• Tidak ada hasil yang ditemukan

siswa dituntut mampu untuk membayangkan bagaimana proses serah terima elektron, pelepasan, dan pengikatan oksigen dari spesi satu ke spesi yang lain

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "siswa dituntut mampu untuk membayangkan bagaimana proses serah terima elektron, pelepasan, dan pengikatan oksigen dari spesi satu ke spesi yang lain"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD BERBANTUAN CATATAN TULIS DAN SUSUN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI PERKEMBANGAN KONSEP REAKSI

REDOKS KELAS X MAN MALANG 1 Noni Asmarisa, Aman Santoso dan Hayuni Retno. W

Universitas Negeri Malang Email: noniedio@ymail.com

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran dan prestasi belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran STAD berbantuan Catatan Tulis dan Susun pada materi perkembangan konsep reaksi redoks.Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental semu (quasy experimental design). Populasi penelitian adalah semua siswa kelas X MAN Malang 1 tahun ajaran 2012/2013. Pengambilansampel dilakukan dengan teknik random sederhana dengan undian kelas, sehingga terpilih dua kelas yaitu siswa kelas XB sebagai kelas kontrol l dan XC sebagai kelas eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan (1) Keterlaksanaan model pembelajaran STAD berbantuan Catatan Tulis dan Susun berlangsung baik dengan nilai rata-rata keterlaksanaan 88,63%. (2) Terdapat perbedaan prestasi belajar siswa antara kelas kontrol dan eksperimen dimana nilai rata-rata kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran STAD berbantuan Catatan Tulis dan Susun (83,31) lebih tinggi daripada kelas kontrol yang dibelajarkan secara Konvensional (69,37) di dukung dengan taraf signikansi sebesar 0,000.

ABSTRACT: The purposes of the study were (1) knowing the implementation of STAD by using write and arrange notes for teaching redox reaction concept to the tenth graders of MAN Malang 1, (2) knowing the difference of students’ achievement between those who were taught with STAD by using write and arrange notes and those who were taught with conventional teaching model. The design of the study was quasy-experimental design which was used to know the students’ achievement and describe the implementation of the STAD cooperative learning model by using write and arrange notes. The population of the study was all of the tenth graders of MAN Malang 1 in 2012/2013. The sample was taken by using random sampling technique so that it was decided that the sample was XB as the control class who was taught with conventional teaching method and XC as the experiment class who was taught with STAD by using write and arrange notes. The result showed that (1) the implementation of the STAD model by using write and arrange notes 88.63% ran well, (2) there was a difference between control class and experimental class, in which the experimental class got higher score (83.31) than control class (69.37) with 0.000 significant level.

Kata-kata Kunci: STAD, Catatan Tulis dan Susun, prestasi belajar, reaksi redoks

Ilmu kimia adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dipahami oleh siswa. Kean dan Middlecamp (1985:5) mengemukakan bahwa ilmu kimia merupakan cabang sains yang mempunyai tingkat kesulitan cukup tinggi yang disebabkan oleh karakteristik ilmu kimia itu sendiri, yaitu (1) sebagian besar konsep-konsep kimia bersifat abstrak, (2) konsep-konsep kimia merupakan penyederhanaan dari yang sebenarnya, (3) konsep dalam ilmu kimia saling berkaitan dan urutannya berjenjang, (4) konsep yang dipelajari tidak hanya memecahkan soal, dan (5) bahan/materi yang dipelajari dalam ilmu kimia sangat banyak.

Materi kimia di SMA atau MA kelas X semester II salah satunya adalah materi redoks yang mengandung konsep abstrak dan matematis. Beberapa konsep abstrak dalam materi reaksi redoks diantaranya adalah serah terima elektron, pelepasan dan pengikatan oksigen, sedangkan konsep matematisnya adalah perubahan bilangan oksidasi. Materi serah terima elektron, pelepasan, dan pengikatan oksigen bersifat abstrak karena saat belajar tentang materi tersebut

(2)

siswa dituntut mampu untuk membayangkan bagaimana proses serah terima elektron, pelepasan, dan pengikatan oksigen dari spesi satu ke spesi yang lain dapat terjadi. Sedangkan materi perubahan bilangan oksidasi bersifat matematis karena saat belajar tentang materi ini siswa dituntut untuk menghitung bilangan oksidasi dari masing-masing atom dalam senyawa yang terlibat dalam reaksi sehingga dapat diketahui perubahan bilangan oksidasinya .Sifat materi yang berupa konsep abstrak dan matematis tersebut akan menyebabkan kesulitan siswa dalam memahami materi dan menimbulkan kecenderungan untuk hafalan rumus. Oleh karena itu, diperlukan strategi pembelajaran yang dapat mempermudah untuk mempelajari ilmu kimia terutama materi reaksi redoks.

Berdasarkan karakteristik dari materi perkembangan konsep reaksi redoks, maka diperlukan salah satu model pembelajaran yang didasarkan pada pendekatan konstruktivistik, salah satu diantaranya yaitu pembelajaran kooperatif. Slavin (2005:33) mengemukakan tujuan yang paling penting dari pembelajaran

kooperatif adalah memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman. Slavin (2008:38) juga mengemukakan bahwa dengan pembelajaran kooperatif, tiap siswa akan saling membelajarkan karena dalam diskusi yang mereka lakukan akan timbul konflik kognitif, perbedaan ide, sehingga membuat kualitas pemahaman siswa semakin tinggi dan kesulitan dalam memahami kimia bisa diminimalisir.

Sebuah pembelajaran harus terjadi interaksi timbal balik antara guru dan siswa karena penerapan suatu model pembelajaran oleh guru juga harus diikuti dengan peran aktif siswa. Salah satu peran aktif siswa adalah mencatat hal-hal yang dianggap penting. Tujuan mencatat bukan untuk membantu otak mengingat, tetapi membantu untuk mengingat apa yang telah diingat oleh otak (DePorter, 2011:146). Sebagian besar siswa masih menggunakan format outline dalam membuat catatan. Format outline merupakan teknik yang lazim digunakan dalam membuat catatan dengan pola memanjang ke bawah mengikuti alur garis pada kertas. Hal ini juga mempersulit memasukkan materi sejenis pada baris yang sama karena tidak ada lagi ruang. Catatan dengan format tersebut mempersulit

seseorang untuk mendapatkan gambaran dan melihat kaitan-kaitan antara gagasan. Lebih jauh lagi, mengulang catatan dalam bentuk outline adalah hal yang

membosankan (DePorter, 2011:148).

Untuk memaksimalkan dalam pembuatan catatan diperlukan teknik mencatat yang dapat secara keseluruhan, membantu untuk peninjauan kembali secara lebih efektif, serta untuk mengingat secara lebih akurat. Mind-mapping, peta konsep, akrostik, dan catatan tilis dan susun merupakan contoh teknik mencatat yang efektif . Catatan tulis dan susun merupakan salah satunya. Teknik catatan tulis dan susun berasal dari kata tulis yaitu penulisan catatan yang berarti mendengarkan apa yang disampaikan guru atau orang lain seraya menuliskan poin-poin utamanya, sedangkan susun yaitu penyusunan catatan yang berarti menuliskan pemikiran dan kesan yang muncul pada diri pribadi yang sedang disampaikan guru atau orang lain (DePorter, 2011:160). Pembuatan catatan tulis dan susun dapat ditambahkan grafik yang berupa simbol, gambar, dan perangkat grafis lain, sehingga dapat memberikan kesan yang lebih dalam daripada catatan dalam format outline dan membantu kita untuk mengingat detail-detail tentang konsep-konsep utama serta ketertaitannya. Ketika siswa mengulas kembali

(3)

catatannya, simbol-simbol itu memicu pikiran siswa untuk mengingat apa yang dikatakan guru dan juga menghidupkankembali apa yang siswa pikirkan saat itu.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Retno (2012) menunjukkan bahwa penerapan catatan tulis dan susun mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII di SMP 1 Mojokerto. Pada penelitian yang dilakukan oleh Indri (2012) menunjukkan bahwa penerapan catatan tulis dan susun dapat dijadikan salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMAN 2 Majalengka. Namun penerapan catatan tulis dan susun pada SMAN 2 Majalengka memiliki kendala pada saat peserta didik menerapkan pembuatan catatan tulis dan susun dalam pembelajaran di kelas. Hal ini dikarenakan peserta didik masih asing dan bingung terhadap pembuatan bentuk tulis dan susun, sehingga guru harus lebih berinteraksi dan mengintruksikan bentuk catatan tulis dan susun. Proses mengintruksi bentuk catatan tulis dan sususn pada siswa, dapat dilakukan guru dengan mengkontruksikan pemikiran siswa melalui model

pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran yang dapat mengkontruksi pemikiran siswa dan meningkatkan kerjasama siswa dengan teman adalah model pembelajaran STAD. Penerapan model STAD yang dikombinasikan dengan penyusunan catatan tulis dan susun akan meminimalisir kesulitan siswa dalam membuat catatan tulis dan susun.

Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti selama

berlangsungnya kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) Kimia semester 8 proses pembelajaran disekolah umumnya masih didominasi oleh guru. Siswa kurang dilibatkan secara maksimal dengan pembelajaran yang bersifat konvensional. Menurut Slavin (2009:40) salah satu sasaran sekolah ialah

meningkatkan kemampuan siswa berpikiran kritis. Hal ini menjadi dasar peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe student teams-achievement divisions (STAD).

Model pembelajaran STAD adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru (Slavin, 2005 : 12). Model pembelajaran STAD efektif dalam proses belajar mengajar hal ini ditunjukkan dengan adanya tugas kelompok diharapkan dapat memacu siswa untuk bekerja sama, saling membantu satu sama lain dalam mengintegrasikan pengetahuan-pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya karena dapat membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif siswa serta dapat membantu siswa dalam meningkatkan pembelajaran akademis mereka. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STAD siswa dapat menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Setelah siswa saling berinteraksi dalam kelompok alangkah baiknya jika

diimbangi dengan mencatat supaya memudahkan siswa untuk belajar. Slavin (2005:38) mengatakan bahwa menulis rangkuman atau ringkasan dari pelajaran adalah pelajaran tambahan yang lebih baik daripada sekedar menyalin catatan. Beberapa penelitian menunjukkan penerapan model pembelajaran STAD berbantuan model pembelajaran lain atau media mampu meningkatkan prestasi belajar atau hasil belajar siswa.(1) Penelitian yang telah dilakukan oleh Dewi (2011) menunjukkan bahwa penggunaan model perpaduan STAD-Peta konsep dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, (2) penelitian yang dilakukan oleh Tuti

(4)

(2011) menunjukan bahwa hasil belajar kimia pada pembelajaran kooperatif tipe STAD-NHT memberikan hasil yang baik.

Sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, maka dalam penelitian ini peneliti mencoba menerapkan teknik mencatat catatan tulis dan susun dalam model pembelajaran kooperatif STAD. Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan maka peneliti ingin mengetahui “Pengaruh Penerapan Model

Pembelajaran STAD berbantuan Catatan Tulis dan Susun terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X MAN 1 Malang pada Materi Perkembangan Konsep Reaksi Redoks”.

METODE

Penelitian yang telah dilakukan menggunakan rancangan penelitian eksperimental semu dengan model post-test only control group design Penentuan kelas eksperimen dan kontrol dilakukan dengan cara undian kelas. Pada kelas kontrol dibeljarkan secara konvensional dan pada kelas eksperimen dibelajarkan dengan model pembelajaran STAD berbantuan Catatan Tulis dan Susun.

Variabel bebas dalam penelitian yang dilakukan adalah pembelajaran model STAD berbantuan Catatan Tulis dan Susun pada kelas eksperimen. Variabel terikat dalam penelitian yang dilakukan adalah prestasi belajar siswa. Variabel yang di kontrol adalah materi pembelajaran redoks.

Tabel 1 Rancangan Penelitian Model Post-Test Only Control Group Design

Subyek Perlakuan Post test

Kelas eksperimen Kelas kontrol X1 X2 O1 O2 Keterangan:

X1 : Pemberian perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif STAD berbantuan Catatan Tulis dan Susun

X2 : Pemberian perlakuan secara Konvensional

O : Observasi (pengukuran) dengan tes prestasi belajar

Populasi pada penelitian yang dilakukan adalah semua siswa kelas X MAN Malang 1 tahun ajaran 2012/2013 yang memiliki kemampuan sama. Sampel penelitian diambil dua kelas siswa kelas X MAN Malang 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pemilihan kelas dilakukan dengan cara undian. Untuk kelas eksperimen adalah siswa kelas XC sebanyak 29 siswa sedangkan kelas kontrol adalah siswa kelas X-D sebanyak 29 siswa.

Intrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu instrumen perlakuan meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kegiatan diskusi, handout, dan instrumen pengukuran meliputi tes, lembar observasi, serta kuis. Tes berisi soal-soal yang digunakan untuk mengukur aspek kognitif siswa. Sebelum digunakan untuk pengambilan data, soal tes divalidasi dan dianalisis

(5)

terlebih dahulu. Hasil uji coba selanjutnya dianalisis untuk mengetahui validitas, tingkat kesukaran, daya beda, dan reliabilitas.

Hasil uji validitas dari 25 soal menunjukkan bahwa 9 soal memiliki validitas yang baik dan 16 soal memiliki validitas yang sangat baik. Uji reliabilitas soal diperoleh nilai sebesar 0,887 dan dikategorikan sangat tinggi. Hasil uji daya beda butir soal menunjukkan 3 soal kriteria jelek yang tetap digunakan dan diperbaiki, 8 soal tergolong cukup, dan 9 soal tergolong baik. Uji tingkat kesukaran butir soal menunjukkan 13 butir soal dengan kriteria mudah, 11 butir soal dengan kriteria sedang, dan 1 soal kriteria sukar.

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap

pengambilan data. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengumpulkan data yaitu (1) mengurus surat ijin penelitian ke pihak sekolah yang terkait, (2) menentukan sampel penelitian, (3) memberi perlakuan pembelajaran kooperatif STAD berbantuan Catatan Tulis dan Susun kelas eksperimen ,(5) melaksanakan tes untuk mengetahui prestasi belajar siswa yang dilakukan pada akhir bahasan perkembangan konsep reaksi redoks.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pembelajaran materi perkembangan konsep reaksi redoks dilaksanakan 3 kali. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan dua model yang berbeda. Model pembelajaran STAD berbantuan Catatan Tulis dan Susun untuk kelas eksperimen dan Konvensional untuk kelas kelas kontrol. Keterlaksanaan proses pembelajaran dengan model pembelajaran STAD berbantuan Catatan Tulis dan Susun maupun yang dibelajarkan secara Konvensional diamati setiap kali pertemuan oleh seorang observer selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan keterlaksanaan proses pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Data keterlaksanaan proses pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP)

Keterlaksanaan proses pembelajaran

Kelas kontrol Kelas eksperimen

Pertama 80,0 82,6

Kedua 86,0 87,5

Ketiga 93,00 95,8

Rata-rata 86,33 88,63

Keterlaksanaan pembelajaran secara umum berlangsung dengan baik di kedua kelas tersebut. Keterlaksanaan proses pembelajaran antara kelas kontrol dan eksperimen pada Tabel 2 jika digambarkan menggunakan grafik dapat dilihat pada Gambar 1.

(6)

Gambar 1 Grafik Nilai Keterlaksanaan Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Seperti terlihat pada Gambar 1 bahwa keterlaksanaan proses pembelajaran mengalami peningkatan. Peningkatan keterlaksanaan proses pembelajaran dipengaruhi oleh managemen waktu yang lebih baik dan didukung dengan situasi kelas yang lebih kondusif, sehingga pesan yang disampaikan kepada siswa dapat diterima secara utuh. Berdasarkan data diperoleh rata-rata pada kelas eksperimen sebesar 88,63% dan pada kelas kontrol sebesar 86,33%. Perbedaan rata-rata nilai keterlaksanaan pada kelas kontrol dan eksperimen dikarenakan adanya faktor penghambat seperti perlunya adaptasi terhadap kesesuaian langkah-langkah pembelajaran model STAD berbantuan Catatan Tulis dan Susun, keterbatasan waktu, serta adanya siswa yang tidak fokus dalam pembelajaran yang menyebabkan kelas menjadi kurang kondusif.

Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Awal Siswa

Data kemampuan siswa diperoleh dari nilai ulangan harian sebelumnya yaitu materi Elektrolit. Deskripsi data kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Deskripsi Data Kemampuan Awal Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Tabel 3 menunjukkan rata-rata nilai kemampuan awal dari kedua kelas yang diambil sebagai sampel. Analisis data kemampuan awal siswa meliputi uji prasyarat dan uji kesamaan dua rata-rata. Uji prasyarat yang dilakukan adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Data hasil uji normalitas kemampuan awal siswa dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Deskripsi Data Kemampuan Awal Siswa

Kelas Uji Kolmogrov-Smirnov

Nilai uji K-S Nilai Signifikansi Kesimpulan Kontrol 0,591 0,876 Normal Eksperimen 0,616 0,842 Normal 80% 86% 93% 82,60% 87,50% 95,80% 70% 80% 90% 100% KBM 1 KBM 2 KBM 3 Kelas kontrol kelas eksperimen

Kelas Jumlah siswa Nilai terendah Nilai tertinggi Rata-rata

Kontrol 29 50,50 94,00 72,6552 Eksperimen 29 49,50 94,00 73,7931 Nilai k eterla k sa n aa n

(7)

Tabel 4 menunjukkan bahwa kemampuan awal siswa mempunyai sebaran yang normal karena nilai signifikansinya >0,05. Data hasil uji homogenitas varian kemampuan awal siswa dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Data Hasil Uji Homogenitas Varian Kemampuan Awal Siswa

Variabel Nilai uji Levene Nilai signifikansi Kesimpulan Kemampuan awal 0,173 0,679 Homogen

Tabel 5 menunjukkan bahwa kemampuan awal siswa mempunyai varian yang homogen karena nilai signifikansinya >0,05. Hasil uji prasyarat analisis menunjukkan bahwa sebaran data kemampuan awal siswa normal dan homogen maka digunakan uji-t untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelas sama atau tidak. Data hasil uji kesamaan dua rata-rata dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Data Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata

Variabel

Rata-rata Uji-t Kesimpulan

Kontrol Eksperimen t Nilai signifikansi Kemampuan awal 72,65 73,79 0,352 0,726 Tidak ada perbedaan kemampuan awal siswa

Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai signifikansinya >0,05 sehingga disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa sama.

Deskripsi dan Analisis Data Prestasi Belajar Siswa

Pada penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk membandingkan prestasi belajar siswa antara kelas kontrol yang dibelajarkan secara Konvesional dan kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan model STAD berbantuan Catatan Tulis dan Susun. Perbedaan prestasi belajar siswa dapat dilihat dari ranah afektif dan kognitif. Ditinjau dari ranah efektif, data nilai afektif siswa diperoleh dari hasil observer yang mengamati siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Data nilai afektif siswa meliputi beberapa aspek yang dinilai antara lain

kehadiran, bertanya, berpendapat atau menyumbangkan ide, jujur, teliti, dan tanggung jawab selama proses pembelajaran. Data hasil niali afektif siswa dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasil Nilai Afektif Siswa

Pertemuan Ke- Rata-rata Nilai Afektif

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Pertama 75,68 80,51

Kedua 76,55 82,24

Ketiga 78,79 85,34

(8)

Tabel 7 menunjukkan bahwa hasil nilai afektif siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Berdasarkan Tabel 7 maka dapat digambarkan diagram rata-rata nilai afektif pada Gambar 2.

Gambar 2 Grafik Rata-rata Nilai Afektif Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui bahwa nilai afektif setiap pertemuan mengalami peningkatan dan nilai rata-rata afektif siswa kelas eksperimen sebesar 82,70 lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol sebesar 77,01. Hal ini dimungkinkan siswa terbiasa berdiskusi pada kelas eksperimen sehingga siswa sudah terbiasa aktif dalam pembelajaran di kelas.

Prestasi belajar juga ditinjau dari nilai kognitif siswa yang diperoleh nilai kuis dan nilai ulangan harian. Prestasi belajar kognitif (nilai kuis) dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Prestasi Belajar Kognitif (Kuis)

Pertemuan Ke- Rata-rata Nilai Kuis

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Pertama 75,72 78,51

Kedua 75,86 80,34

Ketiga 81,72 84,82

Rata-rata 77,76 81,22

Kuis dilaksanakan setiap akhir dari pembelajaran pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol sebagai evaluasi untuk mengetahui pemahaman siswa dalam memahami materi. Tabel 8 menunjukkan bahwa persentase nilai kuis siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Berdasarkan Tabel 8 maka dapat digambarkan diagram rata-rata nilai kuis pada Gambar 3.

Gambar 3 Grafik Rata-rata Nilai Kuis Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui bahwa nilai kuis setiap pertemuan mengalami peningkatan dan rata-rata nilai kuis pada kelas ekperimen sebesar 81,22 dan pada kelas kontrol sebesar 77,76. Hal ini membuktikan bahwa siswa mulai terbiasa pada setiap pembelajaran dilakukan evaluasi yaitu kuis. Selain itu, perbedaan nilai rata-rata kuis yang tidak signifikan dari kedua kelas ini juga

75,68 76,55 78,79 80,51 82,24 82,7 70 75 80 85

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen 75,72 75,86 81,72 78,51 80,34 84,82 70 75 80 85 90

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Nilai a fe k ti f Nilai k u is

(9)

dipengaruhi oleh model pembelajaran. Siswa yang dibelajarkan dengan STAD berbantuan Catatan Tulis dan Susun mampu memberikan atau menjelaskan argumen sesuai dengan tugas masing-masing dalam memecahkan masalah dan menjelaskan kepada temannya apabila tidak mampu memecahkan masalah sehingga siswa benar-benar menguasai materi. Sedangkan siswa yang

dibelajarkan secara konvensional lebih cenderung individu untuk memahami materi. Dengan adanya perbedaan nilai rata-rata antara kedua kelas dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa pada kelas eksperimen lebih baik

dibandingkan kelas kontrol. Data prestasi belajar kognitif yang didasarkan pada nilai ulangan harian siswa dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Hasil Belajar Kognitif (Ulangan Harian)

Jumlah Siswa Nilai terendah Nilai tertinggi Rata-rata

Kontrol 29 44,00 88,00 69,37

Eksperimen 29 66,00 96,00 83,31

Tabel 9 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada hasil belajar siswa kelas kontrol. Untuk melihat perbedaan prestasi belajar siswa secara signifikan maka dilakukakan uji prasyarat analisis

pengolahan data yang meliputi uji normalitas, uji homogenitas, kemudian

dilakukakan uji-t menggunakan bantuan program SPSS.16.for Windows pada nilai ulangan harian siswa. Data hasil uji normalitas hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Data Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Siswa

Kelas

Uji Kolmogrof-Smirnov

Nilai uji K-S Nilai

Signifikansi Kesimpulan Kontrol 0,621 0,835 Normal Eksperimen 0,809 0,530 Normal

Berdasarkan Tabel 10 uji normalitas prestasi belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol memiliki nilai signifikasi sebesar 0,530 dan 0,835. Berdasarkan analisa Uji Kolmogorov-Smirnov, data terdistribusi normal jika nilai signifikansinya > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol terdistribusi normal.

Uji prasyarat analisis selanjutnya adalah uji homogenitas. Data hasil uji homogenitas varian hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Data Hasil Uji Homogenitas Varian Hasil Belajar

Variabel Nila F uji

Levene

Nilai

Signifikansi Kesimpulan

(10)

Tabel 11 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mempunyai varian yang sama karena nilai Fhitung (0,034) < Ftabel (2,380) dan nilai signifikansinya >0,05. Hasil

uji prasyarat analisis menunjukkan bahwa sebaran data hasil belajar siswa normal dan homogen maka digunakan uji-t untuk menguji hipotesis. Data hasil uji hipotesis dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Data Hasil Uji Hipotesis

Rata-rata

Uji-t Kesimpulan

t Nilai

Signifikansi

Kontrol 69,37 4.909 0,000 Ada perbedaan hasil belajar Eksperimen 83,31 4.909 0,000

Tabel 12 menunjukkan bahwa nilai thitung > ttabel (4,909 > 2,000) dan nilai

signifikansinya <0,05, sehingga disimpulkan terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Perbedaan prestasi belajar siswa pada kelas kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada Tabel 9 bahwa nilai rata-rata prestasi belajar siswa pada kelas kontrol yang dibelajarkan secara Konvensional adalah 64,37 sedangkan kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan model STAD berbantuan Catatan Tulis dan Susun adalah 83,31. Berdasarkan Tabel 9 maka dapat digambarkan diagram nilai rata-rata ulangan harian pada Gambar 4.

Gambar 4 Grafik Nilai Rata-rata Ulangan Harian Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Berdasarkan Gambar 4 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata ulangan harian belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Nilai kognitif siswa pada kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan STAD berbantuan Catatan Tulis dan Susun lebih tinggi, karena dalam pembelajaran ini adalah adanya kelompok dan siswa akan bekerjasama untuk membangun pengetahuan melalui diskusi.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan, maka dapat disimpulkan:

1. Keterlaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran STAD berbantuan Catatan Tulis dan Susun pada materi redoks berlangsung dengan sangat baik

69,3783,31 0 50 100 Kelas Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Nilai Ula n g an Ha rian

(11)

dan sudah sesuai RPP. Keterlaksanaan pembelajaran ditunjukkan dengan persentase yang diberikan observer yaitu 88,63%.

2. Terdapat perbedaan prestasi belajar dimana rata-rata antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran STAD berbantuan Catatan Tulis dan Susun Konvensional (83,31) lebih tinggi daripada kelas kontrol yang

dibelajarkan secara konvensional (69,31) dengan taraf signikansi sebesar 0,000.

Saran

Terdapat beberapa saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan Catatan Tulis dan Susun pada materi perkembangan konsep redoks lebih baik

dibanding menggunakan model pembelajaran konvensional. Kepada guru bidang studi kimia disarankan untuk mencoba menerapkan pembelajaran STAD berbantuan Catatan Tulis dan Susun dalam pembelajaran kimia.

2. Model pembelajaran STAD berbantuan Catatan Tulis dan Susun memerlukan waktu lama untuk menerapkan tahapan-tahapan yang ada dalam model STAD berbantuan Catatan Tulis dan Susun, untuk itu diperlukan manajemen waktu untuk mengelola kelas agar materi yang disampaikan akan diterima secara utuh oleh siswa sehingga kompetensi dasar yang diharapkan dapat tercapai.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

De Porter, Bobbi dan Mike Hernachi. terjemahan Alwiyah Abdurrahman. 2009. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.

Iskandar, S, M. 2011. Pendekatan Pembelajaran Sains Berbasis Konstruktivis. Bayumedia. Malang.

Kean, E & Middlecamp, C. 1985. Panduan Belajar Kimia Dasar. Jakarta : Gramedia

Slavin, R. 2005. Educational Phychology Theory and Prtice. Boston: Allyn and Bacon.

Santoso, Singgih. 2008. Panduan Lengkap Menguasai SPSS 16. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Gambar

Tabel 1 Rancangan Penelitian Model Post-Test Only Control Group Design
Tabel 2 Data keterlaksanaan proses pembelajaran  Rencana
Tabel 3  Deskripsi Data Kemampuan Awal Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Tabel  5  menunjukkan  bahwa  kemampuan  awal  siswa  mempunyai  varian  yang  homogen  karena  nilai  signifikansinya  &gt;0,05
+3

Referensi

Dokumen terkait

1) Hasil analisis konsentrasi spasial berdasarkan jumlah usaha industri kerajinan kayu (ISIC 16) dan industri furnitur (ISIC 31) menunjukkan bahwa di Desa Mancasan,

walaupun secara statistik tidak berbeda nyata namundapat diketahui bahwa faktor tunggal pemberian mikro 4 g/ polybag memberikan berat kering yang lebih baik, hal ini

Kemudian nilai tersebut dimasukkan ke Persamaan (1) untuk mendapatkan ukuran kristal dari sampel. Hasil analisis menunjukkan bahwa ukuran kristal partikel sebesar

Sistem layanan jemput bola merupakan sistem yang sangat bagus dalam memasarkan produk ataupun jasa karena sistem jemput bola merupakan pelayanan yang sangat memanjakan

Penelitian bertujuan untuk menentukan pola penggunaan neuroprotectan pada pasien dengan stroke iskemik serta memeriksa hubungan terapi neuroprotectan terkait dosis,

Dengan demikian kesimpulan yang diperoleh adalah terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran picture and picture terhadap kemampuan menulis karangan

Pengujian Sistem Pakar Mendiagnosa Penyakit Umum yang Sering Diderita Anak dilakukan dengan menggunakan black box testing yang bertujuan untuk fungsi-fungsi

Pola pikir yang sudah maju dan perkembangan zaman menjadi hal yang utama penyebab minat masyarakat terhadap Randai berkurang.Masyarakat bosan melihat Randai yang hanya