is money” biasanya kurang menyukai pengulangan walaupun sebenarnya mereka belum tentu sudah paham

dengan materi ajar yang kita ulang sehingga mereka kemungkinan akan

mengingatkan pada kita bahwa materi tersebut telah kita ajarkan. Bisa jadi dengan

dilakukan pengulangan dengan cara yang sama, mereka menjadi tidak bersemangat atau bahkan “marah”.

4.1.4. Enthusiasm (Antusias)

Mengajarkan bahasa Indonesia secara menarik sangat dibutuhkan. Dalam

rangka menjelaskan materi tertentu, dosen perlu menggunakan metode dan media

pembelajaran yang bervariasi. Peserta didik dapat pula kita ajak untuk

mengunjungi kelas atau tempat tertentu yang ada kaitan dengan materi ajar. Perlu

kita upayakan agar mereka dapat bergembira atau tersenyum dalam mengikuti

pembelajaran bahasa Indonesia. Give them new experiencess about Indonesian.

4.1.5. Appropriate Pace (Menggunakan tempo yang pas)

Appropriate pace perlu dilakukan dosen khususnya saat mengajarkan

hal-hal yang berkaitan dengan bahasa lisan: mendengarkan dan membaca/melafalkan.

Dosen perlu memahami bahwa peserta didik adalah penutur asing; mereka kurang

memahami vokal dan konsonan bahasa Indonesia. Dengan demikian, dosen harus

mengucapkan tuturan atau satuan kebahasaan dengan menggunakan tempo dan

(7)

375 tempe. Pastikan gunakan tempo yang pas agar yang kita jelaskan atau yang kita

maksud dapat dipahami dengan baik.

4.1.6. Maximized Engagement (Memaksimalkan hasil)

Hasil pembelajaran adalah target utama pembelajaran. Karena itu, sembari

terus berupaya melakukan perbaikan pembelajaran, dosen harus pula

mengevaluasi capaian dan hasil pembelajarannya: tercapai, cukup tercapai, kurang

tercapai, atau tidak tercapai. Itu perlu dilakukan dalam rangka memaksimalkan

hasil pembelajaran. Jangan sampai dosen terlalu asik dengan pembelajaran

menarik atau pengulangan, tetapi hasil pembelajaran sesungguhnya tidak tercapai.

Buka demikian yang diharapkan.

Model pembelajaran bahasa Indonesia berbasis SCREAM sudah penulis

terapkan. Hasilnya adalah mahasiswa dapat mengikuti pembelajaran bahasa

dengan baik. Namun, tingkat efektivitas secara persis belum diketahui.

4.2. Pembahasan

Mengajar bahasa Indonesia bagi penutur asing kiranya bukan pekerjaan

yang mudah. Permasalahan utama adalah bahwa mereka pada umumnya kurang

memahami bahasa Indonesia. Mereka juga memiliki kultur budaya yang berbeda

dengan budaya Indonesia. Mereka memiliki norma sendiri. Tourey, pencetus

norm theory, menyampaikan bahwa budaya sering menjadi faktor sentral dalam

menyelesaikan fenomena apa pun, bahkan norma sering menjadi lebih sentral

dibandingkan dengan materi utamanya.

Basis pembelajaran bahasa Indonesia apa pun, termasuk basis SCREAM,

ada kemungkinan bukan merupakan pendekatan yang paling cocok sebab

pembelajaran bahasa Indonesia bagi mahasiswa asing (termasuk darmasiswa)

berkaitan dengan banyak hal (sistem). Karena itu, yang paling pas kiranya adalah

pembelajaran bahasa dengan memandang pembelajaran bahasa Indonesia sebagai

sebuah sistem, di samping, pembelajaran bahasa Indonesia juga berada di bawah

sistem yang lebih besar. Pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing

(8)

376

5. SIMPULAN DAN SARAN

Model pembelajaran bahasa Indonesia berbasis SCREAM pada dasarnya

menawarkan pembelajaran bahasa Indonesia yang berpedoman pada pola yang

disampaikan secara jelas, inovatif, dan berbasis pada capaian pembelajaran.

Model pembelajaran ini lebih berorientasi pada pembelajaran bahasa berbasis

pada paradigma holistik dengan memperhatikan norma-norma yang dimiliki

pembelajaran agar pembelajaran dapat dilakukan dengan friendly. Perlu dilakukan

kajian lebih lanjut tentang uji coba model dan implementasi dengan ruang lingkup

yang lebih besar.

DAFTAR ACUAN

Chifane, C. 2015. ” Revisiting The Polysystem Theory in Translating Literature

For Children”. Research Paper.

Hasyim, N. ___. Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Politeknik. Depok: PNJ Press.

Mangunsong, F. 2011. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. UI Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Gambar

Gambar 1. Teori SCREAM (Mangunsong, 2009)

Referensi

Dokumen terkait

Komunikasi yang dilakukan pustakawan dengan pemustaka, antar pustakawan, dan antar pemustaka melalui website dan jejaring sosial menjadi bentuk komunikasi

Melalui analisis XRF ( X Ray Fluorescence ) terhadap benda-benda perunggu dari masa pengaruh kebudayaan India di Pulau Jawa dan Sumatera bagian utara diketahui,

pada penelitian ini antara lain: pertama, karena murabbi (pendidik) dan mutarabbi (peserta didik) adalah orang yang terlibat langsung dalam kegiatan halaqah tarbiyah

praktikum ini digunakan obat yang bersifat asam lemah karena reaksi ionisasi yang. terjadi pada asam lemah maupun basa lemah ialah reaksi ionisasi

Melihat permasalahan dari yang dihadapai oleh mitra maka dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini pengusul akan membantu UKM Sedana Mebel dalam meningkatkan nilai

Pusing ganti pekerja merupakan isu yang tidak dapat dielak oleh mana-mana syarikat dan menjadi suatu keutamaan untuk mengatasinya. Isu tersebut telah wujud di syarikat

Orang Pribadi yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP Pratama Bekasi Utara. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan pengujian maka kesimpulan yang

Program pelatihan kepada orangtua ini bermanfaat untuk meningkatkan sikap penerimaan orangtua terhadap kekhususan anak dengan cara mengedukasi orangtua agar dapat