PERATURAN DAERAH PROVI NSI JAWA TENGAH
NOMOR TAHUN 2009
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVI NSI JAWA TENGAH TAHUN 2008-2013
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR JAWA TENGAH,
Menimbang
: a.
bahwa untuk memberikan arah dan tujuan dalam
mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah
sesuai dengan visi, misi Gubernur, perlu disusun
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang;
b.
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagai-mana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, perlu
menyu-sun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013 yang
merupa-kan perwujudan visi, misi dan Program Gubernur yang
memuat kebijakan penyelenggaraan Pembangunan;
c.
bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud huruf a dan huruf b, maka perlu membentuk
Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Tahun 2008-2013;
2
2.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan
Negara
(Lembaran
Negara
Republik
I ndonesia
Tahun
2003
Nomor
47
Tambahan
Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 4286);
3.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pem-bentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik I ndonesia Tahun 2004 Nomor 139,
Tambahan Lembaran Negara Republik I ndonesia
Nomor 4389);
4.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(Lem-baran Negara Republik I ndonesia Tahun 2004 Nomor
104, Tambahan Lembaran Negara Republik I ndonesia
Nomor 4421);
5.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
I ndonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
I ndonesia Nomor 4844);
6.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik
I ndonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 4438);
3
8.
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang
Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik
I ndonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan
Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 4575);
9.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik
I ndonesia
Tahun
2005
Nomor
140,
Tambahan Lembaran Negara Republik I ndonesia
Nomor 4578);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan
Penyeleng-garaan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik
I ndonesia
Tahun
2005
Nomor
165,
Tambahan Lembaran Negara Republik I ndonesia
Nomor 4593);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Laporan Keuangan Dan Kinerja I nstansi Pemerintah
(Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2006
Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik
I ndonesia Nomor 4614);
12.
Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang
Tata Cara Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik
I ndonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan
Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 4663);
13.
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang
Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Republik I ndonesia
Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara
Republik I ndonesia Nomor 4664);
14.
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang
Pedoman Laporan Penyelenggaraan Pemerintah
Dae-rah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan
Pertang-gungjawaban
Kepala
Daerah
Kepada
Dewan
4
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada
Masya-rakat (Lembaran
Negara Republik I ndonesia Tahun
2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara
Republik I ndonesia Nomor 4693);
15.
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi Dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran
Negara Republik
I ndonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 4737);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran
Negara Republik I ndonesia Tahun 2008 Nomor 23,
Tambahan Lembaran Negera Republik I ndonesia
Nomor 4697);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian Dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
(Lembaran
Negara Republik I ndonesia Tahun 2008
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik
I ndonesia Nomor 4698);
18. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2005 – 2009;
19. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang
Pengesahan, Pengundangan Dan Penyebarluasan
Peraturan Perundang-undangan;
20.
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8
Tahun
2006
tentang
Tata
Cara
Penyusunan
Perencanaan Pembangunan Daerah Dan Pelaksanaan
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi
Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2006 Nomor 8 Seri E Nomor 1);
5
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008
Nomor 1 Seri E Nomor 1, Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 7);
22.
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3
Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 –
2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun
2008 Nomor 3 Seri E Nomor 3, Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9);
23.
Peraturan
Daerah
Provinsi
Jawa
Tengah
Nomor 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan
Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah
Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3 Seri E Nomor 3,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah
Nomor 10);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKI LAN RAKYAT DAERAH PROVI NSI JAWA TENGAH
dan
GUBERNUR JAWA TENGAH
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
: PERATURAN
DAERAH
TENTANG
RENCANA
PEM-BANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVI NSI
JAWA TENGAH TAHUN 2008-2013.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1.
Daerah adalah Provinsi Jawa Tengah.
6
3.
Gubernur adalah Gubernur Jawa Tengah.
4.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya
disingkat RPJPD adalah Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2025.
5.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya
disingkat RPJMD adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013.
6.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD
adalah Rencana Kerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah
yang disusun setiap tahun sekali.
BAB I I
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
Pasal 2
RPJMD merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah sebagai
landasan dan pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan
pembangunan 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2008 sampai dengan
tahun 2013 dan pelaksanaan lebih lanjut dituangkan dalam Rencana Kerja
Pembangunan Daerah (RKPD).
Pasal 3
Sistematika RPJMD
disusun sebagai berikut :
a. BAB I
: Pendahuluan;
b. BAB I I
: Kondisi Umum;
c.
BAB I I I
: Prioritas Pembangunan Daerah Rencana Jangka Panjang;
d. BAB I V : Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran;
e. BAB V
: I ndikator Makro dan Pentahapan Pembangunan;
f.
BAB VI : Pengelolaan Keuangan Daerah;
g. BAB VI I
: Program Pembangunan Daerah;
h. BAB VI I I : Penutup.
Pasal 4
7
Pasal 5
RPJMD mempedomani Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang
RPJPD dan memperhatikan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2005 –
2009.
Pasal 6
Penyusunan RPJMD menjadi pedoman bagi :
a.
Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam menyusun Rencana Strategis
dan sebagai acuan bagi seluruh pemangku kepentingan di Daerah
dalam melaksanakan kegiatan pembangunan selama kurun waktu
2008 – 2013.
b.
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kabupa-ten/ Kota di Jawa Tengah.
Pasal 7
RPJMD wajib dilaksanakan oleh Gubernur dalam rangka penyelenggaraan
pembangunan di Daerah.
BAB I I I
KETENTUAN PERALI HAN
Pasal 8
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka RPJMD menjadi
pedoman penyusunan rencana pembangunan sampai dengan Tahun 2013,
dan dapat diberlakukan sebagai RPJMD transisi sebagai pedoman
penyusunan RKPD Tahun 2014 sebelum tersusunnya RPJMD Tahun 2013 –
2018 yang memuat visi dan misi Gubernur terpilih.
BAB I V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 9
8
Pasal 10
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Tengah.
Ditetapkan di Semarang
pada tanggal 17 Februari 2009
GUBERNUR JAWA TENGAH,
BI BI T WALUYO
Diundangkan di Semarang
pada tanggal
SEKRETARI S DAERAH PROVI NSI
JAWA TENGAH,
HADI PRABOWO
9
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH PROVI NSI JAWA TENGAH
NOMOR TAHUN 2008
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
PROVI NSI JAWA TENGAH TAHUN 2008-2013
I .
UMUM.
Bahwa dalam rangka memberikan arah dan tujuan dalam
mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah sesuai dengan
visi, misi Kepala Daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, perlu disusun Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah kurun waktu 5 tahun mendatang.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013 merupakan penjabaran dari visi,
misi, dan program Gubernur yang penyusunannya berpedoman pada
RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM-Nasional, memuat arah dan
kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan
umum dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja
Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan
rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang
bersifat indikatif.
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJM-D) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013
dilakukan secara
partisipatif
dengan
melibatkan
seluruh
pemangku
kepentingan
pembangunan, serta mengacu pada ketentuan peraturan
perundang-udangan yang berlaku.
10
dijadikan acuan
bagi penyusunan dokumen perencanaan pembangunan
Kabupaten/ Kota di Jawa Tengah.
Berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut di atas, maka
perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Tengah Tahun
2008-2013.
I I .
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Dokumen RPJMD Tahun 2008-2013 ini dapat diberlakukan
sebagai Dokumen RPJMD Transisi untuk pedoman dalam
penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun
2014 sebelum RPJMD Tahun 2013-2018 disusun dan ditetapkan
menjadi Peraturan Daerah.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
11
Pasal 10
Cukup jelas.
ii
DAFTAR I SI
BUKU I
RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA
MENENGAH DAERAH ... i
D. Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya ... 5
E. Sistimatika ... 6
BUKU I I BAB I I KONDI SI UMUM ... 7
A. Kondisi Kewilayahan ... 7
B. Kondisi Perekonomian ... 8
C. Capaian Hasil Pembangunan Jawa Tengah ... 13
D. Kondisi Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan ... 17
E. Analisis Lingkungan Strategis ... 63
BAB I I I PRI ORI TAS PEMBANGUNAN DAERAH RENCANA JANGKA PANJANG ... 73
BAB I V VI SI , MI SI , TUJUAN DAN SASARAN.. ... 80
BAB V I NDI KATOR MAKRO DAN PENTAHAPAN PEMBANGUNAN ... 87
A. Target Agregatif Pembangunan Jawa Tengah 2008-2013 ... 87
B. Pentahapan Pembangunan ... 90
BAB VI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH ... 95
A. Pengelolaan Keuangan Daerah ... 95
B. Penerimaan Daerah ... 97
C. Belanja Daerah... 99
D. Pembiayaan Daerah ... 101
E. Analisa Kemampuan Keuangan Daerah ... 103
BAB VI I PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH ... 104
A. Kewenangan Urusan Wajib ... 104
B. Kewenangan Urusan Pilihan ... 207
C. Pelaksanaan Tugas Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan ... 231
D. Pelaksanaan Tugas Umum Pemerintahan ... 232
BAB VI I I PENUTUP ... 233
BUKU I I I
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan pada dasarnya adalah upaya sadar untuk memanfaatkan potensi yang layak, memecahkan permasalahan yang dihadapi serta memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat menuju keadaan atau kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Potensi, permasalahan serta kebutuhan masyarakat Jawa Tengah tidak dapat dimanfaatkan, dipecahkan serta dipenuhi dalam jangka pendek. Demikian pula sumber daya yang tersedia untuk pembangunan selalu terbatas bila dibandingkan dengan kebutuhan. Oleh karena itu diperlukan suatu perencanaan pembangunan jangka menengah sebagai pedoman bagi pelaksanaan pembangunan tahunan yang saling berkaitan dan berkesinambungan.
Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan, bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Pemerintah Daerah berkewajiban menyusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan sistem perencanaan pembangunan nasional. Perencanaan pembangunan daerah tersebut meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) untuk jangka waktu 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk jangka waktu 5 tahun dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) untuk jangka waktu 1 tahun.
2 dimaksudkan adalah bahwa informasi, baik sumberdaya yang diperlukan maupun keluaran dan dampak yang tercantum di dalam dokumen RPJMD hanya merupakan indikasi yang hendak dicapai dan bersifat tidak kaku. Ketentuan ini termuat dalam pasal 5 ayat (2) Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional jo pasal 150 ayat (3) huruf c Undang-Undang No. 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Pasal 19 Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 ayat (2) mengatur bahwa RPJMD ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah paling lambat 3 (tiga) bulan setelah
kepala daerah dilantik. Sementara itu dalam pasal 150 ayat (3) huruf c Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 diatur bahwa RPJMD ditetapkan dengan
Peraturan Daerah berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Terkait dengan hal ini Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Dalam Peraturan Pemerintah ini disebutkan bahwa RPJMD ditetapkan dengan Peraturan Daerah setelah berkonsultasi dengan Menteri Dalam Negeri, dan jangka waktu penetapannya paling lambat 6 bulan setelah kepala daerah dilantik.
Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas, dan dengan telah ditetapkannya hasil Pilkada Propinsi Jawa Tengah tanggal 22 Juni 2008, serta telah dilantiknya Pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur periode 2008 - 2013 pada tanggal 23 Agustus 2008, maka disusunlah RPJMD Provinsi Jawa Tengah 2008-2013. RPJMD ini akan menjadi pedoman bagi SKPD dalam menyusun Rencana Strategis (Renstra) dan sebagai acuan bagi seluruh stakeholder di Provinsi Jawa Tengah dalam melaksanakan kegiatan pembangunan selama kurun waktu 2008 – 2013. RPJMD Propinsi Jawa Tengah 2008 - 2013 ini selain menjabarkan visi, misi, dan program Kepala Daerah terpilih juga menjabarkan program gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.
B. Tujuan
3 nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan daerah yang telah disepakati bersama, sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh segenap komponen pelaku pembangunan akan menjadi lebih efektif, efisien, terpadu, berkesinambungan, dan saling melengkapi satu dengan lainnya, dalam satu pola sikap dan pola tindak. Tujuan berikutnya adalah untuk memberikan pedoman bagi penyusunan RKPD yang memuat strategi, arah kebijakan, program kegiatan dan prakiraan maju pendanaan.
C. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Tengah;
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Tengah;
3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Daerah I stimewa Yogyakarta;
4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I I Kabupaten Batang;
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan; 6. Undang-Undang nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi;
7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Tengah;
8. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Tengah;
9. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Daerah I stimewa Yogyakarta;
10.Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I I Kabupaten Batang;
4 17.Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
18.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2007 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
19.Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan
20.Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional 21.Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025;
22.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Panas Bumi;
23.Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 24.Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
25.Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
26.Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi;
27.Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2008 tentang Mineral dan Batubara;
28.Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1988 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Dati I I Pekalongan, Kabupaten Dati I I Pekalongan dan Kabupaten Dati I I Batang;
29.Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
30.Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 4663);
31.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota;
32.Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah;
33.Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan;
5 35.Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan;
36.Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
37.Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar;
38.Prakarsa Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan; 39.Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Jangka Panjang
Menengah Nasional Tahun 2005 – 2009;
40.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2003 tentang Rencana Strategis Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003-2008;
41.Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 21 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah;
42.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi Jawa Tengah;
43.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2025; 44.Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
45.Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 82 Tahun 2007 tentang Program I ndikatif Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur No. 30 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 82 Tahun 2007 tentang Program I ndikatif Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009;
46.Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 88 Tahun 2008 tentang Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana (RAD-PRB) Provinsi Jawa Tengah.
D. Hubungan RPJMD Provinsi Jaw a Tengah Dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
6 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Oleh karena itu, RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 - 2013 disusun mengacu pada RPJP Nasional Tahun 2005 - 2025 dan RPJM Nasional Tahun 2004 - 2009. Dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan Provinsi Jawa Tengah, RPJMD Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2008-2013 juga mengacu pada RPJPD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 - 2025.
Agar dalam pelaksanaan pembangunan di Jawa Tengah Tahun 2008-2013 tidak bertentangan dengan pemanfaatan ruang, maka dalam menyusun RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013 memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah.
Untuk menjaga konsistensi pelaksanaan pembangunan masing-masing urusan/ sektor, penyusunan RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013 memperhatikan dokumen-dokumen perencanaan yang telah ada, antara lain Rencana Aksi Daerah Pengurangan Resiko Bencana (RAD-PRB), Rencana Tenaga Kerja Daerah (RTKD), Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD), Rencana I nduk Pemberdayaan Perempuan (RI PP), dan Rencana I nduk Pengembangan Pariwisata.
RPJMD ini akan menjadi dasar dalam penyusunan RKPD tahunan dan Renstra SKPD. RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 - 2013 juga menjadi acuan bagi pemerintah kabupaten/ kota dalam menyusun RPJMD kabupaten/ kota.
E. Sistematika
RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013 disusun dengan sistematika sebagai berikut.
BAB I : Pendahuluan BAB I I : Kondisi Umum;
BAB I I I : Prioritas Pembangunan Daerah Rencana Jangka Panjang; BAB I V : Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran;
BAB V : I ndikator Makro dan Pentahapan Pembangunan; BAB VI : Pengelolaan Keuangan Daerah;
7
BAB I I
KONDI SI UMUM
A. Kondisi Kew ilayahan
Provinsi Jawa Tengah terletak pada 5° 40' dan 8° 30' dan 111° 30' Bujur Timur, selain daratan Jawa Tengah juga memiliki wilayah laut dengan garis pantai sepanjang 791,76 km yang terdiri dari pantai utara sepanjang 502,69 km dan pantai selatan sepanjang 289,07 km. Secara adminstratif Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 kabupaten dan 6 kota dan terdiri dari 568 kecamatan yang meliputi 8.573 desa/ kelurahan. Luas wilayah Provinsi Jawa Tengah tercatat sebesar 3,25 juta hektar atau sekitar 25,04 persen dari luas Pulau Jawa (1,70 persen dari luas Indonesia), terdiri dari 992 ribu hektar (30,50 persen) lahan sawah, dan 2,26 juta hektar (69,5 persen) lahan bukan sawah.
Secara umum kondisi suhu udara berkisar antara 24,4° C dan 28,5° C. Tempat-tempat yang letaknya berdekatan dengan pantai mempunyai suhu udara rata-rata relatif tinggi. Kelembaban udara rata-rata bervariasi, dari 73 persen sampai 86 persen. Curah hujan tertinggi tercatat di Sempor Kebumen sebesar 3.068 mm, dan hari hujan terbanyak tercatat di Kabupaten Cilacap sebesar 179 hari.
8 Tenaga kerja yang terampil merupakan potensi sumberdaya manusia yang sangat dibutuhkan dalam proses pembangunan menyongsong era globalisasi. Angkatan kerja pada tahun 2007 sebanyak 17.664.277 jiwa, sedangkan jumlah angkatan kerja yang bekerja 16.304.058 jiwa. Dengan demikian terdapat penganguran terbuka 1.360.219 jiwa atau 7,70 % dari jumlah angkatan kerja. Tingkat pengangguran terbuka tersebut secara proporsional lebih rendah dibandingkan tahun 2006 yang sebesar 8,02% . Persentase tingkat pengangguran terbuka di Jawa Tengah tersebut masih di bawah angka nasional yang tercatat sebesar 9,75% .
B. Kondisi Perekonomian
Total Produk Domestik Regional Brutto (PDRB) Jawa Tengah atas dasar harga berlaku pada tahun 2007 sebesar Rp 312.428.807.090.000,-. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2006 yaitu sebesar Rp 281.996.709.110.000,-. PDRB tahun 2007 menurut harga konstan 2000 sebesar Rp. 159.110.253.770.000,-, jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2006 yaitu sebesar Rp. 150.682.654.740.000,-. PDRB Jawa Tengah baik menurut harga berlaku maupun harga konstan tahun 2000 dirinci menurut sektor terlihat pada tabel 2.1 dan tabel 2.2.
Tabel 2.1
Produk Domestik Regional Brutto atas Dasar Harga Berlaku di Jawa Tengah Tahun 2002-2006 (juta Rupiah)
No Sektor 2002 2003 2004 2005 2006
1. Pert anian 33.668.128,27 33.813.526,67 38.492.121,60 44.806.485,33 57.364.981,87 2. Pert ambangan dan
Penggalian
1.407.809,14 1.668.788,52 1.855.129,61 2.276.913,64 2.869.481,96 3. I ndustri Pengolahan 48.176.165,61 56.032.110,15 63.136.583,39 79.037.442,65 92.646.434,52 4. Listrik, Gas dan Air
Minum
1.544.504.66 2.009.245,97 2.361.913,35 2.815.653,83 3.153.227,05 5. Bangunan 7.393.911,77 8.891.130,37 10.899.131,66 13.517.731,95 15.962.321,08 6. Perdagangan, Hot el
dan Restoran
31.830.470,70 35.660.587,41 38.870.547,20 46.694.123,55 55.362.794,99 7. Pengangkutan dan
Komunikasi
7.924.190,39 9.899.168,22 10.959.329,41 13.852.018,07 16.801.494,45 8. Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan
5.767.937,39 6.448.270,23 7.212.976,80 8.339.491,61 9.592.396.,78 9. Jasa-j asa 14.255.707,94 17.459.049,51 19.647.530,03 23.095.462,68 28.243.576,41 PRDB Tot al 151.968.825,74 171.881.877,04 193.435.263,05 234.435.323,31 281.996.709,11
9 Tabel 2.2
Produk Domestik Regional Brutto atas Dasar Harga Konstan 2000 di Jawa Tengah Tahun 2002-2006
No Sektor 2002 2003 2004 2005 2006
1. Pert anian 27.725.086,08 27.157.595,62 28.606.237,28 29.924.642.25 31.002.199,11 2. Pert ambangan dan
Penggalian
1.227.651,53 1.295.356,44 1.330.759,58 1.454.230,59 1.678.299,61 3. I ndustri Pengolahan 39.193.652,64 41.347.172,12 43.995.611,83 46.105.706,52 48.189.134,86 4. Listrik, Gas dan Air
Minum
975.868,80 980.306,54 1.065.114,58 1.179.891,98 1.256.430,34 5. Bangunan 6.116.817,45 6.907.250,46 7.448.715,40 7.960.948,49 8.446.566,35 6. Perdagangan, Hot el
dan Restoran
26.289.742,59 27.666.472,01 28.343.045,34 30.056.962,75 31.816.441,85 7. Pengangkutan dan
Komunikasi
5.872.915,88 6.219.922,79 6.510.447,43 6.988.425,43 7.451.506,22 8. Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan
4.524.128,37 4.650.861,38 4.826.541,38 5.067.665,70 5.339.608,70 9. Jasa-j asa 11.112.677,79 12.941.524,67 13.663.399,59 14.312.739,85 15.442.467,70 PRDB Tot al 123.036.541,13 129.166.462,45 135.789.872,31 143.051.213,88 150.682.654,74
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (2007)
PDRB per kapita pada tahun 2006 berdasarkan harga berlaku sebesar Rp 8.763.722,89, sedangkan menurut harga konstan tahun 2000 sebesar Rp 4.682.824,26. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2005. PDRB per kapita pada tahun 2005 berdasarkan harga berlaku sebesar Rp 7.349.965,06, sedangkan berdasarkan harga konstan 2000 PDRB per kapita sebesar Rp 4.484.910,42. Perkembangan PDRB per kapita selama lima tahun terakhir tercantum pada tabel 2.3.
Tabel 2.3
Produk Domestik Regional Brutto Perkapita di Jawa Tengah Tahun 2002-2006
No Tahun PDRB Perkapita ADH Berlaku PDRB Perkapita ADH konstan 2000
10 Tabel 2.4
Pertumbuhan Produk Domestik Regional Brutto atas Dasar Harga Konstan 2000 di Jawa Tengah Tahun 2002-2006 (% )
No Sektor 2002 2003 2004 2005 2006 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan
2,35 2,80 3,78 5,00 6,55
9. Jasa-jasa -6,05 16,46 5,58 4,75 7,89
PRDB Total 3,55 4,98 5,13 5,35 5,33
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (2007)
Dalam kurun 5 tahun terakhir (2002–2006), sektor industri pengolahan masih merupakan sektor yang menjadi andalan terbesar di Provinsi Jawa Tengah. Hal ini ditandai oleh besarnya sumbangan sektor ini terhadap total PRDB Jawa Tengah pada tahun 2006 yaitu di atas 30 persen, tertinggi dibanding dengan sektor lain. Sektor lain yang memberikan sumbangan cukup besar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pertanian, yaitu masing-masing sebesar 21,11 dan 20,57% terhadap PDRB. Sementara itu, sektor listrik, gas dan air minum memberikan sumbangan terkecil yakni hanya sebesar 0,83% . Perkembangan kontribusi sektor-sektor perekonomian terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2002 sampai tahun 2006 tercantum pada tabel 2.5.
Tabel 2.5
Distribusi Produk Domestik Regional Brutto atas Dasar Harga Konstan 2000 di Jawa Tengah Tahun 2002-2006 (% )
No Sektor 2002 2003 2004 2005 2006 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan
3,68 3,60 3,55 3,54 3,58
9. Jasa-jasa 9,03 10,02 10,06 10,01 10,25
PRDB Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
11 Sektor industri merupakan prioritas utama pembangunan ekonomi Jawa Tengah. Sektor industri dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu : industri besar, industri sedang, industri kecil, industri rumah tangga. Jumlah perusahaan industri besar dan sedang di Jawa Tengah pada tahun 2005 tercatat sebanyak 3.476 unit perusahaan yang menyerap 555.230 tenaga kerja.
Perkembangan perekonomian daerah tidak lepas dari peranan investasi yang ditanamkan di Jawa Tengah. Realisasi investasi selama kurun waktu tahun 2003 - 2006 berfluktuatif. Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada tahun 2006 berdasarkan Surat Persetujuan Tetap (SPT) yang telah disetujui sebesar Rp 4,558 triliun, dan tenaga kerja yang akan diserap sebanyak lebih dari 18 ribu orang. Sementara itu, realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) berdasarkan SPT yang dikeluarkan adalah sebesar 579,231 juta dolar Amerika. Investasi PMA tersebut diharapkan akan menyerap tenaga kerja sebesar kurang lebih 8 ribu orang.
Memasuki tahun 2007, perekonomian Jawa Tengah telah berhasil melewati berbagai tekanan berat akibat kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang terjadi dua kali sejak tahun 2005. Dampak kenaikan BBM tersebut secara bertahap dapat diatasi dengan baik, sehingga secara umum kondisi perekonomian Jawa Tengah menunjukan arah yang semakin baik pula.
Perkembangan harga-harga menunjukan arah yang makin stabil. Hal ini tercermin dari laju inflasi Jawa Tengah yang pada tahun 2007 dapat bertahan pada level satu digit (6,24% ), sedangkan pada tahun 2006 sebesar 6,50% . Angka tersebut relatif rendah, mengingat pada beberapa bulan terakhir harga minyak goreng sempat naik, sebagai dampak kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) di pasar internasional yang cukup tinggi. Tingkat inflasi yang relatif rendah dan terkendali tersebut mengindikasikan bahwa berbagai kebutuhan bahan pokok masyarakat seperti BBM, beras, gula, minyak dan yang lainnya terjaga pasokan dan distribusinya selama tahun 2007.
12 Dari sisi produksi, seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif dan relatif tinggi, antara lain sektor pertanian meningkat 2,78% ; sektor pertambangan dan penggalian 6,23% ; bangunan/ konstruksi 7,21% ; sektor perdagangan, hotel dan restoran 6,54% ; pengangkutan dan komunikasi 8,07% . Sementara itu sektor industri pengolahan tumbuh 5,56% , bank dan lembaga keuangan 6,81% dan jasa-jasa 6,71% . Ditinjau dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah antara lain digerakkan oleh konsumsi rumah tangga, yang tumbuh sebesar 5,13% , mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2006 sebesar 4,80% . Hal ini menunjukkan daya beli masyarakat pada tahun 2007 telah meningkat dibandingkan tahun 2006 yang sempat mengalami penurunan, sebagai dampak kenaikan BBM pada akhir tahun 2005. Sementara itu, konsumsi pemerintah pada tahun 2007 tumbuh sebesar 12,26% dan pembentukan modal tetap bruto 5,67% . Pada tahun 2006 konsumsi pemerintah tumbuh sebesar 12,51% dan pembentukan modal tetap bruto sebesar 12,90% .
I ndikator-indikator ekonomi makro Jawa Tengah tahun 2007 yang meliputi PDRB, PDRB perkapita, Laju Pertumbuhan Ekonomi, I nflasi, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), I nvestasi, Ekspor dan I mpor, terinci pada tabel 2.6. I ndikator-indikator tersebut menunjukkan adanya perkembangan positif ekonomi makro Provinsi Jawa Tengah. Meskipun demikian, perlu diwaspadai adanya penurunan realisasi investasi baik PMDN maupun PMA yang dapat berdampak pada penyerapan tenaga kerja.
Tabel 2.6
Perkembangan I ndikator Ekonomi Makro Jawa Tengah Tahun 2006 dan 2007
No I ndikator Tahun 2006 Tahun 2007
1. PDRB :
Atas dasar harga berlaku (Milyar Rupiah) Atas dasar harga konstan 2000 (Milyar Rupiah)
281.996,71
Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Juta Rp.)
8,78
6. Perkembangan Persetujuan I nvestasi : a. PMDN (Milyar Rupiah) 7. Perkembangan Realisasi I nvestasi :
a. PMDN (Milyar Rupiah)
13 Pertumbuhan sektor PDRB di Jawa Tengah tahun 2006 dan 2007 dapat dilihat pada tabel 2.7. Tabel ini menunjukkan bahwa rata-rata setiap sektor mengalami pertumbuhan positif kecuali pada sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, dan jasa-jasa.
Tabel 2.7
Pertumbuhan Sektor PDRB Jawa Tengah Tahun 2006-2007 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (persen)
No Sektor Pertumbuhan
2006 2007
1 Pertanian 3,60 2,78
2 Pertambangan dan Penggalian 15,41 6,23
3 I ndustri Pengolahan 4,52 5,56
4 Listrik, Gas dan Air Minum 6,49 6,72
5 Bangunan 6,10 7,21
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 5,85 6,54
7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,63 8,07
8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6,55 6,81
9. Jasa-jasa 7,89 6,71
Pertumbuhan ekonomi seluruh sektor 5,33 5,59
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah (2008)
C. Capaian Hasil Pembangunan Jawa Tengah
Capaian hasil pembangunan Propinsi Jawa Tengah sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 dapat digambarkan dalam beberapa indikator agregat, meliputi I PM (I ndeks Pembangunan Manusia), I ndeks Pembangunan Gender (I PG), I ndeks Pemberdayaan Gender (I DG), I ndeks Gini, I ndeks Williamson, Nilai Tukar Petani (NTP), Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat inflasi. I ndeks Pembangunan Manusia (I PM) mengukur capaian pembanguan manusia berdasarkan sejumlah komponen dasar kualitas hidup. I PM ini dihitung berdasarkan data yang dapat menggambarkan empat komponen yaitu capaian umur panjang dan sehat (Usia Harapan Hidup - UHH); angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah serta kemampuan daya beli terhadap kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan.
14 Jawa Barat (70,3) dan lebih tinggi jika dibandingkan dengan Jawa Timur 69,2 namun lebih rendah jika dibandingkan dengan DI Y yaitu sebesar 73,7 (peringkat 4).
Jika dilihat dari komponen pembentuknya indeks masing-masing komponen yang dicapai pada tahun 2006 adalah sebagai berikut : AHH sebesar 70,8 tahun ; rata-rata lama sekolah 6,8 tahun; angka melek huruf 88,2 % dan pengeluaran per kapita Rp. 621.700,00.
Tabel 2.8
Capaian I PM Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003-2007
No Tahun UHH
Tolok ukur untuk melihat keberhasilan peningkatan kesetaraan laki-laki perempuan adalah dengan I PG (I ndeks Pembangunan Gender) dan I DG (I ndeks Pemberdayaan Gender). Indeks Pembangunan Gender memiliki indikator komposit yang sama dengan I PM. Perbedaannya adalah I PG telah dipilah berdasarkan jenis kelamin. I PG Jawa Tengah menunjukkan angka rendah (tabel 2.9). Hal itu menunjukkan masih adanya kesenjangan gender (antara perempuan dan laki-laki) yang cukup besar pada indikator yang sama (melek huruf, rata-rata lama sekolah, usia harapan hidup dan pendapatan). Dibandingkan dengan angka nasional, I PG dan I DG Jawa Tengah dari tahun ke tahun masih berada di bawah angka nasional. Pada tahun 2006, I PG dan I DG I ndonesia berada pada peringkat 11 dari 33 provinsi di I ndonesia.
Tabel 2.9
Capaian I PG dan I DG Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003-2007
15 Keberhasilan pembangunan pada aspek pemerataan pendapatan dan pemerataan pembangunan antar wilayah dapat dinilai dengan I ndeks Gini dan I ndeks Williamson. I ndeks Gini Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2006 sebesar 0,27 sedikit mengalami penurunan dibandingkan tahun 2005 (0,28). Data tersebut menggambarkan bahwa tingkat pemerataan pendapatan di Jawa Tengah relatif baik. I ndeks Gini berkisar antara 0–1, dimana semakin mendekati nol semakin merata. Dengan demikian perbedaan antar kelompok pendapatan di Jawa Tengah tidak terlalu besar.
I ndeks Williamson Jawa Tengah pada tahun 2006 menunjukkan angka sebesar 0,73, sedikit turun dibandingkan tahun 2005 (0,75). Data tersebut menggambarkan bahwa pada tahun 2006 kesenjangan pembangunan antar wilayah masih cukup tinggi. Artinya ada kabupaten/ kota tertentu yang memiliki PDRB tinggi (misalnya Kota Semarang dan Kota Surakarta) namun terdapat wilayah Kabupaten Kota yang memiliki PDRB rendah (misalnya Brebes dan Wonosobo). Tingginya kesenjangan antara kelompok kabupaten/ kota ber-PDRB tinggi dan ber-PDRB rendah mengakibatkan nilai I ndeks Williamson Jawa Tengah tinggi (tabel 2.10).
Tabel 2.10
Capaian I ndeks Gini dan I ndeks Williamson Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003-2007
No Tahun I ndeks Gini
(I G)
I ndeks Williamson (I W)
1 2003 0,25 0,70
2 2004 0,25 0,72
3 2005 0,28 0,75
4 2006 0,27 0,73
5 2007 0,25 0,74
Sumber: BPS Jakarta (2008)
16 Tabel 2.11
Pertumbuhan Ekonomi dan I nflasi di Provinsi Jawa Tengah
No Tahun Pertumbuhan Ekonomi (% )
Tingkat I nflasi (% )
1 2003 4,98 6,07
2 2004 5,13 5,98
3 2005 5,35 16,46
4 2006 5,33 6,50
5 2007 5,59 6,24
Sumber: BPS Jakarta (2008)
Keberhasilan pembangunan juga diukur seberapa jauh kegiatan pembangunan mampu mengurangi jumlah penduduk miskin. Secara nominal jumlah penduduk miskin sulit untuk dikurangi, namun secara proporsional penduduk miskin dapat berkurang. Persentase penduduk miskin pada tahun 2007 sebesar 20,43 % . Persentase tersebut jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2006. Persentase penganggur dari tahun 2003 sampai tahun 2007 rata-rata mengalami peningkatan, yaitu dari 5,66 % pada tahun 2003, meningkat tahun 2004 sebesar 7,72 % , meningkat tahun 2005 8,51 % turun tahun 2006 sebesar 8,20 % dan turun lagi menjadi 7,77 pada tahun 2007 hal ini dapat dilihat pada tabel 2.12
Tabel 2.12
Jumlah, Persentase Penduduk Miskin serta
Jumlah Penganggur Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003 – 2007
No Tahun Penduduk Miskin Penganggur
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
1 2003 6.980.000 21,78 % 912.513 5,66
2 2004 6.843.800 21,11 % 1.299.220 7,72
3 2005 66..553333..550000 2200,,4499%% 11..444466..440044 88,,5511
4 2006 77..110000..660000 2222,,1199%% 11..335566..990099 88,,2200
5 2007 6.667.200 20,43 % 1.360.219 7,77
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (2008)
17 Tabel 2.13
Perkembangan Nilai Tukar Petani Di Jawa Tengah tahun 2003 – 2007
No Tahun Nilai Tukar Petani (% )
1 2003 124,05
2 2004 91,42
3 2005 91,89
4 2006 96,65
5 2007 103,12
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (2008)
D. Kondisi Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan 1. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama
a. Kependudukan dan Keluarga Berencana
Jumlah penduduk Jawa Tengah pada tahun 2003 sebanyak 32.052.840 jiwa, tahun 2004 sebanyak 32.397.431 jiwa, tahun 2005 sebanyak 32.908.850 jiwa, tahun 2006 sebanyak 32.177.730 jiwa dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 32.380.279 jiwa (catatan perhitungan sampai bulan Juni 2007) yang terdiri dari perempuan sebanyak 16.316.157 jiwa (50,38 % ) dan laki-laki sebanyak 16.064.122 jiwa (49,62 % ). Laju pertumbuhan penduduk Jawa Tengah pada kurun waktu tahun 2003-2007 sebesar 0,8 % per tahun, angka tersebut lebih rendah dibanding laju pertumbuhan pada kurun waktu tahun 1990-2000 yang tercatat sebesar 0,84% per tahun.
Pada tahun 2007 di Jawa Tengah terdapat 8.048.000 rumah tangga dengan rata-rata anggota rumah tangga 3,8 orang. Jika diperbandingkan dengan tahun 2003, jumlah tersebut meningkat 5,9% , namun jika dilihat berdasarkan rata-rata jumlah anggota rumah tangga terjadi penurunan, pada tahun 2003 rata-rata anggota rumah tangga 4 orang dan menurun menjadi 3,8 pada tahun 2006.
18 penduduk non produktif. Angka ini lebih rendah dibanding tahun 2005 yang tercatat sebesar 51,15. Sementara itu Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) penduduk Jawa Tengah tahun 2004 mencapai 71,04 % , tahun 2005 menjadi 71,18 % , tahun 2006 turun menjadi 68,60 % dan tahun 2007 meningkat menjadi 70,16 % . Jumlah pengangguran terbuka tahun 2004 mencapai 7,72 % , tahun 2005 menjadi 8,51 % , tahun 2006 turun menjadi 8,2% dan tahun 2007 turun menjadi 7,70 % .
Terkait dengan partisipasi masyarakat dalam program Keluarga Berencana (KB), terjadi peningkatan peserta KB aktif. Pada tahun 2001 jumlah peserta KB aktif mencapai 4.447.887 dan mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar 4.779.940. Jumlah peserta KB dengan sistem non hormonal sebanyak 940.927 (14,68% ) dan hormonal sebanyak 3.839.013 (80,32% ). Sementara itu, peserta KB aktif mandiri juga mengalami peningkatan, yaitu dari 2.338.351 pada tahun 2001 meningkat sebanyak 10,22% menjadi 2.577.340 pada tahun 2007. Tingkat partisipasi KB kaum pria relatif masih rendah, hal ini karena adanya keterbatasan pelayanan KB bagi kaum pria serta masih adanya anggapan bahwa KB adalah urusan yang lebih banyak berhubungan dengan kaum wanita. Pencapaian ini belum optimal karena masih banyak penduduk Usia Subur Wajib KB yang belum mengikuti KB serta tingginya unmet need (pasangan usia subur yang wajib KB namun belum terlayani) sebesar 752.706 (12% ) dan angka drop out KB sebesar 687.386 atau 11 % .
b. Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian
Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah pada tahun 2002 sebanyak 15.735.322 orang, mengalami peningkatan sampai tahun 2007 menjadi 17.664.277 orang. Berdasarkan jumlah angkatan kerja tersebut, yang bekerja tercatat sebanyak 16.304.058 orang (92,70% ) dan mencari pekerjaan (penganggur) sebanyak 1.360.219 orang (7,29% ). Jumlah penduduk bukan angkatan kerja pada tahun 2007 tercatat sebanyak 7.513.895 orang, terdiri atas 1.899.719 orang sedang sekolah, 4.156.073 orang mengurus rumah tangga, dan lainnya sebanyak 1.458.895 orang.
19 912.513 orang (2003), 1.299.220 orang (2004), 1.422.256 orang (2005) dan 1.296.000 (2006). Jumlah penduduk yang termasuk kelompok setengah penganggur (bekerja < 35 jam per minggu) cenderung mengalami penurunan walaupun pernah meningkat pada tahun 2004, yaitu 5.350.413 orang (2002), 5.238.231 orang (2003), 5.394.865 orang (2004), 5.185.409 orang (2005) dan 5.062.062 orang (2006).
Sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor pertanian. Pada tahun 2006 terdapat 5.562.775 orang bekerja di sektor pertanian, angka tersebut menunjukkan penurunan sebesar 5,32% dibanding tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 5.875.292 orang. Sektor terbesar berikutnya adalah perdagangan. Pada tahun 2006 terdapat 3.124.282 orang bekerja disektor perdagangan, dan mengalami penurunan dibandingkan tahun 2005 yang tercatat sebanyak 3.429.845 orang atau menurun 8,91% .
Jumlah transmigran Jawa Tengah selama kurun waktu 2002-2007 cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2003 dari target 1.249 KK dapat terealisasi 1.087 KK dengan jumlah jiwa 3.989 orang, sementara pada tahun 2007 dari target 856 KK dapat terealisasi 581 KK dengan jumlah jiwa 2.158 orang. Jika dilihat berdasarkan daerah tujuan transmigrasi, Provinsi Kalimantan Timur adalah daerah yang paling banyak dituju, berikutnya adalah Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Provinsi lain sebagai daerah tujuan transmigrasi dari Provinsi Jawa Tengah adalah Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Bangka Belitung, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Maluku Utara dan Provinsi Gorontalo.
c. Pendidikan
20 kompetitif dan berwawasan kebangsaan yang dibangun melalui pendidikan formal (TK/ RA, SD/ SDLB/ MI , SMP/ SMPLB/ MTs, SMA/ SMALB/ MA/ SMK), pendidikan non formal (PAUD, pendidikan kesetaraan, pendidikan masyarakat, kursus dan kelembagaan) yang dilaksanakan secara berkelanjutan serta memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender.
Di Jawa Tengah saat ini terdapat 39.991 satuan pendidikan formal, terdiri atas 14.530 TK/ RA, 19.850 SD/ SDLB, 3.329 SMP/ SMPLB, dan 2.242 SMA/ SMK. Di samping itu, terdapat pula lembaga pendidikan non formal (3.428 lembaga) dan Perguruan Tinggi (225 lembaga).
Pada kurun waktu tahun 2003-2008, pembangunan pendidikan di Jawa Tengah merupakan skala prioritas yang diakselerasikan melalui berbagai kebijakan, strategi dan program. Hasil-hasil pembangunan pendidikan yang dicapai dalam kurun waktu tersebut, merupakan salah satu landasan bagi pembangunan pendidikan tahun 2008-2013.
21 APM SD/ MI pada tahun 2003/ 2004 sebesar 90,67 % dan pada akhir tahun 2007/ 2008 menjadi 94,99 % . APM pada jenj ang SMP/ MTs juga mengalami kenaikan dari 62,20 % pada tahun 2003/ 2004 menjadi 75,29 % pada tahun 2007/ 2008. APM jenjang SMA/ MA juga mengalami kenaikan dari 31,17 % pada tahun 2003/ 2004 menjadi 49,19 % pada tahun 2007/ 2008.
Angka Transisi (AT) jenjang SMP/ MTs pada tahun 2003/ 2004 sebesar 84,77 % dan pada akhir tahun 2007/ 2008 sebesar 87,23 % . Angka Transisi (AT) jenjang SMA/ MA pada tahun 2003/ 2004 sebesar 36,86 % dan pada tahun 2007/ 2008 mencapai sebesar 47,79% .
Data AT di atas menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun APK dan APM meningkat, namun masih banyak lulusan jenjang SMP/ MTs yang belum memperoleh layanan pendidikan menengah. Sehingga pada kurun waktu 2008-2013 akses pendidikan menengah perlu mendapatkan prioritas dalam rangka memberikan kesempatan belajar minimal 12 tahun.
Bersamaan dengan upaya peningkatan akses pendidikan pada jalur formal, juga dilaksanakan penuntasan buta aksara sebagai salah satu upaya pemerataan akses pendidikan melalui jalur non formal. Pada tahun 2005 jumlah penduduk buta aksara usia 15 tahun ke atas sebanyak 2.985.005 orang. Jumlah tersebut merupakan jumlah terbesar ke 2 penyumbang buta aksara di Indonesia. Untuk itu pemerintah Provinsi Jawa Tengah bertekad menuntaskan buta aksara, melalui pola reguler yang bekerjasama dengan lembaga dan organisasi sosial kemasyarakatan (Aisiyah, NU, BKOW, LMDH) dan melalui pola percepatan yang mendayagunakan mahasiswa dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik penuntasan buta aksara, pada tahun 2007 jumlah penduduk buta aksara usia 15 s.d 45 tahun telah dapat dituntaskan. Atas keberhasilan ini pada tahun 2008, Gubernur Jawa Tengah mendapatkan penghargaan ANUGERAH AKSARA TI NGKAT UTAMA dari Presiden Republik Indonesia. Selanjutnya pada kurun waktu 2008-2013 akan dilaksanakan penuntasan buta aksara tahap pembinaan dan pelestarian.
22 dikembangkan pendidikan kesetaraan, pendidikan masyarakat, kursus dan kelembagaan. Kedua, aspek peningatan mutu dan daya saing pendidikan diperoleh gambaran sebagai berikut : nilai rata-rata UASBN SD/ MI pada tahun 2007/ 2008 sebesar 6,76. Nilai rata-rata UN SMP/ MTs/ SMPLB dari tahun 2004/ 2005 sampai dengan tahun 2007/ 2008 mengalami fluktuasi dan cenderung mengalami penurunan. Pada Tahun 2004/ 2005 nilai rata-rata UN mencapai 6,33 dan mengalami kenaikan menjadi 6,83 pada tahun 2005/ 2006. Namun demikian tahun 2006/ 2007 mengalami penurunan menjadi 6,77 dan kembali turun menjadi 6,43 pada tahun 2007/ 2008.
Sementara itu pada jenjang SMA/ SMK/ MA/ SMALB juga mengalami kecenderungan yang sama, yakni pada tahun 2004/ 2005 nilai UN sebesar 6,18 naik menjadi 7,01 pada tahun 2005/ 2006 dan 7,23 pada tahun 2006/ 2007. Namun demikian pada tahun 2007/ 2008 nilai UN menurun menjadi 6.89. I ndikasi penurunan rata-rata nilai UN, antara lain disebabkan karena nilai batas kelulusan dinaikkan dan bertambahnya jumlah mata pelajaran yang di ujian nasionalkan.
Sampai dengan tahun 2008 jumlah Guru di Jawa Tengah sebanyak 356.582 orang. Dari jumlah tersebut yang memenuhi kualifikasi minimal guru S1/ D4 sejumlah 155.016 (43,5% ) dengan rincian : guru TK 3.902 (1,09% ), SD/ MI 41.756 (11,71% ), SMP/ MTs 63.424 (17,78% ), SMA/ MA 26.940 (7,56% ), SMK 18.502 (5,18% ) dan SLB 492 (0,14% ). Sehingga guru yang belum S1/ D4 sebanyak 201.566 orang (56, 5% ).
Selain aspek kualifikasi, UU Nomor 14 Tahun 2005 juga mensyaratkan upaya peningkatan profesionalisme guru melalui sertifikasi pendidik. Saat ini dari 155.016 orang guru yang berhak mengikuti sertifikasi di Jawa Tengah, yang telah mengikuti sertifikasi sebanyak 59.699 orang (38,51% ) dan yang lulus sebanyak 27.583 orang (17,73% ). Dengan demikian agar para guru mampu memiliki sertifikasi pendidik sebagai prasyarat profesionalismenya perlu difasilitasi dan didorong secara intensif.
23 dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Untuk memenuhi amanat tersebut, di Jawa Tengah sampai dengan tahun ini telah dikembangkan 136 Rintisan Sekolah Bartaraf I nternasional (RSBI ) yang terdiri dari 5 SD, 41 SMP, 34 SMA dan 56 SMK. Untuk meningkatkan RSBI menjadi Sekolah Bertaraf I nternasional (SBI) diperlukan pembinaan secara intensif memenuhi persyaratan standar nasional pendidikan.
Salah satu upaya meningkatkan kualitas siswa ditempuh dengan mengikutsertakan siswa pada ajang olimpiade sains nasional dan internasional. Berdasarkan perolehan medali emas pada ajang olimpiade sains nasional sejak tahun 2003 sampai dengan 2008 prestasi Jawa Tengah mengalami fluktuasi. Pada tahun 2003 perolehan medali emas sebanyak 5 medali dan pada tahun 2004 naik menjadi 9 medali. Namun demikian pada tahun 2005 perolehan medali turun menjadi 3 medali dan berhasil naik perolehan medali emasnya pada tahun 2006 sebanyak 26 medali. Pada tahun 2007 perolehan medali emas sebanyak 21 medali dan pada tahun 2008 turun menjadi 13 medali. Berdasarkan kondisi tersebut, maka ke depan diperlukan pola pembinaan yang terprogram dan berkesinambungan.
Upaya peningkatan mutu di atas juga ditempuh melalui akreditasi sekolah/ madrasah. Sampai dengan tahun 2007 jumlah sekolah/ madrasah pada semua satuan pendidikan di Jawa Tengah sebanyak 39.991 dan yang telah terakreditasi sebanyak 23.289 sekolah dengan perincian 4.979 TK/ RA, 13.465 SD/ MI , 2.242 SMP/ MTs, 327 SLB, 1.264 SMA/ MA, dan khususnya untuk SMK akreditasi dilakukan melalui akreditasi program keahlian sebanyak 1.012. Untuk itu kedepan perlu terus didorong untuk akreditasi secara berkesinambungan setiap 5 (lima) tahun sekali.
24 Mewujudkan relevansi pendidikan ditempuh upaya mengembangkan SMK tempat penyelenggara Career Center (CC) sebanyak 18 sekolah, penyelenggara Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) sebanyak 49 sekolah, penyelenggara SMK Kecil dan Kelas Jauh sebanyak 47 sekolah dan SMK penyelenggara Tempat Uji Kompetensi (TUK) sebanyak 122 sekolah. Semua upaya ini diarahkan untuk meningkatkan relevansi sekolah dengan dunia usaha dan dunia industri dalam rangka mengatasi pengangguran dan kemiskinan.
Dengan komitmen Menteri Pendidikan Nasional, Gubernur dan Bupati/ Walikota se-Jawa Tengah sebagaimana tercantum dalam Memorandum of Agreement (MoA) Jawa Tengah sebagai provinsi vokasi diharapkan perkembangan SMK dapat diwujudkan.
Keempat, aspek penguatan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik pendidikan di tingkat satuan pendidikan terus dikembangkan penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada jenjang SD/ MI dan SMP/ MTs. Sampai dengan tahun 2007 telah dikembangkan pelaksanaan MBS di 35 kabupaten/ kota yang mencakup 1.640 SD/ MI . Sedangkan pada jenjang SMP/ MTs telah dikembangkan MBS di 280 sekolah. Untuk meningkatkan kualitas implementasi MBS, pemerintah juga telah bekerjasama dengan UNI CEF/ UNESCO, JI CA, USAI D, AUSAI D dan Plan I nternasional.
Pada jenjang SMK/ SMA telah dikembangkan Sistem Manajemen Mutu I SO 9001-2000. Sampai saat ini telah diterapkan I SO di 73 SMK di Jawa Tengah. Guna meningkatkan mutu layanan pendidikan pada tahun 2008 telah dikembangkan layanan I SO pada salah satu unit pelaksana teknis Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah dan pada tahun 2013 diharapkan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu I SO 9001-2000.
d. Perpustakaan
25 perpustakaan desa/ kelurahan sebanyak 1.679 unit, dan taman bacaan masyarakat sebanyak 289 unit. Jumlah perpustakaan sekolah SD/ MI sebanyak 23.948 unit, SLTP/ MTs sebanyak 4.101 unit dan SLTA/ MA sebanyak 2.112 unit. Layanan perpustakaan keliling sebanyak 44 unit yang tersebar 35 kabupaten/ kota di Jawa Tengah. Angka ini menunjukkan bahwa ketersediaan fasilitas tersebut masih belum memadai.
e. Pemuda dan Olah Raga
Jumlah pemuda di Jawa Tengah pada tahun 2005 mencapai 9.331.747 jiwa atau 28,80 % dari total penduduk. Upaya pembinaan terhadap pemuda dilakukan olah Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui pendekatan institusional seperti Pramuka, KNPI dan Karang Taruna, serta organisasi pemuda lainnya. Jumlah organisasi pemuda di Jawa Tengah pada tahun 2005 tercatat 279 buah dan tersebar di 35 kabupaten/ kota di Jawa Tengah. Upaya-upaya pembinaan yang telah dilakukan mampu memberikan hasil positif, diantaranya adalah juara I dalam Pemilihan Pemuda Pelopor Tingkat Nasional Bidang Kewirausahaan (Mebelair) pada tahun 2005, dan juara I Kontingen Pramuka Tergiat pada Perkemahan Saka Bayangkara Tingkat Nasional di Jakarta.
Target prestasi Jawa Tengah menjadi 3 besar dalam setiap event Pekan Olah Raga Nasional belum pernah tercapai, walaupun pada beberapa jenis olah raga prestasi atlet-atlet Jawa Tengah di tingkat nasional cukup membanggakan. Ketersediaan sarana dan prasarana olah raga dengan standar nasional dan internasional masih terbatas dan belum dikelola serta dimanfaatkan secara optimal. Jawa Tengah telah memiliki 2 (dua) stadion sepak bola yang besar dapat dipergunakan untuk menyelenggarakan pertandingan dengan skala nasional maupun internasional yaitu stadion Manahan Solo dan Stadion Jatidiri Semarang
26 memperoleh 1 emas, 6 perak, 5 perunggu; tahun 2007 meperoleh 6 emas, 3 perak, 3 perunggu.
f. Kesehatan
I ndikator utama yang dipergunakan untuk melihat kemajuan pembangunan bidang kesehatan di Jawa Tengah meliputi 3 hal, yaitu (1) Angka Kematian Bayi (AKB), (2) Angka Kematian I bu (AKI ), dan (3) Usia Harapan Hidup (UHH). Selama kurun waktu 2003-2006 terjadi penurunan walaupun pada tahun 2004 sempat naik. Pada tahun 2003 per 1000 kelahiran tercatat sebesar 31 AKB, pada tahun 2006 berkurang menjadi 25 AKB per 1000 kelahiran, dan pada tahun 2007 telah turun drastis menjadi 10,89 AKB per 1000 kelahiran. Pada tahun 2003 tercatat 116 AKI per 100.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2007 menurun menjadi 101,36. Selama kurun waktu tahun 2003-2006 terus menunjukkan peningkatan UHH. Pada tahun 2003 UHH mencapai 67,3 tahun, dan pada tahun 2007 UHH telah meningkat menjadi 71,1 tahun.
Persentase status gizi anak balita dari tahun ke tahun cukup fluktuatif, sebagai hasil dari belum mantapnya kemampuan keluarga dalam menyediakan makanan bergizi seimbang. Sasaran persentase gizi buruk pada balita ditetapkan dibawah satu persen. Pada tahun 2008 persentase gizi buruk pada balita adalah 1,08 % ; dan diharapkan pada tahun 2013 dapat diturunkan menjadi 0,82 % . Upaya penurunan angka gizi buruk dilakukan secara lebih intensif melalui kegiatan revitalisasi posyandu, rujukan kasus, dan pendampingan kasus gizi buruk. sejalan dengan hal tersebut secara sinergis dilaksanakan pula upaya pemasaran sosial Keluarga sadar Gizi (Kadarzi), sebagai indikator hasil-hasil upaya penanggulangan masalah gizi secara keseluruhan.
27 Penderita HI V/ AI DS di Jawa Tengah pada tahun 2007 tercatat sebanyak 1.184 orang, terdiri atas HI V sebanyak 921 orang dan AI DS sebanyak 263 orang. Kondisi ini meningkat pada bulan Desember tahun 2007; kasus HI V/ AI DS mencapai 1.477 orang dengan kasus 1.112 HI V dan 335 AI DS. Selain itu di Jawa Tengah juga telah muncul penyakit menular tertentu yang potensial menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB), yaitu Flu Burung (Avian I nfluenza/ AI ). Sampai dengan tahun 2007 tercatat kasus positif Flu Burung sebanyak 9 kasus. Peningkatan prevalensi penyakit menular juga diikuti dengan peningkatan prevalensi penyakit tidak menular antara lain yaitu jantung koroner (0,81 per 1000 penduduk), kencing manis atau diabetes (224.324 penderita yang tidak tergantung insulin dan 18.499 tergantung insulin data tahun 2007) dan penderita neoplasma (2.022 kasus kanker hati, 855 kanker paru, 10.475 kanker payudara, 7.065 kanker serviks data tahun 2007).
Pada kasus penyakit TBC paru, pada tahun 2005 penderita penyakit TBC paru tercatat sebesar 17.524 orang dengan angka CDR (case detection rate) sebesar 50,92% , angka tersebut masih dibawah target, yaitu sebesar 70% , namun tingkat kesembuhan penderita TBC paru sudah sangat baik, yaitu mencapai 86,1% ; berarti sudah melampaui angka target nasional sebesar > 85% . Kondisi tersebut menurun pada tahun 2007 dimana jumlah kasus TBC paru menjadi 16.485 orang, dengan CDR 47,42% dan angka kesembuhan 85% .
28 lain yang dilakukan di PKD adalah deteksi dini dan penanggulangan pertama kasus gawat darurat.
Perkembangan jumlah Rumah Sakit Umum (RSU) di Jawa Tengah sampai dengan tahun 2007, RSU milik pemerintah sebanyak 46 unit, RSU swasta 103 unit, RSU khusus milik pemerintah sebanyak 13 unit dan RSU khusus milik swasta 63 unit. Capaian persentase tersebut telah melebihi target I ndonesia Sehat 2010 sebesar 90 % . Demikian pula untuk 5 Rumah Sakit Jiwa (RSJ), kesemuanya telah memiliki kemampuan gawat darurat, sehingga target I ndonesia Sehat 2010 sebesar 90% terlampaui.
Dalam era otonomi daerah, penyediaan obat publik dan perbekalan kesehatan untuk pelayanan kesehatan, utamanya menjadi tanggung jawab kabupaten/ kota. Sedangkan dana/ anggaran untuk pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan di kabupaten/ kota berasal dari berbagai sumber. Namun demikian, kemampuan kabupaten/ kota dalam penyediaan dana/ anggaran untuk pengadaan obat publik dan perbekalan ternyata berbeda-beda, masih banyak kabupaten/ kota yang belum sepenuhya mampu menyediakan dana/ anggaran untuk pengadaan obat. Kondisi ini umumnya hanya memenuhi sekitar 60% - 80% total kebutuhan nyata kabupaten/ kota. Untuk memenuhi kebutuhan kabupaten/ kota yang masih kekurangan dalam rangka menjamin keberlangsungan pelayanan kesehatan yang optimal, maka Provinsi Jawa Tengah menyediakan Obat Buffer Stok Provinsi yang besarnya sekitar 10% - 20% , sedangkan kekurangan lainnya akan dipenuhi melalui dana/ anggaran pusat. Nilai Obat Buffer Stok Provinsi pada tahun 2006 adalah Rp 8.000.000.000,-(12,86% ); tahun 2007 nilainya Rp. 5.500.000.000,- (9,7% ) dan tahun 2008 nilainya Rp. 7.000.000.000,- (12,00% ).
29 pelayanan kesehatan diperlukan sebagai pelayanan komplementer alternatif dalam pengobatan yang terjangkau oleh masyarakat.
Sebagai wujud implementasi hal tersebut, Provinsi Jawa Tengah berkomitmen menyediakan obat tradisional hasil produksi industri obat tradisional di Jawa Tengah di Puskesmas Kabupaten/ kota dalam bentuk obat tradisional dengan kategori herbal terstandar dan fitofarmaka. Nilai dana/ anggaran untuk penyediaan obat tradisional pada tahun 2007 adalah Rp. 2,1 Milyar dengan tingkat pemanfaatan 100% , sedangkan tahun 2008 nilainya Rp. 2,3 Milyar.
Selain itu, sejak otonomi daerah, petugas pengelola obat kabupaten/ kota di Jawa Tengah mengalami perubahan/ pergantian, dimana sebelum otonomi daerah, semua kepala Instalasi Farmasi kabupaten/ kota (dulu Gudang Farmasi Kabupaten/ kota = GFK) adalah Apoteker dan semua petugas pengelola obat di Puskesmas adalah Asisten Apoteker atau petugas yang terlatih. Namun setelah otonomi daerah, tidak semua kepala I nstalasi Farmasi kabupaten/ kota berlatar belakang pendidikan Apoteker dan tidak semua petugas pengelola obat di Puskesmas adalah Asisten Apoteker atau petugas yang terlatih. Perubahan tersebut juga mengakibatkan pola pengelolaan obat publik dan Perbekalan Kesehatan (Perbekes) lainnya di kabupaten/ kota menjadi bervariasi sesuai kebutuhan masing-masing, baik mengenai struktur organisasi unit pengelola obat publik dan perbekes kabupaten/ kota, dana/ anggaran obat, tim perencanaan, rumus penyusunan kebutuhan obat dan lain-lainnya. Kondisi ini dapat menyebabkan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan menjadi kurang optimal.
30 sebagai berikut: dari 21 industri farmasi yang diperiksa, semuanya belum menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) sepenuhnya (100% ); dari 66 industri obat tradisional yang diperiksa, 63 industri belum menerapkan Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB) sepenuhnya (100% ); dari 2 industri PKRT yang diperiksa, semuanya belum menerapkan Cara Pembuatan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga yang Baik (CPPKRTB) sepenuhnya (100% ); dari 93 Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang diperiksa, 90 PBF belum menerapkan cara distribusi obat yang baik sepenuhnya (96% ); masih ditemukan produk obat yang tidak memenuhi syarat (TMS) sebesar 1,3% ; masih ditemukan produk obat tradisional yang TMS sebesar 48% ; masih ditemukan produk makanan yang TMS sebesar 15,51% ; masih ditemukan produk kosmetik yang TMS sebesar 2,28% ; masih ditemukan produk PKRT yang TMS sebesar 3,45% .
Sejalan dengan tuntutan masyarakat terhadap peningkatan kualitas pelayanan kesehatan mengakibatkan peningkatan pembiayaan kesehatan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kenaikan biaya kesehatan antara lain : akibat penerapan teknologi canggih, pola pembayaran tunai langsung ke pemberi pelayanan kesehatan, pola penyakit kronik dan degeneratif serta inflasi. Kenaikan biaya pemeliharaan kesehatan itu semakin sulit untuk mampu dibiayai dengan kemampuan penyediaan dana pemerintah maupun masyarakat. Alokasi pembiayaan kesehatan di tiap-tiap Kabupaten/ Kota Jawa Tengah masih dibawah standar yang dianjurkan sebesar 15% dari total anggaran. Peningkatan biaya pelayanan kesehatan itu merupakan permasalahan bagi akses dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat dan oleh karenanya harus dicari solusi untuk mengatasi masalah pembiayaan kesehatan ini. Pemerintah perlu mengalokasikan anggaran yang terarah untuk kegiatan public health seperti pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan, promosi kesehatan serta pemeliharaan kesehatan penduduk miskin. Sedangkan pendanaan masyarakat harus diefisiensikan dengan pendanaan gotong-royong untuk berbagi risiko gangguan kesehatan, dalam bentuk jaminan kesehatan. Sehingga pengembangan program Pembiayaan Kesehatan merupakan salah satu program pokok yang perlu terus dikembangkan dan ditingkatkan.