Analisis Hukum Islam Terhadap Transaksi Qard} Untuk Usaha
Tambak Ikan Di Desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati Kabupaten
Sidoarjo
SKRIPSI
Oleh: Elnisa Salicha Nim : C72213118
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Muamalah
Surabaya
ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan dengan judul ‚analisis hukum Islam terhadap transaksi qard} untuk usaha tambak ikan di Desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.‛ Skripsi ini merupakan penelitian untuk menjawab pertanyaan, 1) bagaimana praktik transaksi qard} untuk usaha tambak ikan di Desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo, 2) bagaimana analisis hukum Islam terhadap pelaksanaan transaksi qard} untuk usaha tambak ikan di Desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.
Dalam skripsi ini teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan menggunakan teknik dokumentasi dan wawancara langsung yaitu suatu penggalian data dengan cara memperhatikan, mendengar dan mencatat hal yang menjadi sumber data. Kemudian selanjutnya dianalisis dengan metode deskriptif analisis dengan pola fikir deduktif yaitu pola pikir yang berpijak pada teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan, kemudian dikemukakan berdasarkan fakta-fakta yang bersifat khusus.
Hasil penelitian praktik transaksi qard} yakni transaksi hutang piutang untuk dana usaha tambak ikan, dana dari kreditur kepada debitur, dengan kesepakatan pemberian keuntungan kepada kreditur atas usaha tambak ikan debitur, disertai dengan pinjaman uang untuk keperluan pribadi debitur yang akan diangsur diakhir kesepakatan usaha diantara keduanya. Apabila terjadi kegagalan panen maka pihak debitur akan menangguhkan pemberian keuntungan atas usaha tambak ikan pada waktu panen berikutnya sehingga debitur memberikan keuntungan atas usaha tambak ikan 2 kali lipat kepada pihak kreditur dan apabila terjadi wanprestasi maka pihak kreditur yang memiliki kekuatan hukum paling lemah karena tidak adanya bukti yang menjelaskan adanya kesepakatan hutang piutang usaha seperti akta kesepakatan hutang piutang. Transaksi ini dianggap akad yang tidak diperbolehkan dalam qard} karena dalam transaksi ini mensyaratkan keuntungan atas pinjaman yang diberikan kreditur kepada debitur yakni pembagian keuntungan atas usaha tambak ikan pada pengembalian pinjaman debitur.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TRANSLITERASI ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Kajian Pustaka ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 10
F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 10
G. Definisi Operasional ... 11
H. Metode Penelitian ... 12
I. Sistematika Pembahasan ... 18
BAB II TEORI QARD} A. Pengertian Qard} ... 20
B. Dasar Hukum Qard} ... 23
C. Rukun Dan Syarat Qard} ... 26
D. Macam-Macam Qard} ... 34
E. Barang yang sah dijadikanQard} ... 34
F. Hukum (ketetapan) Qard} ... 35
BAB III TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI
DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI
KABUPATEN SIDOARJO
A. Gambaran Umum Desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati
Kabupaten Sidoarjo ... 37
B. Praktik Transaksi Qard} Untuk Usaha Tambak Ikan ... 44
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD}
UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO
A. Analisis Terhadap Praktek Transaksi Qard} Untuk Usaha Tambak Ikan Di Desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo ... 58
B. Analisis Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Transaksi Qard} Untuk Usaha Tambak Ikan Di Desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo ... 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 70 B. Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan tersebut sangat beragam baik primer, sekunder, maupun tersier, untuk memperoleh semua itu manusia perlu bekerjasama dan saling membantu agar semuanya terpenuhi. Sudah seharusnya orang kaya membantu yang miskin dan yang mampu menolong yang tidak mampu.
Islam memandang bahwa kesejahteraan sosial dan individu harus saling melengkapi, bukan untuk berkompetisi (bersaing) dan berlomba untuk kebaikan diri sendiri, melainkan dorongan kerjasama dalam mengembangkan hubungan antar perorangan. Ada banyak cara yang dapat dilakukan seseorang untuk memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan, diantaranya adalah memberikan pinjaman atau hutang-piutang, sedekah maupun dengan zakat, dimana dalam pelaksanaannya telah diatur dalam hukum Islam.
2
barang maupun uang, dengan cara memberikan pertolongan pinjaman atau hutang yang mempunyai nilai kebaikan dan berpahala di sisi Allah. Sebagaimana firman- Nya dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 245 yang berbunyi:
Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rizki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.1
Barangsiapa saja yang memberikan bantuan berupa pinjaman baik berupa barang atau benda di jalan Allah, maka Allah akan melipat gandakan pinjaman tersebut berupa rizki yang melimpah. Sehubungan dengan itu, memberikan bantuan berupa pinjaman bisa
menjadi wajib atas seseorang yang mempunyai kelebihan harta untuk meminjamkannya kepada seseorang yang amat membutuhkan yang bila orang itu tidak diberi pinjaman menyebabkan dia teraniaya atau akan berbuat sesuatu yang dilarang agama, seperti dia akan mencuri karena ketiadaan biaya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
1 Departemen Agama RI dan Al-Qur’an Terjemahannya, (Bandung: PT Qordoba Internasional
3
Akan tetapi, apabila seseorang memberikan pinjaman dengan maksud menganiaya peminjam atau pinjaman tersebut akan digunakan untuk berbuat maksiat, maka hukum peminjaman tersebut menjadi haram. Dengan demikian, didasarkan pada kondisi-kondisi yang amat bervariasi, hukum pinjam-meminjam pun bisa amat bervariasi pula, seperti wajib, haram, makruh, ataupun mubah.2 Sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. Ar-Ru>m ayat 39 yang berbunyi:
Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).3
Masyarakat Desa Segoro Tambak, Kecamatan Sedati, Kab. Sidoarjo telah melakukan praktik pinjam-meminjam uang atau hutang-piutang sudah berlangsung sejak lama, mereka melakukan kegiatan ini untuk saling tolong menolong dan membantu sesama manusia dalam mencukupi kebutuhan hidup. Hutang-piutang di sini merupakan salah satu bentuk kegiatan ekonomi, karena dari hutang-piutang inilah mereka mendapatkan uang untuk mencukupi kebutuhan
4
hidup dan sebagai modal untuk menjalankan usaha mereka.
Seperti biasa, warga yang mau melakukan pinjaman mendatangi kreditur (pemberi pinjaman) untuk meminjam uang dengan jumlah tertentu. Kreditur memberikan pinjaman uang kepada debitur (penerima pinjaman) sesuai yang diinginkan peminjam. Namun dalam praktik hutang-piutang kali ini, debitur meminjam uang kepada kreditur selain untuk keperluan pribadi juga meminjam uang untuk modal usaha tambak ikannya sehingga pengembalian pinjaman diikuti dengan bagi hasil atas panen usaha tambak ikannya kepada kreditur dengan bagian yang telah ditentukan dari keuntungan, seperti sepertiga atau seperempat.
Transaksi hutang piutang ini berlangsung cukup lama dan telah menjadi suatu lahan usaha baik bagi kreditur maupun debitur, yang telah mendatangkan keuntungan diantara keduanya, bagi kreditur dia mendapat keuntungan atas bagi hasil modal yang dipinjamkannya sehingga tanpa bersusah payah modal yang dia miliki dapat berkembang, sedangkan bagi debitur dia mendapat keuntungan atas pinjaman modal yang dia terima karena dia merasa terbantu lantaran dia dapat mengelola usaha tambak ikannya dengan modal yang diberikan oleh kreditur.
5
berupa skripsi dengan judul analisis hukum Islam terhadap transaksi qard} untuk usaha tambak ikan di Desa Segoro Tambak Kecamatan
Sedati Kabupaten Sidoarjo.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, muncul beberapa masalah dalam penelitian ini, adapun masalah-masalah tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Pengertian qard} dalam hukum Islam.
b. Transaksi akad qard} untuk usaha tambak ikan di Desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.
c. Ketentuan apabila terjadi kegagalan panen atau wanprestasi untuk usaha tambak ikan di desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.
d. Ketentuan nisbah bagi hasil atas panen usaha tambak ikan di desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.
e. Mekanisme pelaksanaan transaksi qard} untuk usaha tambak ikan di Desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.
f. Analisis hukum Islam terhadap pelaksanaan transaksi qard} untuk
6
2. Batasan masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada maka penelitian ini akan membatasi masalah yang akan dikaji sebagai berikut:
a. Praktik transaksi qard} untuk usaha tambak ikan di Desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.
b. Ketentuan apabila terjadi kegagalan panen atau wanprestasi dalam usaha tambak ikan di desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.
c. Analisis hukum Islam terhadap pelaksanaan transaksi qard} untuk usaha tambak ikan di Desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas dapat diambil permasalahan tentang transaksi akad qard} antara kreditur dan debitur dalam usaha tambak ikan di Desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo, maka untuk memfokuskan pembahasan dalam penelitian ini, peneliti mengambil masalah yang terumus sebagai berikut:
7
2. Bagaimana analisis hukum Islam terhadap pelaksanaan transaksi qard} untuk usaha tambak ikan di Desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo?
D. Kajian Pustaka
Pembahasan masalah transaksi kerjasama qard} telah banyak dibahas dan
ditulis dalam skripsi-skripsi terdahulu yang dijadikan sebagai gambaran penulisan, sehingga tidak ada pengulangan permasalahan yang sama. Sehingga penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti tidak ada duplikasi atau pengulangan untuk penelitian ini. Penelitian yang sudah pernah dilakukan pada skripsi terdahulu adalah:
1. Maria Arfiana dalam skripsinya yang berjudul ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan qard} Hasil Penangkapan Ikan Di Desa Morodemak
Kecamatan Bonang Kabupaten Demak‛ dalam penelitian ini penulis menganalisis mengenai pembagian hasil penangkapan ikan yang terjadi di Desa Morodemak, dalam usaha sebagai nelayan hasilnya tidak tentu dan apabila tidak mendapatkan hasil tangkapan sama sekali, maka Bagi nelayan yang kedudukannya sebagai pekerja dan juragan terus
menanggung hutang nelayan apabila dalam berlayar tidak ada hasil yang dapat dibagi. Bagi hasil antara nelayan dan juragan di Desa Morodemak menggunakan sistem qard} yaitu mengikuti adat kebiasaan yang berlaku di
8
yang diperoleh tersebut dikurangi biaya perbekalan dan persenan.4
2. Mukhamat Khairudin dalam skripsinya yang berjudul ‚Praktik Qard} Nggado Sapi Di Desa Grantung Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo Menurut Hukum Islam‛. Dalam penelitian ini penulis menganalisis
berkenaan tentang praktik bagi hasil nggado sapi di Desa Grantung Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo. Penelitian ini dilakukan karena dalam praktik qard} nggado sapi pada awalnya dilakukan antara pemilik dan pemelihara saling memanfaatkannya satu sama lain. Masyarakat Desa Grantung mayoritas beragama Islam, sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan pemroduksi tahu, akan tetapi hasil pertanian dan produksi tahu dirasakan mayarakat hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sehingga mereka tidak mempunyai tabungan apabila sewaktu-waktu mereka membutuhkan dana yang cukup besar. Atas dasar inilah qard} nggado sapi dilakukan masyarakat Desa Grantung. Disatu sisi pemilik sapi dapat mengembangkan modal yang dimilikinya tanpa bersusah payah. Disisi lain pemelihara dapat memiliki investasi ataupun tabungan yang suatu saat ke depan akan ia peroleh. Akad perjanjian qard} di masyarakat ini meskipun dilakukan dengan lisan,
akan tetapi tidak terjadi pengingkaran perjanjian, dan hal itu dilakukan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku di Desa Grantung, hal tersebut tidak bertentangan dengan maksud syari’ah atau hukum Islam. Perjanjian
9
tersebut termasuk dalam akad qard} karena syarat dan rukunnya masuk dalam kriteria akad qard}.5
3. Rihayati Alqomaidah dalam skripsinya yang berjudul ‚Tinjauan hukum Islam terhadap akad pembiayaan qard} dengan sistem kelompok di Balai Usaha Mandiri Terpadu (Bmt) ‛Kube Sejahtera‛ Desa Tropodo Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo.‛ Dalam penelitian ini penulis
menganalisis berkenaan tentang gambaran akad qard} dengan sistem kelompok yang terjadi di BMT Kube Sejahtera Desa Tropodo Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo untuk kegiatan usaha produktif anggota dimana calon debitur yang mengajukan pembiayaan, harus membentuk kelompok yang terdiri dari 6 sampai 8 orang setiap kelompoknya. Dan akad perjanjian pembiayaannya atas nama individu bukan atas nama kelompok, tetapi berdasarkan rekomendasi dari setiap anggota kelompok yang lain, serta disetujui oleh ketua kelompoknya yang Tidak diperbolehkan (tidak sah) menurut hukum Islam karena merugikan salah satu pihak dari semua anggota kelompok yang mengajukan pembiayaan qard}, sehingga mengandung unsur kedzaliman.6
Adapun dalam penelitian ini membahas tentang pelaksanaan akad qard}
untuk usaha tambak ikan di Desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati
10
Kabupaten Sidoarjo, dalam praktiknya transaksi qard} ini berawal dari transaksi pinjam meminjam uang untuk usaha tambak ikannya yang berlanjut dengan kerjasama diantara keduanya sehingga dalam praktik ini termasuk dalam transaksi qard} karena diantara mereka saling bekerjasama dalam mendatangkan keuntungan satu sama lain baik bagi kreditur maupun debitur, sehingga dalam pengembalian pinjaman uang tersebut disertai dengan bagi hasil atas panen usaha tambak ikannya.
E. Tujuan Penelitian
Bertitik tolak dari masalah yang sudah tertera dalam perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan deskripsi tentang praktik transaksi qard} untuk usaha tambak ikan di Desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.
2. Untuk menjelaskan analisis hukum Islam terhadap transaksi akad qard} untuk usaha tambak ikan di Desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Pengkajian dari permasalahan ini diharapkan mempunyai nilai tambah
11
maupun secara praktis. Secara umum, kegunaan penelitian yang dilakukan ini dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu:
1. Secara teoritis, untuk menambah dan memperluas wawasan dan pengetahuan tentang transaksi akad qard} untuk usaha tambak ikan di Desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo dan dapat dijadikan sumber informasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang peminjaman uang sebagai usaha tambak ikan.
2. Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan acuan dan memberi kontribusi pemikiran terhadap pemberi dan penerima pinjaman uang untuk usaha tambak ikan, khususnya kepada peneliti dalam melaksanakan transaksi yang tidak bertentangan dengan syariat Islam untuk kemudian bisa diterapkan dengan sebaik-baiknya dan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan transaksi akad qard} untuk usaha tambak ikan.
G. Definisi Operasional
Supaya lebih mudah dalam memahami skripsi penulis yang berjudul analisis hukum Islam terhadap transaksi akad qard} untuk usaha tambak ikan
di Desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo, Maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah operasional yang ada sebagai
12
1. Hukum Islam
Yakni peraturan atau ketentuan yang dijadikan pedoman dalam penyelesaian skripsi ini yang meliputi al-Qur’an dan Hadits serta pendapat fuqaha’ tentang akad qard}.
2. Transaksi
Yaitu aplikasi bentuk ija>b dan qobu>l antara dua pihak atau lebih, dalam hal ini antara kreditur sebagai pemberi pinjaman uang (Bu Sholikhah) dan debitur sebagai penerima peminjam uang (Pak Waris, Pak Gunawan, dan Pak Arif).
3. Akad qard}
Yaitu akad hutang piutang usaha untuk usaha tambak ikan di Desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo, yang mana kreditur sebagai pemodal dan debitur sebagai penggarap.
4. Usaha Tambak Ikan
Yaitu kesepakatan usaha antara pemberi dan penerima pinjaman uang untuk suatu usaha , dalam usaha ini obyeknya adalah tambak ikan yang berada di Desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.
H. Metode Penelitian
1. Data Yang Dikumpulkan
Metode penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan diskriptif, karena dalam penelitian kualitatif
13
status variable yang diteliti, sedangkan dalam penelitian kualitatif, peneliti menjadi instrument. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang. Untuk dapat menjadi instrument maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi jelas dan bermakna.7
Berdasarkan rumusan seperti yang telah dikemukakan di atas, maka data yang didapatkan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Data tentang mekanisme akad qard}.
b. Data tentang ketentuan apabila terjadi wanprestasi atau gagal panen dalam usaha tambak ikan.
c. Data tentang nisbah bagi hasil atas panen usaha tambak ikan. 2. Sumber Data
Data-data penelitian ini dapat diperoleh dari beberapa sumber data sebagai berikut:
a. Sumber Primer, Data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat baik yang dilakukan melalui wawancara, observasi dan alat lainnya8. Dalam penelitian ini, yaitu sumber data yang pengambilannya diperoleh dari tempat penelitian, meliputi Data
yang didapatkan peneliti dari hasil wawancara dengan penerima
7 Sugiyono, Memahami Penilitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2012), 2.
14
pinjaman uang (Pak Waris, Pak Gunawan, dan Pak Arif) dan pemberi pinjaman uang (Ibu Sholikhah) dalam transaksi qard} antara kreditur dan debitur dalam usaha tambak ikan di Desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.
b. Sumber Sekunder, yaitu Data yang diperoleh dari atau berasal dari bahan kepustakaan.9 Dalam penelitian ini, merupakan data yang bersumber dari buku-buku dan bisa didapatkan melalui informasi dari orang lain atau dokumen. Adapun data yang dimiliki peneliti meliputi:
1) Tokoh Masyarakat,
2) Data dari kantor Desa Segoro Tambak. 3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti, yakni subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran penelitian.10 Penentuan subyek penelitian berdasarkan atas kebutuhan penelitian yang dapat memberikan informasi sesuai dengan tujuan peneliti. Salah satu informan yang penting pertama, yaitu pemberi pijaman uang (Bu. Solikhah) itu sendiri yang dapat memberikan informasi secara langsung mengenai proses serta mekanisme peminjaman uang dengan akad qard} tersebut. Kedua, yaitu penerima
pinjaman uang (Pak. Gunawan, Pak Arif, dan Pak. Waris) sebagai usaha
9 Ibid., 88.
15
tambak ikan tersebut yang menjadi salah satu subyek informan penting dalam penelitian ini yang dapat memberikan gambaran proses serta mekanisme peminjaman uang yang digunakan untuk usaha tambak ikan tersebut, yang nantinya akan disesuaikan informasi diantara keduanya. 4. Teknik Pengumpulan Data
Terdapat beberapa macam teknik pengumpulan data, salah satunya adalah teknik dokumentasi, dan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Interview (wawancara), metode wawancara atau interview yaitu metode ilmiah yang dalam pengumpulan datanya dengan jalan berbicara atau berdialog langsung dengan sumber obyek penelitian.11 Wawancara sebagai alat pengumpul data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandasaskan pada tujuan penelitian. Wawancara yang peneliti lakukan, yaitu kepada penerima dan pemberi pinjaman uang sebagai usaha tambak ikan di Desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.
b. Studi dokumentasi dalam teknik dokumentasi, peneliti mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
lengger, agenda, dan sebagainya.12 Dari hasil pengumpulan
11 Lexy J.Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif Cet I, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), 135.
16
dokumentasi yang telah diperoleh peneliti dapat memperoleh informasi tentang transaksi akad qard} untuk usaha tambak ikan di
Desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo. 5. Teknik Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh dari hasil penggalian terhadap sumber-sumber data akan diolah melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Editing, yaitu memeriksa kembali semua data-data yang diperoleh
dengan memilih dan menyeleksi data tersebut dari berbagai segi yang meliputi kesesuaian keselarasan satu dengan yang lainnya, keaslian, kejelasan serta relevansinya dengan permasalahan.13 Teknik ini digunakan penulis untuk menyortir data dengan memilih mana data yang menarik, penting, berguna, dan baru. Data yang dirasa tidak dipakai disingkirkan.14
b. Organizing, yaitu mengatur dan menyusun data sumber dokumentasi sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh gambaran yang sesuai dengan rumusan masalah, serta mengelompokan data yang diperoleh.15 Dengan teknik ini diharapkan penulis dapat memperoleh gambaran tentang transaksi akad qard} untuk usaha tambak ikan di Desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.
17
c. Analyzing, yaitu dengan memberikan analisis lanjutan terhadap hasil editing dan organizing data yang telah diperoleh dari
sumber-sumber penelitian, dengan menggunakan teori dan dalil-dalil lainnya, sehingga diperoleh kesimpulan.16
6. Teknik Analisis Data
Hasil dari penggumpulan data tersebut akan dibahas dan kemudian dilakukan analisis secara kualitatif, yaitu dilakukan terhadap data yang berupa informasi, uraian dalam bentuk prosa kemudian dikaitkan dengan data lainnya untuk mendapatkan kejelasan terhadap suatu kebenaran atau sebaliknya, sehingga memperoleh gambaran baru ataupun menguatkan suatu gambaran yang sudah ada dan sebaliknya. Jadi bentuk analisis ini dilakukan merupakan penjelasan-penjelasan, bukan berupa angka-angka statistik atau bentuk angka lainnya.17Penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamanati dengan metode yang telah ditentukan.
a. Analisis Deskriptif, yaitu dengan cara mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada.18 metode ini digunakan untuk mengetahui gambaran tentang transaksi akad qard} untuk usaha tambak ikan di
Desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.
16Ibid.,195.
17 Joko Subagyo, Metode Penelitian...,80.
18
b. Pola Pikir Deduktif, dalam penelitian ini penulis menggunakan pola pikir deduktif yaitu dimulai dengan menggunakan teori-teori atau dalil-dalil terhadap transaksi akad qard} untuk usaha tambak ikan kemudian di temukan pemahaman secara umum menurut perspektif hukum Islam untuk selanjutnya dapat diambil kesimpulan bersifat khusus.19
I. Sistematika Pembahasan
Agar tersusun dengan sistematis maka penulis membagi dalam lima bab, dan dalam tiap-tiap bab masing-masing diuraikan aspek-aspek yang berhubungan dengan pokok pembahasan, yaitu analisis hukum Islam terhadap transaksi akad qard} untuk usaha tambak ikan di desa Segoro Tambak Kabupaten Sidoarjo. Adapun susunannya sebagai berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua, berisi penjelasan tentang qard}} yang berisi pengertian qard}, dasar hukum qard}, syarat dan rukun qard}, macam-macam qard}, barang yang sah dijadikan qard}, hukum (ketetapan) qard}, pratek yang dilarang dalam qard}.
19
Bab ketiga adalah penyajian data, berisi mengenai data umum seperti hasil penelitian tentang deskripsi praktik transaksi akad qard} untuk usaha tambak ikan di desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.
Bab keempat adalah analisis hukum Islam terhadap transaksi qard} untuk
usaha tambak ikan di desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.
Bab kelima adalah kesimpulan dan saran terhadap transaksi qard} untuk
BAB II
TEORI QARD}
A. Pengertian Qard}}
Secara etimologi qard}} merupakan masdar dari qarad}ah asy-syai’- yaqrid}uhu,
yang berarti dia memutuskannya. Qard}} adalah bentuk masdar yang berarti memutuskan. Dikatakan, qarad}u asy-syari’a bil-miqrad}, atau memutus sesuatu dengan gunting. Qard}} berarti (potongan). Harta yang dibayarkan kepada muqtarid
(yang diajak akad qard}}) dinamakan qard}}, sebab merupakan potongan dari harta muqrid (orang yang membayar).1
Qard}} adalah sesuatu yang diberikan oleh pemilik untuk dibayar.2Qard}
merupakan bentuk masdar dari qard}a asy-syai’- yaqrid}uhu, yang berarti dia memutuskanya.
.خع ط قلاَ: ة غ للاَ َِخخل ص أ وَ،رسكتَدقوَ فا ق لاَ ح ت ف بَخض ر قلا
3Qard} adalah bentuk masdar yang berarti memutus. Dikatakan qard}tu asy-syai’a bil-miqard}, aku memutus sesuatu dengan gunting. Al-Qard} adalah sesuatu yang
diberikan oleh pemilik untuk dibayar.
Adapun qard} secara terminologis adalah memberikan harta kepada orang yang akan memanfaatkannya dan mengembalikan gantinya dikemudian hari.4 Menurut Firdaus at al., qard} adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih
1 Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah
(Bandung: Pustaka Setia), 151. 2 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2013),333.
3 Abdul Rahman Al-Jaziri, Al-Fiqh ‘Ala Madzahibil Arba’ah Juz 2, (Libanon, Beirut: Dar- AlKutub Al-Ilmiyah, 2003), 303 maktabah syamilah.
21
atau diminta kembali. Dalam literature fikih, qard} dikategorikan dalam aqad tathawwu’i atau akad saling membantu dan bukan transaksi komersil.5
Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, qard}} adalah penyediaan dana atau tagihan antar lembaga keuangan syariah dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam untuk melakukan pembayaran secara tunai atau cicilan dalam waktu tertentu.6
Al-Qard} adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau
diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam literatur fiqh klasik, qard} dikategorikan dalam aqad tathawwui atau akad saling membantu dan bukan transaksi komersial.7
Menurut Malikiyyah, qard}} adalah menyerahkan sesuatu yang bernilai harta kepada orang lain untuk mendapatkan manfaatnya dimana harta yang diserahkan tadi tidak boleh dihutangkan lagi dengan cara tidak halal dengan ketentuan barang itu harus diganti pada waktu yang akan datang, dengan syarat gantinya tidak beda dengan yang diterima. Menurut ulama Hanafiyah qard}} adalah harta yang diserahkan
kepada orang lain untuk diganti dengan harta yang sama. Batas kesamaan yang dimaksud hendaklah setiap satuannya tidak mengandung selisih yang dapat membedakan bedanya harga.8
Menurut ulama Hanafiyah:
ى ل عَ دخر يٌَصوخصخخٌَُد ق عَ وخَى ر خخأٍَة را ب ع بَ و أ،َخا ضا ق ت ت لٍَيل ث مَ ٍلا مَ ن مَ ي ط عخ تَا مَ وخَخض ر قلا
َ
َ ٍلا مَ ع ف د
َخ ل ث مَ دخر ي ل ر خ ٍَِي ل ث م
Artinya:
‚Qard} adalah harta yang diberikan seseorang dari harta mitsil (yang memiliki perumpamaan) untuk kemudian dibayar atau dikembalikan. Atau dengan ungkapan yang lain, qard} adalah suatu perjanjian yang khusus untuk menyerahkan harta (mal
5 Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), 178. 6 Pasal 20 ayat (36) Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
7 Dr. Muhammad Syafi’i Antonio, M.Ec, ‚Bank Syariah‛. 131.
22
mitsli) kepada orang lain untuk kemudian dikembalikan persis seperti yang diterimanya.‛9
Sayyid Sabiq memberikan definisi qard} sebagai berikut:
َ ي ط عخ يَ ي ذ لاَخلا م لاَ وخَخض ر ق لا
َ
َ ي ل عَ ت ر دخقَ د عَ ي ل إَخ ل ث مَ دخر ي لَخض َ قخم ل لَخض ر قخم لا
Artinya:
‚Al-qard} adalah harta yang diberikan oleh pemberi hutang (muqrid}) kepada penerima utang (muqtarid) untuk kemudian dikembalikan kepadanya (muqrid}) seperti yang diterimanya, ketika ia telah mampu membayarnya.‛
Hanabilah sebagaimana dikutip oleh ali fikri memberikan definisi qard} sebagai berikut:
ل د بَ دخر ي وَ بَخع ف ت يَ ن م لَ ٍلا مَخع ف دَخض ر ق ل ا
Artinya:
‚Qard}} adalah memberikan harta kepada orang yang memanfaatkannya dan kemudian mengembalikan penggantinya.‛10
Adapun pendapat Syafi’iyahadalah sebagai berikut:
.ض ر قخم لا ء ي شلاَ َ ع َِا ع ر شَخق ل طخيَخض ر ق ل اَ:َا وخلا قَخة ي ع فَا شل ا
Artinya:
‚Syafi’iyah berpendapat bahwa qard}} dalam istilah syara’ diartikan dengan sesuatu yang diberikan kepada orang lain (yang pada suatu saat harus dikembalikan).‛11
Dari pengertian akad dan al- Qard}} diatas dapat disimpulkan bahwa, ‚ Aqad Al- Qard}} adalah Perikatan atau perjanjian antara kedua belah pihak, dimana pihak
pertama menyediakan harta atau memberikan harta dalam arti meminjamkan kepada pihak kedua sebagai peminjam uang atau orang yang menerima harta yang dapat ditagih atau diminta kembali harta tersebut, dengan kata lain meminjamkan harta kepada orang lain yang mebutuhkan dana cepat tanpa mengharapkan imbalan.
9 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Amzah, 2010),273.
23
B. Dasar Hukum Qard}
Dasar disyariatkan qard}} adalah al-Qur’an, as-Sunnah, Ijma :
1. Dalil al-Qur’an adalah firman Allah :
Surat al-Baqarah ayat 245 dan surat al-Muzammil ayat 20
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
245. Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.12
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
20. Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, Maka dia memberi keringanan kepadamu, Karena itu Bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang-orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan
24
Allah, Maka Bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan Dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.13
Sisi pendalilan dari ayat diatas adalah bahwa allah swt menyerupakan amal salih dan memberi infaq fi sabilillah dengan harta yang dipinjamkan. Dan menyerupakan pembalasannya yang berlipat ganda dengan pembayaran hutang. Amal kebaikan disebut pinjaman (hutang) karena orang yang berbuat baik melakukannya untuk mendapatkan gantinya sehingga menyerupai orang yang menghutangkan sesuatu agar mendapat gantinya.14
Surah Al-Hadid (57) ayat 11:
Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan ia akan memperoleh pahala yang banyak.
Surah At-Taghabun (64) ayat 17:
Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipatgandakan balasannya kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun.
Surah Al-Maidah ayat 2:
13 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, 576.
25
Artinya : ‚Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.‛ (Al-Maidah : 2)
2. Dalil As-sunnah dari Hadis Ibnu Mas’ud
َ ن ع
َ
َ ن با
َ
َخع س م
ٍَدو
َ
َ ن أ
َ
َ ب لا
َ
ى ل ص
َ
َخّللا
َ
َ ي ل ع
َ
َ م ل س و
َ
َ لا ق
َ
ا مَ
َ ن م
َ
ٍَم ل سخم
َ
َخض ر قخ ي
َ
ا م ل سخم
َ
ا ض ر ق
َ
َ ي ت ر م
َ
َ ّ ا
َ
َ نا ك
َ
ا ه ت ق د ص ك
َ
َ ة ر م
Dari Ibnu Mas’ud bahwa sesungguhnya Nabi bersabda tidaklah seorang muslim memberi pinjaman kepada orang muslim yang lain, melainkan pinjaman itu berkedudukan seperti sedekah sekali. (HR. Ibnu Majah).15
Hadis Abu Hurairah
ا ث د ح
َ
وخب أ
َ
َ ة نا و ع
َ
َ ن ع
َ
َ ش م ع ِا
َ
َ ن ع
َ
َ بأ
َ
ٍَح لا ص
َ
َ ن ع
َ
َ ب أ
َ
َ ة ر ي رخ
َ
َ ن ع
َ
َ ب لا
َ
ى ل ص
َ
هّل
َ
َ ي ل ع
َ
َ م ل س و
َ
َ لا ق
َ
َ ن م
َ
َ س ف ن
َ
َ ن ع
َ
ٍَم ل سخم
َ
َ ة ب رخك
َ
َ ن م
َ
َ ب رخك
َ
ا ي ن دلا
َ
َ س ف ن
َ
َخّللا
َ
َخ ع
َ
َ ة ب رخك
َ
َ ن م
َ
َ ب رخك
َ
َ م و ي
َ
َ ة ما ي ق لا
َ
َ ن م و
َ
َ ر سي
َ
ى ل ع
َ
ٍَر س عخم
َ
َ ف
َ
ا ي ن دلا
َ
َ ر س ي
َ
َخ للا
َ
َ ي ل ع
َ
َ ف
َ
ا ي ن دلا
َ
َ ة ر خ ّ و
ََ وَ
َ ن م
َ
َ ر ت س
َ
ى ل ع
َ
ٍَم ل سخم
َ
َ ف
َ
ا ي ن دلا
َ
َ ر ت س
َ
َخ للا
َ
َ ي ل ع
َ
َ ف
َ
ا ي ن دلا
َ
َ ة ر خ ّا و
َ
َخ للا و
َ
َ ِ
َ
َ ن و ع
َ
َ د ب ع لا
َ
ا مَ
َ نا ك
َ
َخد ب ع لا
َ
َ ِ
َ
َ ن و ع
َ
َ ي خ أ
Bapakku menceritakan kepadaku, dari Al-A’masy, ia berkata, ‚ Aku diberitahu dari Abu Shahih dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda, ‘Barang siapa yang menghilangkan kesusahan seorang mmuslim dari berbagai kesusahan dunia(nya), niscaya Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat. Barang siapa yang menutupi (aib) seorang muslim didunia, niscaya Allah akan menutupi (aibnya) didunia dan akhirat. Allah akan senantiasa menolong seorang hambanya sepanjang ia mau menolong saudaranya‛. (HR. Al -Tirmidzi)16
Hadits Anas bin Malik
Pada malam aku di-isra’-kan, aku melihat pada sebuah pintu surga tertulis ‘sedekah akan dibalas 10 kali lipat dan hutang dibalas 18 kali lipat’. Lalu aku bertanya, ‚Wahai Jibril, mengapa menghutangi lebih utama dari sedekah?‛ Ia menjawab, ‚karena meskipun pengemis meminta-minta, namun ia masih mempunyai harta, sedangkan orang yang berhutang pasti karena ia sangat membutuhkan.‛ (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi).17
3. Ijma’
‚Para ulama telah menyepakati bahwa al-qard} boleh dilakukan. Kesepakatan ulama ini didasari tabiat manusia yang tidak bisa hidup tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya. Tidak ada seorangpun yang memiliki
15 Imam Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, jilid 2, 816
16 Imam Tirmidzi, Sunan Al-Tirmidzi, (Beirut: Dar Al-Kutub al-Ilmiyah, 1994), 105
26
segala barang yang ia butuhkaan. Oleh karena itu, pinjam-meminjam sudah menjadi satu bagian dari kehidupan du dunia ini. Islam adalah agama yang sangat memperhatikan segenap kebutuhan umatnya.‛18
C. Rukun dan Syarat Transaksi Qard}} Rukun qard} ada empat, yaitu:
1. Sighat (ijab qabul/serah terima)
2. Objek akad/ Muqtarad} (barang yang dipinjamkan)
3. Pelaku akad, yang terdiri atas pemberi pinjaman (Muqrid}), serta, 4. Penerima pinjaman (Muqtarid}).19
Syarat qard:
1. Mengenai sighat-nya maka bisa menggunakan lafal qard} atau salaf karena keduanya digunakan dalam lafal syariat. Dibolehkan juga dengan lafal yang semakna dengan keduanya seperti kata-kata. ‚Mallaktuka haza ‘ala an tarudda alayya badalahu (aku berikan kepemilikan harta ini kepadamu dengan syarat
kamu mengembalikan gantinya kepadaku).‛20 Dengan kata lain sighat atau ijab
qabul merupakan kesepakatan antara peminjam dengan pemberi pinjaman. 2. Syarat Muqrid} (pemberi hutang) harus memenuhi kriteria:
a. Ahliyat at-Tabarru’ (layak bersosial). Maksudnya adalah orang yang
mempunyai hak atau kecakapan dalam menggunakan hartanya secara mutlaq menurut pandangan syariat. Contoh: orang dewasa yang tidak
menggunakan hartanya untuk sesuatu yang tidak bermanfaat dan hal-hal
18 Dr. Muhammad Syafi’i Antonio, M.Ec, ‚Bank Syariah dari Teori ke Praktik‛.132. 19 Muhammad Amin al-Kurdi, Tanwir al-Qulub fi Mu’amalati ‘Allam al-Ghuyub ,274.
27
yang dilarang syariat, semisal membeli minuman keras, narkoba dan lain sebagainya.
Menurut syari’at, anak kecil, orang gila, dan hamba sahaya (budak) tidak berhak untuk membelanjakan hartanya (bukan termasuk ahliyat at-Tabarru’).
b. Ikhtiyar (tanpa ada paksaan). Muqrid} (pihak pemberi hutang) di dalam
memberikan hutangan, harus berdasarkan kehendaknya sendiri, tidak ada tekanan dari pihak lain atau intervensi dari pihak ketiga.21
3. Syarat Muqtarid} (pihak yang berhutang)
Muqtarid} (pihak yang berhutang) harus yang merupakan orang yang ahliyah mu’amalah. Maksudnya ia sudah baligh, berakal waras, dan tidak
mahjur (bukan orang yang oleh syariat tidak diperkenankan untuk mengatur sendiri hartanya karena faktor-faktor tertentu). Oleh karena itu, jika anak kecil atau orang gila berhutang, maka akad hutang tersebut tidak sah, karena tidak memenuhi syarat.22
4. Syarat objek akad qard} (barang yang dipinjam)
Ulama Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah berpendapat bahwa diperbolehkan melakukan qard} atas semua benda yang bisa dijadikan objek akad salam, baik itu barang yang ditakar dan ditimbang seperti emas, perak, dan makanan, maupun dari harta qimmi, seperti barang dagangan, binatang dan juga barang yang dijual satuan. Alasan dalam hal ini adalah sesuatu yang dapat
dijadikan objek komoditi salam dimiliki dengan akad jual beli dan
21 Dumairi Nor dkk, Ekonomi Syariah Versi Salaf, (penerjemah arab: Abu Bakr bin Muhammad Syatha al-Bakri, Hasyiyat I’anat at-Talibin),50.
28
diidentifikasi dengan sifatnya, sehingga ia boleh dijadikan objek akad qard} seperti halnya barang yang ditakar dan ditimbang.23
Dapat disimpulkan bahwa objek akad qard} yaitu harus jelas nilai pinjamannya
dan waktu pelunasannya. Dalam penjelasan lain diterangkan bahwasannya rukun qard}} ada tiga, yaitu :
1) Sighat
Yang dimaksud dengan sighat adalah ijab dan qabul. Tidak ada perbedaan diantara fukaha bahwa ijab qabul itu sah dengan lafaz utang dan dengan semua lafaz yang menunjukkan maknanya, seperti kata, ‚Aku memberimu
utang,‛atau‛Aku mengutangimu‛. Demikian pula Kabul sah dengan semua lafaz yang menunjukkan kerelaan, seperti ‚Aku berutang‛ atau ‚Aku menerima,‛ atau
‚Aku ridha‛ dan lain sebagainya.24
2) ‘Aqidain.
Yang dimaksud dengan ‘aqidain (dua pihak yang melakukan transaksi) adalah pemberi utang dan pengutang. Adapun syarat-syarat bagi pengutang adalah merdeka, balig, berakal sehat, dan pandai (rasyid, dapat membedakan
baik dan buruk).25 3) Harta yang diutangkan.
Rukun harta yang diutangkan adalah sebagai berikut:
1) Harta berupa harta yang ada padanya, maksudnya harta yang satu sama lain dalam jenis yang sama tidak banyak berbeda yang mengakibatkan perbedaan
nilai, seperti uang, barang-barang yang dapat ditakar, ditimbang, ditanam, dan dihitung.
23 Abdul Hayyie al Kaffani dkk, Fiqih Islam wa Adillatuhu, hlm. 377.
24
Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah: Fiqih Muamalah (Jakarta: Kencana, 2012), 335
29
2) Harta yang di utangkan disyaratkan berupa benda, tidak sah mengutangkan manfaat (jasa).
3) Harta yang diutangkan diketahui, yaitu diketahui kadarnya dan diketahui sifatnya.26
Syarat yang Sah dan yang Tidak Sah (Fasid)
Di dalam akad qard} dibolehkan adanya kesepakatan yang dibuat untuk mempertegas hak milik, seperti persyaratan adanya barang jaminan, penanggung pinjaman (kafil), saksi, bukti tertulis, atau pengakuan di hadapan hakim. Mengenai
batas waktu, jumhur ulama menyatakan syarat itu tidak sah, dan Malikiyah menyatakan sah. Tidak sah syarat yang tidak sesuai dengan akad qard}, seperti syarat tambahan dalam pengembalian, pengembalian harta yang bagus sebagai ganti yang cacat atau syarat jual rumahnya.
Adapun syarat yang fasid (rusak) di antaranya adalah syarat tambahan atau hadiah bagi si pemberi pinjaman saat akad berlangsung. Akad qard} tidak digabung
dengan akad lain seperti akad jual beli. Syarat ini dianggap batal namun tidak merusak akad apabila tidak terdapat kepentingan siapa pun. Namun, mayoritas ulama membolehkan hadiah sepanjang tidak dipersyaratkan dalam akad.27
D. Macam-Macam Qard}
Qard} dibedakan menjadi dua macam yaitu :28
1. Qard} – Al Hasan, yaitu meminjamkan sesuatu kepada orang lain, dimana pihak yang dipinjami sebenarnya tidak ada kewajiban mengembalikan. Adanya qard}
26 Ibid,.
27 Diyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar),257. 28 Abdul Ghofur Anshori Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia,
30
al hasan ini sejalan dengan ketentuan Al Quran surat At Taubah ayat 60 yang
memuat tentang sasaran atau orang-orang yang berhak atas zakat, yang salah satunya adalah Gharim yaitu pihak yang mempunyai utang di jalan Allah. Melalui qard} Al hasan maka dapat membantu sekali orang yang berutang di jalan Allah
untuk mengembalikan utangnya kepada orang lain tanpa adanya kewajiban baginya untuk mengembalikan utang tersebut kepada pihak yang meminjami. Keberadaan akad ini merupakan karakteristik dari kegiatan usaha perbankan syariah yang berdasarkan pada prinsip tolong menolong.
2. Al qard} yaitu meminjamkan sesuatu kepada orang lain dengan kewajiban mengembalikan pokoknya kepada pihak yang meminjami.
E. Barang yang Sah dijadikan Qard}}
Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa qard} dipandang sah pada harta mitsli, yaitu sesuatu yang tidak terjadi perbedaan yang menyebabkan terjadinya perbedaan nilai. Di antara yang dibolehkan adalah benda-benda yang ditimbang, ditakar atau dihitung. Qard} selain dari perkara diatas dipandang tidak sah, seperti hewan,
benda-benda yang menetap ditanah, dan lain-lain.
Ulama Malikiyyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah membolehkan qard} pada setiap benda yang tidak dapat diserahkan, baik yang ditakar maupun yang ditimbang, seperti emas dan perak atau yang bersifat nilai, seperti barang dagangan, hewan, atau benda yang dihitung. Hal itu didasarkan pada hadis dari Abu Rafi bahwa Nabi SAW, menukarkan (qard}) anak unta. Dimaklumi bahwa anak bukan benda yang biasa ditakar, atau ditimbang.
31
pada hari ini mendiami rumah temannya dan besoknya teman tersebut mendiami rumahnya, tetapi Ibn Taimiyah membolehkannya.
F. Hukum (Ketetapan) Qard}}
Menurut Imam Abu Hanifah dan Muhammad, qard}} menjadi tetap setelah pemegangan atau penyerahan. Dengan demikian, jika seseorang menukarkan (iqtarad}a) satu kilo gram gandum misalnya, ia harus menjaga gandum tersebut dan
harus memberikan benda sejenis (gandum) kepada muqrid jika meminta zatnya. Jika muqrid} tidak memintanya, muqtarid} tetap menjaga benda sejenisnya, walaupun qard} (barang yang ditukarkan) masih ada. Akan tetapi, menurut Abu Yusuf, muqtarid} tidak memiliki qard}} selama qard}} masih ada.
Ulama Malikiyyah berpendapat bahwa ketetapan qard}, sebagai mana terjadi pada akad-akad lainnya, adalah dengan adanya akad walaupun belum ada penyerahan dan pemegangan. Muqtarid} dibolehkan mengembangkan barang sejenis dengan qard}}. Jika muqtarid} meminta zatnya, baik yang serupa maupun asli. Akan tetapi, jika qard}} telah berubah, muqtarid} wajib memberikan benda-benda sejenis.
Pendapat ulama Hanabilah dan Syafi’iyah senada dengan pendapat Abu Hanifah bahwa ketetapan qard}} dilakukan setelah penyerahan atau pemegangan. Muqtarid} harus menyerahkan benda sejenis (mitsli) jika penukaran terjadi pada harta mitsli sebab lebih mendekati hak muqrid .
Ulama Hanabilah bependapat bahwa pengembalian qard} pada harta yang ditakar atau ditimbang harus dengan benda sejenisnya. Adapun pada benda-benda
32
akad qard}. Pertama, mengembalikan benda sejenis yang mendekati qard} pada sifatnya.
Hukum qard} (hutang piutang) mengikuti hukum taklifi: terkadang boleh, terkadang makruh, terkadang wajib, dan terkadang haram. Semua itu sesuai dengan cara mempraktekannya karena hukum wasilah itu mengikuti hukum tujuan.
Jika orang yang berhutang adalah orang yang mempunyai kebutuhan sangat mendesak, sedangkan orang yang dihutangi orang kaya, maka orang yang kaya itu wajib memberinya hutang.Jika pemberi hutang mengetahui bahwa penghutang akan menggunakan uangnya untuk berbuat maksiat atau perbuatan yang makruh, maka hukum memberi hutang juga haram atau makruh sesuai dengan kondisinya.
Jika seorang yang berhutang bukan karena adanya kebutuhan yang mendesak, tetapi untuk menambah modal perdagangannya karena berambisi mendapat keuntungan yang besar, maka hukum memberi hutang kepadanya adalah mubah. Seseorang boleh berhutang jika dirinya yakin dapat membayar, seperti jika ia mempunyai harta yang dapat diharapkan dan mempunyai niat menggunakannya untuk membayar hutangnya. Jika hal ini tidak ada pada diri penghutang. Maka ia tidak boleh berhutang.
Seseorang wajib berhutang jika dalam kondisi terpaksa dalam rangka menghindarkan diri dari bahaya, seperti untuk membeli makanan agar dirinya tertolong dari kelaparan.29
Pada dasarnya hukum pinjam-meminjam adalah sunah bagi orang yang meminjamkan dan mubah bagi orang yang meminjam. Ini adalah hukum al qard}
dalam situasi biasa. Terkadang ada situasi-situasi yang mengubah hukumnya,
33
bergantung pada sebab seorang meminjam. Oleh karena itu, hukumnya bisa berubah sebagai berikut :30
Haram apabila seseorang memberikan pinjaman, padahal dia mengetahui bahwa pinjaman itu akan digunakan untuk perbuatan haram seperti untuk membeli minuman khamar, berjudi dan lain sebagainya.
Makruh apabila yang memberi pinjaman mengetahui bahwa peminjam akan menggunakan hartanya bukan untuk kemaslahatan, tetapi untuk berfoya-foya dan menghambur-hamburkannya. Begitu juga peminjam mengetahui bahwa dirinya tidak akan sanggup mengembalikan pinjaman itu.
Wajib, apabila ia mengetahui bahwa peminjam membutuhkan harta untuk menafkahi diri, keluarga, dan kerabatnya sesuai dengan ukuran yang disyariatkan, sedangkan peminjam itu tidak memiliki cara lain untuk mendapatkan nafkah itu selain dengan meminjam.
Apabila transaksi pinjam meminjam telah sah, konsekuensi hukumnya harus dijalankan yaitu berpindahnya kepemilikan harta yang dipinjam dari pemberi pinjaman kepada peminjam. Dengan ketentuan peminjam harus mengganti harta tersebut ketika orang yang meminjamkan menagihnya.31
G. Praktek Yang Dilarang Dalam Qard}
Menurut pandangan yang paling unggul dari ulama Hanafiyah, setiap qard}} pada
benda yang mendatangkan manfaat diharamkan jika memakai syarat. Akan tetapi, dibolehkan jika tidak disyaratkan kemanfaatan atau tidak diketahui adanya manfaat qard}}.
Ulama Malikiyah berpendapat bahwa muqrid} tidak boleh mmemanfaatkan harta muqtarid}, seperti naik kendaraan atau makan dirumah muqtarid}, jika dimaksudkan
34
untuk membayar utang muqrid}, bukan sebagai penghormatan. Begitu pula dilarang memberikan hadiah kepada muqrid}, jika dimaksudkan untuk menyicil utang.
Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah melarang qard}} terhadap sesuatu yang mendatangkan kemanfaatan, seperti memberikan qard} agar dapat sesuatu yang lebih
baik atau yang lebih banyak sebab qard}} dimaksudkan sebagai akad kasih sayang, kemanfaatan, atau mendekatkan hubungan kekeluargaan. Selain itu Rosululloh SAW pun melarangnya.
Namun demikian, jika tidak disyaratkan atau tidak dimaksudkan untuk mengambil yang lebih baik, qard}} dibolehkan. Tidak dimakruhkan bagi muqrid} untuk
mengambilnya, sebab Rosululloh SAW pernah memberikan anak unta yang lebih baik pada seseorang laki-laki dari pada unta yang diambil beliau SAW. Selain itu Jabir bin Abdullah berkata :
َ ن اك
َ
َ ل
َ
ى ل ع
َ
َ ل وخس ر
َ
َ ّللا
َ
ص
.م
َ.
َ ق ح
َ
َ نا ض ق ف
َ
َ ن دا ز و
َ(
اور
َ
ىراخبلا
َو
َ
ملسم
)
Artinya :‚Aku memiliki hak pada Rosullah SAW, kemudian beliau membayarnya dan menambah untukku‛. (HR. Bukhari dan Muslim).
Pendapat ulama fiqih tentang qard}} dapat disimpulkan bahwa qard}} dibolehkan dengan dua syarat :
a. Tidak menjurus pada suatu manfaat
b. Tidak bercampur dengan akad lain, seperti jual-beli.32 H. Etika Dalam Berbisnis
Al Quran sangat banyak mendorong manusia untuk melakukan bisnis. (QS. Al Jumuah:10). Al Quran juga memberi petunjuk agar dalam bisnis tercipta hubungan yang harmonis; saling ridha dan tidak ada unsur eksploitasi ( QS. Al Nisa:29) dan bebas dari kecurigaan atau penipuan, seperti keharusan membuat administrasi
35
transaksi kredit. (QS. Al Baqarah:282).33 Prinsip-prinsip bisnis yang ideal dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya, beberapa petunjuk mengenai etika bisnis yang diberikan oleh Nabi Muhammad Saw, diantaranya ialah :34
1. Prinsip esensial dalam bisnis adalah kejujuran
2. Pelaku bisnis tidak hanya sekedar mengejar keuntungan sebanyak-banyaknya tetapi juga berorientasi kepada sikap ta’awun (menolong orang lain) sebagai
implikasi sosial dalam kegiatan bisnis
3. Tidak melakukan sumpah palsu
4. Pelaku bisnis harus bersikap ramah dalam melakukan bisnis
5. Tidak boleh berpura-pura menawar dengan harga tinggi agar orang lain tertarik membeli dengan harga tersebut
6. Tidak boleh menjelek-jelekkan bisnis orang lain
7. Tidak boleh melakukan ihtikar35
8. Takaran,ukuran dan timbangan yang benar
9. Bisnis tidak boleh menganggu kegiatan ibadah
10. Membayar upah sebelum keringat karyawan kering
11. Tidak monopoli
12. Tidak boleh melakukan bisnis dalam kondisi mudharat yang dapat merugikan dan merusak kehidupan individu dan sosial.
33
Muhamad Hidayat, An Introduction to The Sharia Economic, Zikrul Hakim, Jakarta, 2010,50.
34
Ibid.,51-54.
35
36
13. Komoditi bisnis yang dijual adalah barang yang suci dan halal bukan barang yang haram
14. Bisnis yang dilakukan dengan suka rela tanpa paksaan
15. Segera melunasi kredit yang menjadi kewajibannya
16. Memberikan tenggang waktu apabila pengutang belum mampu membayar
BAB III
TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO
A. Gambaran Umum Desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo
1. Sejarah Desa
Desa Segoro Tambak merupakan sebuah desa yang dikelilingi oleh
pertambakan, mulai dari barat, utara, selatan dan timur, maka dari itu
pertambakan yang mendominasi wilayah di desa Segoro Tambak,
sehingga banyak masyarakat desa Segoro Tambak yang menggantungkan
kebutuhan sehari-hari dengan sektor perikanan mulai dari nelayan, buruh
usaha perikaan hingga pemilik usaha perikanan.1
Sifat saling membantu, solidaritas yang tinggi dan
keramah-tamahan merupakan ciri khas kehidupan masyarakat pedesaan. Begitu
pula dengan masyarakat Desa Segoro Tambak, sifat-sifat tersebut masih
begitu melekat dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dalam hal
tolong-menolong atau bantu membantu, bukan hanya pertolongan tenaga saja
akan tetapi juga pertolongan\ yang bersifat materi untuk saling
melengkapi. Misalnya saja pada kegiatan kerja bakti mereka sangat
antusias dalam melaksanakan kerja bakti, terutama kerja bakti yang
diadakan dalam sektor yang berhubungan dengan perikanan.2
1
Daftar Isian Tingkat Perkembangan Desa dan Kelurahan Segoro Tambak Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo,4.
38
Dari beberapa data yang diperoleh dari lapangan masyarakat Desa
Segoro Tambak merupakan masyarakat yang mulai berkembang untuk
yang lebih baik dalam bidang ekonomi. Karena masyarakat Desa Segoro
Tambak tidak maju juga tidak tertinggal dalam bidang perekonomian. Di
bawah ini akan dipaparkan jelas dan rinci mengenai Desa Segoro Tambak
yang diambil dari data Monografi Desa Segoro Tambak Kecamatan
Sedati Kabupaten Sidoarjo sebagai berikut:
2. Letak dan Kondisi Geografis
Desa Segoro Tambak memiliki iklim tropis sebagaimana di Indonesia
ini yaitu memiliki iklim tropis dengan dua musim, yaitu musim hujan dan
musim kemarau. Desa Segoro Tambak terletak diantara batas wilayah
sebagai berikut3:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tambak Oso dan Desa
Buntung.
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Banjar Kemuning dan
Bandara Juanda.
c. Sebelah timur berbatasan dengan Selat Madura.
d. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Pranti dan Desa Tambak
Sawah.
Segoro Tambak terdiri dari luas wilayah 14,03 Ha/m2. Adapun luas
Desa Segoro Tambak jika dirinci sebagai berikut:4
3 Daftar Isian Potensi Desa dan Kelurahan Segoro Tambak Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo,1.
39
Pemukiman : 6,08 Ha/m2
Perkantoran : 0,04 Ha/m2
Pemakaman : 0,57 Ha/m2
Perkarangan : 0,10 Ha/m2
Prasarana umum : 7,24 Ha/m2
3. Kependudukan dan Keadaan Sosial Ekonomi
Keadaan penduduk Desa Segoro Tambak menurut data yang
diperoleh pada bulan September 2016, dengan uraian seperti berik