• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KABUPATEN BANGKA SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PROFIL KABUPATEN BANGKA SELATAN"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2 PROFIL KABUPATEN BANGKA SELATAN

2.1

GEOGRAFI DAN ADMINISTRASI WILAYAH

2.1.1

Batas Administrasi

Kabupaten Bangka Selatan merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang merupakan bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang pembentukannya berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Barat, dan Kabupaten Belitung Timur di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Kabupaten Bangka Selatan terletak di bagian Selatan Pulau Bangka. Dimana secara administratif Wilayah Kabupaten Bangka Selatan mempunyai luas ± 3.607,08 Km² yang meliputi 7 (tujuh) kecamatan yaitu Kecamatan Simpang Rimba, Payung, Air Gegas, Toboali, Lepar Pongok, Tukak Sadai dan Pulau Besar. PERDA No.26 Tahun 2007.

Kabupaten Bangka Selatan terletak pada 2° 26' 27" sampai 3° 5' 56" Lintang Selatan dan 107° 14' 31" sampai 105° 53' 09" Bujur Timur. Kabupaten Bangka Selatan berada di Selatan Pulau Bangka dan berbatasan langsung dengan perairan laut (sebelah selatan, timur dan barat) serta tidak jauh dari jalur pelayaran internasional, memiliki posisi yang sangat strategis dalam pengembangan ekonomi kawasan barat Indonesia pada masa mendatang.

Kawasan di Kabupaten Bangka Selatan terdiri dari daerah pesisir (Kecamatan Tukak Sadai) dan kepulauan (Kecamatan Lepar Pongok dan Kecamatan Kepulauan Pongok) serta kawasan yang merupakan daerah pertanian, perkebunan dan hutan lindung serta kawasan pertambangan (KP) timah.

BAB

2

(2)

Secara administratif wilayah Kabupaten Bangka Selatan berbatasan langsung dengan daratan wilayah kabupaten lainnya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu :

Utara : Wilayah Kabupaten Bangka Tengah

Barat : Selat Bangka

Timur : Selat Gaspar

 Selatan : Selat Bangka

Tabel 2-1 Luas Wilayah dan Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan

No. Kecamatan Luas Wilayah Desa/Kelurahan Jumlah

Km2 %

Kabupaten Bangka Selatan dalam klasifikasi iklim Schimd Ferguson termasuk kedalam katagori berikilim tropis tipe A dengan variasi curah hujan tahunan sekitar 56,2 mm hingga 292 mm tiap bulannya, dengan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus dan tertinggi pada bulan Januari. Suhu rata-rata pada berada pada kisaran 25,90 C sampai 280 C, sedangkan tingkat kelembabannya bervariasi antara 76 sampai 88 %. Tingkat intensitas penyinaran matahari berkisar antara 2,4 hingga 7,6 jam dengan tekana udara antara 1009,2 sampai 1011,1 milibar.

(3)

Berdasarkan pola curah hujan dan data curah hujan di stasiun pengamat iklim Pangkalpinang, menunjukkan bahwa keadaan iklim khususnya curah hujan di Kabupaten Bangka Selatan tergolong cukup baik untuk pertumbuhan berbagai komoditi pertanian.

(4)

Tabel 2-2 Kondisi Klimatologi Kabupaten Bangka Selatan

Minimum Maksimum Rata-rata

1 Januari 1.011,10 30,10 23,50 26,20 88 233,5 26

Sumber : Berdasarkan Data Curah Hujan Diatas Nilai Rata-Rata Curah Hujan Per Hari Hujan Sebesar 12,22 Mm/Hari Hujan

2.1.3

Fisiografi

Pulau Bangka secara fisiografi merupakan bagian dari Zona Kepulauan Paparan Sunda. Bentuk struktural dengan arah barat laut-tenggara secara umum merupakan bentuk busur kepulauan dari bagian barat Malaysia yang menerus ke Kepulauan Riau sampai ke Kepulauan Bangka-Belitung (Bemmelen, 1949). Adanya proses erosi dan naiknya muka air laut pada awal Kuarter menyebabkan Paparan Sunda terpisah menjadi beberapa kepulauan dan lembah sungai.

Pulau Bangka secara umum berbentuk huruf S terbalik (inverted S-shaped). Daerah ini memiliki kondisi morfologi yang hampir rata (peneplain) dengan luas sekitar 80%, selebihnya merupakan perbukitan rendah membulat (low rounded hill) dengan elevasi sekitar 50 meter dan lembah-lembah yang luas dan datar. Puncak tertinggi di Gunung Maras dengan ketinggian 692 meter. Dataran hampir rata (peneplain) didominasi oleh batuan metasedimen dan aluvium sedangkan daerah perbukitan didominasi oleh granit.

(5)

Atas. Gugusan pluton Granit yang memanjang dari Malaya Peninsula terus ke tenggara sampai ke Kepulauan Bangka-Belitung merupakan batuan sumber dari endapan timah placer yang lebih dikenal dengan Mandala Metallogenik Timah Asia Tenggara (Katili, 1966). Kabupaten Bangka Selatan secara fisiografi dapat dibedakan menjadi 6 wilayah fisiografi yaitu :

1) Fisiografi dataran rendah pesisir aluvium rawa.

2) Fisiografi dataran rendah aluvium sungai.

3) Fisiografi perbukitan granit.

4) Fisiografi dataran metamorf

5) Fisiografi dataran metasedimen.

6) Fisiografi dataran sedimen.

Adapun penjelasan yang lebih rinci dari gambaran fisiografi ini adalah:

1) Fisiografi dataran rendah pesisir aluvium rawa mempunyai bentuk morfologi pedataran dengan kemiringan lereng 0-2, terletak pada dataran rendah sekitar pantai di bagian utara Kabupaten Bangka Selatan di Bangka Kota bagian barat, bagian timur Kabupaten Bangka Selatan di sebelah selatan yang berbatasan dengan laut dari Desa Gudang, Desa Batubetumpang dan Desa Serdang. Daerah di bagian timur Kabupaten Bangka Selatan hampir seluruhnya termasuk dalam fisiografi dataran rendah pesisir aluvium sungai yang meliputi bagian timur dari Desa Kepoh. Di Pulau Lepar daerah dengan fisiografi ini terletak di bagian utara dan timur.

2) Fisiografi dataran rendah aluvium sungai mempunyai bentuk morfologi pedataran dengan kemiringan lereng 0-2, terletak pada dataran sungai-sungai utama yang memiliki tingkat erosi lateral yang tinggi dengan morfologi pedataran. Daerah dengan fisiografi ini terutama terdapat di Sungai Kepoh mulai dari hulu di Tabau, Airgegas sampai bertemu dengan Air Resungriga di tenggara Brunuk, Sungai Ulin mulai dari hulu di Tuwik sampai bagian barat Kerunding, Sungai Bangkaujung mulai dari hulu di bagian barat Pinang sampai bagian barat Kelubi, Air Pelawan mulai dari hulu di bagian timur Jelutung sampai bagian timur Malumut.

(6)

Mudung, Gunung Gebang, Gunung Neneh, Gunung Berah, Bukit Terubuk Manawar, Bukit Keledang, dan Bukit Tebas. Pada bagian selatan Kabupaten Bangka Selatan terletak di Bukit Gunung, Gunung Toboali, Gunung Muntai, Gunung Namak dan Daerah Tanjung Baginda serta Tanjung Ru. Sedangkan di Pulau Lepar terdapat di Bukit Modiuk serta sekitar Tanjung Merun dan Tanjung Labu.

4) Fisiografi dataran metamorf terletak di bagian utara Kabupaten Bangka Selatan di bagian selatan Kindeng dengan bentuk morfologi pedataran landai dengan kemiringan lereng antara 2-7.

5) Fisiografi dataran metasedimen terletak menyebar merata pada setiap daerah dengan bentuk morfologi pedataran landai dengan kemiringan lereng 2-7.

6) Fisiografi dataran sedimen terletak di bagian selatan Kabupaten Bangka Selatan di daerah Lesat dengan bentuk morfologi pedataran landai dengan kemiringan lereng 2-7.

2.1.4

Geologi

Stratigrafi Kabupaten Bangka Selatan dapat dibagi menjadi 5 formasi yaitu : Kompleks Malihan Pemali, Formasi Tanjung Genting, Granit Klabat, Formasi Ranggam dan Endapan Alluvial (Margono, 1995).

1) Kompleks Malihan Pemali merupakan kompleks batuan metamorf yang terdiri dari

filit, sekis dan kuarsit yang merupakan produk metamorfisme dinamotermal berumur Perm, terkekarkan, terlipatkan, tersesarkan dan diterobos Granit Klabat. Filit berwarna kelabu kecoklatan, struktur mendaun dan berurat kuarsa. Sekis berwarna kelabu kehijauan, stuktur mendaun, terkekarkan, setempat kekarnya terisi kuarsa atau oksida besi, berselingan dengan kuarsit. Kuarsit berwarna putih kotor kecoklatan, keras tersusun oleh kuarsa dan felsfar, perlapisannya mencapai 1 cm.

(7)

3) Granit Klabat terdiri dari granit biotit, granodiorit dan granit genesan. Granit biotit berwarna kelabu, tekstur porfiritik dengan butiran kristal berukuran sedang-kasar, fenokris feldsfar panjangnya 4 cm dan memperlihatkan struktur foliasi. Granodiorit berwarna putih kotor, berbintik hitam, Granit genesan berwarna kelabu dan berstruktur daun.

4) Formasi Ranggam terdiri dari perselingan batupasir, batulempung dan konglomerat. Batupasir berwarna putih kotor, berbutir halus-kasar, menyudut-membundar tanggung, mudah diremas, berlapis baik, struktur sedimen pada batupasir silang-siur, perlapisan sejajar dan perlapisan bersusun, setempat ditemukan lensa-lensa batubara dengan tebal 0,5 m dan mengandung timah sekunder yang bercampur dengan pasir kuarsa. Batulempung mengandung sisa-sisa tumbuhan dan lensa gambut. Konglomerat, komponen terdiri dari pecahan granit, kuarsa, dan batuan malihan.

5) Endapan Alluvial umumnya terdiri dari lumpur, lempung, pasir kerikil, kerakal dan gambut yang terendapkan sebagai endapan sungai, rawa dan pantai. Endapan ini mengandung residual gravel yang kaya akan timah dengan ketebalan mencapai 2 meter. Bentuk butir menyudut tanggung-membundar, mengandung fosil kayu, fosil tumbuhan dan fosil cangkang.

(8)
(9)

Gambar 2.3 Peta Geologi Wilayah Bangka Selatan

(10)

Kabupaten Bangka Selatan mempunyai 3 jenis sistem akuifer berdasarkan kriteria komposisi litologi batuan dan kelulusan air serta kriteria keterdapatan air tanah dan produktifitas akuifernya yaitu :

1. Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir.

a. Akuifer dengan produktifitas sedang.

Akuifer dengan keterusan rendah sampai sedang mempunyai kedalaman muka air tanah beragam, umumnya kurang dari 2 meter, dengan debit sumur kurang dari 5 liter/detik. Air tanah umumnya bersifat asam (PH < 6,5). Di daerah pantai sebagian airnya bersifat payau atau asin diakibatkan pengaruh intrusi air laut sehingga tidak dapat dipakai untuk air minum ataupun irigasi.

b. Akuifer dengan produktifitas terbatas.

Pada wilayah ini umumnya akuifer tidak menerus, tipis dan rendah keterusannya. Kedalaman muka air tanah kurang dari 3 meter, dengan debit sumur kurang dari 5 liter/detik. Air umumnya bersifat asam (PH <6,5). Sebagian di daerah pantai, air tanah bersifat payau atau asin akibat pengaruh intrusi air laut.

2. Akuifer dengan melalui celahan dan ruang antar butir.

Akuifer dengan keterusan sangat beragam, kedalaman muka air tanah beragam umumnya kurang dari 3 meter. Debit sumur kurang dari 5 liter/detik dengan PH bersifat asam (<6,5). Sebaran akuifer ini meliputi wilayah setempat produktif di sekitar Lesat.

3. Akuifer bercelah atau sarang dengan produktifitas kecil.

a. Akuifer produktifitas kecil setempat berarti.

Pada akuifer ini umumnya mempunyai keterusan rendah, setempat pada yang lemah dapat dijumpai mata air dengan debit kecil (<2liter/detik). Air tanah dangkal dengan jumlah terbatas dapat diperoleh di daerah lembah perbukitan, zona pelapukan dan rekahan batuan padu. Wilayah ini meliputi daerah morfologi perbukitan yang disusun batuan sedimen padu, batuan metamorf dan batuan beku, air tanah umumnya bersifat asam (PH<6,5).

(11)

Pada daerah ini air tanah langka dan sulit dijumpai kecuali pada zona rekahan batuan yang pada umumnya muncul sebagai mata air. Penyebarannya meliputi daerah morfologi perbukitan yang disusun batuan sedimen padu, batuan metamorf dan batuan beku, air tanah umumnya bersifat asam (PH<6,5).

Daerah yang mempunyai ketersediaan air yang cukup terdapat pada daerah satuan aluvium, akan tetapi secara kualitatif tidak semua air pada aluvium layak diminum. Hanya pada aluvium sungai dan pantai yang dapat diminum. Daerah permukiman yang berkembang pada satuan alluvium antara lain seperti Serdang, Air Gegas, Delas, Pangkalan Buluh, Batu Betumpang, Bangka Kota, Kumbang. Kota-kota dan permukiman berkembang pada Formasi Tanjung Genting dengan litologi batupasir antara lain Toboali, Tukak, Gadung, Bikang, Air Bara, Pasu, Nyelanding, Bedengung, Payung, Malik, Ranggung, Jelutung, Gudang, Penutuk, Tanjung Sangkar dan Tanjung Labu.

2.1.6

Hidrologi

Kabupaten Bangka Selatan dilalui oleh beberapa sungai besar dan anak-anak sungai yang membelah wilayah kabupaten menjadi beberapa wilayah DAS (Daerah Aliran Sungai). Wilayah DAS yang yang terdapat di Kabupaten Bangka Selatan ini adalah :

1) DAS Bantel, terletak sebagian besar di Kelurahan Toboali dan di Kelurahan Tukak Kecamatan Toboali. DAS ini berupa hutan non mangrove seluas 5.940 Ha dan lahan terbuka 2.293 ha.

2) DAS Kepoh, terletak bagian timur Kabupaten Bangka Selatan. DAS ini terdiri dari 9.455 ha hutan non mangrove, 5.454 ha lahan terbuka, 509 ha lahan terbuka recharge area (area imbuhan), 26 ha kolong recharge area.

3) DAS Nyirih, terletak di bagian timur wilayah Kabupaten Bangka Selatan yang terdiri dari hutan non mangrove 42.040 ha, lahan terbuka 9.023 ha, lahan terbuka recharge area 1.641 ha.

4) DAS Kurau, terletak di bagian utara wilayah Kabupaten Bangka Selatan, DAS ini terdiri dari kawasan hutan non mangrove 23.224 ha, areal terbuka 10.217 han lahan terbuka recharge area 3.110 ha dan kolong recharge area 285 ha.

(12)

Kabupaten Bangka Selatan. DAS ini terdiri dari Hutan non mangrove 24.935 ha, lahan terbuka recharge area 320 ha dan kolong recharge area 38 ha.

Untuk lebih jelasnyai dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2-3 Nama dan Klasifikasi Sungai Per Kecamatan Di Kabupaten Bangka Selatan

No Kecamatan Sungai Utama Sungai Sekunder Sungai Tersier

1 Toboali Sungai Bantel Sungai Gosong Sungai Kepuh 4 Simpang Rimba Sungai Bangka kota Sungai Babuair

(13)
(14)
(15)

2.1.7

Penggunaan Lahan

Pola pemanfaatan lahan di Kabupaten Bangka Selatan pada umumnya masih berupa lahan semak belukar dan hutan. Lahan untuk pertanian tanaman pangan sebarannya merata di setiap kecamatan baik pertanian lahan kering dan lahan basah dengan menggunakan irigasi dari kolong-kolong dan sungai-sungai kecil yang banyak terdapat di Kabupaten Bangka Selatan. Di Kabupaten Bangka Selatan terdapat dua lokasi kawasan transmigrasi, yaitu UPT Rias di Kecamatan Air Gegas dan UPT Kurau II di Kecamatan Payung. Untuk pemanfaatan lahan untuk perkebunan, sebaran utamanya terdapat di wilayah Kecamatan Payung, Air Gegas dan Lepar Pongok. Areal perkebunan ini berupa kebun kelapa sawit dan kebun campuran yang pengelolaannya diusahakan oleh rakyat dan swasta. Untuk kawasan perkebunan lada sebaran areal tanamnya terbesar berada di Kecamatan Simpang Rimba, Air Gegas dan Kecamatan Payung.

Tabel 2-4 Luas Lahan Berdasarkan Rencana Peruntukannya di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2014-2034

No. Jenis Penggunaan Luas Lahan (ha)

1. Kawasan Budidaya

Kawasan Perlindungan Setempat (3 Kawasan)*

Kawasan Rawan Bencana Alam (5 Kawasan)*

Kawasan Lindung Lainnya (8 Kecamatan)*

(16)
(17)

Pemanfaatan ruang untuk kegiatan permukiman terutama berada di sekitar pusat kota kecamatan dan poros jalan-jalan utama terutama pada ruas jalan yang menghubungkan Kota Koba dan Kota Toboali dengan bangunan berpola linier dan bersifat tidak kontinyu mengikuti pola jaringan jalan. Untuk kawasan pertambangan terdapat kawasan penggalian tambang timah yang diusahakan oleh PT. Tambang Timah, PT. Koba Tin serta tambang rakyat yang dikenal sebagai Tambang Inkonvesional (TI) yang sebarannya merata di setiap kecamatan. Untuk jenis pemanfaatan lahan jenis hutan, terutama hutan lebat dan hutan rawa (mangrove) terdapat di bagian selatan dan timur Kabupaten Bangka Selatan, sebarannya terutama di Kecamatan Toboali, Payung dan Simpang Rimba. Untuk jenis hutan rawa terdapat di sepanjang pesisir pantai terutama di bagian timur dan selatan wilayah Kabupaten Bangka Selatan.

2.1.8

Sarana Penyediaan Air Minum

Di Kabupaten Bangka Selatan dihampir semua kecamatan sudah memiliki Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), baik yang memiliki SPAM Ibu Kota Kecamatan (IKK) maupun SPAM Pedesaan, tapi ada juga yang hanya memiliki SPAM Pedesaan saja. Satu kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan yang belum memiliki sistem penyediaan air minum adalah Kecamatan Pongok. Kecamatan yang memiliki SPAM IKK yaitu Kecamatan Toboali, Air Gegas, Tukak Sadai dan Lepar Pongok.

Sumber air baku yang digunakan untuk SPAM IKK rata-rata berasal dari kolong kecuali SPAM IKK Kecamatan Lepar Pongok yang menggunakan sumber air baku dari air tanah. Sedangkan sumber air air baku yang digunakan untuk SPAM Pedesaan sebagian besar menggunakan air tanah, kecuali Desa Sidoarjo Kecamatan Air Gegas yang memanfaatkan sungai sebagai air bakunya.

Kelembagaan yang mengelola Sistem Penyediaan Air Minum di Kabupaten Bangka Selatan UPT PAM yang berada dibawah kewenagan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bangka Selatan.

(18)

orang, penyakit kulit, infeksi sebanyak 1.247 orang, malaria klinis 1.603 orang, penyakit tekanan darah tinggi 2.934 orang, penyakit pada sistem otot 3.668 orang dan diare sebanyak 2.367 orang.

Upaya penyehatan lingkungan dilaksanakan dengan lebih diarahkan pada peningkatan kualitas lingkungan, yaitu melalui kegiatan yang bersifat promotif, preventif dan protektif. Permasalahan utama yang dihadapi masyarakat adalah akses terhadap kualitas lingkungan yang masih sangat rendah. Lingkungan sehat merupakan salah satu pilar utama dalam pencapaian Indonesia Sehat.

Beberapa indikator penting kesehatan lingkungan dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Rumah / Bangunan

Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah haruslah sehat dan nyaman agar penghuninya dapat berkarya untuk meningkatkan produktivitas. Kondisi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko sumber penularan berbagai jenis penyakit khususnya penyakit yang berbasis lingkungan.

Sarana Kesehatan Lingkungan (persediaan air bersih, jamban, tempat sampah dan pengelolaan air limbah). Pembuangan kotoran baik sampah air limbah dan tinja yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menyebabkan rendahnya kualitas air serta dapat menimbulkan penyakit menular di masyarakat. Jamban, tempat sampah, pengelolaan limbah dan persediaan air bersih merupakan sarana lingkungan pemukiman (PLP).

Kondisi sarana penyehatan lingkungan pemukiman di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2010 dari 50.290 kepala keluarga (KK) yang diperiksa sebagai berikut :

a. Persentasi KK yang telah memiliki sarana air bersih dari yang diperiksa : 65,16 %.

b. Persentasi KK yang telah memiliki jamban untuk tempat Buang Air Besar (BAB) dari yang diperiksa ( Sehat ) : 74,45%.

(19)

d. Persentasi KK yang telah memiliki pengolahan air limbah dari yang diperiksa ( Sehat ) : 54,50%.

Sanitasi merupakan faktor penting dalam menciptakan lingkungan yang sehat. Banyaknya penyakit ditularkan karena tidak dilakukan cara-cara penanganan sanitasi yang benar. Upaya peningkatan kualitas air bersih akan berdampak positif apabila diikuti upaya perbaikan sanitasi. Upaya sanitasi meliputi pembangunan perbaikan dan penggunaan sarana sanitasi, yaitu: pembuangan kotoran manusia (jamban), pembuangan air limbah (SPAL) dan pembuangan sampah di lingkungan rumah kita.

Berikut ini data sarana air minum dan jamban berdasarkan puskesmas yang ada di Kabupaten Bangka Selatan.

Tabel 2-5 Data Sarana Air Minum dan Jamban Keluarga Kelurahan Berdasarkan Data Puskesmas Tahun 2015

Air Limbah adalah air limbah permukiman (Municipal Wastewater) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan terhadap kualitas lingkungan sehingga perlu dilakukan pengolahan.

(20)

Tabel 2-6 Pelayanan Pembuangan Limbah Tinja di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2012

No. Uraian Satuan Jumlah/Volume

1

Volume Timbulan

a. Pengguna tangki septik dan Umum Orang 180.195 b. Standar timbulan Tinja/Org/Hari kg/orang/hari 0,25

c. Jumlah Timbulan kg/hari 45.048,75

2

Jumlah Tinja Terangkut m3/hari -

Mobil Tinja Milik Pemerintah unit -

Mobil Tinja Milik Swasta unit -

3 Kapasitas IPLT m3/hari -

Sumber : Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2013

Sedangkan data jumlah rumah berdasarkan jenis tempat penyaluran buangan akhir tinja menurut desa/kelurahan di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2-7 Pelayanan Pembuangan Limbah Tinja di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2012

Desa/Kelurahan

Tempat Penyaluran Buangan Akhir Tinja

Total Tangki

Septik Lubang Tanah Drainase Saluran

(21)

Desa/Kelurahan

Tempat Penyaluran Buangan Akhir Tinja

Total Tangki

Septik Lubang Tanah Drainase Saluran

(22)

Desa/Kelurahan

Tempat Penyaluran Buangan Akhir Tinja

Total Tangki

Septik Lubang Tanah Drainase Saluran

Sungai/

Pelayanan air limbah domestik khususnya tinja di Kabupaten Bangka Selatan hingga tahun 2012 masih on site oleh setiap rumah tangga sehingga belum tersedia peta layanan pengelolaan air limbah di wilayah ini.

Meskipun demikian telah terdapat upaya pemerintah dalam menyediakan MCK komunal pada beberapa titik di hampir sebagian besar kecamatan yang ada di Kabupaten Bangka Selatan.

Namun keberadaan MCK komunal tersebut dinilai masih belum mampu melayani semua kebutuhan masyarakat khususnya masyarakat miskin yang membutuhkan fasilitas MCK sehingga belum mengindikasikan keberhasilan pemerintah dalam hal pengelolaan sanitasi disektor air limbah. Selain itu, sampai saat ini juga belum terdapat instalasi pengolahan air limbah baik SPAL komunal, IPAL maupun IPLT yang seharusnya terintegrasi dalam sistem pengelolaan air limbah komunal.

Oleh karena itu, kebijakan pemerintah dibidang pengelolaan air limbah domestik ini dinilai masih sangat minim dari kondisi ideal dalam pengelolaan sektor air limbah domestik. Hampir keseluruhan rumah di wilayah Kab. Bangka Selatan maksimal menggunakan teknologi jamban dengan tangki septik individual. Selebihnya masih menggunakan jamban tanpa tangki septik atau bahkan perilaku BABSnya pun masih tinggi.

Disamping limbah tinja, limbah domestik juga dapat berupa grey water yang bersumber dari aktifitas dapur, mandi, mencuci pakaian, mencuci parabotan dapur. Limbah ini idealnya dapat disalurkan melalui saluran pembuangan air limbah (SPAL) non tinja agar tidak mencemari lingkungan sekitarnya.

2.1.10

Sarana Pengelolaan Sampah

(23)

pengelolaan persampahan di Kabupaten Bangka Selatan dibawah koordinasi dan supervisi Dinas Pekerjaan Umum Bidang Kebersihan, Pertamanan dan Kebakaran. Dimana daerah pelayanan yang menjadi tanggung jawabnya adalah meliputi 8 Kecamatan di wilayah Kabupaten Bangka Selatan.

Penghasil sampah di Kabupaten Bangka Selatan terdiri dari beberapa sumber, yaitu :

Sampah dari daerah Permukiman

Sampah dari daerah Pasar

Sampah dari daerah Pertokoan/ Perdagangan/ Jasa

Sampah dari daerah Kawasan Perkantoran

Besaran timbulan sampah di Kabupaten Bangka Selatan adalah 426,35 m3/hari dan timbulan sampah pada setiap kecamatan adalah sebagai berikut :

Tabel 2-8 Timbulan Sampah

No Kecamatan Timbuan Sampah (m3/hari)

1 Payung 45,50

Sumber: Seksi Kebersihan, DPU Bidang KPK 2016

(24)

Komposisi sampah, mencakup imformasi dan data yang rinci, keterangan yang perlu diketahui untuk mengadakan pemilihan alat dalam melakukan pengelolaan sampah.

Sampah merupakan kesatuan dari banyak komponen yang membentuknya atau biasanya masing-masing disebut komponen penyusun sampah. Umumnya disetiap daerah penyusunan itu dapat dikatakan sama kecuali persentase dalam penyusunan sampahnya.

Tabel 2-9 Komponen dan Jenis Sampah

Komponen Jenis Sampah

1. Organik Daun-daunan, buah-buahan, sayur-sayuran, sisa makanan, kotoran hewan, bangkai binatang dan tulang 2. Kertas Kertas bekas koran, majalah, pembungkus, tissue, karton, kardus, dll

3. Kain Bekas pakaian, konveksi, kapas, dll

4. Karet/Kulit Bekas alas kaki (sandal), ban bekas, kalf, kulit binatang, dll

5. Kayu Kayu bekas peralatan rumah tangga (furtinur), bekas peti kemas, bekas gergaji, ranting, dll 6. Plastik Lembaran plastik bekas pembungkus, alat-alat rumah tangga, PVC, dll

7. Logam Besi, seng, alumuinium, dll

8. Gelas/Kaca Botol bekas, pecahan gelas, cermin, dll 9. Batteray Batteray bekas

10. Lain-lain Batu, pasir, lumpur, tanah, dll

Sumber : Pedoman Teknis Pengelolaan Persampahan, 1989

Komposisi Fisik

Karekter fisik perlu dikenali dari sampah mencakup berat jenis sampah, kandungan moisture (kelembaban), distribusi ukuran dan ukuran partikel, kapasitas lapangan dan porositas dari sampah dipadatkan. Berat jenis di definisikan sebagai berat material sampah per setiap unit volume dan dipengaruhi oleh lokasi geografi, musim dan lama penyimpanan.

Kandungan moisture (kelembaban) dapat diekspresikan dalam 2 cara yaitu dengan metode berat basah, yang paling sering digunakan, dan metode berat kering. Metode berat basah digambarkan sebagai persentase berat basah dari material, sedangkan metode berat kering digambarkan sebagai persentase berat kering dari material.

Ukuran partikel dan distribusi ukuran adalah pertimbangan yang cukup penting dalam melakukan recovery sampah, terutama dengan peralatan mesin seperti screen dan pemisah magnetik. Sedangkan kapasitas lapangan adalah jumlah total moisture (kelembaban), yang dapat berada dalam sampah selama ditarik gaya gravitasi. Kapasitas lapangan sangat penting dalam menentukan formasi leachate yang timbul dari landfill.

(25)

Keterangan mengenai komposisi kimia sampah sangat diperlukan dalam memilih dan mengevaluasi pilihan dan pemanfaatan sampah. Untuk mengetahui komposisi kimia sampah, perlu dilakukan analisa kandungan kimia sampah di laboratorium. Unsur-unsur kimia yang diselidiki tergantung pada alternatif cara pengolahan sampah yang akan di evaluasi. Dari hasil analisa kimia tersebut dapat ditentukan cara pengolahan yang layak.

Secara kimia sampah terdiri dari unsur carbon, Hidrogen, Oksigen, Phospor dan Kalium. Carbon merupakan unsur kimia yang paling banyak terdapat pada sampah dalam bentuk senyawa-senyawa seperti hidrat arang, protein serta lemak. Tingginya kadar Carbon secara langsung menunjukan tingginya nilai kalor dan nilai benda padat mudah menguap, sehingga bagi proses incenerasi dan dekomposisi biologis sampah, besarnya kadar Carbon dalam sampah dapat menguntungkan. Besarnya kadar Carbon juga menunjukan kandungan bahan organik dalam sampah.

Kandungan Phospor dalam sampah cukup besar. Dalam proses incenerasi Phospor akan menguap menjadi gas ke udara. Adapun Kalium merupakan unsur kimia golongan logam, bila dibakar tidak akan menguap ke udara melainkan tetap tinggal dala abu sisa pembakaran. Kalium berguna bagi tanaman untuk pembentukan protein dan karbohidrat juga dapat memperkokoh tubuh tanaman dan buah agar tidak gugur, sehingga Kalium diperhitungkan dalam proses pengomposan.

Kandungan kimia yang prosentasenya sangat kecil adalah Nitrogen, yaitu sekitar 0,5%. Nitrogen sangat mudah menguap ke udara dalam bentuk has NH3 dan N2 bila temperatur cukup panas. Unsur ini memegang peranan penting dalam proses pengomposan sampah, karena merupakan nutrien bagi mikroorganisme proses recovery.

Karakteristik dan komposisi sampah di Kabupaten Bangka Selatan sebagian besar terdiri dari sampah organik seperti umumnya sampah pada daerah perkotaan di Indonesia.

(26)

2.1.11

Sarana Saluran Drainase

Kondisi topografi wilayah Kabupaten Bangka Selatan sebagian besar berombak dan bergelombang (51%), rawa dan bencah/datar (25 %), lembah/datar sampai berombak (20 %) dan berbukit (4 %). Terdapat lebih kurang 12 buah sungai utama, 53 buah sungai sekunder dan 147 buah sungai tersier. Pada umumnya sungai di daerah Kabupaten Bangka Selatan berhulu di daerah perbukitan dan pegunungan dan bermuara di pantai laut. Pada dasarnya Kabupaten Bangka Selatan tidak ada danau alam, hanya ada bekas penambangan bijih timah yang luas dan hingga menjadikannya seperti danau buatan yang disebut kolong. Hampir keseluruhan dari saluran drainase merupakan saluran terbuka baik sungai maupun drainase jalan.

Saat ini seluruh desa/keseluruhan di Kabupaten Bangka Selatan sudah dibangun drainase. Jadi bila dilihat dari aspek cakupan per desa/kelurahan, maka di Kabupaten Bangka sudah mencapai 100 %. Namun bila dilihat lebih mendetail yakni berdasarkan per rumah, tentunya cakupan ini masih sangat kurang. Apalagi bila dilihat konektifitas drainase yang telah dibangun. Dapat dikemukakan bahwa drainase yang ada saat ini masih parsial dan terpisah-pisah dan peta jaringan drainase secara makro belum tersedia.

Bila dilihat dari sisi rumah tangga, hanya berkisar 11,4 % dari rumah tempat tinggal penduduk di wilayah Bangka Selatan mempunyai saluran untuk pembuangan air limbah rumah tangga non tinja. Sedangkan sisanya sebesar 88,6 % tidak memiliki saluran pembuangan air limbah air limbah selain tinja. Dari 11,4 % atau sebanyak 4.381 rumah tempat tinggal yang memiliki SPAL tersebut, 9,7 % diantaranya berupa dialirkan sungai/kolam/kanal, 4,2 % dialirkan ke drainase jalan/kebun/halaman, 25,7 % dialirkan ke saluran terbuka, 19,4 % dialirkan ke saluran tertutup dan 6,9 % dialirkan ke lubang galian.

Secara keseluruhan sistem sanitasi pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Bangka Selatan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2-10 Sistem Pengolahan Drainase Yang Ada di Kabupaten Bangka Selatan Kelompok

Fungsi Teknologi yang Digunakan Jenis Data Sekunder (Perkiraan) Nilai Data Sumber Data

(27)

Pengaliran

Pipa saluran

pembuangan Jumlah 988 rumah tangga EHRA Lubang Galian Jumlah 2.522 rumah tangga EHRA Selokan/Sungai Jumlah 1.461 rumah tangga EHRA

Got Jumlah 3.137 rumah tangga EHRA

Saluran Tertutup Jumlah 1.649 rumah tangga EHRA Jalan/Halaman/kebun Jumlah 433 rumah tangga EHRA Sumber: Pendataan EHRA Kabupaten Bangka Selatan, 2012

2.2

POTENSI KABUPATEN BANGKA SELATAN

Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah Kabupaten Bangka Selatan dapat diidentifikasi wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan produktif, seperti kawasan budidaya pertanian, budidaya perikanan & perikanan tangkap, kawasan industri, perdagangan, pariwisata, dan pertambangan. Adapun potensi-potensi tersebut antara lain:

1. Potensi Pengembangan Wilayah Pertanian

Tanaman Pangan

Pengembangan potensi kawasan tanaman pangan tersebar di seluruh Kecamatan di Wilayah Kabupaten Bangka Selatan dengan luas kurang lebih 15.869,34 hektar yang terdiri dari potensi sawah dan peruntukan tanaman pangan lainnya. Secara kewilayahan, beberapa kecamatan sangat potensial sebagai sentra produksi pertanian, antara lain:

Sentra Produksi Padi (Sawah Dan Ladang)

Kecamatan Toboali (daerah Rias) merupakan sentra produksi padi, sedangkan kecamatan Air Gegas, Simpang Rimba, Pulau Besar dan Payung memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan menjadi sentra produksi beras, guna mendukung kecamatan Toboali dalam program swasembada beras Kabupaten Bangka Selatan.

Sentra Produksi Sayuran Dan Buah-Buahan

Kecamatan Toboali, Simpang Rimba dan Lepar Pongok menghasilkan produksi buah-buahan, sedangkan untuk produksi buah-buahan dihasilkan oleh kecamatan Toboali, Simpang Rimba, Lepar Pongok, Tukak Sadai dan Payung.

Sentra Produksi Palawija

(28)

Berdasarkan data tahun 2013, terjadi peningkatan produksi padi sebesar 21,45 %. Namun pada tahun 2014 produksi padi mengalami penurunan sebesar 50,69 %. Trend ini mengikuti tren menurunnya lahan panen yang diakibatkan kekeringan pada tahun tersebut. Namun pada tahun 2015, produksi padi total meningkat cukup signifikan pada angka 23.014 ton atau naik sebesar 164,35 %. Kenaikan ini seiring dengan meingkatnya luas panen pada tahun 2015.

Tabel 2-11 Luas Panen dan Produksi Padi di Kab. Bangka Selatan Tahun 2013 - 2015.

No Jenis Luas 2013 2014 2015

Panen (Ha) Produksi (Ton) Panen (Ha) Luas Produksi (Ton) Panen (Ha) Luas Produksi (Ton)

1. Persawahan 3.500 15.690 1.814 6.639 4.768 18.966

2. Bukan Persawahan 1.088 2.067 1.015 2.067 2.249 4.048

Jumlah 4.588 17.657 2.829 8.706 7.017 23.014

Sumber : Bangka Selatan Dalam Angka, 2016

Disamping padi, lahan pertanian di Bangka Selatan juga dimanfaatkan untuk produksi jagung, ketela pohon dan ubi jalar. Berbeda dengan tren negatif dari padi, produksi jagung selama tahun 2014 meningkat menjadi 275,45 ton dari 221,0 ton pada 2013. Sementara itu, ketela pohon juga mengalami peningkatan produksi menjadi 1.266,92 ton dan ubi jalar menjadi 534,11 ton. Pada tahun 2015, penurunan produksi terjadi pada ubi jalar sebesar -22,11 %. Hal ini disebabkan oleh luas lahan panen yang ikut menyusut sebesar -24,62 %. Ketela pohon dimungkinkan untuk bertambah, baik luas lahan panen maupun produksi, ini disebabkan adanya pembangunan pabrik tepung tapioca di Pulau Bangka yang berbahan baku ketela pohon.

Tabel 2-12 Luas Panen dan Produksi Jagung, Ketela Pohon dan Ubi Jalar di Kab. Bangka Selatan Tahun 2013 - 2015.

No Jenis Luas 2013 2014 2015

Panen (Ha) Produksi (Ton) Panen (Ha) Luas Produksi (Ton) Panen (Ha) Luas Produksi (Ton)

1. Jagung 48 221 96,75 275,45 95 302

2. Ketela Pohon 65 943 76 1.266,92 80 1.456

3. Ubi Jalar 40 340 65 534,11 49 416,5

(29)

Perkebunan

Potensi pengembangan kawasan perkebunan juga tersebar di seluruh kecamatan di wilayah Kabupaten Bangka Selatan. Peruntukkan kawasan perkebunan dalam tata ruang wilayah Bangka Selatan memiliki luas kurang lebih 126.634,88 ha. Luasan ini sebesar 35,1 % dari luas wilayah Kabupaten Bangka Selatan. Perkebunan sendiri merupakan sektor basis utama ekonomi penduduk Bangka Selatan sampai saat ini mengingat 44,3 % rumah tangga bermata pencarian di sektor pertanian.

Tabel 2-13 Luas Lahan dan Produksi Perkebunan Rakyat di Kab. Bangka Selatan Tahun 2013 - 2015

No Jenis Luas 2013 2014 2015

Panen (Ha) Produksi (Ton) Panen (Ha) Luas Produksi (Ton) Panen (Ha) Luas Produksi (Ton)

1. Lada 21.678 17.153 22.723 17.227 23.368 21.919

2. Karet 21.059 22.303 22.179 22.303 22.191 15.684

3. Kelapa Sawit 19.552 96.031 20.223 135.530 20.415 166.749 Sumber : Bangka Selatan Dalam Angka, 2016

Lada sebagai salah satu produk unggulan Kabupaten Bangka Selatan memiliki nilai ekspor sebesar Rp. 23.120.000.000 atau equivalen dengan 136.100 Kilogram. Tentu nilai maupun jumlah ekspor dapat ditingkatkan jika produksi dari lada tersebut tidak didistribusi melalui kota ataupun kabupaten lain. Ini memungkinkan jika Pelabuhan Sadai menjadi pelabuhan yang memfasilitasi ekspor lada.

Kecamatan-kecamatan yang menjadi sentra produksi perkebunan, antara lain :

Sentra Produksi Lada

Kecamatan Air Gegas merupakan daerah dengan produksi lada tertinggi dari kecamatan yang lain, sedangkan kecamatan Toboali, Payung, Simpang Rimba dan Tukak Sadai dapat dikembangkan sebagai wilayah pendukung produksi lada.

Sentra Produksi Karet

Kecamatan Tukak Sadai, Air Gegas dan Payung merupakan sentra produksi Karet, sedangkan Kecamatan Toboali, Pulau Besar dan Simpang Rimba dapat dikembangkan sebagai wilayah pendukung produksi karet.

(30)

Kecamatan Simpang Rimba dan Pulau Besar merupakan sentra produksi Kelapa Sawit, sedangkan Kecamatan Air Gegas, Tukak Sadai, Toboali, dan Lepar Pongok dapat dikembangkan sebagai wilayah pendukung produksi Kelapa Sawit.

Sentra Produksi Kelapa

Kecamatan Lepar Pongok merupakan sentra produksi Kelapa, sedangkan Kecamatan Pulau besar dan Toboali dapat dikembangkan sebagai wilayah pendukung produksi Kelapa.

Potensi Pengembangan Kawasan Perikanan

Pengembangan potensi perikanan di Kabupaten Bangka Selatan dilakukan dengan pendekatan konsep minapolitan. Tujuan nya agar nilai tambah produk perikanan semakin meningkat yang pada akhirnya dapat semakin mensejahterakan nelayan.

Pengembangan kawasan perikanan pada dasarnya terbagi menjadi kawasan perikanan tangkap, perikanan budidaya dan kawasan pengolahan hasil perikanan. Kawasan perikanan tangkap tersebar di seluruh perairan laut di wilayah Kabupaten Bangka Selatan, yaitu di Kecamatan Toboali, Simpang Rimba, Airgegas, Lepar Pongok, Pulau Besar, Tukak Sadai, dan Kepulauan Pongok. Kawasan perairan laut wilayah Bangka Selatan memiliki luasan ± 1.064.000 Ha.

Pada kurun waktu tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, produksi perikanan laut Kabupaten Bangka Selatan berfluktuasi dari tahun ke tahun. Tahun 2011 merupakan tahun dengan produksi paling rendah jika dibanding tahun berikutnya yang meningkat pada angka 18,79 % pada tahun 2012. Produksi perikanan laut memiliki trend positip sampai dengan tahun 2013 yang tumbuh sebesar 0,54 % jika dibanding tahun sebelumnya. Namun trend positip ini terkoreksi dengan menurunnya produksi pada tahun 2013. Penurunan sebesar -12,24 % merupakan penurunan yang sangat signifikan dan ekuivalen dengan penurunan sebesar 5.504,13 Ton.

(31)

Tabel 2-14 Produksi Perikanan Laut di Kab. Bangka Selatan Tahun 2011 - 2015

Tahun Produksi (Ton) Pertumbuhan (%)

2011 37.656,30 -

2012 44.733,12 18,79

2013 44.975,30 0,54

2014 39.471,17 -12,24

2015 40.133,52 1,68

Sumber : Bangka Selatan Dalam Angka 2015 dan SIPD 2016

Selain kawasan perikanan tangkap, Kabupaten Bangka Selatan juga memiliki potensi pengembangan budidaya perikanan. Kawasan ini tersebar disemua kecamatan di seluruh wilayah kabupaten.

Pengembangan kawasan perikanan didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana pengembangan kawasan perikanan, antara lain adalah pelabuhan perikanan.

Tabel 2-15 Pelabuhan Perikanan di Kab. Bangka Selatan Tahun 2011 - 2031

No Kecamatan Ketersediaan Pelabuhan

1. Toboali PPI Toboali TPI Toboali

2. Tukak Sadai PPI Sadai

3. Simpang Rimba PPI Permis

TPI Bangka Kota 4. Lepar Pongok PPI Tanjung Sangkar 5. Kepulauan Pongok TPI Pulau Pongok PPI Pulau Pongok

Jumlah 8 Unit

Sumber : RTRW Bangka Selatan, 2014 - 2034

Potensi Pengembangan Pariwisata

Potensi kawasan pariwisata diwilayah Kabupaten Bangka Selatan meliputi:

Wisata Budaya Ritual Buang Jung terletak di Desa Kumbung & Tj. Sangkar, Kecamatan

(32)

Wisata Alam/Tirta terletak di Air Panas Nyelanding dan Air Terjun Bukit Pading di

Kecamatan Airgegas, Air Panas Permis dan Bukit Nenek di Kecamatan Simpang Rimba, Batu Sumber Air terletak di Desa Penutuk Kecamatan Lepar Pongok;

Wisata Bahari terletak di Pantai Gunung Namak, Pantai Kubu, Pantai Batu Perahu,

Pantai Tanjung Labun dan Pantai Batu Ampar Kecamatan Toboali, Pantai Batu Bedaun dan Pantai Sebagin di Kecamatan Simpang Rimba, Pantai Batu Tambun, Terumbu Karang Pulau Celagen, Pulau Salma dan pulau-pulau sekitarnya, dan Pantai Celagen di Kecamatan Kepulauan Pongok, Pantai Tanjung Tiris, Pulau Tinggi dan pulau-pulau sekitarnya, dan Pantai Kumbung di Kecamatan Lepar Pongok, Pantai Tanjung Kemirai dan Pantai Tanjung Kerasak di Kecamatan Tukak Sadai dan Pantai Batu Betumpang di Kecamatan Pulau Besar;

Wisata Sejarah terletak di Benteng Toboali, Gedung Nasional Suhaili Toha, Wisma

Samudra Toboali dan Kelenteng Dewi Sin Mu di Kecamatan Toboali, Benda sejarah Pergam di Kecamatan Airgegas, Makam Krio Panting di Kecamatan Payung, Mercusuar Willem II di Kecamatan Pulau Besar, Makam Karang Panjang, Makam jati sari, Makam Ratu Bagus di Kecamatan Simpang Rimba, Benteng Penutuk di Kecamatan Lepar Pongok;

Wisata Agro/Perkebunan terletak di Perkebunan Nanas Desa Bikang dan Perkebunan

Jeruk di Desa Serdang Kecamatan Toboali, Perkebunan Salak di Desa Panca Tunggal Kecamatan Pulau Besar, Perkebunan Lada di Desa Delas Kecamatan Airgegas.

Potensi Pengembangan Kawasan Industri

Sebagai Kabupaten yang memiliki pulau-pulau kecil yang cukup banyak dan pada umumnya membentuk suatu gugusan pulau-pulau yang dikelilingi perairan terumbu karang dan dasar perairan dan pantai berpasir putih, kawasan padang lamun pada beberapa pulau-pulau kecil serta kondisi arus dan gelombang yang relatif tenang merupakan sumber daya ekonomi potensial yang perlu mendapatkan perhatian, khususnya untuk kegiatan perikanan budidaya.

(33)

ikan hias, kerang mutiara dan teripang. Selain itu, kawasan ini juga memberikan jasa-jasa lingkungan yang tinggi nilai ekonomisnya dan sekaligus sebagai kawasan wisata bahari.

Untuk menunjang pelaksanaan Investasi di Bangka Selatan, Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan telah menyiapkan kawasan perindustrian khusus. Kawasan tersebut adalah Kawasan Industri Sadai dan Sekitarnya (KISS). Kawasan tersebut telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bangka Selatan. KIS memiliki luas wilayah ± 3.086 Ha dan terletak di Kecamatan Tukak Sadai. Saat ini sudah terdapat industri yang beroperasi di KISS.

Beberapa peluang investasi yang ditawarkan kepada investor antara lain :

industri galangan kapal

Industri Pengolahan dan pengemasan hasil perikanan tangkap, perikanan budidaya

dan rumput laut untuk menjadi berbagai macam produk seperti fillet, surimi, ikan beku, ikan asap, abon, dendeng, ikan asin, terasi, minyak ikan, makanan ternak, gelatin

Industri Jasa

Industri Pariwisata terutama wisata bahari

Pembangunan PLTU atau Pembangkit Listrik lainnya

Budidaya Rumput Laut

2.3

DEMOGRAFI

2.3.1

Perkembangan Jumlah Penduduk dan KK

(34)

Tabel 2-16 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2012-2016

2.3.2

Jumlah Penduduk Miskin dan Persebaran Penduduk

Distribusi penduduk berdasarkan klasifikasi kemiskinan di Kabupaten Bangka Selatan sekitar 5 % dari keseluruhan jumlah rumah yang ada di kabupaten ini tergolong kedalam kategori hampir miskin. Sedangkan kategori sangat miskin dan miskin hanya 1 % dari keseluruhan jumlah rumah yang tersebar di Kabupaten Bangka Selatan. Distribusi sebarannya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2-17 Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2012

(35)

Tabel 2-18 Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2018-2022 No Kecamatan 2018 2019 Tahun 2020 2021 2022

1 Payung 21.042 21.262 21.482 21.702 21.923 2 Pulau Besar 8.260 8.188 8.116 8.045 7.973 3 Simpang Rimba 23.741 23.950 24.158 24.366 24.574 4 Toboali 78.503 80.296 82.089 83.882 85.674 5 Tukak Sadai 12.692 13.081 13.470 13.858 14.247 6 Air Gegas 44.126 45.081 46.037 46.993 47.949 7 Lepar Pongok 7.732 7.818 7.904 7.990 8.076 8 Kepulauan Pongok 4.677 4.647 4.617 4.587 4.558 JUMLAH 200.773 204.323 207.873 211.424 214.974 Sumber : Hasil Analisis, 2017

2.4

Isu Strategis Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

Untuk mendukung keberlanjutan permukiman, kualitas lingkungan secara keseluruhan dari segi fungsional, lingkungan dan visual wujud lingkungan harus dapat terjaga sesuai dengan karakteristik dan dinamika sosial, ekonomi, dan lingkungan setempat serta dampak kesalingterkaitannya dengan kawasan disekitarnya pada skala yang lebih luas. Pada kawasan permukiman kumuh, upaya peningkatan kualitas tidak dapat dilakukan hanya terbatas pada aspek fisik lingkungannya, seperti pengadaan dan perbaikan prasarana dan sarana dasar kawasan permukiman, tetapi harus secara komprehensif didasari konsep tridaya, yaitu secara menyeluruh disamping kegiatan utamanya memperbaiki lingkungan, perumahan dan pendayagunaan prasarana serta sarana lingkungan secara konstekstual, juga harus dapat secara seimbang menampung kebutuhan pengembangan sistem sosial masyarakat dan pemberdayaan ekonomi lokal masyarakatnya.

Berbagai isu strategis yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah:

1) Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

2) Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah tangga kumuh perkotaan.

(36)

4) Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.

5) Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.

6) Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan kawasan permukiman.

7) Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.

8) Faktor keselamatan bangunan gedung belum diperhatikan dari sebagian masyarakat sehingga sering dijumpai bangunan gedung yang tidak tertata, kepadatan bangunan tinggi dan faktor keteledoran manusia seringkali menjadi penyebab terjadinya musibah kebakaran. Pada kawasan pusat kota dan pusat perdagangan terjadi gejala degradasi fungsi, peranan dan kualitas kawasan sehingga mengakibatkan alih fungsi lahan pada kawasan-kawasan tersebut.

9) Tingginya perkembangan kebutuhan perumahan dan permukiman di perkotaan membawa dampak tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh di wilayah Kabupaten Bangka Selatan. Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan akan lahan dan ruang untuk tempat tinggal semakin meningkat seiring dengan lahan dan ruang di perkotaan semakin terbatas dan kecenderungan warga masyarakat yang ingin tinggal di dekat pusat-pusat kota. Akibatnya kawasan pusat kota tidak mampu lagi menampung aktivitas warganya yang berdampak pada sistem pelayanan perkotaan, kualitas lingkungan dan masalah sosial yang semakin kompleks.

10) Munculnya slum area dikawasan bantaran sungai, pesisir pantai permukiman, permukiman di lereng bukit. Hal ini disebabkan akibat dari keterbatasan lahan dan kebutuhan faktor ekonomi masyarakat.

(37)

degradasi fungsi, peranan dan kualitas kawasan sehingga mengakibatkan alih fungsi lahan pada kawasan-kawasan tersebut.

12) Tingginya perkembangan kebutuhan perumahan dan permukiman di perkotaan membawa dampak tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh di wilayah Kabupaten Bangka Selatan. Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan akan lahan dan ruang untuk tempat tinggal semakin meningkat seiring dengan lahan dan ruang di perkotaan semakin terbatas dan kecenderungan warga masyarakat yang ingin tinggal di dekat pusat-pusat kota. Akibatnya kawasan pusat kota tidak mampu lagi menampung aktivitas warganya yang berdampak pada sistem pelayanan perkotaan, kualitas lingkungan dan masalah sosial yang semakin kompleks.

Tabel 2-19 Isu-Isu Strategis di Kabupaten Bangka Selatan

No Isu Strategis Keterangan

1 Munculnya slum area dikawasan bantaran sungai,

pesisir pantai permukiman,permukiman di lereng bukit. Akibat dari ketidaksadaran dan kebutuhan faktor ekonomi masyarakat 2 Belum Terkaitnya Pengembangan Kota dengan

Kota-kota Sekitarnya Pengembangan Kabupaten Bangka Selatan belum terkait langsung dengan pengembangan kota-kota sekitarnya, kurangnya koordinasi pembangunan antar kota dapat berakibat pada terjadinya migrasi penduduk desa ke kota.

3 Pengembangan daerah pesisir  Pencemaran wilayah pesisir

Rendahnya penataan dan penegakan hukum tentang lingkungan

Belum adanya penataan ruang wilayah pesisir

Rendahnya kualitas sumber daya manusia Ancaman intrusi air laut dan langkanya air

bersih

Degradasi habitat wilayah pesisir Potensi dan objek wisata bahari belum

dikembangkan secara optimal

Belum optimalnya pengelolaan perikanan tangkap dan budidaya

4 Terdapat beberapa lokasi tergenang banjir Perkembangan kawasan terbangun akan mengakibatkan air larian yang semakin besar. Belum tertatanya system drainase dan munculnya permukiman kumuh di sempadan sungai dikhawatirkan akan mengakibatkan banjir.

5 Kurangnya RTH Kota Kabupaten Bangka Selatan belum memiliki taman kota yang dapat digunakan oleh seluruh warga kota

6 Penataan Lingkungan Permukiman a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL ;

b. PBL mengatasi frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan ;

(38)

No Isu Strategis Keterangan

menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal ;

d. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal ;

e. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.

Pemenuhan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

7 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah

Negara a. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di kabupaten.

b. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara ;

c. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.

8 Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan

Kemiskinan Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan

Gambar

Tabel 2-1 Luas Wilayah dan Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan
Gambar 2.1 Peta Administrasi Wilayah Bangka Selatan
Tabel 2-2 Kondisi Klimatologi Kabupaten Bangka Selatan
Gambar 2.2 Peta Curah Hujan Wilayah Bangka Selatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dan memberikan pengakuan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang telah dilakukan pada tingkat yang berkelanjutan di tingkat lokal sesuai dengan kondisi wilayah

Bantuan Operasional Kesehatan adalah bantuan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk percepatan pencapaian target program prioritas nasional khususnya MDGs

mendampingi dan memberikan masukan kepada Kelompok Kerja Peru bahan Iklim Kota Palembang dalam penyusunan aksi adaptasi dan aksi mitigasi perubahan iklim

upaya Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam upaya pencapaian target MDGS,sehingga pemerintah Kota Salatiga menyelesaikan RAD Percepatan Pencapaian

Dalam penyelenggaraan Percepatan Penurunan Stunting terdapat 19 Indikator pencapaian target antara dan 72 Indikator Pencapaian Target Pelaksanaan, 5 Pilar Strategi

● Taksonomi Hijau dapat digunakan untuk menentukan proporsi aktivitas yang secara substansial berkontribusi pada tujuan lingkungan (upaya mitigasi dan adaptasi perubahan

Dokumen Rencana Aksi Daerah (RAD) Percepatan Pencapaian Target Pembangunan Millenium (MDGs) Provinsi Gorontalo tahun 2011-2015 merupakan salah satu bentuk dukungan riil

Penelitian yang berjudul “Strategi Pengelolaan Hutan Mangrove Berkelanjutan Untuk Mitigasi dan Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim Di Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan” yang merupakan