• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja karyawan : studi pada PT Astra International Tbk - Honda Regional Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja karyawan : studi pada PT Astra International Tbk - Honda Regional Yogyakarta."

Copied!
239
0
0

Teks penuh

(1)

vi

ABSTRAK

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL

TERHADAP KINERJA KARYAWAN

Studi pada PT Astra International Tbk - Honda Regional Yogyakarta

Johannes Ubad Barus Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) tingkat kecerdasan emosional maupun kinerja yang dimiliki oleh karyawan PT. Astra International Tbk – Honda Regional Yogyakarta dan (2) pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja karyawan.

Jenis penelitian ini merupakan studi kasus pada karyawan (salesman) PT. Astra International Tbk – Honda Regional Yogyakarta dengan jumlah sampel 60 responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yang dilakukan pada bulan April – Juni2012. Teknik pengambilan sampel yang digunakan purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Regresi Linier Sederhana.

(2)

vii

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF EMOTIONAL INTELLIGENCE

TOWARD THE PERFORMANCE OF EMPLOYEES

A Study in PT Astra International Tbk - Honda Regional Yogyakarta

Johannes Ubad Barus Sanata Dharma University

Yogyakarta 2012

This study is aimed to find out : (1) the level of emotional intelligence and performance and (2) the influence of emotional intelligence on the performance of employees. The study was conducted at PT Astra International Tbk – Honda Yogyakarta.

This is a case study on sales force employees with a sample of 60 respondents. Questionnaire as data collection technique was distributed in April-June 2012. The sample is chosen using Purposive Sampling Technique. After being collected, the data was analyzed using Simple Linear Regression.

(3)

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL

TERHADAP KINERJA KARYAWAN

Studi pada PT Astra International Tbk - Honda Regional Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh:

Johannes Ubad Barus NIM : 082214007

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

vi

ABSTRAK

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL

TERHADAP KINERJA KARYAWAN

Studi pada PT Astra International Tbk - Honda Regional Yogyakarta

Johannes Ubad Barus Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) tingkat kecerdasan emosional maupun kinerja yang dimiliki oleh karyawan PT. Astra International Tbk – Honda Regional Yogyakarta dan (2) pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja karyawan.

Jenis penelitian ini merupakan studi kasus pada karyawan (salesman) PT. Astra International Tbk – Honda Regional Yogyakarta dengan jumlah sampel 60 responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yang dilakukan pada bulan April – Juni2012. Teknik pengambilan sampel yang digunakan purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Regresi Linier Sederhana.

(9)

vii

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF EMOTIONAL INTELLIGENCE

TOWARD THE PERFORMANCE OF EMPLOYEES

A Study in PT Astra International Tbk - Honda Regional Yogyakarta

Johannes Ubad Barus Sanata Dharma University

Yogyakarta 2012

This study is aimed to find out : (1) the level of emotional intelligence and performance and (2) the influence of emotional intelligence on the performance of employees. The study was conducted at PT Astra International Tbk – Honda Yogyakarta.

This is a case study on sales force employees with a sample of 60 respondents. Questionnaire as data collection technique was distributed in April-June 2012. The sample is chosen using Purposive Sampling Technique. After being collected, the data was analyzed using Simple Linear Regression.

(10)

viii

Motto

‘my very best!’

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk Yang Terbaik :

Yang Terbaik Allah yang telah menangkapku

Yang Terbaik Bapak & Mama’

Yang Terbaik Manajemen 2008 “Satu Hati”

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah dalam Kristus Yesus yang telah mencurahkan

segala berkat, rahmat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap

Kinerja Karyawan“ yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, dukungan dan bimbingan

dari berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat terselesaikan. Oleh karena itu melalui

kesempatan ini penulis ingin secara khusus menyampaikan ucapan terima kasih

sebesar-besarnya kepada :

1. Rama Dr. Ir. P. Wiryono P., S.J. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Herry Maridjo M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Sanata Dharma.

3. Bapak Dr. Lukas Purwoto M.Si. selaku Kaprodi Manajemen Universitas

Sanata Dharma.

4. Bapak Dr. Lukas Purwoto M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah

begitu baik bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan

pengarahan dan bimbingan, masukan dan kritik yang sangat berharga,

(12)

x

5. Drs. A. Triwanggono, M.S. selaku Dosen Pembimbing II yang telah begitu

baik bersedia meluangkan waktu tenaga dan pikiran untuk memberikan

bimbingan, masukan dan kritik dengan penuh perhatian dan kesabaran

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Segenap Dosen dan Staf pengajar Fakultas Ekonomi Program Studi

Manajemen Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan bekal ilmu

pengetahuan kepada saya.

7. PT Astra International Tbk – Honda Yogyakarta khususnya Bapak Anton, Ibu

Septi, Bapak Taufik, dan Ibu Cyntia yang telah memberikan ijin penelitian dan

membimbing saya selama magang di perusahaan tersebut.

8. Bapak dan Mama‟ku yang wow banget, setiap anggota keluargaku yang

tercinta Abg Frans, Kak Iska, & Abg Astra. Lalu tentu saja Christian Terang

Barus, Yosua Silvano Patra Barus, & Vanya Clarissa Maha suksesor dan

pahlawan bagi keluarga besar bahkan bagi bangsa dan negrinya!

9. Kakak – kakak sepupuku, wanita Tuhan yang luar biasa berani dan

menginspirasi hidupku yang telah dibawa oleh Yesus ke tanah perjanjiannya

kak Christy, kak Irvin, & kak Nita.

10. Manajemen angkatan 2008. Satu Hati! Especially Joe Damanik yang selalu

ingin jadi yang terdepan, Om Gie si tua yang semakin muda, energik, dan

sukses, Turnip Hamba Allah si banyak bicara & banyak ngawur, Momo si

(13)
(14)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... viii

HALAMAN KATA PENGANTAR ... ix

HALAMAN DAFTAR ISI ... xii

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xv

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xvii

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

(15)

xiii

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Sistematika Penulissan ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Manajemen Sumber Daya Manusia ... 11

B. Kinerja Karyawan ... 16

C. Kecerdasan Emosional ... 29

D. Review Penelitian Terdahulu... 74

E. Kerangka Konseptual Penelitian ... 77

F. Hipotesis ... 78

BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek dan Obyek Penelitian ... 80

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 80

C. Variabel Penelitian ... 81

D. Definisi Operasional ... 83

E. Populasi dan Sampel ... 89

F. Teknik Pengambilan Sampel ... 91

G. Sumber Data... 92

H. Teknik Pengumpulan Data ... 93

I. Teknik Pengujian Instrumen ... 95

(16)

xiv

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Gambaran Umum Astra International ... 103

B. Filosofi dan Visi ... 106

C. Struktur Bisnis Astra dan Corporate Identity ... 107

D. Honda Sales Operation’s Journey ... 108

E. Sales Office (SO) Astra Motor Yogyakarta ... 115

F. Struktur Organisasi ... 120

G. Penghargaan dan Manpower Astra Motor ... 121

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Instrumen ... 124

B. Analisis Deskriptif ... 131

C. Analisis Data ... 137

D. Pembahasan... 157

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN A. Kesimpulan ... 161

B. Saran ... 161

C. Keterbatasan ... 165

DAFTAR PUSTAKA ... 167

LAMPIRAN 1... 171

LAMPIRAN 2... 185

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

II.1 Persentase Bangsa – bangsa yang Bekerja ... 22

II.2 Kerangka Kerja Kecakapan Emosi ... 39

III.1 Tabel Judgement Permasalahan 1 ... 98

V.1 Koefisien Validitas Variabel Kecerdasan Emosional ... 124

V.2 Koefisien Validitas Variabel Kinerja Karyawan ... 127

V.3 Koefisien Validitas Variabel Kecerdasan Emosional (2) ... 128

V.4 Koefisien Realibilitas ... 131

V.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 132

V.6 Karakteristik Responden Berdasar Usia ... 133

V.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 134

V.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 135

V.9 Profil Umum Masing – masing Karakteristik Responden ... 136

V.10 Penentuan Tinggi Tingkat Kecerdasan Emosional (1) ... 137

V.11 Penentuan Tinggi Tingkat Kecerdasan Emosional (2) ... 139

V.12 Penentuan Tinggi Tingkat Kecerdasan Emosional (3) ... 140

V.13 Penentuan Tinggi Tingkat Kecerdasan Emosional (4) ... 142

V.14 Penentuan Tinggi Tingkat Kecerdasan Emosional (5) ... 143

V.15 Penentuan Tinggi Tingkat Kecerdasan Emosional (6) ... 145

V.16 Penentuan Tinggi Tingkat Kinerja (1) ... 146

(18)

xvi

V.18 Penentuan Tinggi Tingkat Kinerja (3) ... 149

V.19 Penentuan Tinggi Tingkat Kinerja (4) ... 150

V.20 Penentuan Tinggi Tingkat Kinerja (5) ... 151

V.21 Penentuan Tinggi Tingkat Kinerja (6) ... 152

V.22 Tabel Hasil Uji Normalitas ... 154

V.23 Tabel Hasil Uji Linearitas ... 154

V.24 Tabel Hasil Uji t ... 155

V.25 Tabel Hasil Koefisien Determinasi ... 156

(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

II.1 Pengaruh Lingkungan Internal dan Eksternal ... 19

II.2 New Framework Goleman ... 40

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 171

Lampiran 2 Data Tabulasi Kuesioner ... 185

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dilihat dari kenyataan yang ada, perkembangan dan perubahan yang

terjadi di semua aspek seperti aspek ekonomi, teknologi, informasi, sosial,

budaya, dan lain sebagainya sangatlah dinamis dan berkesinambungan. Hal ini tak

dipungkiri sangat dipengaruhi oleh globalisasi. Tak terkecuali dunia kerja

sekarang, begitu banyak kriteria (job specification) yang muncul untuk seseorang

mendapatkan sebuah pekerjaan tertentu. Hal ini tentu saja secara langsung

menuntut setiap pribadi untuk terus meningkatkan kapasitas diri agar tidak

tergerus dan kalah oleh persaingan yang keras. Bukan hanya itu saja, sekarang

setiap tahun semakin banyak lulusan perguruan tinggi yang memiliki kompetensi

tinggi yang berimplikasi pada peningkatan tingkat persentase persaingan antara

para lulusan (fresh graduate) untuk mendapatkan pekerjaan. Lain lagi apabila

mereka berusaha untuk memiliki lapangan usaha sendiri, tapi realitanya

kebanyakan para lulusan berusaha untuk mencari lapangan pekerjaan daripada

harus bersusah payah menciptakan lapangan kerja dan memberikan kesempatan

(22)

2

untuk menggapai kompetensi diri yang tinggi agar siap berkompetisi dengan

individu-individu lain.

Dewasa ini kita pasti familiar dengan istilah Kecerdasan Intelektual

(Intelectual Quotient, IQ), Kecerdasan Emosi (Emotional Quotient, EQ), dan

Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient, SQ). Faktor-faktor tersebut berkaitan

satu sama lain dan saling melengkapi. Secara definitif, kecerdasan intelektual

merupakan fakta genetik yang tak mungkin diubah oleh pengalaman hidup atau

dengan kata lain merupakan faktor bawaan. Menurut Cooper dan Sawaf (2002)

kecerdasan emosional sendiri merupakan suatu stimulus bagi IQ, manakala

seseorang perlu memecahkan masalah-masalah penting atau membuat keputusan

penting, dan memungkinkan seseorang untuk melakukan hal-hal tersebut dengan

cara yang istimewa dan dalam waktu singkat, dalam beberapa menit, atau

beberapa saat, alih-alih dalam waktu sehari atau lebih yang sangat menguras

pikiran dan tenaga. Ani Muttaqiyathun (2010) mengatakan bahwa titik pertemuan

lahirnya kecerdasan emosional yaitu dengan tetap mengasah pikiran intelektual

sambil mengakui keberadaan suara hati. Dari kedua faktor kecerdasan tersebut

saja sudah nampak jelas keterkaitan yang sangat kuat. Faktor emosi memberikan

rangsangan pada individu dalam memunculkan kreativitas, kolaborasi, inisiatif,

dan transformasi. Bahkan Cooper dan Sawaf (2002) yang mengutip perkataan

Antonio R. Damasio menuliskan bahwa tidak pernah ada keraguan dalam situasi

(23)

3

bahwa berkurangnya emosi juga bisa menjadi sumber perilaku yang irasional.

Sedangkan kecerdasan spiritual sendiri yang dikutip dari tulisan Ani

Muttaqiyathun (2010) merupakan kecerdasan manusia yang digunakan untuk

berhubungan dengan Tuhan. Secara gamblang, kecerdasan spiritual merupakan

kemampuan seseorang untuk memecahkan persoalan makna dan nilai kehidupan.

Potensi kecerdasan spiritual yang dimiliki oleh masing-masing orang sangatlah

besar dan tidak dibatasi oleh faktor keturunan (bawaan), lingkungan atau materi

lainnya. Ketiga faktor tersebut merupakan faktor psikologis yang penting dalam

pengaruhnya terhadap pengembangan kepribadian setiap manusia. Kita pasti

sering mendengar pemikiran tradisional yang mengatakan bahwa IQ merupakan

fakta genetik yang tak mungkin diubah oleh pengalaman hidup dan kehidupan

kita terutama ditentukan oleh faktor tersebut. Pendapat tersebut mengabaikan

sesuatu hal yang lebih menantang, misalnya faktor-faktor manakah yang lebih

menentukan ketika seseorang ber-IQ tinggi gagal dan orang ber-IQ rata-rata

menjadi amat sukses?

Goleman (2009) mengatakan bahwa perbedaannya sering kali terletak

pada kemampuan-kemampuan yang disebut kecerdasan emosional yang

mencakup pengendalian diri, semangat dan ketekunan, serta kemampuan untuk

memotivasi diri sendiri. Bahkan Goleman (2009) dalam penelitiannya

mengatakan bahwa kecerdasan emosi menyumbang 80% faktor penentu

(24)

4

Didasarkan pernyataan Cooper dan Sawaf (2002), ilmu pengetahuan juga telah

membuktikkan bahwa kecerdasan emosionallah dan bukan IQ atau kekuatan otak

semata-mata, yang merupakan pendukung banyak dari keputusan yang paling

baik, organisasi yang paling dinamis dan menguntungkan, serta kehidupan yang

sukses dan memuaskan.

Kinerja karyawan merupakan hasil sinergi dari sejumlah faktor.

Faktor-faktor tersebut adalah Faktor-faktor lingkungan internal organisasi, Faktor-faktor lingkungan

eksternal, dan faktor internal karyawan. Sehingga sinergi tersebut mempengaruhi

kinerja daripada karyawan itu sendiri yang kemudian berimplikasi pada kinerja

organisasi. Sedangkan kecerdasan emosional sendiri merupakan salah satu bagian

yang terdapat dalam faktor internal karyawan. Selain itu, faktor internal karyawan

yang merupakan faktor bawaan lahir dan faktor yang diperoleh ketika seseorang

berkembang misalnya bakat, sifat pribadi, serta keadaan fisik dan kejiwaan

(Wirawan, 2009). Dapat diasumsikan pula, bahwa makin tinggi faktor-faktor

internal tersebut, makin tinggi pula kinerja karyawan. Dari ketiga faktor yang

bersinergi menghasilkan kinerja karyawan tersebut dapat terlihat pula

faktor-faktor yang masih mungkin dikontrol atau dikendalikan oleh seorang manajer

(atasan) yaitu faktor lingkungan internal organisasi dan faktor internal karyawan,

sedangkan faktor lingkungan eksternal ada di luar kontrol manajer. Jadi, seorang

manajer pun memiliki kontrol yang cukup untuk mengendalikan faktor internal

(25)

5

tidak melulu menjadi sasaran subjektif kesalahan apabila kinerja organisasi tidak

sesuai dengan tujuan atau sasaran yang telah direncanakan.

Penelitian ini menarik untuk dilakukan karena dapat mengukur seberapa

besar pengaruh kecerdasan emosional yang dimiliki oleh seorang karyawan

terhadap kinerjanya sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan

antara lain faktor internal organisasi, faktor internal karyawan, dan faktor

eksternal organisasi. Sesuai dengan studi kasus yang akan dilakukan penulis di

PT. Astra International Tbk - Honda Daerah Istimewa Yogyakarta maka peneliti

ingin mengetahui seberapa besar pengaruh kecerdasan emosional karyawan

(khususnya salesman) dapat memberi stimulus bagi karyawan tersebut untuk

mengatasi tekanan, mengeluarkan kreativitas, dan berimprovisasi di berbagai

macam keadaan untuk menggapai target yang dibebankan.

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui

pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja karyawan. Oleh karena itu

penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul penelitian “Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja Karyawan” Studi pada PT Astra

(26)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan

masalah pada penelitian ini adalah :

1. Seberapa tinggi tingkat kecerdasan emosional maupun kinerja yang

dimiliki oleh karyawan PT. Astra International Tbk – Honda Regional

Yogyakarta?

2. Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja karyawan?

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti akan membatasi masalah, hal ini mengingat

keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki oleh peneliti. Adapun batasan

masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian akan dilaksanakan pada beberapa sales office (SO) PT. Astra

International Tbk – Honda Regional Yogyakarta yang terletak di

beberapa daerah yaitu Jombor, Kaliurang, Cokroaminoto, Godean, dan

Bantul.

2. Responden dalam penelitian ini adalah salesman perusahaan PT. Astra

International Tbk yang minimal telah bekerja selama 6 bulan. Dengan

(27)

7

merasakan beban dan tekanan dalam pekerjaan yang muncul akibat

target-target yang diberikan perusahaan.

3. Pada Variabel Kecerdasan Emosional akan diteliti 13 dimensi, yaitu:

Kesadaran Diri Emosional, Sikap Asertif, Kemandirian, Penghargaan

Diri, Aktualisasi Diri, Empati, Tanggung Jawab Sosial, Hubungan

Antarpribadi, Pemecahan Masalah, Uji Realitas, Sikap Fleksibel,

Ketahanan Menanggung Stres, dan Pengendalian Impuls.

4. Pada Variabel Kinerja Karyawan akan diteliti 13 indikator, yaitu:

Akurasi, Kecekatan, Kreativitas, Keramahan, Kepribadian, Penampilan

Pribadi, Kebugaran Fisik, Kehadiran, Kehandalan, Pengetahuan Kerja,

Kuantitas Kerja, Stabilitas, dan Kesopanan.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat kecerdasan emosional maupun

kinerja yang dimiliki oleh karyawan PT Astra International Tbk Regional

Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui adakah pengaruh kecerdasan emosional terhadap

(28)

8

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi

pihak manajemen perusahaan untuk mengontrol dan meningkatkan

kinerja karyawan.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan dan berguna

sebagai salah satu referensi bagi pembaca maupun peneliti baru yang

tertarik untuk meneliti topik yang serupa maupun sebagai bahan

pengembangan penelitian-penelitian selanjutnya. 3. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam bidang

manajemen sumber daya manusia dan sebagai sarana untuk implementasi

teori-teori maupun praktek yang sudah diajarkan selama perkuliahan

untuk menganalisis setiap kondisi yang terjadi dan yang ada di lapangan.

F. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan

masalah, pembatasan masalah, tujuan masalah, manfaat penelitian

(29)

9

BAB II : Landasan Teori

Bab ini berisikan teori-teori tentang manajemen sumber daya

manusia, kinerja karyawan, emosi dan kecerdasan emosional sebagai

dasar penentuan diadakannya penelitian ini serta teori-teori praktis

yang mendukung.

BAB III: Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan dan membahas tentang jenis penelitian, waktu

dan tempat penelitian, subyek dan obyek penelitian, variabel

penelitian dan alat pengukurannya, jenis dan sumber data, teknik

pengumpulan data, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel

dan teknik analisis data.

BAB IV: Gambaran Umum

Bab ini memberikan gambaran serta informasi tentang PT. Astra

International Tbk - Honda yang berada di wilayah Yogyakarta yang

menjadi tempat dilakukannya penelitian.

BAB V : Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini menguraikan tentang hasil pengolahan data, analisis data,

(30)

10

BAB VI: Kesimpulan, Saran dan Keterbatasan Penelitian

Bab ini menguraikan tentang kesimpulan yang diambil dari

penelitian dan saran-saran untuk pihak perusahaan disertai

(31)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Manajemen Sumber Daya Manusia

1. Sumber Daya Manusia

Aset organisasi yang penting yang harus dimiliki oleh perusahaan dan

sangat diperhatikan oleh manajemen adalah aset manusia dari organisasi

tersebut. Terminologi sumber daya manusia (human resources) merujuk

kepada orang-orang di dalam organisasi. Betapapun pabrik, perlengkapan,

dan aset finansial merupakan sumber daya yang dibutuhkan organisasi,

orang-orang yakni sumber daya manusia sangatlah penting. Sumber daya

manusia memicu percikan kreatif di setiap organisasi. Orang-orang

merancang dan menghasilkan barang dan jasa, mengawasi mutu,

memasarkan produk, mengalokasikan sumber daya finansial, dan

merumuskan seluruh strategi dan tujuan organisasi. Tanpa orang-orang yang

efektif, tampaknya mustahil bagi organisasi untuk menghampiri tujuannya.

Sumber daya manusia membuat sumber daya organisasi lainnya berjalan

(32)

12

2. Definisi Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia (human resources management)

adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa, dan

pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok karyawan.

Manajemen sumber daya manusia juga menyangkut desain dan

implementasi sistem perencanaan, penyusunan karyawan, pengembangan

karyawan, pengelolaan karir, evaluasi kinerja, kompensasi karyawan, dan

hubungan ketenagakerjaan yang baik. Manajemen sumber daya manusia

melibatkan semua keputusan dan praktik manajemen yang mempengaruhi

secara langsung sumber daya manusianya. Manajemen sumber daya

manusia terdiri atas serangkaian keputusan yang terintegrasi tentang

hubungan ketenagakerjaan yang mempengaruhi efektifitas karyawan dan

organisasi. Manajemen sumber daya manusia merupakan aktivitas-aktivitas

yang dilaksanakan agar sumber daya manusia di dalam organisasi dapat

digunakan secara efektif guna mencapai berbagai tujuan. Konsekuensinya,

manajer-manajer di semua lapisan harus menaruh perhatian pada

pengelolaan sumber daya manusia.

3. Perencanaan Sumber Daya Manusia

Melalui perencanaan sumber daya manusia yang efektif dilakukan

(33)

13

yang selalu berubah, serta mengembangkan aktivitas yang memuaskan

terhadap kebutuhan ini. Perencanaan sumber daya manusia yang efektif

(Simamora, 2004:50) mencakup :

a. Perencanaan Kepegawaian

Komponen kunci dari perencanaan sumber daya manusia adalah

penentuan tipe sumber daya manusia yang akan dibutuhkan

organisasi dalam jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.

Perencanaan kepegawaian (employment planning) merupakan

identifikasi atau penentuan jumlah sumber daya manusia yang

diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi di masa depan.

Rencana kemudian menentukan perbedaan antara permintaan dan

suplai, apakah ada kelebihan atau kekurangan suplai, atau berapa

jumlah suplai sumber daya manusia yang akurat untuk tipe

kepegawaian tertentu. Rencana kepegawaian terkait erat dengan

rencana strategik organisasi.

b. Perencanaan Program

Perencanaan program (program planning) mengikuti penyusunan

rencana kepegawaian. Perencanaan program menyangkut

pemilihan alat sumber daya manusia yang paling efektif yang

(34)

14

manusia. Penyusunan program merupakan tahap paling kritis dari

perencanaan sumber daya manusia. Terdapat tiga hal penting

dalam membuat dan mengevaluasi program sumber daya manusia:

1) Membuat program alternatif berdasarkan model sumber daya

manusia yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang

telah ditentukan.

2) Mengevaluasi berbagai alternatif yang dihasilkan menurut

empat kriteria; kemungkinan untuk sukses, antisipasi

besarnya biaya, kelaikan teknis tindakan, dan kemungkinan

dampak tindakan terhadap bagian lain dari organisasi.

3) Memutuskan untuk melaksanakan seperangkat program yang

terintegrasi berdasarkan pencapaian tujuan sumber daya

manusia seefektif mungkin.

Sedangkan menurut Siagian (2009:44), terdapat paling sedikit

enam manfaat yang dapat dipetik melalui suatu perencanaan

sumber daya manusia secara mantap. Pertama, organisasi dapat

memanfaatkan sumber daya manusia yang sudah ada dalam

organisasi secara lebih baik. Kedua, melalui perencanaan sumber

daya manusia yang matang, produktivitas kerja dari tenaga yang

sudah ada dapat ditingkatkan. Hal ini dapat terwujud melalui

(35)

15

disiplin kerja dan peningkatan ketrampilan sehingga setiap orang

menghasilkan sesuatu yang berkaitan langsung dengan

kepentingan organisasi. Ketiga, perencanaan sumber daya

manusia berkaitan dengan penentuan kebutuhan akan tenaga kerja

di masa depan, baik dalam arti jumlah dan kualifikasinya untuk

mengisi berbagai jabatan dan menyelenggarakan berbagai

aktivitas baru kelak. Keempat, salah satu segi manajemen sumber

daya manusia yang dewasa ini dirasakan semakin penting ialah

penanganan informasi ketenagakerjaan. Kelima, salah satu

kegiatan pendahuluan dalam melakukan perencanaan termasuk

perencanaan sumber daya manusia adalah penelitian. Berdasarkan

bahan yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan untuk

kepentingan perencanaan sumber daya manusia, akan timbul

pemahaman yang tepat tentang situasi pasar kerja. Keenam,

rencana sumber daya manusia merupakan dasar bagi penyusunan

program kerja bagi satuan kerja yang menangani sumber daya

manusia dalam organisasi. Salah satu aspek program kerja

tersebut adalah pengadaan tenaga kerja baru guna memperkuat

tenaga kerja yang sudah ada demi peningkatan kemampuan

(36)

16

perencanaan sumber daya manusia, sulit untuk menyusun

program kerja yang realistik.

B. Kinerja Karyawan

1. Pengertian

Konsep kinerja merupakan singkatan dari kinetika energi kerja yang

padanannya dalam bahasa Inggris adalah performance (Wirawan,2009:5).

Istilah performance sering diindonesiakan sebagai performa. Kinerja

sendiri merupakan keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau

indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu

tertentu. Pekerjaan adalah aktivitas menyelesaikan sesuatu atau membuat

sesuatu yang hanya memerlukan tenaga dan ketrampilan tertentu seperti

yang dilakukan oleh pekerja kasar atau blue collar worker. Contoh

pekerjaan, yaitu sopir bus, pembantu rumah tangga, tukang cukur,

pengantar surat pos, dan tukang kayu. Sementara itu, profesi adalah

pekerjaan yang untuk menyelesaikannya memerlukan penguasaan dan

penerapan teori ilmu pengetahuan yang dipelajari dari lembaga pendidikan

tinggi seperti yang dilakukan oleh profesional atau white collar worker.

Contoh profesi, yaitu pekerjaan yang dilakukan oleh manajer, dokter,

(37)

17

Suatu pekerjaan atau profesi mempunyai sejumlah fungsi atau

indikator yang dapat digunakan untuk mengukur hasil pekerjaan tersebut.

Misalnya, indikator pekerjaan sopir bus Trans Jakarta antara lain

mengemudikan bus di jalan khusus (busway) yang sudah disediakan;

mematuhi peraturan lalu lintas; mencatat kehadiran di halte dan stasiun;

menaikkan dan menurunkan penumpang; dan melayani penumpang.

Kinerja seorang sopir bus Trans Jakarta adalah jumlah dari nilai keluaran

semua indikator tersebut. Indikator pekerjaan seorang manajer adalah

merencanakan pekerjaan, mengorganisasi pekerjaan, memimpin

pelaksanaan pekerjaan, dan mengontrol pelaksanaan pekerjaan. Istilah

kinerja juga dapat digunakan untuk menunjukkan keluaran

perusahaan/organisasi, alat, fungsi-fungsi manajemen (produksi,

pemasaran, keuangan), atau keluaran seorang pegawai.

Orang awam sering mengacaukan istilah produktivitas dengan kinerja.

Istilah produktivitas berasal dari kata produk yang berarti barang atau jasa.

Produk merupakan hasil dari proses produksi yang didefinisikan sebagai

rasio keluaran (output) terhadap masukan (input). Ukuran produktivitas

terdiri atas semua keluaran organisasi dibagi oleh semua masukan (O/I).

Masukan meliputi bahan mentah, energi, tenaga kerja, peralatan, fasilitas,

(38)

18

Tenaga kerja merupakan salah satu masukan dari atau kontribusi

tenaga kerja terhadap produktivitas. Jika produktivitas diukur dengan

jumlah produk, misalnya jumlah sepatu yang diproduksi, maka

produktivitas tenaga kerja adalah jumlah sepatu yang diproduksi dibagi

dengan jumlah tenaga yang bekerja membuat sepatu. Akan tetapi, perlu

diingat bahwa produktivitas tenaga kerja bukan hanya hasil kerja keras

tenaga kerja. Sebagian besar bergantung pada masukan yang lainnya.

Misalnya, seorang tenaga kerja yang menggunakan robot untuk

memproduksi produk, produktivitasnya dapat 14 sampai 30 kali lipat

tenaga kerja yang tidak menggunakan robot. Dengan kata lain, tenaga

kerja (pegawai) hanya salah satu masukan produktivitas tenaga kerja.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja pegawai merupakan hasil sinergi dari sejumlah faktor (lihat

gambar 1). Fakor-faktor tersebut adalah faktor lingkungan internal

organisasi, faktor lingkungan eksternal organisasi, dan faktor internal

(39)

19

Gambar II.1

Pengaruh Lingkungan Internal dan Eksternal

Terhadap Perilaku Kerja Karyawan (Wirawan, 2009:7)

Lingkungan Eksternal :

(40)

20

a. Faktor internal pegawai, yaitu faktor-faktor dari dalam diri karyawan yang

merupakan faktor bawaan dari lahir dan faktor yang diperoleh ketika ia

berkembang. Faktor-faktor bawaan, misalnya bakat, sifat pribadi, serta

keadaan fisik dan kejiwaan. Sementara itu, faktor-faktor yang diperoleh,

misalnya pengetahuan, keterampilan, etos kerja, pengalaman kerja, dan

motivasi kerja. Setelah dipengaruhi oleh lingkungan internal organisasi dan

lingkungan eksternal, faktor internal pegawai ini menentukan kinerja

pegawai. Jadi, dapat diasumsikan bahwa makin tinggi faktor-faktor internal

tersebut, makin tinggi pula kinerja pegawai. Sebaliknya, makin rendah

faktor-faktor tersebut, makin rendah pula kinerjanya. Misalnya, jika

pegawai mempunyai bakat dan sifat yang diperlukan oleh pekerjaan yang

ia kerjakan, kemungkinan besar ia dapat menyelesaikan pekerjaannya

dengan kinerja baik. Sebaliknya, jika ia tidak mempunyai bakat dan sifat

pribadi yang diperlukan oleh pekerjaannya, kemungkinan besar kinerjanya

akan buruk.

b. Faktor lingkungan internal organisasi. Dalam melaksanakan tugasnya,

pegawai memerlukan dukungan organisasi tempat ia bekerja. Dukungan

tersebut sangat mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja pegawai, misalnya

penggunaan teknologi robot oleh organisasi. Menurut penelitian,

penggunaan robot akan meningkatkan produktivitass karyawan 14 sampai

(41)

21

buruk, kinerja karyawan akan menurun. Faktor internal organisasi lainnya

misalnya strategi organisasi, dukungan sumber daya yang diperlukan untuk

melaksanakan pekerjaan, serta sistem manajemen dan kompensasi. Oleh

karena itu, manajemen organisasi harus menciptakan lingkungan internal

organisasi yang kondusif sehingga dapat mendukung dan meningkatkan

produktivitas karyawan.

c. Faktor lingkungan eksternal organisasi. Faktor-faktor lingkungan eksternal

organisasi adalah keadaan, kejadian, atau situasi yang terjadi di lingkungan

eksternal organisasi yang memengaruhi kinerja karyawan. Misalnya, krisis

ekonomi dan keuangan yang terjadi di Indonesia tahun 1997 meningkatkan

inflasi, menurunkan nilai nominal upah dan gaji karyawan, dan selanjutnya

menurunkan daya beli karyawan. Jika inflasi tidak diikuti dengan kenaikan

upah atau gaji para karyawan yang sepadan dengan tingkat inflasi, maka

kinerja mereka akan menurun. Budaya masyarakat juga merupakan faktor

eksternal yang memengaruhi kinerja karyawan. Misalnya, budaya

alon-alon asal kelakon dan mangan ora mangan asal kumpul memengaruhi

kinerja manusia Indonesia. Hal tersebut dapat menjelaskan penyebab

kinerja orang Indonesia rendah, misalnya jika dibandingkan dengan kinerja

bangsa Jepang. Karena budaya tersebut, etos kerja manusia Indonesia lebih

rendah jika dibandingkan dengan etos kerja bangsa lain. Akan tetapi, ada

(42)

22

yang dilakukan oleh International Labor Organisation (ILO) pada tahun

2006 menyatakan orang Indonesia mencapai rekor persentase tertinggi dari

50 negara yang bekerja lebih dari 48 jam per minggu seperti pada Tabel

II.1. Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, orang Indonesia harus bekerja

lebih panjang jika dibandingkan dengan bangsa lainnya karena

penghasilannya rendah. Akan tetapi, jumlah kumulatif jam kerja manusia

Indonesia per tahunnya masih rendah jika dibandingkan dengan bangsa

lainnya karena terlalu banyak hari libur, jumlah pengangguran yang tinggi,

dan etos kerjanya yang relatif rendah.

Tabel II.1

Persentase Bangsa-bangsa yang Bekerja

Lebih dari 48 Jam Per Minggunya

Bangsa

Persentase yang bekerja Lebih dari 48 Jam Per

Minggunya

Indonesia 51,2%

Peru 50,9%

Korea Selatan 49,5%

Thailand 46,7%

Pakistan 44,4%

(43)

23

Jepang 39,3%

Inggris 25,7%

Selandia Baru 23,6%

Australia 20,4%

Swiss 19,2%

Amerika Serikat 18,1%

Sumber: http://money.cnn.com/2007/06/07/news/ilo_study/index.htm

Faktor-faktor internal karyawan bersinergi dengan faktor-faktor

lingkungan eksternal organisasi. Sinergi ini memengaruhi perilaku kerja

karyawan yang kemudian memengaruhi kinerja karyawan. Kinerja

karyawan kemudian menentukan kinerja organisasi. Dari ketiga jenis

faktor tersebut, faktor yang dapat dikontrol dan dikondisikan oleh para

manajer adalah faktor lingkungan internal organisasi dan faktor internal

karyawan. Sementara itu, faktor-faktor lingkungan eksternal organisasi di

luar kontrol manajer. Tugas manajer adalah mengontrol dan

mengembangkan faktor lingkungan internal organisasi dan faktor internal

(44)

24

3. Kriteria untuk Mengukur Kinerja

a. Menurut Wirawan

Setiap indikator kinerja diukur berdasarkan kriteria standar tertentu.

Dalam mengukur kinerja, terdapat kriteria atau ukuran. Kriteria tersebut

adalah sebagai berikut (Wirawan , 2009) :

1) Kuantitatif (seberapa banyak). Ukuran kuantitatif merupakan

ukuran paling mudah untuk disusun dan diukur, yaitu hanya

dengan menghitung seberapa banyak unit keluaran kinerja

harus dicapai dalam kurun waktu tertentu. Contoh :

a) menghasilkan tidak kurang dari sepuluh pasang sepatu

sehari (karyawan perusahaan sepatu);

b) melakukan dan menyelesaikan empat survei setahun

(karyawan unit penelitian dan pengembangan).

2) Kualitatif (seberapa baik). Melukiskan seberapa baik atau

seberapa lengkap hasil harus dicapai. Kriteria ini antara lain

mengemukakan akurasi, presisi, penampilan (kecantikan dan

ketampanan), kemanfaatan atau efektivitas. Standar kualitas

dapat diekspresikan sebagai tingkat kesalahan seperti jumlah

atau persentase kesalahan yang diperbolehkan per unit hasil

(45)

25

Contoh :

a) laporan evaluasi yang diajukan diterima tanpa revisi

minimal 75% (pegawai unit evaluasi);

b) sepatu yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas

minimal 99,5% (karyawan perusahaan sepatu).

3) Ketepatan waktu pelaksanaan tugas atau penyelesaian produk.

Kriteria yang menentukan keterbatasan waktu untuk

memproduksi suatu produk, membuat sesuatu atau melayani

sesuatu. Kriteria ini menjawab pertanyaan, seperti kapan,

berapa cepat, atau dalam periode apa. Contoh :

a) makanan telah berada di kamar hotel pemesan dalam

waktu 25 menit setelah dipesan(timely services restoran

hotel);

b) kacamata diselesaikan dalam waktu 120 menit setelah

pemerikasaan mata (pegawai perusahaan kacamata). 4) Efektivitas penggunaan sumber organisasi. Efektivitas

penggunaan sumber dijadikan indikator untuk mengerjakan

suatu pekerjaan disyaratkan menggunakan jumlah sumber

tertentu, seperti uang dan bahan baku. Contoh :

a) biaya perjalanan tidak melebihi 5% biaya perjalanan

(46)

26

b) melakukan penghematan pemakaian listrik sampai 10%

dari tahun yang lalu.

5) Cara melakukan pekerjaan, digunakan sebagai standar kinerja

jika kontak personal, sikap personal, atau perilaku karyawan

merupakan faktor penentu keberhasilan melaksanakan

pekerjaan. Misalnya :

a) membantu pelanggan dalam memasang produk dan

menjelaskannya dengan sabar;

b) berkata dengan sopan kepada teman sekerja, atasan, dan

pelanggan.

6) Efek atas suatu upaya. Pengukuran yang diekspresikan akibat

akhir yang diharapkan akan diperoleh dengan bekerja. Standar

jenis ini menggunakan kata-kata sehingga dan agar supaya

yang digunakan jika hasilnya tidak dapat dikualifikasikan.

Contoh :

a) membeli bahan mentah dan suku cadang dengan

menggunakan prinsip just in time sehingga tersedia

ketika diperlukan dan biaya penyimpanannya rendah; b) mematikan lampu dan air condition (AC) ketika

meninggalkan ruang kerja sehingga biaya listrik dapat

(47)

27

7) Metode melaksanakan tugas. Standar yang digunakan jika ada

undang-undang, kebijakan, prosedur, standar, metode, dan

peraturan untuk menyelesaikan tugas atau jika cara

pengecualian ditentukan tidak dapat diterima. Misalnya :

a) penilaian proposal permohonan kredit dilakukan

berdasarkan standar penilaian dan diselesaikan dalam

waktu maksimal sepuluh hari kerja;

b) pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan

tindak pidana hanya dapat dimulai jika ia didampingi

oleh pengacara.

8) Standar sejarah. Standar yang menyatakan hubungan antara

standar masa lalu dengan standar sekarang. Standar masa

sekarang dinyatakan lebih tinggi atau lebih rendah daripada

standar masa lalu dalam pengertian kuantitas dan kualitas.

Contoh :

a) produk yang ditolak oleh bagian kontrol kualitas lebih

rendah 20% daripada tahun lalu;

b) hasil penjualan produk meningkat 25% daripada

(48)

28

9) Standar nol atau absolute. Standar yang menyatakan tidak akan

terjadi sesuatu. Standar ini dipakai jika tidak ada alternatif lain,

misalnya :

a) tidak ada keluhan dari pelanggan mengenai kesopanan

berbicara di telepon;

b) tidak terjadi penyimpangan dari prosedur pemberian

kredit.

b. Menurut Henry Simamora

Kriteria pengukuran kinerja sebagai berikut (Henry Simamora,1997) :

1) Akurasi meliputi ketepatan tugas pekerjaan yang dilaksanakan.

2) Kecekatan meliputi kemampuan untuk menangkap instruksi,

memenuhi kondisi yang menantang, memecahkan masalah dan

situasi baru.

3) Kreativitas meliputi bakat karena memiliki ide baru, menemukan

cara baru, dan imajinatif.

4) Keramahan meliputi sosialitas dan kehangatan yang ditunjukkan

kepada kalangan pelanggan, karyawan lainnya, penyelia, dan

orang-orang yang diawasi.

5) Kepribadian meliputi karakteristik perilaku individu atau

(49)

29

6) Penampilan pribadi meliputi kesan pribadi yang dibuat seseorang

terhadap orang lainnya (kenecisan, kerapihan, keserasian,

pakaian).

7) Kebugaran fisik meliputi kemampuan bekerja secara konsisten

(dengan hanya sedikit kelelahan).

8) Kehadiran meliputi keyakinan akan masuk kerja tiap hari (sesuai

dengan jam kerja).

9) Keandalan meliputi kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang

disyaratkan dengan supervisi minimum.

10) Pengetahuan kerja meliputi informasi mengenai tugas pekerjaan

yang harus diketahui oleh seseorang agar kinerjanya memuaskan. 11) Kuantitas kerja meliputi banyaknya pekerjaan yang dapat

dilakukan sesorang dalam satu hari kerja.

12) Stabilitas meliputi kemampuan untuk menahan tekanan berat dan

tetap tenang dalam situasi kritis.

13) Kesopanan meliputi sikap santun terhadap orang lain.

C. Kecerdasan Emosional

1. Emosi

Ahli psikologi memandang manusia adalah makhluk yang secara alami

(50)

30

adalah keadaan jiwa yang menampakkan diri dengan sesuatu perubahan yang

jelas pada tubuh. Emosi setiap orang mencerminkan keadaan jiwanya, yang

akan tampak secara nyata pada perubahan jasmaninya. Sebagai contoh ketika

seseorang diliputi emosi marah, wajahnya memerah, napasnya menjadi sesak,

otot-otot tangannya akan menegang, dan energi tubuhnya memuncak. Emosi

berasal dari kata e yang berarti energi dan motion yang berarti getaran. Emosi

kemudian bisa dikatakan sebagai sebuah energi yang terus bergerak dan

bergetar (Chia dalam Safaria dan Saputra, 2009). Emosi dalam makna paling

harfiah didefinisikan sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran,

perasaan, nafsu dari setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap.

Pada dasarnya emosi manusia bisa dibagi menjadi dua kategori umum jika

dilihat dari dampak yang ditimbulkannya. Kategori pertama adalah emosi

positif atau biasa disebut dengan afek positif. Emosi positif memberikan

dampak yang menyenangkan dan menenangkan. Macam dari emosi positif ini

seperti tenang, santai, rileks, gembira, lucu, haru, dan senang. Ketika kita

merasakan emosi positif ini, kita pun akan merasakan keadaan psikologis

yang positif (Gohm dan Clore dalam Safaria dan Saputra, 2009). Kategori

kedua adalah emosi negatif atau afek negatif. Ketika kita merasakan emosi

negatif ini maka dampak yang kita rasakan adalah negatif, tidak

menyenangkan dan menyusahkan. Macam dari emosi negatif diantaranya

(51)

31

masih banyak lagi. Biasanya kita menghindari dan berusaha menghilangkan

emosi negatif ini. Adakalanya kita mampu mengendalikannya, tetapi

adakalanya kita gagal melakukannya. Ketika kita gagal mengendalikan atau

menyeimbangkan emosi negatif ini maka ketika itu keadaan suasana hati kita

menjadi buruk.

2. Definisi Kecerdasan Emosional

Apabila kekuatan yang mendorong kecerdasan dalam dunia usaha abad

ke-20 adalah IQ, maka berdasarkan bukti-bukti yang makin banyak di

penghujung abad ke-21, yang akan lebih berperan adalah EQ, dan

bentuk-bentuk kecerdasan praktis serta kreatif yang terkait. Dalam beberapa tahun ini,

istilah EQ telah diterima menjadi kependekan dari Emotional Intelligence,

yang setara dengan IQ. Studi-studi terdahulu (Cooper dan Sawaf,2002:xi)

juga menunjukkan bahwa seorang eksekutif atau professional yang secara

teknik unggul dan memiliki EQ tinggi adalah orang yang mampu mengatasi

konflik, kesenjangan yang perlu dijembatani atau diisi, melihat hubungan

tersembunyi yang menjanjikan peluang, dan menempuh interaksi gelap,

misterius, yang menurut pertimbangan paling bisa membuahkan emas secara

lebih siap, lebih cekatan, dan lebih cepat dibandingkan orang lain.

Kecerdasan emosional bukanlah muncul dari pemikiran intelek yang

(52)

32

penjualan atau cara menata sebuah ruangan. EQ bukanlah tentang memakai

topeng kemunafikan atau penggunaan psikologi untuk mengendalikan,

mengeksploitasi, atau memanipulasi seseorang. Kata emosi bisa secara

sederhana didefinisikan sebagai menerapkan “gerakan”, baik secara metafora

maupun harfiah, untuk mengeluarkan perasaan. Kecerdasan emosionallah

yang memotivasi kita untuk mencari manfaat dan potensi unik kita, dan

mengaktifkan aspirasi dan nilai-nilai kita yang paling dalam, mengubahnya

dari apa yang kita pikirkan menjadi apa yang kita jalani. Emosi sejak lama

dianggap memiliki kedalaman dan kekuatan sehingga dalam bahasa Latin,

misalnya, emosi dijelaskan sebagai motus anima yang arti harfiahnya “jiwa

yang menggerakkan kita.”

Berlawanan dengan kebanyakan pemikiran konvensional kita, emosi

bukanlah sesuatu yang bersifat positif atau negatif; tetapi emosi berlaku

sebagai sumber energi, autentisitas, dan semangat manusia yang paling kuat,

dan dapat memberikan kita sumber kebijakan intuitif. Tentu saja tidak cukup

hanya memiliki perasaan. Kecerdasan emosional menuntut kita untuk belajar

mengakui dan menghargai perasaan pada diri kita dan orang lain dan untuk

menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif informasi dan

energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.

Cooper dan Sawaf mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai

(53)

33

kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh

yang manusiawi. Menurut Goleman (2009:45) kecerdasan emosional

merupakan kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri,

bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati, tidak

melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres

tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, serta berempati dan berdoa.

Sedangkan Menurut Dio Martin (2011:38), kecerdasan emosional dalam

konteks pekerjaan adalah mengetahui apa yang Anda dan orang lain rasakan

serta bagaimana caranya menggunakan informasi dan energi tersebut secara

konstruktif. Orang lain yang dimaksudkan di sini bisa merupakan atasan,

rekan-rekan, bawahan, atau pelangagan. Dilihat dari definisi-definisi

kecerdasan emosional di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional

merupakan kemampuan emosional manusia yang antara lain terdiri dari

motivasi, pengendalian diri, kepekaan emosi, dan lain sebagainya yang

merupakan sumber kekuatan untuk pengembangan diri ke arah yang positif

serta bijaksana dalam membangun hubungan dengan orang lain.

3. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional

a. Menurut Salovey dan Mayer

Salovey dan Mayer (dalam Goleman, 2009:57) membagi kecerdasan

(54)

34

1) Mengenali emosi diri (Self Awareness)

Mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar

kecerdasan emosional. Kemampuan untuk memantau perasaaan dari

waktu ke waktu merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan

pemahaman diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan kita

yang sesungguhnya membuat kita berada dalam kekuasaan perasaan.

Orang yang memiliki keyakinan yang lebih tentang perasaannya

adalah pilot yang andal bagi kehidupan mereka, karena mempunyai

kepekaan lebih tinggi akan perasaan mereka yang sesungguhnya atas

pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadi, mulai dari

masalah siapa yang akan dinikahi sampai ke pekerjaan apa yang akan

diambil.

2) Mengelola emosi (Managing Emotion)

Menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas adalah

kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri. Kecakapan ini

merupakan kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan

kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang

timbul karena gagalnya keterampilan emosional dasar ini. Orang-orang

yang buruk kemampuannya dalam keterampilan ini akan

(55)

35

pintar dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan

dan kejatuhan dalam kehidupan.

3) Memotivasi diri sendiri (Motivating Oneself)

Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang

sangat penting dalam kaitan memberi perhatian, untuk memotivasi diri

sendiri dan menguasai diri sendiri, serta untuk berkreasi. Kendali diri

emosional, menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan

dorongan hati adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang.

Dan, mampu menyesuaikan diri dalam “flow” memungkinkan

terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang

yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan

efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan.

4) Mengenali emosi orang lain (Empathy)

Empati, kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri

emosional, merupakan “keterampilan bergaul” dasar. Sikap ini

merupakan sensivitas terhadap perasaan orang lain dan mengambil

sudut pandang orang lain serta menghargai cara pandang orang lain.

Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial

yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau

(56)

36

pekerjaan-pekerjaan keperawatan, mengajar, penjualan, dan

manajemen.

5) Membina hubungan (Handling Relationship)

Seni membina hubungan, sebagian besar merupakan keterampilan

mengelola emosi orang lain atau dengan kata lain merupakan

kemampuan untuk berinteraksi dan menjaga hubungan yang sehat

dengan orang lain, kemampuan sosial (interpersonal). Ini merupakan

keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan

keberhasilan antar pribadi. Orang-orang yang hebat dalam

keterampilan ini akan sukses dalam bidang apapun yang

mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain. Mereka

adalah bintang-bintang pergaulan.

Tentu saja, kemampuan orang-orang berbeda dalam wilayah-wilayah

ini, beberapa orang di antara kita barangkali amat terampil menangani

kecemasan diri sendiri, tetapi agak kerepotan meredam kemarahan orang

lain. Landasan di balik tingkat kemampuan ini tentu saja adalah saraf,

tetapi sebagaimana akan kita lihat, otak bersifat plastis (sangat mudah

dibentuk), dan terus menerus belajar. Kekurangan-kekurangan dalam

keterampilan emosional dapat diperbaiki sampai ke tingkat yang

(57)

37

kebiasaan dan respons yang dengan upaya yang tepat dapat

dikembangkan.

b. Menurut Daniel Goleman

Kerangka Kerja Kecakapan Emosi

Kecakapan Pribadi

Kecakapan ini menentukan bagaimana kita mengelola diri sendiri

Kesadaran Diri

Mengetahui kondisi diri sendiri, kesukaan, sumberdaya, dan intuisi

1) Kesadaran emosi: Mengenali emosi sendiri dan efeknya.

2) Penilaian diri secara teliti: Mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri.

3) Percaya diri: Keyakinan tentang harga diri dan kemampuan sendiri.

Pengaturan Diri

Mengelola kondisi, impuls, dan sumberdaya diri sendiri

1) Kendali diri: Mengelola emosi-emosi dan desakan-desakan hati yang merusak.

2) Sifat dapat dipercaya: Memelihara norma kejujuran dan integritas.

3) Kewaspadaan: Bertanggung jawab atas kinerja pribadi.

4) Adaptibilitas: Keluwesan dalam menghadapi perubahan.

(58)

38

Motivasi

Kecenderungan emosi yang mengantar atau memudahkan peraihan sasaran

1) Dorongan prestasi: Dorongan untuk menjadi lebih baik atau memenuhi standar keberhasilan.

2) Komitmen: Menyesuaikan diri dengan sasaran kelompok atau perusahaan.

3) Inisiatif: Kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan.

4) Optimisme: Kegigihan dalam memperjuangkan sasaran kendati ada halangan dan kegagalan.

Kecakapan Sosial

Kecakapan ini menentukan bagaimana kita menangani suatu hubungan.

Empati

Kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan, dan kepentingan orang lain.

1) Memahami orang lain: Mengindra perasaan dan perspektif orang lain, dan menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan mereka.

2) Orientasi pelayanan: Mengantisipasi, mengenali, dan berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan.

3) Mengembangkan orang lain: Merasakan kebutuhan perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan mereka.

4) Mengatasi keragaman: Menumbuhkan peluang melalui pergaulan dengan bermacam-macam orang.

(59)

39

Keterampilan Sosial

Kepintaran dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain.

1) Pengaruh: Memiliki taktik-taktik untuk melakukan persuasi.

2) Komunikasi: Mengirimkan pesan yang jelas dan meyakinkan.

3) Kepemimpinan: Membangkitkan inspirasi dan memandu kelompok dan orang lain.

4) Katalisator perubahan: Memulai dan mengelola perubahan.

5) Manajemen konflik: Negosiasi dan pemecahan silang pendapat.

6) Pengikat jaringan: Menumbuhkan hubungan sebagai alat.

7) Kolaborasi dan kooperasi: Kerjasama dengan orang lain demi tujuan bersama.

8) Kemampuan tim: Menciptakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan tujuan bersama.

Tabel II.2 Kerangka Kerja Kecakapan Emosi (Goleman, 1999:42-43)

Dilihat dari sisi pemikiran Daniel Goleman sendiri, mulanya ia pun

mengatakan ada 5 faktor penting (atau ia menyeburnya 5 dimensi) dalam

mengembangkan kecerdasan emosional yang tidak berbeda jauh dengan

pemikiran Peter Salovey dan John Mayer di atas, yakni Penyadaran Diri;

Mengelola Emosi; Memotivasi Diri; Empati; dan Keterampilan Sosial.

Namun, dalam beberapa buku terbitan terakhirnya, Goleman lebih

mempertegas serta menyederhanakan framework kompetensi EQ-nya

sehingga jika diringkas menjadi sebuah gambar akan berbentuk sebagai

(60)

40

dimensi atau cluster-cluster-nya. Artinya, kemampuan penyadaran sosial

(social awareness) misalnya tidak hanya tergantung pada kompetensi

empati semata, tetapi juga tergantung pada kemampuan berorientasi

pelayanan serta penyadaran terhadap organisasi. Lebih jauh, Goleman

mengatakan antara satu dimensi EQ dengan yang lainnya saling

berkaitan. Berarti tidak mungkin memiliki keterampilan sosial yang baik

bila tidak cukup kompeten dalam hal penyadaran diri (self awareness)

dan tidak memiliki pengaturan diri (self management) maupun

penyadaran sosial (social awareness) yang baik.

c. Menurut Steven Stein dan Howard Book

(61)

41

kecerdasan emosional. Ranah Intrapribadi memiliki kesamaan dengan apa

yang disebut oleh Daniel Goleman sebagai Kecakapan Pribadi, sedangkan

Ranah Antarpribadi memiliki kesamaan dengan apa yang disebut oleh

Daniel Goleman sebagai Kecakapan Sosial. Berikut 13 dimensi

kecerdasan emosional dari Steven J. Stein dan Howard E. Book (Stein

dan Book, 2004:71-254).

1) Ranah Intrapribadi

a) Kesadaran Diri Emosional

Kesadaran diri emosional didefinisikan sebagai kemampuan untuk

mengenal dan memilah-milah perasaan, memahami hal yang sedang

kita rasakan dan mengapa hal itu kita rasakan, serta mengetahui

penyebab munculnya perasaan tersebut. Kesadaran diri yang sangat

rendah dialami penderita alexithymia (tidak mampu

mengungkapkan perasaan secara lisan). Kesadaran diri emosional

adalah fondasi tempat dibangunnya hampir semua unsur kecerdasan

emosional, langkah awal yang penting untuk menjelajahi dan

memahami diri kita, dan untuk berubah. Sudah jelas bahwa kita

tidak mungkin bisa mengendalikan sesuatu yang tidak kita kenal.

Jika kita tidak menyadari perbuatan kita, alasan kita melakukannya,

dan bahwa hal itu bisa merugikan orang lain, kita tidak akan dapat

(62)

bersungguh-42

sungguh berupaya untuk menyelesaikan permasalahan satu demi

satu, pada akhirnya kita hanya akan berputar-putar saja dalam

lingkaran kemelut. Orang yang naluri kesadaran dirinya kuat bisa

mengetahui saat mereka merasa kurang bersemangat, mudah kesal,

sedih, atupun bergairah, dan menyadari bagaimana berbagai

perasaan tersebut bisa mengubah perilaku mereka sehingga

menyebabkan orang lain menjauhi mereka. Biasanya mereka juga

bisa mengetahui kejadian yang memicu timbulnya perasaan

tersebut. Kemampuan seseorang untuk mengenali perasaannya dan

cara dia menyikapinya, membuatnya mampu mengendalikan

perilaku yang berpotensi membuat dirinya dijauhi orang lain.

b) Sikap Asertif

Sikap asertif (ketegasan, keberanian menyatakan pendapat) meliputi

tiga komponen dasar : (1) kemampuan mengungkapkan perasaan

(misalnya untuk menerima dan mengungkapkan perasaan marah,

hangat, dan seksual); (2) kemampuan mengungkapkan keyakinan

dan pemikiran secara terbuka (mampu menyuarakan pendapat,

menyatakan ketidaksetujuan dan bersikap tegas, meskipun secara

emosional sulit melakukan ini dan bahkan sekalipun kita mungkin

harus mengorbankan sesuatu); dan (3) kemampuan untuk

(63)

43

mengganggu dan memanfaatkan kita). Orang yang asertif bukan

orang yang suka terlalu menahan diri dan juga bukan pemalu,

mereka bisa mengungkapkan perasaannya (biasanya secara

langsung) tanpa bertindak agresif ataupun melecehkan. Sikap asertif

sering salah dimengerti. Ini mengherankan karena sikap asertif

berarti kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas, spesifik, dan

tidak taksa (multi-tafsir), sambil sekaligus tetap peka terhadap

kebutuhan orang lain dan reaksi mereka dalam peristiwa tertentu.

Kemampuan untuk bertindak dengan sikap asertif yang tepat dapat

diuraikan dalam tiga cara. Pertama, kita harus memiliki kesadaran

diri yang memadai sehingga bisa mengenali perasaan sendiri

sebelum mengungkapkannya. Kedua, kita harus mampu

mengendalikan nafsu sehingga bisa mengungkapkan

ketidaksetujuan atau kemarahan tanpa membiarkannya meningkat

menjadi kemarahan sengit, dan mampu menyatakan berbagai

keinginan secara tepat, dan dengan intensitas yang tepat. Ketiga,

kita harus mampu mempertahankan hak-hak pribadi, alasan pribadi,

dan nilai-nilai yang sangat kita yakini kebenarannya. Ini berarti

mampu untuk tidak sependapat dengan orang lain tanpa

menggunakan sabotase dan alasan yang emosional, dan mampu

(64)

44

sekaligus tetap menghormati pendapat orang lain dan peka terhadap

kebutuhan mereka. Ini biasanya menghasilkan kompromi yang

membangun, biasa disebut dengan istilah “win-win situation”.

Karena jalinan hubungan antara dua pihak menjadi lebih kuat jika

masing-masing saling menghormati pendapat yang lain, maka

kedua pihak bisa mengakhiri pertentangan sambil tetap

terpenuhinya kebutuhan mereka, atau setidaknya sebagian.

c) Kemandirian

Kemandirian memiliki definisi kemampuan untuk mengarahkan dan

mengendalikan diri sendiri dalam berpikir dan bertindak, serta tidak

merasa bergantung pada orang lain secara emosional. Orang yang

mandiri mengandalkan dirinya sendiri dalam merencanakan dan

membuat keputusan penting. Kendati demikian, mereka bisa saja

meminta dan mempertimbangkan pendapat orang lain sebelum

akhirnya membuat keputusan yang tepat bagi mereka sendiri. Ingat,

meminta pendapat orang lain jangan selalu dianggap pertanda

ketergantungan. Orang yang mandiri mampu bekerja sendiri,

mereka tidak mau bergantung pada orang lain dalam memenuhi

kebutuhan emosional mereka. Kemampuan untuk mandiri

bergantung pada tingkat kepercayaan diri dan kekuatan batin

(65)

45

tanpa diperbudak oleh kedua jenis tuntutan itu. Kemandirian bisa

juga diartikan sebagai kemampuan untuk berdiri dengan kedua kaki

sendiri (inilah alasan mengapa kemandirian erat kaitannya dengan

sikap asertif), dan mau bertanggung jawab. Ini artinya bertanggung

jawab atas kehidupan pribadi, menjadi diri sendiri, dan menentukan

arah sendiri. Orang yang selalu mendambakan pengakuan dengan

cara apapun dan takut melakukan kesalahan sekecil apapun, akan

sangat sulit hidup mandiri. Tentu saja kemandirian melibatkan

sejumlah risiko, dan kadang-kadang kita bisa melakukan kesalahan

atau salah ucap. Kita harus belajar dari pengalaman ini, memaafkan

diri sendiri karena telah melakukan kesalahan, dan tidak

membiarkan kesalahan itu menghambat kita di masa mendatang.

Tak seoarang pun yang bisa selalu 100% benar. Sejarah

menunjukkan bahwa bahkan orang yang paling sukses dan paling

dikagumi pun ternyata pernah melakukan kesalahan fatal yang

kelihatannya tidak bisa diperbaiki, atau berkali-kali menemui

kegagalan dalam proses mencapai suatu tujuan. Pikirkan sejumlah

pemimpin dunia dan tokoh terkenal yang bangkit kembali setelah

mengalami kegagalan (dalam beberapa kasus malah kegagalan yang

sangat memalukan) untuk kemudian mencapai keberhasilan yang

Gambar

gambar 1). Fakor-faktor tersebut adalah faktor lingkungan internal
Gambar II.1
Gambar II.2 New Framework Goleman
Gambar II. 3 Kerangka Konsep Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebanyak kurang lebih 39 % pasien dengan demam reumatik akut bisa terjadi kelainan pada jantung mulai dari gangguan katup, gagal jantung, perikarditis (radang

In this paper, for coherence estimation in forestry areas using PolISAR data a trial and error method for selecting the window size has been proposed.. In contrast to the

Berdasarkan penggunaan beberapa tumbuhan obat ini secara tradisional maka dilakukan penelitian untuk mengetahui aktivitas antihiperurisemia dengan pemberian ekstrak

bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a dan huruf b di atas, perlu ditetapkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Diberit ahukan bahwa set el ah diadakan penel it ian ol eh Kel ompok Kerj a (Pokj a) Lel ang Fisik Pembangunan Gedung Area St udent Cent er di MAN Insan Cendekia Jambi menurut ket

Kepadatan yang tinggi itu sendiri merupakan faktor paling umum yang dapat menimbulkan perasaan sesak, namun seperti yang kita lihat, hal itu tidak selalu menuntun pada rasa

Laporan Akhir ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi syarat menyelesaikan Pendidikan Diploma III pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik

Berdasarkan studi terhadap pengertian dan karakteristik arsitektur Green Building, serta studi terhadap bangunan dengan pengaplikasian Green Building, maka hal-hal yang