1
PENGARUH VARIASI LAMA PENGGERUSAN
DALAM SINTESIS HIDROKSIAPATIT TERSUBSTITUSI Si DENGAN METODE SOLID STATE REACTION
TERHADAP KEKERASAN, BIORESORBABILITAS, DAN BIOAKTIVITAS
Ririn Yuli Windari[1], Dra. Hartatiek, M.Si[2], Drs. Yudyanto, M.Si[3] Universitas Negeri Malang
E-mail: ririnyuli93@gmail.com1, hartatiek.fmipa@um.ac.id2,yudyanto.fmipa@um.ac.id3
ABSTRACT: Hydroxyapatite is one of the calcium phosphate group with low mechanical properties and bioresorbability. This properties can be increased by doing substitution or composite. Until now, hydroxyapatite chosen as a priority biomaterial in implant and ortophedic because it has similar chemical composition with natural bone and good bioactivity.
In this research, silicon substituted hydroxyapatite prepared by solid state reaction method. Variation of milling time (20, 30, and 40 hours) with Si concentration 1,4 wt% chosen to increase mechanical properties of Si substituted hydroxyapatite and hereinafter called Si0,5HA. Some reactant used
in the synthesis, including CaCO3, Ca2P2O7, and SiO2. Characterization of this sample was performed by
XRD, FTIR, SEM, SEM-EDAX, and micro vickers hardness. Also, evaluation in vitro bioresorbability and bioactivity.
The result showed that Si0,5HA was succesfully synthesized with SiO44- ion substituted PO43- and
OH- ions. Match analysis shows that increasing milling time can increase crystal lattice parameters and unit cel volume. Scherer formula also lead crystal grain size of Si0,5HA increases. At micro vickers
hardness test, with increasing milling time, mechanical properties (hardness) of Si0,5HA also increases.
Furthermore, evaluation in vitro bioresorbability and bioactivity of Si0,5HA was doing by soaked sample
in SBF for 6 day, with measurement of calcium release from the sample on 2nd, 4th, and 6th days. As the result of in vitro bioresorbability and bioactivity, Si0,5HA with 20 hours milling time more reborbable and
bioactive than Si0,5HA with 40 hours.
Keywords: hydroxyapatite, silicon substituted hydroxyapatite, bioresorbability, bioactivity, SBF
PENDAHULUAN
Biokeramik, khususnya kelompok kalsium fosfat, sudah banyak digunakan pada bidang ortopedi dan kedokteran gigi sebagai material pengganti tulang (bone substitute) (Herdianto, 2011). Salah satu senyawa kelompok kalsium fosfat yang sering digunakan adalah hidroksiapatit (HA) (Cunniffe et all, 2010) dengan rumus kimia Ca10(PO4)6(OH)2. Alasan
penggunaan hidroksiapatit sebagai bahan pengganti tulang adalah karena
komposisi kimianya yang mirip dengan
fase mineral tulang manusia (Herliansyah dkk, 2011). Menurut Widyastuti dkk (2009) kandungan hidroksiapatit pada tulang manusia adalah sebesar 70%.
Hidroksiapatit merupakan keramik bioaktif yang memiliki sifat biokompabilitas dan bioaktifitas yang baik sehingga sangat baik digunakan untuk pertumbuhan tulang baru dan mampu mempercepat proses regenerasi tulang yang rusak. Namun, jika
2 memiliki kekuatan mekanik (mechanical strength) dan tidak tahan terhadap tekanan. Untuk itu, perlu dibuat suatu material yang mengandung hidroksiapatit dengan kekuatan mekanik setara dengan kekuatan mekanik tulang serta tahan terhadap tekanan (Hutchen, 2004).
Pada hidroksiapatit dimungkinkan terjadi berbagai substitusi, namun
struktur kristalografinya tidak mengalami perubahan. Di dalam struktur
hidroksiapatit, ion OH- dan PO43- dapat
disubstitusi, yaitu oleh ion CO3
2-(karbonat). Substitusi OH- oleh CO3
2-menghasilkan hidroksiapatit karbonasi tipe A, sedangkan substitusi ion PO4
3-menghasilkan hidroksiapatit karbonasi tipe B (de Campos DDP, Bertran CA, 2009). Kedua tipe substitusi dapat juga terjadi bersamaan, menghasilkan
hidroksiapatit karbonasi tipe A/B (Lafon P, Champione E, Bernache Assolant, 2008).
Substitusi silikon terhadap
hidroksiapatit juga sangat memungkinkan untuk dilakukan, mengingat bahwa silikon memainkan peran penting dalam tahap awal tulang rawan dan
pertumbuhan tulang (Nielsen, 2004). Larutan silikon telah terbukti untuk merangsang presipitasi kalsium fosfat spontan (yaitu fase tulang mineral)
(Damen JJM, 1992) dan untuk
meningkatkan kepadatan mineral tulang (Jugdaohsingh, 2007). Hal ini membuat hidroksiapatit tersubstitusi silikon (SiHA) menjadi topik besar yang menarik dalam perbaikan tulang dan gigi. Secara umum, dalam sintesis SiHA, silikon (Si)
dimasukkan ke dalam kisi HA dalam bentuk kelompok silikat yang
menggantikan gugus fosfat. Jumlah Si dapat dimasukkan ke dalam kisi-kisi sebagai substitusi tunggal, tetapi tetap mempertahankan kemurnian fase yang kelihatannya terbatas hingga tingkat 3wt% (Arcos dkk.2004a).
METODE PENELITIAN
Sintesis biomaterial SiHA dilakukan dengan menggunakan metode
solid state reaction. Teknik ini
merupakan teknik sederhana yang biasa disebut teknik kimia kering. Material awal yang digunakan dicampur dengan metode penggerusan, selanjutnya dilakukan sintering suhu tinggi dengan penahanan yang cukup lama. Tujuan dari perlakuan sintering ini adalah untuk memungkinkan terjadinya difusi ionik, sehingga senyawa yang diinginkan dapat terbentuk. Beberapa reaktan yang
digunakan dalam sintesis hidroksiapatit tersubstitusi Si, diantaranya Ca2P2O7,
3 CaCO3, dan SiO2. Senyawa Ca2P2O7
diperoleh dengan memanaskan senyawa CaHPO4 pada suhu 7000C selama 10 jam.
Pada sintesis SiHA, rumus akhir yang diharapkan adalah
Ca10(PO4)5,5(SiO4)0,5(OH)1,5 dengan
variasi lama penggerusan 20, 30, dan 40 jam. Variasi lama penggerusan ini diharapkan dapat meningkatkan sifat mekanik SiHA yang dihasilkan.
Masing-masing sampel yang dihasilkan selanjutnya dikarakterisasi menggunakan XRD, SEM, SEM-EDX, dan vickers hardness. Sifat mekanik yang akan diuji dalam penelitian ini hanya terfokus pada uji kekerasan
menggunakan microvickers hardness. Dari setiap uji, dilakukan perbandingan nilai dari variasi lama penggerusan SiHA.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Si0,5HA
Grafik perbandingan pola difraksi Si0,5HA hasil sintesis dengan metode solid state reaction antara berbagai variasi lama penggerusan ditunjukkan dalam gambar 1.
Gambar 1. Pola Difraksi Sampel Si0,5HA Hasil Sintesis dengan Metode Solid State Reaction
Berdasarkan pola pada gambar 1 terlihat bahwa pola difraksi masing-masing sampel mengalami penyempitan lebar
peak dengan semakin lama waktu penggerusan. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan semakin lama waktu penggerusan, ukuran butir kristal Si0,5HA
semakin meningkat.
Ukuran butir kristal ditentukan melalui persamaan Scherrer yang menghubungkan ukuran butir kristal dengan lebar setengah puncak, posisi 2θ, dan panjang gelombang sumber XRD yang digunakan. Berdasarkan hasil analisis menggunakan aplikasi Originpro 8, diperoleh ukuran butir kristal yang meningkat dengan semakin lama waktu penggerusan sampel. Hal ini dapat terjadi karena semakin lama waktu penggerusan, maka ukuran awal materi sebelum
disinter semakin kecil. Semakin kecilnya ukuran partikel menandakan tingkat homogenitas yang tinggi, dan energi
4 permukaan yang tinggi saat terjadi proses sintering. Hal ini menyebabkan sintering terjadi lebih cepat. sehingga diperoleh ukuran butir kristal yang lebih besar. Ukuran butir kristal paling kecil
diperoleh sebesar 37,99 nm, yaitu untuk sampel dengan lama penggerusan 20 jam, dan paling besar 47,73 nm untuk lama penggerusan 40 jam.
Adanya substitusi Si pada hidroksiapatit tidak merubah srtuktur kristal dari hidroksiapatit. Analisis yang dilakukan dengan aplikasi Match! 2.0
menghasilkan struktur kristal Si0,5HA
adalah hexagonal, sama dengan senyawa hidroksiapatit.
Umumnya, substitusi pada suatu senyawa tidak akan merubah struktur kristal, melainkan hanya merubah parameter kisi saja. Yakoubi, A El et al, (2014) melaporkan bahwa hidroksiapatit tersubstitusi Si memiliki parameter kisi yang lebih besar dibandingkan
hidroksiapatit. Hal ini disebabkan rata-rata panjang ikatan Si-O lebih panjang daripada ikatan P-O. Secara berturut-turut panjang ikatan Si-O dan P-O adalah 1,62 Ǻ dan 1,51 Ǻ, sehingga substitusi SiO44- terhadap PO43- diasumsikan dapat
meningkatkan parameter kisi senyawa SiHA.
Selanjutnya, semakin lama waktu penggerusan Si0,5HA, juga menyebabkan
parameter kisi Si0,5HA semakin panjang.
Parameter kisi yang lebih panjang ini mengakibatkan volume sel satuan Si0,5HA semakin besar. Gambar 2
mendiskripsikan perbandingan volume sel satuan dengan ukuran butir senyawa Si0,5HA pada berbagai variasi lama
penggerusan.
Aizawa dkk, (2006), menjelaskan bahwa rasio Ca/P juga berkaitan dengan parameter kisi. Rasio Ca/P dari serbuk SiHA bernilai lebih besar daripada serbuk HA. Hal ini mengindikasikan bahwa ion silikon dalam senyawa SiHA mensubstitusikan ion fosfat (Dong Han, et al, 2009). Selebihnya, dengan rasio Ca/P yang meningkat, membuat parameter kisi pada sumbu a turun dan naik pada sumbu c, sehingga rasio a/c menurun (Aizawa, et al, 2006). Dalam penelitian ini, variasi lama penggerusan tidak merubah rasio Ca/P, tetapi rasio Ca/P meningkat dengan adanya substitusi Si. Nilai rasio Ca/P untuk nilai Si 1,4%wt adalah 1,80, sedang rasio ideal HA adalah 1,67.
5 Gambar 2. Grafik Hubungan Ukuran Butir
Kristal dengan Variasi lama penggerusan Si0,5HA
Pengaruh Lama Penggerusan terhadap Kekerasan Si0,5HA
Hasil uji microvickers hardness
Si0,5HA dengan berbagai variasi lama
penggerusan menunjukkan, peningkatan lama penggerusan, mengakibatkan nilai kekerasan meningkat. Hubungan antara ukuran butir kristal dan kekerasan ditunjukkan dalam gambar 3. Dalam grafik tersebut terlihat hubungan linier antara kekerasan dengan ukuran butir kristal.
Gambar 3. Grafik Hubungan Antara
Kekerasan dan Ukuran Butir Pada Berbagai Variasi Lama
Penggerusan.
Kekerasan merupakan salah satu sifat mekanik yang penting dari
biokeramik. Kekerasan mikro dari biokeramik terutama dipengaruhi oleh mikrostruktur. Mikrostruktur biokeramik terdiri dari grain, batas grain, pori (porositas), dan fase impuritas. Bodies
yang dipadatkan dengan cara disinterring dengan grain yang baik bersifat lebih keras dan kuat daripada sebuah pori dengan grain yang besar (Kokubo et al. 2008: 38). Dengan demikian, meskipun ukuran butir kristal meningkat dengan semakin lama penggerusan, sampel dengan lama penggerusan 40 jam mempunyai bodies yang lebih baik daripada 2 sampel lain. Hal inilah yang menyebabkan sampel dengan lama penggerusan 40 jam memiliki nilai kekerasan paling tinggi.
(a) (b) (c)
Gambar 4. Hasil Uji SEM Sampel Si0,5HA dengan Berbagai Variasai Lama Penggerusan, (a) 20 jam, (b) 30 jam, (c) 40 jam dengan Perbesaran 50K.
Pengaruh Lama Penggerusan terhadap Bioresorbabilitas Si0,5HA
Pengujian bioresorbabilitas Si0,5HA dilakukan secara in vitro dengan
6 merendam sampel Si0,5HA pelet dengan
lama penggerusan 20 dan 40 jam dalam larutan SBF. Chen Liu dan Ducheyne, (2008) melaporkan pengukuran sifat
bioresorbable dengan menghitung kadar
kalsium yang terlepas dari spesimen ke larutan SBF.
Berikut grafik disolusi kalsium sampel Si0,5HA untuk variasi lama
penggerusan 20 dan 40 jam yang telah direndam dalam larutan SBF selama 6 hari.
Gambar 5. Grafik Disolusi Kalsium Sampel Si0,5HA yang Terlarut dalam Larutan SBF
Berdasarkan grafik 5 di atas, terlihat kedua sampel Si0,5HA dengan
lama penggerusan 20 dan 40 jam membentuk grafik yang sama-sama linier. Pada hari ke-2 sampai hari ke-6, sampel Si0,5HA dengan lama
penggerusan 20 jam melepaskan lebih banyak atom kalsium dalam larutan SBF.
Laju disolusi kalsium dapat dihitung dengan membagi selisih %At sampel pada setiap pengukuran dengan jumlah hari, yaitu 2. Penghitungan terhadap masing-masing sampel didapatkan 3 nilai laju disolusi, yang selanjutnya dihitung rerata laju disolusi. Berdasarkan proses penghitungan, didapatkan sampel Si0,5HA dengan lama
penggerusan 20 jam memiliki laju disolusi lebih besar dibandingkan sampel Si0,5HA dengan lama penggerusan 40
jam. Dengan demikian, sampel Si0,5HA
dengan lama penggerusan 20 jam bersifat lebih resorbable dibanding sampel dengan lama penggerusan 40 jam. Namun, nilai ini tidak berbeda secara signifikan.
Tabel 1. laju disolusi Si0,5HA
Hal ini sesuai dengan perhitungan derajat kristalinitas masing-masing sampel. Derajat kristalinitas sampel dengan lama penggerusan 40 jam lebih tinggi dari sampel yang digerus dengan lama 20 jam. Menurut Heiman, (2006),
Laju resorbsi (%At/ hari) Lama penggerusan Si0,5HA (jam) 20 40 0-2 hari 3,65 2,94 2-4 hari 3,61 3,47 4-6 hari 1,37 1,97 Rerata 2,88 2,79
7 HA coating dengan derajat kristalinitas
yang lebih tinggi memiliki laju kelarutan atau disolusi lebih rendah dan memiliki kestabilan yang lebih terjaga dalam in vivo.
Pengaruh Lama Penggerusan terhadap Bioaktifitas Si0,5HA
Park (2008: 192) menyebutkan bahwa sebagai bahan implan,
hidroksiapatit (HA) harus memiliki sifat bioaktif yang menunjukkan bahwa HA mengalami ionisasi saat diimplankan dalam tubuh. Berdasarkan literatur, hidroksiapatit merupakan salah satu senyawa biokeramik yang diketahui memiliki sifat bioaktif yang baik. Sifat ini dapat ditingkatkan dengan melakukan substitusi Si pada hidroksiapatit. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Botelho et al, (2011), dimana
penambahan Si dengan konsentrasi 0,8%wt mampu mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk membentuk lapisan apatit sebesar 30% (dari 10 hari menjadi 7 hari). Sedangkan semakin tinggi
konsentrasi Si, lapisan apatit makin cepat tebentuk, yaitu untuk 1,5%wt, lapisan apatit yang pada SiHA terbentuk 75% lebih cepat daripada HA (dari 28 hari menjadi 7 hari).
Hasil SEM Si0,5HA dengan
variasi lama penggerusan 20 dan 40 jam
selama 2 hari perendaman dalam larutan SBF ditunjukkan dalam Gambar berikut.
(a) (b)
Gambar 6. Hasil SEM Si0,5HA selama 2 hari perendaman dalam larutan SBF . (a) Si0,5HA dengan waktu
penggerusan 20 jam (b) Si0,5HA dengan waktu penggerusan 40 jam.
Pada pengambilan SEM hari kedua dari kedua sampel sudah menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan SEM sebelum perendaman dalam larutan SBF (Gambar 4). Sampel dengan lama penggerusan 20 jam menunjukkan lapisan apatit yang sudah mulai terbentuk. Sedangkan pada sampel
dengan lama penggerusan 40 jam, lapisan apatit masih belum terlihat. Hanya saja, kalsium sudah mulai berubah bentuk. Selanjutnya, serabut yang muncul pada sampel dengan lama penggerusan 20 jam merupakan dampak dari penambahan silika.
Lapisan apatit yang sudah terlihat di sampel dengan lama penggerusan 20 jam dibanding sampel dengan lama pengerusan 40 jam ini terutama dipengaruhi oleh laju disolusi kedua
8 sampel. Berdasarkan analisis, diperoleh
selama 2 hari perendaman dalam larutan SBF, sampel dengan lama penggerusan 20 jam mempunyai laju disolusi lebih besar dibanding sampel dengan lama penggerusan 40 jam. Laju disolusi yang lebih cepat cenderung mempercepat pembentukan lapisan apatit
Setelah 6 hari perendaman sampel dalam larutan SBF, lapisan apatit sama-sama terlihat pada kedua sampel. Hasil SEM untuk kedua sampel ditunjukkan pada Gambar 4.9. Hasil yang tidak berbeda signifikan ini disebabkan oleh nilai laju disolusi rata-rata kedua sampel setelah direndam selama 6 hari dalam SBF yang hampir sama (Tabel 4.6). namun, jika dilihat dari kecepatan
terbentuknya lapisan apatit, maka sampel dengan lama penggerusan 20 jam
mempuunyai bioaktivitas yang lebih baik dibanding sampel dengan lama
penggerusan 40 jam.
(a) (b)
Gambar 7. Hasil SEM Si0,5HA selama 6 hari perendaman dalam larutan SBF. (a) lama penggerusan 20 jam dan (b) lama penggerusan 40 jam.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian tentang sintesis biokeramik hidroksiapatit tersubstitusi Si dengan membandingkan dengan berbagai literatur, maka penulis menyimpulkan hal berikut.
1) Pada sintesis biokeramik
hidroksiapatit tersubstitusi Si dengan konsentrasi Si 1,4%wt, variasi lama penggerusan, berdampak pada nilai kekerasan bahan. Semakin lama waktu penggerusan, didapat kekerasan Si0,5HA yang semakin meningkat.
2) Uji in vitro pada senyawa Si0,5HA
yang disintesis dengan metode solid state, dihasilkan Si0,5HA dengan lama
penggerusan 20 jam bersifat lebih resorbable dibanding Si0,5HA dengan
lama penggerusan 40 jam.
3) Lapisan apatit lebih cepat terbentuk pada sampel Si0,5HA dengan lama
penggerusan 20 jam. Hal ini menandakan sampel dengan lama penggerusan 20 jam memiliki bioaktivitas lebih baik daripada sampel dengan lama penggerusan 40 jam.
SARAN
Hidroksiapatit tersubstitusi Si merupakan topik penelitian yang menarik, mengingat Si mampu menambah sifat kekerasan dan
9 bioaktifitas hidroksiapatit. Selanjutnya,
perlu dilakukan penelitian serupa, dengan substitusi yang yang berbeda, misal Mg, Zn, dan lain-lain yang dapat
memperbaiki sifat HA, terutama sifat mekanik. Metode solid state, baik digunakan untuk mendapatkan senyawa dengan kristalinitas yang baik. Namun, sebaiknya, dalam proses pencampuran dan penghalusan starting material,
menggunakan ball milling, agar diperoleh hasil yang lebih akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan.
DAFTAR RUJUKAN
Aizawa, M. et al. 2006. Synthesis of Calcium Deficient Apatite Fibers by Homogeneous Precipitation Method and Their
Characterizations. Journal of The European Ceramic Society, Vol. 26, 501-507.
Arcos D, Rodriguez-Carvajal J and Vallet-Regi M. 2004a. Silicon incorporation in hydroxylapatite obtained by controlled crystallization. Chem Mater, 16, 2300–308.
Arifianto. 2006. Pengaruh Atmosfer dan Suhu Sintering Terhadap Komposisi Pelet Hidroksiapatit yang Dibuat dari Sintesa Kimia Dengan Media Air dan Sbf. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Botelho, Claudia Manuela, et al. 2011. Effect of Protein Abdsorption onto the Dissolution of Silicon-Substituted Hydroxyapatite. Journal of Encapsulation and Adsorption Sciences, 1, 72-79.
Carlisle E M. 1980. Biochemical and
Morphological Changes Associated with Long Bone Abnormalities in Silicon Deficiency. J Nutr, 110, 1046–55. Choi, D. et al. 2007. Mechano-Chemical
Synthesis and Characterization of Nano
Structured β-TCP Powder. Material Science ang Engineering: C, Vol 27, 377-381.
Cunnife, G.M., O'Brien F.J., Partap S., Levingstone T.J., Stanton K.T., Dickson GR.2010. The Synthesis and
Characterization of Nanophase
Hydroxyapatite Using A Novel Dispersant-Aided Precipitation Method. Journal of Biomedical Materials Researc, 95(4):1142-9.
Damen JJM, M. TCJ. Silica-induced Precipitation of Calcium Phosphate in the Presence of Inhibitors of Hydroxyapatite Formation.
Journal of Dental Research 1992;71:453-7.
Dewi, Setia Utami. 2009. Pembuatan Komposit Kalsium Fosfat-Kitosan Dengan Metode Sonikasi. Bogor: IPB.
Dong Hahn, Byung, Jeong-Min Lee a, et al. 2009. Aerosol Deposition Of Silikon-Substituted Hydroxyapatite Coatings For Biomedical Applications. Elsevier B.V. All rights reserved, Thin Solid Films 518 (2010) 2194–2199.
Gibson I R, Best S M and Bonfi eld W. 2002. Effect of Silicon Substitution on the Sintering and Microstructure of Hydroxyapatite. J Am Ceram Soc, 85, 2771–7.
Gough J E, Jones J R and Hench L L. 2004. Nodule Formation and Mineralisation of Human Primary Osteoblasts Cultured on a Porous Bioactive Glass Scaffold.
Biomaterials, 25, 2039–46.
Heimann R.B. 2006. Thermal Spraying of Biomaterials, Surface, and Technology. Herdianto, Nendar. 2011. Studi Bioresorbabilitas
Biokeramik Bhiphasic Calcium Phosphate (BCP) sebagai Material Pengganti Tulang. Thesis. Jakarta: UI.
Ichsan, Miranda Zawazi. _ . Sintesis Komposit Kolagen-Hidroksiapatit Sebagai Kandidat Bone Graft.
P. Indra, S. 2008. Studi Pembuatan, Karakterisasi XRD dan ESR pada Sampel Manganat LaMgxMn1-xO3 dengan variasi Waktu Penggerusan dan Konsentrasi Pendopingan Mg (x=0; 0,35; 0,5). Thesis. Jakarta: UI.
10
Jayaswal, Gaurav P, et al. 2010. Bioceramic in Dental Implants: A Review. Journal of Indian Prosthondontic Society. DOI: 10.1007/s13191-010-0002-4.
Jugdaohsingh R. 2007. Silicon and Bone Health.
The Journal of Nutrition Health and Aging. 11:99-110.
Kim D J, Lee D Y and Han J S. 2003. Low temperature stability of zirconia/alumina hip joint heads. in Ben-Nissan B, Sher D and Walsh W, Bioceramics 15, Switzerland, Trans. Tech. Publications, 831–834.
Kokubo, Tadashi. 2008. Bioceramics and Their Clinical Applications. Jepang: Japan Medical Material.
Liu,, C., C.W. Chen and P. Ducheyne. 2008. In vitro Surface Reaction Layer Formation and Dissolution of Calcium Phosphate Cement-Bioactive Glass Composite. Biomedical Materials 3, Volume 3, Article 034111.
Marchat, David et al. 2013. Accurate characterization of pure silikon-substituted hydroxyapatite powders synthesized by a new precipitation route.
Acta Materialia 9, 6 (2013) 6992-7004.
Mulyaningsih, Neng Nenden. 2007. Karakterisasi Hidroksiapatit Sintetik Dan Alami Pada Suhu 1400oC. Skripsi. Bogor: Institute Pertanian Bogor.
Nielsen FH, Poellot R. Dietary silicon affect bone turnover differently in ovariectomized and sham-operated growing rats. The journal of the trace elements in
experimental medecine 2004;17:137-49.
Palard M, Combes J, Champion E, Foucaud S, Rattner A, Bernache-Assollant D. Effect of silicon content on the sintering and biological behaviour of Ca10(PO4)6-x(SiO4)x(OH)2-x ceramics. Acta Biomaterialia 2009;5:1223-32.
Park, Joon B. 2008. Bioceramics: Properties, Characterization, and Aplication. Springer, New York.
Rameshbabu, N, K. Prasad Rao. 2009.
Microwave Synthesis, Characterization and In-Vitro evaluation of
Nanostructured Biphasic Calcium
Phospate. Current Applied Physics 9, S29-S31.
Yakoubi.A. El, et al. 2014. Characterization of Silicon-Substituted Hydroxyapatite Powders Synthesized by a Wet Precipitation Method. IOSR Journal of Applied Chemistry. E-ISSN: 2278-5736. Volume 7,issue 11 ver II.
Ylinen, P. 2006. Application of Coraline Hydroxyapatite with Bioresorbable Containment and Reinforcement as Bonegraft Substitute. Academic dissertation, medical Faculty of the University of Helsinki.
Yudyanto, dkk. 2013. Sintesis
Nano-Hidroksiapatit Berbahan Dasar Batuan Alam Calcite Druju Kabupaten Malang sebagai Biomaterial Fungsional Pengganti Tulang. Jurnal Foton