• Tidak ada hasil yang ditemukan

rkpd kabupaten rembang tahun 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "rkpd kabupaten rembang tahun 2008"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANGAN AKHIR

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH

( RKPD )

KABUPATEN REMBANG

TAHUN 2008

(2)

Rancangan RKPD 2008 ii

C. LANDASAN PENYUSUNAN RKPD 2

D. PROSES PENYUSUNAN 2

E. KEDUDUKAN DAN RUANG LINGKUP 2

F. SISTEMATIKA 2

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN REMBANG 4

A. KONDISI UMUM 4

B. VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH 9

C. ISU STRATEGIS 9

D. KEBIJAKAN 10

E. STRATEGI 10

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH TAHUN 2008

12

A. KONDISI EKONOMI MAKRO 12

B. KONDISI LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL 17

C. PROSPEK EKONOMI TAHUN 2008 18

D. ARAH KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO 23

E. ARAH KEBIJAKAN ANGGARAN 26

BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2008 35

A. KESINAMBUNGAN EMPAT PILAR 35

B. PENGEMBANGAN KAWASAN PRIORITAS 41

C. PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN 42

BAB V PROGRAM DAN RENCANA KERJA 44

A. PROGRAM SKPD TAHUN 2008 44

B. RENCANA KERJA SKPD TAHUN 2008 44

BAB VI RINGKASAN PENDANAAN 45

BAB VII KAIDAH PELAKSANAAN 49

BAB VIII PENUTUP 50

(3)

Rancangan RKPD 2008 ii

DAFTAR TABEL

Tabel II.1. Sarana kesehatan lingkungan da sanitasi dasar 5 Tabel II.2. Data unsur indeks pembangunan manusia kabupaten Rembang 6 Tabel III.1 Perbandingan beberapa variabel ekonomi Kabupaten Rembang

dengan Kabupaten-kebupaten disekitarnya tahun 2000-2004

13

Tabel III.2 Perkiraaan jumlah angkatan kerja dan penduduk miskin di Kabupaten Rembang tahun 2005-2010

19

Tabel III.3 Realisasi dan proyeksi investasi di kabupaten Rembang tahun 2000-2008

20

Tabel III.4. Estimasi PDRB atas dasar harga konstan 2000 tahun 2005-2008 22 Tabel III.5 Prediksi indikator makro ekonomi Kabupaten Rembang tahun

2008

23

Tabel III.6 Trend APBD Kabupaten Rembang tahun 2001-2006 26 Tabel III.7 Penerimaan keuangan daerah Kabupaten Rembang tahun

2000-2008

28

Tabel IV.1 Program pemeliharaan jalan dan jembatan antar Kecamatan an Desa

36

Tabel IV.2 Program optimalisasi sumber daya air 37 Tabel IV.3 Program peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan

permukiman

38

(4)

Rancangan RKPD 2008 ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar III.1 Grafik perbandingan kemampuan pembiayaan PAD dengan besarnya belanja Daerah Kabupaten Rembang tahun 1996-2005

(5)

RKPD 2008 1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan tantangan pembangunan yang dihadapi Pemerintah Daerah membutuhkan dukungan sistem perencanaan dan penganggaran yang lebih responsif yang dapat memfasilitasi upaya memenuhi tuntutan peningkatan kinerja dalam artian dampak pembangunan, kualitas layanan dan efisiensi pemanfaatan sumber daya. Penerapan sistem perencanaan dan penganggaran merupakan kunci bagi kepastian kegiatan pemerintah daerah dimana dana yang tersedia sangat terbatas sedangkan kebutuhan begitu besar.

Sejalan dengan hal diatas, telah disusun dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2006-2010 yang merupakan arah kebijakan pembangunan Pemerintah Kabupaten Rembang untuk kurun waktu 5 tahun kedepan sejak Tahun 2006 hingga 2010. Guna memberi arah yang lebih jelas terutama dalam bentuk penjabaran tahunan didalam pelaksanaannya memerlukan panduan yang lebih fokus dan rinci sehingga proses pembangunan dapat berjalan secara efektif dan efisien serta hasil yang diharapkan dapat tercapai baik kualitas maupun kuantitasnya, mulai tahap penyusunan perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan sampai evaluasinya.

B. Maksud dan Tujuan

Dokumen RKPD Kabupaten Rembang tahun 2008 dimaksudkan sebagai penjabaran tahun ketiga dari Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah ( RPJMD ) Kabupaten Rembang tahun 2006 – 2010. Sedangkan tujuannya adalah :

(1) untuk memberikan arah kebijakan umum dan prioritas pembangunan daerah tahun 2008.

(2) Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan

(3) Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara pusat dan daerah

(4) Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan

(5) Mengoptimalkan partisipasi masyarakat

(6)

RKPD 2008 2 C. Landasan Penyusunan RKPD

Penyusunan RKPD Kabupaten Rembang Tahun 2008 didasarkan pada : 1. Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara,

2. Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional ( SPPN ),

3. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, serta

4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

5. Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 1 Tahun 2006 tentang RPJM Tahun 2006-2010

D. Proses Penyusunan

RKPD disusun sebagai penjabaran dokumen RPJM Kabupaten Rembang tahun 2006-2010 dengan melihat kondisi eksisting yang ada pada tahun bersangkutan (data-data terkait) serta memperhatikan berbagai masukan dari berbagai stakeholders melalui forum musrenbangdes, musrenbangcam, Forum SKPD dan musrenbangkab dengan menggunakan pendekatan perencanaan politik, partisipatif, teknokratik, top down dan bottom up.

E. Kedudukan dan Ruang Lingkup

Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD ) Kabupaten Rembang Tahun 2008 merupakan landasan / pedoman kebijakan operasional bagi Satuan Kerja Perangkat daerah ( SKPD ) dalam menyusun Renja SKPD, KUA – PPAS Tahun 2008 dan RKA SKPD yang selanjutnya dituangkan dalam RAPBD Kabupaten Rembang Tahun 2008, memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

F. Sistematika

Adapun sistematika penulisan RKPD Kabupaten Rembang Tahun 2008 adalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

(7)

RKPD 2008 3

Bab II Kondisi Umum

Menyajikan gambaran umum daerah Tahun 2006, visi misi daerah, isu strategis, strategi dan arah kebijakan daerah, prioritas daerah yang merupakan penjabaran tahun ketiga RPJM.

Bab III. Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah

Berisi Landasan dan arah kebijakan ekonomi makro, kondisi lingkungan internal eksternal, prospek ekonomi Tahun 2008, serta arah kebijakan anggaran (target sasaran)

Bab IV. Prioritas Pembangunan Daerah Tahun 2008

Menjelaskan kesinambungan empat pilar, pengembangan kawasan prioritas, pengembangan kawasan perdesaan, dan prioritas bidang.

Bab V. Program Dan Rencana Kerja

Menguraikan Program dan renja SKPD Tahun 2008 serta penganggarannya. Bab VI. Ringkasan Pendanaan

Bab VII. Kaidah Pelaksanaan Bab VIII. Penutup

(8)

RKPD 2008 4 BAB II

GAMBARAN UMUM KABUPATEN REMBANG

A. Kondisi Umum

Secara Keseluruhan, jumlah penduduk Kabupaten Rembang sampai akhir Tahun 2006 berjumlah sekitar 594.306 jiwa atau tumbuh sebesar 1,08% atau lebih kecil jika dibandingan rata-rata pertumbuhan 5 tahun terakhir (2001 – 2005) sebesar 1,50% atau relatif rendah apabila dibanding dengan pertumbuhan di tingkat Jawa Tengah yang mencapai 1,68%. Apabila dilihat dari komposisi penduduk, menunjukkan kategori piramida yang sudah berada pada penyempitan penduduk usia muda. Hal ini terlihat pada komposisi kelompok usia 0 – 14 tahun sebesar 157.539 jiwa (26,26%); dan kelompok usia 15 – 64 tahun sebesar 400.708 jiwa (67,71%) serta kelompok usia 65 tahun ke atas sebesar 33.539 jiwa (5,67%). Sementara itu dalam perkembangannya sampai pada tahun 2005 terdapat 160.876 keluarga yang ada di Kabupaten Rembang, dimana sebanyak 99.068 (61,58%) keluarga diantaranya berada pada level atau tingkat Keluarga Pra Sejahtera, sebanyak 16.074 (9,99%) Keluarga Sejahtera I, sebanyak 14.430 (8,96%) KS II, sebanyak 26.119 (16,23%) KS III dan sebanyak 5.186 (3,22%) KS III+.

Meskipun demikian dampak dari kenaikan jumlah penduduk tersebut masih berada pada daerah dalam Kategori Kota Sedang, mengakibatkan adanya masalah tenaga kerja yang merupakan aspek mendasar dalam kehidupan masyarakat. Kurang seimbangnya lapangan kerja baru dan laju pertumbuhan penduduk serta angkatan kerja akan mengakibatkan bertambahnya jumlah pengangguran. Kondisi ini dapat dilihat dari angka tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) tahun 2005 sebesar 70.34 % dan tingkat pengangguran terbuka (TPT) sebesar 11.90 %. Walaupan telah mengalami peningkatan jika dibandingkan pada tahun sebelumnya, namun masih jauh dari harapan bahwa semua penduduk mendapatkan pekerjaan. Jumlah pekerja pada sektor primer saat ini baru mencapai sebesar 69.488 orang dan jumlah pekerja pada sektor tersier sebesar 38.157 orang.

(9)

RKPD 2008 5

menjadi 0,188. Ini berarti bahwa dari tahun ke tahun terjadi perbaikan distribusi pendapatan yang lebih merata pada 14 kecamatan yang ada sehingga Kabupaten Rembang termasuk dalam kelompok daerah dengan ketimpangan rendah.

Sampai dengan tahun 2006, secara umum upaya Pencapaian pembangunan bidang kesehatan yang dilakukan pemerintah Kabupaten Rembang terlihat pada hasil capaian indikator kesehatan, berikut ini : pertama, pada derajat kesehatan masyarakat yaitu Angka kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Rembang pada tahun 2006 mengalami penurunan dari 174,01/100.000 KH pada tahun 2005 menjadi 91,46/100.000 KH pada tahun 2006. Angka kematian Bayi (AKB) meningkat dari 17,8/1.000 pada tahun 2005 dan menjadi 20,35/1.000 pada tahun 2006. Angka kesakitan Demam Berdarah dari tahun 2003 s/d tahun 2006 mengalami penurunan dari 4,5/10.000 pdd tahun 2003 menjadi 2,40/10.000 pdd pada tahun 2006. Tetapi untuk angka kematian pada tahun 2006 mengalami kenaikan yang sangat significant, dimana pada tahun 2005 angka kematian karena penyakit Demam Berdarah adalah 0 dan menjadi 2,8 %. Penemuan Penderita TB Paru (CDR) pada tahun 2006 mengalami kenaikan dari 41 % pada tahun 2005 menjadi 44,41 % pada tahun 2006.

Kedua, Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar yang cakupan indikatornya meliputi kepemilikan jamban keluarga, sarana air bersih (SAB), cakuan pengelolaan limbah sarana kesehatan terlihat pada tabel berikut:

Tabel II. 1

Sarana Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar

Cakupan Th. balita) dan Gizi Buruk 1,96 % (662 balita).

Dengan demikian karena untuk pencapaian target Rembang sehat 2010 masih jauh, perlu terus ditingkatkan.

(10)

RKPD 2008 6

Perkembangan pembangunan dibidang pendidikan pada tahun 2006 cukup signifikan terutama pada indikator keberhasilan wajib belajar 9 tahun. Pencapaian Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat satuan pendidikan SD/MI dan Paket A sebesar 97, 74 %, APK tingkat satuan pendidikan SMP/MTs dan Pakart B sebesar 86,20 %, berarti masih ada sekitar 2,26 % anak usia SD dan 13,80 % anak usia SMP yang belum mendapat layanan pendidikan. Sedangkan Angka partisipasi Murni (APM) SD/MI dan Paket A sebesar 82,82 %, APM SMP/MTs dan Paket B sebesar 61,73 %, berarti masih kurangya perhatian terhadap usia anak untuk sekolah. Adapun Angka Transisi (AT) SD/MI ke SLTP sebesar 96,97 % dan AT SMP/MTs ke Sekolah Menengah sebesar 70.56 %. Berarti masih ada 12,13 % lulusan SD tidak melanjutkan ke pendidikan SMP dan 19,44 % lulusan SMP/Mts tidak melanjutkan ke SLTA dan yang sederajat.

Kelayakan sarana pendidikan terutama Ruang Belajar/kelas yang kondisinya baik pada jenjang TK/RA 57,70 %, Tingkat satuan pendidikan SD/MI 44,6 % dan Tingkat satuan Pendidkan SMP/MTs 80,05 %. Berarti masih perlunya perhatian untuk melakukan rehab dan pembangunan ruang belajar/kelas karena kondisinya telah rusak, baik rusak ringan maupun rusak berat.

Mutu pendidikan yang tergambar melalui tingkat kelulusan menunjukkan bahwa pada tingkat SD/MI tingkat kelulusan mencapai 94,56 %, pada tingkat satuan pendidikan SMP/MTs tingkat kelulusan sebesar 85,35 %. Berarti upaya peningkatan mutu pendidikan masih harus dioptimalkan.

Nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Rembang pada Tahun 2005 adalah sebesar 69,0 dan berada pada peringkat 23 di Jawa Tengah yang berarti mengalami peningkatan peringkat bila dibandingkan pada Tahun 2004 dengan nilai IPM sebesar 67,5 yang menduduki peringkat 25 di Jawa Tengah. Seiring tantangan pembangunan, IPM Kabupaten Rembang terus diupayakan peningkatannya , yaitu pada komponen pembentuknya yang meliputi angka harapan hidup, angka melek huruf rata-rata lama seolah dan paritas daya beli masyarakat. Adapun data unsur IPM Kabupaten Rembang dari Tahun 2002 hingga 2005 seperti terlihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel II.2

Data Unsur Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Rembang

(11)

RKPD 2008 7

Indikator pertumbuhan ekonomi wilayah yang ditunjukkan oleh pertumbuhan PDRB, meski mengalami fluktuasi selama 5 tahun terakhir, namun menunjukkan kecenderungan yang positif. Setelah mengalami pertumbuhan ekonomi yang mencapai nilai (–) 10,38 % pada tahun 1998 pada saat krisis ekonomi, berangsur-angsur pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rembang mampu diupayakan bangkit bahkan mencapai nilai 4,98 % pada tahun 2000. Namun rata-rata pertumbuhan ekonomi selama kurun waktu 2001-2005 sebesar 3,75%

Kegiatan ekonomi yang berkembang di Kabupaten Rembang dalam tahun 2005 masih didominasi oleh tiga sektor utama yaitu sektor pertanian, yang memberikan kontribusi sebesar 47.32 %, sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi sebesar 17.64 % dan sektor jasa - jasa sebesar 12,58 %. Kemudian berturut turut adalah sektor bangunan sebesar 7.75 %, sektor angkutan dan komunikasi 5.53 %, sektor industri pengolahan sebesar 4.04 %, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 2.54 %, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 2.23 %, serta sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 0,37 %. Dari analisis kontribusi sektoral ini, terlihat adanya indikasi surplus produksi pada sektor Pertanian, Perdagangan Hotel Restoran, dan Jasa-jasa; sehingga sektor-sektor tersebut layak untuk disebut sebagai sektor basis ekonomi Kabupaten Rembang.

Indikator perekonomian wilayah lainnya adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kemampuan PAD selama 3 tahun terakhir menunjukkan angka yang cukup menggembirakan, artinya selama kurun waktu itu terjadi peningkatan kemampuan kontribusi PAD terhadap total pendapatan daerah yakni pada tahun 2003 sebesar 6,61% menjadi 6,39% dan pada tahun 2005 mengalami peningkatan menjadi sebesar 7,89%. Namun demikian dari besaran persentase tersebut menunjukkan betapa masih jauh dari kemandirian. Kecenderungan kebutuhan belanja daerah menunjukkan angka yang semakin besar sementara peningkatan PAD tidak sejalan dengan kebutuhan sehingga gap fiskal yang muncul semakin besar. Berbagai upaya terus dilakukan agar dapat meningkatkan sumber-sumber PAD tanpa harus membebani masyarakat melalui cara – cara konvensional serta berupaya memperoleh sumber-sumber pembiayaan, baik dari DAU, DAK maupun sumber-sumber lain yang sah guna membiayai kebutuhan daerah.

(12)

RKPD 2008 8

yang cukup besar yakni sebesar 13,14 % sebagai akibat kebijakan kenaikan harga BBM oleh pemerintah pusat. Kenaikan harga BBM ini memberikan dampak yang besar terhadap penurunan kemampuan daya beli masyarakat.

Sampai dengan Tahun 2004 investasi swasta di kabupaten Rembang sebesar Rp 317.785.000.000,- sedangkan investasi pemerintah sebesar Rp 24.145.790.000,- hal ini mengalami kenaikan dibanding Tahun 2003 dimana Investasi swasta sebesar Rp 219.359.00.000 dan investasi pemerintah sebesar Rp 23.368.360.000,-. Nilai Investasi di Kabupaten Rembang mulai Tahun 1999 – 2004 didominasi oleh sektor swasta dengan rata – rata 88,8 % dari total investasi.

Perkembangan daerah yang sangat pesat, membutuhkan berbagai sarana dan prasarana wilayah agar dapat mengakomodir kebutuhan prasarana kota yang tersedia agar aktivitas perkotaan dapat berjalan dengan lancar mengikuti dinamika masyarakat yang senantiasa tumbuh secara dinamis. Di bidang perhubungan, sebagian besar wilayah di Kabupaten Rembang telah terjangkau layanan angkutan umum, namun kondisi terminal Rembang dan beberapa terminal pendukung lain, saat ini kurang memadai kualitasnya, yang mengakibatkan pelayanan angkutan umum menjadi kurang optimal. Guna lebih mengoptimalkan sarana prasarana perhubunga ini direncanakan relokasi dan peningkatan terminal kota Rembang.

Pada bidang infrastruktur jalan dan jembatan sebagai prasarana pengangkutan semakin menjadi lebih baik kondisinya. Prasarana jalan dan jembatan menjadi sangat penting guna meningkatkan usaha pembangunan, mempermudah akses dan mobilitas penduduk serta memperlanca lalu lintas barang dalam wilayah Kabupaten Rembang serta dari dan keluar Kabupaten Rembang. Panjang jalan di Kabupaten Rembang sampai pada Tahun 2006 mencapai 559,79 Km, dimana 86,24% sudah beraspal dengan kondisi sampai dengan tahun 2006 sebesar 35,39% dalam keadaan baik, 23,08 % dalam keadaan sedang dan sisanya dalam kondisi rusak, guna lebih memicu perkembangan kota mulai tahun 2008 direncanakan pembangunan inner ring road kota Rembang.

(13)

RKPD 2008 9

dalam sistem jaringan prsarana transportasi, praarana kegiatan ekononi dan sistem prasarana lainnya dalam mewujudkan tujuan penataan ruang Kabupaten.

Pada bidang prasarana ekonomi, kondisinya masih belum optimal terutama pada pengelolaan pasar dan pengembangan sentra perdagangan lokal hasil produksi komoditas unggulan dan kerajinan rakyat. Sedangkanm kondisi sarana prasarana dalam pengembangan kawasan prioritas seperti KBT, kawasan BBS, Kawasan sentra peternakan dan lainnya juga masih belum optimal, sehingga terus selalu diupayakn peningkatannya.

Disisi lain, upaya pemberdayaan perempuan, dilakukan melalui peningkatan akses perempuan di bidang pendidikan SD sampai SMA, namun masih disertai kecenderungan makin marak dan tingginya angka kekerasan berbasis gender. Pada Tahun 2006 terdapat 30 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, baik di rumah maupun tempat bekerja.

B. Visi Dan Misi Pembangunan Daerah

Visi Pemerintah Kabupaten Rembang seperti yang tercantum dalam RPJMD Kabupaten Rembang Tahun 20006 – 2010 yaitu ” Terwujudnya Rembang Sejahtera Mandiri melalui Pembangunan Kawasan ”

Sedangkan Misi Pemerintah Kabupaten Rembang adalah :

1. Kemandirian Daerah yang bertumpu pada kekuatan sumberdaya lokal.

2. Peningkatan kesejahteraan melalui partisipasi masyarakat dalam berbagai segi kehidupan.

3. Pengembangan sinergitas Sistem ekonomi, Sosial dan lingkungan dalam pembangunan Kawasan.

C. Isu Strategis

Memasuki Tahun 2008 Kabupaten Rembang masih menghadapi permasalahan : 1) Masih banyaknya penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan.

2) Masih tingginya pengangguran.

3) Masih rendahnya kualitas sarana prasarana pendidikan

4) Kecenderungan meningkatnya penyakit menular seperti flu burung, HIV / AIDS dan DBD serta adanya kasus gizi kurang / buruk.

5) Masih rendahnya penerapan hukum dan penegakan hukum secara konsisten. 6) Masih tinggi potensi terjadinya bencana alam ( Kekeringan, Banjir, tanah Longsor,

(14)

RKPD 2008 10

7) Kondisi dan struktur perekonomian daerah yang belum mampu secara optimal mendorong pertumbuhan ekonomi.

8) Belum optimalnya kualitas pelayanan publik.

9) Belum optimalnya kondisi infrastruktur dalam mendukung perekonomian wilayah. 10) Pelaksanaan Pemilu Gubernur 2008 dan Pemilu Legislatif 2009.

11) Masih rendahnya pola hidup bersih masyarakat.

D. Kebijakan

Rencana Kegiatan Pemerintah Kabupaten Rembang pada Tahun 2008 sebagai upaya mengatasi permasalahan – permasalahan sebagamana tersebut di atas, maka kebijakan yang akan ditempuh sebagaimana tercantum dalam Peraturan daerah Nomor 1 Tahun 2006 tentang RPJMD Kabupaten Rembang Tahun 2006 – 2010 adalah :

1) Meningkatkan kesejahteraan, kualitas hidup, kemampuan dan kapasitas ekonomi dan sosial masyarakat terutama di pedesaan;

2) Meningkatkan ikatan komunitas masyarakat sekitar kawasan yang memiliki tanggungjawab untuk menjaga kelestarian dan keamanannya;

3) Meningkatkan mutu dan produktifitas produk unggulan yang dikembangkan;

4) Menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesempatan berusaha dan meningkatkan pendapatan daerah serta meningkatkan pendapatan masyarakat; 5) Mendorong dan mempercepat pengembangan wilayah demi mencapai kemajuan

dan kemandirian daerah.

E. Strategi

Mempertimbangkan isu permasalahan , maka strategi pembangunan Kabupaten Rembang adalah :

• Meningkatkan kinerja sistem ekonomi dibidang industri, perdagangan, koperasi, pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, pariwisata serta perikanan dan kelautan diantaranya melalui PT. Rembang Bangkit Sejahtera Jaya.

• Meningkatkan pola padat karya untuk mengurangi tingkat pengangguran;

• Meningkatkan pelayanan umum/publik;

• Peningaktan kualitas sumber daya manusia dari berbagai bidang;

(15)

RKPD 2008 11

• Peningkatan keamanan dan ketertiban untuk mewujudkan pelaksanaan pembangunan yang aman dan tertib.

• Memperluas akses orang miskin terhadap sumber – sumber modal ( P2KP, NUSSP, PPK, PPIP, program empat pilar, Bantuan modal bagi UKM, dll )

• Meningkatkan cakupan dan kualitas layanan kesehatan

(16)

RKPD 2008 12

BAB III

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH TAHUN 2008

A. Kondisi Ekonomi Makro

Pertumbuhan ekonomi nasional pada Tahun 2005 mencapai 5,6 %, masih dibawah target dalam APBN sebesar 6,0 %. Rendahnya tingkat pencapaian pertumbuhan ekonomi Tahun 2005 ini, dari sisi internal disebabkan oleh dampak kenaikan harga BBM, meningkatnya suku bunga sejak triwulan kedua, banyaknya capital flow, melemahnya nilai tukar rupiah yang sempat menyentuh Rp 11.000 per dolar AS pada Bulan Agustus 2005, sedangkan dari sisi eksternal faktor yang berpengaruh adalah tingginya harga minyak internasional, masih tingginya suku bunga The Fed, dan melambatnya laju pertumbuhan ekonomi secara global.

Laju pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah Tahun 2005 menunjukkan kecenderungan menurun ( 4,92 % ) dibanding Tahun 2004 yang mencapai 5,13 %, dimana secara dominan penurunan laju pertumbuhan ekonomi tersebut disebabkan menurunnya sektor industri pengolahan / manufaktur beserta dampak multiplier effect dan linkages effect yang menyertai akibat kenaikan harga BBM, harga minyak dunia dan TDL industri. Dampak kenaikan harga BBM, harga minyak dunia, dan TDL industri serta ditambah dengan meningkatnya suku bunga perbankan menyebabkan inflasi di jawa Tengah melonjak tinggi hingga mencapai 15,97 %.

Perencanaan pembangunan ekonomi daerah merupakan perencanaan untuk memperbaiki penggunaan berbagai sumberdaya publik yang tersedia di daerah, dalam menciptakan nilai-nilai sumberdaya yang ada untuk kepentingan publik. Melalui perencanaan ekonomi daerah, suatu daerah dilihat secara keseluruhan sebagai economic entity.

Kondisi perekonomian sangat mempengaruhi suatu daerah dalam menggali Pendapatan Daerah. Ditambah dengan Dana Perimbangan dari Pemerintah Pusat dan Penerimaan Lain-lain yang Sah, setiap tahunnya dapat diakumulasikan menjadi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah guna membiayai tugas-tugas pelayanan Pemerintah Daerah dan program-program pembangunan yang direncanakan.

(17)

RKPD 2008 13

kategori “growth and development” yang ditandai dengan angka laju pertumbuhan ekonomi yang positif dan lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk.

Berdasarkan harga konstan tahun 2000, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rembang pada tahun 2001 tumbuh dengan 3,12%, tahun 2002 tumbuh dengan 3.37 %, tahun 2003 mengalami penurunan menjadi 3,01%, tahun 2004 naik lagi menjadi 4.53% dan pada tahun 2005 mengalami penurunan menjadi 3.56%.

Produk Domestik Regional Bruto sebagai cerminan kondisi perekonomian Kabupaten Rembang, berdasarkan harga berlaku tahun 2004 sebesar Rp. 2.131 trilyun. Berdasarkan besaran PDRB tersebut, besarnya pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Rembang berdasarkan harga berlaku tahun 2004 sebesar Rp. 3.660.823.000,- dan berdasarkan harga konstan tahun 2000 sebesar Rp.2.712.213.000,- Dibandingkan dengan Kabupaten-kabupaten disekitarnya, pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Rembang lebih tinggi di bandingkan dengan Kabupaten Blora, namun lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Pati, Kudus dan Jepara.

Tabel III.1

Perbandingan beberapa Variabel Ekonomi

Kabupaten Rembang dengan Kabupaten-Kabupaten di sekitarnya Tahun 2000 – 2004

Tahun Variabel Kabupaten Rembang dan Kabupaten di sekitarnya

Makro Rembang Jepara Kudus Pati Blora

PDRB (ADHK 2000)

2001 Jutaan Rupiah 1.398.058,75 2.877.653,63 7.854.876,91 3.051.143,43 1.620.474,91

2002 Jutaan Rupiah 1.479.081,95 2.990.539,39 8.048.850,61 3.136.064,75 1.666.986,55

2003 Jutaan Rupiah 1.525.177,35 3.105.547,29 8.184.393,50 3.202.772,29 1.745.258,55

2004 Jutaan Rupiah 1.584.428,68 3.222.872,00 8.449.294,34 3.334.916,06 1.822.178,03

2005 Jutaan Rupiah 1.633.176,71 3.411.159,47 10.630.188,11 3.786.140,34 1.678.274,30

PDRB (ADH berlaku)

2001 Jutaan Rupiah 1.472.717,30 3.230.272,33 8.535.117,28 3.364.593,60 1.774.708,94

2002 Jutaan Rupiah 1.801.431,83 3.640.576,68 9.710.565,38 3.702.741,14 2.008.778,61

2003 Jutaan Rupiah 1.950.799,03 3.997.536,36 10.568.084,00 3.999.910,32 2.231.824,40

2004 Jutaan Rupiah 2.130.734,80 4.347.150,43 11.558.546,59 4.401098,33 2.505.361,16

2005 Jutaan Rupiah 2427739,00 5018164,15 19790531,14 5470291,82

(18)

RKPD 2008 14 Tahun Variabel Kabupaten Rembang dan Kabupaten di sekitarnya

Makro Rembang Jepara Kudus Pati Blora

2001 Dalam Rupiah 2.484.046,71 2.922.149,20 11.048.967,75 2.593.014,76 1.958.893,32

2002 Dalam Rupiah 2.597.715,31 2.983.435,83 11.230.996,13 2.645.378,34 2.005.103,07

2003 Dalam Rupiah 2.642.038,25 3.001.111,61 11.333.464,34 2.677.016,88 2.090.705,88

2004 Dalam Rupiah 2.722.212,99 3.059.727,34 11.614.054,51 2.745.754,11 2.176.163,70

2005 Dalam Rupiah 2.773.309,01 3.181.597,65 14.749.862,19 3.117.963,81 1.996.970,89

Pendapatan perkapita (ADH berlaku)

2001 Dalam Rupiah 2.616.698,73 3.280.220,24 12.005.819,65 2.859.400,45 2,145.337,44

2002 Dalam Rupiah 3.163.859,20 3.631.929,06 13.549.676,53 3.123.389,81 2.416.221,15

2003 Dalam Rupiah 3.379.335.31 3.863.104,20 14.634.316,70 3.343.299,64 2.673.580,03

2004 Dalam Rupiah 3.660.823,63 4.127.093,79 15.887.905,52 3.623.579,60 2.992.065,49

2005 Dalam rupiah 4.122.560,88 4.680.455,26 26.957.581,62 4.504.896,92 2.923.288,85

Sumber : PDRB Provinsi Jawa Tengah, Badan Pusat Statistik Prop. Jawa Tengah, Tahun 2006.

Dari kontribusi masing-masing sektor kegiatan ekonomi, tampak bahwa sektor Pertanian memberikan kontribusi terbesar (47.32%). Dari sektor ini, sub sektor Pertanian Tanaman Bahan Makanan memberi sumbangan terbesar (70.37%) dan sub sektor Perikanan berada pada urutan kedua (12.70%). Sektor lain yang memberi kontribusi cukup berarti bagi pembentukan PDRB Kabupaten Rembang, adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (17.64%), dengan sumbangan terbesar diberikan oleh sub sektor Perdagangan (78.51%). Sektor Jasa dalam pembentukan PDRB Kabupaten Rembang, hanya memberikan kontribusi sebesar (12,58%) dengan sumbangan terbesar diberikan oleh sub sektor Pemerintahan Umum (89.59%). Sektor kegiatan ekonomi Kabupaten Rembang yang memberikan kontribusi terkecil dalam pembentukan PDRB tahun 2005, adalah sektor Listrik, Gas dan Air Minum yang kontribusinya hanya (0.37%).

(19)

RKPD 2008 15

sebagai inflasi merangkak (creaping inflation), di mana dengan sifat inflasi yang demikian ini dapat lebih mendorong perekonomian daerah.

Dengan kondisi perekonomian seperti dijelaskan di atas, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Rembang tahun 2005 mencapai Rp 23.911 milyar, di mana besaran ini mengalami kenaikan sebesar (27,75%) dibandingkan dengan tahun 2004. Berdasarkan sumbernya, sumbangan terbesar PAD diberikan oleh Retribusi Daerah (56,69%) dari total PAD, dan penerimaan dari Pajak Daerah hanya memberi sumbangan sebesar (20,42%). Apabila dikaitkan dengan ketersediaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), kontribusi PAD terhadap APBD Kabupaten Rembang pada tahun 2005 hanya sebesar (8,14%).

Perubahan sistem keuangan daerah dengan diberlakukannya UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, mengakibatkan adanya transfer dana dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Melalui dana Perimbangan ini, total Penerimaan Daerah Kabupaten Rembang tahun 2006 tercatat sebesar Rp. 481.358.999.000 . Total Penerimaan Daerah tersebut berasal dari PAD sebesar Rp. 36.246.692.000, dana Perimbangan sebesar Rp.435.208.307.000, dengan rincian DAU sebesar Rp. 342.777.000.000, DAK sebesar Rp.45.910.000.000, Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak Rp.25.723.557.000, dana Perimbangan dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp. 20.797.750.000.

Memperhatikan pada sumber-sumber Penerimaan Daerah tersebut, angka ketergantungan keuangan daerah Kabupaten Rembang pada Dana Perimbangan dari Pemerintah Atasan kiranya masih cukup tinggi, yakni sebesar 90.41 %.

Apabila dibandingkan dengan kondisi perekonomian di tingkat regional, yakni Kabupaten-Kabupaten sekitar dan Jawa Tengah, tampak bahwa :

1. Produk Domestik Regional Bruto berdasarkan harga konstan 2000.

§ PDRB Kabupaten Rembang selama 5 (lima) tahun terakhir lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Jepara, Kudus, Pati dan Kabupaten Blora. 2. Produk Domestik Regional Bruto berdasarkan harga berlaku.

§ PDRB Kabupaten Rembang selama 5 (lima) tahun terakhir lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Jepara, Kudus, Pati dan Kabupaten Blora. 3. Laju Pertumbuhan Ekonomi berdasarkan harga konstan 2000.

§ Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rembang tahun 2001, lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Pati, Kudus dan Jepara, tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Blora.

(20)

RKPD 2008 16

§ Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rembang tahun 2003, lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Jepara dan Blora tetapi lebih tinggi dibandingkan Kabupaten Pati dan Kudus.

§ Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rembang tahun 2004, lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Pati dan Blora tetapi lebih tinggi dibandingkan Kabupaten Jepara dan Kudus.

4. Laju Pertumbuhan Ekonomi berdasarkan harga berlaku

§ Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rembang tahun 2001, lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Kudus, Blora, Pati dan Kabupaten Jepara.

§ Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rembang tahun 2002, lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Jepara, Kudus, Pati dan Kabupaten Blora.

§ Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rembang tahun 2003, lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Jepara, Kudus, dan Kabupaten Pati tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Blora.

§ Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rembang tahun 2004, lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Pati, Kudus, dan Kabupaten Blora tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Jepara.

5. Kontribusi pembentukan PDRB Jawa Tengah.

§ Selama tahun 2000 sampai dengan tahun 2004, kontribusi Kabupaten Rembang dalam pembentukan PDRB Provinsi Jawa Tengah menurut harga konstan tahun 2000 adalah yang terendah apabila dibandingkan dengan Kabupaten Jepara, Kudus, Pati dan Blora.

§ Selama tahun 2000 sampai dengan tahun 2004, kontribusi Kabupaten Rembang dalam pembentukan PDRB Provinsi Jawa Tengah menurut harga berlaku, juga yang terendah apabila dibandingkan dengan Kabupaten Jepara, Kudus, Pati dan Kabupaten Blora.

(21)

RKPD 2008 17

a) laju pertumbuhan ekonomi yang mendekati dengan laju pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah.

b) kontribusi pembentukan PDRB Provinsi Jawa Tengah berdasarkan harga berlaku yang terus meningkat dari tahun ke tahun, di mana kontribusinya sebesar 1,34% pada tahun 2000 dan meningkat menjadi 1,47% pada tahun 2004.

B. Kondisi Lingkungan Internal dan Eksternal

Sebagai suatu sistem, kondisi perekonomian Kabupaten Rembang tidak dapat dipisahkan dengan kondisi eksternal dan kondisi internal. Yang dimaksud dengan kondisi eksternal, adalah suatu kondisi regional dan nasional yang mempengaruhi perekonomian Kabupaten Rembang. Sedangkan kondisi internal adalah kondisi yang ada di Kabupaten Rembang sendiri, baik karena kebijakan umum maupun kondisi sosial ekonomi masyarakat yang dapat mempengaruhi perekonomian Kabupaten Rembang.

(22)

RKPD 2008 18 Kondisi lingkungan internal yang perlu diperhatikan adalah dengan adanya program 4 (empat) pilar Kabupaten Rembang, yaitu: Program Penyediaan dan Peningkatan Infrastruktur Pelayanan Publik, Program Pendidikan Gratis dan Berkualitas, Program Jaminan Kesehatan Rembang Sehat (JKRS) dan Program Pengembangan Ekonomi Rembang, kondisi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia serta perubahan kebijakan pembangunan yang lebih diarahkan pada Pengembangan Kawasan, kiranya dapat dikembangkan menjadi modal dasar dan akan menumbuhkan iklim sejuk dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Rembang. Di samping itu, beberapa event seperti Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden di tahun 2009, Pemilihan Kepala Daerah Provinsi Jawa Tengah di tahun 2008 dan Pemilihan Bupati Kepala Daerah Kabupaten Rembang di tahun 2010, pembiayaannya akan mempengaruhi ketersediaan dana untuk membiayai Belanja Pelayanan Publik pada tahun-tahun yang bersangkutan.

Kondisi lingkungan internal yang tidak kalah pentingnya adalah : 1) Masih lemahnya struktur ekonomi khususnya pada usaha kecil dan menengah; 2) Masih tingginy angka pengangguran dan penduduk miskin; 3) Belum optimalnya sinergitas pembangunan ekonomi dan kebijakan pembangunan daerah; 4) Belum optimalnya penajaman tugas pokok dan fungsi sesuai dengan visi dan misi yang akan dicapai.

C. Prospek Ekonomi Tahun 2008

Perekonomian Indonesia pada Tahun 2008 diprediksikan masih menghadapi tantangan yang cukup berat, baik dari faktor internal maupun eksternal. Faktor internal antara lain terbatasnya sumber – sumber pendapatan baru dalam rangka pembiayaan pembangunan, penanggulangan pasca bencana alam, tuntutan upah ketenagakerjaan dan penurunan daya beli masyarakat. Sedangkan faktor eksternal antar lain dampak terjadinya perubahan ekonomi global pada tahun sebelumnya, melambatnya perekonomian negara – negara maju dan masih tingginya harga minyak mentah dunia. Tahun 2007 Pemerintah Provinsi jawa Tengah memprediksikan pertumbuhan ekonomi berada pada kisaran 5,75 % - 6,25 %, tingkat inflasi diperkirakan mencapai angka 7,0 – 8,0 %, tingkat investasi sebesar 54,69 Trilyun yang diharapkan terpenuhi dari invetsi swasta (perusahaan dan rumah tangga) sebesar 70 % dan investasi pemerintah sebesar 30 %.

(23)

RKPD 2008 19

ketenagakerjaan tersebut, sangat potensial masalah pengangguran masih menjadi masalah yang sangat berat pada periode 2006-2010. Tingkat pengangguran diperkirakan akan menurun dari waktu kewaktu, dari 14.81 % menjadi 10.00 %, pada tahun 2010. Untuk mencapai sasaran tersebut, pertumbuhan kesempatan kerja ditargetkan tumbuh rata-rata sebesar 2,23 persen pertahun, data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel II.2.

Tabel III.2

Perkiraan Jumlah Anggatan Kerja dan Penduduk Miskin di Kabupaten Rembang Tahun 2005 – 2010

No Uraian 2005 2006 2007 2008 2009 2010

1 Anggkatan Kerja 342.780 353.953 375.491 387.404 397.706 406.609

2 Pekerja 299.991 306.059 311.159 317.292 321.457 330.356

174.142 160.897 147.316 133.998 127.742 107.428

10 % Pend.Miskin 29.51 27.05 24.57 22.17 20.97 17.50

246.443 225.074 205.559 187.736 171.459 153.494

14 % Pend Miskin ( PSE-BLT)

41.76 37.84 34.28 31.06 28.15 25.00

Sumber : BPS, 2006

Prediksi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rembang Tahun 2008, diperkirakan pada kisaran 5,0 %, tingkat inflasi mencapai angka 8 %, Perkiraan ICOR 9,60 dan perkiraan PDRB 2008 berdasar ADHK 2000 Rp. 2.113.315.182.000,-. Total investasi

yang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut diperkirakan mencapai Rp 1.057.516.598.000 yang diharapkan terpenuhi dari investasi swasta 80 % dan

(24)

RKPD 2008 20

Tabel III. 3

Realisasi dan Proyeksi Investasi Di Kabupaten Rembang Tahun 2000 – 2008 (ribuan)

219.359.000 317.785.000 481.996.800 630.916.532 733.025.457 846.013.279

2 Investasi

Pemerintah

23.368.360 24.145.790 120.499.200 157.729.132 183.256.364 211.503.319

3 Total Investasi 242.727.360 341.930.790 602.496.000 788.645.664 916.281.821 1.057.516.598

Sumber : Bagian Perekonomian Setda Kab. Rembang dan hasil analisis , 2006 *) Atas dasar harga konstan 1993

**) Atas dasar harga konstan 2000

Pada periode 2006-2010, sektor pertanian tetap menjadi sektor yang mempunyai sumbangan paling besar, baik terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) maupun penyerapan tenaga kerja. Sektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan masih menjadi sektor kedua yang paling besar sumbangannya terhadap PDRB dan kesempatan kerja.

Pengembangan sektor pertanian dan dan perdagangan ini merupakan kebijakan yang strategis, karena kedua sektor tersebut merupakan sektor yang banyak diusahakan oleh para pelaku usaha mikro dan usaha kecil. Untuk mencapai target pertumbuhan 5.0 % pada tahun anggaran 2008, diperlukan strategi terutama dalam memanfaatkan potensi sektor-sektor yang berkembang di Kabupaten Rembang. Dalam analisis korelasi potensi, potret ekonomi Kabupaten Rembang jelas terlihat bahwa landasan utama dalam memicu pertumbuhan ekonomi di daerah ini adalah dari Sektor Pertanian. Kreasi terhadap sinergi penunjang sektor inilah yang sangat menentukan tingkat keberhasilan pencapaian nilai percepatan pertumbuhan ekonominya.

Bercermin dari pengembangan kawasan yang telah berjalan, maka pengembangan sektor ekonomi yang akan dilaksanakan di Kabupaten Rembang adalah sebanyak mungkin mensinergikan pengembangan suatu sektor dengan sektor yang lain, dengan melihat peluang antar wilayah dalam output pemasarannya.

(25)

RKPD 2008 21

dll. Dengan adanya sinergitas kegiatan antar program diharapkan pada akhirnya akan dapat menurunkan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Rembang.

Dalam hal pemenuhan infrastruktur dasar publik, terutama dalam pemenuhan kebutuhan akan kualitas layanan air bersih yang sangat banyak diusulkan oleh masyarakat, stategi pengembangannya adalah dengan memprioritaskan pembangunan embung baik skala besar maupun kecil yang menuju pada terpenuhinya kebutuhan vital sektor pertanian. Untuk kawasan yang cukup berkembang potensi sektor pertaniannya namun belum didukung dengan infrastruktur yang memadai, maka Pemerintah Kabupaten Rembang juga telah merencanakan dengan strategi pengembangan kawasan Agropolitan.

(26)

RKPD 2008 22

Tabel III.4.

Estimasi PDRB atas Dasar harga Konstan 2000 Kabupaten Rembang Tahun 2005 – 2008

( Dalam Ribuan Rupiah )

Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008

Rp % Rp % Rp % Rp %

Pertanian 899.634.704 1.99 934.398.335 3.86 975.251.530 4.37 1.022.052.850 4.80

Tambang & galian 39.095.890 8.60 42.628.219 9.04 47.098.904 10.49 52.174.833 10.78

Industri

Bangunan 136.300.125 6.11 143.408.009 5.21 151.302.035 5.50 160.093.293 5.81

Pertdagangan, Hotel & Restoran

304.631.061 5.41 322.660.434 14.20 343.895.787 6.58 368.971.232 7.29

Angkutan dan

PDRB 1.825.560.590 3.56 1.907.711.180 4.50 2.003.157.203 5.00 2.113.315.182 5.50

(27)

RKPD 2008 23

Tabel III. 5

Prediksi Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Rembang Tahun 2008

No INDIKATOR PREDIKSI 2008

1 PDRB

Atas dasar harga konstan 2000 Rp 2.113.315.182.000

2 Laju Pertumbuhan Ekonomi ( %) 5,00

3 Inflasi ( % ) 8

4 PDRB / kapita adhk 2000 3.510.669

5 Jumlah pengangguran 47.464

6 Jumlah Penduduk miskin ( Berdasar PSE BLT )

187.736 jiwa 31.06 %

7 Kebutuhan Investasi Total Rp 1.057.516.598.000,-

8 ICOR 9,60

Sumber : BPS dan Hasil Analisis, 2006

D. Arah kebijakan Ekonomi Makro

Dengan terbatasnya kemampuan keuangan untuk mendorong perekonomian, maka kebijakan ekonomi nasional secara makro akan lebih diarahkan untuk mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan dengan menghilangkan berbagai kendala yang menghambat. Langkah – langkah kebijakan yang lebih serius juga akan ditempuh untuk meningkatkan pemerataan dan sekaligus mendorong potensi pembangunan yang belum termanfaatkan selama ini antara lain di sektor pertanian, industri dan di wilayah perdesaan. Aktifitas dari kebijakan fiskal akan ditingkatkan dengan mempertajam prioritas pembangunan ke dalam kegiatan – kegiatan pembangunan yang memberi dampak besar bagi masyarakat luas.

Pertumbuhan ekonomi didorong terutama dengan meningkatkan investasi dan ekspor non migas. Peingkatan investasi dan daya saing ekspor dilakukan dengan mengurangi biaya tinggi melalui deregulasi dan debirokratisasi di semua sektor, intensifikasi pelaksanaan Paket Kebijakan Perbaikan iklim investasi sesuai Inpres No. 3 Tahun 2006, peningkatan kepastian hukum terhadap dunia usaha, menyehatkan iklim ketenagakerjaan, meningkatkan penyediaan infrastruktur, penyederhanaan prosedur perpajakan dan kepabeanan, serta meningkatkan fungsi intermediasi perbankan dalam menyalurkan kredit kepada sektor usaha yang difukuskan pada UKM dan Koperasi. Peranan masyarakat dalam penyediaan infrastruktur akan makin ditingkatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

(28)

RKPD 2008 24

1. Meningkatkan pembangunan kesejahteraan masyarakat, yang meliputi penanganana pengangguran, kemiskinan, pelayanan dasar kesehatan dan pendidikan;

2. Memperkuat pembangunan ekonomi melalui peningkatan daya saing ekonomi daerah meliputi pengembangan ekspor non migas, pelayanan investasi melalui One Stop Service ( OSS ), Revitalisasi Pertanian Perikanan dan kehutanan ( RPPK ), pariwisata dan IKM / UKM, dengan dukungan infrastruktur yang memadai;

3. memperkuat kemandirian wilayah melalui pengembangan klaster dan REDSP dalam rangka meberdayakan dan mengoptimalkan potensi lokal;

4. Meningkatkan kualitas pelayanan publik meliputi peningkatan sistem pelayanan, sarana dan prasarana serta regulasi;

5. Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah meliputi peningkatan partisipasi dan kelembagaan masyarakat, sumberdaya manusia, sarana prasarana dan kelembagaan aparatur;

6. Memperkuat pembangunan sumberdaya alam, lingkungan dan sumberdaya kelautan yang berkelanjutan meliputi pengendalian dan rehabilitasi kerusakan, mitigasi dan penanggulangan bencana alam, penanggulangan pencemaran, pemulihan dan pendayagunaan ekosistem.

Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Rembang kebijakannya mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku, yakni Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan Daerah, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Substansi dari tujuan utama penganggaran meliputi (1) stabilitas fiskal, (2) alokasi sumber daya sesuai prioritas dan (3) pemanfaatan anggaran secara efektif dan efisien.

(29)

RKPD 2008 25

alokasi sumber daya sesuai prioritas, maka tujuan yang ketiga yakni pemanfaatan anggaran secara efektif dan efisien juga akan dapat dicapai.

Dari Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun 2006, disebutkan bahwa struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari :

1) Pendapatan Daerah, meliputi semua penerimaan uang melalui rekening Kas Umum Daerah yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.

2) Belanja Daerah, meliputi semua pengeluaran dari rekening Kas daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban Daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah.

3) Pembiayaan Daerah, meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus.

Arah kebijakan umum pembangunan ekonomi Kabupaten Rembang Tahun 2006 – 2010 adalah : 1. Peningkatan efisiensi dan efektifitas dalam pengelolaan pemerintahan yang meningkat

dari tahun ke tahun dan berlangsung secara berkelanjutan dan mandiri ( sustain ).

2. Peningkatan daya serap perekonomian terhadap tenaga kerja. Peningkatan lapangan kerja, kesempatan untuk bekerja dan pengurangan tingkat pengangguran ( sebagai strategi dasar untuk mengurangi jumlah penduduk miskin / masalah kemiskinan );

(30)

RKPD 2008 26

E. Arah Kebijakan Anggaran

Berdasarkan uraian kerangka ekonomi daerah Kabupaten Rembang tahun 2000 sampai dengan 2006, Penerimaan Daerah yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah, Dana perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Yang Sah, kiranya dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk menetapkan Kapasitas Fiskal Daerah Kabupaten Rembang 5 (lima) tahun mendatang, yang nantinya dapat mencerminkan besaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah kabupaten Rembang dalam mendanai program-program kegiatan pembangunan yang diindikasikan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) tahun 2006 - 2010.

Karena tuntutan keragaman dan kesamaan struktur Pendapatan dan Belanja Daerah, untuk mengestimasikan batas kapasitas fiskal daerah berdasarkan struktur Pendapatan dan Belanja Daerah 5 (lima) tahun mendatang, maka digunakan data realisasi APBD tahun anggaran 2002 sampai dengan tahun anggaran 2006. Dengan pertumbuhan eksponential selama tahun 2002 - 2006 dan berbasis pada struktur APBD tahun 2007 yang sudah tersusun, akan dapat diestimasikan kemampuan fiskal Kabupaten Rembang tahun 2008.

Untuk mengetahui batas kapasitas fiskal yang dapat digunakan dalam menentukan kemampuan Belanja Pelayanan Publik di Kabupaten Rembang, hal pertama yang perlu dianalisis diantaranya adalah trend APBD lima tahun terakhir ditambah tahun pertama berjalan, di mana selama jangka waktu tersebut pertumbuhannya mencapai 24,24%/tahun.

Tabel III.6

Trend APBD Kabupaten Rembang Tahun 2001-2006

No JENIS

169.218.292 169.017.217 183.687.751 186.827.071 223.200.802

2. Belanja Pelayanan Publik

63.114.703 102.093.391 104.035.691 106.721.629 281.365.978

Total APBD 232.332.995 271.110.608 287.723.442 293.634.800 504.566.780 Pertumbuha

n

24,52% 16,69% 6,13% 2,05% 71,83% 24,24%

Sumber: APBD Kabupaten Rembang 2001-2006, diolah.

(31)
(32)

RKPD 2008 28

Tabel III.7

Penerimaan Keuangan Daerah Kabupaten Rembang Tahun 2000 – 2008

JENIS PENERIMAAN 2002 2003 2004 2005 2006 2007*

otonami khusus 1.650.0 1.650.0

e. Bantuan/Penerimaan

Di Kabupaten Rembang terdapat kecenderungan pertumbuhan PAD dan Belanja Daerah, serta hal-hal lain yang terkait dengan alokasi Belanja Pelayanan Publik dalam rentang jangka menengah.

(33)

RKPD 2008 29

Dengan melihat kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah, maka akan terlihat seberapa besar kemandirian daerah untuk membiayai kebutuhan pembangunannya. Di mana, cerminan tingkat kemandiran dan kemampuan Pemerintah Kabupaten Rembang dalam membiayai pembangunannya, dapat terlihat melalui grafik berikut ini.

Gambar 3.1

Grafik Perbandingan Kemampuan Pembiayaan PAD dengan Besarnya Belanja Daerah Kabupaten Rembang tahun 1996 - 2005

0.0 50 000.0 100 000.0 150 000.0 200 000.0 250 000.0 300 000.0 350 000.0

1996/1997 1998/1999 2000 2002 2004

Sumber : Analisis, 2006

(34)

RKPD 2008 30

Dana Perimbangan sebagai representasi dana dari luar (Pemerintah Pusat/Propinsi) yang mampu direalisasikan oleh Pemerintah Kabupaten Rembang adalah, tahun anggaran 2001 sebesar Rp. 172.605 milyar, tahun anggaran 2002 sebesar Rp. 188.155 milyar, tahun anggaran 2003 sebesar Rp. 229.023 milyar, tahun anggaran 2004 sebesar Rp. 236.050 milyar dan pada tahun 2005 sebesar 258.824 milyar. Dengan besaran tersebut, laju pertumbuhan eksponential Dana Alokasi Umum Kabupaten Rembang mencapai 10,84%/tahun.

Lain-lain Pendapatan Yang Sah Kabupaten Rembang yang mampu direalisasikan pada tahun anggaran 2001 sebesar Rp. 6.969 milyar, tahun 2002 sebesar Rp. 11.963 milyar, tahun 2003 sebesar Rp. 5.043 milyar dan tahun 2004 sebesar Rp. 16.681 milyar, sehingga pertumbuhanya mencapai 55,50 % / tahun.

Estimasi meningkatnya kapasitas fiskal Kabupaten Rembang akan terlaksana dan melebihi dari yang direncanakan, apabila arah kebijakan pengelolaan dan pengembangan kemampuan pembiayaan daerah diasumsikan dengan upaya antara lain :

1. Meningkatkan Kemampuan Pembiayaan Pembangunan Daerah, melalui

a. Peningkatan penggalian Penerimaan Daerah melalui intensifikasi dan eksentifikasi sumber–sumber Pendapatan Asli Daerah, baik yang bersumber dari Pajak Daerah maupun Retribusi Daerah.

b. Optimalisasi Dana Perimbangan, Dana Dekonsentrasi dan sumber-sumber dana lain dari Pemerintah Pusat.

c. Peningkatan kemampuan pembiayaan investasi publik melalui pola kemitraan dengan masyarakat dan swasta.

d. Peningkatan investasi swasta melalui berbagai instrumen fiskal dan berbagai insentif dalam penanaman modal.

e. Pendayagunaan potensi Pinjaman dan Obligasi Daerah serta pengembangan pembiayaan indikatif.

2. Meningkatkan kemampuan pengelolaan Keuangan Daerah, melalui

a. Perencanaan APBD yang efisien dan efektif baik pada Belanja Aparatur maupun Belanja Pelayanan Publik.

b. Transparansi APBD.

c. Kerjasama pembangunan, baik antar Pemerintah Daerah dan Antar Negara, dengan masyarakat dan swasta, maupun lembaga-lembaga donor.

(35)

RKPD 2008 31

e. Pengembangan berbagai kebijakan program/proyek pembangunan yang layak jual bagi investasi swasta, baik domestik maupun internasional.

f. Peningkatan pengawasan dan pengendalian pengelolaan Keuangan Daerah. g. Penetapan Standar Analisis Belanja (SAB) dengan tepat.

Meskipun demikian, berdasarkan analisis yang terlihat pada tabel dan grafik-grafik sebelumnya, maka dalam perencanaan anggaran belanja pembangunan pada tahun anggaran 2008 diperlukan tindakan yang cermat dan berhati-hati, mengingat kecenderungan semakin melebarnya gap antara PAD dengan Belanja Daerah dan stagnannya trend pertumbuhan APBD Kabupaten Rembang dari tahun ke tahun, selama 5 tahun terakhir ini.

Kebijakan dibidang keuangan daerah meliputi dua aspek penting yaitu Kebijakan di Bidang penerimaan / Pendapatan daerah ( Revenue Policy ) dan kebijakan di Bidang Pembelanjaan Keuangan daerah ( Expenditure Policy ). Kedua kebijakan tersebut mempunyai nilai yang sama pentingnya dan masing – masing harus dapat bersinergi.

Idealnya expenditure policy adalah merupakan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat disamping dapat meningkatkan penerimaan daerah. Sebaliknya revenue policy dapat mendukung berbagai kebijakan anggaran, terutama pada sisi pengeluaran.

Revenue policy dikembangkan berdasarkan tatanan hukum normatif yaitu pada bagian ” Lain – lain Pendapatan daerah Yang Sah ”. Berdasarkan tatanan hukum normatif tersebut, maka revenue policy ditekankan pada pengembangan konsep revenue sharing. Revenue sharing ditujukan pada tax sharing maupun non tax sharing yang diterapkan secara konsisten pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten. Pengembangan konsep revenue sharing tersebut didasarkan atas pemikiran untuk memberdayakan daerah melalui upaya pemanfaatan potensi daerah. Konsep ini disamping dapat mengakomodasikan kepentingan dan kebutuhan masyarakat di daerah melalui Pemerintah daerah, juga tetap berada dalam koridor NKRI. Artinya, kepentingan Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah dapat terwakili secara proporsional.

(36)

RKPD 2008 32

nasional. Penerapan konsep kebijakan di bidang Pendapatan daerah apabila dilaksanakan secara konsisten akan memberikan dampak positif berupa meningkatnya partisipasi daerah dalam pembangunan secara nasional, sehingga hubungan antara Pusat dan daerah dapat berjalan secara serasi. Optimalisasi kebijakan – kebijakan dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah tersebut di Kabupaten Rembang diupayakan antara lain mellaui : (1) peningkatan PAD, (2) perolehan tamabahan dana Perimbangan.

Belanja daerah merupakan salah satu alat untuk merepresentasikan tugas – tugas pemerintahan dalam rangka pelayanan publik sesuai dengan kewenangan yang ada, hal ini didasarkan pada konsepsi bahwa implementasi kebijakan tidak semuanya harus dilakukan dengan pengeluaran dalam bentuk belanja ( kerangka anggaran ), namun dapat dilakukan melalui penciptaan iklim yang kondusif ( kerangka regulasi ). Dengan konsepsi tersebut dibutuhkan kejelian dalam menganalisis berbagai implementasi kebijakan apakah harus dialokasikan belanja atau hanya difasilitasi dengan regulasi yang kondusif.

Kebijakan Pemerinatah Kabupaten Rembang dalam menyusun RAPBD, khususnya pada Pos Belanja Langsung guna membiayai indikasi kegiatan pembangunan yang direncanakan oleh masing – masing SKPD didasarkan pada batas kapasitas fiskal daerah. Dengan pendekatan yang didasari atas pemikiran keterbatasan anggaran dan pembatasan usulan dengan urgensi yang paling tinggi, maka dikembangkan sistem pagu anggaran indikatif yang nantinya juga akan dijadikan usulan anggaran SKPD.

Dengan disepakatinya Pagu Indikatif menjadi Pagu Sementara , maka setiap SKPD wajib menguraikan detail usulan kegiatan dalam Renja SKPD dan RKA SKPD tahun yang bersangkutan. Meski demikian sesuai konsesi kebijakan dalam proses penyusunan pagu indikatif tersebut, jumlah alokasi dana pada masing – masing SKPD ini masih dimungkinkan berubah karena masih perlu diverifikasi dan validasi terhadap beberapa hal sebagai berikut :

1. Perkembangan Kebijakan

Perubahan lingkungan strategis yang sulit untuk diprediksi namun berlangsung seiring dengan perencanaan APBD Tahun 2008 ini sangat berpengaruh terhadap tingkat ketelitian dan validitas penganggaran yang direncanakan. Pergantian produk perundang – undangan mempengaruhi kejelasan arah regulasi mekanisme perencanaan anggaran. Disamping itu stabilitas ekonomi nasional juga berpengaruh dalam validitas perencanaan anggaran kegiatan yang telah ditetapkan.

(37)

RKPD 2008 33

Perkembangan aspirasi sampai dengan saat terakhir sebelum diputuskannya RAPBD Kbaupaten Rembang tahun 2008 perlu dicermati. Urgensi untuk mengakomodir kepentingan masyarakat luas yang mendesak untuk diselesaikan perlu pula dipertimbangkan.

3. Konstelasi Dana Perimbangan

Kejelasan alokasi dana Perimbangan sangat menentukan besaran kegiatan dan alokasi penganggaran pembangunan di Kabupaten Rembang. Sebagai daerah yang pembangunannya masih sangat tergantung pada struktur pendanaan dari pemerintah Pusat, besaran DAU dan DAK berpengaruh signifikan terhadap alokasi dana pembangunan pada masing – masing urusan.

Mengingat keterbatasan kemampuan penganggaran dari Pemerintah Kabupaten Rembang, maka strategi untuk mengarahkan SKPD terutama dalam menyusun daftar skala prioritas kegiatan pembangunannya (yang tertuang dalam Renja SKPD) dibuatlah sistem Pagu. Sistem ini diterapkan untuk mengarahkan agar usulan yang direncanakan dari SKPD benar-benar diperhitungkan pada tingkat urgensi yang paling tinggi yang mendukung program empat pilar dan program-program prioritas Kabupaten Rembang,dengan kriteria sebagai berikut: § Memperkuat dan mengembangkan infrastruktur, sarana & prasarana publik,

§ Peningkatan kualitas SDM masyarakat, melalui pendidikan gratis § Mendukung program jaminan kesehatan Rembang sehat

§ Pengembangan ekonomi masyarakat dalam upaya peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat,

§ Upaya mengatasi Krisis multidimensi & pengentasan kemiskinan,

§ Kebutuhan/Pemberdayaan Masyarakat yang diharapkan mempunyai Daya Ungkit (Vallue Added & Multiplier Effect) Tinggi,

§ Pengembangan produk-produk unggulan daerah yang menggunakan muatan lokal (local content),

§ Pengembangan kawasan strategis prioritas (Konstelasi kegiatan), § Peningkatan kapasitas kelembagaan,

§ Antisipasi perubahan lingkungan strategis.

(38)

RKPD 2008 34

v Pertama fungsi alokasi yaitu pembiayaan untuk kegiatan pembangunan yang tidak mungkin dilaksanakan oleh masyarakat / swasta karena bersifat public services seperti penanganan prasarana dasar, penyediaan infrastruktur;

v kedua fungsi distribusi yaitu pembiayaan diarahkan untuk pemerataan, keadilan sosial dan mengurangi kesenjangan, yang antara lain meliputi penanganan masalah kemiskinan, pengembangan wilayah tertinggal dan lainnya, dan

v ketiga fungsi stabilisasi yaitu pembiayaan diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat serta stabilitas keamanan dan ketertiban.

Disamping fungsi anggaran, untuk penyusunan APBD juga mengacu pada norma dan prinsip anggaran yang telah lazim dikenal dalam administrasi pemerintahan di Kabupaten Rembang yakni :

1) Partisipasi masyarakat ;

2) Transparansi dan akuntabilitas anggran ; 3) Disiplin anggaran;

4) Keadilan Anggaran;

5) Efisiensi dan Efektifitas Anggaran dan 6) Taat azas

Dengan arah kebijakan anggaran sebagimana terurai di atas, diharapkan pada Tahun 2008, Pemerintah Kabupaten Rembang dapat mencapai beberapa capaian kinerja sebagai berikut :

- pertumbuhan ekonomi diharapkan mencapai 5 % - investasi meningkat sampai dengan 15,96 % - Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

- Peningkatan sarana prasarana pendidikan serta pengentasan buta aksara - Penurunan angka pengangguran

- peningkatan kesejahteraan bagi penduduk miskin dan keluarga miskin - Peningkatan kuantitas dan kualitas infrastruktur

- peningkatan kesejahteraan petani dan nelayan

- peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mencapai minimal 70,0.

(39)

RKPD 2008 35

BAB IV

PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2008

Dengan memperhatikan prioritas pembangunan nasional maupun Provinsi Jawa Tengah yang mengarah kepada :

1. Pengentasan kemiskinan

2. Peningkatan kesempatan kerja dan berusaha untuk menangani masalah pengangguran 3. Peningkatan pelayanan sosial dasar masyarakat

4. Peningkatan kualitas pengelolaan sumber daya alam dan peran serta pemangku pemangku kepentingan dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan.

5. Peningkatan investasi dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang mendukung ekonomi daerah.

6. Peningkatan pelayanan pemerintahan .

7. Mencegah penyebaran penyakit menular dan penaggulangan korban bencana alam

Maka untuk tercapainya sinergitas perencanaan antara pusat dan daerah, Pemerintah Kabupaten Rembang menentukan beberapa prioritas pembangunan Tahun 2008, yaitu :

A. Kesinambungan Empat Pilar

1). Program Penyediaan dan Peningkatan Infrastruktur Pelayanan Publik

Program penyediaan dan peningkatan infrastruktur pelayanan publik bertujuan : pertama, untuk penyediaan dan peningkatan infrastruktur wilayah guna memperlancar arus barang, jasa dan penumpang dalam melakukan kegiatan ekonomi; kedua, penyediaan infrastruktur kawasan strategis yang diharapkan dapat menarik investasi daerah sebagai pemicu tumbuhnya kegiatan ekonomi baru serta dapat mempermudah akses pelayanan kepada masyarakat maupun investor. Program dan kegiatan telah dan akan terus dilaksanakan adalah :

- Pemeliharaan dan peningkatan jalan dan jembatan antar kecamatan dan desa; - Optimalisasi sumber daya air;

- Peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman;

(40)

RKPD 2008 36

Kawasan Kantor Pemerintahan Terpadu sebagai Pusat Pelayanan Publik dan Pusat Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah serta kawasan strategis lainnya yang dikembangkan.

Pelaksanaan program pemeliharaan dan peningkatan jalan dan jembatan antar kecamatan dan desa tahun 2006 jika dibandingkan 3 tahun terakhir mengalami kenaikan yang cukup signifikan khususnya pada peningkatan jalan kabupaten, penggantian jembatan dan pengaspalan jalan dengan hotmix. Selengkapnya kemajuan program pemeliharaan dan peningkatan jalan dan jembatan antar kecamatan dan desa seperti pada tabel berikut

Tabel IV. 1

Program Pemeliharaan dan Peningkatan Jalan dan Jembatan Antar Kecamatan Dan Desa

No. Kegiatan 2003 2004 2005 2006

Peningkatan dan pemeliharaan jalan – jembatan

a. Jalan dan Jembatan Kabupaten

- Pemeliharaan jalan Kabupaten (km) 250 251,35 267,97 250,00

- Peningkatan jalan Kabupaten (km) 84,4 17,9 11,65 36,33

- Penggantian Jembatan (Unit) 4 - - 17

- Pemeliharaan Jembatan (Unit) 14 2 2 3

- Jalan Hotmix (km) 10,5 - - 168,65

b. Peningkatan Jalan Desa

- Jalan tanah jadi jalan beraspal (km) 75 82,04 6,7 26.60

(41)

RKPD 2008 37

Tabel IV. 2

Program Optimalisasi Sumber Daya Air

No. Kegiatan 2003 2004 2005 2006

1 Rehabilitasi

- Bendung 13 buah 6 buah 1 buah 45 buah

- Embung 4 buah 2 buah 2 buah 11 buah

- Bangunan Air 10 buah - - 36 buah

- Saluran 13,954 m 1.400 m 4.000 m 26.755 m

2 Pembangunan / Pembuatan

- Bendung - - 7 buah 2 buah

- Embung 1 buah - 7 buah -

- Bangunan Air 1 buah - - -

- Saluran - - 2.500 m -

3 Pemeliharaan Rutin

- Bendung 17 buah 5 buah 25 buah 5 buah

- Embung - - 2 buah -

- Bangunan Air 62 buah 52 buah 20 buah 45 buah

- Saluran 72.600 m 45.000 m 69.685 m 4.500 m.

(42)

RKPD 2008 38

1 Peningkatan Penyehatan Lingkungan dan Pemukiman

- Penataan Lingkungan permukiman - 35 paket

- Pembuatan Drainase Saluran 2,558 km - 4,150 km 3,000 km

- Penataan Lingkungan permukiman 19 desa

6 Pembuatan talud reklamasi RSA BBS binangun lasem

- 1 paket 1 paket 1 paket

2). Program Sekolah Gratis dan Bermutu pada Jenjang Pendidikan Dasar

(43)

RKPD 2008 39

seluruh sumber daya yang ada dapat dioptimalkan, peningkatan sarana dan prasarana pendidikan dimaksudkan untuk memberikan peningkatan pelayanan dibidang pendidikan sehingga sesuai standar pelayanan pendidikan. Dalam mengatasi adanya kesenjangan mutu pendidikan antar sekolah serta kurang efisiennya pengelolaan sekolah dirancang melalui program manajemen berbasis sekolah (MBS) yang dilaksanakan melalui 3 pilarnya yakni manajemen sekolah, pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM), dan peran serta masyarakat (PSM).

3). Program Jaminan Kesehatan Rembang Sehat ( JKRS )

Pemerintah Kabupaten Rembang memprioritaskan upaya peningkatan derajat kesehatan yang ditempuh melalui penanaman perilaku hidup, makan dan lingkungan sehat serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Program yang ditempuh untuk mewujudkan hal tersebut adalah melalui Jaminan Kesehatan Rembang Sehat, yang diharapkan menjadi embrio untuk pengembangan jaminan sosial bidang kesehatan Kabupaten Rembang dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat menuju Rembang Sehat 2010. Kegiatan yang dilaksanakan adalah pelayanan kesehatan gratis kelas II puskesmas dan pelayanan gratis kelas III RSUD bagi seluruh penduduk Kabupaten Rembang. Beberapa hal yang patut menjadi pertimbangan implementasi kebijakan Jaminan Kesehatan Rembang Sehat Tahun 2008 yang merupakan tahun ketiga adalah menejemen pelayanan terutama yang terkat dengan data dan informasi serta standart pelayanan.

4). Program Pengembangan Ekonomi Rembang

Pembangunan ekonomi diarahkan pada terwujudnya perekonomian yang handal dan mandiri di daerah dengan tetap berdasarkan pada demokrasi ekonomi guna meningkatkan kemakmuran seluruh masyarakat. Pertumbuhan ekonomi berkorelasi positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat serta mengurangi ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial dengan memberi perhatian khusus pada usaha kecil, tradisional, dan golongan ekonomi lemah. Pembentukan kelompok-kelompok usaha masyarakat sebagai gerakan pemberdayaan ekonomi rakyat yang sehat, tangguh, kuat dan mandiri serta mampu berperan dalam meningkatkan kondisi ekonomi serta kesejahteraan rakyat.

(44)

RKPD 2008 40 - Pendirian PT.Rembang Bangkit Sejahtera Jaya, dan

- Pengembangan usaha ekonomi produktif masyarakat melalui kegiatan-kegiatan pemberdayaan ekonomi.

PT. Rembang Bangkit Sejahtera Jaya (RBSJ) yang berorientasi profit oriented (bisnis murni) selain bertujuan untuk memeperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya bagi peningkatan PAD, juga berfungsi dalam menggerakan sendi-sendi perekonomian masyarakat yang selama ini belum bisa berkembang dengan baik. Keberadaan PT. RBSJ yang mulai beroperasi tahun 2007 mempunyai bidang-bidang usaha yang dapat membantu meringankan dan memperlancar usaha yang sudah ada serta memperluas kesempatan kerja baru. Seperti bidang usaha produksi biodiesel yang mempermudah dan meringankan beban nelayan dalam usaha penangkapan ikan, pendirian pabrik gula mini untuk mewadahi dan menampung hasil perkebunan tebu dan gula tumbu dimasyarakat agar keuntungan petani dapat lebih ditingkatkan.

Pembangunan industri, sektor pertanian dan sektor produktif lainnya ditingkatkan dan diarahkan untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pembangunan industri terutama industri kecil diharapkan mampu menjadi penggerak utama kekuatan ekonomi yang efisien, berdaya saing tinggi, mempunyai struktur yang makin kukuh untuk menghasilkan pangan dan bahan mentah yang cukup bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat, meningkatkan daya beli masyarakat, serta mampu melanjutkan proses industrialisasi yang makin terkait dan makin terpadu dengan sektor jasa menuju terbentuknya jaringan kegiatan agroindustri dan agrobisnis yang produktif.

Adapun kebijakan pemberdayaan ekonomi produktif di Kabupaten Rembang telah dilakukan melalui berbagai program baik melalui bantuan modal usaha kepada kelompok-kelompok usaha maupun peningkatan ketrampilan ekonomi masyarakat. Program pemberdayaan seperti Program Pengembangan Kecamatan, P2KP, FEDEP, SIBERMAS, dan lainnya diharapkan akan terus mampu meningkatkan ekonomi masyarakat di daerah.

Adapun kegiatan pemberdayaan perekonomian masyarakat secara rinci di Kabupaten Rembang sebagai berikut :

- Bantuan modal usaha ekonomi produktif (UEP), - Bantuan Teknologi tepat guna (TTG),

- Pembinaan Peningkatan Pendapatan Petani Nelayan Kecil, - Pengembangan budidaya air payau,

Gambar

Tabel II. 1
Tabel  II.2
Tabel III.1
Tabel III.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian Tingkat Kepuasan Wisatawan Domestik Terhadap Candi Prambanan Dan Ratu Boko Di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta ini akan menggunakan

dengan penelitian yang akan dilakukan adalah dalam penulisan hukum tersebut membahas tentang status perkawinan anak dibawah umur dalam perspektif hukum

Jakarta, 19 December 2011 – The leading property company in Indonesia, PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) closed the year 2011 by launching three new projects

With more than 40 years of experience as part of the Agung Podomoro Group, Agung Podomoro Land has a solid foundation to become the leading developers in

Suasana damai dan penuh kasih sayang dalam keluarga, contoh-contoh nyata berupa sikap saling menghargai satu sama lain, ketekunan dan keuletan menghadapi kesulitan, sikap disiplin

Berdasarkan lebar karapas, rajungan yang layak tangkap di perairan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan adalah rajungan yang berada pada jarak minimal 3.7 mil laut dari pantai ke

Bertolak dari adanya perlindungan sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 50 huruf h, UU Nomor 5 Tahun1999, „oknum tertentu‟ dari kalangan pelaku usaha Mikro

(4) Dalam hal rancangan APBDesa tahun anggaran berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) telah ditetapkan, Sisa Dana Desa tersebut dapat digunakan mendahului penetapan