• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III - DOCRPIJM 1504172752RPIJM 2010 Bab III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III - DOCRPIJM 1504172752RPIJM 2010 Bab III"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

RENCANA PEMBANGUNAN

WILAYAH KABUPATEN KLATEN

3.1 VISI DAN MISI

3.1.1 VISI

Visi adalah cara pandang jauh kedepan atau suatu gambaran yang menantang tentang keadaan di masa dpan yang diinginkan. Dengan demikian visi merupakan gambaran yang menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategis, memiliki orientasi masa depan, menumbuhkan komitmen bersama dari seluruh masyarakat, dan menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi dalam rangka memberi keyakinan bahwa suatu perkembangan akan terjadi. Berdasarkan harapan – harapan yang dijangkau melalui dialog publik tersebut maka visi Kabupaten Klaten Tahun 2006-20010 adalah”

TERWUJUDNYA KALTEN YANG TOTO TITI TENTREM KERTO RAHARJO “

Visi tersebut mengandung makna:

1. Masyarakat Klaten yang TOTO TITI : Terwujudnya tatanan kehidupan yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, kehidupan sosial yang harmonis, kehidupan perekonomian yang dinamis, kehidupan politik yangn demokratis dan kondusif serta menjaga kelestarian lingkungan hidup dan kepemerintahan yang enerapkan 10 prinsip Tata Pemerintahan yang Baik dan bersih ( Good Govermance dan Clean Goverment ) meliputi : Partisipasi, Penegakan Hukum, Transparansi, Kesetaraan, daya Tangkap, wawasan kedepan, Akuntabilitas, Pengawasan, efisiensi dan efektivitas, Profesionalisme.

2. Masyarakat Klaten yang TENTRAM : Klaten yang TENTRAM merupakan terwujudnya tatanan kehidupan yang aman dan damai sebagai prasyarat bagi berlangsungnya pembangunan yang merupakan proses dalam rangka mewujudkan cita – cita masyarakat yang adil dan sejahtera.

(2)

Untuk mewujudkan visi tersebut dijabarkan dan dapat diindikasikan sebagai berikut :

1. “ WAREG ” dalam arti terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi bagi rakyat secara menyeluruh.

2. “ WARAS ” dalam arti terpenuhinya tingkat kesehatan masyarakat yang lebih bermutu dan meningkatnya angka harapan hidup masyarakat Klaten.

3. “ WASIS ” dalam arti terwujudnya pendidikan yana lebih bermutu dan terjangkau oleh kemampuan ekonomi masyarakat sehingga secara signifikan akan mendorong terwujudnya kualitas sumber daya manusia yang cerdas, trampil dan berwatak di kabupaten klaten.

4. “ WUTUH dalam arti terpenuhinya kebutuhan sandang dengan segala manifestasinya bagi masyarakat sehingga semakin mampu mewujudkan tingkat peradapan yang lebih baik.

5. “ WISMA ” dalam arti terpenuhinya kebutuhan papan/perumahan yang lebih layak dan semakin bermutu serta dapat terjangkau keseluruhan lapisan masyarakat, baik diwilayah perotaan dan pedesaan serta didukung oleh terwujudnya lingkungan yang sehat, tertata dan BERSINAR.

Selain terpenuhinnya kebtuhan dasar tersebut, diperlukan suasana dan rasa aman bagi masyarakat. Oleh karena itu perlu ditumbuh kembangkan serta prakarsa masyarakat untuk menciptakan kea-daan yang kondusif, saling menghargai, berkembangnya semangat gotong-royong, serta suasana dan rasa aman bagi masyarakatyang tentram dan damai.

Dengan demikian maka penghargaan terhadap martabat kemanusiaan dengan mengedepankan perwujudan penghormatan terhadap hak – hak rakyat serta hak asasi manusia akan menjadi sangat penting untuk menetapkan kebijakan publik bagi kepentingan rakyat dan daerah klaten ke depan.

(3)

Diamping itu, dalam praktek penyelenggaraan pemerintah diperlukan keteladanan pemimpin, komitmen pemimpin dalam upaya mewujudkan norma – norma pemyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good and Clean Govermance) sehingga kredibilitas di mata masyarakat semakin meningkat dengan terwujudnya kepemerintahan tanpa KKN ( Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ). Untuk itu diperlukan sikap – sikap kepemimpinan yang meliputi :

o Kepemimpinan Partisipatif : Kepemimpinan yang mengikut sertakan masyarakat dalam

proses perencanaan, pengawasan, penganggaran, dan pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintah dan Pembangunan.

o Kepemimpinan yang megedepankan prinsip – prinsip kebersamaan dalam

pelaksanaan program –programnya.

o Kepemimpinan Empowering : Kepemimpinan yang memberdayakan dalam arti

mendorong dan mewujudkan nilai – nilai positif bagi berkembangnya kemampuan pemerintah dan masyarakat sehingga lebih berdaya guna dan berhasil guna.

Dengan kepemimpinan yang partisipasif, transformatif dan empowering ( artinya mengikutsertakan, mengembangkan dan memperdayakan ) tersebut maka berati menempatkan rakyat sebagai subyek dalam proses pembangunan bukan sekedar sebagai objek.

Dengan rumusan visi yang mempunyai jangka waktu panjang dan rumusan misi yang diharapkan dapat mewujudkan visi yang dirumuskan, diperlukan suatu strategi pembangunan daerah, yang merupakan langkah – langkah yang berisikan program – program indikatif tersebut juga dapat dipayungi dalam suatu agenda, yang kemudian dijabarkan dalam program – program rill dan kegiatan – kegiatan pembangunan selama 5 ( lima ) tahun kedepan.

3.1.2 Misi

Misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan sesuai visi yang ditetapkan agar tujuan organisasi dapat tercapai dan berhasil dengan baik. Dengan perumusan misi, diharapkan agar seluruh anggota dan pihak – pihak yang berkepentinan (stakeholders) dapat berpartisipasi dan dapat mengenal peran organisasi secara lebih baik serta mendorong keberhasilannya. Sebagai penjabaran dari visi tersebut diatas, Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten telah menetapkan misi sebagai berikut:

(4)

b. Mengupayakan rasa aman lahir dan batin serta tercukupinya kebutuhan materiel dan spirituil dan meningkatkan Keimanan, Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. c. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan penghargaan serta aktualisasi diri alam

Pembangunan.

d. Menumbuhkan kehidupan perekonomian rakyat yang berbasis sumberdaya lokal, menjaga kelestarian lingkungan hidup, serta mengurangi kemiskinan.

e. Penerapan pengarusutamaan gender dalam berbagai fungsi pemerintahan. f. Mengembangkan kerjasaama dengan berbagai pihak pelaku pembangunan.

g. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik yang didukung sumberdaya yang memadai. h. Mendorong otonomi desa dan menjadikan desa sebagai pusat pertumbuhan.

3.2 STRATEGI/SKENARIO PENGEMBANAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN

3.2.1 KONSEP DAN SKENARIO PENGEMBANGAN

Berdasarkan masalah, potensi kondisi eksisting di Klaten tersebut, maka konsep yang dijadikan landasan dalam mengatasi masalah dalam upaya meningkatkan pembangunan wilayah adalah untuk mencapai pertumbuhan dan pemerataan pembangunan di Kabupaten Klaten, keterkaitan sektor antara kawasan di Klaten serta dengan memperhatikan dampak perencanaan lingkungan. Untuk mencapai hal tersebut, pendekatan konsep yang dilakukan untuk pembangunan.

A. Konsep Pembangunan Terintegrasi ( Rural – Urban Lingkage )

(5)

DESA KOTA

Pusat Perdagangan/transportasi Pelayanan Pendukung Pertanian : - Input produksi

- Jasa Perbaikan

- Informasi metode produksi - Informasi pasar

Intensifikasi pertanian : - Infrasruktur desa - Insentif produksi

- Pendidikan dan kapasitas

Pasar barang konsumen non pertanian - Jasa pertanian

- jasa publik

Permintaan terhadap barang dan jasa non pertanian

Industri hasil pertanian Pusat produksi dan diversifikasi pertanian

Konsep ini berusaha mendorong pembangunan kota – kota di hinterland Kota Klaten untuk meingkatkan fungsi kota – kota Kecamatan agar dapat menjadi pusat koleksi, distribusi dan pelayanan bagi daerah belakang sesai dengan potensi SDA dan SDM yang dimiliki. Sesuai dengan tujuan dari pembangunan Kabupaten Klaten melalui pengembangan dan optimalisasi sumber daya alam dan sasarannya dengan pengoimalan pemanfaatan ruang di Kabupaten Klaten maka peran pemerintah untuk meningkatkan daya tarik kota – kota kecil aau menengah bagi para infektor sehingga dapat mengembangkan potensi yang belum tereksporasi. Sektor prtanian yang menjadi tumpuan bagi pembangunana di derah pinggiran di harapkan dapat mencapai tingkat produksi yang tinggi, menciptakan lapangan pekerjaan serta meningkatkan ingkat pendapatan mayarakat stempat. Kegiatan di sektor non pertanian juga dilakukan terutama dalam mendukung keberadaan sektor non pertanian juga dilakukan terutama dalam mendukung keberadaan sktor pertanian ini, seperti hasil hasil pertanian, penyediaan alat – alat pendukung peranian dan lain

– lain.

Demikian juga dengan potensi pariwisata Rawa Jombor yang belum terkendali secara maksimal diharapkan dapat untuk dikembangkan guna menambah pendapatan daerah (PAD) Kabupaten Klaten.

(6)

Perkembangan berkelanjutan diartikan sebagai pembangunan yang tidak mengakibatkan penururunan kapasitas produksi masa depan baik dari sumber daya alam dan sumber daya modal buatan manusia dan teknologi. Sehingga dalam hal ini pentingnya penggunaan sumber daya lokal dan teknologi yang hemat bahan baku.

Dalam konsep ini sangat dipentingkan perlunya peran serta masyarakat dan dunia usaha. Untuk mencapai hal ini, peran seluruh stakeholeders dituntut untuk mampu bekerjasama dalam menciptakan iklim kondusif dalam pembangunan. Dalam konsep sustainable develpmen pentingnya kerjasama pemerintah dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan terpadu melalui botton up dan top down plaining.

Pembangunan ekonomi jaga lebih berorintasi kepada pembangunan potensi sumber daya lokal dengan tujuan adalah pengoptimalan sumber daya yang ada dan meminimalkan penggunaan sumber daya yang ada dan meminimalkan penggunaan sumberdana yangdari luar negeri sehingga apabila terjadi krisis/ goncangan ekonomi tidak akan berpengaruh banak terahadp industri dan aktivitas yang menggunakan sumber daya lokal tersebut. Konsep yang digunakan untuk pengembangan sumber daya lokal adalah :

1. Kesempatan kerja  pabrik yang menciptakan tenaga kerja yang sesuai dengan kualitas penduduk setempat

2. Basis Pembangunan  membangun institusi ekonomi baru.

3. Aset Lokasi  keunggulan kompetitif bertumpu pada kualitas lingkungan 4. Pengetahuan sebagai pembangkit ekonomi

5. Peningkatan kemampuan kelembagaan.

C. Pembangunan Berwawasan Lingkungan

Pembangunan berkawsan lingkungan dapat diartikan sebagai setiap pelaksanaan kegiatan pembangunan sedapat mungkin bisa melestarikan nilai – nilai lingkungan yang ada. Hal tersebut bertujuan bahwa pentingnya menjaga dan mempertahankan kelestarian lingkungan bagi pembangunan dimasa datang ( generasi selanjutnya ). Dengan kata lain bahwa pembangunan yan dilaksanakan diupayakan dapat mengatasi permasalahan khususnya dalam penggunaan sumber daya alam secara lebihan yang dapat merusak kelestarian lingkungan.

(7)

Pengembangan koridor ekonomi dimaksudkan sebagai upaya untuk membuka dan mengembanbgkan kawasan – kawasan dengan cara mengembangkan kawasan

– kawasan dengan cara mengembangkan jalur – jalur arternatif antar kota/kabupaten perbatasan. Pengembangan jalur – jalur tembus ( alternatif ) antar wilayah perbatasan diharapkan akan mengacu pemasaran hasil komoditas lokal untuk dikenal dan diperdagangkan diluar daerah. Meningkatnya akses atar daerah, dengan adanya jalur alternatif tersebut sekaligus juga sebagai upaye untuk

”membuka” kawasan yang pertumbuhannya lambat / kawasan terpencil menjadi sejajar dengan kawasan yang pertumbuhannya cepat. Tentunya selain pengembangan jalan – jalan alternatif tersebut (antar kawasan perbatasan, antar kota/ kabupaten)njuga diperlukan saran adan prasarana lainnya yang mendukung seperti fasiliats perdagaan- jasa, terminal – terminal, listrik, telpon dan sebagainya. Konsekensi dengan adanya pengembangan jalan –jalan alternatif trsebut adalah dibutuhakan dana yang begitu besar dalam pelaksanaannya, sehingga dalam hal ini perlunya lebih selektif dan cermat untuk memilih daerah – daerah yang strategis (daerah prioritas) yang akan dikembangkan. Konsep kridor ekonomi ini berkaita dengan posisi geografis Kabupaten Klaten yang merupakan daerah lintasan regional dari bebeapa kabupaten di sekitarnya. Potensi sebagai daerah lintasan ini harus dapat dioptimalkan atau dikembangkan misalnayya sebagai pemasaran dari produk etalase lokal ( pertanian dan industri kecil ). Jasa transportasi dan lokasi strategis bagi pengembangan investasi.

3.2.2 SKENARIO PENGEMBANGAN

Pengembannan wilayah Kabupaten Klaten sesuai dengan potensu dan konsep terpilih akan dikembangkan dengan skenario pengemangan sebagai berikut:

1. Adanya prioritas dalam pembangunan daerah belakang yag potensial melalui kerjasama keterkaitan dengan kota – kota yang sudah berkembang terlebih Kota Klaten sebagai kutub pertumbuhannya.

2. Meningkatkan sktor – sektor potensial yang berbasis pada peratanian di Kawasan terbelakang.

(8)

4. Pola investasi diarahkan dalam upaya optimalisasi pertumbuhan dan pemerataan sesuai dengan potensi yang ada di Klaten.

5. Adanya insentif dan disensentif perkembangan untuk kebijaksanaan di Kabupaten Klaten

3.2.3 STRATEGI PENGEMBANGAN

Dengan berdasarkan pada upaya pengembangan daerah potensial di daerah belakang yang memiliki sumber daya yang potensial maka untuk dapat mencapai konsep ini, upaya dapatditerapkan melalui konsep Urban- Rural Linkage yang dipadukan dengan Equity Development melalui strategi sebagai berikut :

A. Fisik

1. Meningkatkan keterpaduan dalam hal tata guna lahan kawasan budiday dan non budidaya ( lindung ) agar kelestarian budaya tetap terjaga.

2. Mengendalikan pemanfaatan SDA yang ada dalam dan usaha dalam pelestariannya.

3. Mengndalikan pemenfaatan ruang semaksimal mungkin, dengan menerapkan strategi “ INSENTIF DAN DISINTENSIF “

4. Melestarikan sektor andalan, yaitu pertanian dari pengaruh negati pembangunan wilayah agar selalu memberikan sumbanngan terhadap perekonomian wilayah. Hal yang tama dalam menunjang strategi tersebut adalah :

o Membatasi perubahan penggunanan tanah sawah rigasi teknis dan

produktif.

o Menjaga kelestarian sumber daya air sebagai faktor utama dalam

menujang kegiatan pertanian lahan basah.

o Meningkatakkan pengendalian dalam sumber daya air gara dapat

dimanfaatkan seefektif mungkin untuk pertanian dan non pertanian.

5. Mempersiapkan rencana tindak lanjut bagi pengembangan kawasan prioritas dan kawasan strategis.

B. Sosial

1. Meningkatkan keterpaduan dalam sistem pelayanan fasilitas dan utilitas antar daerah agar tercapai efektiitas dan efesiensi yang saling menguntungkan. 2. Pemerataan distribusi penduduk terutama di daerah- daerah yang akan

(9)

C. Ekonomi

1. Meningkatkan keterpaduan fungsi dan jenis pelayanan antara pusat – pusat pertumbuhan kota Klaten dengan daerah belakang.

2. Pengembangan sektor – sektor ekonomi strategis yang memanfaatkan bahan baku lokal, serta pengembangan sistem dan jalur koleksi dan distribusi barang. 3. Sistem trasportasi yang mempunyai aksesbilitas yang baik tertama lalu llintas

antar kota dengan daerah pinggiran untuk kelancaran koleksi dan distribusi.

3.2.4 RENCANA TATA RUNAG WILAYAH KABUPATEN KLATEN

3.2.3.1. Rencana Pemanfaatan Struktur Pemanfaatan Ruang Wiayah

A. Rencana Hierarki Kota

Secara administrasi wilyah Kabupaten Klaten terbai dalam 26 kota Kecamatan. Berdasarkan hasil analisis tingkat kekotaan pada simpul – simpul perkotaan, maka kota – kota wilayah Kabupaten Klaten diarahkan membentuk struktur hirarki atau jenjang kota sebagai berikut:

 Kota Hirarki II : Kota Klaten ( mencakup Kecamatan Utara, Klaten tengah dan Klaten Selatan ) yang berfungsi sebagai pusat wilayah ( regional center ) sekaligus sebagai ibukota Kabupaten Klaten

 Kota Hirarki II : Kota Delanggu, Prambanan, Jatinom, Cawas dan Pedan. Kota berhierarki II ini berfungsi sebagai kota kecil ( small city ) yaitu sebagai puat pelayanan dan distribusi perdagangan dan jasa setingkat pelayanan umum.

 Kota Hirarki III : Kota Juwiring, Jogonalan Ceper, Gantiwarno, Trucuk, Wedi, Wonosari, Karangdowo, Tulung, Polanharjo, Kemalang, Ngawen, Karanganom, Karangnongko, Kebonarum, Bayat, Manisrenggo, dan Kalikotes. Kota berhirarki III berfungsi sebagai kota pemasaran ( market town ) yaitu sebagai pusat pelayanan sosial, distribusi dan perdagangan dan jasa setingkat kecamatan.

Hirarki kota – kota dalam wilayah Kabupaten Klaten menjadi pusat dalam pembentukan struktur tata ruang wilayah Kabupaten Klaten.

B. Rencana Sub Wilayah Pengembangan ( SWP )

(10)

- Pengaruh pelayanan administrasi, sosial, ekonomi,

- Pola pergerakan penduduk yang terintegrasi dalam sisitem trasportasi dan jaringan jalan,

- Tingkat kekotaan simpul – simpul utama kegiatan penduduk.

Analisa pembentukan struktur tata ruang wilayah merekomendasikan Wilayah Kabupaten Klaten ditetapkan menadi 6 ( enam ) Sub Wilayah Pembangunan ( SWP ), yaitu :

a. SWP I, meliputi wilayah kecamatan : Klaten Utara, Klaten Tengah, Klaten Selatan, Kalikotes, Wedi, Gantiwarno, Jogonalan, Kebonarum, Karangnongko, dan Ngawen.

Pusat pertumbuhan ditetapkan di Kota Klaten.

b. SWP II, meliputi wilayah kecamatan : Delanggu, Polanharjo, Wonosari, dan Juwiring. Pusat pertumbuhan berada di Kota Kecamatan Delanggu.

c. SWP III, meliputi wilayah kecamatan: Prambanan, Manisrenggo, dan Kemalang Pusat pertumbuhannya ditetapkan di kota Kecamatan cawas.

d. SWP IV, meliputi wilayah kecamatan : Cawas, Trucuk, dan bayat. Pusat pertumbuhannya ditetapkan di Kota Kecamatan Cawas.

e. SWP V, meliputi wilayah kecamatn: Pedan, Ceper, dan Karangdowo. Pusat pertumbuhannya ditetapkan di kOta Pedan.

f. SWP VI, meliputi wilayah kecamatan: Jatinom, Karanganom, dan Tulung. Pusat pertumbuhannya direncanakan di Kota Kecamatan Jatinom.

Dari pembagian wilayah pengembangan tersebut, sebagai pusat utama pertumbuhan wilayah kabupaten adalah Kota Klaten.

C. Rencana Pengembangan Fungsi Kawasan

Wilayah Kabupaten Klaten terbagi dalam beberapa kawasan fungsional. Dalam rangka mendorong tumbuhnya sektor – sektor unggulan, keberadaan kawasan – kawasan fungsional dioptimalkan pengembangannya sesuai dengan karakteristik fisik dan kecenderungan perkembangan fungsi – fungsi pendukung pengembangan wilayah, yang meliputi :

a. Fungsi pertumbuhan dan pelayanan

Fungsi pertumbuhan dan fungsi pelayanan yang dikembangkan pada suatu kawasan, terkait dengan status wilayah pelayanannya sebagai:

- Wilayah Kecamatan yang umumnya juga merupakan Satuan Kawasan Pengembangan ( SKP ).

- Sub Wilayah Pengembangan ( SWP ), yaitu pengelompokan beberapa kecamatan atau SKP, berdasarkan prinsip kedekatan dan fungsi.

(11)

b. Fungsi kegiatan yang menonjol ( dominan )

Merupakan fungsi yang secara eksisting memiliki peran terbesar dibandingkan fungsi lain yang ada dalam kawasan tersebut. Fungsi ini dapat dipertahankan apabila terdapat kecenderungan mampu bertahan atau berkembang lebih lanjut.

c. Fungsi kegiatan yang akan dikembangkan ( potensial )

Merupakan fungsi yang perlu dipacu kinerjanya di masa yang akan datang, meskipun secara eksisting belum berperan besar. Nilai potensial diidentifikasi berdasarkan kecenderungan pertumbuhan yang bersifat produkti, dan didukung sumber daya yang memadai.

Fungsi – fungsi tersebut dibandingkan antar kawasan, sehingga diperoleh fungsi – fungsi yang merupakan spesifikasi bagi pengembangan kawasan dimaksud. Arahan selengkapnnya pengembangan fungsi kawasan ( diidentifikasi per kecamatan ), di kabupaten Klaten, dapat dilihat pada Tabel III.1 sampai Tabel III.6

Tabel III.1

Fungsi Kawasan di SWP I

Kecamatan Fungsi Fungsi Khusus

KOTA KLATEN - Pusat Pelayanan Pemerintah

- Pusat Wilayah ( Ibu Kota Kabupaten )

Klaten - Pusat Pelayanan kesehatan

- Pusat pertumbuhan SWP

Klaten - Pusat Pelayanan pendidikan

- Pusat pelayanan jasa keuangan dan pemeritahan Klaten - Pusat Pelayanan

perdagangan

- Permuukiman Penduduk

- Pertanian lahan basah

Kalikotes - Pusat pertumbuhan kecamatan

- Pusat Pelayanan - Permukiman penduduk

- Per Pertanian lahan basah

Wedi - Pusat pertumbuhan

(12)

Gantiwarno - Pusat pertumbuhan kecamatan

- Pusat Pelayanan - Permukiman penduduk

- Pertanian lahan basah

Kecamatan Fungsi Fungsi Khusus

Jogonalan - Pusat pertumbuhan kecamatan

Kebonarum - Pusat pertumbuhan kecamatan Karangnongko - Pusat Pelayanan

pendidikan

- Pertanian lahan basah

Ngawen - Pusat Pertumbuhan perdagangan

Fungsi Kawasan di SWP II

Kecamatan Fungsi Fungsi Khusus

Delanggu - Pusat pertumbuhan kecamatan

- Pusat pelayanan SWP II - Perdagangan regional - Industri huller

(13)

- Permukiman penduduk - Pertanian lahan basah

pembesaran ikan - Industri air mineral Wonosari - Pusat Pelayanan

pendidikan

- Pertanian lahan basah - Perdagangan regional Juwiring - Pusat Pertumbuhan

perdagangan

Kecamatan Fungsi Fungsi Khusus

Prambanan - Pusat pertumbuhan kecamatan

- Pusat pelayanan SWP III -Perdagangan regional - Daerah wisata budaya nasional

- Pertanian lahan kering

Manisrenggo - Pusat pertumbuhan kecamatan

Kemalang - Pusat pertumbuhan kecamatan

- Pusat pelayanan kecamatan

- Permukiman penduduk - Pertanian lahan kering - Tanaman keras dan hutan

- Derah konservasi hutan

(14)

Cawas - Perdagangan

Bayat - Pusat pertumbuhan kecamatan Kemalang - Pusat pertumbuhan

kecamatan

- Pusat pelayanan kecamatan

- Permukiman penduduk - Pertanian lahan kering - Tanaman keras dan hutan

- Industri ( pengasapan

Kecamatan Fungsi Fungsi Khusus

Pedan - Pusat pertumbuhan kecamatan

- Pusat Pelayanan kecamatan

- Permukiman penduduk - Pertanian lahan basah

- Pusat pertumbuhan SWP V - Pusat Pelayanan SWP V - Industri tekstil

(15)

kecamatan

- Pusat pelayanan kecamatan

- Permukiman penduduk - Pertanian lahan kering - Tanaman keras dan hutan

- Kawasan prioritas rawan

Kecamatan Fungsi Fungsi Khusus

Jatinom - Pusat pertumbuhan kecamatan

- Pusat Pelayanan SWP VI - Perdagangan hasil pertanian

- Rekreasi sumber air

Tulung - Pusat pertumbuhan kecamatan Karanganom - Pusat pertumbuhan

(16)

tanah subur yang ada di wilayah Kabupaten Klaten. Untuk wilayah Kota Klaten ( Kecamatan Kalten Selatan, tyengah dan Utara ) walaupun termasuk kategori sangat sesuai bagi pengembangan lahan basah akan tetapi pada kenyataannya kawasan tersebut merupakan pusat aktivitas, pusat ekonomi dan puat pemerinytahan Kabupaten Klaten sehingga untuk saat ini dan masa mendatang kawasan tersebut tetap kecamatan – kecamatan lain yang sudah menampakkan ciri kekotaan. Sedangkan untuk kawasan lingkar utara dan lingkar selatan Kabupaten Klaten tetap diarahkan penggunannya untuk tanaman palawija.

3.2.3.2.Rencana Pola Pemanfaatan Ruang

Sesuai dengan hasil analisis fisik wilayah serta konsep pengembangan yangditetapkan, pola pemanfaatan ruang yang diusulkan secara garis besar adalah:

A. Kawasan Lindung

Menurut Peraturan Pemerintah RI No.47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pengertian kawaan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya.

 Kawasan Perlindungan Kawasan Bawahannya

Kawasan yang memberikan perlindungan kawasanya bawahannya yang ada di Kabupaten Klaten adalah hutan lindung yang berada di kecamatan kemalang 810,6 Ha

 Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan Perlindungan Setempat di wilayah Kabupaten Klaten meliputi:

 Kawasan Lindung Sempadan Sungai

Kawasan lindung sepadan sungai terdiri dari:

- Sungai bertanggul diluar kawaan perkotaan ditetapkan sekurang – kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul. - Sungai bertanggul didalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang – kuarangnya 3 ( tiga ) meter sebelah luar sepanjang kaki tanggul

(17)

- Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan yang mempunyai kedalaman kurang dari 3 ( tiga ) meter ditetapkan sekurang – kurangnya 10 ( sepuluh ) meter, yang mempunyai kedalaman 3 ( tiga ) sampaidengan 20 (dua puluh ) meter ditatapkan sekurang – kurangnya 30 (tigapuluh) meter dari tepi sungai. Lebar sempadan sungai tersebut ditentukan selebar 50 meter pada daerah bukan permukiman dan 10 meter pada daerah permukiman, yang ditetapkan pada beberapa sungai yang berfungsi sebagai jaringan irigasi dan drainase primer.

Panjang sungai seikitar 354 km, dan diasumsikan sepanjang 5%melalui daerah permukiman, sehingga jumlah luas kawasan lindung sempadan sungai ini adalah 1.708 Ha.

 Kawasan Lindung sekitar Danau / Waduk

Kawasan lindung sekitar dana/waduk ini ditetapkan disekitar Rawa Jombor di Kecamatan Bayat. Luas Rawa Jombor sekitar 73 ha, sehingga kawasan lindung (daratan) adalah seluas sekitar 33,45 ha.

 Kawasan Sekitar Mata Air

(18)

Kawasan lindung jenis suaka alam dan cagar budaya yang terdapat di wilayah Kabupaten Klaten adalah jenis Kawasan cagar budayaa dan ilmu pengetahuan, yaitu Candi Prambanan, Candi Sojiwan, Candi Bubrah,CandiLumbung, Candi Sewu, Candi Asu, dan Candi Plaosan di KecamatanPrambanan, candi merak di Kecamatan Karangnongko, dan Kawasan Pandaranan di Kecamaatn Bayat. Ketiga lokasi tersebut perlu dilestarikan sebagai kawasan lindung cagar buday dan lingkungan ini adalah sekitar 21 ha.

Kawasan Pelestarian Alam

Sebagai bagian dari upaya melestarikan ekosistem khas di sekitar Kawasan Merapi berupa hewan seperti kera dan harimau jawa maka kawasn tersebut perlu ditetapkan sebagai teman nasional dengan nama Taman Nasional Merapi.

Kawasan Rawan Bencana Alam

Kawasan rawan bencana alam di kabupaten Klaten diantaranya yaitu:

1. Kawasan rawan bencana akibat letusan Gunun Merapi, dimana Kawasan ini berada di Kecamatan Kemalang dan Mainsrego, dengan luassekitar 532 Ha.

2. kawasan rawan bencana tanah longsor/erosi terdapat di: - Lereng pegunungan jiwowetan Kecamatan Wedi;

- Desa Sukorini Kecamatan Manisrenggo;

- Desa tegalmulyo, Tlogowatu, sidorejo, Bumirejo, tagnkil, Dompol, Kendalsari, Balerante, bawukan, Kecamatan Kemalang.

- Desa buncikan Kecamatan Cawas - Desa Ngandong Kecamatan Gantiwarno - desa Tahu Kemalang

Rencana Kawasan lindung di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada pets rencana kawasan lindung. Untuk mengendalikankawasan lindung yang ditetapkan, maka dapat dilakukan ketentuan – ketentuansebagaimana yang diatur daalm keputusan Presiden Nomor 32 tahun 1990 sebagi berikut :

a. Didalam kawasan lindungdilarang meakukan kegiatan budidaya, kecuali yang tidak menganggu fungsi lindung.

b. Didalam kawsan suaka alam dan kawasan cagar budaya dilarang melakukan kegiatan budidaya apapun, kecuali kegiatanyang berkaitan dengan fungsinya dan tidak mengubah bentang alam kndisi penggunaan lahan,serta ekosistem alami yang ada.

(19)

berlaku sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerinyah Nomor 29 tahun 1986 tentangAnalisa Mengenai Dampak ingkungan.

d. Apabila menurut Analisa Mengenai Dampak Lingkungankegiatanbudidayamengganggu fungsi lindungharus dicegahpekembangannya, dan fungsi sebaaikawasan lindung dikembalikan secara bertahap.

e. Dengan tetap memperhatikan fungsi lindung kawasna yang bersangkutan di dalam kawasan lindunng dapat dilakukan penelitian eksploitasi mineral dan air tanah, serta kegiatan lain yang berkaitan dengan pencegahan bencana alam.

f. Apabila ternyata di kawasan lindung sebagimana dimaksud dalam poin (e) terdapat indikasi adanya deposit mineral atau air tanah atau kekayaanalam lainnya yang bila diusahakan dinilai amat berharga baginegara maka kegiatan bududaya di kawasan lindung dinilai amat berharga bagi negara maka kegiatan budidaya di kawasan lindung tersebut dapat diizinkan sesuai dengan ketentuan peraturan peundang – undangan yang berlaku.

g. Pengelolaan kegiatan budidaya sebagaimana dimaksud dalam poin (f) dilakukan dengan tetap memelihara fungsi lindung kawasan yang bersangkutan.

h. Apabila penambangan bahan galian dilakukan, penambangan bahan galian tersebut wajib melaksanakan upaya perlindungan terhadap lingkungan hidup dan melaksanakan upaya perlindungan terhadap lingkungan hidup dan melaksanakan rehabilitas daerah bekas penambangannya, sehingga kawasan lindung dapat berfungsi kembali.

i. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam poin (e), (f), (g), dan (h), diatur lebih lanjut oleh Mentri yang berwenang, setelah mendapat perimbangan dari Tim Koordinasi Pengolahan Tata Ruang Nasional.

B. Kawasan Budidaya

1. Kawasan Hutan Produksi

Kawasan hutan produksi yang ada di Kabupaten Klaten merupakan hutan produksi terbatas yang berada di Kecamatan Bayat dengan luas 639,80 Ha. Pengelolaan hutan produksi terbatas ini adalah dengan system tebang pilih, tebang penjarangan, tebang karena bencana, dan tebang untuk tanaman persiapan.

(20)

2. Kawasan Pertanian.

Kawasan pertanian di wilayah Kabupaten dikelompokkan menjadi :

Kawasan Pertanian Lahan Basah.

Kawasan ini letaknya merupakan lahan persawahan yang tersedia air sepanjang tahun, menyebar di seluruh wilayah kecamatan yang ada, dengan luas sekitar 33,579 Ha.

Lokasi pengembangan padi sawah :

Kecamatan Cawas, Karangdowo, Juwiring, Wonosari, Polanharjo, Delanggu, Trucuk, Gantiwarno, MAnisrenggo, Ceper, dan Ngawen.

 Kawasan Pertanian Lahan Kering

Kawasan tanaman pangan lehan kering ini berupa tegalan, yang jumlah seluruhnya mencapai 6.301 ha, Akan tetapi yang potensi untuk dikembangkan mencapai 6.220 ha yang letaknya menyebar di beberapa kecamatan, meliputi : - Kecamatan Kemalang : 1.848 Ha

- Kecamatan Jatinom : 1.540 Ha - Kecamatan Karangnongko : 845 Ha - Kecamatan Bayat : 782 Ha

- Kecamatan Tulung : 459 Ha - Kecamatan Pedan : 313 Ha

- Kecamatan Manisrenggo : 137 Ha - Kecamatan Cawas : 47 Ha

Lokasi pengembangan beberapa jenis pertanian lahan kering yang mempunyai potensi besar untuk diusahakan antara lain :

 Pertanian pado gogo

Lokasi pengembangan : Tulung, Jatinom, dan Kemalang, Manisrenggo, dan Kalikotes.

 Pertanian tanaman palawija

Beberapa lokasi pengembangan tanaman palawija antara lain :

- Kedelai : Cawasa, bayat, Trucuk Kalikotes, Ceper, Pedan, Karangdowo, dan Klaten Tengah.

- Kacang hijau : Ceper, Pedan, Karangdowo, Trucuk dan Bayat.

- Kacang tanah: Prambanan, Kemalang, Gantiwarno, Wedi, Jogonalan, Manisrenggo, Karangnongko.

(21)

- Ubi kayu : Kemalang, Tulung, Karangnongko, Bayat, dan Manisrenggo.

 Tanaman buah – buahan

Beberapa lokasi pengembangan tanaman buah – buahan antara lain :

- Melon : Wedi, Gantiwarno, Prambanan, ceper, Klaten Selatan, Pedan, Wonosari.

- Rambutan: Tulung, Kemalang, Karangnongko, Jogonalan, Juwiring - Mangga :Juwiring, Jogonalan, Prambanan, Tulung, Ngawen, Wonosari. - Semangka : Jogonalan, Kalikotes, Polanharjo, Trucuk Karanganom - Jeruk siam : Jatinom, Kemalang, Klaten Selatan, Karangdowo

- Pisang : Juwiring, Tulung, Karanganom, Klaten Utara, Wonosari, Ngawen, Manisrenggo.

- Durian : Kemalang, Karangnongko, Tulung - Nanas : Kemalang, Manisrenggo, Karangdowo - Jambu biji : Kemalang, Prambanan

 Tanaman sayuran

Beberapa lokasi Pengembangan tanaman sayuran antara lain :

- Kacang panjang : Manisrenggo, Kebonarum, Gantiwarno, Karanganom, Pedan, Jatinom

- Terong : Gantiwarno, Trucuk, Prambanan, Jogonalan, Jatinom, dan Tulung - Mentimun : Manisrenggo, Gantiwarno, Karanganom, Kalikotes, Prambanan, Tulung, Polanharjo dan Jogonalan

- Lombok : Tulung, Kemalang, Manisrenggo, Karangnongko, Jatinom, Jogonalan, dan Prambanan.

 Kawasan Perkebunan

Lokasi pengembangan perkebunan antara lain : - Kelapa deres : Kemalang, Manisrenggo, Wedi, Bayat - Kapok : Jatinom, Tulung

- Kopi : Kemalang,Jatinom, Karangnongko, Manisrenggo, Tulung - Tembakau : Manisrenggo, Kemalang.

- Tembakau Asapan : Tulung, Trucuk, Jatinom

- Tembakau Virginia : Kemalang, Jatinom, karangnongko - Tembakau Vorstemland : Wedi

- Cengkeh : Kemalang, Jatinom, Karangnongko, Manisrenggo

(22)

- Lokasi peternakan sapi Perah :

Kemalang, Manisrenggo, Jatinom, Karangnongko, dan Tulung

 Kawasan Perikanan

Lokasi Pengembangan perikanan

- Kolam/mina padi : Polanharjo, Tulung, dan Kebonarum - keramba : Bayat

3. Kawasan Peruntukan Industri

Pengembangan industri difokuskan pada jenis industri kecil dan menengah terutama yang mampu menyerap tenaga kerja yang banyak, mempunyai pasar yang luas, mempunyai nilai ekonomis tinggi, serta yang ramah lingkungan. Beberapa industri yang perlu dikembangkan adalah industri pengecoran logam, industri tenun ATBM serta industri mebel/furniture, industri konveksi, industri gerabah/keramik, industri tembakau asapan, serta iindustri soon. Rencana pengembangan kawasan peruntukan industri meliputi :

 Kawasan industri terbatas Lingkungan Industri Kecil/ LIK )

Kawasan industri terbatas ( LIK ) sebagai pengembangan industri skla kecil dengan jenis industri ringan dikembangkan di Desa Karanganom Kecamatan Kalten Utara dan Kelurahan Mojayan Kecamatan Klaten Tengah.

 Kawasan industri

Kawasan industri ini sebagai pengembangan industri skala menengah dan besar dikembangkan di Desa Troketon dan Desa Kaligawe Kecamatan Pedan dengan luas lahan 100 Ha.

 Sentra industri

Sentra industri diarahkan pengmbangannya di : - Kecamatan Ceper sebagai sentra industri cor logam; - Kecamatan Pedan sebagai sentra industri tenun ATBN; - Kecamatan Wedi sebagai sentra industri KOnveksi;

- Kecamatan Juwiring dan Kecamatan Trucuk sebagai sentra industri mebel/furniture;

- Kecamatan Bayat sebagai sentra industrigerabah/keramik; - Kecamatan Trucuk sebagai sentra industritembakau asapan; - Kecamatan Ngawen sebagai sentra industri soon;

- Kecamatan Jogonalan sebagai sentra industri makanan kecil.

(23)

Pengembangankawasan wisata diarahkan pada optimalisasi KAwasan Prambanan, Kawasan Rowo Jombor Bayat, Kemalang dan Tulung. Sebagian besar potensi wisata yang ada di Kabupaten berupa obyek wisata alam yaitu rawa, kolom pemancingan, pemandian, dan pemandangan alam. Sedangkan wisata budaya adalah candi – candi dalam Kawasan Prambanan ( otoitas nasional ) dan wisata ziarah.

Pembentukan kawasan wisata, sejauh memungkinkan dikembangkan pada beberapa lokasi antara lain:

- Kawasan Wisata Candi Prambanan, Candi Sewu, dan Plaosan di Kecamatan Prambanan.

- Kawasan WisataDeles Indah di di KecamatanKemalang;

- Kawasan Wisata Museum Gula Jawa Tengah di KecamatanJogonalan;

- Kawasan Wisata Rawa Jombor Permai, Makam Ki Ageng Pandaran, di Kecamatan Bayat

- Kawasan Wisata Alam G. Watu Prau da Pegunungan Kidul di Kecamatan Bayat; - Kawasan Wisata Sumber Air Ingas, Pemandian Lumban Tirto, Pemancingan Jantida Tradisi Padusan di Kecamatan Tulung;

- Kawasan Wisata Pemandian Jolotundo di Kecamatan Karanganom; - Kawasan Wisata Pemandian Tirtomulyo di KecamatanKebonarum;

- Kawasan Wisata Makam Ki Ageng Gribig dan Tradisi Yoqowiyu di Kecamatan Jatinom;

- Kawasan Wisata Makam Ki Ageng Ronggowarsito di KecamatanTrucuk; - Kawasan Wisata Makam Ki A. Perwito di Kecamatan Wonosari;

Sedangkan beberapa potensi yang perlu ditetapkan sebagai obyek wisata, adalah : - Desa Palar Kecamatan Trucuk dengan daya tarik wisata budaya

- Candi Lumbung, Candi Plaosan, Candi Bubrah, Candi Sewu dan Candi Sojiwan di Kecamatan Prambanan, dan candi Merak di Kecamatan Karangnongko.

- Obyek wisata Rawa Jombor di Kecamatan Bayat - Gunung Watu Prau di Kecamatan Bayat

- Sendang Maerokoco dan sendang Gotan di Kecamatan Bayat

- Sendang Piyaman, sendang Gotan, Pemandian Jolotundo, di Kecamatan Jatinom. - Pemandian Tirto Mulyani dan Pemandian Tirto Mulyo di Kecamatan Kebonarum - Sendang Srinongko dan Kujon di KecamatanCeper

(24)

- Obyek wisata ziarah ( pemakaman ) yang meliputi Makam Ki Ageng Pandanaran dan Makam Kyai Mireng Langse di Kecamatan Bayat, Makam Ki Ageng Gribig, makam Soropaten,makam Kyai Ageng Anjasmas dan Goa suram , di Kecamatan Jatinom, Makam Ki Ronggowarsito di Kecamatan Trucuk, makam Ki Ageng Perwito di Kecamatan Wonosari, Makam K.A Mayopati di Kecamatan Kemalang.

Kegiatan social budaya yang dapat dikembangkan sebagai atraksi wisata pendukung pengembangan obyek wisata adalah kegiatan festival rakyat, diantaranya :

- Upacara tradisional Ruwahan di laksanakan di Paseban Kecamatan Bayat tiuap 27 Ruwah.

- Upacara tradisional Tanjung di laksanakan di Dlimas Kecamatan Ceper tiap bulan Syura.

- Upacara tradisional Syawalan di laksanakan di Desa Jimbung Kecamatan Kalikotes dan Desa Krikitan Kecamatan Bayat.

- Upacara Sarapan yoqowiyu di Masjid Besar Kecamatan Jatinom setiap bulan Sapar.

Pengembangan kawasn wisata perlu didukung system pariwisata kabupaten yang komperhensif, sehingga mampu meningkatkan perannya dalam mendukung perekonomian daerah

5. Kawasan Pertambangan

Di Kabupaten Klaten terdapat banyak lokasi pertamabangan, seperti pasir, marmer, batugamping, gobro dan diorite, serta lempeng. Tidaksemua bahan tambang diusahakan secara besar dan luas namun sebagaian besar berskala kecil yang tidak membentuk kawasan yang cukup luas seperti di Kecamatan Kemalang dan Bayat. Pengelolaan Pertambangan dilakukan dengan memperhatikan :

- Lokasi Penambangan dihindari daerah resapan atau akuifer air sehingga tidak akan mengganggu kelestarian di daerah sekitarnya.

- Lokasi Penambangan dihindari pemukiman penduduk sehingga debu yang timbul dari aktivitas Penambangan tidak akan mengganggu penduduk.

- Lokasi Penambangan dihindari mata air penting sehingga tidak mengganggu kualitas, kuantitas maupun kemungkinan mata air hilang.

(25)

- Jumlah cadangan bahan galian yang cukup banyak dan mempunyai niali ekonomi yang tinggi sehingga seluruh biaya operasional dapat kembali dan masih mempunyai nilai lebih

- Lokasi penambangan jauh dari bangunan infrastrukttur yang penting, misalnya jembatan, menara listrik tegangan tinggi maupun gedung sekolah.

- Adanya prioritas penambangan terlebih dahulu pada lokasi yang mempunyai bahan galian sejenis.

- Melakukan penambangan denga tetap menjaga kelestarian alam agar tidak terjadi kerusakan alam.

- Mengingat beberapa kawasan pertambangan yang ada jumlahnya semakin berkurang, maka pengembangannya untuk masa mendatang adalah untuk tujuan penelitian geologi ( Studi geologi 0 sekaligus sebagai wisata geologi.

Beberapa lokasi pertambangan yang layak untuk diusahakan antara lain :

a. Pertambangan Andesit Karangdowo

Lokasi : Dusun Mojo, Desa Ringin Putih dan Dusun Beluk Desa Tumpukan Kecamatan Karangdowo.

b. Pertambangan Batugamping

Lokasi : Dusun Sumberan Desa Tegalrejo, Dusun Jetho Desa Wiro Kecamatan Bayat dan Dusun Tugu Desa Wiro, Dusun Temas Desa Gunung gajah Kecamatan Kalikotes.

c. Pertambangan Gabro dan Diorit

d. Pertambangan Lempung Aluvial

6. Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

Kawasan Pertokaan

Kawasan Perdesaan

3.3. SKENARIO PENGEMBANGAN SEKTOR/BIDANG CIPTA KARYA/PU

3.3.1. Sub Bidang Air Limbah

(26)

3.3.3. Sub Bidang Drainase

3.3.4. Sub Bidang Air Minum

3.3.5. Sub Bidang Pengembangan Permukiman

Kawasan pertanian di wilayah Kabupaten Klaten dikelompokkan menjadi:

Kawasan Pertanian Lahan Basah

Kawasan Pertanian Lahan Kering

Kawasan Perkebunan

Kawasan Pertenak

Gambar

Tabel III.1
Tabel III-2
Tabel III-3
Tabel III-5
+2

Referensi

Dokumen terkait

Saran untuk penelitian mendatang terkait nilai perusahaan, yaitu: dengan memperluas periode waktu penelitian yang lebih panjang, sehingga hasil yang diperoleh akan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Kepuasan Gaji, Komitmen Organisasi Terhadap Turnover Intention Dengan Mediasi Kepuasan Kerja Pada Karyawan

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009..

It should be noted that 3D models of archaeological artefacts obtained by fusion of laser scanning and close range photogrammetry are fully measurable, written

Capaian Program Jumlah dokumen perencanaan dan penganggaran SKPD yang dibuat secara benar dan tepat waktu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

emission parameterization needs to wind speed in 10 m, the threshold velocity of wind speed and the surface condition that produce with dust source function and

Berdasarkan hasil uji hipotesis 1 (H 1 ), didapat bahwa pada tingkat signifikansi dibawah 0,05 Perbandingan nilai antara t hitung sebesar 5,593 lebih besar dengan nilai t tabel

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Swt yang telah memberi kekuatan dan inspirasi karena berkat hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi