PENDAHULUAN
Melihat sebuah fenomena di mana orang rela antri berlama-lama hanya untuk
membeli sebuah layanan, menarik penulis untuk meneliti apa yang membuat para
konsumen mau mengorbankan waktu dan tenaga untuk mendapatkan apa yang
mereka inginkan. Kesadaran masyarakat akan kebutuhan dalam hal kecantikan
dan perawatan diri, khususnya dalam tata rambut dan tata rias membuat
masyarakat saat ini pergi ke salon untuk selalu menjaga penampilannya.
Perkembangan industri salon menimbulkan persaingan yang sangat ketat. Di
beberapa salon ternama, banyak didapati pelanggan yang rela antri lama untuk
membeli layanan salon tersebut. Salah satunya adalah Johnny Andrean Salon.
Johnny Andrean Salon adalah perusahaan franchise jasa perawatan, tata rambut dan tata rias yang berpusat di Jakarta. Dari bincang-bincang dengan bagian kasir
di Johnny Andrean Salon Paragon Mall Semarang, rata-rata per hari ada sebanyak
150 pelanggan yang membeli layanan Johnny Andrean Salon ini. Hal ini
memperlihatkan bahwa Johnny Andrean Salon dapat menjaga eksistensinya agar
konsumen tidak berpindah ke salon lainnya. Bagaimana Johnny Andrean Salon
membuat para pelanggan demikian terikatnya dengan salon itu, merupakan hal
yang menarik untuk diteliti. Brand Johnny Andrean Salon memang banyak dikenal. Menurut Fournier (1998) konsumen yang memiliki kesetiaan dan
komitmen demikian diasumsikan memiliki brand relationship yang kuat. Penulis ingin membuktikan apakah benar demikian dan apakah brand relationship itu
mempunyai anticidents customer service dan customer value, karena itulah yang penulis rasakan sebagai pelanggan.
Pasuraman et.al. (1998) menyatakan bahwa dalam menentukan kualitas
layanan sebagai hasil layanan pelanggan yang baik memiliki lima dimensi, yaitu
tangibles, realibility, responsiveness, assurance, dan emphaty. Kasmir (2002) mengatakan bahwa customer service adalah setiap kegiatan yang diperuntukkan atau ditujukan memberikan kepuasan kepada nasabah, melalui pelayanan yang
keinginan pelanggan inilah, kepuasan pelanggan tercipta. Customer service yang berhasil akan memberikan nilai untuk konsumen (Syamsiah, 2009).
Value atau nilai mencerminkan sejumlah manfaat, baik yang berwujud maupun yang tidak, dan biaya yang dipersepsikan oleh pelanggan (Kotler dan
Keller, 2009). Jika pembelian yang dilakukan mampu memenuhi kebutuhan dan
keinginan pelanggan atau mampu memberikan kepuasan, terjadi pembelian ulang
di masa depan (Paliliati, 2007). Pembelian berulang inilah yang disebut juga
loyalitas pelanggan. Pelanggan akan membeli terus menerus dalam jangka waktu
yang cukup lama karena pelanggan sudah memiliki kepercayaan terhadap merek
dan perusahaan tersebut. Tjiptono (2000) mengatakan bahwa loyalitas pelanggan
adalah komitmen pelanggan terhadap suatu merek, toko, atau pemasok
berdasarkan sifat yang sangat positif dalam pembelian jangka panjang.
Pemasar tidak lagi ingin hanya memuaskan pelanggan, tetapi mereka juga
mulai mencari hubungan dengan mereka. Bahkan, hubungan pelanggan dan
merek telah menjadi keharusan kompetitif dan paradigma dominan marketing
(Gronroos, 1997; Gummesson, 2002). Hubungan merek atau brand relationship
adalah interaksi yang diulang antara merek dan pelanggan, yang mencerminkan
karakteristik yang sama dengan hubungan antara satu orang dengan orang lain,
seperti cinta, koneksi, saling ketergantungan, keintiman, dan komitmen.
Pelanggan cenderung membentuk hubungan yang kuat dengan merek-merek yang
memiliki nilai-nilai dan asosisasi kepribadian yang kongruen dengan konsep diri
mereka (Sirgi, 1982). Brand relationship ini merupakan sebuah hubungan yang erat di antara pembeli dan merek perusahaan. Pelanggan tidak hanya sekali atau
dua kali melakukan pembelian, namun pelanggan melakukannya berulang-ulang
sehingga dapat dinamakan pelanggan setia, atau dalam pemasaran produk jasa
tertentu disebut juga sebagai member. Baik dari sisi perusahaan dan pelanggan,
keduanya sama-sama mendapatkan keuntungan dengan adanya brand relationship
ini. Laba berarti keuntungan bagi perusahaan yang berupa uang dan keuntungan
bagi pelanggan dalam mengkonsumsi produk atau jasa yang telah dibeli.
perusahaan sehingga pelanggan dapat mencapai kepuasan. Kedalaman hubungan
antara merek dan pelanggan akan menjadi dasar untuk sukses berkelanjutan dan
keunggulan kompetitif yang berkelanjutan meskipun terdapat gangguan di pasar
(Solayappan, 2010).
Dalam penelitian sebelumnya dengan objek yang berbeda oleh Mardikawati
(2013), didapati bahwa secara parsial nilai pelanggan dan kualitas pelayanan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Penelitian oleh
Syamsiah (2009) menyatakan bahwa kualitas layanan berpengaruh pada nilai
pelanggan. Ismail, Boye, dan Muth (2012) mengatakan bahwa esensi untuk
meningkatkan loyalitas dan hubungan merek-pelanggan adalah kepuasan dari
sebuah merek dan kepercayaan terhadap merek. Dari kedua penelitian tersebut
penulis menemukan research gap di mana customer service dan customer value diasumsikan berpengaruh terhadap brand relationship.
Persoalan Penelitian
Persoalan yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah Customer Service berpengaruh pada Customer Value?
2. Apakah Customer Service berpengaruh pada Brand Relationship?
3. Apakah Customer Value berpengaruh pada Brand Relationship?
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh Customer Service terhadap Customer Value.
2. Mengetahui pengaruh Customer Service terhadap Brand Relationship.
3. Mengetahui pengaruh Customer Value terhadap Brand Relationship.
1. Melengkapi pengetahuan mahasiswa untuk mengetahui pengaruh antara
customer service, customer value, dan brand relationship, serta diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa untuk melakukan penelitan lebih
lanjut.
2. Pihak-pihak lain seperti perusahaan terkait dan para praktisi yang ingin
mengetahui pengaruh hubungan antara customer service, customer value, dan brand relationship sehingga dapat menjadi masukan untuk mengaplikasikannya.
KERANGKA TEORITIS
Customer Service
Kasmir (2003) menyatakan bahwa customer service adalah setiap kegiatan yang diperuntukkan atau ditujukan memberikan kepuasan kepada nasabah, yaitu
melalui pelayanan yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan nasabah.
Menurut Kotler (2002) pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat
ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud
dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau
tidak dikaitkan pada satu produk fisik. Pelayanan merupakan perilaku produsen
dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan demi tercapainya
kepuasan pada pelanggan itu sendiri. Kotler (2002) juga mengatakan bahwa
perilaku tersebut dapat terjadi pada saat, sebelum, dan sesudah terjadinya
transaksi. Pelayanan yang berkualitas tinggi akan menghasilkan kepuasan yang
tinggi serta pembelian ulang yang lebih sering. Hal ini membuat customer service
menjadi bagian yang penting dalam pemasaran sebuah perusahaan.
Menurut Roesanto (2000) dalam Hardiyanti (2010) kualitas layanan mengacu
pada penilaian-penilaian pelanggan terhadap pemberi pelayanan atau keseluruhan
organisasi pelayanan. Sebagian besar masyarakat sekarang mulai menampakkan
produk yang bermutu tetapi mereka lebih senang menikmati kenyamanan.
Pelayanan pelanggan benar-benar harus berorientasi pada kepentingan pelanggan
dan sangat memperhatikan dimensi kualitasnya (Suratno dan Perunama, 2004).
Pelayanan yang berkualitas menimbulkan reaksi positif dari pelanggan karena
kualitas pelayanan yang diberikan demi memenuhi kepuasan pelanggan menjadi
pertimbangan pelanggan dalam pengambilan keputusan. Apabila layanan yang
diterima sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas layanan dipersepsikan
memuaskan. Jika layanan yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka
kualitas layanan dipersepsikan sangat memuaskan. Sebaliknya jika layanan yang
diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas layanan dianggap
buruk (Tjiptono, 2005). Kualitas pelayanan harus dimulai dari kebutuhan
pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan (Kotler, 1997). Menurut
Parasuraman (1998) adapun dimensi kualitas layanan pelanggan adalah sebagai
berikut:
a. Tangibles, atau bukti fisik yaitu kemampuan perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Yang dimaksud bahwa
penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan
keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dan pelayanan yang
diberikan.
b. Reliability, atau kehandalan yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya.
c. Responsiveness, atau ketanggapan yaitu suatu kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan, dengan
penyampaian informasi yang jelas.
d. Assurance, atau jaminan dan kepastian yaitu pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa
e. Empathy, yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya
memahami keinginan pelanggan.
Customer Value
Nilai pelanggan adalah preferensi pelanggan yang dirasakan untuk dan
evaluasi terhadap atribut produk, atribut pertunjukkan, dan konsekuensi yang
timbul dari penggunaan yang memfasilitasi mencapai tujuan pelanggan dan tujuan
dalam situasi penggunaan (Woodruff, 1997). Menurut Zeithaml dalam Tjiptono
(2005), nilai pelanggan dapat juga diartikan sebagai penilaian keseluruhan
pelanggan terhadap kegunaan sebuah produk berdasarkan persepsinya terhadap
apa yang diterima dan apa yang diberikan. Pasuraman, et.al (1998) mengatakan
bahwa pelanggan membentuk suatu harapan nilai dan bertindak berdasarkan hal
itu, dan mereka memperhitungkan atau mengevaluasi penawaran mana yang akan
memberikan nilai tertinggi. Kepuasan yang terpenuhi akan membuat pelanggan
membeli kembali. Kotler (2007) berpendapat bahwa nilai pelanggan merupakan
perbedaan antara nilai pelanggan total dengan biaya pelanggan total. Nilai yang
dipersepsikan pelanggan atau perceived value adalah selisih antara evaluasi calon
pelanggan atas semua manfaat serta biaya tawaran tertentu dan alternatif-alternatif
lain yang dipikirkan. Sedangkan nilai pelanggan total atau customer value adalah
nilai moneter yang dipikirkan dan sekumpulan manfaat ekonomis, fungsional dan
psikologis yang diharapkan oleh pelanggan atas tawaran pasar tertentu. Dari sudut
pandang pelanggan, kinerja produk atau layanan yang dirasakan sama atau lebih
besar dari yang diharapkan itulah yang dianggap bernilai dan dapat memberikan
kepuasan. Berikut adalah hirarki nilai pelanggan (Woodruff, 1997):
a. Atribut produk atau layanan (product atributes), yaitu pelanggan belajar berfikir mengenai produk atau layanan sebagai rangkaian dari atribut dan
b. Konsekuensi produk dan layanan (product consequences), yaitu konsekuensi yang diinginkan oleh pelanggan ketika membeli dan
menggunakan produk atau layanan.
c. Maksud dan tujuan pelanggan (customer’s goals and purposes), yaitu
maksud dan tujuan pelanggan yang dicapai melalui konsekuensi tertentu
dari penggunaan produk atau layanan.
Menurut Sweeney dan Soutar dalam Tjiptono (2005) dimensi persepsi nilai terdiri
empat aspek utama:
1. Emotional Value, yaitu utilitas yang berasal dari perasaan atau afektif atau emosi positif yang ditimbulkan dari mengkonsumsi produk.
2. Social Value, yaitu utilitas yang didapatkan dari kemampuan produk untuk meningkatkan konsep diri-sosial pelanggan.
3. Quality/Performance Value, yaitu utilitas yang diperoleh dari persepsi terhadap kualitas dan kinerja yang diharapkan atas produk.
4. Price/Value of Money, yakni utilitas yang didapatkan dari produk dikarenakan reduksi biaya jangka pendek dan biaya jangka panjang.
Brand Relationship
Menurut Fournier (1998), brand relationship adalah ikatan emosional yang dihasilkan dari interaksi antara konsumen dan/atau mereknya. Oleh karena itu,
hubungan merek harus dianggap sebagai hasil dari proses interaktif antara
konsumen dan merek yang dipersonifikasikan daripada pola sederhana pembelian
kembali berdasarkan kepuasan konsumen dengan produk atau layanan. Perspektif
hubungan telah menjadi semakin populer sebagai lensa teoritis untuk memahami
interaksi pelanggan dan merek (Aaker, Fournier, dan Brasel 2004; Escalas dan
Bettman 2005; Fournier 1998). Hubungan merek dapat dilihat sebagai ekspresi
identitas pelanggan (Escalas dan Bettman 2005; Reed 2004). Merek menciptakan
nilai bagi pelanggan. Dominasi merek selama abad terakhir jelas di semua pasar,
terutama di pasar pelanggan. Pelanggan bahkan beralih toko, atau menunda
inginkan di toko di mana mereka biasanya berbelanja (Verbeke, Farris dan Thurik
1998). Manfaat utama dari hubungan merek yang kuat adalah kemampuan mereka
untuk membantu menjaga sikap merek di saat ada informasi negatif (Ahluwalia,
Burnkrant, dan Unnava 2000). Hal ini dikarenakan adanya kepuasan pelanggan
terhadap produk atau jasa yang telah dikonsumsi sehingga menimbulkan
hubungan yang kuat di antara pelanggan dan layanan tersebut. Inilah yang
membuat pelanggan tetap setia dengan produk tersebut walaupun terdapat kritik
dan persepsi negatif. Dengan adanya brand relationship ini, diharapkan pelanggan
tetap memiliki hubungan yang kuat juga dengan perusahaan, sehingga perusahaan
tidak kehilangan pelanggannya. Koneksi konsep diri merupakan dimensi dari
hubungan pelanggan dengan merek yang mengindikasikan kontribusi merek
terhadap nilai-nilai, identitas, dan tujuan seseorang (Fournier 1998). Menurut
Fournier, ada enam aspek dalam Brand Relationship, yaitu:
1. Interdependence: sejauh mana merek merasuk ke dalam keseharian pelanggan, baik secara perilaku (dalam hal keseringan penggunaan, skopa penggunaan,
dan kekuatan interaksi). Interdependence ditandai dengan penggunaan rutin yang boleh dikatakan merupakan ritual dalam pembelian dan penggunaannya.
2. Self Concept Connection: sejauh mana merek memberikan identitas penting, perasaan harus, tema, sehingga dengan demikian mengekspresikan bagian yang
signifikan dari konsep diri, baik di masa lalu (acuan nostalgia dan kenangan
akan merek) maupun masa kini, pribadi maupun sosial. Menggunakan merek
menghasilkan perasaan nyaman, keterhubungan dengan merek, pengendalian,
dan rasa aman, dalam situasi ekstrim keterhubungan dengan diri berwujud
pengintegrasian konsep merek dan diri.
3. Commitment: dedikasi pada hubungan merek yang berkelanjutan, bahkan mengusahakan hubungan yang lebih baik, meskipun dalam keadaan yang
terduga maupun tidak terduga. Komitmen termasuk kesetiaan dan loyalitas,
seringkali dimanifestasikan melalui ikrar dan pernyataan tertulis, jadi
komitmen tidak didefinisikan hanya dalam hubungannya dengan biaya yang
sudah dikeluarkan atau investasi yang tidak bisa ditarik kembali yang biasanya
4. Love/passion: daya tarik dan pemujaan pada merek, terutama di tengah-tengah berbagai alternatif. Intensitas dari ikatan emosional yang menghubungkan
kedua belah pihak dapat bejenjang dari perasaan kehangatan, saling peduli dan
kedekatan di hati sampai pada gairah. Brand love termasuk keyakinan bahwa merek tersebut tidak tergantikan dan secara unik memenuhi syarat sebagai
mitra.
5. Intimacy: perasaan akrab yang mendalam dan juga pemahaman akan esensi merek sebagi mitra dalam relationship dan karakteristik dari brand relationship antara pelanggan dan merek. Perasaan intim ini sering nampak dalam budaya relationship yang kuat karena kenangan atau pengalaman yang signifikan dengan merek.
6. Partner Quality: kualitas kemitraan yang dipersepsi oleh pelanggan memiliki tiga komponen utama:
a. Orientasi empatik dari pihak yang satu kepada yang lain (kemampuan pihak
pertama untuk membuat pihak kedua merasa diinginkan, dipedulikan,
dihormati, diperhatikan, dan dianggap penting, serta merespon kebutuhan
pihak kedua).
b. Sifat dapat dipercaya, dapat diandalkan, dan dapat diramalkan responnya
yang dimiliki oleh merek.
c. Percaya dan mengimani keyakinan bahwa merek akan mengikuti aturan
relationship yang sudah terbentuk dan bertanggung jawab atas apa yang diberikannya.
Pengaruh Customer Service Terhadap Customer Value
Kualitas layanan mengacu pada penilaian-penilaian pelanggan terhadap
pemberi layanan (Roesanto, 2000). Pelayanan yang berkualitas akan
menimbulkan reaksi positif pada pelanggan, karena jika layanan yang diterima
melampaui harapan pelanggan, pelayanan tersebut dipersepsikan memuaskan.
Namun sebaliknya jika layanan yang diterima lebih rendah dari pada yang
diharapkan pelanggan, maka kualitas layanan tersebut dianggap buruk (Tjiptono,
produk berdasarkan persepsinya terhadap apa yang diterima dan apa yang
diberikan (Zeithaml dalam Tjiptono, 2005). Syamsiah (2009) meyatakan bahwa
kualitas layanan berpengaruh terhadap nilai pelanggan. Sehingga penilaian
pelanggan terhadap baik dan buruknya layanan tergantung pada layanan
pelanggan yang dibelinya. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan
hipotesis:
H1: Customer Service berpengaruh terhadap Customer Value
Pengaruh Antara Customer Service Terhadap Brand Relationship
Pelayanan merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan
dan keinginan pelanggan demi tercapainya kepuasan pelanggan itu sendiri
(Kasmir, 2003). Semakin baik layanan yang diberikan ke pelanggan, semakin
tinggi kepuasan pelanggan (Mardikawati, 2013). Ratih Hardiyanti (2010)
mengatakan bahwa customer service memiliki pengaruh positif terhadap terbentuknya kepuasan pelanggan. Menurut Roesanto dalam Hardiyanti (2010)
mengatakan layanan yang sesuai dengan harapan pelanggan akan dipersepsikan
memuaskan oleh pelanggan, sebaliknya layanan yang berada di bawah harapan
pelanggan akan dipersepsikan buruk. Kepuasan pelanggan ini juga menjadi esensi
dari terbentuknya hubungan antara merek dan pelanggan atau brand relationship
(Ismail, Boye, dan Muth, 2012). Dari uraian tersebut maka dapat dirumuskan
hipotesis:
H2: Customer Service berpengaruh terhadap Brand Relationship
Pengaruh Customer Value terhadap Brand Relationship
Customer value atau nilai pelanggan terbentuk di saat pelanggan menilai tentang layanan yang didapatkan. Dalam penelitian sebelumnya, customer value juga menjadi faktor dalam terbentuknya kepuasan pelanggan. Jika pelayananya
baik, maka akan membentuk nilai pelanggan yang baik dan pelanggan akan
merasa puas (Mardikawati, 2013). Kepuasan pelanggan yang dibentuk oleh nilai
pelanggan, mempengaruhi hubungan merek dan pelanggan atau yang disebut
bahwa customer value memiliki peran dalam terbentuknya brand relationship. Dari uraian tersebut maka dapat dirumsukan hipotesis:
H3: Customer Value berpengaruh terhadap Brand Relationship
Gambar 1. Kerangka Hipotesis Penelitian
Customer Service
(X1)
Customer Value
(X2)
Brand Relationship
(Y1) H1
H2
Tabel 1. Definisi Operasional
Konsep Narasumber Dimensi Definisi Indikator Empiris
Customer service
Parasuraman ( 1998)
Tangibles bukti fisik yaitu kemampuan
Responsiveness suatu kemauan untuk membantu dan
Emotional value utilitas yang berasal dari perasaan atau
(dalam
Social value utilitas yang didapatkan dari
Harga dan hasil yang sebanding
Brand Relationship
Fournier (1998)
Interdependence sejauh mana merek merasuk ke dalam konsep diri, baik di masa lalu (acuan nostalgia dan kenangan akan
merek) maupun masa kini, pribadi maupun sosial. Commitment dedikasi pada
hubungan merek
Love/passion daya tarik dan pemujaan pada Intimacy perasaan akrab yang
mendalam dan juga
diandalkan, dan dapat diramalkan responnya yang dimiliki oleh merek. Percaya dan
mengimani keyakinan bahwa merek akan mengikuti aturan relationship yang sudah terbentuk dan bertanggung jawab atas apa yang diberikannya.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data subjek (self report
data), yaitu jenis data penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman, dan karakteristik dari seseorang atau kelompok orang yang menjadi subjek penelitian
atau responden (Indriantoro dan Supomo, 1999), sedangkan berdasarkan
sumbernya, sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer, yaitu
data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli, tidak melalui perantara
(Indriantoro dan Supomo, 1999). Data primer ini diperoleh melalui kuesioner atau
daftar pertanyaan yang dibagikan dan diisi oleh responden yang disusun
berdasarkan variabel yang telah ditentukan dengan menyediakan jawaban
alternatif. Selain data primer, data sekunder dari perusahaan terkait juga
dibutuhkan untuk melengkapi informasi.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode purposive sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut paut dengan
karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Indriantoro dan Supomo,
merupakan pelanggan dari Johnny Andrean Salon Paragon Mall Semarang yang
telah melakukan pembelian layanan minimal sebanyak 2 (dua) kali. Penelitian
dilakukan di Johnny Andrean Salon yang bertempat di Paragon Mall Semarang
dikarenakan lokasinya yang berada di satu kota dengan tempat tinggal penulis.
Populasi dan Sample
Populasi dapat diartikan sebagai kesatuan atas dasar apa penelitian dilakukan
dan bagi siapa kesimpulan penelitian dilakukan. Populasi dalam penelitian ini
adalah pelanggan dari Johnny Andrean Salon yang berada di Paragon Mall
Semarang.
Sampel adalah adalah bagian dari jumlah dan karakteristik populasi tersebut
(Sugiono, 2000). Malhotra (1993) memberikan panduan ukuran sampel yang
diambil dapat ditentukan dengan cara mengalikan jumlah indikator dengan 5, atau
5 kali jumlah indikator. Pada penelitian ini terdapat 15 indikator, sehingga jumlah
sample penelitian yang diambil adalah sebanyak 75 responden, namun dibulatkan
menjadi 80 responden.
Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan maka penulis menggunakan metode
penelitian lapangan (Field Research), yaitu penelitian yang dilakukan untuk
mengumpulkan data primer dengan cara menyebar kuisioner kepada responden
yang merupakan pelanggan Johnny Andrean Salon, Paragon Mall Semarang.
Metode Analisis
Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
hubungan menggunakan metode SEM (Structural Equation Modelling) dengan program SmartPLS. SEM dapat dipergunakan untuk menyelesaikan model persamaan dengan variabel terikat lebih dari satu dan juga pengaruh timbal balik
Semarang. Pengujian efek secara tidak langsung adalah dengan menggunakan
Sobel Testdan hasilnya dibandingkan dengan hasil efek langsung yang didapatkan dari output PLS. Perhitungan dalam kuisioner menggunakan skala Likert yaitu
dengan skor tertinggi di tiap pertanyaan adalah 5 dan skor terendah adalah 1.
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Setelah melakukan penelitian dengan menyebar kuesioner kepada pelanggan
Johnny Andrean Salon Semarang yang berlangsung selama empat hari, berikut
data responden yang dikategorikan menurut jenis kelamin, pekerjaan, dan umur
dalam tabel demografi objek penelitian:
Tabel 2. Demografi Objek Penelitian Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Presentase
Laki-Laki 10 12.50%
Perempuan 70 87.50%
Jumlah 80 100%
Tabel 3. Demografi Objek Peneltian Menurut Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah Presentase Ibu Rumah Tangga 9 11.25%
Swasta 36 45%
Dokter 3 3.75%
Pelajar/Mahasiswa 19 23.75%
PNS 7 8.75%
Lain-lain 6 7.5%
Jumlah 80 100%
Tabel 4. Demografi Objek Penelitian Menurut Usia
Usia Jumlah Presentase
<30tahun 45 56.25%
>30tahun 35 43.75%
Jumlah 80 100%
Melihat data pada tabel 2 sampai 4 dengan jumlah responden sebanyak 80
responden, dapat diketahui bahwa sebagian besar pelanggan Johnny Andrean Mall
Paragon Semarang adalah perempuan, yaitu sebesar 87.5 persen dari keseluruhan
data, sedangkan pelanggan laki-laki hanya sebesar 12.5 persen dari keseluruhan
data. Dari pengelompokan menurut jenis pekerjaannya, dapat diketahui bahwa
Johnny Andrean Mall Paragon Semarang memiliki paling banyak pelanggan yang
bekerja sebagai swasta, yaitu sebesar 45 persen dari keseluruhan data. Pelanggan
terbanyak kedua adalah pelajar atau mahasiswa yang memiliki presentase sebesar
23.75 persen. Selanjutnya ada ibu rumah tangga yang memiliki presentase sebesar
11.25 persen, PNS sebesar 8.75 persen, dokter sebesar 3.75 persen, dan lain-lain
sebesar 7.5 persen. Lalu jika dilihat dari pengelompokkan menurut usia, usia di
bawah 30 tahunlah yang paling banyak menjadi pelanggan, yaitu sebesar 56.25
persen, dan usia di atas 30 tahun memiliki presentase sebesar 43.75 persen.
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dari indikator-indikator dalam penelitian ini dijelaskan
melalui nilai Minimum, Maximum, Mean (rata-rata), dan Standar deviasi dari tiap
indikator, seperti yang terdapat pada tabel 5.
Rata-rata total dari ketiga variabel dalam penelitian ini tidak ada yang
menunjukkan angka rata-rata rendah. Rata-rata masing-masing variabel berada
pada rata-rata nilai 3 yang menunjukkan tingkat kesetujuan responden pada
tiap-tiap variabel. Standar deviasi dari ketiga variabel dalam penelitian ini juga
menunjukkan hasil yang baik karena dari semua indikator yang membentuk tiga
variabel tersebut, nilai standar deviasinya berada di bawah nilai rata-rata dari
masing-masing indikator. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyebaran
data dalam penelitian ini merata, sebab perbedaan (varian) data yang satu dengan
Uji Normalitas
Grafik 1 Sumber: Output SPSS (2014)
Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik Normal P-Plot of Regression Standarized Residual di atas, dapat diketahui bahwa data adalah normal karena titik-titik berada di sekitar garis dan sejalan dengan garis.
Uji Validitas dan Reliabilitas
PLS digunakan untuk mengetahui kompleksitas hubungan suatu konstruk dan
konstruk lainnya, serta suatu konstrak dengan indikator-indikatornya. PLS
didefinisikan oleh dua persamaan, yaitu inner model dan outer model. Inner model menentukan spesifikasi hubungan antara konstrak dengan konstrak yang lain, sedangkan outer model menentukan spesifikasi hubungan antara konstrak dengan indikator-indikatornya. Dalam evaluasi outer model (model pengukuran), meliputi nilai outer loading yang dapat dikatakan valid ketika nilai outer loading
adalah > 0.7 tetapi skala pengukuran nilai 0.5 sampai dengan 0.6 dianggap dapat
ditolerir dan suatu variabel dikatakan reliable apabila memenuhi kriteria nilai composite reability > 0.7 (Ghozali, 2006). Dari hasil pengujian validitas pada tabel 6, dapat diketahui bahwa semua indikator di setiap variabel adalah valid.
Pengujian reliabilitas adalah untuk menguji keandalan dari suatu alat ukur
hasil Cronbachs Alpha > 0.60. Dari hasil pengujian reliabilitas pada tabel 7, dapat
disimpulkan bahwa semua konsep pengukur variabel adalah reliabel.
Cross Loading
Cross loading (Tabel 8) berguna untuk menilai apakah konstruk memiliki discriminant validity yang memadai, yaitu dengan cara membandingkan korelasi indikator suatu konstruk dengan konstruk lain. Korelasi indikator konstruk
memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan dengan korelasi indikator tersebut
dengan konstruk lain, maka dikatakan konstruk memiliki discriminant validity yang tinggi.
Pengujian Hipotesis
Setelah melakukan evaluasi terhadap outer model, selanjutnya yang harus dilakukan evaluasi adalah inner model. Pengujian hipotesis yang diajukan, dapat
dilihat dari besarnya nilai T-statistik. Signifikansi parameter yang diestimasi
memberikan informasi yang sangat berguna mengenai pengaruh antara
variabel-variabel penelitian. Batas untuk menolak dan menerima hipotesis yang diajukan
adalah ±1.96, dimana apabila nilai t berada pada rentang nilai -1.96 dan 1.96 maka
hipotesis akan ditolak atau dengan kata lain menerima hipotesis nol (Lathifah,
2008).
Tabel 9. Uji Hipotesis
Customer Value 0.8343 0.8329 0.0273 0.0273 30.6098 Diterima Customer Service ->
Brand Relationship 0.7736 0.7721 0.0353 0.0353 21.9196 Diterima Customer Value ->
Brand Relationship 0.6794 0.6827 0.0665 0.0665 10.22 Diterima Sumber: Output SmartPLS (2014)
estimate adalah positif yaitu sebesar 0.8343 yang menunjukkan bahwa arah hubungan antara customer service dengan customer value adalah positif. Pengaruh
variabel customer service terhadap brand relationship signifikan dengan T-statistik sebesar 21.9196 (>1.96). Nilai original sample estimate adalah positif yaitu sebesar 0.7736 yang menunjukkan bahwa arah hubungan antara customer service dengan brand relationship adalah positif. Pengaruh variabel customer value terhadap brand relationship memiliki pengaruh signifikan dengan T-statistik sebesar 10.22 (>1.96). Nilai original sample estimate adalah positif yaitu
sebesar 0.6794 yang menunjukkan bahwa arah hubungan antara customer value dengan brand relationship adalah positif.
Dilihat dari tingginya nilai original sample estimate, didapati bahwa customer service yang memiliki pengaruh terbesar pada terbentuknya brand relationship, yaitu sebesar 0.7736, lebih besar jika dibandingkan dengan nilai original sample estimate antara variabel customer value dengan brand relationship yang hanya sebesar 0.6794.
Pembahasan
Dari tabel demografi objek penelitian, dapat dilihat bahwa sebagian besar
pelanggan Johnny Andrean adalah perempuan yang usianya masih dibawah 30
tahun, yang bekerja di swasta dan yang masih menjadi mahasiswi. Dari hasil
pengujian menggunakan SmartPLS, diketahui bahwa semua model yang
dirancang memiliki hubungan yang signifikan antara satu variabel dengan
variabel yang lainnya. Kualitas layanan yang diberikan oleh Johnny Andrean
Salon baik. Secara umum, pelanggan menilai bahwa ruangan salon menarik dan
nyaman, karyawannya juga berpenampilan rapi, sopan, dan cekatan, antrian juga
sesuai sehingga tidak menimbulkan konflik. Penilaian yang diberikan pelanggan
menunjukkan bahwa layanan yang diterima atau dirasakan oleh pelanggan Johnny
Andrean Salon sesuai dengan apa yang diharapkan. Kualitas pelayanan
service memiliki peranan untuk memberikan dampak kepada pelanggan dengan terbentuknya customer value.
Adanya nilai pelanggan yang tinggi pada diri pelanggan, membuat mereka
ingin kembali lagi ke Johnny Andrean untuk membeli layanannya lagi.
Pengalaman yang pelanggan rasakan pada saat mengkonsumsi layanan di masa
lampau meninggalkan persepsi pada pelanggan. Johnny Andrean Salon telah
berhasil untuk memberikan pengalaman yang baik kepada pelanggannya lewat
layanan yang baik karena pelanggan merasa lebih percaya diri setelah
mengkonsumsi layanan, dan pelanggan menganggap bahwa hasil layanan
sebanding dengan jumlah uang yang dikeluarkan, sehingga terbentuk nilai pada
pelanggan yang membuat mereka memiliki ikatan dengan Johnny Andrean dan
membuat mereka melakukan pembelian layanan ulang. Dengan pembelian ulang,
pelanggan dan Johnny Andrean Salon memiliki hubungan yang disebut brand relationship. Adanya hubungan antara pelanggan dan merek ini, pelanggan dapat merekomendasikan Johnny Andrean Salon kepada orang lain yang secara tidak
langsung pelanggan tersebut juga mempromosikan Johnny Andrean Salon. Hal ini
dilakukan oleh pelanggan karena mereka merasakan kebanggaan setelah
mengkonsumsi layanan di Johnny Andrean salon. Dengan demikian customer value yang tinggi akan membentuk brand relationship.
Pengaruh variabel customer service secara langsung dan tidak langsung terhadap variabel brand relationship dapat diuji menggunakan Sobel Test. Dari hasil membandingkan hasil Sobel Test dan SmartPLS dalam tabel 10 tersebut menunjukkan bahwa pengaruh secara langsung memiliki efek yang lebih tinggi
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai
berikut:
1. Customer service berpengaruh positif dan signifikan terhadap customer value. Oleh karena itu semaikin baik customer service yang diberikan Johnny Andrean Salon, maka akan memperkuat customer value pada pelanggan Johnny Andrean Salon.
2. Customer service berpengaruh positif dan signifikan terhadap brand relationship. Oleh karena itu semakin baik customer service yang diberikan Johnny Andrean Salon, maka brand relationship antara pelanggan dan merek (Johnny Andrean Salon) akan terbentuk.
3. Customer value berpengaruh positif dan signifikan terhadap brand relationship. Oleh karena itu semakin kuat customer value pada pelanggan Johnny Andrean Salon, maka brand relationship antara pelanggan dan merek (Johnny Andrean Salon) akan terbentuk.
4. Customer service menjadi faktor terbesar dalam terbentuknya brand relationship.
5. Customer service memiliki pengaruh lebih besar terhadap brand relationship secara langsung tanpa melewati customer value.
Keterbatasan
Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam pemilihan samplenya, yaitu tidak
berdasarkan populasi dikarenakan data sekunder yang sangat terbatas. Diharapkan
untuk penelitian selanjutnya bisa mengetahui jumlah populasi pelanggan dalam
Implikasi Teoritis
Penelitian ini difokuskan tentang membangun hubungan merek atau brand relationship dengan menggunakan customer service dan customer value sebagai variabel dependen. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Syamsiah (2009)
membuktikan bahwa kualitas layanan berpengaruh pada nilai pelanggan.
Mardikawati (2013) mengatakan nilai pelanggan dan kualitas layanan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan. Selanjutnya, penelitian
oleh Ismail, Boye, dan Muth (2012) menyatakan bahwa hubungan merek atau
brand relationship dipengaruhi oleh kepuasan. Adanya faktor kepuasan di ketiga variabel terkait, maka dapat diasumsikan bahwa ketiga variabel terhubung satu
dengan yang lainnya. Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis, terbukti bahwa
customer service dapat mempengaruhi brand relationship secara langsung, dapat juga secara tidak langsung yaitu dengan melewati customer value terlebih dahulu,
namun pengaruh secara langsung memiliki pengaruh yang terbesar.
Implikasi Manajerial
Saran bagi perusahaan adalah untuk terus meningkatkan kualitas layanannya,
dengan mengevaluasi aspek-aspek yang dapat menurunkan hubungan pelanggan
dan merek. Dari hasil pengujian data, pelanggan masih kurang menyukai tampilan
ruang salon, dilihat dari nilainya adalah yang paling rendah dalam hasil pengujian.
Sebaiknya dilakukan renovasi atau perbaikan pada ruangan salon agar dapat lebih
menarik pelanggan untuk datang ke salon dan mendapatkan kepuasan yang bukan
hanya melalui layanan yang dirasakan namun juga kepuasan mata dengan
tampilan ruangan salon yang indah. Karyawan juga sebaiknya dihimbau untuk
dapat mengenakan pakaian yang lebih sopan, terutama karyawan wanita. Ada juga
kekurangan di dalam hal promosi. Pelanggan mengaku jarang bahkan tidak
pernah diberikan info mengenai promosi, misalnya ada diskon untuk layanan
tertentu. Untuk meningkatkan penjualan, sebaiknya promosi terus dilakukan, bisa
melalui sms, brosur, email, iklan, dan lain-lain. Promosi juga bisa membuat
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, Jennifer L., Susan Fornier, and S. Adam Brasel. 2004. “When Good
Brands Do Bad”. Journal of Consumer Research 31 June, 1-16.
Ahluwalia, Rohini, Robert E. Burnkrant, and H. Rao Unnava (2000), “Consumer Response to Negative Publicity: The Moderating Role of Commitment,”
Journal of Marketing Research, 37 (May), 203–14.
Costabile, M. 2002. “A Dynamic Model of Customer Loyalty”. Working Papper.
Diab, Balqis. 2009. Analisis Pengaruh Nilai Pelanggan dan Citra Merek Terhadap Kepuasan Pelanggan Dalam Meningkatkan Retensi Pelanggan. Tesis. Semarang: Program Studi Manajemen Universitas Diponegoro.
Escalas, Jennifer Edson and James R. Bettman (2005), “Self-Construal, Reference
Groups, and Brand Meaning,” Journal of Consumer Research, 32 (December),
378–89.
Ferdinand, Augusty. 2000. Structural Equation Modelling dalam Penelitian Manajemen. Program Magister Manajemen Universitas Diponegoro Semarang.
Fournier, Susan. 1998. “Consumers and their Brands: Developing Relationship
Theory in Consumer Research”. JOURNAL OF CONSUMER RESEARCH,
Inc. Vol.24.
Gantara, Kumadji, dan Yulianto. 2013. “Analisis Pengaruh Kualitas Layanan dan
Perceived Value Terhadap Kepuasan Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan (Studi Empiris pada Mahasiswa Universitas Brawijaya Malang Pengguna
Kartu Seluler IM3)”. Student Journal, Universitas Brawijaya.
Ginting, Karina. 2011. “Analisis Nilai Pelanggan (Customer Value) Terhadap
Loyalitas Pelanggan Pada Metro Swalayan Medan Plaza”.
Ghozali, I. 2006. Structural Equation Modeling, Metode Alternatif dengan Partial Least Square. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Gronroos, C. 1997. From Marketing Mix to Relationship Marketing - Towards a Paradigm Shift in Marketing. Management Decision, 35(4), pp. 322-326.
Gummesson E. 2002. Total Relationship Marketing, Oxford: Butter worth Heinemann.
Hardiyanti, Ratih. 2010. “Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen Menggunakan Jasa Penginapan (Villa) Agrowisata
Kebun Teh Pagilaran.”
Indriantoro dan Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. BPFE Yogyakarta.
Ismail, Rima, Caroline Langfeldt Boye, dan Alexandra Muth. 2012. Customer
Brand Relationship: An Empirical Study Of Customers’ Perception Of Brand
Experience, Brand Satisfaction, Brand Trust and How They Affect Brand Loyalty. Linneaus University.
Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Grafindo Persada.
Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran. Jilid 1 dan Jilid 2. Jakarta: Penerbit PT. Prenhallindo.
Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran 1. Millineum ed. Jakarta: PT Prenhallindo.
Lathifah, I. 2008. Pengaruh Konflik Pekerjaan-Keluarga Terhadap Turnover Intention Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening. Universitas Diponegoro. Semarang.
Malhotra K. Naresh. 1993. Marketing Research An Applied Orientation, second edition, Prentice Hall International Inc, New Jersey
Mardikawati, Woro. 2013. “Pengaruh Nilai Pelanggan dan Kualitas Layanan
Terhadap Loyalitas Pelanggan, Melalui Kepuasan Pelanggan Pada Pelanggan Bus Efisiensi (Studi PO Efisiensi Jurusuan Yogyakarta-Cilacap”. Jurnal Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Maret.
Paliliati, Alida. 2007. Analisis Pengaruh Nilai Pelanggan, Kepuasan Terhadap Loyalitas Nasabah Tabungan Perbankan Di Sulawesi Selatan. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vo. 9, No.1, pp. 73-81, Maret 2007.
Parasuraman, A., V. A. Zeithaml, dan L.L. Berry. 1998. SERVQUAL: A Multiple-Item Scale for Measuring Consumer Perceptios of Service Quality. Journal of Retailing, Vol.64, No. 1, Tahun 1998.
Purnomo, Y.G. 2013. Theory Of Planned Behavior: Prediktor Pemilihan Profesi Sebagai Praktisi Akuntansi. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga.
Reed, Americus, II. 2004. “Activating the Self-Importance of Consumer Selves:
Exploring Identity Salience Effects on Judgments,” Journal of Consumer
Research, 31 (September), 286–95.
Suratno F.G, Sri, dan Nursya’ Bani Purnama. 2004. “Analisis Tingkat Kepuasan
Wajib Pajak Terhadap Kualitas Layanan Kantor Pelayanan Pajak Yogyakarta
Dua”. Sinergi Kajian Bisnis dan Manajemen, Vol. 7, No.1, h. 69-87
Solayappan, and Jayakrishnan. 2010. “Key Determinants of Brand-Customer
Relationship in Hospital Industry”. Petroleum-Gas University of Ploiesti
Bulletin Vol. LXVII No. 4/2010.
Sugiyono. 2000. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta
Swaminathan, L.Page, and Zeynep Gu. 2007. “My Brand or Our Brand: The
Effects of Brand Relationship Dimensions and Self-Construal on Brand
Evaluations”. Journal of Consumer Research Inc., Vol 34, August 2007.
Syamsiah, Neneng. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Yang Dirasakan Pelanggan Untuk Menciptakan Kepuasan Pelanggan Di RSUP Dokter Kariadi Semarang. Universitas Diponegoro Semarang.
Tjiptono, Fandy. 2000. Prinsip dan Dinamika Pemasaran. Edisi Pertama. Yogyakarta: J & J Learning.
Tjiptono, F dan Chandra. 2005. Service, Quality & Satisfaction. Yogyakarta: Andi Offset.
Umar, Husein. 2004. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Wijaya, Tony. 2008. Pengaruh Kepuasan Pada Penanganan Keluhan dan Citra
Perusahaan Terhadap Loyalitas Konsumen Natasha Skin Care”. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Vol.XIV, No.1, Maret 2008:55-69.
Woodruff, Robert B (1997). Customer Value: The Next Source for Competitive Advantage, Journal of the Academy of Marketing Science, Vol. 25, No. 2, 139
– 153.
W Verbeke, P Farris, R Thurik. 1998. Consumer Response To The Preferred
Brand Out-Of-Stock Situation. European Journal of Marketing 32 (11/12),
1008-1028.
Zulfikar; Pono, Maat; Rira, Debora. 2011. Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Keputusan Pembelian Mountea. Universitas Hassanudin.
http://baristandpadang.kemenperin.go.id/news38-faktorfaktor-yang-mendorong-loyalitas-konsumen.html diakses tanggal 26 Januari pukul 20.47
http://kwhs.wharton.upenn.edu/term/brand-relationship/ diakses tanggal 15
http://teorionline.net/menentukan-ukuran-sampel-menurut-para-ahli/ diakses tanggal 12 Maret 2014 pukul 1.24
http://samianstats.wordpress.com/2008/10/31/data-skala-likert/ diakses tanggal 12
Maret 2014 pukul 2.34
http://statistikceria.blogspot.com/2012/01/teori-analisis-deskriptif.html diakses
LAMPIRAN 1
KUESIONER
Mohon untuk mengisi semua pertanyaan dengan memberikan jawaban yang
sebenar-benarnya dan silahkan memberikan tanda centang (√) pada kolom
angka yang tersedia.
Jenis kelamin : L / P Usia : th. Pekerjaan :
Ukuran skor : Semakin tinggi skor, semakin baik penilaian Anda. Customer Service
Variabel Pertanyaan Skor
1 2 3 4 5
a. Tangibles
Penampakan ruang yang menarik Ruangan nyaman
Karyawan berpenampilan rapih
b. Reliability
Karyawan bertindak sesuai dengan keinginan Anda
Pergantian pelanggan yang sesuai dengan antrian
c. Responsivenes
Karyawan melayani dengan cekatan
Karyawan memberikan informasi yang jelas ketika Anda bertanya
d. Assurance Karyawan sopan terhadap Anda Karyawan perhatian dengan Anda
e. Emphaty Pelayanan tidak mendiskriminasi Karyawan ramah terhadap Anda
Customer Value
Variabel Pertanyaan Skor
1 2 3 4 5 a. Emotional
Value
Anda senang setelah mendapatkan layanan Karyawan menghargai Anda
d. Price/Value of Money
Hasil sebanding dengan jumlah uang yang Anda keluarkan
Brand Relationship
Variabel Pertanyaan Skor
1 2 3 4 5 a.
Interdependence
Anda sering membeli layanan
Anda sering diberi informasi, misalnya promo
b. Self Concept Connection
Layanannya lebih terkenal dari tempat lain Anda bangga dengan layanan yang Anda beli Layanan yang dibeli memperbaiki konsep diri Anda
c. Commitment
Anda selalu teringat dengan Johnny Andrean pada saat membutuhkan layanan
Anda akan merekomendasikan Johnny Andrean kepada orang lain
d. Love/passion
Anda tidak ingin pindah ke layanan salon lain Anda mengalami hubungan emosional yang kuat dengan layanan
e. Intimacy
Johnny Andrean selalu siap menjawab setiap masalah rambut atau kecantikan Anda
Anda merasa sangat dekat dengan Johnny Andrean
f. Partner Quality
Anda merasa dihormati
Anda percaya bahwa layanan yang diberikan adalah yang terbaik
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
Tabel 5. Statistik Deskriptif
Indikator Min Max Mean Stdev
Customer Service
v1q1 Penampakan ruang yang menarik 1 5 3.375 0.847558
v1q2 Ruangan nyaman 1 5 3.55 0.898663
v1q3 Karyawan berpenampilan rapih 1 5 3.575 0.951681 v1q4 Karyawan bertindak sesuai dengan
keinginan Anda
1 5 3.7875 0.923583
v1q5 Pergantian pelanggan yang sesuai dengan antrian
1 5 4.0125 0.834293
v1q6 Karyawan melayani dengan cekatan 1 5 3.825 0.924696 v1q7 Karyawan memberikan informasi
yang jelas ketika Anda bertanya
1 5 3.8625 0.838077
v1q8 Karyawan sopan terhadap Anda 1 5 4.025 0.885538 v1q9 Karyawan perhatian dengan Anda 1 5 3.7375 0.951265 v1q10 Pelayanan tidak mendiskriminasi 1 5 3.875 0.905329 v1q11 Karyawan ramah terhadap Anda 1 5 3.9125 1.008743
Rata-rata total 3.776136
Customer Value
v2q1 Anda senang setelah mendapatkan layanan
1 5 3.8625 0.838077
v2q2 Karyawan menghargai Anda 1 5 3.8625 0.79147 v2q3 Anda merasa lebih percaya diri setelah
mengkonsumsi layanan
1 5 3.8625 0.853047
v2q4 Anda mengalami perubahan signifikan sesuai dengan keinginan Anda
1 5 3.625 0.876919
v2q5 Hasil sebanding dengan jumlah uang yang Anda keluarkan
1 5 3.75 0.849423
Rata-rata total 3.7925
Brand
lain
v3q4 Anda bangga dengan layanan yang Anda beli
1 5 3.2875 0.902791
v3q5 Layanan yang dibeli memperbaiki konsep diri Anda
1 5 3.3375 0.885091
v3q6 Anda selalu teringat dengan Johnny Andrean pada saat membutuhkan layanan
1 5 3.5 1.067352
v3q7 Anda akan merekomendasikan Johnny Andrean kepada orang lain
1 5 3.6 0.962591
v3q8 Anda tidak ingin pindah ke layanan salon lain
1 5 3.225 1.113496
v3q9 Anda mengalami hubungan emosional yang kuat dengan layanan
1 5 2.9375 0.945927
v3q10 Johnny Andrean selalu siap menjawab setiap masalah rambut atau kecantikan Anda
1 5 3.275 1.0185
v3q11 Anda merasa sangat dekat dengan Johnny Andrean
1 5 3.0125 0.906988
v3q12 Anda merasa dihormati 1 5 3.6625 0.899279
v3q13 Anda percaya bahwa layanan yang diberikan adalah yang terbaik
1 5 3.6625 0.899279
v3q14 Anda merasakan kebaikan hati (ketulusan) dari karyawan
1 5 3.6375 0.889371
Rata-rata total 3.309821
LAMPIRAN 4
Tabel 7. Uji Reliabititas
Alpha Communality Redundancy Customer
Tabel 8. Cross Loading
v3q10 0.594 0.6898 0.7866
v3q11 0.4956 0.5387 0.7593
v3q12 0.6795 0.7003 0.7709
v3q13 0.6699 0.7373 0.8008
v3q14 0.6528 0.7131 0.7372
Sumber: Output SmartPLS (2014)
Tabel 10. Sobel Test
Secara Langsung
Customer Service Brand Relationship 21.9196 Secara Tidak Langsung
Customer Service Customer Value Brand
Relationship 11.81450421