• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETUNJUK TEKNIS APBNP 2017 Ditjen Horti 25 Agustus 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PETUNJUK TEKNIS APBNP 2017 Ditjen Horti 25 Agustus 2017"

Copied!
347
0
0

Teks penuh

(1)

PETUNJUK TEKNIS

KEGIATAN PENINGKATAN PRODUKSI DAN NILAI TAMBAH

HORTIKULTURA

MELALUI DANA APBN-P 2017

DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA

KEMENTERIAN PERTANIAN

(2)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat-Nya, maka Petunjuk Teknis (Juknis) Kegiatan Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura Melalui Dana APBN-P Tahun 2017 telah disusun.

Dalam upaya mempercepat tercapainya peningkatan produksi dan nilai tambah hortikultura, Direktorat Jenderal Hortikultura telah mendapat alokasi dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2017. Lokasi kegiatan di kawasan yang telah terbentuk dan di daerah sentra pengembangan baru yang diharapkan dapat menambah areal produksi dan pemerataan produksi hortikultura sepanjang tahun melalui penerapan teknologi budidaya dan pascapanen yang baik.

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi Dan Nilai Tambah Hortikultura Melalui APBNP 2017 ini, merupakan penjelasan teknis dan acuan pelaksanaan bagi petugas tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota dan di lapang agar kegiatan peningkatan produksi dan nilai tambah hortikultura terlaksana secara efektif, efisien, ekonomis, tepat waktu dan tertib baik di Pusat maupun di Daerah.

Diharapkan adanya komitmen semua pihak demi terwujudnya pelaksanaan kegiatan APBN-P 2017 dapat berjalan dengan lancar dan dapat dipertanggungjawabkan secara administrasi dan fisik di lapangan sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan. Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan Petunjuk Teknis ini. Semoga petunjuk teknis dapat bermanfaat

Jakarta, Agustus 2017 Direktur Jenderal Hortikultura,

(3)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI Halaman

I. PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN PENINGKATAN

PRODUKSI SAYURAN DAN TANAMAN OBAT (1771) … II. PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN PENGEMBANGAN

SISTEM PERBENIHAN HORTIKULTURA (1772) … III. PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN PENGEMBANGAN

SISTEM PERLINDUNGAN HORTIKULTURA (1773) … IV. PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN PENINGKATAN

USAHA DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS

LAINNYA PADA DITJEN HORTIKULTURA (1774) … V. PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN PENINGKATAN

PRODUKSI BUAH DAN FLORIKULTURA (5886) … VI. PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN PENGOLAHAN

(4)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 4

PETUNJUK TEKNIS

KEGIATAN PENINGKATAN PRODUKSI SAYURAN DAN TANAMAN OBAT MELALUI DANA APBN-P 2017

(1771)

DIREKTORAT SAYURAN DAN TANAMAN OBAT DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA

(5)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 5

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... KAWASAN BAWANG MERAH (1771.024)

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... B. Tujuan dan Sasaran ...

BAB II : PELAKSANAAN

A. Pelaksanaan di Provinsi ... B. Pelaksanaan di Kabupaten/Kota ...

BAB III : INDIKATOR KINERJA

A. Masukan ... B. Keluaran ... C. Hasil ... D. Manfaat ... E. Dampak ...

KAWASAN SAYURAN LAINNYA (1771.025) BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... B. Tujuan dan Sasaran ...

BAB II : PELAKSANAAN

A. Pelaksanaan di Provinsi ... B. Pelaksanaan di Kabupaten/Kota ...

A.

BAB III : INDIKATOR KINERJA

(6)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 6

D. Manfaat ... E. Dampak ...

KAWASAN ANEKA CABAI (1771.051) BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... B. Tujuan dan Sasaran ...

BAB II : PELAKSANAAN

A. Pelaksanaan di Provinsi ... B. Pelaksanaan di Kabupaten/Kota ...

BAB III : INDIKATOR KINERJA

A. Masukan ... B. Keluaran ... C. Hasil ... D. Manfaat ... E. Dampak ...

KAWASAN TANAMAN OBAT (1771.056) BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... B. Tujuan dan Sasaran ...

BAB II : PELAKSANAAN

A. Pelaksanaan di Provinsi ...

BAB III : INDIKATOR KINERJA

A. Masukan ... B. Keluaran ... C. Hasil ... D. Manfaat ...

(7)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 7

SARANA DAN PRASARANA BUDIDAYA SAYURAN DAN TANAMAN OBAT (1771.059)

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... B. Tujuan dan Sasaran ...

BAB II : PELAKSANAAN

A. Pelaksanaan di Pusat ...

BAB III : INDIKATOR KINERJA

A. Masukan ... B. Keluaran ... C. Hasil ... D. Manfaat ...

E. Dampak……….

PEMBINAAN PENGEMBANGAN SAYURAN DAN TANAMAN OBAT (1771.072) BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... B. Tujuan dan Sasaran ...

BAB II : PELAKSANAAN

A. Pelaksanaan di Pusat ...

B.

BAB III : INDIKATOR KINERJA

(8)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 8

1771.024

(9)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 9

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dewasa ini bawang merah dimasukkan dalam kelompok komoditas pangan utama, karena ketersediaan dan harganya sangat berpengaruh pada inflasi dan perekonomian nasional. Produksi bawang merah tidak merata sepanjang tahun, dimana produksi berkurang di musim hujan yang menyebabkan harga tinggi dan produksi berlebihan di musim kering/ kemarau mengakibatkan harga jatuh. Hal ini dikarenakan kebiasaan petani dalam berbudidaya tergantung pada alam/musim sehingga petani enggan menanam di musim kering, mengakibatkan berkurangnnya produksi di musim hujan, melalui pengembangan kawasan dana APBN-P, pemerintah mendorong petani agar dapat menanam pada musim kering dengan pola tanam off season dan dimusim hujan. Dengan demikian pengusahaan komoditas bawang merah memiliki peluang pasar yang cukup luas, baik sebagai konsumsi rumah tangga dan industry pengolahan baik pasar domestic maupun ekspor.

Salah satu strategi pemenuhan kebutuhan bawang merah dalam negeri dan menekan gejolak inflasi nasional adalah melalui pengembangan kawasan bawang merah pada saat off season dan musim hujan di daerah sentra produksi dengan penerapan teknologi sederhana dan pengairan menggunakan sistem irigasi sederhana, penggunaan plastik mulsa, penggunaan benih bermutu, pemanfaatan agensia hayati dan penggunaan varietas toleran pada musim hujan.

(10)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 10

keseimbangan suply demand sehingga dapat mencukupi kebutuhan bawang merah di dalam negeri serta mampu mengurangi tingkat inflasi nasional.

B. TUJUAN DAN SASARAN 1. Tujuan

Meningkatkan produksi bawang merah di daerah sentra melalui penanaman di luar musim (off season) dan di musim hujan sehingga ketersediaan bawang merah sepanjang tahun terpenuhi terutama pada triwulan IV untuk stabilisasi pasokan dan harga.

2. Sasaran

2.1 Meningkatkan produksi bawang merah diluar musim (off season) dan pada musim hujan untuk memenuhi kebutuhan dan pasokan dalam negeri 2.2 Pengembangan bawang merah seluas 1.200 Ha di 12 Kabupaten/kota 2.3 Menjaga kestabilan harga bawang merah di tingkat petani dan pasar.

C. PELAKSANAAN (PROVINSI, KABUPATEN/KOTA) a. Pelaksanaan di Provinsi

1. Lokasi

Kegiatan ini dilaksanakan pada 6 provinsi lokasi pengembangan bawang merah. Lokasi pelaksanaan kegiatan tersebut dapat dilihat pada lampiran 1. 2. Output, Sub Output, Komponen

Output : (024) Kawasan Bawang Merah Sub Output : (001) Tanpa Suboutput

Komponen : (051) Identifikasi/koordinasi/sosialisasi (052) Fasilitasi Bantuan Sarana Produksi

(053) Monitoring, Evaluasi Dan Pelaporan 3. Pelaksana dan Penerima Manfaat

(11)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 11

Kelompok tani penerima manfaat membuat pernyataan kesanggupan sebagaimana pada lampiran.

4. Pembiayaan

Kegiatan ini dibiayai dengan Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) melalui dana tugas pembantuan provinsi pada Satker Dinas Pertanian Provinsi TA. 2017.

5. Metode Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan di Provinsi terdiri atas komponen utama berupa (052) Fasilitasi Bantuan Kepada Petani. Secara rinci metode pelaksanaan kegiatan dapat dijelaskan sebagai berikut :

(051) Identifikasi/Koordinasi/Sosialisasi, dengan menggunakan akun Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota (524113).

Identifikasi dilakukan untuk menentukan calon penerima bantuan kelompok tani/Gapoktan dan juga dilakukan identifikasi calon lokasi pelaksanaan kegiatan oleh masing-masing calon penerima.

Dalam pelaksanaan identifikasi calon penerima dan calon lokasi (CPCL) untuk pengembangan budidaya bawang merah, luas areal (Ha) dimaksud, adalah luas areal tanam selama tahun tersebut. Kriteria penerima manfaat antara lain :

a. Tersedia lokasi budidaya oleh penerima manfaat dalam suatu kawasan usaha budidaya;

b. Komoditas bawang merah sesuai dengan agro-ekosistem;

c. Lokasi kawasan pengembangan melalui APBN-P oleh penerima manfaat dekat dengan sumber air, baik sumber air alami maupun buatan, serta air cukup tersedia pada sumber air tersebut;

d. Kelompok penerima APBN regular Ditjen Hortikultura 2017 tidak dapat menerima bantuan Kegiatan APBN-P Ditjen Hortikultura 2017 e. Penerima manfaat sanggup melaksanakan kegiatan sesuai

petunjuk teknis;

(12)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 12

pemangku kepentingan pengembangan budidaya bawang merah. Selanjutnya kelompoktani dan lokasi tersebut ditetapkan melalui SK Kepala Dinas Pertanian Provinsi.

(052) Fasilitasi bantuan sarana produksi, dengan akun Belanja Barang Fisik Lainnya untuk diserahkan kepada masyarakat/Pemda (526115), Bantuan kepada petani seluruhnya berupa belanja barang fisik, yang pengadaannya dilakukan oleh Satker Dinas Pertanian Provinsi melalui Belanja Bantuan Dalam Bentuk Barang.

Proses pengadaan dilakukan oleh Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (Pokja ULP) atau Pejabat Pengadaan barang/jasa berdasarkan tata cara dan peraturan yang tertuang dalam Perpres Nomor 54 Tahun 2010 dan penyempurnaannya pada Perpres Nomor 70 Tahun 2012 dan pada Perpres Nomor 172 Tahun 2014 beserta lampiran-lampirannya. Pengadaan komponen kegiatan yang dapat dilakukan dengan e-catalog agar dapat dimaksimalkan dan dikonsultasikan secara cermat dan efektif dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Berdasarkan hasil identifikasi CPCL Tim Teknis di Dinas Pertanian Provinsi dengan masukan dari Dinas Pertanian Kabupaten/Kota membuat rencana kebutuhan dan spesifikasi barang fisik lainnya yang dibutuhkan untuk kemudian diserahkan ke Panitia pengadaan untuk diproses sesuai peraturan yang berlaku.

Serah terima barang dari Dinas Pertanian Provinsi kepada Ketua Kelompok tani/ Gapoktan/Kelompok Wanita Tani/Asosiasi selaku penerima manfaat akan diatur oleh Satker Dinas Pertanian Provinsi sesuai peraturan yang berlaku, sehingga barang yang diserahterimakan mengacu pada kaidah tertib administrasi, tertib fisik dan tertib hukum.

(13)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 13

Apabila bantuan yang akan diadakan berupa benih maka ketentuan mengenai persyaratan benih mengikuti peraturan perbenihan yang berlaku. Pengadaan benih diutamakan berasal dari masing-masing Provinsi, bila tidak mencukupi dapat dipenuhi dari Provinsi lain. Bantuan tersebut sifatnya hanya sebagai pengungkit, sedangkan komponen lain yang diperlukan dalam biaya usaha tani menjadi tanggung jawab dan kontribusi petani, kelompoktani atau Gapoktan. Tabel 1. Komponen Bantuan berupa Input Kawasan Bawang Merah

Komoditas Satuan Biaya Rp./Ha

Komponen pilihan

Bawang Merah 40.000.000 Benih Bersertifikat, Mulsa plastik, Pupuk Organik (Terdaftar di Kementan), Pupuk Anorganik, Alsintan (Cultivator, Pompa air) dan atau pilihan sesuai dengan kebutuhan kelompok (berstandar mutu). Untuk jenis belanja komponen pilihan agar mengacu sesuai akun.

(053) Monitoring, evaluasi dan pelaporan dengan akun Belanja Perjalanan Biasa (524111).

(14)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 14

b. Pelaksanaan di Kabupaten/Kota 1. Lokasi

Kegiatan ini dilaksanakan pada 12 Kabupaten/Kota lokasi pengembangan bawang merah. Adapun lokasi pelaksanaan kegiatan tersebut dapat dilihat pada lampiran 1.

2. Output, Sub Output, Komponen

Output : (024) Kawasan Bawang Merah Sub Output : (001) Tanpa Suboutput

Komponen : (051) Identifikasi/koordinasi/sosialisasi (052) Fasilitasi bantuan sarana produksi

(053) Monitoring, Evaluasi Dan Pelaporan 3. Pelaksana dan Penerima Manfaat

Pelaksana kegiatan adalah bidang teknis yang menangani hortikultura di tingkat kabupaten/kota, sedangkan penanggung jawabnya adalah Kepala Dinas Pertanian kabupaten/kota. Penerima manfaat adalah Kelompok tani/pelaku usaha di lokasi Kabupaten/Kota kawasan pengembangan budidaya bawang merah.

4. Pembiayaan

Kegiatan ini dibiayai dengan Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) melalui dana tugas pembantuan provinsi pada Satker Dinas Pertanian Kabupaten/Kota TA. 2017.

5. Metode Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan dapat terdiri atas komponen utama berupa (052) Fasilitasi Bantuan Kepada Petani, yang didukung oleh seluruh dan atau sebagian komponen lainnya dengan penjelasan sebagai berikut :

(051) Pelaksanaan Identifikasi/ Koordinasi/ Sosialisasi, dengan menggunakan akun Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota (524113). Identifikasi dilakukan untuk menentukan calon penerima bantuan kelompok tani/Gapoktan dan juga dilakukan identifikasi calon lokasi pelaksanaan kegiatan oleh masing-masing calon penerima.

(15)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 15

(Ha) dimaksud, adalah luas areal tanam selama tahun tersebut. Kriteria penerima manfaat antara lain :

a. Tersedia lokasi budidaya oleh penerima manfaat dalam suatu kawasan usaha budidaya;

b. Komoditas bawang merah sesuai dengan agro-ekosistem;

c. Lokasi kawasan pengembangan melalui APBN-P oleh penerima manfaat dekat dengan sumber air, baik sumber air alami maupun buatan, serta air cukup tersedia pada sumber air tersebut;

d. Kelompok penerima APBN regular Ditjen Hortikultura 2017 tidak dapat menerima bantuan Kegiatan APBN-P Ditjen Hortikultura 2017;

e. Penerima manfaat sanggup melaksanakan kegiatan sesuai petunjuk teknis;

Koordinasi ditujukan untuk memantapkan rancangan kegiatan, mengkoordinasikan rancangan penetapan petani dan lokasi pelaksanaan kegiatan dengan melibatkan petugas Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, instansi terkait dan pemangku kepentingan pengembangan budidaya bawang merah. Selanjutnya kelompok tani dan lokasi tersebut ditetapkan melalui SK Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

(16)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 16

Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Berdasarkan hasil identifikasi CPCL Tim Teknis di Dinas Pertanian Kabupaten/Kota membuat rencana kebutuhan dan spesifikasi barang fisik lainnya yang dibutuhkan untuk kemudian diserahkan ke Panitia pengadaan untuk diproses sesuai peraturan yang berlaku.

Serah terima barang dari Dinas Pertanian Kabupaten/Kota kepada Ketua Kelompok tani/ Gapoktan/Kelompok Wanita Tani/Asosiasi selaku penerima manfaat akan diatur oleh Satker Dinas Pertanian Kabupaten/Kota sesuai peraturan yang berlaku, sehingga barang yang diserahterimakan mengacu pada kaidah tertib administrasi, tertib fisik dan tertib hukum.

Komponen barang-barang tersebut merupakan pilihan berupa sarana produksi dan sarana budidaya yang dituangkan dalam KAK (Kerangka Acuan Kerja) yang telah disusun dan disepakati oleh kelompok tani penerima dan telah disetujui oleh Tim Teknis.

Apabila bantuan yang akan diadakan berupa benih maka ketentuan mengenai persyaratan benih mengikuti peraturan perbenihan yang berlaku. Pengadaan benih diutamakan berasal dari masing-masing Provinsi, bila tidak mencukupi dapat dipenuhi dari Provinsi lain. Bantuan tersebut sifatnya hanya sebagai pengungkit, sedangkan komponen lain yang diperlukan dalam biaya usaha tani menjadi tanggung jawab dan kontribusi petani, kelompok tani atau Gapoktan. Tabel 2. Komponen Bantuan berupa Input Kawasan Bawang Merah

Bawang Merah 40.000.000 Benih Bersertifikat, Mulsa plastik, Pupuk Organik (Terdaftar di Kementan), Pupuk Anorganik, Alsintan (Cultivator, Pompa air) dan atau pilihan sesuai dengan kebutuhan kelompok (berstandar mutu). Untuk jenis belanja komponen pilihan agar mengacu sesuai akun.

(17)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 17

(056) Monitoring, evaluasi dan pelaporan dengan akun Belanja Perjalanan Biasa (524111).

(18)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 18

BAB III INDIKATOR KINERJA

A. Masukan

1. Dana APBNP TA. 2017 Rp. 48.000.000.000

2. Sumber Daya Manusia (petugas, petani, pelaku usaha) 3. Data dan teknologi

B. Keluaran

1. Terlaksananya kegiatan pengembangan kawasan bawang merah seluas 1.200 ha di 6 Provinsi 12 kabupaten/kota

2. Terfasilitasinya sarana produksi dan sarana budidaya pendukung lainnya dalam kegiatan pengembangan kawasan bawang merah.

C. Hasil

1. Terbangunnya kawasan baru dan pengutuhan kawasan bawang merah di sentra-sentra produksi

2. Meningkatnya luas kawasan pengembangan bawang merah pada off season. 3. Meningkatnya produksi bawang merah.

4. Tersedianya bawang merah sepanjang tahun untuk stabilisasi pasokan dan harga.

D. Manfaat

Terbentuknya kawasan bawang merah yang mampu menyediakan bawang merah sepanjang tahun stabilisasi pasokan dan harga.

E. Dampak

(19)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 19

1771.025

(20)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 20

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki peranan strategis dalam mendukung ketahanan pangan nasional dan berperan sebagai : 1) sumber bahan makanan bergizi bagi masyarakat; 2) merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja; 3) sebagai komoditas potensial ekspor yang merupakan sumber devisa negara; serta 4) memiliki peluang pasar bagi sektor non pertanian, khususnya industri hulu.

Pengembangan sayuran merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan perekonomian wilayah, yang pada akhirnya akan meningkatkan daya saing wilayah tersebut. Untuk menciptakan agribisnis sayuran yang efektif, efisien, berdampak bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat yang terlibat di dalamnya diperlukan volume, intensitas dan kualitas kegiatan yang memadai berbasis pada kesamaan kegiatan dalam ruang yang sama.

Untuk itu melalui APBNP 2017 dilakukan pengembangan sayuran yang bernilai ekonomis di wilayah pengembangan dengan memanfaatkan kapabilitas yang ada di daerah.

Upaya percepatan swasembada bawang putih tahun 2019 dilakukan dengan memacu laju peningkatan kuantitas dan kualitas produksi Bawang Putih di Indonesia antara lain melalui usaha intensifikasi dan ekstensifikasi. Berbagai upaya peningkatan produksi Bawang Putih terus dilakukan untuk mengimbangi peningkatan permintaan Bawang Putih secara nasional seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, berkembangnya industri olahan serta mengurangi ketergantungan impor. Tujuan dilakukan pengembangan bawang putih yaitu untuk mempercepat proses swasembada bawang putih, penurunan jumlah impor dan meningkatkan produksi bawang putih untuk pemenuhan kebutuhan dan pasokan dalam negeri sepanjang tahun terutama pada triwulan IV sekaligus menyangga kebutuhan bawang putih secara keseluruhan.

(21)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 21

memiliki ciri kadar air dan gulanya tinggi, dan patinya rendah. Sedangkan kentang industri ciri yang dimiliki adalah kaya pati, sedikit gula dan air. Industri pengolahan keripik kentang (potato chip) bahan baku yang digunakan antara lain adalah kentang varietas spesifik industri. Menjamurnya industri olahan kentang khususnya untuk kripik kentang telah melahirkan peluang agribisnis baru. Namun hingga saat ini kebutuhan kentang industri masih sangat terbatas sehingga dipandang perlu dilakukan pengembangan kentang industri. Beberapa varietas kentang industri yang telah berkembang adalah atlantik, median, bliss dan lain-lain.

Untuk itu dalam berbudidaya dan penanganan dengan menggunakan dana APBN-P 2017 diwajibkan menerapkan perbaikan teknologi berdasarkan kaidah GAP dan SOP komoditas, menggunakan input produksi yang memadai, pengendalian OPT secara baik dan ramah lingkungan. Untuk mempermudah pemasaran kelompok tani/Gapoktan diharapkan dapat bekerjasama dengan industri dan/atau UMKM yang mau menerima varietas yang dtanam oleh petani. Kemitraan ini diketahui oleh Dinas Pertanian setempat.

Produksi petai dan jengkol saat ini masih bergantung pada pohon warisan turun-temurun dan sebagian besar sudah berumur diatas 25 tahun serta sangat mengandalkan perawatan yang seadanya. Akibatnya setiap kali panen, produksi nya akan menurun padahal mengingat kebutuhan akan komoditas tersebut relatif meningkat. Ditambah lagi permintaan akan komoditas jengkol dan petai juga berasal luar negeri, sehingga prospek pengembangan ekspor petai dan jengkol ke depan masih sangat menjanjikan. Berangkat dari kondisi tersebut, perlu dikembangkan budidaya tanaman petai dan jengkol dengan konsep kebun atau kawasan melalui peremajaan tanaman dan pemeliharaan tanaman di daerah sentra produksi.

B. Tujuan dan Sasaran Tujuan Umum :

(22)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 22

Tujuan Spesifik :

1. Penyediaan benih bawang putih di dalam negeri sebagai bagian dari upaya percepatan swasembada bawang putih tahun 2019.

2. Pengurangan impor kentang industri serta membangun kemitraan dengan industri olahan.

3. Pemenuhan pasar dalam negeri serta ekspor jengkol dan petai. Sasaran yang ingin dicapai adalah :

1. Terlaksananya pengembangan kawasan sayuran dalam rangka peningkatan produksi dan perbaikan mutu pengelolaan lahan usaha.

2. Meningkatkan produksi bawang putih untuk memenuhi kebutuhan benih dan konsumsi dalam negeri

(23)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 23

BAB II PELAKSANAAN

A. Pelaksanaan di Provinsi Tugas Pembantuan Provinsi

Kegiatan yang dimaksudkan disini adalah berupa kegiatan pengembangan kawasan sayuran lainnya melalui dana Tugas Pembantuan di Provinsi yang lokasi kegiatannya berada di kabupaten/kota di Provinsi bersangkutan.

1. Lokasi

Kegiatan ini dilaksanakan di Provinsi untuk pengembangan kawasan sayuran lainnya di Kabupaten/Kota yang tidak memiliki satker tersendiri.

2. Output, Sub Output, Komponen

Output : (024) Kawasan Sayuran Lainnya Sub Output : (001) Tanpa Suboutput

Komponen : (051) Identifikasi/Koordinasi/Sosialisasi (052) Fasilitasi Bantuan Sarana Produksi (053) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan 3. Pelaksana dan Penerima Manfaat

Pelaksana kegiatan adalah bidang teknis di tingkat Provinsi yang menangani pengembangan hortikultura, penanggungjawab kegiatan adalah Kepala Dinas Pertanian Provinsi, sedangkan penerima manfaat adalah Kelompok Tani/Gapoktan/Kelompok Wanita Tani dan atau kelompok masyarakat lainnya yang telah terbiasa melakukan kegiatan budidaya sayuran dan terpilih menerima bantuan pengembangan kawasan sayuran lainnya.

Penerima bantuan sanggup menanam pada waktu-waktu tertentu sesuai petunjuk dinas. Dinas berkoordinasi dengan kelompoktani melakukan pendampingan dalam mengatur pertanaman sayuran lainnya di wilayahnya dengan tujuan menyediakan pasokan sayuran di dalam negeri.

(24)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 24

Penerima manfaat untuk komoditas bawang putih hasil panen yang diperoleh diharapkan dapat dijadikan benih dengan mendapatkan pendampingan dari BPSBTPH. Penerima manfaat untuk komoditas bawang putih dan kentang membuat surat pernyataan kesanggupan pada lampiran.

4. Pembiayaan

Kegiatan ini dibiayai dengan dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBNP) melalui dana Tugas Pembantuan pada Satker Dinas Pertanian Provinsi TA. 2017.

5. Metode Pelaksanaan

Pelaksanaan pengembangan kawasan sayuran lainnya dilaksanakan di kabupaten/kota yang dikoordinasikan serta diintegrasikan dengan Provinsi. Identifikasi dilakukan oleh petugas Dinas Pertanian untuk menentukan calon penerima bantuan yaitu Kelompok Tani/Gapoktan/Kelompok Wanita Tani dan atau kelompok masyarakat lainnya dan calon lokasi pelaksanaan kegiatan. Koordinasi ditujukan untuk memantapkan rancangan kegiatan, mengkoordinasikan rancangan penetapan petani dan lokasi pelaksanaan kegiatan dengan melibatkan petugas Dinas Pertanian Provinsi (Bidang/seksi, BPTPH, BPSB), Dinas Pertanian Kabupaten/ Kota, instansi terkait dan pemangku kepentingan pengembangan kawasan sayuran lainnya. Selanjutnya kelompok tani dan lokasi tersebut ditetapkan melalui SK Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota atau Provinsi. Dalam pelaksanaannya kegiatan identifikasi, koordinasi, pendampingan dan atau bimbingan terkait pengembangan kawasan sayuran lainnya dapat menggunakan dana APBNP pada kegiatan dukungan manajemen.

(25)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 25

(051) Identifikasi/ koordinasi/ sosialisasi, dengan akun Belanja Bahan (521211), Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi (521811), dan/atau Honor Output Kegiatan (521213), dan/atau Belanja Perjalanan Biasa (524111), dan/atau Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota (524113), dan/atau Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Dalam Kota (524114), dan/atau Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota (524119).

Identifikasi dilakukan untuk menentukan calon penerima bantuan kelompok tani/gapoktan dan juga dilakukan identifikasi calon lokasi pelaksanaan kegiatan oleh masing-masing calon penerima.

Kriteria penerima manfaat antara lain :

1) Lokasi berdekatan dengan sumber air (sungai, danau, embung, sumur, dll), dan tersedia cukup air pada musim kemarau; Untuk calon lahan bawang putih sebaiknya berada pada ketinggain diatas 800 mdpl.

2) Penerima manfaat/kelompok tani harus membuat usulan ke Dinas Pertanian setempat, selanjutnya usulan tersebut disampaikan ke Dinas Provinsi dan/atau Direktorat Jenderal Hortikultura;

3) Kelompok penerima APBN regular Ditjen Hortikultura 2017 tidak dapat menerima bantuan Kegiatan APBN-P Ditjen Hortikultura 2017;

4) Penerima sanggup menyediakan sarana produksi lain yang tidak dapat dipenuhi oleh anggaran APBN-P;

5) Penerima sanggup melakukan penanaman pada musim tertentu yang dituangkan dalam surat pernyataan;

6) Penerima manfaat sanggup melaksanakan kegiatan sesuai petunjuk teknis.

(26)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 26

petani seluruhnya berupa belanja barang fisik, yang pengadaannya dilakukan oleh Satker Dinas Pertanian Provinsi melalui Belanja Bantuan Dalam Bentuk Barang.

Proses pengadaan dilakukan oleh Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (Pokja ULP) atau Pejabat Pengadaan barang/jasa berdasarkan tata cara dan peraturan yang tertuang dalam Perpres Nomor 54 Tahun 2010 dan penyempurnaannya pada Perpres Nomor 70 Tahun 2012 dan pada Perpres Nomor 172 Tahun 2014 beserta lampiran-lampirannya. Pengadaan komponen kegiatan yang dapat dilakukan dengan e-catalog agar dapat dimaksimalkan dan dikonsultasikan secara cermat dan efektif dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Berdasarkan hasil identifikasi CPCL Tim Teknis di Dinas Pertanian Provinsi dengan masukan dari Dinas Pertanian Kabupaten/Kota membuat rencana kebutuhan dan spesifikasi barang fisik lainnya yang dibutuhkan untuk kemudian diserahkan ke Panitia pengadaan untuk diproses sesuai peraturan yang berlaku.

Serah terima barang dari Dinas Pertanian Provinsi kepada Ketua Kelompok tani/ Gapoktan/Kelompok Wanita Tani/Asosiasi selaku penerima manfaat akan diatur oleh Satker Dinas Pertanian Provinsi sesuai peraturan yang berlaku, sehingga barang yang diserahterimakan mengacu pada kaidah tertib administrasi, tertib fisik dan tertib hukum.

Komponen barang-barang tersebut merupakan pilihan berupa sarana produksi dan sarana budidaya yang dituangkan dalam KAK (Kerangka Acuan Kerja) yang telah disusun dan disepakati oleh kelompok tani penerima dan telah disetujui oleh Tim Teknis.

(27)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 27

komponen lain yang diperlukan dalam biaya usaha tani menjadi tanggung jawab dan kontribusi petani, kelompok tani atau Gapoktan. Dinas pertanian meminta komitmen petani penerima manfaat (APBN-P 2017) untuk menjadikan hasil produksi bawang putih tersebut sebagai benih dengan pengawalan dan pendampingan dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Provinsi.

Tabel 3. Komponen Bantuan berupa Input Kawasan Sayuran Lainnya Komoditas Satuan Biaya

Rp./Ha

Komponen pilihan

Bawang Putih 20.000.000 Mulsa plastik, Pupuk Organik (Terdaftar di Kementan), Pupuk Anorganik, dan atau pilihan sesuai dengan kebutuhan kelompok (berstandar mutu).

Untuk jenis belanja komponen pilihan agar mengacu sesuai akun.

Kentang Industri 17.000.000 Mulsa plastik, Pupuk Organik (Terdaftar di Kementan), Pupuk Anorganik, dan atau pilihan sesuai dengan kebutuhan kelompok (berstandar mutu).

(28)

Direktorat Jederal Hortikultura (Terdaftar di Kementan), Pupuk Anorganik, dan atau pilihan sesuai dengan kebutuhan kelompok (berstandar mutu).

Untuk jenis belanja komponen pilihan agar mengacu sesuai akun

Sayuran Lainnya 10.000.000 pupuk organik, pupuk anorganik, kapur pertanian, dan atau pilihan lain sesuai dengan kondisi lapang dan kebutuhan kelompok.

Untuk jenis belanja komponen pilihan agar mengacu sesuai akun.

Jagung Manis 10.000.000 Benih (bersertifikat), Pupuk Organik (Terdaftar di Kementan), Pupuk Anorganik, dan atau pilihan sesuai dengan kebutuhan kelompok (berstandar mutu).

(29)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 29

Komoditas Satuan Biaya Rp./Ha

Komponen pilihan

Pete 7.500.000 Pupuk Organik (Terdaftar di Kementan),Pupuk Anorganik, dan atau pilihan sesuai dengan kebutuhan kelompok (berstandar mutu).

Untuk jenis belanja komponen pilihan agar mengacu sesuai akun

Jengkol 7.500.000 Pupuk Organik (Terdaftar di Kementan),Pupuk Anorganik, dan atau pilihan sesuai dengan kebutuhan kelompok (berstandar mutu).

Untuk jenis belanja komponen pilihan agar mengacu sesuai akun

(053) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

Pelaksanaan komponen ini dilakukan secara periodik dan mengacu pada petunjuk umum pelaksanaan kegiatan peningkatan usaha dukungan manajemen dan teknis lainnya pada Ditjen Hortikultura. B. Pelaksanaan di Kabupaten/Kota

Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota Kegiatan yang dimaksudkan disini adalah kegiatan pengembangan kawasan sayuran lainnya melalui dana Tugas Pembantuan di kabupaten/kota.

1. Lokasi

(30)

Direktorat Jederal Hortikultura

Komponen : (051) Identifikasi/Koordinasi/Sosialisasi (052) Fasilitasi Bantuan Sarana Produksi (053) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan 3. Pelaksana dan Penerima Manfaat

Pelaksana kegiatan adalah bidang teknis yang menangani pengembangan hortikultura di tingkat kabupaten/kota, penanggungjawab kegiatan adalah Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, sedangkan penerima manfaat adalah Kelompok Tani/Gapoktan/Kelompok Wanita Tani dan atau kelompok masyarakat lainnya yang telah terbiasa melakukan kegiatan budidaya sayuran.

4. Pembiayaan

Kegiatan ini dibiayai dengan dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBNP) melalui dana Tugas Pembantuan pada Satker Dinas Pertanian Kabupaten/Kota TA. 2017.

5. Metode Pelaksanaan

Pelaksanaan pengembangan kawasan sayuran lainnya dilaksanakan di kabupaten/kota secara terkoordinasi dan terintegrasi. Pelaksanaan kawasan sayuran lainnya dapat dilakukan pada lahan yang baru/ekstensifikasi atau di lahan eksisting melalui peningkatan Indeks Pertanaman (IP).

(31)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 31

identifikasi, koordinasi, pendampingan dan atau bimbingan terkait pengembangan kawasan sayuran lainnya dapat menggunakan dana APBN pada kegiatan dukungan manajemen.

Penumbuhan dan pengembangan kawasan dilakukan pada lahan yang diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai anggota kelompok tani berupa penataan kawasan dan atau pengutuhan kawasan sayuran lainnya dengan luasan dan jenis komoditas yang sudah ditetapkan dalam dokumen anggaran tahun 2018. Pelaksanaan kegiatan dapat terdiri atas komponen utama berupa (052) Fasilitasi Bantuan Sarana Produksi yang didukung oleh seluruh dan atau sebagian komponen lainnya dengan penjelasan sebagai berikut :

(051) Identifikasi/koordinasi/sosialisasi, dengan akun Belanja Bahan (521211), Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi (521811), dan/atau Honor Output Kegiatan (521213), dan/atau Belanja Perjalanan Biasa (524111), dan/atau Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota (524113), dan/atau Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Dalam Kota (524114), dan/atau Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota (524119).

Identifikasi dilakukan untuk menentukan calon penerima bantuan kelompok tani/gapoktan dan juga dilakukan identifikasi calon lokasi pelaksanaan kegiatan oleh masing-masing calon penerima.

Kriteria penerima manfaat antara lain :

1) Lokasi berdekatan dengan sumber air (sungai, danau, embung, sumur, dll), dan tersedia cukup air pada musim kemarau;

2) Penerima manfaat/kelompok tani harus membuat usulan ke Dinas Pertanian setempat, selanjutnya usulan tersebut disampaikan ke Dinas Provinsi dan/atau Direktorat Jenderal Hortikultura;

3) Kelompok penerima APBN regular Ditjen. Hortikultura 2017 tidak dapat menerima bantuan Kegiatan APBN-P Ditjen Hortikultura 2017;

(32)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 32

5) Penerima sanggup melakukan penanaman pada musim tertentu yang dituangkan dalam surat pernyataan;

6) Penerima manfaat sanggup melaksanakan kegiatan sesuai petunjuk teknis.

(052) Fasilitasi bantuan sarana produksi, dengan akun Belanja Barang Fisik Lainnya untuk diserahkan kepada masyarakat/Pemda (526115), dan/atau Belanja Peralatan dan Mesin untuk diserahkan kepada masyarakat/Pemda (526112), dan/atau Belanja Gedung dan Bangunan untuk diserahkan kepada masyarakat/Pemda (526113) untuk pengembangan kawasan sayuran. Bantuan kepada petani seluruhnya berupa belanja barang fisik, yang pengadaannya dilakukan oleh Satker Dinas Pertanian Kabupaten/Kota melalui Belanja Bantuan Dalam Bentuk Barang.

Proses pengadaan dilakukan oleh Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (Pokja ULP) atau Pejabat Pengadaan barang/jasa berdasarkan tata cara dan peraturan yang tertuang dalam Perpres Nomor 54 Tahun 2010 dan penyempurnaannya pada Perpres Nomor 70 Tahun 2012 dan pada Perpres Nomor 172 Tahun 2014 beserta lampiran-lampirannya. Pengadaan komponen kegiatan yang dapat dilakukan dengan e-catalog agar dapat dimaksimalkan dan dikonsultasikan secara cermat dan efektif dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Berdasarkan hasil identifikasi CPCL Tim Teknis di Dinas Pertanian Kabupaten/Kota kemudian dibuat rencana kebutuhan dan spesifikasi barang fisik lainnya yang dibutuhkan untuk kemudian diserahkan ke Panitia pengadaan untuk diproses sesuai peraturan yang berlaku.

(33)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 33

Komponen barang-barang tersebut merupakan pilihan berupa sarana produksi dan sarana budidaya yang dituangkan dalam KAK (Kerangka Acuan Kerja) yang telah disusun dan disepakati oleh kelompok tani penerima dan telah disetujui oleh Tim Teknis.

Apabila bantuan yang akan diadakan berupa benih maka ketentuan mengenai persyaratan benih mengikuti peraturan perbenihan yang berlaku. Pengadaan benih diutamakan berasal dari masing-masing Provinsi, bila tidak mencukupi dapat dipenuhi dari Provinsi lain. Bantuan tersebut sifatnya hanya sebagai pengungkit, sedangkan komponen lain yang diperlukan dalam biaya usaha tani menjadi tanggung jawab dan kontribusi petani, kelompok tani atau Gapoktan. Dinas pertanian meminta komitmen petani penerima manfaat (APBN-P 2017) untuk menjadikan hasil produksi bawang putih tersebut sebagai benih dengan pengawalan dan pendampingan dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Provinsi.

Tabel 4. Komponen Bantuan berupa Input Kawasan Sayuran Lainnya Komoditas Satuan Biaya

Rp./Ha

Komponen pilihan

Bawang Putih 20.000.000 Mulsa plastik, Pupuk Organik (Terdaftar di Kementan), Pupuk Anorganik, dan atau pilihan sesuai dengan kebutuhan kelompok (berstandar mutu).

Untuk jenis belanja komponen pilihan agar mengacu sesuai akun.

(34)

Direktorat Jederal Hortikultura pilihan agar mengacu sesuai akun.

Sayuran Dataran Tinggi

10.125.000 Benih Bersertifikat, Mulsa plastik, Pupuk Organik (Terdaftar di Kementan), Pupuk Anorganik, dan atau pilihan sesuai dengan kebutuhan kelompok (berstandar mutu).

Untuk jenis belanja komponen pilihan agar mengacu sesuai akun

Sayuran Lainnya 10.000.000 pupuk organik, pupuk anorganik, kapur pertanian, dan atau pilihan lain sesuai dengan kondisi lapang dan kebutuhan kelompok.

Untuk jenis belanja komponen pilihan agar mengacu sesuai akun.

(35)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 35

Komoditas Satuan Biaya Rp./Ha

Komponen pilihan

Untuk jenis belanja komponen pilihan agar mengacu sesuai akun

Pete 7.500.000 Pupuk Organik (Terdaftar di Kementan),Pupuk Anorganik, dan atau pilihan sesuai dengan kebutuhan kelompok (berstandar mutu).

Untuk jenis belanja komponen pilihan agar mengacu sesuai akun

Jengkol 7.500.000 Pupuk Organik (Terdaftar di Kementan),Pupuk Anorganik, dan atau pilihan sesuai dengan kebutuhan kelompok (berstandar mutu).

Untuk jenis belanja komponen pilihan agar mengacu sesuai akun

(053) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

(36)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 36

BAB III INDIKATOR KINERJA A. Masukan

1. Dana APBNP TA. 2017 Rp. 87.780.000.000

2. Sumber Daya Manusia (petugas, petani, pelaku usaha) 3. Data dan teknologi

B. Keluaran

1. Terlaksananya kegiatan pengembangan kawasan sayuran lainnya yang terdiri dari :

a. Bawang putih seluas 3.150 Ha di 5 Provinsi, 8 Kabupaten

b. Kentang industri seluas 250 Ha di 6 Provinsi, 7 Kabupaten

c. Sayuran dataran tinggi/lainnya seluas 300 Ha di 3 Provinsi, 7 Kabupaten

d. Jagung Manis seluas 100 Ha di 1 Provinsi, 1 kabupaten

e. Pete seluas 1.067 Ha di 5 Provinsi, 18 Kabupaten f. Jengkol seluas 867 Ha di 5 Provinsi, 17 Kabupaten 2. Terfasilitasinya sarana produksi dan sarana budidaya

pendukung lainnya dalam kegiatan pengembangan kawasan sayuran lainnya.

C. Hasil

1. Terbangunnya kawasan baru dan pengutuhan kawasan sayuran lainnya di sentra-sentra produksi.

(37)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 37

4. Peningkatan kemampuan dan kapasitas kelembagaan petani (kelompok tani, Gapoktan, dan lain-lain).

D. Manfaat

Terbentuknya kawasan sayuran lainnya yang mampu menyediakan sayuran di wilayah tersebut.

E. Dampak

(38)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 38

1771.051

(39)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 39

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman cabai (Capsicum spp) merupakan kelompok komoditas pangan penting karena memiliki nilai ekonomis tinggi dan peluang pasar besar, dan sangat berpengaruh pada inflasi dan perekonomian nasional. Karena itu diperlukan perhatian dan keseriusan dalam pengembangan komoditas tersebut melalui berbagai dukungan dan keterpaduan program pemerintah baik di pusat maupun daerah. Persoalan fundamental pada cabai adalah pasokan bulanan tidak merata dan produksi berlebihan di musim kering/kemarau yang mengakibatkan harga jatuh sehingga budidaya cabai perlu dilakukan secara teratur sepanjang tahun agar ketersediaannya mencukupi sepanjang tahun.

(40)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 40

Agricultural Practices/GAP) dengan menggunakan benih bermutu, pupuk, sarana budidaya seperti mulsa plastik hitam perak untuk cabai dan menggunakan irigasi sesuai dengan kebutuhan tanaman. Dalam rangka pengamanan produksi perlu dilakukan pengelolaan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) sesuai dengan kaidah-kaidah pelaksanaan Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) yang ramah lingkungan. Penetapan kawasan aneka cabai diperlukan untuk memudahkan upaya penumbuhan dan pengembangan kawasan cabai berbasis agribisnis mulai dari penyediaan sarana produksi, budidaya, dan pemasaran serta kegiatan pendukungnya secara terpadu, dan berkelanjutan. Kawasan cabai adalah sebaran usaha cabai yang disatukan oleh faktor ilmiah, sosial budaya, dan infrastruktur fisik buatan, serta dibatasi oleh agroekosistem yang sama sedemikian rupa sehingga mencapai skala ekonomi dan efektivitas manajemen usaha. Kawasan cabai dapat meliputi kawasan yang telah ada maupun lokasi baru yang memiliki potensi SDA yang sesuai dengan agroekosistem, dan lokasinya dapat berupa hamparan dan atau luasan terpisah, dalam satu kawasan yang dihubungkan dengan aksesibilitas memadai.

(41)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 41

secara lengkap pada kelompok tani/gapoktan penerima manfaat.

Kegiatan kawasan aneka cabai dilaksanakan di Provinsi dan Kabupaten/Kota. Dengan pendampingan yang intensif, yang dalam pelaksanaan maupun pendanaannya melibatkan berbagai institusi pemerintah, pelaku usaha hortikultura maupun swasta, tujuannya adalah saling mendukung dan saling mengisi sesuai bidang tugas, potensi dan sumberdaya masing-masing.

B. Tujuan dan Sasaran

Tujuan kegiatan pengembangan kawasan aneka cabai adalah meningkatkan produksi dan ketersediaan komoditas cabai merata sepanjang tahun dan pemerataan produksi bulanan, dengan menambah volume panen di musim hujan melalui penanaman off season dalam rangka stabilisasi pasokan dan harga cabai.

Sasaran yang ingin dicapai adalah :

1. Meningkatkan produksi aneka cabai pada musim hujan untuk memenuhi kebutuhan dan pasokan dalam negeri 2. Terlaksananya pengembangan kawasan aneka cabai

seluas 2.250 Ha di 10 provinsi pada 32 kabupaten/kota 3. Menjaga kestabilan harga aneka cabai di tingkat petani

(42)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 42

BAB II PELAKSANAAN

A. Pelaksanaan di Provinsi Tugas Pembantuan Provinsi 1. Lokasi

Kegiatan ini dilaksanakan di Provinsi untuk pengembangan kawasan aneka cabai di Kabupaten/Kota yang tidak memiliki satker tersendiri.

2. Output, Sub Output, Komponen

Output : (024) Kawasan Aneka Cabai Sub Output : (001) Tanpa Suboutput

Komponen : (051) Identifikasi/koordinasi/sosialisasi (052) Fasilitasi Bantuan Sarana Produksi

(053) Monitoring, Evaluasi Dan Pelaporan 3. Pelaksana dan Penerima Manfaat

Pelaksana kegiatan adalah bidang teknis di tingkat Provinsi yang menangani pengembangan hortikultura, penanggungjawab kegiatan adalah Kepala Dinas Pertanian Provinsi, sedangkan penerima manfaat adalah Kelompok Tani/ Gapoktan/ Kelompok Wanita Tani dan atau kelompok masyarakat lainnya yang terpilih menerima bantuan pengembangan kawasan aneka cabai.

(43)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 43

produksi, pasokan dan stabilisasi harga. Penerima bantuan sanggup menanam pada waktu-waktu tertentu sesuai petunjuk dinas. Dinas berkoordinasi dengan kelompok tani melakukan pendampingan dalam mengatur pertanaman cabai diwilayahnya dengan tujuan menstabilkan pasokan sepanjang bulan.

4. Pembiayaan

Kegiatan ini dibiayai dengan dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) melalui dana Tugas Pembantuan pada Satker Dinas Pertanian Provinsi TA. 2017.

5. Metode Pelaksanaan

Pelaksanaan pengembangan kawasan aneka cabai dilaksanakan di kabupaten/kota yang dikoordinasikan serta diintegrasikan dengan Provinsi. Pelaksanaan kawasan aneka cabai melalui penanaman cabai pada musim hujan atau off season.

(44)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 44

(051) Identifikasi/ koordinasi/ sosialisasi, dengan akun Belanja Bahan (521211), Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi (521811), dan/atau Honor Output Kegiatan (521213), dan/atau Belanja Perjalanan Biasa (524111), dan/atau Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota (524113), dan/atau Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Dalam Kota (524114), dan/atau Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota (524119).

Identifikasi dilakukan untuk menentukan calon penerima bantuan kelompok tani/gapoktan dan juga dilakukan identifikasi calon lokasi pelaksanaan kegiatan oleh masing-masing calon penerima. Kriteria penerima manfaat antara lain :

1) Lokasi berdekatan dengan sumber air (sungai, danau, embung, sumur, dll), dan tersedia cukup air pada musim hujan;

2) Penerima manfaat/kelompok tani harus membuat usulan ke Dinas Pertanian setempat, selanjutnya usulan tersebut disampaikan ke Dinas Provinsi dan/atau Direktorat Jenderal Hortikultura;

3) Kelompok penerima APBN regular Ditjen Hortikultura 2017 tidak dapat menerima bantuan Kegiatan APBN-P Ditjen Hortikultura 2017; 4) Penerima sanggup menyediakan sarana

(45)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 45

5) Penerima sanggup melakukan penanaman pada musim kering/kemarau (tergantung wilayah/lokasi setempat) yang dituangkan dalam surat pernyataan;

6) Penerima manfaat sanggup melaksanakan kegiatan sesuai petunjuk teknis.

Identifikasi dilakukan oleh petugas Dinas Pertanian untuk menentukan calon penerima bantuan yaitu kelompok tani dan atau gapoktan dan calon lokasi pelaksanaan kegiatan. Selanjutnya kelompok tani dan lokasi tersebut ditetapkan melalui SK Kepala Dinas Pertanian Provinsi atau Kabupaten/Kota. Kegiatan koordinasi/sosialisasi/pembinaan ditujukan untuk memantapkan rancangan kegiatan, mengkoordinasikan dan mensinergikan pelaksanaan kegiatan dengan melibatkan petugas Dinas Pertanian Provinsi (Bidang/seksi, BPTPH, BPSB), Dinas Pertanian Kabupaten/ Kota, instansi terkait dan pemangku kepentingan pengembangan kawasan aneka cabai.

(46)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 46

pengembangan kawasan aneka cabai. Bantuan kepada petani seluruhnya berupa belanja barang fisik, yang pengadaannya dilakukan oleh Satker Dinas Pertanian Provinsi melalui Belanja Bantuan Dalam Bentuk Barang.

Proses pengadaan dilakukan oleh Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (Pokja ULP) atau Pejabat Pengadaan barang/jasa berdasarkan tata cara dan peraturan yang tertuang dalam Perpres Nomor 54 Tahun 2010 dan penyempurnaannya pada Perpres Nomor 70 Tahun 2012 dan pada Perpres Nomor 172 Tahun 2014 beserta lampiran-lampirannya. Pengadaan komponen kegiatan yang dapat dilakukan dengan e-catalog agar dapat dimaksimalkan dan dikonsultasikan secara cermat dan efektif dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Berdasarkan hasil identifikasi CPCL Tim Teknis di Dinas Pertanian Provinsi dengan masukan dari Dinas Pertanian Kabupaten/Kota membuat rencana kebutuhan dan spesifikasi barang fisik lainnya yang dibutuhkan untuk kemudian diserahkan ke Panitia pengadaan untuk diproses sesuai peraturan yang berlaku.

(47)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 47

akan diatur oleh Satker Dinas Pertanian Provinsi sesuai peraturan yang berlaku, sehingga barang yang diserahterimakan mengacu pada kaidah tertib administrasi, tertib fisik dan tertib hukum.

Komponen barang-barang tersebut merupakan pilihan berupa sarana produksi dan sarana budidaya yang dituangkan dalam KAK (Kerangka Acuan Kerja) yang telah disusun dan disepakati oleh kelompok tani penerima dan telah disetujui oleh Tim Teknis.

(48)

Direktorat Jederal Hortikultura

(49)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 49

(524111), dan/atau Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota (524113).

Monitoring dan Evaluasi dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota yang bertujuan untuk mengetahui/memantau perkembangan pelaksanaan kegiatan pengembangan cabai serta mengetahui pencapaian yang ditetapkan. Kegiatan ini dilakukan secara periodik terhadap petani atau kelompok tani/gapoktan penerima bantuan pengembangan cabai di musim hujan. Pelaporan dilakukan melalui pembuatan laporan tentang realisasi fisik dan keuangan secara berkala.

B. Pelaksanaan di Kabupaten/Kota 1. Lokasi

Kegiatan ini dilaksanakan oleh bidang teknis yang membidangi hortikultura di tingkat kabupaten/kota, sebagaimana terlampir.

2. Output, Sub Output, Komponen

Output : (024) Kawasan Aneka Cabai Sub Output : (001) Tanpa Suboutput

Komponen : (051)

(50)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 50

(052)Fasilitasi Bantuan Sarana Produksi

(053)Monitoring, Evaluasi Dan

Pelaporan 3. Pelaksana dan Penerima Manfaat

Pelaksana kegiatan adalah bidang teknis yang menangani pengembangan hortikultura di tingkat kabupaten/kota, penanggungjawab kegiatan adalah Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, sedangkan penerima manfaat adalah Kelompok Tani/Gapoktan/Kelompok Wanita Tani dan atau kelompok masyarakat lainnya yang terpilih menerima bantuan pengembangan kawasan aneka cabai.

Penerima manfaat diutamakan kelompok tani/gapoktan binaan champion/penggerak yang sudah dan akan menandatangani MOU/ perjanjian kerjasama dengan Direktorat Jenderal Hortikultura dalam rangka menjaga produksi, pasokan dan stabilisasi harga. Penerima bantuan sanggup menanam pada waktu-waktu tertentu sesuai petunjuk dinas. Dinas berkoordinasi dengan kelompok tani melakukan pendampingan dalam mengatur pertanaman cabai diwilayahnya dengan tujuan menstabilkan pasokan sepanjang bulan.

4. Pembiayaan

(51)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 51

Tugas Pembantuan pada Satker Dinas Pertanian Kabupaten/Kota TA. 2017.

5. Metode Pelaksanaan

Pelaksanaan pengembangan kawasan aneka cabai dilaksanakan di kabupaten/kota secara terkoordinasi dan terintegrasi. Pelaksanaan kawasan aneka cabai melalui penanaman cabai pada musim hujan atau off season. Penumbuhan dan pengembangan kawasan dilakukan pada lahan yang diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai anggota kelompok tani berupa penataan kawasan dan atau pengutuhan kawasan aneka cabai dengan luasan dan jenis komoditas yang sudah ditetapkan dalam dokumen anggaran tahun 2017. Pelaksanaan kegiatan dapat terdiri atas komponen utama berupa (052) Fasilitasi Bantuan Sarana Produksi yang didukung oleh seluruh dan atau sebagian komponen lainnya dengan penjelasan sebagai berikut : (051) Identifikasi/koordinasi/sosialisasi, dengan akun

(52)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 52

Identifikasi dilakukan untuk menentukan calon penerima bantuan kelompok tani/gapoktan dan juga dilakukan identifikasi calon lokasi pelaksanaan kegiatan oleh masing-masing calon penerima.

Kriteria penerima manfaat antara lain :

1) Lokasi berdekatan dengan sumber air (sungai, danau, embung, sumur, dll).

2) Penerima manfaat/kelompok tani harus membuat usulan ke Dinas Pertanian setempat, selanjutnya usulan tersebut disampaikan ke Dinas Provinsi dan/atau Direktorat Jenderal Hortikultura;

3) Kelompok penerima APBN regular Ditjen. Hortikultura 2017 tidak dapat menerima bantuan Kegiatan APBN-P Ditjen Hortikultura 2017

4) Penerima sanggup menyediakan sarana produksi lain yang tidak dapat dipenuhi oleh anggaran APBNP;

5) Penerima sanggup melakukan penanaman pada musim kering/kemarau (tergantung wilayah/lokasi setempat) yang dituangkan dalam surat pernyataan;

(53)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 53

Identifikasi dilakukan oleh petugas Dinas Pertanian untuk menentukan calon penerima bantuan yaitu kelompok tani dan atau gapoktan dan calon lokasi pelaksanaan kegiatan. Selanjutnya kelompok tani dan lokasi tersebut ditetapkan melalui SK Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

Kegiatan koordinasi/ sosialisasi/ pembinaan ditujukan untuk memantapkan rancangan kegiatan, mengkoordinasikan dan mensinergikan pelaksanaan kegiatan dengan melibatkan petugas Dinas Pertanian Kabupaten/ Kota (Bidang/seksi, BPTPH, BPSB), instansi terkait dan pemangku kepentingan pengembangan kawasan aneka cabai. (052) Fasilitasi bantuan sarana produksi, dengan akun

Belanja Barang Fisik Lainnya untuk diserahkan kepada masyarakat/Pemda (526115), dan/atau Belanja Peralatan dan Mesin untuk diserahkan kepada masyarakat/Pemda (526112), dan/atau Belanja Gedung dan Bangunan untuk diserahkan kepada masyarakat/Pemda (526113) untuk pengembangan kawasan aneka cabai. Bantuan kepada petani seluruhnya berupa belanja barang fisik, yang pengadaannya dilakukan oleh Satker Dinas Pertanian Kabupaten/Kota melalui Belanja Bantuan Dalam Bentuk Barang.

(54)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 54

Pengadaan barang/jasa berdasarkan tata cara dan peraturan yang tertuang dalam Perpres Nomor 54 Tahun 2010 dan penyempurnaannya pada Perpres Nomor 70 Tahun 2012 dan pada Perpres Nomor 172 Tahun 2014 beserta lampiran-lampirannya. Pengadaan komponen kegiatan yang dapat dilakukan dengan e-catalog agar dapat dimaksimalkan dan dikonsultasikan secara cermat dan efektif dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Berdasarkan hasil identifikasi CPCL Tim Teknis di Dinas Pertanian Kabupaten/Kota membuat rencana kebutuhan dan spesifikasi barang fisik lainnya yang dibutuhkan untuk kemudian diserahkan ke Panitia pengadaan untuk diproses sesuai peraturan yang berlaku.

Serah terima barang dari Dinas Pertanian Kabupaten/Kota kepada Ketua Kelompok tani/ Gapoktan/Kelompok Wanita Tani/Asosiasi selaku penerima manfaat akan diatur oleh Satker Dinas Pertanian Kabupaten/Kota sesuai peraturan yang berlaku, sehingga barang yang diserahterimakan mengacu pada kaidah tertib administrasi, tertib fisik dan tertib hukum.

(55)

Direktorat Jederal Hortikultura

(56)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 56

Apabila bantuan yang akan diadakan berupa benih maka ketentuan mengenai persyaratan benih mengikuti peraturan perbenihan yang berlaku. Pengadaan benih diutamakan berasal dari masing-masing Provinsi, bila tidak mencukupi dapat dipenuhi dari Provinsi lain. Bantuan tersebut sifatnya hanya sebagai pengungkit, sedangkan komponen lain yang diperlukan dalam biaya usaha tani menjadi tanggung jawab dan kontribusi petani, kelompok tani atau Gapoktan.

(053) Monitoring, evaluasi dan pelaporan dengan akun Belanja Bahan (521211), dan/atau Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi (521811), dan/atau Belanja Perjalanan Biasa (524111), dan/atau Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota (524113).

(57)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 57

BAB III INDIKATOR KINERJA

A. Masukan

1. Dana APBNP TA. 2017 Rp. 67.500.000.000,-

2. Sumber Daya Manusia (petugas, petani, pelaku usaha) 3. Data dan teknologi

B. Keluaran

1. Terlaksananya kegiatan pengembangan kawasan aneka cabai seluas 2.250 ha di 10 Provinsi 32 Kabupaten/Kota 2. Sarana budidaya dan sarana produksi pengembangan

kawasan aneka cabai. C. Hasil

1. Terbangunnya kawasan baru dan pengutuhan kawasan aneka cabai di sentra-sentra produksi

2. Meningkatnya luas panen disaat Off Season.

3. Meningkatkan ketersediaan produksi cabai sepanjang tahun.

4. Meningkatnya kemampuan dan kapasitas Kelembagaan petani (kelompok tani, Gapoktan, dan lain-lain).

D. Manfaat

Terbentuknya kawasan cabai yang mampu menyediakan cabai sepanjang tahun melaui penanaman cabai saat off sesson dan mampu menekan inflasi akibat gejolak harga. E. Dampak

(58)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 58

PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN

OBAT

(59)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 59

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman obat merupakan komoditas yang prospektif untuk dikembangkan secara komersial untuk memenuhi permintaan konsumen, baik dalam maupun luar negeri. Salah satu upaya untuk memanfaatkan potensi dan prospek tersebut adalah dengan pengembangan agribisnis tanaman obat melalui pelaksanaan program peningkatan produksi dan produktivitas produk tanaman obat ramah lingkungan. Untuk merespon tuntutan tersebut Pemerintah telah mengeluarkan 2 (dua) Permentan yaitu Permentan Nomor Nomor 62/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Tatacara Penerapan dan Registrasi Kebun atau Lahan Usaha dalam Budidaya Buah dan Sayur yang Baik dan Permentan Nomor 57/Permentan/OT.140/9/2012 tentang Petunjuk Budidaya Tanaman Obat Yang Baik.

(60)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 60

menjadikan tanaman obat sebagai sumber kesehatan dan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia.

Salah satu komoditas tanaman obat prospektif adalah aloe vera atau dikenal dengan lidah buaya, yang merupakan salah satu komoditas binaan Direktorat Jenderal Hortikultura yang memilki manfaat baik untuk kesehatan, kecantikan dan menjaga kebugaran. Untuk itu perlu ditetapkan kawasan pengembangan lidah buaya, khususnya di wilayah yang memiliki kesesuaian agroekologi dan agroekosistem untuk pengembangan lidah buaya sehingga menghasilkan kandungan aktif yang optimal dan berkhasiat. Dalam rangka pencapaian tujuan tersebut maka Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat melakukan pendekatan pengembangan kawasan lidah buaya melalui perluasan areal, perbaikan mutu, dan pengelolaan lahan usaha tani di daerah sentra produksi yang berkelanjutan. Kawasan lidah buaya adalah sebaran usaha lidah buaya yang disatukan oleh faktor ilmiah, sosial budaya, dan infrastruktur fisik buatan, serta dibatasi oleh agroekosistem yang sama sedemikian rupa sehingga mencapai skala ekonomi dan efektivitas manajemen usaha. Kawasan ini meliputi kawasan yang memiliki potensi SDA yang sesuai dengan agroekosistem, dan lokasinya dapat berupa hamparan dan atau luasan terpisah, dalam satu kawasan yang dihubungkan dengan aksesibilitas memadai.

(61)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 61

maupun swasta yang saling sinergi dan mendukung sesuai dengan bidang tugas, potensi dan sumberdaya masing-masing.

Pengembangan Kawasan Tanaman Obat (Lidah Buaya) pada APBN-P tahun 2017 akan dilakukan melalui dana Pusat, dana Tugas Pembantuan (TP) Provinsi dan Dekonsentrasi Provinsi.

B. Tujuan dan Sasaran

Tujuan kegiatan pengembangan kawasan tanaman obat adalah untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya kawasan dan sentra produksi tanaman obat, khususnya lidah buaya yang berkelanjutan melalui penerapan prinsip budidaya ramah lingkungan.

(62)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 62

BAB II PELAKSANAAN

A. Pelaksanaan Di Provinsi Tugas Pembantuan Provinsi

Kegiatan pengembangan kawasan tanaman obat yang dilakukan melalui dana tugas pembantuan di Provinsi berupa pengembangan kawasan tanaman obat unggulan nasional.

1. Lokasi

Kegiatan ini dilaksanakan oleh bidang teknis di tingkat provinsi yang membidangi hortikultura di Provinsi Kalimantan Barat, yang mencakup 1 kota, sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran.

2. Output, Sub Output, Komponen

Output : (056) Pengembangan Kawasan Tanaman Obat

Sub Output : (001) Tanpa Suboutput

Komponen : (051)

Identifikasi/koordinasi/sosialisasi

(052) Fasilitasi bantuan produksi (053)Monitoring, evaluasi dan

pelaporan 3. Pelaksana dan Penerima Manfaat

(63)

Direktorat Jederal Hortikultura

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura (APBN-P 2017) 63

Kelompok Tani/Gapoktan terpilih yang mendapatkan pendampingan pelaksanaan pengembangan tanaman obat.

4. Pembiayaan

Kegiatan ini dibiayai dengan dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBNP) melalui dana Tugas Pembantuan pada Satker Dinas Pertanian Provinsi TA. 2017.

5. Metode Pelaksanaan

Pelaksanaan pengembangan kawasan tanaman obat dilaksanakan melalui kegiatan yang mendukung upaya pengembangan kawasan tanaman obat di kota yang terkoordinasi dan terintegrasi dengan kewenangan provinsi.

Penumbuhan dan pengembangan kawasan dilakukan pada lahan usaha tani atau pekarangan milik petani atau masyarakat sebagai anggota kelompok tani berupa perluasan kawasan dengan luasan dan jenis komoditas yang sudah ditetapkan dalam dokumen anggaran tahun 2017.

Gambar

Tabel 1. Komponen Bantuan berupa Input Kawasan Bawang Merah
Tabel 2. Komponen Bantuan berupa Input Kawasan Bawang Merah
Tabel 3. Komponen Bantuan berupa Input Kawasan Sayuran Lainnya
Tabel 4. Komponen Bantuan berupa Input Kawasan Sayuran Lainnya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun data yang diambil dari rekam medik yaitu nama pasien, umur, nomor rekam medik, dosis Misoprostol yang digunakan, graviditas ibu dengan kehamilan postterm,

Implikasi penelitian adalah (1) Sebaiknya dalam Kemampuan Manajerial yang dilaksanakan Kepala Sekolah lebih meningkatkan perhatian terhadap Guru-guru yang ada di SMP Negeri

a) Jadwal kuliah merupakan kombinasi dari komponen-komponen utama, yaitu dosen, mahasiswa, matakuliah, ruang, dan waktu. Apabila salah satu komponen tidak lengkap, maka

Untuk cabang olahraga atletik khususnya nomor lempar cakram, apabila ada seseoarang yang memiliki lengan panjang kecenderungan akan berpengaruh pada jauhnya lemparan jika didukung

Untuk menjaga agar injektor mobil anda bekerja dengan optimal, lakukan perawatan berkala dengan memberikan cairan pembersih pada bahan bakar paling tidak dua minggu sekali.. Campuran

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi besarnya nilai ketidakseimbangan beban dan nilai arus kawat netral yang terjadi pada gedung E11 dan

Dengan disusunnya anggaran kas PT “X” untuk tahun 2006 dan 2007, maka dapat dilihat bahwa metode saldo kas minimum yang diperkirakan dapat meningkatkan efisiensi kas perusahaan

1) Implementasi Kebijakan adalah merupakan rangkaian kegiatan setelah suatu kebijakan dirumuskan. Adapun model implementasi yang dipakai pada penelitian ini adalah