Sesuai Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional bahwa Pimpinan Kementerian/Lembaga menyiapkan Rancangan Rencana Strategis sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Oleh karena itu, setiap Kementerian/Lembaga berkewajiban untuk menyusun Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL) yang merupakan penjabaran dari visi dan misi Kementerian/Lembaga dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan nasional secara menyeluruh.
Sejalan dengan pelaksanaan UU tersebut dan dengan mengacu pada tugas pokok dan fungsi Sekretariat Jenderal sebagai bagian dari Kementerian maka disusunlah Rencana Strategis Pusdiklat Industri 2010-2014 yang pada intinya mengimplementasikan Kebijakan Industri Nasional serta melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi Kementerian khususnya dalam bidang peningkatan kualitas SDM Industri. Renstra memuat visi, misi, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan serta anggaran indikatif sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Pusdiklat Industri.
Renstra Pusdiklat Industri 2010-2014 merupakan acuan dalam penyusunan rencana kegiatan tahunan yang merupakan implementasi tupoksi melalui misi Pusdiklat Industri dan pencapaian KPI yang akan diraih.
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Kondisi Umum Pembangunan Pendidikan dan Pelatihan Industri ... 12
1.3 Permasalahan Pembangunan Pendidikan dan Pelatihan Industri 2010-2014 ... 14
1.4 Tantangan dan Kondisi yang Diharapkan Dalam Pembangunan Pendidikan dan Pelatihan Industri ... 16
1.5 Maksud dan Tujuan ... 18
2.1 Visi ... 26
2.2 Misi ... 27
2.3 Tata Nilai Organisasi... 28
2.4 Tujuan dan Sasaran Strategi ... 30
3.1 Arah Kebijakan ... 35
3.2 Strategi ... 36
3.3 Program dan Kegiatan Prioritas ... 39
I. Base Line Trilateral
United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) dalam
laporannya (Industrial Development Report 2004) menyatakan bahwa dalam
periode 1980-2005, kinerja Industri Manufaktur Indonesia dikategorikan
sebagai salah satu pemenang utama (main winners) bersama beberapa
negara berkembang lain yang kebanyakan berasal dari kawasan Asia Timur.
Di antara kinerja negara-negara tersebut, China berada pada posisi tertinggi.
Sedangkan peringkat kinerja Industri Manufaktur Indonesia meningkat dari
urutan ke-75 pada tahun 1980 menjadi urutan ke-54 pada tahun 1990 dan
menjadi urutan ke-42 pada tahun 2005. Namun demikian, dibandingkan
dengan beberapa negara pesaing utama di Asia Timur (termasuk ASEAN),
peningkatan posisi Indonesia memang relatif rendah.
Beberapa faktor penting di luar ekonomi juga belum menunjukkan
perbaikan kinerja secara nyata. Sebagai contoh, pengembangan dan
penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) terutama untuk
kepentingan produksi masih sangat terbatas. Dengan urutan Indonesia di
posisi ke-60 dari 72 negara dalam Indeks Pencapaian Teknologi (IPT),
mengindikasikan bahwa integrasi peningkatan IPTEK untuk produksi masih
banyak mengalami hambatan. Pengembangan kelembagaan dan
kemampuan untuk peningkatan kapasitas SDM pada tingkat perusahaan
tidak berjalan sesuai harapan. Sementara itu, standardisasi nasional produk
kebutuhan sektor industri, serta peningkatan kompetensi tenaga kerja belum
sepenuhnya berjalan optimal karena keterbatasan sumber daya.
Meskipun permasalahan penurunan daya saing berawal dari krisis
tahun 1997, perkembangan industri ternyata memburuk setelah krisis
dimaksud. Banyak pengamat mengindikasikan terjadinya “deindustrialisasi”,
yang ditunjukkan dengan penurunan kapasitas terpasang Industri
Manufaktur dari 80 persen pada periode sebelum krisis menjadi hanya
berkisar 60 persen. Penurunan jumlah unit usaha perusahaan industri
berskala sedang dan besar, dan juga penurunan signifikan dari indeks
produksi industri pengolahan berskala sedang dan besar. Penyebab utama
kondisi ini adalah daya saing produk-produk manufaktur yang terus
melemah.
Disisi lain pembangunan pendidikan menempati peran sangat
strategis dalam keseluruhan upaya membangun kehidupan berbangsa dan
bernegara sebagaimana dicita-citakan oleh para pendiri bangsa dan
dirumuskan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam pembukaan UUD 1945 tersebut
dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Sejalan dengan pembukaan
UUD tersebut di dalam batang tubuh konstitusi di antaranya Pasal 20, Pasal
21, Pasal 28 C ayat (1), Pasal 31, dan Pasal 32, juga mengamanatkan bahwa
pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
yang diatur dengan undang-undang. Sistem pendidikan nasional tersebut
mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi
tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan
global. Untuk itu, perlu dilakukan pembaruan pendidikan secara terencana,
terarah, dan berkesinambungan.
Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia,
dan untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan
yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa
memandang status sosial, status ekonomi, suku, etnis, agama, dan gender.
Pemerataan akses dan peningkatan mutu pendidikan akan membuat warga
negara Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) sehingga mendorong
tegaknya pembangunan manusia seutuhnya serta masyarakat madani dan
modern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila, sebagaimana diamanatkan dalam
UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan merupakan instrumen penting dalam pembangunan
ekonomi dan sosial, termasuk di antaranya untuk mendukung upaya
mengentaskan kemiskinan, meningkatkan keadilan dan kesetaraan gender,
serta memperkuat nilai-nilai budaya. Di samping itu pendidikan merupakan
upaya mendukung pembangunan ekonomi yang memerlukan peranan
pendidikan yang relevan dan berkualitas tinggi untuk meningkatkan daya
saing bangsa. Dalam hal ini, pendidikan dituntut untuk mampu melengkapi
lulusannya agar memiliki keterampilan teknis (hard skill), dan juga
kemampuan untuk berpikir analitis, berkomunikasi, serta bekerjasama dalam
tim yang secara keseluruhan sering dirangkum sebagai keterampilan lunak
(soft skill). Di samping itu, pendidikan diharapkan dapat meningkatkan
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia. Untuk itu, Pemerintah
telah menetapkan pembangunan pendidikan menjadi salah satu prioritas
nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Tahun 2010--2014 mendatang.
Undang-undang Nomor 25/2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional bertujuan untuk: (1) mendukung koordinasi antar
pelaku pembangunan; (2) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan
sinergi baik antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah
maupun antara Pusat dan Daerah; (3) menjamin keterkaitan dan konsistensi
antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; (4)
mengoptimalkan partisipasi masyarakat; (5) menjamin tercapainya
penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan
berkelanjutan. Disamping tujuan tersebut, undang-undang nomor 25/2004
juga menyatakan bahwa Perencanaan Pembangunan Nasional menghasilkan:
(1) rencana pembangunan jangka panjang; (2) rencana pembangunan
jangka menengah; dan (3) rencana pembangunan tahunan. Dalam
undang-undang dimaksud disebutkan bahwa Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Kementerian/Lembaga yang selanjutnya disebut sebagai
Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL) adalah dokumen
perencanaan Kementerian/Lembaga untuk periode 5 (lima) tahun.
Perkembangan pembangunan pendidikan nasional selama periode
2004−2009, berbagai upaya pembangunan pendidikan telah meningkatkan
dan kualitas pelayanan pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Perkembangan taraf pendidikan masyarakat Indonesia antara lain ditandai
dengan meningkatnya rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke
atas dari 7,27 ta-hun pada tahun 2005 menjadi 7,72 tahun pada tahun 2009,
dan meningkatnya angka literasi penduduk usia 15 tahun ke atas dari
90,45% menjadi 94,70% pada periode yang sama. Peningkatan taraf
pendidikan tersebut memberikan kontribusi penting bagi peningkatan
kualitas sumber daya manusia yang ditandai dengan makin mem-baiknya
indeks pembangunan manusia (IPM) atau human development index (HDI).
IPM merupakan indikator komposit, yang terdiri dari (a) status
kesehatan yang dilihat dari angka harapan hidup saat lahir; (b) taraf
pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf penduduk dewasa dan
gabungan angka partisipasi kasar jenjang pendidikan dasar, menengah,
tinggi; serta (c) taraf perekonomian penduduk yang diukur dengan
pendapatan domestik bruto (PDB) per kapita dengan paritas daya beli
(purchasing power parity).
Human Development Report
(HDR) tahun 2009mengungkapkan bahwa IPM Indonesia meningkat dari 0,682 (posisi ke-112
dari 175 negara) pada tahun 2001 menjadi 0,734 pada tahun 2007 dan
menempatkan Indonesia pada posisi ke-111 dari 182 negara. Demikian juga
dengan Indeks Pembangunan Gender (IPG) atau
gender-related
development index
(GDI) Indonesia, yang dihitung berdasarkan variabelyang sama dengan IPM menurut jenis kelamin, mengalami peningkatan dari
0,677 (peringkat ke-91 dari 144 negara) pada tahun 2001 menjadi 0,726
(peringkat ke-93 dari 155 negara) pada tahun 2007.
Di bidang Pengembangan Industri, dalam rangka menentukan arah,
sasaran, dan kebijakan Pengembangan Industri Nasional ke depan,
Pemerintah mengeluarkan !" # $ % # &'& ( )"# **(
Jangka Panjang (2025) difokuskan pada : ', 0 #%&# $ 1 %
! )"# * "#!". ' #- % + #%"$! #++") "# yang
bercirikan :
1. Industri kelas dunia;
2. PDB sektor industri yang seimbang antara Pulau Jawa dan Luar Jawa;
3. Teknologi menjadi ujung tombak pengembangan produk dan
penciptaan pasar.
Untuk menuju Visi tersebut, dirumuskan Visi tahun 2020 yakni
Tercapainya + #%"$! -" " sesuai dengan Deklarasi Bogor
tahun 1995 antar para kepala Negara APEC. Sebagai Negara Industri Maju
Baru, Indonesia harus mampu memenuhi beberapa kriteria dasar antara lain:
1. Kemampuan tinggi untuk bersaing dengan negara industri lainnya;
2. Peranan dan kontribusi sektor industri tinggi bagi perekonomian
nasional;
3. Kemampuan seimbang antara Industri Kecil Menengah dengan
Industri Besar;
4. Struktur industri yang kuat (pohon industri dalam dan lengkap, hulu
dan hilir kuat, keterkaitan antar skala usaha industri kuat);
5. Jasa industri yang tangguh.
Berdasarkan Visi tahun 2020, kemampuan Industri Nasional
diharapkan mendapat pengakuan dunia internasional, dan mampu menjadi
basis kekuatan ekonomi modern secara struktural, sekaligus wahana
tumbuh-suburnya ekonomi yang berciri kerakyatan. Dalam mewujudkan Visi
Kementerian Perindustrian tahun 2020, diperlukan upaya-upaya sistemik
yang dijabarkan ke dalam peta strategi yang mengakomodasi perspektif
pemangku kepentingan berupa pencapaian strategis (Strategic Outcomes)
yaitu:
1. Meningkatnya nilai tambah industri;
3. # #+. !#2 . ' '1" # #%"$! 3 % #
. 0 "$ ) #;
4. Meningkatnya penguasaan teknologi industri yang hemat energi dan
ramah lingkungan;
5. Lengkap dan menguatnya struktur industri;
6. Tersebarnya pembangunan industri;
7. Meningkatnya peran IKM terhadap PDB.
Visi tersebut di atas kemudian dijabarkan dalam visi lima tahun
sampai dengan 2014 yakni ' #! 1 # % 2 $ #+ , $ $ #%"$!
' #"4 .!" 2 #+ , . / #-"! # $ ! ! , #+"##2 1 / #%"$!
#% / # ' $ % 1 #
Penentuan arah Kebijakan Industri Nasional Jangka Panjang mengacu
pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun
2005-2025 sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2007. Dalam jangka panjang, pembangunan industri diarahkan untuk:
1. Mampu memberikan sumbangan nyata dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat;
2. Membangun karakter budaya bangsa yang kondusif terhadap proses
industrialisasi menuju terwujudnya masyarakat modern, dengan tetap
berpegang kepada nilai-nilai luhur bangsa;
3. Menjadi wahana peningkatan kemampuan inovasi dan wirausaha
bangsa di bidang teknologi industri dan manajemen, sebagai ujung
tombak pembentukan daya saing industri nasional menghadapi era
globalisasi/liberalisasi ekonomi dunia;
4. Mampu ikut menunjang pembentukan kemampuan bangsa dalam
pertahanan diri dalam menjaga eksistensi dan keselamatan bangsa,
serta ikut menunjang penciptaan rasa aman dan tenteram bagi
masyarakat.
Sesuai dengan visi 2025, menjadikan Indonesia Negara Industri
asumsi bahwa pencapaian industri di tahun-tahun sebelumnya sesuai dengan
yang diharapkan, maka dapat dirumuskan kondisi yang diharapkan untuk
kurun waktu tahun 2020-2025 sebagai berikut:
1. Peran Industri Kecil dan Menengah telah mencapai keseimbangan
dengan Industri Besar dalam hal kontribusi terhadap PDB Industri;
2. Industri berbasis Agro, Industri Telematika, dan Industri Alat-Angkut
telah menjadi tulang-punggung Industri Nasional, khususnya dalam
kontribusi industri-industri tersebut dalam PDB Industri, sehingga
bersama-sama dengan industri lainnya yang telah tumbuh telah
merupakan basis industri dengan daya saing kelas dunia;
3. Persebaran industri ke luar Pulau Jawa telah terwujud dengan baik,
sehingga peran Pulau Jawa sebagai lokasi industri telah berkurang
sampai di bawah 50 persen, sedangkan sisanya tersebar di luar Pulau
Jawa;
4. Terjadi pergeseran pertumbuhan industri dari industri berbasis tenaga
kerja dan industri berbasis sumber daya alam ke industri padat modal
dan industri berbasis teknologi yang didukung oleh kemampuan
teknologi dan R&D sebagai ujung tombak daya saing industri;
5. Sumbangan industri pengolahan non-migas terhadap PDB nasional
telah mencapai sekitar 30 persen pada tahun 2025 yang dihitung dari
harga konstan berdasarkan total sumbangan industri terhadap PDB
nasional. Angka PDB nasional pada tahun 2025 dihitung menurut
harga berlaku adalah sebesar Rp.16.269,84 triliun, atau menurut
harga konstan tahun 2000 adalah sebesar Rp. 6.309,5 triliun,
sehingga sumbangan industri non-migas bagi PDB nasional pada
tahun 2025 menurut harga konstan tahun 2000 adalah sebesar Rp.
1.868,42 triliun;
6. Regulasi yang meniadakan praktek-praktek monopoli dan berbagai
ditegakkannya prinsip-prinsip pengelolaan usaha yang baik dan benar
telah tersedia dan ditegakkan secara memadai.
Kondisi yang harus dicapai pada tahun 2014 sebagai berikut:
1. Terselesaikannya permasalahan yang menghambat, dan rampungnya
program revitalisasi, konsolidasi, dan restrukturisasi industri yang
terkena dampak krisis;
2. Tumbuhnya industri yang mampu menciptakan lapangan kerja yang
besar;
3. Terolahnya potensi sumber daya alam daerah menjadi produk-produk
olahan;
4. Semakin meningkatnya daya saing industri berorientasi ekspor;
5. Tumbuhnya industri-industri potensial yang akan menjadi kekuatan
penggerak pertumbuhan industri di masa depan;
6. Tumbuh berkembangnya IKM, khususnya industri menengah sekitar
dua kali lebih cepat daripada industri kecil.
Keluaran jangka menengah yang diharapkan adalah :
1. Besarnya kemampuan sektor industri untuk menyediakan lapangan
kerja baru,
2. Pulihnya industri yang terpuruk akibat krisis,
3. Meningkatnya kemampuan daerah menghasilkan produk olahan,
4. Menguatnya struktur industri, seiring dengan tumbuhnya penunjang,
komponen dan bahan baku industri,
5. Meningkatnya ekspor secara signifikan, Terbangunnya pilar-pilar
industri masa depan, Semakin kuatnya keterkaitan antar
skala-industri, dan
6. Sumbangan nilai tambah antara industri besar dan IKM.
Pembangunan industri merupakan bagian dari pembangunan nasional,
oleh sebab itu pembangunan industri harus diarahkan untuk menjadikan
ekonomi, sosial dan politik Indonesia. Pembangunan sektor industri, tidak
hanya ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan di sektor
industri yang disebabkan oleh melemahnya daya saing dan krisis global yang
melanda dunia saat ini saja, melainkan juga harus mampu turut mengatasi
permasalahan nasional, serta meletakkan dasar-dasar membangun industri
andalan masa depan.
Secara kuantitatif peran industri ini harus tampak pada kontribusi
sektor industri dalam Produk Domestik Bruto (PDB), baik kontribusi sektor
industri secara keseluruhan maupun kontribusi setiap cabang industri.
Dengan memperhatikan kondisi yang diharapkan sebagaimana diuraikan,
maka dijabarkan Tujuan, Sasaran Strategis, Indikator Kinerja Utama, Sasaran
Kuantitatif, Arah kebijakan dan Program. Sasaran strategis untuk mencapai
tujuan adalah sebagai berikut:
$ # ! ! + $ : Tingginya nilai tambah industri, dengan
Indikator Kinerja Utama terdiri dari:
1. Laju pertumbuhan industri yang memberikan nilai tambah;
2. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional.
$ # ! ! + $ : Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar
negeri, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri nasional.
2. Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di
pasar dalam negeri.
$ # ! ! + $ : Kokohnya faktor-faktor penunjang
pengembangan industri, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri;
2. Indeks iklim industri Nasional.
$ # ! ! + $ : Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan
teknologi Industri, dengan Indikator Kinerja Utama:
1. Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan
2. Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri.
$ # ! ! + $ 5 Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri,
dengan indikator Kinerja Utama:
1. Tumbuhnya Industri Dasar Hulu (Logam dan Kimia);
2. Tumbuhnya Industri Komponen automotive, elektronika dan
permesinan;
3. Tumbuhnya Industri lainnya yang belum ada pada pohon industri.
$ # ! ! + $ : Tersebarnya pembangunan industri, dengan
Indikator Kinerja Utama :
1. Meningkatkan kontribusi manufaktur diluar pulau Jawa terhadap PDB
nasional;
2. Jumlah Investasi baru industri jasa pendukung dan komponen industri
yang menyerap banyak tenaga kerja.
$ # ! ! + $ : Meningkatnya peran industri kecil dan
menengah terhadap PDB, dengan Indikator Kinerja Utama :
1. Tumbuhnya industri kecil diatas pertumbuhan eknomi nasional;
2. Tumbuhnya industri menengah dua kali diatas industri kecil;
3. Meningkatnya jumlah output IKM yang menjadi “Out-Source” Industri
Besar.
Oleh sebab itu, Kementerian Perindustrian selaku instansi yang
bertanggung jawab di bidang perindustrian sebagaimana tertuang dalam
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian
Negara Republik Indonesia telah menyusun strategi pencapaiannya untuk
masa lima tahun kedepan, yang tersusun dalam Rencana Strategis
Kementerian Perindustrian 2010-2014 (Renstra).
Sementara itu, Sekretariat Jenderal sebagai unit pendukung
pelaksanaan tugas pokok Kementerian selanjutnya menjabarkan secara lebih
Sekretariat Jenderal selanjutnya diterjemahkan kedalam Renstra Pusdiklat
Industri sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya guna mendukung dan
mewujudkan pembangunan sektor industri nasional khususnya dalam
penciptaan dan pengembangan SDM Industri sebagai dasar mewujudkan
kokohnya bangun industri nasional seperti yang diharapkan.
6
Dalam situasi dimaksud, maka untuk mempercepat proses
industrialisasi, menjawab tantangan dari dampak negatif gerakan globalisasi
dan liberalisasi ekonomi dunia, serta mengantisipasi perkembangan di masa
yang akan datang, pengembangan industri nasional memerlukan arahan dan
kebijakan yang jelas. Kebijakan yang mampu menjawab pertanyaan, arah
dan bangun industri Indonesia dalam jangka menengah, maupun jangka
panjang. Penyusunan dan penetapan arah dan kebijakan tersebut
memerlukan keterlibatan dan kesepakatan bersama dari seluruh potensi
bangsa sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi.
Amanat konstitusi harus dijabarkan sebagai pesan agar
pengembangan industri dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi
didasarkan pada upaya pendayagunaan seluruh potensi dan ragam sumber
daya ekonomi yang dimiliki bangsa secara optimal dan arif, agar mampu
menjadi wahana bagi upaya peningkatan kesejahteraan rakyat. Di sisi lain,
pengembangan industri yang telah berjalan dengan baik selama ini harus
diakui belum mampu menghasilkan atau mewujudkan bangun industri yang
tangguh dan berakar dari keunggulan kualitas Sumber Daya Alam (SDA) dan
potensi kekayaan sumber daya yang dimiliki.
Tanpa adanya arah dan kebijakan industri nasional yang disepakati
bersama, maka perkembangan industri akan tumbuh secara alami tanpa
· Secara internal masih terdapat gejala keinginan sektoral yang
bersifat individual (belum terkonsolidasi), belum saling mengisi dan
bersinergi.
· Secara eksternal akan berlaku kaidah pasar bebas, yaitu pasar dunia
dengan kendaraan globalisasi dan liberalisasi akan memaksakan
kehendak dan mendistorsi kepentingan nasional. Hal itu
dimaksudkan agar sesuai dengan kehendak mereka, atau
mematikan daya aspirasi, kreativitas, dan motivasi bangsa
Indonesia.
Dalam upaya mendukung kinerja Kementerian Perindustrian, Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Industri melalui program dukungan manajemen
dan pelaksanaan tugas teknis lainnya dan kegiatan prioritasnya peningkatan
kualitas SDM Industri, mengemban tugas utama melaksanakan berbagai
kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam upaya mempersiapkan dan
meningkatkan SDM Aparatur sesuai standar kompetensi yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta peningkatan
produktivitas SDM Industri guna meningkatkan daya saing sektor industri,
diantaranya melalui kegiatan kegiatan pendidikan dan pelatihan SDM
berbasis kompetensi.
Pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi merupakan sub
sistem yang berfungsi mewujudkan SDM yang kompeten baik pada tatanan
menajerial maupun operasional. Maka dari itu, penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan selalu diarahkan pada terwujudnya SDM yang handal, efektif
dan efisien baik untuk saat ini maupun masa mendatang.
Dalam Perkembangannya, secara kelembagaan, Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Industri merupakan salah satu unit satuan kerja
yang berada di bawah koordinasi SeKretariat Jenderal Kementerian
Perindustrian. Dalam hal penyelenggaraan pendidikan formal, Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Industri memiliki 17 pendidikan formal yang terdiri
menghasilkan tenaga analis kimia, praktisi di bidang teknik tekstil, teknik
pengolahan kulit dan manajemen industri. Sedangkan untuk mendukung
pengembangan SDM Industri Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri
mempunyai Balai Diklat Industri yang tersebar di 7 daerah regional.
Perkembangan pencapaian selama 2005 – 2010 yang dihasilkan
Pusdiklat Industri, Unit Pendidikan Industri, dan Unit Diklat Industri dapat
dikelompokan secara umum sebagai berikut :
/ ', + #
v Sebagian besar unit kerja di lingkungan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri telah terkreditasi baik melalui Badan
Akreditasi maupun melalui lembaga sertifikasi
v Adanya pedoman program pengembangan SDM Aparatur
(sistem diklat) sebagai upaya untuk menyelenggarakan sistem
pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi .
"', 2 #"$
v Secara keseluruhan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri
memiliki jumlah pegawai sebanyak 1300 orang dengan latar
belakang pendidikan secara proporsional yang baik.
# $ #
v Sudah tersedianya sarana dan prasarana untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan seperti, gedung
kantor, gedung pendidikan dan laboratorium.
* * 7 *
Di samping berbagai hasil-hasil perkembangan yang dapat dijadikan
modal dalam melanjutkan pembinaan dan pengembangan pendidikan dan
pelatihan lima tahun ke depan, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri juga
pembinaan dan pengembangan pendidikan dan pelatihan industri secara
umum antara lain:
/ ', + #
v Sebagian besar Satker di lingkungan Pusdiklat Industri belum
terakreditasi baik.
v Kurikulum dan modul pelatihan dan pendidikan belum berbasis
kompetensi
v Pendidikan Kejuruan dan vokasi yang diselenggarakan rata-rata
belum mempunyai kekhasan yang dapat membedakannya
dengan pendidikan vokasi lain yang diselenggarakan oleh
Kementerian lain.
v Pendidikan kejuruan dan vokasi yang diselenggarakan belum
sepenuhnya memenuhi kebutuhan industri.
v Minat calon mahasiswa untuk masuk ke pendidikan kejuruan dan vokasi yang diselenggarakan Kementerian Perindustrian
masih relatif rendah.
"', 2 #"$
v Kualitas kepemimpinan yang masih perlu ditingkatkan
v Disiplin aparatur sangat perlu ditingkatkan
v Belum semua guru dan dosen yang ada di unit pendidikan menengah dan pendidikan tinggi memiliki sertifikat sebagai
pendidik, di lain pihak Undang-Undang No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, mengamanatkan bahwa pada tahun
2015 semua guru dan dosen harus memiliki sertifikat sbagai
pendidik.
v Widyaiswara yang dimiliki belum memiliki kompetensi yang
terspesialisasi
v Kompetensi yang dimiliki oleh tenaga pendidik dan tenaga
Kementerian Perindustrian belum sesuai dengan keahlian dan
bidang yang diperlukan dalam proses pembelajaran.
# % # $ #
v Pengelolaan prasarana dan sarana kerja belum mampu
memberikan dukungan terhadap lingkungan kerja yang
kondusif, karena aspek keteraturan, kerapihan, kebersihan,
kelestarian, dan kedisiplinan (5K) belum sepenuhnya ditaati
oleh para pegawai.
v Penyediaan sarana penunjang (jaringan listrik, Genset, dll)
untuk Balai Diklat dan Unit Pendidikan dalam menunjang
pengembangan SDM Industri masih dirasakan sangat kurang.
v Prasarana satker belum semuanya memenuhi kebutuhan
pelaksanaan pelatihan dan pendidikan.
v Pengelolaan perpustakaan belum berjalan optimal.
v Sistem informasi belum baik sehingga media publikasi untuk
kepentingan ineternal maupun eksternal belum berjalan
optimal.
6 8
#! #+ # $ 1 #
Bangsa Indonesia melewati berbagai tantangan dan hambatan
menuju cita-cita bangsa. Seperti apa tantangan ke depan? Pada
konteks sosial kemasyarakatan, akan muncul apa yang disebut C-Generation
yang kreatif dan tanggap terhadap hal-hal baru
(creativity),
saling aktifberinteraksi. Suatu Institusi Pendidikan dan Pelatihan harus mampu
memprediksi tantangan yang jauh ke depan sehingga dapat menghela
berperan serta membawa raksi satu sama lain
(connectivity),
memanfaatkan teknologi terutama teknologi informasi sebagai bagian dari
kehidupan
(convergence), bekerjasama atas dasar kesetaraan
(collaborative), serta sangat paham terhadap konteks keberadaannya
(contextual).
Teknologi masa depan, seperti teknologi angkasa,pangan, energi serta lingkungan dan kedataran dunia
(world is flat)
akansangat berpengaruh bagi kemanusiaan. Eksistensi bangsa menjadi taruhan
masa depan. Peran serta Institusi Pendidikan dan Pelatihan sangat
diharapkan dalam membimbing, mengarahkan, memberikan solusi,
memunculkan ide baru, membentuk pola pikir masyarakat, dan masih
banyak peran lain yang diharapkan dari sebuah Institusi pendidikan dan
pelatihan. Oleh karena itu orientasi sebuah Institusi Pendidikan dan Pelatihan
tidak semestinya dibatasi pada jangka pendek, tetapi harus selalu
berorientasi ke depan dengan semangat menjadikan Institusi Pendidikan dan
Pelatihan Industri sebagai institusi pendidikan dan pelatihan yang mampu
memunculkan solusi, inovasi dan karakter Industri bagi bangsa Indonesia
untuk meniti masa yang akan datang.
Ada dua kategori isu strategis yang dihadapi Instusi Pendidikan
dan Pelatihan Industri yaitu isu strategis eksternal terkait dengan bagaimana
peran Instusi Pendidikan dan Pelatihan Industri bagi pemangku kepentingan
eksternal
(RPJM, KIN, RPP Pendidikan dan Transformasi Ekonomi).
Isu inipenting mengingat dampak langsung yang diakibatkan oleh kebijakan yang
akan diambil agar berhasil menjalankan visi dan misinya. Mencermati
tantangan ke depan isu eksternal yang dihadapai Instusi Pendidikan dan
Pelatihan Industri adalah eksistensi , orientasi dan sinergi visi dan misi
Instusi Pendidikan dan Pelatihan Industri terhadap pemangku kepentingan
&#% $ 2 #+ ) 1. #
Sementara itu kondisi yang diharapkan dalam pembangunan pendidikan
dan pelatihan industri terkait dengan proses bisnis Institusi Pendidikan dan
Pelatihan Industri antara lain yaitu :
1. Menumbuhkan learning organization (menumbuhkan budaya
pembelajar dan penelitian);
2. Membangun, mengembangkan, dan menyelenggarakan pendidikan
dan pelatihan berbasis kompetensi sesuai dengan kebutuhan industri;
3. Membangun, mengembangkan, dan menyelenggarakan pendidikan
kejuruan dan vokasi yang sesuai dengan kebutuhan industri;
4. Menata manajemen pendidikan dan pelatihan sesuai kebutuhan
peraturan perundangan dan tuntutan stakeholder.
.$"% % # "-" #
Rencana Strategi (RENSTRA) dimaksudkan untuk memenuhi
amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dan PP No. 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional, bahwa: “Pimpinan
Kementerian/Lembaga menyiapkan rancangan Renstra-KL sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman kepada rancangan awal
RPJMN”. Sedangkan penentuan arah kebijakan Industri Nasional Jangka
Panjang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
tahun 2005-2025 sebagaimana Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 dan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2008 tentang
Kebijakan Industri Nasional. Fokus Pembangunan Industri Nasional dengan
memperhatikan pemerataan, persebaran dan pertumbuhan.
Rencana Strategis Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri
merupakan dukungan perencanaan terhadap Kementerian Perindustrian
yang bertujuan memberikan arah dalam melaksanakan koordinasi,
peningkatan kualitas Sumber Daya Industri yang diemban oleh Pusdiklat
Industri, 8 (delapan) Balai Diklat Industri, 8(delapan) Pendidikan Tinggi
Vokasi Industri dan 9 (Sembilan Pendidikan Kejuruan Industri. Dengan fokus
pada Output:
1. Peningkatan Kompetensi SDM Industri.
2. Peningkatan Layanan Pendidikan Vokasi Industri.
3. Peningkatan Layanan Pendidikan Kejuruan Industri.
4. Fasilitasi dan Koordinasi Pengembangan SDM Industri.
5. Peningkatan Layanan Perkantoran.
6. Laporan Administrasi Kegiatan Pelaksanaan Tupoksi.
Dukungan kepada pelaksanaan tugas Kementerian tersebut
dengan melakukan perencanaan terpadu dan menyelaraskan pelaksanaan
program, serta pengendaliannya untuk kurun waktu 2010-2014, sehingga
diharapkan mampu mendukung pencapaian tugas pokok dan fungsi Pusdiklat
Industri. Renstra merupakan acuan bagi seluruh unit kerja di Pusdiklat
Industri Kementerian Perindustrian dalam menyusun Rencana Kerja Tahunan
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing unit selama kurun
waktu 2010-2014.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor :
105/M-IND/PER/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian
Perindustrian, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri bertugas
' / .$ # . #
1 ', # # % # 1 #+ ', #+ # 1 #% % . # % # 1 / ! ) # $"',
Selanjutnya untuk melaksanakan tugas tersebut Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Industri menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan kebijakan teknis rencana dan program di bidang
pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia aparatur dan
sumber daya manusia industri;
b. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
aparatur dan sumber daya manusia industri;
c. Koordinasi dan pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia
industri;
d. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas di bidang
pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia aparatur dan
sumber daya manusia industri;
e. Pelaksanaan tata usaha dan manajemen kinerja Pusdiklat Industri.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi tersebut sebagaimana struktur
organisasi Kementerian Perindustrian yang baru, Kepala Pusdiklat Industri
dibantu oleh Bagian Tata Usaha, Bidang Pendidikan dan Pelatihan Sumber
Daya Manusia Aparatur, Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia
Industri, Bidang Pengembangan Pendidikan Kejuruan dan Vokasi serta
Kelompok Jabatan Fungsional (Widyaiswara di Pusdiklat Industri, Balai Diklat
Industri, Fungsional Guru dan Dosen di Sekolah Menengah Kejuruan,
Akademi dan Perguruan Tinggi).
Struktur organisasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri dapat
Tugas pokok dan fungsi dari masing-masing Bagian/Bidang dan Sub
bagian/Sub Bidang adalah sebagai berikut :
a. Bagian Tata Usaha, mempunyai tugas melaksanakan penyusunan
rencana dan program dan urusan keuangan, kepegawaian dan
manajemen kinerja serta persuratan, perlengkapan dan rumah
tangga. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bagian Tata Usaha
menyelenggarakan fungsi :
1) Penyusunan rencana, program dan anggaran serta urusan
keuangan;
2) Pelaksanaan urusan administrasi kepegawaian dan manajemen
3) Pelaksanaan urusan persuratan, kearsipan, perlengkapan dan
rumah tangga, organisasi dan tata laksana dan hubungan
masyarakat;
4) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program
pendidikan an pelatihan.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, Bagian Tata Usaha,
terdiri dari:
1) Sub Bagian Program dan Keuangan, mempunyai tugas
melakukan penyusunan rencana, program, anggaran,
pelaksanaan urusan keuangan serta pemantauan, evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan.
2) Sub Bagian Kepegawaian dan Manajemen Kinerja, mempunyai
tugas melakukan urusan administrasi kepegawaian dan
manajemen kinerja.
3) Sub Bagian Umum mepunyai tugas melakukan urusan
persuratan, kearsipan, perlengkapan dan rumah tangga,
organisasi dan tata laksana dan hubungan masyarakat.
b. Bidang Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Aparatur
mempunyai tugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta
pengembangan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
aparatur. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bidang Pendidikan
dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Aparatur menyelenggarakan
fungsi :
1) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan teknis;
2) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan struktural dan
fungsional;
3) Pelaksanaan kerjasama pengembangan pendidikan dan
Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, Bidang
Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Aparatur, terdiri
dari:
1) Sub Bidang Pendidikan dan Pelatihan Tenis, yang mempunyai
tugas melaksanakan pendidikan teknis;
2) Sub Bidang Pendidikan dan Pelatihan Struktural dan
Fungsional, yang mempunyai tugas melaksanakan pendidikan
dan pelatihan struktural dan fungsional;
3) Sub Bidang Kerjasama Pengembangan Pendidikan dan
Pelatihan Sumber Daya Manusia Aparatur, yang mempunyai
tugas melakukan kerjasama pengembangan pendidikan dan
pelatihan sumber daya manusia aparatur.
c. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan koordinasi dan pengembangan
sumber daya manusia industri. Dalam melaksanakan tugas
tersebut, Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri
menyelenggarakan fungsi :
1) Penyiapan bahan koordinasi pengembangan sumber daya
manusia industri;
2) Fasilitasi penyusunan standar kompetensi kerja di bidang
industri;
3) Penyusunan standar pendidikan dan pelatihan; dan
4) Pelaksanaan kerjasama pengembangan pendidikan dan
pelatihan sumber daya manusia industri.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, Bidang
Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri, terdiri dari :
1) Sub Bidang Fasilitasi Standar Kompetensi Kerja yang
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi
pengembangan sumber daya manusia industri serta fasilitasi
2) Sub Bidang Standar Pendidikan dan Pelatihan yang mempunyai
tugas melakukan penyusunan standar pendidikan dan
pelatihan;
3) Sub Bidang Kerjasama Pengembangan Sumber Daya Manusia
Industri yang mempunyai tugas melakukan kerjasama
pengembangan sumber daya manusia industri.
d. Bidang Pengembangan Pendidikan Kejuruan dan Vokasi mempunyai
tugas melaksanakan pengembangan pendidikan kejuruan dan
vokasi. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bidang
Pengembangan Pendidikan Kejuruan dan Vokasi menyelenggarakan
fungsi :
1) Penyiapan bahan perumusan pendidikan kejuruan dan vokasi;
2) Penyiapan bahan perumusan pengembangan pendidikan
vokasi; dan
3) Pelaksanaan kerjasama pengembangan pendidikan kejuruan
dan vokasi.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, Bidang
Pengembangan Pendidikan Kejuran dan Vokasi, terdiri dari :
1) Sub Bidang Pendidikan Kejuruan yang mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan pengembangan
pendidikan kejuruan;
2) Sub Bidang Pendidikan Vokasi yang mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan pengembangan
pendidikan vokasi;
3) Sub Bidang Kerjasama Pengembangan Pendidikan Kejuruan
dan Vokasi yang mempunyai tugas melakukan kerjasama
Rencana Strategis Pusdiklat Industri Kementerian Perindustrian
merupakan bagian dari perencanaan jangka panjang dengan ruang
lingkupnya mencakup: Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, Kebijakan, Program,
dan Kegiatan dalam rangka mendukung Pembangunan Industri Nasional.
Periode Rencana Strategis Pusdiklat Industri Kementerian Perindustrian mulai
Berdasarkan kondisi umum, potensi, permasalahan dan tantangan
yang dihadapi ke depan sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I, maka
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri Kementerian Perindustrian sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai lembaga pendidikan dan
pelatihan industri dituntut untuk menghasilkan SDM industri yang
berkompeten, kreatif, dan inovatif sehingga dapat memberikan pelayanan
prima dan bernilai. Untuk itu, disusun visi dan misi Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Industri Kementerian Perindustrian yang akan dicapai melalui
pencapaian tujuan, sasaran, program dan kegiatan prioritas
Dengan mencermati lingkungan, baik internal dan eksternal yang ada,
serta memperhatihan kesiapan SDM penyelenggara pendidikan dan pelatihan
maka $ , $ % # / Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri yang
dirumuskan sebagai berikut:
Visi Pusdiklat Industri adalah “9 #! &4 :; // #; % )"#
* #"-" # #+. ! # " / ! $ #%"$! < yang bercirikan :
1. Menjadi Institusi Pilihan Pertama dan Utama Penyedia Pelatihan
Industri Berbasis Kompetensi
2. Berkembangnya Komunitas Ilmiah (Ilmu Pengetahuan) Industri
3. Penyelenggaraan Pendidikan Kejuruan dan Vokasi Industri Berbasis
Kompetensi yang mampu menghasilkan SDM Industri yang kompeten
4. Manajemen Pendidikan dan Pelatihan yang unggul dengan ciri-ciri:
a. Sistem Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi
c. Menjadikan Nilai – nilai organisasi sebagai landasan Budaya
Kerja Organisasi
d. Fokus pada inovasi, kajian dan pengembangan
e. Mengedepankan Kualitas
f. Memiliki Tim Kerja yang profesional dan tangguh
Untuk menuju Visi tersebut, dirumuskan Visi Pada Tahun 2020 yakni
=
/&1&
#$! !"$
#% % . # % #
/ ! ) # 8 #+
1 ; 2
/ '
#+ ', #+ #
#%"$!
&4 $ &# / =
yang bercirikan :
1. Penyelenggaraan Pelatihan sepenuhnya berbasis Kompentensi sesuai
dengan kebutuhan standar kompetensi di bidang industri
v
.&#! ,"$ 1 % 1 # #+. ! # % 2 $ #+ #%"$!
# $ &# /
' / /"
1 / ! ) # % # 1 #% % . # $"',
% 2 ' #"$
#%"$!
6
Untuk mencapai visi dan misi yang ditetapkan, Pusdiklat Industri
menjalankan misinya berlandaskan pada nilai-nilai yang perlu dipegang oleh
setiap aparatur Pusdiklat Industri serta Unit Pendidikan dan Balai Diklat
Industri yang berada dalam koordinasinya. Nilai-nilai tersebut diperlukan
untuk membangun ,"% 2 1 &%".! 4 demi terlaksananya 1 #$ 1>1 #$ 1
! ! . /&/ & + # $ $ 2 #+ , . (
+&&% ;& 1& ! +&? # #;
).Budaya produktif organisasi ditujukan untuk menjaga terkelola dan
termanfaatkannya sumber daya, baik yang bersifat
tangible (SDM, modal,
serta sarana dan prasarana) maupun yang
intangible
(akumulasipengalaman, jaringan kemitraan, dan reputasi) secara optimal dalam
memenuhi kebutuhan dan keinginan pengguna
(user) dan
stakeholders
lainnya sejalan dengan perkembangan kondisi lingkungan strategis yang
dinamis. Budaya produktif organisasi ini dibangun bertumpu pada
profesionalisme kerja aparatur Pusdiklat Industri sebagai leburan dari nilai
bersama (shared value) para aparatur Pusdiklat Industri. Nilai bersama
tersebut adalah:
&' !' # @
9&'' !' #!
ASetiap aparatur Pusdiklat Industri menjaga terpenuhinya obligasi atau
kewajiban individu terhadap organisasi dalam rangka pelaksanaan
obligasi organisasi untuk memberikan layanan pendidikan dan pelatihan
dengan standar yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
- $ ' @
9&&1
! &#
AAparatur Pusdiklat Industri membangun dan memperkuat kerjasama, baik
antar individu di dalam organisasi maupun antar individu lintas batas
organisasi dan negara, sebagai media untuk mensinergikan berbagai
potensi yang diperlukan untuk mengembangkan sistem pendidikan dan
pelatihan yang
agile sehingga mampu menjawab perkembangan
lingkungan usaha dengan cepat. Jaringan kerjasama yang terbangun baik
internal maupun eksternal – menjadi kekuatan Lembaga Pusdiklat
Industri dalam menjalankan misi dan merealisasikan visi yang telah
ditetapkan.
! ? ! $ @
9 ! ? !2
ADalam menjalankan tugas dan fungsinya, aparatur Pusdiklat Industri
diharapkan dapat mengembangkan ide atau konsep baru untuk
meningkatkan kinerja individu, kelompok dan organisasi. Kemampuan
individu aparatur dan lingkungan kerja yang kondusif dikembangkan
untuk mendukung proses mental dan sosial aparatur dalam melahirkan
ide-ide atau konsep-konsep baru untuk meningkatkan kepuasan
pengguna (user) serta stakeholders lainnya.
&'1 ! #$ @
9&'1 ! #;
APelaksanaan tugas dan fungsi Pusdiklat Industri didukung oleh aparatur
dengan kompetensi yang disyaratkan. Kompetensi yang merupakan
kombinasi dari pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang digunakan
untuk meningkatkan kinerja dikembangkan secara berkesinambungan
sesuai dengan perkembangan kondisi lingkungan kerja, baik melalui
program Pusdiklat Industri maupun secara mandiri oleh masing-masing
&% ! . @
9&% &4 9&#%";!
AAparatur Pusdiklat Industri menjunjung tinggi etika dalam melaksanakan
setiap tugas dan fungsinya, serta dalam berinteraksi dengan pengguna
(user) pimpinan, tenaga fungsional rekan dan mitra kerja, dan
stakeholders lainnya. Hal ini dicerminkan melalui etika aparatur yang
menjunjung tinggi . -"-" #, #! + ! $, . % $ 1/ # #, . ! ."# #
. - , dan . $ #!"# #
Untuk dapat mencapai visi dan melaksanakan misi Pusdiklat seperti
yang dikemukakan sebelumnya, maka visi dan misi tersebut selanjutnya
dirumuskan ke dalam bentuk yang lebih spesifik - operasional berupa tujuan
dan sasaran strategis organisasi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam
jangka waktu lima tahun ke depan.
Adapun tujuan dan sasaran strategis Pusdiklat Industri 2010 – 2025 sebagai
berikut :
a. Tujuan :
Memiliki organisasi, serta sistem pendidikan dan pelatihan yang
"#++"/
sehingga memiliki kemampuan dalam penyelenggaraanprogram pendidikan dan pelatihan untuk mendukung terwujudnya
sumber daya manusia yang berkualitas dan produktif
b. Sasaran :
1. Program Pendidikan dan Pelatihan berbasis kompetensi
sesuai dengan Kebutuhan Bangun Industri Nasional
2. Mewujudkan Citra Pusdiklat Industri Kemenperin Yang
c. Indikator :
1. Terwujudnya Rencana Induk Strategi Peningkatan Kualitas
SDM Industri
2. Terwujudnya Rumusan Kompetensi yang dibutuhkan SDM
Industri
3. Kuat dan Kokohnya jejaring Kerjasama Pendidikan dan
Pelatihan Industri
4. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan sepenuhnya
berbasis Kompetensi
5. Pelaksanaan Tupoksi yang Akuntable dan berkualitas prima
6. Peningkatan efektifitas dan efesiensi organisasi dengan
membangun proses yang dinamis serta sarana dan
prasarana yang optimal
Sebagai antara pencapaian tujuan dan sasaran strategis 2010-2025, maka
ditetapkan tujuan dan sasaran antara 2010-2014, yakni :
"-" #
a. Tujuan :
Menjadi lembaga pendidikan dan pelatihan yang profesional dan
terpercaya
b. Sasaran :
1. Terwujudnya Sistem Pelatihan dan Pendidikan Berbasis
Kompetensi Industri Menuju Center of Excellence pada
Tahun 2025
2. Terwujudnya Peningkatan Kualitas Pendidikan Kejuruan dan
Vokasi Industri
c. Indikator :
1. Akreditasi dan Spesialiasi lembaga Diklat
2. Pendidikan kejuruan industri yang telah mencapai RSBI
3. Peningkatan akreditasi pendidikan vokasi industri
4. Peningkatan dukungan pelaksanaan tupoksi
5. Jumlah lulusan SDM Terampil Industri siap kerja
6. Persentase jumlah lulusan SDM Terampil Industri di dunia
kerja
7. Jumlah lulusan SDM Ahli Madya Industri siap kerja
8. Persentase jumlah lulusan SDM Ahli Madya Industri di dunia
kerja
9. Fasilitasi peningkatan kualitas pendidikan vokasi dan
"-" #
a. Tujuan : Mewujudkan sumber daya manusia industri yang
kompeten dan profesional
b. Sasaran :
1. Terwujudnya Peningkatan Kompetensi SDM Aparatur dalam
rangka mendukung reformasi birokrasi
2. Terwujudnya peningkatan SDM Industri (SDM IKM) dalam
rangka pengembangan kewirausahaan
c. Indikator :
1. Jumlah SDM Aparatur yang meningkat kompetensinya
2. Jumlah SDM Industri yang meningkat kompetensinya
Untuk mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran strategis sebagaimana
telah diuraikan dalam Bab II, ditetapkan arah kebijakan dan strategi Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Industri Kementerian Perindustrian, yang mengacu
kepada arah kebijakan Industri Nasional, Rencana Strategis Kementerian
Perindustrian 2010–2014 dan Rencana Strategis Sekretariat Jenderal
Kementerian Perindustrian 2010–2014. Pusdiklat Industri menetapkan arah
kebijakan dan strategi untuk tahun 2010–2014 sebagai pendekatan untuk
mencapai kondisi–kondisi strategis yang diharapkan.
Dalam rangka mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Industri, diperlukan suatu rencana pembinaan dan
pengembangan pendidikan dan pelatihan yang berkualitas serta kebijakan
pengembangan lainnya yang akan mendukung pencapaian tujuan dan
sararan dimaksud, maka arah kebijakan dan strategi yang akan dilakukan
dalam periode 2010-2014 adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan program pendidikan dan pelatihan berdasarkan
kebutuhan pengembangan SDM aparatur dan dunia industri sesuai
KIN;
2. Pengembangan program pendidikan dan pelatihan berbasis
kompetensi;
3. Koordinasi dan sinergi dengan masyarakat industri untuk
meningkatkan SDM industri melalui skema SKKNI dan sertifikasi
profesi;
4. Peningkatan profesionalisme aparatur dan spesialisasi tenaga
nilai 5C (committed, cooperative, creative, competent, code of
conduct );
5. Penguatan struktur lembaga baik Pusdiklat Industri maupun Unit
pendidikan serta Balai Diklat Industri melalui penataan administrasi
menuju QSM ( ISO 9001:2008 dan ISO 17025 ), Performance based
management (KPI), Spesialisasi Kompetensi BDI dan Reposisi Unit
Pendidikan;
6. Peningkatan kerjasama, baik di dalam negeri maupun luar negeri
B
7. Peningkatan dan pengadaan sarana dan prasarana yang sesuai
dengan kebutuhan;
Pusdiklat Industri sebagai unit pendukung pelaksana tugas pokok
Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian, merupakan unit kerja yang
mempunyai peran koordinasi, fasilitasi dan pemberian dukungan administrasi
dalam pengembangan dan peningkatan Kompetensi SDM Aparatur dan Dunia
Usaha Industri.
Berdasarkan hasil analisa SWOT dengan memanfaatkan faktor
Kekuatan, Peluang yang ada dan menyadari akan adanya Kelemahan serta
Ancaman yang terdapat pada Pusdiklat Industri, untuk mencapai tujuan dan
sasaran disusun strategi sebagai berikut
! ! + % #+ # ' ' #4 !. # ." ! # % # /" #+
Dengan kekuatan berpengalaman melaksanakan pendidikan dan
pelatihan, sebagai unit kerja yang melaksanakan peran koordinator,
fasilitator dengan dukungan sarana dan prasarana utama yang cukup
memadai serta memiliki hubungan kerja yang luas antar lembaga,
disinerjikan dengan peluang yang ada yaitu, pengembangan SDM menjadi
pendidikan dan pelatihan serta semakin berkembangnya teknologi proses
maupun teknologi informasi, maka strategi yang bisa diwujudkan adalah :
# ! # % # #+ #! + $ # + ! #C .! ? ! $ #% % . #
% # / ! ) # 5
a. Mendorong terjadinya penelitian lintas dan multi disiplin
b. Membentuk tim kerja untuk menindaklanjuti hasil penelitian
c. Memberikan insentif baik tangible maupun intangible
d. Penyusunan sistem pelatihan berbasis Kompetensi
e. Penyusunan sistem pendidikan Kejuruan dan Vokasi Berkarakter
Industri
f. Peningkatan Kerja Sama Pendidikan dan pelatihan
# ! # "', 2 #"$ @ A
a. Mengembangkan budaya pembelajar
b. Meningkatkan kompetensi Widyaiswara, Dosen dan Guru agar dapat
mendukung pelaksanaan pendidikan, pelatihan dan penelitian.
! ! + % #+ # ' ' #4 !. # ." ! # % #
' '1 ) ! . # #; ' #
Dengan kekuatan berpengalaman melaksanakan pelatihan dan
pendidikan, sebagai unit kerja yang melaksanakan peran koordinator,
fasilitator dengan dukungan sarana dan prasarana utama yang cukup
memadai serta memiliki hubungan kerja yang luas antar lembaga,
disinerjikan dengan ancaman yang ada yaitu, sistem perencanaan
pengembangan aparatur Kementerian Perindustrian yang belum mendukung
pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi, penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan SDM industri masih dilaksanakan oleh unit kerja yang
terhadap pendidikan teknis terus menurun, maka strategi yang bisa
diwujudkan adalah :
# #+. !. # . ' '1" # $ # 3 1 $ # % # . % ! $
', + #% % . # % # / ! ) # 2 #+ , & #! $
. ,"!") # .!& #%"$!
! ! + % #+ # ' ' #4 !. # /" #+ % # ' '1 ) ! . #
/ ' ) #
Peluang Pusdiklat Industri adalah ditetapkannya pengembangan SDM
dalam program prioritas Kementerian Perindustrian, banyaknya lembaga
yang berkompeten yang dapat membantu pengembangan kelembagaan
pendidikan dan pelatihan, Perkembangan teknologi proses industri yang
semakin maju, kemajuan teknologi informasi yang dapat mendukung
pengembangan pendidikan dan pelatihan dengan menyadari kelemahan
yang ada, strategi yang dapat diwujudkan adalah:
# #+. !. # $! ' #% % . # % # / ! ) # , , $ $
.&'1 ! #$ $ ; , . / #-"! #
' #4 !. # . ' -" # ! .#&/&+ % / ' ' ', #+"#
$ $! ' #4& ' $ #% % . # % # / ! ) #
! ! + "#!". ' #+" #+ / ' ) # % # #; ' #
Untuk menghilangkan atau meminimalkan faktor Kelemahan dan
faktor Ancaman yang ada di lingkungan Pusdiklat Industri dalam upaya
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan, diperlukan strategi
untuk melakukan Pembenahan/konsolidasi/penataan ulang organisasi,
# ! # 6 + # $ $
a. Meningkatkan kualitas komunikasi dan publikasi baik internal
maupun eksternal ;
b. Menyempurnakan organisasi, tata kerja ;
c. Memberdayakan Kelompok Keahlian ;
d. Menyelenggarakan berbagai kegiatan pelatihan untuk
meningkatkan kinerja organisasi dalam setiap jenjang.
6 6
Dalam rangka pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri, dengan mempertimbangkan arah
kebijakan dan strategi Kementerian Perindustrian, maka program yang akan
dilakukan adalah : Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya Kementerian Perindustrian. Program ini dilaksanakan untuk
mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi yang diemban
Kementerian Perindustrian. Arah pelaksanaan dari program Dukungan
Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian
Perindustrian dijabarkan kedalam kegiatan-kegiatan prioritas, salah satu
kegiatan prioritas yang diampu Pusdiklat Industri yakni Peningkatan Kualitas
SDM Industri, kegiatan ini difokuskan pada hal – hal sebagai berikut :
# #+. ! # .&'1 ! #$ #%"$!
Diarahkan pada pengembangan dan peningkatan kompetensi SDM
Industri, secara garis besar pelaksanaannya dengan melakukan:
(a) pelatihan struktural & fungsional dan teknis & non teknis industri berbasis
kompetensi;
(b) Pendidikan dan pelatihan SDM Aparatur Daerah;
(c) Rintisan pendidikan gelar,
Selain itu difokuskan juga pada penguatan kelembagaan Unit
Pelatihan, dalam rangka memberikan pelayanan yang prima dan bernilai,
diperlukan lembaga Diklat yang mempunyai kompetensi sesuai dengan
perannya yang relevan dengan keahlian, pengetahuan dan kemampuan yang
dimilikinya serta didukung oleh sarana kelembagaan yang memadai.
Pelaksanaanya dengan melakukan:
(a) Peningkatan sistem informasi pendidikan dan pelatihan
(b) Publikasi dan sarana promosi
(c) Pengembangan sarana dan prasarana
(d) Promosi dan diseminasi pendidikan dan pelatihan
(e) Pengembangan kerjasama dengan lembaga pendidikan dan pelatihan
dalam dan luar negeri yang terkemuka
(f) Mengembangkan kompetensi jabatan dan asesmen
(g) Pengembangan kurikulum/sistem pembelajaran diklat berbasis
kompetensi.
# #+. ! # 2 # # . #!& # "$% ./ ! #%"$!
Dalam rangka peningkatan efektivitas pelayanan manajemen dan
kinerja serta penciptaan lingkungan kerja Pusdiklat Industri yang kondusif,
kegiatan yang dilakukan adalah:
(a) Pengelolaan Gaji dan Tunjangan
(b) Penyelenggaraan Operasional Perkantoran
# #+. ! # %' # $! $ . + ! # % # 1 ', # # #%"$!
Dalam mewujudkan tertib administrasi dan akuntabililias kinerja,
dengan berlandaskan pada prinsip penyerapan anggaran berbasis kinerja
dengan melakukan:
(a) Penyusunan rencana program kegiatan dan anggaran jangka pendek
maupun jangka menengah
(c) Penataan administrasi kepegawaian, Keuangan dan BMN
(d) Evaluasi Renstra 2010 - 2014
2 # # 1 #% % . # . -" " # #%"$!
Diarahkan untuk mencetak kualitas SDM industri terampil yang siap
kerja sesuai dengan kebutuhan industri, dengan melakukan:
(a) Penyelenggaran Kegiatan Pembelajaran Kejuruan
(b) Penguatan Kelembagaan Pendidikan Kejuruan
(c) Layanan Perkantoran Kejuruan
(d) Fasilitasi Peningkatan Kualitas Pendidikan Kejuruan
(e) Pengembangan Kompetensi Inti Daerah melalui pengembangan SMK
2 # # 1 #% % . # ?&. $ #%"$!
Diarahkan untuk mencetak kualitas SDM industri yang siap kerja
sesuai dengan kebutuhan industri, dengan melakukan:
(a) Penyelenggaran Kegiatan Pembelajaran Vokasi
(b) Penguatan Kelembagaan Pendidikan Vokasi
(c) Layanan Perkantoran Vokasi
(d) Penyelenggaraan Penelitian
(e) Penyelenggaraan Pengabdian Masyarakat
(f) Fasilitasi Peningkatan Kualitas Pendidikan Vokasi
$ / ! $ % # && % # $ #+ ', #+ # #%"$!
Diarahkan untuk meningkatkan kompetensi SDM industri (SDM IKM)
yang siap kerja kerja sesuai dengan kebutuhan industri, dengan melakukan:
(a) Fasilitasi pengembangan SDM Industri
(b) Penguatan kelembagaan kompetensi BDI
(c) Pendidikan dan Pelatihan SDM IKM
(d) Pengembangan Kompetensi SDM Industri
(e) Penumbuhan wirausaha baru
Adapun penjabaran tujuan strategis, sasaran, kegiatan dan indikator
Rencana Strategis Pusdiklat Industri yang berisi Visi, Misi, Tujuan,
Sasaran dan Strategi, serta cara mencapainya disusun sesuai amanat
Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, sedang substansinya berdasarkan pada tugas pokok
dan fungsi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri.
Rencana Strategis Pusdiklat Industri ini merupakan acuan bagi Unit
Kerja di lingkungan Pusdiklat Industri dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsi masing-masing. baik dalam bidang perencanaan, pelaksanaan dan
pemberian dukungan administrasi bagi seluruh unit kerja di lingkungan
Pusdiklat Industri,
Renstra yang berjangka waktu lima tahun ini mempunyai tujuan
utama untuk meningkatkan mutu Pusdiklat di atas tingkat kinerja yang
sekarang dengan menajamkan fokus pelaksanaan tugas dan fungsi Pusdiklat
serta diversifikasi program yang ditawarkan. Pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan bergantung pada konsistensi komitmen dan dukungan pimpinan,
staf, dan widyaiswara/fasilitator Pusdiklat. Jika hal ini berhasil, besar harapan
bagi Kementerian Perindustrian untuk memiliki unit kerja yang lebih terfokus
dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) aparatur dan industri
yang dikenal berkualitas baik di Indonesia.
Dengan telah tersusunnya Renstra Pusdiklat 2010 – 2014 ini,
diharapkan semua kegiatan Pusdiklat Industri akan mengacu pada Renstra
yang telah disepakati bersama. Setiap awal tahun Renstra ini dijabarkan
lebih lanjut dalam suatu Rencana Kerja Tahunan. Pada setiap akhir tahun,