BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Tulisan ini akan fokus pada perilaku hidup sehat masyarakat nelayan terhadap lingkungan tempat tinggalnya baik itu dari segi makanan bahkan dari penggunaan air bersih yang mereka gunakan. Hal ini berdasarkan pengamatan
awal peneliti melihat kesehatan secara fisik pada masyarakat nelayan di Kota Tanjung Balai, khususnya di Kecamatan Sei Tualang Raso.
Sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari laut dan memiliki potensi kelautan yang cukup besar. Ini seharusnya dapat membuat sejahtera kehidupan masyarakat nelayan yang menggantungkan hidupnya pada potensi kelautan
tersebut, tetapi nyatanya kehidupan nelayan sering diidentikkan dengan kemiskinan1
1
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidak mampuan untuk memenuhi
. Menurut Dahuri (1999) tingkat kesejahteraan para perilaku
Data BPS2
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari bada
tahun 2011 menunjukkan bahwa di Indonesia terdapat sekitar
8.090 kelurahan pesisir yang tersebar di 300 kabupaten/ kota pesisir. Dari 234,2 juta jiwa penduduk Indonesia, ada 67,87 juta jiwa yang bekerja di sektor informal,
dan sekitar 30% diantaranya adalah nelayan. Data lainnya, 31 juta penduduk miskin di Indonesia, sekitar 7,87 juta jiwa (25,14%) di antaranya adalah nelayan dan masyarakat pesisir.
Dalam hal ini profesi sebagai nelayan sangat kurang diperhatikan oleh pemerintah atau dapat dikatakan diabaikan oleh pemerintah, indikasinya Negara
tidak memberikan perlindungan khusus kepada masyarakat nelayan untuk kesehatan dan keselamatan jiwanya. Faktanya, akibat cuaca ekstrim yang berlangsung hanya di januari 2013 ada sebanyak 28 nelayan yang hilang dan
meninggal dunia di laut tanpa perlindungan sedikit pun, jumlah ini terus meningkat sejak tahun 2010 ada 86 jiwa, tahun 2011 terdapat 149 jiwa, dan Bulan
Januari 2013 ada 28 jiwa.
memungkinkan setiap orang hid
2
BPS adalah
.
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan
fungsi pokok sebagai penyedia data masyarakat umum, secara nasional maupun regional. Setiap sepuluh tahun sekali, BPS menyelenggarakan menerbitkan publikasi statistik nasional maupun daerah, serta melakukan analisis data statistik yang digunakan dalam pengambilan kebijakan pemerintah.
3
kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan. Pendidikan
kesehatan adalah proses membantu seseorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secar
pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain. Kesehatan seseorang sangat tergantung dari adanya keseimbangan yang relatif dari bentuk dan fungsi tubuh. Definisi WHO4
Secara garis besar pada masyarakat nelayan sering kali terserang penyakit
malaria, muntah dan mencret (diare). Penyakit ini sangat erat hubungannya dengan keadaan lingkungan alam khususnya lingkungan yang tidak bersih.
Lingkungan ini merupakan tempat yang paling baik bagi berkembangnya (1981): Health is a state
of complete physical, mental and social well-being, and not merely the absence of
disease or infirmity. WHO mendefenisikan pengertian sehat sebagai suatu
keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun kesejahteraan sosial seseorang.
Kelurahan pantai salah satu ciri lingkungan hidup manusia yang sudah akrab dengan pasang surut laut yang menyebabkan timbulnya genangan-genangan
air dan juga sanitasi lingkungan yang buruk, sarana MCK (Mandi-Cuci-Kakus) yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Semua ini dapat menimbulkan berbagai
penyakit antara lain malaria, muntah dan mencret (diare) , penyakit saluran pernafasan dan alergi.
4
“vektor”5
Penyakit ISPA yang banyak dialami masyarakat adalah infeksi pernafasan
bagian atas berupa flu, batuk, pilek ataupun radang tegorokan. Hampir setiap manusia terserang penyakit ini, penyakit ISPA ini bisa disebabkan oleh virus, bakteri ataupun polusi udara
atau hewan pembawa organisme penyebab penyakit, seperti bakteri dan
virus contohnya antara lain lalat, nyamuk dan tikus.
Selain itu penyakit malaria juga banyak menyerang masyakarat nelayan
yang diakibatkan oleh nyamuk Anopheles betina yang memindahkan bakteri parasit malaria dari dalam tubuhnya yang berasal dari darah orang yang berpenyakit malaria ke tubuh manusia lain melalui sengatannya.
Penyakit infeksi saluran pernafasan (ISPA) juga tidak pernah lepas dalam kehidupan masyarakat nelayan. Penyakit ini paling sering menimpa masyarakat
nelayan akibat dari perubahan iklim. Penyakit ISPA terdiri dari infeksi saluran pernafasan bagian atas dan infeksi saluran pernafasan bagian bawah.
6
Data menteri kesehatan menunjukkan bahwa penyakit ISPA di Indonesia sepanjang 2007-2011 bertambah jumlahnya. Pada tahun 2007 jumlah kasus ISPA
berkategori batuk bukan Pneumonia .
7
5
Vektor adalah hewan perantara yang membawa bibit penyakit.
sebanyak 7.281.411 kasus dan 765.333
6
(diakses 15 Juli 2013)
7
kasus Pneumonia, kemudia pada tahun 2011 mencapai 18.790.481 kasus batuk
bukan Pneumonia dan 756.577 kasus Pneumonia.
Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan
kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya. Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan hasil dari berbagai masalah lingkungan yang
bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, sosial budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya.
Kondisi kesehatan seseorang atau satu lingkungan masyarakat salah satunya di pengaruhi interaksi manusia dengan lingkungannya maka dapatlah dikatakan bahwa ada hubungan antara manusia dengan lingkungannya, interaksi
ini tercipta karena adanya kebiasaan yang dilakukan manusia.
Dalam hal ini keadaan sehat sesuai dengan model keseimbangan, apabila unsur-unsur dasar dalam tubuh manusia – “humor; yin dan yang, serta dosha
dalam Ayurveda berada dalam keadaan seimbang menurut usia dan kondisi individu maka tercapailah keadaan sehat, jika keseimbangan ini terganggu dari
luar maupun dari dalam oleh kekuatan-kekuatan alam seperti panas, dingin atau kadang-kadang emosi yang kuat maka terjadilah penyakit8
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan masyarakat secara
umum sebagai berikut9
1. Penyebab Penyakit terdiri dari golongan “eksogen” yaitu yang berasal
dari luar tubuh seperti bakteri, virus, zat kimia, dan sebagainya; dan golongan “endogen” yaitu berasal dari dalam tubuh manusia itu sendiri misalnya penyakit asma, diabetes, atau penyakit keturunan lainnya.
:
2. Manusia ; dalam hal ini merupakan daya tahan tubuh manusia itu sendiri dalam upaya melawan datangnya suatu penyakit.
3. Lingkungan hidup; yang terdiri dari lingkungan biologi yaitu organisme-organisme yang hidup berada disekitar manusia misalnya bakteri, lalat, nyamuk, dan sebagainya; lingkungan fisik yang terdiri
dari benda-benda mati yang berada disekitar manusia, seperti udara, air, tanah, sampah, dan sebagainya; lingungan ekonomi lingkungan
yang abstrak misalnya kemiskinan, kemakmuran.
Dari faktor-faktor diatas lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan dalam
suatu masyarakat.Dalam istilah sehat mengandung banyak muatan kultural dan sosial. Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan dipandang sebagai disiplin
bio budaya yang mana memberikan aspek-aspek biologis dan sosial budaya yang
9
dilihat pada tingkah laku manusia. Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan
fenomena yang dapat dikaitkan dengan munculnya berbagai macam penyakit, disamping itu dari hasil kebudayaan juga dapat menimbulkan penyakit.
Pengertian sakit menurut etiologi naturalistik dapat dijelaskan dari segi impersonal dan sistematik, yaitu bahwa sakit merupakan satu keadaan atau satu hal yang disebabkan oleh gangguan terhadap sistem tubuh manusia. Penyebab
bersifat Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidak seimbangan dalam tubuh,
termasuk juga kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan.
Sedangkan pengertian sakit menurut konsep personalistik menganggap
munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi suatu agen aktif yang dapat berupa makhluk bukan manusia (hantu, roh, leluhur atau rohjahat), atau
makhluk manusia (tukang sihir, tukang tenung)10
1. Konsep sehat dilihat dari segi jasmani yaitu dimensi sehat yang
paling nyata karena perhatiannya pada fungsi mekanisme tubuh. .
Ada beberapa konsep sehat yang dikemukakan oleh Linda Ewles dan Ina Simmet (1992) yang dikutip oleh A.E. Dumatubun dalam Jurnal Antropologi
2. Konsep sehat dilihat dari segi mental, yaitu kemampuan berpikir
dengan jernih dan koheren. Istilah mental dibedakan dengan emosional dan sosial walaupun ada hubungan yang dekat diantara
ketiganya.
3. Konsep sehat dilihat dari segi emosional yaitu kemampuan untuk mengenal emosi seperti takut, kenikmatan, kedukaan, dan
kemarahan, dan untuk mengekspresikan emosi-emosi secara cepat. 4. Konsep sehat dilihat dari segi sosial berarti kemampuan untuk
membuat dan mempertahankan hubungan dengan orang lain.
5. Konsep sehat dilihat dari aspek spiritual yang berkaitan dengan kepercayaan dan praktek keagamaa, berkaitan dengan perbuatan
baik, secara pribadi, prinsip-prinsip tingkah laku, dan cara mencapai kedamaian dan merasa damai dalam kesendirian.
6. Konsep sehat dilihat dari segi sosietal yaitu berkaitan dengan
kesehatan pada tingkat individual yang terjadi karena kondisi-kondisi sosial, politik, ekonomi dan budaya yang melingkupi individu
tersebut. Adalah tidak mungkin menjadi sehat dalam masyarakat yang “sakit” yang tidak dapat menyediakan sumber-sumber untuk pemenuhan kebutuhan dasar dan emosional. (Djekky,2001: 8)
Pada umumnya masyarakat nelayan di Kota Tanjungbalai kurang memperhatikan kesehatan baik dari makanan, air bersih bahkan lingkungan
perilaku hidup sehat pada masyarakat nelayan Tanjung Balai, dan pemahaman
masyarakat mengenai hidup sehat inilah yang nantinya akan menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini.
1.2. Tinjauan Pustaka
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk
meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia11
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan (Simons-Morton et al.,1995). Perilaku adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh manusia dalam lingkungannya yang dilakukan
.
Foster/Anderson (1986:1-3) mengatakan bahwa Antropologi Kesehatan
adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosio-budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan
dan penyakit pada manusia.
11
secara berulang-ulang. Ada beberapa pendapat para ahli mengenai perilaku
yaitu12
a. Menurut Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood, perilaku adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Berarti sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau
tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. :
b. Menurut Petty Cocopio, perilaku adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, obyek atau issue.
c. Dalam aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme atau mahluk hidup yang bersangkutan. (Notoatmodjo,
2005).
Dasar orang berperilaku dipengaruhi oleh :
a. Nilai b.Sikap
c. Pendidikan/Pengetahuan
Kesehatan sangat penting untuk meraih kehidupan hidup, syarat utama seseorang untuk memperoleh dan menikmati kebahagiaan dalam hidup ini adalah
ketika saat mereka memiliki kesehatan secara jasmani dan rohani.Jadi pengertian
hidup sehat secara umum dapat diartikan sebagai hidup yang terbebas dari segala
permasalahan baik itu masalah rohani (mental) maupun secara jasmani (fisik).
Dalam UU No.23 Tahun 1992 kesehatan mencakup dalam 4 aspek yaitu
fisik (badan), mental (jiwa), sosial dan ekonomi, yang mana perwujudan dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan seseorang sebagai berikut:
a. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal
atau tidak mengalami gangguan.
b. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.
1. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran. 2. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk
mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
3. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam
mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan
spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan
ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
c. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku
menghargai.
d.
produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa
(siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok
tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi misalnya berprestasi bagi siswa at
sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.
Hidup sehat selalu berhubungan dengan faktor makanan selain itu yang
tidak boleh kita lupakan adalah menjaga kondisi tubuh kita agar selalu tetap bugar dengan menjalani olahraga yang teratur dan menjahui terposirnya tenaga dan
pikiran yang membuat tubuh menjadi letih dan pikiran stress.
Prinsip Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang menjadi landasan dan program pembangunan kesehatan di Indonesia, yang mana visi pembangunan
kesehatan Indonesia saat ini adalah Indonesia Sehat 2010, yang ditandai dengan penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat.
Program Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, guna
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan Advokasi, Bina Suasana (Social Support) dan Gerakan Masyarakat (Empowerment)
sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perwujudan nyata
paradigma sehat dalam budaya hidup perorangan, keluarga dan masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara dan melindungi
Menurut Depkes RI (1997), Tujuan dari PHBS adalah untuk meningkatkan
pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk dunia
usaha dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Survei Kesehatan Nasional (2004) menunjukkan bahwa pencapaian rumah yang melaksanakan PHBS (klasifikasi IV) baru berkisar 24,3 8 %. Di Sumatera
Utara, rumah tangga yang ber PHBS baru mencapai 55,32 %. Salah satu kabupaten yang termasuk rendah dalam rangka pelaksanaan PHBS ini adalah
kabupaten dengan tingkat pencapaian 28,57 %, masih jauh dari target minimal pemerintah, yaitu 65 % pada tahun 201013
a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan .
Ada 5 tatanan PHBS yaitu Rumah Tangga, Sekolah, Tempat Kerja, Sarana
Kesehatan dan Tempat Umum. Indikator nasional PHBS ada 10 yaitu:
b. Memberi bayi ASI Eksklusif
c. Menimbang balita setiap bulan d. Menggunakan Air Bersih
e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun f. Menggunakan jamban sehat
g. Memberantas jentik di rumah
h. Makan sayur dan buah setiap hari
i. Melakukan aktifitas fisik setiap hari j. Tidak merokok di dalam rumah
Dengan hidup sehat kita bisa memperoleh berbagai manfaat di dalamnya antara lain: menghindarkan diri dari penyakit, dapat menjaga fungsi tubuh, tidur pulas dan nyaman, dapat tampil lebih baik, dan dapat berfikir lebih positif dan
berfikir sehat.
Kesehatan seseorang juga tidak lepas dari kebudayaan dan lingkungannya,
ada dua pengertian manusia terhadap lingkungannya. Pertama adalah proses manusia untuk mendapatkan pengetahuan lingkungan melalui ransangan-ransangan yang diterimanya, yang kedua adalah tanggapan manusia terhadap
lingkungan yang terdapat dalam pikirannya.
Proses manusia mendapatkan pengetahuan lingkungan ditentukan dari pandangannya sendiri yang sesuai dengan kebudayaan yang dianutnya,
disamping itu pandangan hidup, motivasi ekonomi, dan tradisi yang dianut masing-masing individu merupakan pertimbangan yang menentukan bagaimana
eksistensi kebudayaan itu mampu melakukan seleksi atau menyaring ransangan dari luar.
rangsangan-memungkinkan kebudayaan itu membentuk respon terhadap lingkungan yang
lebih bersifat cultural dan akan disosialisasikan kepada individu masyarakat lainnya, yang akhirnya menjadi perilaku yang akan diakui dan diterima oleh
masyarakat (Ahimsa, 1994).
Spredley (1997:10) mengatakan bahwa kebudayaan merupakan sebagai sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar, yang mereka
gunakan untuk menginterpretasikan dunia sekeliling mereka, dan sekaligus untuk menyusun strategi perilaku dalam menghadapi dunia sekeliling mereka.
1.3. Rumusan Masalah
Kota Tanjung Balai khususnya Desa Keramat Kubah, Kec. Sei Tualang Raso merupakan salah satu kecamatan yang secara umum berprofesi sebagai nelayan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah“Pemahaman Masyarakat Nelayan Tanjung Balai Khususnya di Kec. Sei Tualang Raso Tentang Hidup Sehat”.
Pokok permasalahan tersebut akan dirumuskan dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep hidup sehat menurut masyarakat nelayan Kec. Sei Tualang Raso, Tanjungbalai.
2. Bagaimana pemahaman masyarakat nelayan Kec. Sei Tualang Raso, Tanjungbalai tentang air bersih.
1.4. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kelurahan Keramat Kubah, Kecamatan Sei Tualang Raso, Kabupaten Asahan. Sesuai dengan judul yang diatas yaitu
Perilaku Hidup Sehat Pada Masyarakat Nelayan Tanjung Balai, dengan demikian yang menjadi ruang lingkup penelitian ini adalah perilaku hidup sehat pada masyarakat nelayan di Kelurahan Keramat Kubah dan bagaimana pemahaman
mereka terhadap hidup sehat. Kajian pada penelitian ini adalah masyarakat nelayan.
1.5. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana kondisi kesehatan masyarakat di Kelurahan Keramat Kubah, dan juga untuk mencari dan
mengetahui bagaimana pengetahuan masyarakat nelayan Tanjung Balai, khususnya Kelurahan keramat kubah mengenai hidup sehat.
Sehingga hasilnya kelak dapat disumbangkan dalam rangka upaya
pelaksanaan inovasi kesehatan khusnya dalam rangka pemberantasan penyakit malaria, alergi pada kulit dan mun-men untuk mencari strategi yang lebih cocok
untuk menerapkan sistem bio medis kedokteran, dan dalam masyarakat juga dapat digunakan sebagai upaya merubah perilaku masyarakat kearah yang lebih menguntungkan dari segi kesehatan tanpa merubah dan merusak sistem yang telah
Tujuan akademisnya yaitu dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah
satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana dalam bidang Antropologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
1.6. METODE/ TEHNIK PENGUMPULAN DATA DAN PELAKSANAAN PENELITIAN
1.6.1. Metode dan Tehnik Pengumpulan Data
Metode pelaksanaan penelitian secara garis besar meliputi:
1.6.2. Pengumpulan data arsip:
a. Catatan (register) penduduk kelurahan b. Pengumpulan data geografis.
c. Pengumpulan data demografis.
1.6.3. Wawancara:
Wawancara dengan informan pangkal dan informan kunci,
wawancara dilakukan dengan wawancara secara mendalam (depth interview). Wawancara secara mendalam dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide) untuk mendapatkan data mengenai
1.6.4. Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian terhadap berbagai sumber informasi tertulis seperti buku-buku, majalah, surat kabar, dan
peraturan-peraturan yang relevan dengan lingkup permasalahan.
1.6.5. Pengamatan Terlibat (Obeservasi Partisipasi)
Dengan observasi partisipasi peneliti dapat menjalin hubungan baik
dengan masyarakat, sehingga bisa melihat bagaimana kehidupan masyarakat tersebut. Peneliti tinggal bersama dan turut serta dalam kegiatan masyarakat di
kelurahan Penelitian.
Dalam penelitian ini melakukan pengamatan yang terlibat secara langsung dengan cara turut tinggal bersama dan turut serta dalam kegiatan sehari-hari
masyarakat selama kurang lebih 1,5 (satu setengah) bulan. Pengamatan terlibat secara langsung meliputi:
a. Pengamatan terhadap aktivitas kehidupan masyarakat setempat sehari-hari.
b. Pengamatan terhadap keadaan lingkungan rumah, pekarangan, dan
1.7. Pelaksanaan Penelitian
1.7.1. Perencanaan dan Persiapan.
Perencanaan dan persiapan dilakukan terlebih dahulu di Kota
Medan. Persiapan tersebut antara lain membuat pengurusan surat izin penelitian, daftar pertanyaan, pedoman wawancara, serta penyediaan peralatan lainnya yang diperlukan selama berada di lapangan.
1.7.2. Pengumpulan Data dan Informasi di Lapangan
Tahap penelitian ini mulai dilakukan di lapangan. Dalam
pelaksanaan di lapangan diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melakukan pembinaan kontak dan hubungan (rapport) dengan Kepling (Kepala Lingkungan), Lurah, serta masyarakat setempat.
Kemudian pendekatan juga akan dilakukan dengan para informan.
2. Melakukan survey yang dilakukan untuk mendapatkan data mengenai:
a. Keadaan geografis, yang akan membantu pelukisan
lingkungan fisik.
b. Data demografis akan dikumpulkan untuk mendapatkan
berdasarkan agama, pendidikan, mata pencaharian, suku
bangsa, perekonomian penduduk, sarana dan prasarana. 3. Wawancara dengan informan maupun dengan responden.
Dimana wawancara yang pertama kali dilakukan adalah dengan informan kemudian dilanjutkan kembali kepada responden. 4. Pengamatan (observasi) dilakukan sesuai dengan cara mencatat
segala pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan buku catatan ( notes).
1.8. Penyusunan Laporan Penelitian
Dilaksanankan di Kota Medan.
1.9. Pengalaman Penelitian
Pada tanggal 3/2/2014, peneliti berencana menuju tempat pelaksanaan penelitian. Sebenarnya peneliti sejak bulan 12/2013 sudah ke tempat penelitian, namun pada saat itu peneliti hanya ingin bertemu dengan Lurah untuk meminta
beberapa data mengenai tempat yang akan diteliti oleh si peneliti, namun pada saat itu peneliti tidak dapat berjumpa dengan Lurah karena sibuk menghadiri
beberapa acara.
Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian kembali pada tanggal
karena tidak diijinkan untuk berjualan di dalam kereta sehingga keberangkatan
para penumpang ditunda pada hari itu.
Keesokan paginya pukul 06.49 WIB pada tanggal 4, peneliti kembali
melanjutkan perjalanan untuk menuju ke lokasi penelitian awalnya perjalanan berjalan dengan baik dan lancer, namun setelah tiba di Lubuk Pakam tiba-tiba kereta api berhenti, perhentian yang cukup lama hal ini disebabkan pedagang
masih melakukan demo di Perbaungan sehingga perjalanan ditunda, saat itu jam sudah menunjukkan pukul 09.08 Wib namun kereta belum juga beranjak dari
tempatnya.
Banyak penumpang yang sudah mulai bosan dan mengeluh karena waktu terbuang sia-sia, bahkan sebagian diantara mereka telah berangkat dengan
menggunakan bus “KUPJ” ada juga yang menaiki Bus “PARADEB”. Sebenarnya saat itu peneliti sudah merasa resah, karena peneliti tidak tahu harus
berbuat apa, dan menaiki mobil apa untuk menuju kesana karena hal ini baru pertama kali dialami oleh peneliti.
Peneliti hanya bisa menunggu kapan bisa berangkat kereta apinya,
namun ketika menunjukkan pukul 09:16 kereta api akhirnya mulai bergerak untuk melanjutkan kembali perjalanan yang tertunda.
lelah. Pada tanggal 05/2/2014 tepatnya pukul 10.30 WIB, peneliti memulai
melakukan penelitian. Peneliti memulai penelitian dari pertemuan dengan Lurah Kelurahan Keramat Kubah, Kecamatan Sei Tualang Raso, namun pada saat itu
peneliti mulai kecewa karena peneliti tidak dapat bertemu dengan Lurah setempat karena Beliau ada urusan. Tetapi hal tersebut tidak menyulutkan semangat peneliti untuk melanjutkan penelitian.
Karena tidak dapat bertemu dengan Lurah akhirnya peneliti merubah haluan yang awal rencananya bertemu dengan peneliti namun dialihkan
melakukan pendekatan dengan masyarakat setempat. Mulanya peneliti duduk bersama ibu-ibu yang sedang menikmati gorengan dan semangkuk miso, sebenarnya peneliti merasa kurang nyaman karena lingkungannya yang kurang
nyaman dan sangat jorok tapi mau tidak mau peneliti harus membiasakan diri dengan lingkungan tersebut.
Sambil menikmati makanan yang telah disajikan uwak uteh, yang merupakan masyarakat Keramat Kubah yang berjualan miso di daerah tersebut, peneliti juga tidak lupa memperkenalkan diri dan memberitahu maksud
kedatangan ke Kelurahan tersebut, mereka menerima kedatangan peneliti dengan senang hati. Setelah beberapa lama peneliti bercengkerama dengan para
Beliau karena pada saat itu beliau sedang sibuk mengurus pemeriksaan Lansia,
di posyandu yang bertempat di rumah beliau.
Akhirnya peneliti memberanikan diri untuk berbicara dengan beliau,
ternyata diluar dugaan peneliti, beliau sangat menerima kedatangan peneliti dan mulailah terjadi pembicaraan dengan beliau. Cukup lama juga pembicaraan antara peneliti dengan beliau. Dari beliau peneliti, mendapatkan banyak sekali
informasi mengenai daerah tersebut. Setelah lama berbincang-bincang akhirnya peneliti mohon pamit untuk pulang dan peneliti tidak lupa mengucapkan
terimakasih kepada beliau.
Keesokan harinya peneliti melanjutkan kembali perjuangan untuk bertemu Lurah, karena peneliti ingin mendapatkan beberapa data yang
dibutuhkan untuk kelengkapan skripsi, pada pukul 08:30 WIB peneliti bergerak menuju kantor Lurah, namun peneliti tidak juga bertemu dengan Lurah karena
beliau belum datang ke kantor.
Akhirnya pegawai yang ada disana menyuruh peneliti untuk datang kembali pada pukul 09:30 WIB, akhirnya peneliti kembali pulang dan pada jam
yang telah ditentukan peneliti kembali menuju kantor Lurah, ketika kaki peneliti mulai menginjakkan lantai kantor Lurah, peneliti melihat surat dari kampus telah dipegang sorang wanita, ternyata beliau adalah Lurah akhirnya peneliti
Peneliti menjelaskan maksud kedatangan ke wilayah tersebut dan tanpa
panjang lebar Lurah langsung menyetujui kedatangan saya ke daerah tersebut dan memberikan semua kelengkapan data-data yang peneliti butuhkan. Setelah
semua data-data yang diperlukan telah diperoleh peneliti permisi untuk pamit dan tak lupa juga peneliti mengucapkan terimakasih kepada Lurah beserta pegawai yang ada disana.
Setelah semua urusan di kantor Lurah selesai, peneliti sudah bisa fokus untuk mencari data dan informasi kepada masyarakat setempat. Peneliti tinggal
dengan masyarakat yang ada didaerah tersebut. Peneliti juga melakukan pekerjaan seperti apa yang dilakukan oleh masyarakat yang rumahnya ditumpangi oleh peneliti.
Peneliti tinggal bersama masyarakat setempat, di rumah kediaman keluarga B. Pasaribu. Mereka sangat menerima kedatangan peneliti di daerah
mereka, Almarhum kepala keluarga ini dulunya bekerja sebagai nelayan, namun setelah kepala keluarga ini tiada, sang istri yang mengambil alih selain menjadi Ibu rumah tangga juga sebagai kepala keluarga untuk ke-4 orang anaknya.
Ibu ini bernama R. Sinaga yang sekarang bekerja sebagai pedagang. Tidak jarang juga peneliti menemani dan membantu Beliau untuk melakukan pekerjaannya, Beliau sangat baik terhadap peneliti dan Beliau sering
Pada siang hari, saat Beliau kembali ke rumah untuk beristirahat, pada
saat itulah peneliti mulai berjalan mengelilingi kelurahan untuk mengamati apa yang dilakukan masyarakat pada siang hari. Di setiap lorong yang peneliti
lewati, keadaan sekeliling tampak sepi, tidak ada seorang pun yang berada di luar bahkan anak-anak kecil pun tidak ada yang bermain di luar.
Awalnya peneliti mengira mungkin karena cuaca yang panas, sehingga
mereka malas berada di luar rumah, namun keadaan ini terus berlanjut. Peneliti menanyakan hal ini kepada Ibu R. Sinaga, dari pernyataan Ibu R. Sinaga hal itu
disebabkan “pengerawe” sedang berada di laut selain itu anak-anak belum pulang sekolah, oleh karena itu keadaan sekeliling kelurahan terlihat sepi.
Namun pada sore hari keadaan mulai berubah, terlihat aktifitas
masyarakat di luar rumah, ada yang memilih ikan asin untuk dijual, ada yang berjualan makanan kecil seperti “nugget” goreng, pisang goreng, miso dan
sebagainya. Pada sore hari di arah Beting sudah banyak ibu rumah tangga berkumpul untuk membersihkan kerang yang baru diambil dari sungai untuk dijual kembali ke pasar, sedangkan anak-anak bermain dengan riang sambil
menikmati suasana sore yang indah.
Melihat suasana yang ramai, peneliti juga tidak mau ketinggalan, inilah kesempatan yang baik untuk bercengkerama dengan masyarakat setempat.
makanan yang Ia masak, saat itulah peneliti mulai berbincang-bincang dengan
pembeli yang lain termasuk dengan ibu penjual makanan. Ternyata peneliti diterima baik oleh mereka, bahkan mereka tidak canggung lagi berbicara dengan
peneliti, padahal baru kali itu bertemu dengan mereka.
Setelah lama berbincang-bincang dan hari mulai beranjak malam akhirnya peneliti mohon pamit, namun peneliti tidak langsung beranjak menuju
rumah, tetapi ingin melihat bagaimana keadaan daerah itu pada saat malam hari. Tentu saja peneliti tidak sendiri melakukan pengamatan namun ditemani oleh
anak perempuan Ibu R. Sinaga, karena mereka tidak mau terjadi apa-apa dengan peneliti, dari pernyataan Besti (anak Ibu R. Sinaga) keadaan daerah tersebut di malam hari sangat rawan, banyak anak laki-laki yang tidak baik tabiatnya,
sehingga peneliti ditemani oleh Besti.
Melalui pengamatan yang peneliti lihat, ternyata memang benar apa
yang dikatakan oleh anak Ibu R. Sinaga, sangat miris rasanya melihat tingkah laku anak-anak muda bahkan tidak luput juga dengan anak-anak yang masih kecil, mereka melakukan taruhan judi bahkan orangtua mereka ikut dalam
permainan ini. Peneliti melihat ekspresi mereka sangat senang melakukan permainan ini, hampir setiap lorong ada yang melakukakn permainan ini.
Sebenarnya peneliti ingin lebih dalam melakukan pengamatan terhadap
disini tidak hanya main judi namun juga minum-minuman keras oleh karena itu
Ia tidak mau kami berada diluar lama-lama pada malam hari.
Melihat ekspresi Besti yang sudah mulai ketakutan, akhirnya peneliti
mengikuti ajakannya, sebenarnya peneliti masih kurang puas namun ada juga perasaan takut di dalam hati. Akhirnya kami kembali ke rumah untuk makan malam dan beristirahat agar besok hari kekuatan dan semangat baru untuk
melenjutkan penelitian.
Keesokan harinya peneliti mulai melakukan pekerjaan rumah seperti
memasak, mencuci piring dan membantu Ibu R. Sinaga berjualan di pasar. Seperti biasa setelah pulang dari pasar, peneliti mulai melanjutkan penelitian. Peneliti mulai berkenalan dengan tetangga- tetangga dan menjelaskan maksud
kedatangan peneliti sambil menyebarkan kuesioner penelitian.
Dari beberapa rumah hanya beberapa yang awalnya menolak untuk di wawancarai dan di foto, mereka berfikir kalau peneliti merupakan seorang
wartawan, mereka takut jika mereka dimasukan ke dalam Koran, peneliti hanya tersenyum mendengar keberatan masyarakat dan menjelaskan maksud
kedatangan peneliti.
Akhirnya mereka mengerti akan maksud dan tujuan peneliti, dan
dengan jawaban-jawaban masyarakat setempat, peneliti mulai berjalan menuju
Beting untuk melihat suasana di sana.
Setiba di Beting, peneliti melihat banyak sekali ibu rumah tangga yang
sedang menunggu kedatangan para nelayan kerang, mereka menambah uang belanja dengan cara membersihkan kerang. Bukan hanya ibu rumah tangga saja yang bekerja disana, bahkan akan-anak juga turut bekerja untuk menambah
uang jajan mereka.
Tidak lama kemudian akhirnya para ‘pengerawe” datang dengan
membawa berkarung-karung kerang untuk dibersihkan. Pada saat itu peneliti memegang kamera, ada salah satu nelayan berkata” dek fotokan kami, biar kami masuk TV”, peneliti hanya tersenyum dan memfotokan setiap aktifitas yang
mereka kerjakan.
Tidak terasa kami sudah lama berada di Beting, suasana di Beting sangat sejuk, karena angin berhembus sangat kencang hal ini disebabkan lokasinya
berada di sebelah sungai, namun tempatnya sangat kotor karena banyak sisa-sisa kulit kerang yang dibuang begitu saja beserta timbunan sampah sehingga
mengeluarkan bau yang tidak sedap.
Sore menjelang malam peneliti beserta Besti kembali kerumah untuk
Keramat Kubah, banyak hal yang peneliti dapat dari Ibu Sinaga sebagai data
untuk menujang skripsi peneliti.
Karena sesuatu hal akhirnya peneliti harus kembali ke Medan untuk
menyelesaikan beberapa tugas dari kampus. Setelah selesai mengerjakan semua urusan kampus peneliti akan kembali ke Kelurahan Keramat Kubah untuk melanjutkan penelitian. Namun semua rencana yang telah dibuat menjadi buyar
karena saat itu peneliti sakit tipus, dan harus dirawat di rumah sakit. Seminggu peneliti berada di rumah sakit, setelah keluar dari rumah sakit, peneliti harus
beristirahat untuk pemulihan sehingga perjalanan ke Kelurahan Keramat Kubah terpaksa di tunda. Setelah peneliti merasa tubuh sudah kembali pulih akhirnya peneliti melanjutkan penelitian yang tertunda.
Peneliti kembali ke Kelurahan Keramat kubah untuk mencari data-data yang diperlukan dalam skripsi. Seiring berjalannya waktu akhirnya peneliti
sudah mulai akrab dengan masyarakat disana, dan peneliti sudah tidak merasa canggung lagi berada ditengah-tengah masyarakat dan sudah mulai menikmati lingkungan setempat.
Peneliti banyak mendapatkan pengetahuan mengenai Kelurahan ini dari masyarakat setempat dan mulai mendapatkan banyak teman baru, sehingga sangat memudahkan peneliti untuk memperoleh data dari masyarakat yang ada.