• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN TIMBANGAN PADA JASA LAUNDRY DI KAEY LAUNDRY.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN TIMBANGAN PADA JASA LAUNDRY DI KAEY LAUNDRY."

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR

8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

TERHADAP PEMBULATAN TIMBANGAN PADA JASA

LAUNDRY

DI KAEY LAUNDRY

SKRIPSI

Oleh :

Tri Wahyuni Bashiroh

NIM. C72212134

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syari’ah dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam

Prodi Hukum Ekonomi Syariah ( Muamalah) Surabaya

(2)

ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN TIMBANGAN PADA JASA LAUNDRY DI KAEY

LAUNDRY SURABAYA

SKRIPSI Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu

Syariah dan Hukum

Oleh:

Tri Wahyuni Bashiroh NIM. C72212134

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Fakultas Syari’ah dan Hukum

Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah) Surabaya

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi dengan judul Analisis Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Terhadap Pembulatan Timbangan Pada Jasa Laundry Di Kaey Laundry ini merupakan penelitian yang akan menjawab permasalahan, 1) Bagaimana mekanisme pembulatan timbangan pada

jasa laundry di KAEY Laundry Surabya? Dan 2) Bagaimana analisis hukum

Islam daan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan

konsumen terhadap pembulatan timbangan pada jasa laundry di KAEY Laundry

Surabaya?

Penelitian ini adalah penelitian jenis lapangan dan merupakan penelitian kualitatif, yaitu menggambarkan kondisi, situasi, atau fenomena yang tertuang dalam data yang diperoleh tentang pembulatan timbangan pada jasa laundry di KAEY Laundry Surabaya. Kemudian dianalisis menggunkan pola pikir deduktif, yakni dengan menjelaskan terlebih dahulu kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan. Setelah menjelskan kenyataan-kenyataan akan dihubungkan dengan konsep ija>rah dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.

Hasil penelitian di KAEY Laundry memperoleh kesimpulan bahwa yang

pertama adalah mengenai sistem pembulatan timbangan di KAEY Laundry yaitu dengan cara konsumen datang terlebih dahulu dan memilih produk cuciannya, setelah itu karyawan menimbang cucian dan langsung membulatkan berat timbangan cucian tersebut tnpa memberitahukan berat timbangan yang asli. Pembulatan yang dilakukan KAEY Laundry yaitu dengan cara berat cucian yang ditimbang jika 1,35 kg atau lebih maka akan dibulatkan menjadi 2 kg. Apabila dilihat dari rukun ija>rah maka praktek yang dilakukan KAEY Laundry adalah fasakh karena salah satu dari syarat sah ija>rah tidak terpenuhi, hal tersebut sesuai dengan pendapat Hanafiah. Tetapi jika konsumen tidak merasa dirugikan maka kegiatan yang dilakukan oleh KAEY Laundry adalah sah. Sedangkan yang kedua berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pasal 4 huruf (g) mengenai hak-hak konsumen, pasal 7 huruf (c) mengenai kewajiban pelaku usaha, kemudian di pasal 8 huruf (b) dan (c) mengenai perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha, dan di pasal 62 ayat 1 mengenai sanksi-sanksi, dapat disimpulkan bahwa praktek pembulatan timbangan yang dilakukan KAEY Laundry adalah kontradiktif atau bertentangan atau tidak sesuai. Tetapi kepada konsumen yang merasa tidak dirugikan maka kegiatan yang dilakukan oleh KAEY Laundry ini sudah sesuai dan sah karena tidak melanggar aturan yang sudah ada karena sudah sama-sama rela.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR TRANSLITERASI ... xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 10

C. Rumusan Masalah ... 11

D. Kajian Pustaka ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 14

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 14

G. Definisi Operasional ... 16

H. Metode Penelitian ... 17

I. Sistematika Pembahasan ... 12

BAB II : TEORI IJA>RAH DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN A.Pengertian Ija>rah ... 24

B.Dasar Hukum Ija>rah ... 29

C.Rukun Ija>rah ... 31

D.Syarat Ija>rah ... 32

E. Sifat Ija>rah ... 38

F. Hukum Ija>rah ... 39

G.Jenis-Jenis Ija>rah ... 40

H.Ujrah (Upah) ... 40

(8)

J. Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen ... 47 BAB III : MEKANISME PEMBULATAN TIMBANGAN PADA JASA

LAUNDRY DI KAEY LAUNDRY SURABAYA

A. Gambaran Umum Tentang Perusahaan ... 62

B. Mekanisme Pembulatan Timbangan Di Kaey Laundry ... 67

C. Sistem Berlipatnya Tarif ... 69

BAB IV : ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN TIMBANGAN DI KAEY LAUNDRY SURABAYA

A. Analisis Hukum Islam Terhadap Pembulatan Timbangan di Kaey

Laundry ... 71

B. Analisis Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen Terhadap Pembulatan Timbangan Di Kaey Laundry ... 75

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 78 B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA

(9)

BAFTAR BAGAN

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kata mua>malah berasal dari bahasa arab yang secara etimologi sama dan

semakna dengan al mufa>’alah (saling berbuat). Kata ini menggambarkan

suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dengan seseorang atau

beberapa orang dalam memenuhi kebutuhan masing-masing.1 Kata

muamalah menggambarkan suatu peraturan Allah SWT yang harus diikuti

dan ditaati dalam kehidupan bermasyarakat. Muamalah juga dipahami

sebagai aturan yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam

mengembangkan dan memperoleh harta. Beberapa bentuk muamalah sesama

manusia adalah jual beli, sewa menyewa, upah mengupah, gadai, salam,

pemindahan utang, serta yang lain.

Tidak semua umat Islam yang mengerti akan pelaksanaan kegiatan

muamalah dengan benar. Dalam pelaksanaanya muamalah juga memiliki

larangan-larangan dan aturan yang harus diperhatikan dan tidak boleh

dilanggar. Seiring dengan berjalannya waktu banyak larangan-larangan yang

dilarang dalam fiqh muamlah tapi justru dilakukan dalam kehidupan

sehari-hari dan sudah menjadi kebiasaan dan rutinitas. Contohnya seperti riba,

masyir, gharar, haram dan batil.2

(11)

2

Dalam bermuamalah yang harus diperhatikan adalah bagaimana

seharusnya menciptakan suasana dan kondisi bermuamalah yang tertuntun

oleh nilai-nilai ketuhanan. Paling tidak dalam setiap melakukan aktivitas

bermuamalah ada semacam keyakinan dalam hati bahwa Allah SWT selalu

mengawasi seluruh gerak langkah kita dan selalu berada bersama kita.3 Jika

pemahaman ini terbentuk pada setiap pelaku muamalah, maka kegiatan

bermuamalah akan menjadi lebih baik lagi. Kegiatan bermuamalah yang baik

adalah menjunjung tinggi kejujuran, amanah, sesuai tuntutan syariah, dan

menjauhi larangan-larangan dalam bermuamalah.

Kegiatan bermuamalah juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari manusia. Kebutuhan manusia semakin hari semakin banyak.

Semakin banyak kebutuhan maka semakin sedikit waktu yang dimiliki.

Untuk memenuhi kebutuhannya manusia tidak bisa melakukannya sendiri,

oleh karena itu perlu adanya bantuan dari orang lain.

Adanya bantuan dari orang lain merupakan salah satu bentuk tolong

menolong dalam usaha bekerjasama membantu menyelesaikan kebutuhan

tersebut. Kerja sama tersebut dilakukan oleh dua orang atau lebih dan ada

pemberian upah atau gaji atas pemenuhan kebutuhan yang sudah dipenuhi.

Kerja sama ini dimaksudkan agar kedua belah pihak bisa saling

menguntungkan. Disatu sisi ada yang terpenuhi kebutuhannya dan disisi lain

ada yang mendapat upah atas pekerjaan yang dilakukannya.

(12)

3

Dalam Islam upah-mengupah atau sewa menyewa disebut dengan akad

ija>rah. Secara etimologi kata “al-Ujrah atau “al-Ajru” yang menurut bahasa

berarti al-Iwad}u (ganti dan upah), dengan kata lain suatu imbalan yang

diberikan sebagai upah atau ganti suatu perbuatan.4 Seperti yang dijelaskan

dalam al-Qur’a>>n surat at-Thalaq ayat 6 yang berbunyi:













Artinya: kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu

maka berikanlah kepada mereka upahnya.5

Sedangkan menurut istilah atau terminologi, para fuqaha berbeda

pendapat mengenai pengertian ija>rah, tetapi pada dasarnya ija>rah adalah

sebuah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran

upah atau imbalan, tanpa diikuti dengan pemindahaan kepemilikan.6

Jasa adalah kegiatan yang dapat diidentifikasikan, yang bersifat tak

teraba, yang direncanakan untuk pemenuhan kepuasan konsumen. Jadi, jasa

tidak pernah ada dan hasilnya dapat dilihat setelah terjadi.7 Sektor jasa pada

masa sekarang ini perkembangannya semakin pesat. Banyak sekali kegiatan

bisnis dalam sektor jasa yang semakin berkembang dalam usahanya.

Bisnis jasa pada era yang modern ini banyak diminati oleh masyarakat

yang ingin serba praktis dalam pemenuhan kebutuhannya. Saat ini terdapat

berbagai macam sektor jasa seperti jasa konsultan, jasa penyewaan

4 Sudarsono, Pokok-pokok Hukum Isla. (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 422.

5 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya (Jakarta: CV. Toha Putra Semarang, 1989), 946

6 Nasroen Harun, Fiqh Muamala, (Jakarta: Gaya Media Pratama Cet 1, 2000), 228

(13)

4

penginapan, jasa pencucian pakaian (laundry), jasa rekreasi, jasa kesehatan,

jasa komunikasi, jasa transportasi, jasa keuangan, jasa pendidikan dan

sebagainya. Macam-macam jasa tersebut sedikit banyak dilakukan untuk

pemenuhan kebutuhan dalam kegitan sehari-hari. Salah satu bidang usaha

jasa yang dibutuhkan untuk kebutuhan sehari hari adalah jasa pencucian

pakaian (laundry). Jasa ini sangat dibutuhkan bagi orang yang tidak memiliki

waktu banyak atau pun malas untuk mencuci pakaiaannya sendiri.

Perusahaan jasa laundry ini sangat berkembang pesat, karena banyak sekali

tempat-tempat laundry yang ada disekeliling kita.

Banyaknya usaha jasa laundry disebabkan oleh semakin banyaknya

peminat dalam sektor jasa ini, selain itu biaya yang ditawarkan relatif

murah, pengelolaan yang tidak terlalu sulit dan dengan prosentase

keuntungan yang menjanjikan. Di surabaya saja sudah tidak terhitung berapa

jumlah perusahaan laundry yang ada. Masing-masing perusahaan

berlomba-lomba berusaha memberikan pelayanan yang terbaik bagi pengguna jasanya.

Setiap pelaku usaha jasa harus tetap memperhatikan kewajibannya

sebagai pelaku usaha dan juga hak-hak konsumen sebagai pengguna jasa.

Dalam kegiatan bisnis yang sehat terdapat keseimbangan perlindungan

hukum antara konsumen dengan produsen. Tidak hanya perlindungan yang

seimbang menyebabkan konsumen berada pada posisi yang lemah.

(14)

5

yang terbatas, produsen dapat menyalahgunakan posisinya yang

monopolistis tersebut.8

Di Indonesia juga mempunyai aturan dan perlindungan terhadap pelaku

usaha maupun konsumen, perlindungan tersebut diatur dalam

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Adanya

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 ini merupakan suatu pintu gerbang

yang oleh masyarakat diharapkan dapat menciptakan suatu kegiatan usaha

yang baik dan benar tidak hanya bagi pelaku usaha saja tapi juga untuk

kepentingan konsumen selaku pengguna, pemanfaat, maupun pemakai

barang ataupun jasa yang ditawarkan oleh pelaku usaha.

Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen maka hak-hak konsumen sudah dapat

diperjuangkan dengan dasar hukum yang telah disahkan tersebut. Secara

umumpun dikenal adanya empat hak konsumen yang sifatnya universal,

yaitu:

1. Hak untuk mendapatkan keamanan

2. Hak untuk mendapatkan informasi

3. Hak untuk memilih

4. Hak untuk didengar.9

Keempat hak tersebut kemudian dikembangkan dalam pasal 4

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 yang mengatur hak-hak konsumen antara lain:

(15)

6

1. Hak atas kenyamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang

2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang

dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan

barang dan/atau jasa

3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa

yang digunakan

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaiaan

sengketa Perlindungan Konsumen secara patut

6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen

7. Hak mendapatkan kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian apabila

barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau

tidak sebagaimana mestinya

8. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya.10

Bisa kita lihat peraturan diatas yang paling diperhatikan adalah masalah

kerugian yang dialami oleh konsumen yang dilakukan oleh pelaku usaha

yang dengan sengaja ataupun tidak telah melalaikan hak-hak konsumen.

Fakta dilapangan telah menunjukkan bahwa kerugian yang dialami oleh

konsumen laundry sekarang adalah pembulatan timbangan yang dilakukan

oleh perusahaan jasa laundry.

(16)

7

Dalam penentuan tarif pencucian pakaian (laundry) perusahaan melihat

dari segi berat timbangan pakaian yang akan di laundry. Dan pemberian tarif

tersebut merupakan upah yang diberikan pelanggan kepada pihak jasa

laundry sebagai imbalan atas pencucian pakaian. Maka pelanggan harus

memberikan upah yang pantas, hal ini agar sesuai dengan firman Allah

dalam surat al-Baqarah ayat 233 yang berbunyi:

                              

Artinya: Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha

melihat apa yang kamu kerjakan.11

Praktek timbangan menurut hukum Islam harus menyempurnakan antara

takaran dan timbangan seadil-adilnya, hal tersebut sesuai dengan firman

Allah dalam al-Qur’a>n surat al-An’a>m ayat 152 yang berbunyi:

                                                           

Artinya: dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.

(17)

8

Perusahaan jasa laundry khususnya di KAEY laundry menggunakan

berat timbangan kg (kilogram) dalam perhitungannya. Apabila barang

ditimbang dan beratnya mencapai 1,4 atau 1 kilogram (kg) lebih 4 ons maka

oleh pihak jasa laundry barang tersebut tarif laundrynya sudah termasuk

dalam 2 kilogram (kg). Dalam ilmu matematika 1,4 bila dibulatkan akan

tetap menjadi 1 kilogram (kg), kecuali bila 1,487 maka akan menjadi 1,5.

Pembulatan timbangan ini tidak pernah di beritahukan kepada konsumen,

jadi konsumen tidak pernah tau berapa berat sesungguhnya pakaian yang

akan di laundrynya.12

Pembulatan timbangan yang dilakukan oleh KAEY Laundry ini tidak

hanya pada pencucian pakaian saja tetapi juga pada pencucian badcover,

sprei, boneka, dll. Pembulatan timbangan yang dilakukan berlaku sama

untuk semua produk-produk yang ada di KAEY Laundry, karena perhitungan

timbangannya ditentukan diawal bukan berdasarkan hasil akhirnya.

Dalam penentuan pembulatan timbangan sebenarnya sudah ada

ketentuan dari pihak pemilik¸ yakni jika berat timbangan 1 kilogram (kg) 5

ons atau 1,5 kilogram (kg) maka beratnya sudah mengikuti berat selanjutnya

yaitu 2 kilogram (kg).13 Tetapi yang dilakukan karyawan di KAEY Laundry

jika pelanggan sudah ramai sering kali tidak memperhatikan timbangan

secara seksama. Beratnya hanya 1 kilogram (kg) 3 ons atau 1,3 kilogram (kg)

(18)

9

sudah dihitung untuk masuk ke berat selanjutnya. Dan harganya juga sudah

mengikuti tarif yang 2 kilogram (kg).

Dalam penentuan tarif laundry di KAEY Laundry bermacam-macam

tarifnya sesuai dengan produk yang ada di KAEY Laundry dan sesuai dengan

apa yang pelanggan laundry. Dalam setiap produknya tarif yang dipasang

berbeda-beda dalam setiap kilogramnya tetapi pembulatan timbangan yang

dilakukan sama.

Jika diberlakukan pembulatan seperti yang terjadi diatas yaitu apabila 1

kilogram (kg) 4 ons atau 1,4 sudah dibulatkan menjadi 2 kilogram (kg) maka

tarif dalam laundry tersebut akan mengikuti tarif 2 kilogram (kg) yang

mulanya 1 kilonya Rp. 7000,- maka akan naik menjadi Rp. 8000,-.14

Kenaikan harga yang hanya 1000 rupiah ini disebabkan juga oleh permainan

harga yang terjadi di laundry, karena jika semakin banyak kilogramnya maka

harga atau tarifnya akan semakin sedikit kenaikannya dan semakin murah.

Kenaikan harga yang tidak adil inilah yang membuat penulis tertarik untuk

meneliti masalah ini.

Dengan kondisi yang ada seperti ini maka penulis ingin mengetahui

lebih mendalam dan tertarik untuk melakukkan penelitian tentang

bagaimana prespektif hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 ketika dihadapkan dengan pembulatan timbangan yang berdampak

terhadap berlipatnya tarif laundry yang dilakukan di KAEY Laundry.

(19)

10

Dari fenomena yang terjadi di lapangan tersebut maka penulis

menganalisis menggunakan analisis ija>rah dan Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1999. Karena kesadaran yang kurang maka masih banyak konsumen

yang belum mengerti akan hak-hak yang seharusnya mereka dapatkan

sehingga mereka hanya menjadi konsumen yang patuh.

Berangkat dari pemikiran tersebut penulis akan mengkaji masalah dalam

sebuah penelitian yang tertulis dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis

Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen terhadap Pembulatan Timbangan pada Jasa

Laundry di Kaey Laundry”.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Demi lebih memfokuskan kepada pokok penelitian dan memperdalam

lagi materi yang dikaji maka penulis merasa perlu untuk memberikan

identifikasi masalah dan batasan masalah kaitannya dengan Analisis Hukum

Islam dan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen Terhadap Pembulatan Timbangan Pada Jasa Laundry di Kaey

Laundry. Dari uraian latar belakang diatas maka masalah-masalah yang

dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Mekanisme penentuan tarif

2. Mekanisme pembulatan timbangan yang terjadi pada jasa laundry di Kaey

Laundry

(20)

11

4. Tinjauan hukum islam dan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen terhadap pembulatan timbangan pada jasa

laundry di Kaey Laundry.

Dari beberapa identifikasi masalah tersebut, perlu diperjelas batasan

atau ruang lingkup persoalan yang akan dikaji dalam penelitian ini agar

fokus dan terarah pembahasan dalam skripsi ini dibatasi pada persoalan

sebagai berikut:

1. Mekanisme pembulatan timbangan pada jasa laundry di KAEY Laundry

JL. Wonocolo Pabrik Kulit No. 15 Surabaya.

2. Analisis hukum Islam dan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang

perlindungan konsumen terhadap pembulatan timbangan pada jasa

laundry di KAEY Laundry.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana mekanisme pembulatan timbangan pada jasa laundry di

KAEY Laundry ?

2. Bagaimana analisis hukum Islam dan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen terhadap pembulatan timbangan pada

jasa laundry di KAEY Laundry ?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian

(21)

12

terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan

pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada.15

Tujuan dari kajian pustaka sebenarnya adalah untuk memudahkan

peneliti dalam mengembangkan dan membandingkan penelitian terahulu

yang sudah ada dengan penelitian yang akan dilakukan sekarang. Bahkan

kajian pustaka digunakan untuk sumber rujukan atas penelitian terdahulu

dengan tema yang hampir serupa sehingga menunjukkan perbedaannya dan

keaslian untuk penelitian selanjutnya. Setelah ditelusuri melalui kajian

pustaka, sebenarnya sudah ada beberapa skripsi yang memiliki tema yang

hampir sama diantaranya:

Skripsi yang ditulis oleh Silvi Khaulia Maharani dengan judul “Analisis

Hukum Islam Terhadap Pembulatan Timbangan Pada Jasa Pengiriman

Barang di PT.TIKI Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Jalan Karimun Jawa

Surabaya” pada tahun 2015. Dalam skripsinya tersebut disimpulkan bahwa

pembulatan timbangan yang dilakukan oleh pihak tiki bertentangan dengan

hukum Islam terutama dengan akad ijarah. Dalam pelaksanaan pembulatan

timbangan juga terdapat unsur riba. Dalam kegiatan ini pihak konsumen

merasa dirugikan karena berat yang harusnya hanya 1,4 kg tetapi ditarif

mengikuti kg berikutnya yakni dengan berat 2 kg.16

15 Surat Keputusan Dekan Fak. Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Ampel, Petunjuk Teknis

Penulisan Fakultas Syari’ah, 9, 8

16Silvi Khaulia Maharani, “Analisis Hukum Islam Terhadap Pembulatan Timbangan Pada Jasa

Pengiriman Barang di PT.TIKI Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Jalan Karimun Jawa Surabaya”

(22)

13

Disamping skripsi diatas ada juga yang membahas tentang pembulatan

harga, yakni saudara M. Alfian Yazdad dengan judul skripsi “Analisis

Hukum Islam Terhadap Pembulatan Harga Jual Dalam Transaksi Jual Beli

Bensin di SPBU Pertamina di Surabaya Selatan”. Dalam skripsinya tersebut

disimpulkan bahwa pembulatan harga jual BBM dalam hukum islam itu

diperbolehkan dengan alasan untuk menghilangkan kesulitan antara kedua

belah pihak yang bertransaksi dengan catatan asal terdapat unsur saling suka

rela antara kedua belah pihak dan pembulatan tersebut tidak melebihi batas

minimal uang pecahan receh yakni Rp. 50,00. Untuk konsumen yang tidak

setuju, transaksi terbilang tidak sah karena adanya unsur tidak saling suka.17

Selain itu juga ada skripsi dari Riski Dwi Puspita Ningrum yang berjudul

“Analisis Hukum Islam dan Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen Terhadap Usaha Jasa Laundry Di Kalijaten Taman

Sidoarjo”. Dalam skripsinya tersebut menyimpulkan bahwa praktik usaha

jasa laundry di Kalijaten Taman Sidoarjo kebanyakan kerugian yang dialami

konsumen akibat proses produksi yang dilakukan pelaku usaha jasa laundry.

Dan hal ini tidak sesuai dengan Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen dan hukum islam terkait pemberian ujroh yang

diberikan konsumen kepada pelaku usaha.18

17M. Alfian Yazdad, “Analisis Hukum Islam Terhadap Pembulatan Harga Jual Dalam Transaksi

Jual Beli Bensin di SPBU Pertamina di Surabaya Selatan” (Skripsi-- IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2011)

18Riski Dwi Puspita Ningrum, “Analisis Hukum Islam dan Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Terhadap Usaha Jasa Laundry di Kalijaten Taman Sidoarjo”

(23)

14

Setelah mengkaji penelitian-penelitian sebelumnya, bahwa terdapat

perbedaan dari penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan oleh

penulis kali ini. Perbedaan yang terjadi antara penelitian yang sebelumnya

dengan penelitian yang akan penulis bahas yaitu penelitian sebelumnya

membahas pembulatan timbangan yang dianalisis dengan hukum Islam saja,

maka kali ini penulis akan membahas pembulatan timbangan yang dianalisis

dengan hukum Islam dan Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen. Dalam pembulatan timbangan yang dilakukan di

KAEY Laundry juga terjadi permainan harga dalam penetapan tarif laundry

dan objek yang dikaji juga berbeda tempat.

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini mempunyai

tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan mekanisme pembulatan

timbangan pada jasa laundry di KAEY Laundry

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan analisis hukum islam dan

undang-undang no. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

terhadap pembulatan timbangan pada jasa laundry di KAEY Laundry.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Dengan adanya penelitian ini penulis berharap agar penelitian yang

(24)

15

konsumen, bagi pelaku usaha, bagi konsumen dan mempunyai nilai tambah

dan dapat bermanfaat bagi para pembaca dan terlebih bagi penulis. Maka

dari itu, secara lebih terinci kegunaan penelitian dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu:

1. Secara teoritis, karya tulis ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam

rangka menyelesaikan kasus-kasus yang serupa dan juga digunakan

untuk pengembangan ilmu hukum, khususnya yang berkaitan dengan

hukum Islam dan hukum Perlindungan Konsumen.

2. Secara praktis, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat meningkatkan

kesadaran konsumen pengguna jasa laundry akan hak dan kewajibannya

sebagai konsumen dalam rangka penegakan perlindungan konsumen.

Bagi pelaku usaha diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan hak

dan kewajibannya sebagai pelaku usaha untuk melakukan kegiatannya

sesuai dengan Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen dan

hukum Islam dalam hal pembulatan timbangan yang dilakukan dalam

kegiatan usahanya agar tidak merugikan pihak lain. Sedangkan bagi

penulis sendiri dapat digunakan sebagai rujukan atau perbandingan bagi

peneliti selanjutnya yang tertarik untuk membahas masalah pembulatan

timbangan yang dikaji dengan hukum Islam dan perlindungan hukum

terhadap konsumen sesuai Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

(25)

16

G. Definisi Operasional

Penelitian ini berjudul “Analisis Hukum Islam dan Undang-Undang

No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Terhadap Pembulatan

Timbangan pada Jasa Laundry di KAEY Laundry”. Agar pembaca bisa

memahami penelitian ini, maka ada beberapa istilah yang perlu mendapatkan

penjelasan dari judul tersebut adalah:

1. Hukum Islam adalah suatu aturan yang ditetapakan sesuai dengan

pemikiran para fuqaha dan berkaitan dengan amal perbuatan seorang

mukallaf, baik perintah itu mengandung sebuah tuntutan, larangan,

ataupun perbolehan terhadap suatu hal dan yang berdasarkan Al-Qur’an

dan as Sunnah tentang akad ija>rah.

2. Undang – Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

adalah aturan yang mengatur tentang perlindungan terhadap

kepentingan konsumen dan pelaku usaha agar tercipta perekonomian

yang sehat. Dalam pasal 4 huruf g menjelaskan mengenai hak konsumen

dan pasal 7 huruf b menjelaskan mengenai kewajiban pelaku usaha.

3. Pembulatan Timbangan adalah proses, membulatkan suatu berat

timbangan yang seharusnya 1 kg 4 ons tetapi dihitung menjadi 2 kg.

Dan tarif yang dihitung menjadi masuk tarif kg selanjutnya, yang

dianalisis dengan menggunakan prinsip ija>rah dan Undang-undang No. 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

4. Usaha Jasa Laundry adalah usaha yang memberikan pelayanan jasa

(26)

17

pemberian layanan yaitu usaha jasa laundry di KAEY Laundry yang

berada di JL. Wonocolo Pabrik Kulit No. 15 Surabaya.

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian tentang “Analisis Hukum Islam dan Undang-Undang

No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Terhadap

Pembulatan Timbangan pada Jasa Laundry di KAEY Laundry”

merupakan penelitian yang bersifat penelitian lapangan (field research)

yakni jenis penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan di

lapangan. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah penelitian

kualitatif, karena kualitatif memuat tentang prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang diamati.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan bagian yang penting dalam sebuah

penelitian. Objek dipilih oleh peneliti dan dianggap memiliki

kredibilitas untuk memberikan informasi dan data kepada peneliti yang

sesuai dengan permaslahan yang diangkat dalam permasalahan ini.

(27)

18

3. Data yang dikumpulkan

Data adalah bahan keterangan tentang sesuatu obyek uraian-uraian,

bahkan dapat berupa cerita pendek.19 Data yang dapat dikumpulkan oleh

peneliti dalam penelitian ini, diantaranya adalah:

a. Data Primer

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

2. Akad Ija>rah

3. Sistematika pembulatan timbangan di KAEY Laundry

4. Data berlipatnya tarif di KAEY Laundry

b. Data Sekunder

1. Usaha jasa KAEY Laundry

2. Poduk-produk KAEY Laundry

3. Profil usaha jasa KAEY Laundry

4. Sejarah usaha jasa KAEY Laundry

4. Sumber Data

Penelitian ini pada dasarnya merupakan penelitian yang bersumber

lapangan yang mana langsung meneliti ditempat kejadian melalui proses

yaitu wawancara. Sumber data tersebut berupa:

(28)

19

a. Sumber primer

Sumber primer yaitu sumber asli yang memberi informasi

langsung dalam penelitiaan. Penulis dalam penelitian inni

menggunakan antara lain:

1. Pemilik dari jasa laundry

2. Karyawan dari jasa laundry

3. Konsumen dari jasa laundry

b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder adalah sumber yang bersifat membantu

melengkapi dan memperkuat serta memberi penjelasan mengenai

sumber data primer. Antara lain:

1. Daftar harga di KAEY Laundry

2. Daftar produk-produk yang ada di KAEY Laundry

3. Pembukuan yang ada di KAEY Laundry

4. Daftar wawaancara pelaku usaha dan konsumen di KAEY

Laundry

5. Nota untuk konsumen KAEY Laundry

5. Teknik Pengumpulan Data

Secara lebih rinci teknik pengumpulan data yang akan dilakukan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi, yakni pengamatan dan pengumpulan data yang

(29)

20

mengamati dan memantau serta mengikuti kegiatan-kegiatan,

yang dilakukan para pelaku jasa laundry di Kaey Laundry.

Mencantumkan foto saat terjadinya transaksi pembulatan

timbangan di KAEY Laundry.

b. Wawancara

Wawancara atau interview yaitu pengumpulan data dengan

cara mengadakan wawancara kepada responden yang didasarkan

atas tujuan penelitian yang ada. Di samping memerlukan waktu

yang cukup lama untuk mengumpulkan data, peneliti harus

memikirkan tentang pelaksanaannya.20 Dalam penelitian ini,

wawancara dilakukan langsung baik secara struktural maupun

bebas dengan pihak responden yang terdiri atas pemilik laundry,

karyawan laundry dan juga pendapat konsumen laundry.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang tidak

langsung ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui

dokumen.21 Penggalian data ini dengan cara mengumpulkan,

meneliti serta mengamati data ataupun dokumen-dokumen yang

ada di Kaey Laundry.

6. Teknik Pengolahan Data

20 Suharsimi Aritmoko, prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998), 117

(30)

21

Selanjutnya data yang diperoleh secara langsung dari pihak yang

bersangkutan (studi lapangan) dan bahan pustaka yang akan diolah

dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Editing, yaitu sebelum data diolah (mentah), data tersebut perlu

diedit lebih dahulu dengan perkataan lain, data atau keterangan

yang telah dikumpulkan dalam record book, daftar pertanyaan

ataupun interview quide perlu dibaca sekali lagi, jika disana sini

masih terdapat hal-hal yang salah atau masih meragukan. Kerja

memperbaiki kualitas data serta menghilangkan

keraguan-keraguan data dinamakan mengedit data.22

b. Organizing, yaitu pengaturan dan penyusunan data yang diperoleh

sedemikian rupa sehingga menghasilkan bahan untuk menyusun

laporan skripsi dengan baik.23

c. Penemuan hasil, pada tahap ini penulis menganalisis data-daata

yang telah diperoleh dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan

mengenai kebenaran fakta yang ditemukan, yang akhirnya

merupakan sebuah jawaban daari rumusan masalah.24

7. Teknik Analisis Data

Untuk mempermudah penulisan penelitian ini maka penulis

menggunakan teknik sebagai berikut:

22 Muhammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), 406.

(31)

22

Metode deskriptif analisis, yaitu memaparkan data-data dan

informasi tentang praktek pelaksanaan pembulatan timbangan yang

menyebabkan tarif berlipat, kemudian dianalisis berdasarkan hukum

Islam dan Undang-Undang No.8 tahun 1999 tentang perlindungan

konsumen.

Pola pikir yang digunakan adalah deduktif, yaitu metode berpikir

yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk

seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan skripsi ini,

maka sistematika pembahasan dalam penelitian ini dikelempokkan menjadi

lima bab, yang terdiri dari sub bab-sub bab yang masing-masing mempunyai

hubungan dengan yang lain dan merupakan rangkaian yang berkaitan.

Adapun sistematikanya sebagai berikut:

Bab pertama adalah pendahuluan, yang memuat tentang latar belakang

masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka,

tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode

penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua adalah landasan teori, yang berisikan tentang teori ujrah dan

Undang-Undang No.8 tahun 1999. Dalam hal ini memuat pengertian, dasar

hukum, rukun dan syarat, pemikiran fuqaha tentang ujrah. Serta latar

(32)

23

Perlindungan Konsumen, tujuan ditetapkannya Undang-Undang No.8 Tahun

1999 Tentang Perlindungan Konsumen, pengertian konsumen, hak dan

kewajiban konsumen, pengertian pelaku usaha, hak dan kewajiban pelaku

usaha, dan definisi laundry.

Bab tiga ini merupakan hasil penelitian yang berisi tentang gambaran

umum Kaey Laundy, sejarah Kaey Laundry. Pelaksanaan usaha jasa laundry,

di Kaey Laundry, produk-produk yang ada di KAEY Laundry, gambaran

pelaku usaha jasa laundry di Kaey Laundry, dan kegiatan usaha yang terkait

dengan pembulatan timbangan.

Bab empat ini menjelaskan analisis hukum Islam dan Undang-Undang

No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen terhadap pembulatan

timbangan yang terjadi di jasa laundry di Kaey Laundry.

Bab lima ini merupakan bab terakhir atau penutup dari keseluruhan isi

(33)

24

BAB II

TEORI IJA>RAH DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999

TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

A.Pengertian Ija>rah

Al-Ija>rah berasal dari kata “Al-Ajru” yang berarti al-‘iwad}u (ganti). Dari

sebab itu al-Thawa>b (pahala) dinamai Ajru (upah).1

Ija>rah menurut bahasa adalah jual beli manfaat, sedangkan secara syara’

adalah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian.2

Secara istilah syari’at menurut ulama fiqh antara lain disebutkan oleh Al

-Jazairi sewa (Ija>rah) dalam akad terrhadap manfaat untuk masa tertentu juga

dengan harga tertentu.3

Menurut MA. Tihami sebagaimana yang dikutip oleh Sohari Sahrani,

al-ija>rah (sewa-menyewa) ialah akad (perjanjian) yang berkenaan dengan

kemanfaatan (mengambil manfaat sesuatu) tertentu, sehingga sesuatu itu legal

untuk diambil manfaatnya, dengan memberikan pembayaran (sewa) tertentu.4

Al-Ija>rah merupakan salah satu bentuk kegiatan muamalah dalam

memenuhi keperluan hidup manusia, seperti sewa menyewa, kontrak, atau

menjual jasa perhotelan dan lain-lain.5

1 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 13 dan Terjemahan (Bandung: PT. Al-Maarif, 1987), 7. 2 Ibid., 7.

3 Ismail Nawawi Uha, Fiqh Muamalah (Jakarta: Dwi Putra Pustaka Jaya, 2010), 312.

(34)

25

Pada garis besarnya ija>rah terdiri atas dua pengertian, yakni pertama,

Pemberian imbalan karena mengambil manfaat dari suatu ‘ain, seperti: rumah

dan pakaian, kedua: Pemberian imbalan akibat suatu pekerjaan yang dilakukan

oleh seseorang, seperti: seorang pelayan, pengertian pertama mengarah kepada

sewa-menyewa, sedangkan pengertian yang kedua lebih tertuju kepada

upah-mengupah.6

Arti ija>rah secara luas adalah akad yang berisi suatu penukaran manfaat

dengan jalan memberikan imbalan (upah) dalam jumlah tertentu yang sesuai

dengan hasil yang diperoleh. Hal ini sama artinya dengan menjual manfaat

barang apabila dilihat dari segi barangnya dan juga bisa diartikan menjual jasa

apabila dilihat dari segi orangnya.7

Manakala akad sewa menyewa telah berlangsung, penyewa sudah berhak

mengambil manfaat. Dan orang yang menyewakan berhak pula mengambil

upah, karena akad ini adalah mu’a>wadah (penggantian).8

Pengertian ija>rah secara terminologi menurut Amir Syarifuddin dalam

buku Abdul Rahaman Ghazaly ija>rah secara sederhana dapat diartikan dengan

akad atau transaksi manfaat atau jasa dengan imbalan tertentu. Bila yang

menjadi objek transaksi adalah manfaat atau jasa dari suatu benda disebut

ija>rah al-‘Ain, seperti sewa menyewa rumah untuk ditempati. Bila yang

menjadi objek transaksi adalah manfaat atau jasa dari tenaga seseorang

disebut Ija>rah ad-Dhimah atau upah mengupah, seperti upah mengetik skripsi.

(35)

26

Sekalipun objeknya berbeda keduanya dalam konteks fiqh disebut al-Ija>rah,

dalam hukum islam upah sering disebut dengan ujrah.9

Menurut ulama Hanafi dan Maliki kewajiban upah berdasarkan pada tiga

perkara yaitu:

1. Mensyaratkan upah untuk dipercepat dalam akad

2. Mempercepat tanpa adanya syarat

3. Membayar kemanfaatan sedikit demi sedikit jika 2 orang akad bersepakat

untuk mengakhirkan upah, hal itu dibolehkan.10

Dari definisi diatas bahwasannya ija>rah dengan objek transaksi dari tenaga

seseorang merupakan transaksi atas suatu sumber daya manusia yang lazim

disebut perburuan (upah kerja).11

Nurimansyah haribuan dalam buku Zainul Asikin mendefinisikan

bahwasannya upah adalah segala macam bentuk penghasilan (earming) yang

diterima buruh (tenaga kerja) baik berupa uang ataupun barang dalam jangka

waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi.12

Menurut Afzalurrahman Upah atau ujrah adalah harga yang dibayarkan

pekerjaan atas jasanya dalam produksi kekayaan, seperti faktor produksi

lainnya, tenaga kerja diberikan imbalan atas jasanya, dengan kata lain. Upah

merupakan harga dan tenaga yang dibayar atas jasanya dalam produksi.13

9 Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalah (Jakarta: Prenada Media Grup, 2010), 277. 10 Wahbah al-Zuhayli, al-Fiqh al-Islamiy wa Aqillatuhu (Damaskus: Darul Fikr, 1989), 3811. 11 Ibid., 3811.

(36)

27

Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam

bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha/pemberi kerja kepada

pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja,

kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan termasuk tunjangan bagi

pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan atau akan dilakukan.

(Undang-Undang Tenaga Kerja No.13 Tahun 2000, bab 1, pasal 1, ayat 30).

Definisi ija>rah menurut para fuqaha berbeda-beda pendapatnya

diantaranya:

1. Menurut Hanafiyah dalam Abdul Al-Rahman Al-Jaziri bahwa ija>rah

adalah:

ٌ دْقع

ٌ

ٌدْي ي

ٌ

ٌكْي ْ ت

ٌ

ٌ ةع ْنم

ٌ

ٌ ةم ْعم

ٌ

ٌ د ْ صْقم

ٌ

ٌنم

ٌ

ٌنْيعْلا

ٌ

أتْس ْلا

ٌ

ٌ ج

ٌ

ٌعب

ٌ ٍ ْ

“Akad untuk membolehkan pemilikan manfaat yang diketahui dan

disengaja dari suatu zat yang disewa dengan imbalan”.14

2. Menurut Malikiyah dalam Abdul Al-Rahman Al-Jaziri bahwa ija>rah

adalah:

ٌةي ْست

ٌ

ٌدقاعّتلا

ٌ

ى ع

ٌ

ٌةع ْنم

ٌ

ٌ ىمدآا

ٌ

ٌٌ

ٌضْعب

ٌ

ا ْ قْن لا

“Nama bagi akad-akad untuk kemanfaatan yang bersifat manusiawi dan

untuk sebagian yang dapat dipindahkan”.15

3. Menurut Syaikh Syihab Al-Din dan Syaikh Umairah dalam buku Hendi

Suhendi bahwa yang dimaksud ija>rah adalah:

ٌ دْقع

ٌ

ى ع

ٌ

ٌ ةع ْنم

ٌ

ٌ ةم ْ ْعم

ٌ

ٌ د ْ صْقم

ٌ

ٌ ة باق

ٌ

ٌ ْ ْ ل

ٌ

ٌةحابإْا

ٌ

ٌ ٍ عب

ٌ

ٌْض

اًع

(37)

28

“Akad atas manfaat yang diketaahui dan disengaja untuk memberi dan

membolehkan dengan imbalan yang diketahui ketika itu”.16

4. Menurut Muhammad Al-Syarbini al-Khatib bahwa yang dimaksud

dengan ija>rah adalah:

ٌكْي ْ ت

ٌ

ٌ ةع ْنم

ٌ

ٌ ٍ عب

ٌ

ٌ ط ْ شب

“Pemilikan manfaat dengan adanya imbalan dan syarat-syarat”.17

5. Menurut Sayyid Sabiq bahwa ija>rah merupakan suatu jenis akad untuk

mengambil manfaat dengan jalan penggantian”.18

6. Menurut Hasbi Ash-Shiddiqie bahwa ija>rah adalah:

ٌ دْقع

ٌ

ٌةع ْ ض ْ م

ٌ

ٌةلدا لْا

ٌ

ى ع

ٌ

ٌءْيّشلاةع ْنم

ٌ

ٌّد ب

ٌ

ٌ د ْ دْحم

ٌأ

ٌ

ا ْي ْ ت

ٌ

ٌعب

ٌ ٍ

ٌ

ٌي ف

ٌ

ٌغْيب

ٌ

ٌفان لْا

“Akad yang objeknya adalah penukaran manfaat untuk masa tertentu,

yaitu pemilikan manfaat dengan imbalan, sama dengan menjual

manfaat”.19

7. Menurut Idris Ahmad dalam buku Hendi Suhendi bahwa upah artinya

mengambil manfaat tenaga orang lain dengan jalan memberi ganti

menurut syarat-syarat tertentu.20

B.Dasar Hukum

Adapun yang dijadikan dasar hukum oleh para ulama atas kebolehan

ija>rah, antara lain:

16 Hendi Suhendi, Fiqih muamalah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), 114. 17 Ibid., 115.

18 Sayyid Sabiq, fikih Sunnah 13 dan Terjemahan, 7. 19 Hendi Suhendi, Fiqih muamalah, 115.

(38)

29

1. Al-Qur’an

Banyak ayat al-Qur’an dan h}adi>s yang dijadikan argumen oleh para

ulama’ untuk kebolehan ija>rah adapun landasan al-Qur’an diantaranya

sebagai berikut:   ٌ   ٌ   ٌ   ٌ   ٌ  ٌ … ٌ

Artiya: “… Jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu, maka

berikanlah kepada mereka upahnya…”21 (QS. At-Thala>q: 6)

  ٌ  ٌ   ٌ   ٌ  ٌ   ٌ  ٌ   ٌ  ٌ   ٌ   ٌ  ٌٌٌ   ٌ   ٌ   ٌ   ٌ   ٌ  ٌ   ٌ   ٌ   ٌ  ٌ  ٌ   ٌ   ٌ  ٌ   ٌ  ٌ  ٌ   ٌ   ٌ  ٌ  ٌ   ٌ   ٌ   ٌ  ٌ  ٌ   ٌ  ٌ   ٌ  ٌ   ٌ   ٌ  ٌٌٌ ٌ ٌ

Artinya: Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku

ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya". Berkatalah Dia (Syu'aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun Maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, Maka aku tidak hendak memberati kamu. dan kamu insya Allah akan mendapatiku Termasuk orang- orang yang baik".22 (QS. Al-Qashash: 26-27).

 ٌ   ٌ   ٌ   ٌ   ٌ   ٌ  ٌ   ٌ  ٌ  ٌ   ٌ   ٌ  ٌ  ٌ   ٌ  ٌ   ٌ   ٌ   ٌ  ٌ   ٌ   ٌ   ٌ   ٌ  ٌ  ٌ   ٌ   ٌ   ٌ  ٌ   ٌ   ٌ  ٌ  ٌ  ٌ  ٌ   ٌ   ٌ   ٌ  ٌ   ٌ  ٌ   ٌ  ٌ   ٌ  ٌ   ٌ

(39)

30   ٌ  ٌ  ٌ  ٌ   ٌ   ٌ  ٌ  ٌ   ٌ   ٌ  ٌ   ٌ  ٌ  ٌ  ٌ  ٌ   ٌ  ٌ  ٌ  ٌ  ٌ   ٌ  ٌ  ٌ   ٌ   ٌ  ٌٌٌ ٌ

Artinya: “… dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu

kerjakan”.23 (QS. Al-Baqarah: 233).

2. As-Sunnah

 Hadis riwayat Ibnu Majah dari Ibnu Umar, bahwa Nabi bersabda:

ُبَْو اَنَ ثهدَح يَِْشَمِ دَا ِديََِوَْا ُنْب ُساهََِْْا اَنَ ثهدَح

يَِْس ُنْب

َع اَنَ ثهدَح يِمَلهسَا َةهيِطَع ِنْب ِد

ُدِْ

َق َرَمُع ِنْب ِهَا ِدَِْع ْنَع ِهيِبَأ ْنَع َمَلْسَأ ِنْب ِدْيَز ُنْب ِنَْْهرَا

َلا

َ ق َُُرَُْأ َرَُِْْا اوُطْعَأ َمهلَسَو ِهْيَلَع ُهَا ىهلَص ِهَا ُلوُسَر َلاَق

َع هفََِ َُْأ َلِْ

ُهُقَر

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Al Abbas bin Al Walid Ad Dimasyqi berkata, telah menceritakan kepada kami Wahb bin Sa'id bin Athiah As Salami berkata, telah menceritakan kepada kami 'Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dari Bapaknya dari Abdullah bin Umar ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Berikanlah upah kepada pekerja sebelum

kering keringatnya.24

 Hadis riwayat Abdul Razaq dari Abu Hurairah, bahwa Nabi bersabda:

ِ نم

ِ

ِ جْأتْسا

ِ

اً ْي جأ

ِ

ِهْ ْعيْ ف

ِ

ِ ْجأ

Artinya: Barang siapa yang meminta menjadi buruh (pekerja), maka

beritahukanlah upahnya.25

23 Ibid., 47.

24 Ibnu Majjah, Kitab Ibnu Majjah, Hadist No. 2434, Lidwah Pustaka i-Software-Kitab Sembilan Imam.

(40)

31

 Hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi

bersabda:

ِهَنا

ِ

َ ص

ِ

ِل

ِ

ِ هْي ع

ِ

ِمَ سو

ِ

ِمجتْح ا

ِ

طْعاو

ِ

ِاَجحْلا

ِ

ِ ْجا

ِ

ِ.

او

ِ

يسلا

ا

Artinya: Berbekamlah kalian dan berikanlah upah bekamnya kepada

tukang bekam tersebut.26

 Hadis riwayat Bukhari, bahwa Nabi bersabda:

ا ثَدح

ِ

ِدَ حم

ِ

ِنْب

ِ

ِ ءَعْلا

ِ

ِثَدح

اِ

وبأ

ِ

ِةماسأ

ِ

ِْنع

ِ

ِ دْي ب

ِ

ِ نْب

ِ

ِ دْ ع

ِ

ِ َّا

ِ

ِْنع

ِِأ

ي ب

ِ

ِ ْ ب

ِ

ِْنع

ِ

ي بأ

ِ

سوم

ِ

ِي ض

ِ

َِّا

ِ

ِهْ ع

ِ

ِْنع

ِ

ِ ي َ لا

ِ

َ ص

ِ

َِّا

ِ

ِ هْي ع

ِ

ِسو

ِمَِ

ِلاق

ِ

ِ ا ْلا

ِ

ِني م ْْا

ِ

َلا

ِ

ِق فْ ي

ِ

ا َب و

ِ

ِلاق

ِ

َلا

ِ

ي طْعي

ِ

ام

ِ

ِ مأ

ِ

ِ ه ب

ِ

ًَِ ماك

ِ

اً َفوم

ِ

اً يط

ِ

ِهسْفن

ِ

ل إ

ِ

َلا

ِ

ِ مأ

ِ

ِ ه ب

ِ

ِدحأ

ِ

ِ نْيق دصت ْلا

Artinya: Dari Abu Musa Asy’ari dari Nabi SAW, beliau bersabda’, kasir

(juru uang) yang jujur, yang melakukan pekerjaannya dengan

senang hati, termasuk salah seorang yang bersedekah.27

C.Rukun Ija>rah

Menurut Hanafiyah rukun al-ija>rah hanya satu yaitu ijab dan qabul dari

dua belah pihak yang bertransaksi. Adapun menurut jumhur ulama rukun

ija>rah ada empat (4)28, yaitu:

1. Mu’jir dan Musta’jir, yaitu orang melakukan akad sewa-menyewa dan

upah mengupah. Adapun mu’jir adalah orang yang menerima upah dan

yang menyewakan, adapun musta’jir adalah orang yang menerima upah

untuk melakukan sesuatu dan yang menyewa sesuatu.29 Dalam bahasa

26 Imam Bukhari, Matan Bukhari Juz II Bab Ijarah (Beirut: Maktabah wa Mathba’ah), 36. 27 Bukhari, Kitab Bukhari, Hadist No. 2151, Lidwah Pustaka i-Software-Kitab Sembilan Imam. 28 Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalah (Jakarta: Prenada Media Grup, 2010), 278.

(41)

32

indonesia mu’jir adalah orang yang memberikan jasa (pelaku usaha)

sedangkan muata’jir adalah penikmat jasa (konsumen).

2. As-si>gha (ija>b dan qabu>l) antara mu’jir dan musta’jir, ijab qabul sewa

menyewa dan upah-mengupah.30

3. Ujrah (upah) disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua belah pihak,

baik dalam sewa-menyewa maupun dalam upah mengupah.31

4. Ma’qu>d bih dalam bahasa Indonesia disebut dengan Barang yang

disewakan atau sesuatu yang dikerjakan dalam upah-mengupah.32

D.Syarat Ija>rah

Syarat ija>rah terdiri dari empat macam, sebagaimana syarat dalam

jual-beli, yaitu syarat al-inqad (terjadinya akad), syarat an-nafadz (syarat

pelaksanaan akad), syarat sah, syarat lazim.

1. Syarat Terjadinya Akad

Untuk kedua belah pihak yang melakukan akad disyaratkan

berkemampuan, yaitu kedua-duanya berakal dan dapat membedakan. Jika

salah seorang yang berakad itu gila atau anak kecil yang belum dapat

membedakan, maka akad menjadi tidak sah.33

Menurut ulama Mazhab Syafi’i dan Hanbali, disyaratkan telah balig

dan berakal. Oleh sebab itu apabila orang yang belum atau tidak berakal,

30 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), 113. 31 Ibid., 118.

(42)

33

seperti anak kecil dan orang gila, menyewakan harta mereka atau diri

mereka (sebagai buruh), maka ijarahnya tidak sah.34

Menurut ulama Hanafi, ‘a>qid (orang yaang melakukan akad)

disyaratkan harus berakal dan mumayyiz (minimal 7 tahun), serta tidak

disyaratkan harus balig. Ulama Maliki berpendapat bahwa tamyiz adalah

syarat ija>rah dan jual-beli, sedangkan balig adalah syarat penyerahan.35

2. Syarat Pelaksanaan (an-nafadh)

Agar ija>rah terlaksana, barang harus dimiliki oleh ‘aqid atau ia

memiliki kekuasaan penuh untuk akad (ahliah). Dengan demikian ija>rah

al-fud}ul (ijarah yang dilakukan oleh orang yang tidak memiliki kekuasaan

atau tidak diizinkan oleh pemiliknya) tidak dapat menjadikan adanya

ija>rah.36

3. Syarat Sah Ija>rah

Keabsahan ija>rah sangat berkaitan dengan ‘a>qid (orang yang akad), dan

ma’qud alaih (barang yang menjadi objek akad), ujrah (upah), dan zat akad

(nafs al-‘aqad), yaitu:

a. Adanya keridaaan dari kedua belah pihak yang akad

Kedua belah pihak yang berakad menyatakan kerelaannya untuk

melakukan akad al-ija>rah. Apabila salah seorang diantaranya terpaksa

34 Abdul Azizs Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam jilid 2 (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), 661

(43)

34

melakukan akad itu, maka akadnya tidak sah. Syarat ini didasarkan

kepada firman Allah dalam surat an-Nisa>’ (4) ayat 29 yang berbunyi37:



ٌ



ٌ



ٌ

ٌ



ٌ







ٌ





ٌ





ٌ



ٌ

ٌ



ٌ



ٌ

ٌ



ٌ



ٌ

ٌ

ٌ





ٌ



ٌ

ٌ



ٌ

ٌ

ٌ



ٌ



ٌ



ٌ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

Ulama Hanafi berpendapat bahwa adanya uzur juga bisa

membatalkan ija>rah sebab manfaat akan hilang apabila adanya uzur.

Uzur yang dimaksud disini adalah sesuatu yang baru yang

menyebabkan kemudaratan bagi yang berakad.

Menurut ulama Syafi’i jika tidak ada uzur, tetapi masih

memungkinkan untuk diganti dengan barang yang lain, ijarah tidak

batal, tetapi diganti dengan yang lain. Ija>rah dapat dikatakan batal jika

kemanfaatannya betul-betul hilang, seperti hancurnya rumah yang

disewakan.38 Uzur ada tiga macam, yaitu:

1. Uzur dari pihak penyewa, seperti berpindah-pindah dalam

mempekerjakan sesuatu sehingga tidak menghasilkan sesuatu atau

pekerjaan menjadi sia-sia.

(44)

35

2. Uzur dari pihak yang disewa, seperti barang yang disewakan harus

dijual untuk menbayar utang dan tidak ada jalan lain, kecuali

menjualnya.

3. Uzur pada barang yang disewa, seperti menyewa kamar mandi,

tetapi menyebabkan penduduk dan semua penyewa harus pindah.39

b. Ma’qu>d ‘Alaih bermanfaat dengan jelas

Adanya kejelasan pada barang menghilangkan pertentangan

diantara ‘aqid. Cara untuk mengetahui keadaan barang adalah dengan

menjelaskan manfaatnya, pembatasan waktu, atau menjelaskan jenis

pekerjaan jika ija>rah atas pekerjaan atau jasa seseorang.

1) Penjelasan Manfaat

Manfaat yang menjadi objek ija>rah harus di ketahui secara

sempurna sehingga tidak muncul perselisihan dikemudian hari.

Apabila manfaat yang akan menjadi objek ija>rah tersebut tidak

jelas, maka akadnya tidak sah. Kejelasan manfaat itu dapat

dilakukan dengan menjelaskan jenis manfaatnya, dan penjelasan

berapa lama manfaat ditangan penyewa.40

2) Penjelasan Waktu

Jumhur ulama tidak memberikan batasan waktu maksimal

ataupun minimal. Jadi, dibolehkan selamanya dengan syarat

39 Ibid., 130.

(45)

36

asalnya masih tetap ada sebab tidak ada dalil yang mengharuskan

untuk membatasinya.41

Ulama Hanafi dan Syafi’i memiliki pendapat yang berbeda

diantara keduanya. Ulama Hanafi tidak mensyaratkan untuk

penetapan awal waktu akad, sedangkan menurut ulama Syafi’i

mensyaratkannya sebab bila tak dibatasi hal itu dapat

menyebabkan ketidaktahuan waktu yang wajib dipenuhi.42

3) Penjelasan Jenis Pekerjaan

Penjelasan tentang jenis pekerjaan sangat penting dan

diperlukan ketika menyewa orang untuk bekerja sehingga tidak

terjadi kesalahan atau pertentangan.43

c. Kemanfaatan benda dibolehkan menurut syara’

Pemanfaatan barang harus digunakan untuk perkara-perkara yang

dibolehkan syara’, seperti menyewakan rumah untuk ditempati atau

menyewakan jaring untuk memburu, dll.44

4. Syarat Barang Sewaan (Ma’qu>d Alaih)

a. Objek ija>rah juga termasuk syarat yang perlu diperhatikan dalam akad

ija>rah. Objek yang digunakan bisa diserahkan dan dipergunakan secara

langsung dan tidak bercacat. Ulama fikih sepakat menyatakan bahwa

tidak boleh menyewakan sesuatu yang tidak bisa diserahkan dan

41Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah, 127. 42 Ibid., 127.

43 Ibid., 127

(46)

37

dimanfaatkan langsung oleh penyewa.45 Jika barang yang disewakan

cacat maka penyewa boleh memilih antara meneruskan dengan

membayar penuh atau pun membatalkannya.

b. Hendaklah barang yang menjadi obyek transaksi (akad) dapat

dimanfaatkan kegunaannya menurut kriteria, realita, dan syara’.46

Menurut pendapat Abu Hanifah dan sekelompok ulama berpendapat

bahwa menyewakan barang yang tidak dapat dibagi tanpa dalam

keadaan lengkap, hukumnya tidak boleh, sebab manfaat kegunaannya

tidak dapat ditentukan.47 Tidak hanya seperti yang disebutkan diatas,

objek ija>rah juga harus sesuatu yang dihalalkan oleh syara’. Menurut

ulama fikih jika barang yang disewakan digunakan untuk kegiatan

yang dilarang maka kegiatan tersebut termasuk maksiat.

c. Objek ija>rah itu merupakan sesuatu yang biasa disewakan, seperti

rumah, mobil, dan hewan tunggangan.48

5. Syarat Ujrah (upah)

a. Upah atau sewa dalam akad ija>rah harus jelas, tertentu dan sesuatu

yang bernilai harta.49

b. Beberapa ulama telah menetapkan syarat upah yaitu berupa haart tetap

yang dapat diketahui dan juga tidak boleh sejenis dengan barang

45 Abdul Azizs Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam jilid 2, 661 46 Sayyid Sabiq, fikih Sunnah 13 dan Terjemahan, 12. 47 Ibid., 12

(47)

38

manfaat dari ija>rah, seperti upah menyewa rumah untuk ditempati

dengan menempati rumah tersebut.50

c. Ulama Mazhab Hanafi berpendapat bahwa upah/sewa itu tidak sejenis

dengan manfaat yang disewa.51

E. Sifat Ija>rah

Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa ija>rah adalah akad yang lazim yang

didasarkan pada firman Allah Swt:

ف ا

ٌ

ا

ٌ

دقعلاب

yang artinya boleh

dibatalkan. Pembatalan tersebut dikaitkan pada asalnya, bukan didasarkan

pada pemenuhan akad.52 Pembatalan bisa terjadi karena sebelumnya keadaan

barang yang diakadkan sudah tidak memenuhi syarat-syarat ija>rah yang sudah

ditentukan.

Sebaliknya, jumhur ulama berpendapat bahwa ija>rah adalah akad lazim

yang tidak dapat dibatalkan, kecuali dengan adanya sesuatu yang merusak

pemenuhannya, seperti hilangnya manfaat. Jumhur ulama pun mendasarkan

pendapatnya pada ayat al-Qur’an di atas.53

Berdasarkan dua pandangan tersebut, menurut ulama Hanafiyah, ija>rah

bisa dikatakan batal jika salah seorang yang berakad meninggal dan tidak

dapat dialihkan kepada ahli waris. Sedangkan menurut jumhur ulama, ija>rah

tidak batal, tetapi berpindah kepada ahli warisnya.

50Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah, 129.

51 Abdul Azizs Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam jilid 2, 662. 52Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah, 130.

(48)

39

F. Hukum Ija>rah

Menurut Rahmat Syafe’i hukum ija>rah ada yang hukum ija>rah sahi>h dan

hukum ija>rah rusak. Hukum ija>rah yang sahi>h adalah tetapnya kemanfaatan

bagi penyewa, dan tetapnya upah bagi pekerja atau orang yang menyewakan

ma’qud ‘alaih, sebab ija>rah adalah jual beli pertukaran, hanya saja dengan

kemanfaatan. Ij>rah berbeda dengan jual beli, jika jual beli mendapatkan barang

maka di ija>rah mendapatkan manfaat. Dan jika di jual beli mendapatkan

keuntungan maka di ija>rah mendapatkan upah sebagai imbalan dalam

pekerjaannya.

Adapun hukum yang fasid (rusak) menurut ulama Hanafiyah, jika

penyewa telah mendapat manfaat tetapi orang yang menyewakan atau yang

bekerja dibayar lebih kecil dari kesepakatan pada waktu akad. Ini bila

kerusakan terjadi pada syarat. Akan tetapi, jika kerusakan disebabkan

penyewa tidak memberitahukan jenis pekerjaan perjanjiannya, upah harus

diberikan semestinya.54

Jafar dan ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa ija>rah yang fasid sama

dengan jual beli fasid, yakni harus dibayar sesuai dengan nilai atau ukuran

yang dicapai oleh barang sewaan.55

G.Jenis-jenis Ija>rah

Ija>rah ada dua jenis, yaitu ija>rah atas manfaat, dan ija>rah atas pekerjaan.56

(49)

40

1. Ija>rah atas manfaat

Yaitu ija>rah yang objek akadnya (ma’qud ‘alaih) adalah manfaat,

seperti rumah, warun

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian didapati nilai koefisien kompensasi yang positif dan menunjukkan jika kompensasi ditingkatkan atau dilakukan dengan tepat maka akan dapat meningkatkan

Faktor Peluangnya adalah: 1) Melalui pengembangan agroindustri serat sabut kelapa berkaret (sebutret) akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat petani (kelapa dan karet),

Dengan demikian, pemilihan subjek foto para fotografer sebagai pelaku bisnis studio foto dengan menyertakan alat ataupun benda yang paling berpengaruh

Jika didefinisikan sebagai arus lalu- lintas yang mengalir keluar meninggalkan link dalam satuan kendaraan/satuan waktu, sebagai arus lalu-lintas yang mengalir masuk link

merupakan Sistem operasi berbasis Debian yang dapat bebas dioptimalkan untuk perangkat keras Raspberry Pi , yang dirilis pada bulan Juli 2012.. Gambar 2.2 Diagram blok arsitektur

Berdasarkan dari hasil tabel tersebut, dapat dikatakan bahwa pemilik MAFASARI furniture memiliki jiwa kewirausahaan yang ada didalam teori Meredith, yang berarti

Kajian ini mencakup tentang teknik budidaya bunga gerbera dan bauran pemasaran yang meliputi empat aspek yaitu produk, harga, tempat dan promosi dalam pemasaran bunga gerbera

 Jumlah penumpang domestik yang berangkat dari Sumatera Utara melalui Bandara Internasional Kuala Namu selama bulan Maret 2015 mencapai 240.988 orang, atau naik sebesar 8,05