• Tidak ada hasil yang ditemukan

T KIM 1201455 Chapter5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T KIM 1201455 Chapter5"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Nofri Yuhelman, 2014

Desain Didaktis Pembelajaran Kimia Sekolah Menengah Atas Berbantuan Lesson Analysis Sebagai Self-Reflection Pada Konsep Kelarutan dan Tetapan Hasil Kali Kelarutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV, maka

diperoleh beberapa kesimpulan terkait dengan pertanyaan penelitian yang

diajukan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil identifikasi Learning Obtacle (LO) siswa, jenis Learning

Obtacle (LO) yang muncul pada pembelajaran kelarutan dan tetapan hasil

kali kelarutan adalah:

a. Learning Obstacle terkait Connection, yaitu hambatan yang dialami

responden dalam hal mengkoneksikan antara konsep kelarutan dan

tetapan hasil kali kelarutan dengan konsep kimia lainya. Contoh

hambatan ini diantaranya tentang ketidakmampuan responden dalam

menuliskan persamaan reaksi kesetimbangan suatu senyawa untuk

menentukan kelarutan. Responden juga belum mampu untuk

menyelesaikan perhitungan senyawa untuk menentukan nilai kelarutan

secara matematika.

b. Learning Obstacle terkait Conceptual, yaitu hambatan yang dialami

responden dalam hal konsep kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan.

Contoh hambatan ini diantaranya tentang ketidakmampuan responden

dalam membuat persamaan tetapan hasil kali kelarutan. Responden

menganggap bahwa nilai Ksp sama dengan nilai konsentrasi dan

responden menganggap angka indeks sama dengan angka koefisien pada

senyawa CaSO4.

c. Learning Obstacle terkait Construction, yaitu hambatan yang dialami

(2)

165

Nofri Yuhelman, 2014

Desain Didaktis Pembelajaran Kimia Sekolah Menengah Atas Berbantuan Lesson Analysis Sebagai Self-Reflection Pada Konsep Kelarutan dan Tetapan Hasil Kali Kelarutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mendapatkan informasi yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu

masalah.

d. Learning Obstacle terkait Struktural, yaitu hambatan yang dialami

responden ketika ia menguasai konsep namum terhambat pada saat alur

menyelesaikan masalah.

2. Desain didaktis pada konsep kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan ini

dapat memperkecil LO yang dihadapi siswa. Desain didaktis pada konsep

kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan dan hubungan kelarutan dengan

tetapan hasil kali kelarutan ini disusun berdasarkan Learning Obtacle (LO)

yang terindentifikasi pada uji instrument awal, perangkat pembelajaran yang

digunakan seperti rpp, buku, silabus dan proses pembelajaran itu sendiri

serta diperkuat dari hasil repersonalisasi dari buku-buku sumber. Desain

didaktis yang disajikan dalam bentuk chapter design dan lesson design yang

telah disesuaikan dengan karakteristik siswa SMA Lab. School UPI kelas

XI IPA .

3. Implementasi desain didaktis pada konsep kelarutan dan tetapan hasil kali

kelarutan serta hubungan kelarutan dengan tetapan hasil kali kelarutan

secara umum berjalan lancar. Kendala yang dihadapi dalam implementasi

ini adalah keterbatasan waktu karena waktu banyak digunakan untuk

pratikum. Kendala lain yang ditemukan adalah kemampuan scaffolding dari

guru. Hasil implementasi dari desain didaktis ini yaitu berkurangnya

Learning Obtacle (LO) dan meningkatnya jenis kemampuan siswa yang

semula kebanyakan di jenis kemampuan 1, 2 dan setelah implementasi

rata-rata meningkat di jenis kemampuan 3, 4.

4. Hasil Lesson Analysis (LA) pembelajaran pada konsep kelarutan dan tetapan

hasil kali kelarutan pada pertemuan pertama ini lebih mengarah ke sesi

klasikal dikelas dengan intrepretasi berpusat pada guru dan siswa bila

dibandingkan dengan sesi kolaborasi. Hasil Lesson Analysis (LA) pada

(3)

166

Nofri Yuhelman, 2014

Desain Didaktis Pembelajaran Kimia Sekolah Menengah Atas Berbantuan Lesson Analysis Sebagai Self-Reflection Pada Konsep Kelarutan dan Tetapan Hasil Kali Kelarutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kelarutan lebih mengarah pada interpretasi kolaborasi bila dibandingkan

dengan pembelajaran pada pertemuan pertama. Pada pembelajaran kedua ini

responden lebih banyak berada pada sesi guru terlibat.

5. Hasil refleksi diri (Self-Reflection) guru pada konsep kelarutan dan tetapan

hasil kali kelarutan didapatkan bahwa perlu adanya perbaikan penambahan

prosedur percobaan di LKS walaupun sebenarnya pada slide power point

sudah ada, peringatan keselamatan pratikum juga harus diperhatikan,

manajemen waktu harus diperhatikan, perlu adanya penekanan pada

bagian apersepsi tentang konsep kesetimbangan terutama dalam penulisan

reaksi kesetimbangan. Hasil refleksi diri (Self-Reflection) guru pada

konsep hubungan kelarutan dengan tetapan hasil kali kelarutan didapatkan

bahwa materi ajar yang diberikan harus membuat siswa tidak jenuh dalam

mempelajarinya. Salah satu caranyanya dengan membawa materi ajar

tersebut dalam kehidupan sehari-hari dalam artian menghubungkan dalam

kehidupan nyata. Contoh aplikasinya berupa stalagtit dan stalagmit yang

terdapat didalam gua. Selain itu self-reflection (refleksi diri) yang lainnya

yaitu guru memberikan soal step by step dari yang mudah dulu sampai

yang sukar. Hal ini bertujuan agar siswa juga tidak mengalami kejenuhan

dalam belajar karena materi ini merupakan salah satu materi kimia yang

abstrak.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka peneliti

merekomendasikan beberapa hal yang berkaitan dengan desain didaktis konsep

kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan dan hubungan kelarutan dengan

tetapan hasil kali kelarutan. Beberapa saran yang diajukan adalah:

1. Pihak yang menjadi guru dalam implementasi desain ini sebaiknya

(4)

167

Nofri Yuhelman, 2014

Desain Didaktis Pembelajaran Kimia Sekolah Menengah Atas Berbantuan Lesson Analysis Sebagai Self-Reflection Pada Konsep Kelarutan dan Tetapan Hasil Kali Kelarutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lengkap dengan bentuk bantuan yang lebih terstruktur sehingga responden

lebih mudah memahami maksud dari penjelasan guru

2. Bagi guru perlunya memeriksa kelengkapan fasilitas baik berupa alat dan

bahan dilaboratorium serta media yang akan digunakan dalam

pembelajaran

3. Perlunya manajemen waktu dalam pembelajaran yang akan dilakukan dan

jangan terfokus pada pratikum saja.

4. Perlunya pengembangan dan uji coba desain revisi lebih lanjut untuk

mengahasilkan desain yang lebih efektif dalam mengatasi munculnya

Learning Obtacle (LO) terkait konsep kelarutan dan tetapan hasil kali

kelarutan dan hubungan kelarutan dengan tetapan hasil kali kelarutan.

5. Penelitian yang dilakukan ini sifatnya sangat terbatas, baik pada materi

maupun pada subjek penelitian yang digunakan. Implementasi desain

didaktis dilakukan di SMA Laboratorium percontohan UPI kelas XI IPA2

sehingga penelitian ini belum tentu sesuai dengan sekolah atau daerah lain

dengan karakteristik siswa yang berbeda. Untuk itu, bagi peneliti

berikutnya diharapkan dapat menggunakan subjek penelitian yang lebih

Referensi

Dokumen terkait

Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang standar kompetensi kepala sekolah / madrasah.. Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan

Tujuan : Untuk mengetahui bagaimanakah hubungan tajam penglihatan setelah pembedahan katarak traumatik dengan faktor umur, jenis kelamin, pekerjaan, jenis trauma, lama

2.3 Posisi mata kuliah Laboratorium Fisika Pendidikan dalam pengembangan kemampuan merancang dan melaksanakan kegiatan laboratorium inkuiri ……… 63. 3.1 Bagan desain penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan gaya mengajar guru di kelas regular dan kelas uggulan pada kelas sepuluh di MA NU Banat Kudus tahun ajaran 2016/2017 dan juga

Dengan demikian, mata kuliah yang secara langsung dapat membekali mahasiswa calon guru fisika dengan kemampuan merancang dan melaksanakan kegiatan laboratorium

Observasi Sekitar kegiatan Sejak penerimaan sampai berakhirnya tahap pasca operasi, setiap

 Instansi Pengawas yaitu Badan Lingkungan Hidup Kab. Barito Kuala, Dinas PU dan Perumahan Kab. Barito Kuala, Dinas Kebersihan Kab.. Sumber dampak Jenis Dampak Besaran Dampak

Lewat Dokumen & Sistem LAS Putusan Verifikasi Putusan Cetak kelengkapan akad kredit Penyampaian OL Persetujuan untuk akad Akad kredit Pencairan dan dokumentasi kredit