Kabupaten Pohuwato | XI-1
BAB XI
ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA KAB. POHUWATO
RPI2-JM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal lingkungan
dan sosial untuk meminimalkan pengaruh negatif pembangunan infrastruktur bidang
Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan.
Kajian aspek lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan perundang-undangan,
kondisi eksisting lingkungan dan sosial, analisis dengan instrumen, serta pemetaan
antisipasi dan rekomendasi perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan.
Pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiskal dalam mendanai pembangunan
infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan
pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen
Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal.
Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu
dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan
pemerintah daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah,
diharapkan dapat disusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang
Cipta Karya di daerah
11.1. Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya
Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam
peraturan dan perundangan terkait, antara lain:
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah
daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan.
Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang
Kabupaten Pohuwato | XI-2 Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter
dan fiskal nasional, serta agama;
Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan
otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi
Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta
Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai
pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana
Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi
Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan
Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan
khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi
dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan
kriteria teknis.
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.
Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk
kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26
urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan
yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal
dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib
pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai
dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian
sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.
Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber
pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga
Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat
melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui
pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi
persyaratan:
a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan
Kabupaten Pohuwato | XI-3 b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk
mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;
c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber
dari pemerintah;
e.
pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010
& Perpres 56/2010);
Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan
Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur;
Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan
Dilaksanakan Sendiri
Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup
sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM
bidan Cipta Karya meliputi :
1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan
Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus
bidang Air Minum dan Sanitasi.
2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan
dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan
infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.
3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama
(DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk
pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.
4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan
swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).
5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
Kabupaten Pohuwato | XI-4 11.2. Profil APBD Kabupaten Pohuwato
Realisasi pendapatan pemerintah daerah kabupaten Pohuwato pada 2013
mengalami kecenderungan yang positif, yaitu ada peningkatan pendapatan sekitar
28,43% jika dibandingkan dengan pendapatan daerah pada 2011. Jika dilihat lebih detail
maka peningkatan pendapatan tersebut bersumber dari peningkatan dana perimbangan
dan PAD. Untuk pendapatan lain-lain penurunan 39,4% dari tahun 2011. Untuk
pendapatan lain-lain daerah mengalami penurunan yang bersumber dari dana
penyusaian dan dana bagi hasil pajak dengan provinsi.
Kinerja pendapatan asli daerah yang menjadi barometer penguatan kapasitas fiskal
daerah dan derajat kemandirian daerah, dalam periode tahun 2013 belum secara
signifikan memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah Kabupaten Pohuwato.
Dana perimbangan saat ini menempati proporsi yang sangat dominan dengan proporsi
lebih dari 87% terhadap total pendapatan daerah. Dalam periode 2011-2013,
ketergantungan Kabupaten Pohuwato pada dana perimbangan mencapai 76% hingga
87% sebagaimana tergambarkan pada tabel 11.1. Sedangkan peranan sumber
pendapatan asli daerah yang berasal dari pajak dan retribusi serta lain-lain PAD sah
hanya berkisar antara 4% - 6%. Oleh karena itu, kebijakan manajemen pendapatan
daerah dimasa datang, dalam jangka panjang harus memberikan arah dan strategi yang
tepat dan berkesinambungan bagi penguatan kapasitas fiskal daerah untuk mendukung
pembiayaan program-program pembangunan daerah.
Walaupun kondisi kapasitas fiskal masih jauh dari harapan untuk membiayai
kebutuhan fiskal daerah (fiscal needs), namun secara umum perkembangan pendapatan
APBD dalam kurun waktu Periode 2011-2013 menunjukkan trend yang meningkat
dengan pertumbuhan 44,53 %. Pertumbuhan ini bersumber dari paja daerah yang dalam
peride 2011 – 2013 naik mencapai 150%, kenaikan ini cukup berarti untuk membiayai
beberapa program pembangunan daerah serta merupakan starting point yang berarti
bagi perbaikan kapasitas fiskal daerah.
Capaian kinerja pendapatan asli daerah menunjukkan bahwa pada tahun 2011 PAD
memberikan kontribusi sebesar 3,8% terhadap total pendapatan daerah. Pada tahun
2012 memberikan kontribusi sebesar 4,2% dari total pendapatan daerah. Tahun 2013
naik menjadi 6,6%.
Realisasi dana perimbangan dari tahun ke tahun relatif tidak tetap sebagaimana
digambarkan pada tabel 11.1. Alokasi dana perimbangan dalam kurun waktu 2011
sampai dengan 2013 mengalami dinamika sesuai perubahan faktor – faktor yang
Kabupaten Pohuwato | XI-5 perkembangan penerimaan APBN khususnya penerimaan dalam negeri. Secara umum,
realisasi dana perimbangan yang dialokasikan ke Kabupaten Pohuwato dari tahun 2011
sampai dengan tahun 2013 mengalami pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar 17,09%.
Berdasarkan komposisi alokasi dana perimbangan, Dana Alokasi Khusus (DAU)
masih merupakan sumber pendapatan yang paling dominan yang besarannya berkisar
antara 61,8% - 70,09% dari total alokasi dana perimbangan dalam 3 (tiga) tahun
terakhir. Dalam penerimaan lain-lain terdapat dana penyesuaian dan dana otsus cukup
besar yaitu 4,33 % dari total dana penrimaan lain-lain. Dana Alokasi Khusus (DAK)
berikut memberikan kontribusi terbesar dua terhadap total Dana Perimbangan atau
berkisar antara 12,7%
Berdasarkan tabel 11.2. nampak bahwa proporsi belanja tidak langsung dalam
periode 2011-2013 berada dalam kinerja yang kurang dari sisi peningkatan pelayanan
publik, proporsi belanja tidak langsung yang berada pada posisi 53,2% (tahun 2011)
hingga 60,1% (tahun 2012)tahun 2013 sebesar 49,8% menunjukkan tingkat pelayanan
publik kurang baik. Ditinjau dari propor belajan yang berada di atas 40%.
Kabupaten Pohuwato | XI-6 Sumber : BPS Prov Gorontalo 2014
11.3. Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
Setelah APBD secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar investasi
pembangunan khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut selama 3-5 tahun terakhir
yang bersumber dari APBN, APBD, perusahaan daerah dan masyarakat/swasta.
11.4. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari
APBN dalam 5 Tahun Terakhir
Investasi pendanaan yang bersumber dari APBN untuk tahun 2010 sampai tahun
2014 cukup besar dimana jumlah dana yang untuk kecipta karyaan tahun 2010 sebesar
Rp 69.380.146.000 dan tahun 2014 menjadi Rp. 112.056.797.000. ini menunjukkan
trend positif peningkatan pembiayaan di sektor cipta karya (tabel 11.3). Tabel 11. 2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 3 Tahun Terakhir
Kabupaten Pohuwato | XI-7 Kabupaten Pohuwato yang mendaptakan pendanaan dari APBN bidang cipta
karyaan tahun 2010 sampai 2014 terus meningkat, dimana pada tahun 2010 jumlah
dana APBN sebesar Rp 4.623.729.000 meningkat menjadi Rp 15.656.649.000 pada
tahun 2014. Jumlah pendanaan terbesar adalah pada sektor air minum, dimana total
dana keseluruhan yang telah dimanfaatkan mulai tahun 2010 hingga 2014 adalah Rp.
53.115.912.000. sektor terkecil adalah bidang penataan bangunan dan lingkungan yaitu
Rp. 1.580.746. 000. Selengkapnya lihat tabel 11.4.
Sumber : Data Emon Randal 2014
Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di Kabupaten
Pohuwato untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga
dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang
dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.
Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah pembangunan air
minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan
sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan
kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Tabel 11. 3 Perkembangan Pendanaan APBN Sektor Cipta Karya Provinsi Gorontalo
Kabupaten Pohuwato | XI-8 Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air
limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat
berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan
masyarakat Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria
Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis.
Perkembangan DAK air minum di Pohuwato Tahun 2010 sampai 2013 sebesar
57,93.% dimana alokasi terbesar yaitu pada tahun 2013 sebesar Rp 2.006188.019 dan
terkecil pada tahun 2010 yaitu hanya Rp. 737.500.000
Untuk dana DAK sanitas Kab. Pohuwato untuk tahun 2011 hingga 2013
pertumbuhan sangat besar yaitu 21,27% dengan nilai DAK terbesar pada tahun 2013
adalah Rp. 1.378.920000. untuk lengkapnya dapat dilihat pada tabel 11.5
JENIS DAK TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013
pertumbuhan (%) DAK AIR MINUM 737,500,000 804,380,000 944,867,000 2,006,188,019 57.93%
DAK SANITAS 457,600,000 659,600,500 1,001,941,818 1,378,920,000 21.27%
Sumber : Hasil Analisis
11.5. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari
APBD dalam 5 Tahun Terakhir
Pemerintah Kabupaten Pohuwato memiliki tugas untuk membangun prasarana
permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan
pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta
Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya
meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang
sudah ada.
Data Menunjukkan proporsi alokasi APBD terhadap pembangunan cipta karya di
Kabupaten Pohuwato terbilang kecil, yaitu hanya 1.% dari total APBD. Jumlah belanja
daerah terserap pada sektor berbagai sektor lain. Alokasi terbesar adalah sektor PLP dan
pengembangan air minum dan penyehatan lingkungan permukiman. Untuk lengkapnya
dapat dilihat pada tabel 11.6.
Kabupaten Pohuwato | XI-9 11.6. Proyeksi dan Rencana Investasi Bidang Cipta Karya
Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan
bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI2-JM) maka
dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan
daerah, dan rencana kerjasama pemerintah dan swasta.
Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan
perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir
menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan 0%
0% 1%
0%
1%
98% 99%
Belanja APBD
PENGEMBANGAN AIR MINUM
PENGEMBANGAN PLP
PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
PENATAAN BANGUNAN & LINGKUNGAN
Total Belanja CK
Belanja APBD
Gambar 1 Grafik Proporsi Belanja Cipta Karya terhadap APBD
Kabupaten Pohuwato | XI-10 belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun
ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun
sebelumnya.
11.7. Proyeksi APBD 5
Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan
perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir
menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan
belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun
ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun
sebelumnya.
Berdasarkan hasil proyeksi tahun 2015 sampai tahun 2019 total ABPD sebesar Rp
1,30 trilyun, dengan rincian yang dapat dilihat pada tabel 11.7.
Sumber: Hasil Analisis tim 2014
Dari data proyeksi APBD tersebut, dapat dinilai kapasitas keuangan daerah dengan
metode analisis Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah (DSCR).
Net Public Saving
Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan
daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata
lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS
menjadi dasar dana yang pat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan
proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat
kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta Karya
.
Kabupaten Pohuwato | XI-11 Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk
menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman
Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan
bank, lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi).
Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan
keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt Service
Cost Ratio (DSCR). Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5.
DSCR ini menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus
memberikan gambaran kapasitas keuangan pemerintah. Berdasarkan hasil perhitungan
maka nilai DSCR Kab. Pohuwato masih berada di atas 2,5 hal menunjukkan angka
kemampuan keuangan pemerintah kabupaten cukup baik dalam melakukan pinjaman.
11.8. Analisis Keterpaduan Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan
Bidang Cipta Karya
Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat
ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang
meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia
usaha dan masyarakat. Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan investasi
pembangunan bidang Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan
11.9. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah
Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan
kegiatan yang ada dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya dapat dihitung melalui hasil
analisis yang telah dilakukan.
Kabupaten Pohuwato | XI-12 Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan untuk pendanaan kegiatan di bidang
cipta karya dimana kebutuhan anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp 342583819.000
akan dapat dipenuhi dengan pembagian pembiayaaan 10% alokasi APBD untuk
sektor pekerjaan umum sebesar Rp.130,790,881,766.29 dan. Dana anggaran ABPN
berdasarkan hasil proyeksi sebesar Rp. 28.452.437.602 dan sisanya dari dana swasta
dan CSR
Sumber: Hasil Analisis tim 2014
11.10.Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Secara umum rencana peningkatan pendaanaan dan pendapatan Pohuwato yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Kebijakan umum anggaran tersebut akan diarahkan pada :
1. PAD diharapkan mampu mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat dengan
ratio terhadap PDRB mencapai 2,64% pada akhir tahun 2019 atau sekitar 84
milyar.
2. Meningkatkan PAD dengan cara menurunkan tunggakan pajak hingga 10% dari
total tagihan serta mengidentifikasi dan menggali sumber-sumber pajak baru.
3. Efisiensi dan efektivitas penggunaan belanja diharapkan mampu menurun angka
kemiskinan sehingga mencapai 15 % hingga 17% dari jumlah penduduk miskin
pada akhir tahun 2019.
4. Mempertajam prioritas alokasi anggaran belanja pemerintah daerah dengan
mempertimbangkan sasaran/target dan indikator-indikator yang termuat dokumen
RPI2-JMD ini;
5. Investasi di bidang yang menunjang tiga sektor unggulan daerah dan sektor
penunjangnya.
6. Memperkuat fondasi ekonomi rakyat
Kabupaten Pohuwato | XI-13 Berdasarkan agenda dan prioritas pembangunan daerah Kabupaten Pohuwato
Tahun 2015 - 2019, maka arah Urusan belanja wajib diarahkan pada :
1. Proporsi belanja wajib akan dipertahankan pada interval 85 - 90% hingga tahun
2019.
2. Diupayakan pengalokasian anggaran untuk setiap urusan pemerintah yang masih
dibawah 0,5% akan naik mencapai 1% pada tahun 2015, hal ini berdasarkan
pertimbangan urgensi dan kebutuhan program untuk pemberdayaan masyarakat
miskin.
3. Urusan pemerintah yang akan diupayakan ditingkatkan batas atasnya sampai
pada tahun 2019 adalah :
a. Pendidikan 30%
b. Kesehatan 12%
c. Koperasi dan UKM 3%
d. Tenaga Kerja 3%
e. Pemberdayaan Masyarakat Desa 5%
4. Urusan pemerintah yang disesuaikan kemampuan anggaran serta urgensi urusan
tersebut bagi pelayanan masyarakat akan dikurangi pada tahun 2019 hingga
menjadi:
a. Pekerjaan Umum 10%