• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENELITIAN OSILASI GANDENG DENGAN MENGGUNAKAN SMARTPHONE SEBAGAI SENSOR PERCEPATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENELITIAN OSILASI GANDENG DENGAN MENGGUNAKAN SMARTPHONE SEBAGAI SENSOR PERCEPATAN"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

PENELITIAN OSILASI GANDENG DENGAN

MENGGUNAKAN SMARTPHONE SEBAGAI SENSOR

PERCEPATAN

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Nino Munawanto

NIM: 101424021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

PENELITIAN OSILASI GANDENG DENGAN

MENGGUNAKAN SMARTPHONE SEBAGAI SENSOR

PERCEPATAN

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Nino Munawanto

NIM: 101424021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

Munawar dan Sri Isti (Orang tua penulis)

Hanik Risnawati (Saudara Perempuan penulis)

Keluarga Besar Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma

dan semua pihak yang telah mendukung penulis

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 12 Agustus 2014

Penulis

(7)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata

Dharma:

Nama : Nino Munawanto

Nomor mahasiswa : 101424021

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENELITIAN OSILASI GANDENG DENGAN MENGGUNAKAN SMARTPHONE SEBAGAI SENSOR PERCEPATAN”

Dengan demikian, saya memberikan kepada perpustakaan hak untuk

menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk

pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas dan mempublikasikannya di

internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin

dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan

nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 12 Agustus 2014

Yang menyatakan,

(8)

viii

ABSTRAK

PENELITIAN OSILASI GANDENG DENGAN MENGGUNAKAN

SMARTPHONE SEBAGAI SENSOR PERCEPATAN

Telah dilakukan penelitian sistem osilasi yang terdiri dari dua massa dan

tiga pegas yang tergabung menjadi satu. Sistem diamati menggunakan smartphone

sebagai sensor percepatan dan dilakukan tanpa gesekan di atas air track. Awalnya, gerak benda dipelajari pada mode normal osilasi gandeng. Pada mode normal

simetris dan asimetris, hasil pengukuran konstanta pegas menunjukkan kemiripan

dengan pengukuran melalui sistem osilasi sebuah pegas dengan smartphone.

Selanjutnya, osilasi gandeng dipelajari sebagai gabungan dari kedua mode normal.

Hasil eksperimen menunjukkan bahwa smartphone mampu digunakan secara

praktis untuk mengukur percepatan benda yang bergerak harmonik.

(9)

ix

ABSTRACT

A STUDY OF COUPLED OSCILLATIONS USING SMARTPHONE AS

ACCELERATION SENSOR

Oscillations have been studied with two masses and three springs which are

coupled together. The system was studied frictionless on air track surface and use

the smartphone as acceleration sensor. In beginning, symmetric and asymmetric

normal modes were studied. Results for the spring constant agree very well with

measurement obtained by single spring and smartphone oscillations method.

Later, coupled oscillations was studied as combination of normal modes. Results

represent that smartphone acceleration sensors is valuable measurements

instruments for study acceleration of harmonic motion.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T atas segala rahmat,

kasih, karunia serta penyertaan yang diberikan kepada penulis selama penyusunan

skripsi yang berjudul “PENELITIAN OSILASI GANDENG DENGAN

MENGGUNAKAN SMARTPHONE SEBAGAI SENSOR PERCEPATAN”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

pendidikan di Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan

baik karena adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ign. Edi Santosa, M.S. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Fisika, dosen Program Studi Pendidikan Fisika dan Dosen

Pembimbing Skripsi yang dengan penuh kesabaran telah membimbing,

membantu, mendampingi, memotivasi serta meluangkan waktunya

kepada penulis selama masa perkuliahan, penelitian dan proses

penulisan skripsi ini.

2. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

pendidikan Universitas Sanata Dharma dan Dosen Pembimbing

Akademik yang telah mendampingi dan membimbing selama

perkuliahan.

3. Bapak Ngadiono sebagai laboran yang telah banyak membantu penulis

(11)

xi

4. Ayahku, Munawar dan ibuku, Sri Isti serta kakakku, Hanik Risnawati

yang selama ini selalu mendoakan, memotivasi, dan mendukung

penulis dalam banyak hal.

5. Emerentiana Astuti yang selalu mendukung, memotivasi,

mendengarkan keluhan penulis dengan sabar, dan telah meminjamkan

smartphone miliknya untuk penelitian ini.

6. Agustinus Bekti S., Elisabeth Dian A., Eliya Agustina M., Serly Eka F.,

Laras Nandya, Willy Mulyati, Hany Sri Wahyuni, Osri Jua, Gloria

Pasaribu dan Nita Indra Purwanti yang telah menemani, mendukung

dan membantu selama penelitian.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis selama menyelesaikan studi dan menyelesaikan

skripsi.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini masih

belum sempurna. Penulis dengan besar hati mengharapkan kritik dan saran.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan memberikan sedikit

sumbangan untuk Ilmu Pengetahuan.

Yogyakarta, 12 Agustus 2014

(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

(13)

xiii

F. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II DASAR TEORI ... 6

A. Osilasi Pegas Massa ... 6

B. Osilasi Gandeng ... 8

B.1 Mode Normal Simetris ... 14

B.2 Mode Normal Asimetris ... 14

C. Osilasi Gandeng Mode Gabungan ... 15

BAB III METODE PENELITIAN... 16

A. Menghitung Nilai Konstanta Pegas Melalui Sistem Osilasi Pegas-Massa ... 16

B. Osilasi Gandeng ... 19

B.3 Osilasi Gandeng Mode Simetris ... 23

B.4 Osilasi Gandeng Mode Asimetris ... 24

B.5 Osilasi Gandeng Mode Gabungan ... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

A. Hasil ... 26

(14)

xiv

A.3 Osilasi Gandeng Mode Normal Asimetris ... 31

A.4 Osilasi Gandeng Mode Gabungan ... 33

B. Pembahasan ... 36

B.1 Menghitung Nilai Konstanta Pegas Menggunakan Sistem Osilasi Pegas-massa ... 36

B.2 Seting Peralatan Osilasi Gandeng ... 38

B.2 Osilasi Gandeng Mode Normal Simetris ... 40

B.3 Osilasi Gandeng Mode Normal Asimetris ... 43

B.4 Osilasi Gandeng Mode Gabungan ... 46

B.5 Perbandingan Frekuensi Sudut Pada Eksperimen ... 50

B.6 Gangguan Pada Eksperimen Osilasi Gandeng ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Sistem osilasi pegas-massa... 6

Gambar 2 Sistem osilasi gandeng ... 9

Gambar 3 Set alat osilasi pegas-massa saat penelitian... 16

Gambar 4 Sistem osilasi pegas massa menggunakan smartphone sebagai massa

dan sensor percepatan... 17

Gambar 5 Tampilan aplikasi Accelerometer Monitor version 1.5 ketika sedang

merekam percepatan ... 18

Gambar 6 Tampilan isi file hasil rekaman oleh aplikasi Accelerometer Monitor

version 1.5 ... 19

Gambar 7 Foto kedua smartphone yang digunakan sebagai sensor percepatan .. 20

Gambar 8 Set alat osilasi gandeng saat penelitian di laboratorium penelitian

Universitas Sanata Dharma ... 21

Gambar 9 Rangkaian alat sistem osilasi gandeng yang disusun secara horizontal

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Osilasi merupakan gerak bolak-balik benda melewati titik setimbang

yang terjadi secara periodik. Gerak bolak-balik dua benda atau lebih yang

saling terhubung satu dengan yang lain disebut osilasi gandeng. Fenomena

osilasi gandeng dapat ditemukan di alam seperti vibrasi yang terjadi pada

atom zat padat [Stokes, 1987]. Fenomena ini menjadi fokus pada kuliah

fisika zat padat karena menjadi dasar untuk mempelajari sistem serupa yang

lebih kompleks.

Telah banyak cara digunakan untuk mempelajari sistem ini. Salah satu

yang paling sederhana adalah menggunakan bandul, pegas dan motion detektor [Carnevali dan Newton, 2000]. Dua bandul terpisah yang digantungkan menggunakan batang besi digabungkan oleh sebuah pegas

penggandeng. Perubahan panjang pada pegas mengakibatkan kedua bandul

tersebut berosilasi. Sebuah motion detektor mendeteksi gerak osilasi gandeng dari bandul tersebut. Namun, metode ini terbatas hanya mengamati osilasi

pada simpangan yang kecil. Gerak benda yang kecil kurang baik dideteksi

oleh motion detector.

Sistem osilasi gandeng dapat terdiri dari massa dan pegas yang disusun

secara horizontal. Pada sistem ini gerak benda mudah diamati karena benda

bergerak pada satu garis lurus. Osilasi gandeng pada susunan ini bisa

(17)

gerak harmonik sederhana dengan baik pada keadaan horizontal tanpa

gesekan dengan melakukan eksperimen di atas air track.

Sekarang ini perkembangan teknologi dunia semakin canggih. Hal ini

berdampak pada dunia penelitian. Telah banyak gadget yang digunakan untuk membantu penelitian. Salah satunya, penggunaan kamera digital untuk

mengambil video gerakan osilasi pada bandul [Limiansih dan Santosa, 2012].

Baru-baru ini video digunakan untuk mempelajari redaman pada

osilasi gandeng. Salah satu metode yang memanfaatkan video adalah IRT

(Image Recognition Technique). Pada metode ini, benda yang berosilasi dalam video secara otomatis posisinya ditandai menggunakan software

[Monsoriu et al, 2005]. Pergerakan posisi benda secara otomatis diperoleh

tanpa harus menandai video secara manual. Walaupun penggunaan IRT

sangat presisi namun membutuhkan kemampuan komputer yang mahir.

Selain itu, metode ini menggunakan konsep matematika yang sulit dipahami

oleh siswa.

Gadget lain yang bisa digunakan untuk membantu penelitian adalah smartphone. Perangkat ini digunakan untuk mempelajari redaman pada benda

yang berosilasi [Castro-Palacio et al, 2013]. Smartphone dilengkapi sensor

percepatan yang secara otomatis mendeteksi percepatan benda yang

berosilasi. Hasilnya perangkat ini mampu menampilkan redaman dengan

(18)

IRT. Data diperoleh secara otomatis tanpa perlu kemampuan komputer yang

mahir.

Dari beberapa hal yang telah dijelaskan, smartphone dan air track akan digunakan untuk mempelajari osilasi gandeng. Di era yang modern ini,

keberadaan smartphone tidak asing lagi bagi setiap orang. Dengan bantuan

perangkat ini, pelaksanaan eksperimen akan lebih praktis karena data secara

otomatis diperoleh saat itu juga. Selain itu, eksperimen menjadi lebih cepat

karena pengoperasian smartphone yang mudah.

Sekarang ini telah banyak kalangan yang menggunakan smartphone

untuk kepentingan komunikasi. Survei menujukan bahwa sebanyak 52%

anak-anak dan remaja di Indonesia telah menggunakan smartphone untuk

mengakses internet [Nuraini, 2014]. Perangkat yang telah akrab dengan siswa

ini sangat mungkin jika digunakan sebagai alat bantu pembelajaran bagi

mereka.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah yaitu:

1. Bagaimana gerak osilasi benda pada sistem osilasi gandeng yang disusun

horizontal?

2. Bagaimana menggunakan sensor percepatan pada smartphone untuk

(19)

C. Batasan Masalah

Pada penelitian ini masalah dibatasi pada:

1. Sistem osilasi gandeng yang diamati hanya terdiri dari dua benda dengan

tiga buah pegas.

2. Osilasi gandeng hanya diamati secara horizontal pada permukaan air track.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui gerak benda yang berosilasi pada sistem osilasi gandeng.

2. Mengetahui penggunaan sensor percepatan pada smartphone untuk

mengamati peristiwa osilasi gandeng.

E. Manfaat Penelitian

Bagi pembaca, manfaat dari penelitian adalah:

1. Memanfaatkan smartphone sebagai sensor percepatan untuk mengamati

gerak benda.

2. Menggunakan sensor percepatan smartphone pada pembelajaran agar

lebih menarik.

F. Sistematika Penulisan

(20)

Bab I menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II Dasar Teori

Bab II menguraikan tentang dasar-dasar teori pendukung dalam

penelitian.

BAB III Eksperimen

Bab III menguraikan tentang tempat pelaksanaan penelitian, alat dan

bahan yang digunakan dalam penelitian, dan langkah-langkah penelitian.

BAB IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan hasil

penelitian.

BAB V Penutup

(21)

6

BAB II

DASAR TEORI

A. Osilasi Pegas Massa

Sistem ini terdiri dari sebuah massa dan pegas yang disusun secara

vertikal seperti pada gambar 1. Sebuah massa 𝑚 digantungkan pada ujung

bebas pegas yang mempunyai konstanta 𝑘. Sedangkan ujung pegas lainnya

berada pada titik tetap. Ketika massa 𝑚 disimpangkan sejauh 𝑥 dari titik

seimbang 𝑂 akan timbul suatu gaya 𝐹 yang menarik benda kembali ke posisi

seimbangnya. Akan tetapi setelah benda mencapai posisi seimbangnya

benda tersebut memiliki energi kinetik sehingga melampaui posisi tersebut.

Benda lalu mencapai simpangan maksimal, untuk kemudian kembali lagi ke

posisi seimbangnya [Young dan Freedman, 2002]. Gerakan ini akan terus

berulang-ulang dan dinamakan sebagai gerak osilasi.

Gambar 1. Sistem osilasi pegas-massa. Benda bermassa m dijauhkan dari titik keseimbangan. Gaya pemulih F menjaga benda tetap berosilasi.

Suatu gaya yang memulihkan benda ke posisi seimbangnya disebut

sebagai gaya pemulih. Gaya pegas merupakan gaya pemulih pada sistem

ini. Apabila benda disimpangkan sejauh 𝑥⃗ dari kedudukan seimbangnya,

(22)

pegas yang memiliki konstanta 𝑘 mengerjakan gaya pemulih 𝐹. Sesuai

dengan Hukum Hooke, vektor gaya tersebut yaitu:

𝐹⃗ = −𝑘𝑥⃗ (2.1)

keterangan:

𝐹⃗: gaya pemulih (𝑁)

𝑘: konstanta pegas (𝑁 𝑚⁄ )

𝑥⃗: simpangan benda (𝑚)

Gaya pemulih inilah yang menjaga agar benda tetap berosilasi

[Young dan Freedman, 2002]. Benda akan terus berosilasi selama tidak ada

gesekan dengan udara. Selama berosilasi benda bermassa 𝑚 bergerak

dengan percepatan 𝑎⃗. Hubungan gaya pemulih dengan gerak benda

dinyatakan pada persamaan (2.2).

𝑚𝑎⃗ = −𝑘𝑥⃗ (2.2)

Persamaan (2.2) dapat diubah menjadi bentuk:

𝑑2𝑥 𝑑𝑡2 +

𝑘

𝑚𝑥 = 0 (2.3)

Solusi dari persamaan (2.23) adalah,

𝑥 = 𝐴 sin(𝜔𝑡 + 𝜃) (2.4)

dengan 𝐴 adalah amplitudo, 𝜃 adalah sudut fase dan 𝜔 adalah frekuensi

(23)

𝜔 = √𝑚𝑘 (2.5)

dengan 𝑘 adalah konstanta pegas dan 𝑚 adalah massa benda.

Percepatan benda yang berosilasi dapat dinyatakan pada persamaan

(2.6).

𝑎 = −𝐴𝜔2sin(𝜔𝑡 + 𝜃) (2.6)

keterangan:

𝑎: percepatan benda yang berosilasi (𝑚 𝑠⁄ 2)

𝐴: amplitudo (𝑚)

𝜔: frekuensi sudut (𝑟𝑎𝑑 𝑠⁄ )

𝑡: waktu osilasi (𝑠)

𝜃: sudut fase (𝑟𝑎𝑑)

B. Osilasi Gandeng

Osilasi gandeng mempunyai susunan yang lebih kompleks dari

osilasi sederhana. Osilasi gandeng dengan dua derajat kebebasan memiliki

dua koordinat linier untuk menentukan gerakan semua benda.

Sistem ini terdiri dari dua buah benda dan tiga buah pegas yang

disusun secara horizontal seperti pada gambar 2. Pegas 1 menghubungkan

massa 𝑚1 dengan titik tetap. Pegas 2 menghubungkan antara 𝑚1 dengan

(24)

sisi lainnya. Pegas yang menghubungkan antara dua massa disebut sebagai

pegas penggandeng.

Gambar2. Kedua benda masing-masing dijauhkan dari titik keseimbangannya sebesar 𝑥1dan 𝑥2 sehingga mengalami gaya pemulih 𝐹1 dan 𝐹2.

Seperti yang telah diketahui, hukum Hooke menyatakan perubahan

panjang pada pegas mengakibatkan gaya pemulih sebesar 𝐹. Ketika benda

1 dengan massa 𝑚1 disimpangkan ke arah kanan sejauh 𝑥1, pegas 1

mengalami pertambahan panjang sebesar 𝑥1. Pertambahan panjang pada

pegas 1 mengakibatkan massa 𝑚1 mengalami gaya pemulih sebesar 𝐹𝑝1 ke

arah kiri.

Benda dengan massa 𝑚1 disimpangkan ke arah kanan sejauh 𝑥1

mengakibatkan pegas 2 mengalami pengurangan panjang sebesar 𝑥1.

Pengurangan panjang pada pegas 2 menyebabkan massa 𝑚1 mengalami

gaya pemulih sebesar 𝐹𝑝21 ke arah kiri.

Smentara itu, benda dengan massa 𝑚2 disimpangkan ke arah kanan

sejauh 𝑥2. Simpangan tersebut mengakibatkan pertambahan panjang pegas

2 sebesar 𝑥2. Pertambahan panjang pada pegas 2 menyebabkan 𝑚1

m1 m2

k1 k2 k3

x1 O2 x2 O1

(25)

mengalami gaya pemulih sebesar 𝐹𝑝22 ke arah kanan. Oleh karena itu

resultan gaya pada massa 𝑚1 besarnya:

𝐹1 = 𝐹𝑝1+ 𝐹𝑝21− 𝐹𝑝22 (2.7)

Sehingga persamaan geraknya adalah:

𝑚1𝑎1 = (−𝑘1𝑥1) + (−𝑘2𝑥1) + 𝑘2𝑥2 (2.8)

𝑚1𝑑2𝑥1

𝑑𝑡 = −𝑘1𝑥1− 𝑘2(𝑥1− 𝑥2) (2.9)

Pada massa 𝑚2, pegas 3 mengalami pengurangan panjang ketika

massa disimpangkan ke arah kanan sejauh 𝑥2. Pengurangan panjang pada

pegas 3 mengakibatkan massa 𝑚2 mengalami gaya pemulih sebesar 𝐹3 ke

arah kiri. Simpangan pada massa 𝑚2 mengakibatkan pegas 2 mengalami

pertambahan panjang sejauh 𝑥2. Pertambahan panjang pada pegas 2

menyebabkan massa 𝑚2 mengalami gaya pemulih sebesar 𝐹22 ke arah kiri.

Selain itu, pegas 2 mengalami pengurangan panjang sejauh 𝑥1 sehingga

muncul gaya pemulih sebesar 𝐹21 ke arah kanan. Oleh karena itu resultan

gaya pada massa 𝑚2 besarnya:

𝐹2 = 𝐹𝑝3 + 𝐹𝑝22− 𝐹𝑝21 (2.10)

Sehingga persamaan geraknya adalah:

𝑚2𝑎2 = −𝑘2𝑥2 − 𝑘3𝑥2 + 𝑘2𝑥1 (2.11)

𝑚2𝑑2𝑥2

(26)

Jika kedua massa benda sama (𝑚1 = 𝑚2 = 𝑚) dan ketiga konstanta

pegas sama (𝑘1 = 𝑘2 = 𝑘3 = 𝑘0), persamaan (2.9) dan (2.12) menjadi:

𝑚𝑑2𝑥1

𝑑𝑡 = −2𝑘𝑥1 + 𝑘𝑥2 (2.13)

𝑚𝑑2𝑥2

𝑑𝑡 = −2𝑘𝑥2+ 𝑘𝑥1 (2.14)

Persamaan (2.13) dan (2.14) masih menunjukkan kedua tipe dari

kopling dan dapat dipisahkan dengan mengenalkan persamaan baru:

𝑞1 = (𝑥1+ 𝑥2) (2.15)

𝑞2 = (𝑥2− 𝑥1) (2.16)

Pengaturan persamaan (2.15) dan (2.16) menghasilkan:

𝑚𝑑2𝑞1

𝑑𝑡2 + 𝑘0𝑞1 = 0 (2.17)

𝑚𝑑2𝑞2

𝑑𝑡2 + 3𝑘0𝑞2 = 0 (2.18)

Solusi dari persamaan (2.17) adalah:

𝑞1 = 𝐴1𝑠𝑖𝑛(𝜔1𝑡 + 𝜃1) (2.19)

dengan 𝐴1 adalah amplitudo 1, 𝜃1 adalah sudut fase 1 dan 𝜔1 adalah

frekuensi sudut 1 yang besarnya:

(27)

keterangan:

𝜔1 : frekuensi sudut (𝑟𝑎𝑑 𝑠⁄ )

𝑘 : konstanta pegas (𝑁/𝑚)

𝑚 : massa (𝑘𝑔)

Atau bisa dalam bentuk persamaan:

𝜔1 = 2𝜋𝑇

1 (2.21)

keterangan:

𝑇1 : periode osilasi 1 (𝑠)

Solusi dari persamaan (2.18) adalah:

𝑞2 = 𝐴2𝑠𝑖𝑛(𝜔2𝑡 + 𝜃2) (2.22)

dengan 𝐴2 adalah amplitudo 2, 𝜃2 adalah sudut fase 2 dan 𝜔2 adalah

frekuensi sudut 2 yang besarnya:

𝜔2 = √3𝑘𝑚 (2.23)

keterangan:

𝜔2 : frekuensi sudut (𝑟𝑎𝑑 𝑠⁄ )

𝑘 : konstanta pegas (𝑁/𝑚)

𝑚 : massa (𝑘𝑔)

(28)

𝜔2 =2𝜋𝑇2 (2.24)

keterangan:

𝑇2: periode osilasi 2 (𝑠)

Persamaan (2.15) dan (2.16) diubah menjadi:

𝑥1 = 12(𝑞1+ 𝑞2) (2.25)

𝑥2 =12(𝑞1− 𝑞2) (2.26)

Persamaan (2.19) dan (2.22) disubtitusikan pada persamaan (2.25)

dan (2.26). Kemudian hasil subtitusi persamaan tersebut diturunkan dua kali

terhadap waktu sehingga diperoleh persamaan:

𝑎1 =𝑑

osilasi gandeng tergantung dari keadaan inisial atau keadaan awal kedua

benda. Kedua benda berosilasi pada satu frekuensi (𝜔1 atau 𝜔2) apabila

(29)

frekuensi ini dinamakan sebagai osilasi gandeng mode normal. Terdapat

dua mode normal yaitu mode simetris dan mode asimetris [Castro-Palacio,

2013].

B.1 Mode Normal Simetris

Dalam mode normal ini benda berosilasi hanya pada frekuensi

normal 𝜔1. Pada mode ini simpangan awal kedua benda searah dan

jarak simpangannya sama besar [Castro-Palacio, 2013].

Oleh karena simpangan awal 𝑥1 = 𝑥2 maka pada persamaan

(2.16) besar 𝑞2 = 0. Persamaan (2.27) dan (2.28) menjadi:

B.2 Mode Normal Asimetris

Dalam mode normal ini benda berosilasi hanya pada frekuensi

normal 𝜔2. Pada mode ini simpangan awal kedua benda berlawanan

arah dan jarak simpangannya sama besar [Castro-Palacio, 2013].

Oleh karena simpangan awal 𝑥1 = −𝑥2 maka pada persamaan

(30)

C. Osilasi Gandeng Mode Gabungan

Mode ini merupakan gabungan dari kedua mode simetris dan

asimetris [Castro-Palacio, 2013]. Pada mode ini masing-masing benda

bergerak dengan dua frekuensi yaitu 𝜔1 dan 𝜔2. Persamaan (2.27) dan

(31)

16

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Menghitung Nilai Konstanta Pegas Melalui Sistem Osilasi Pegas-Massa

Sistem osilasi pegas-massa terdiri dari sebuah pegas dan sebuah massa

yang disusun secara vertikal. Pegas digantung pada sebuah statif. Massa yang

digunakan adalah sebuah smartphone yang bermassa 𝑚 dan digantungkan pada

ujung bebas pegas.

Foto set alat dan rangkaian alat yang dipakai saat penelitian ditunjukkan

pada gambar 3 dan 4.

(32)

Gambar 4 Sistem osilasi pegas-massa menggunakan smartphone sebagai massa dan sensor percepatan.

Keterangan alat:

1. Pegas 3. Statif

2. Smartphone

Alat-alat yang digunakan yaitu:

1. Pegas

Pegas yang akan diukur konstantanya.

2. Smartphone

Smartphone digunakan sebagai beban yang berosilasi. Selain itu,

smartphone juga berfungsi sebagai alat untuk mengukur percepatan benda

saat berosilasi.

3. Statif

Digunakan untuk menggantungkan pegas.

Saat berosilasi smartphone bergerak naik dan turun secara teratur.

Sensor percepatan pada smartphone mendeteksi percepatan yang dialami

selama berosilasi. Sensor ini mampu mendeteksi percepatan dalam tiga sumbu

1

(33)

yaitu sumbu X (𝑎𝑥), Y (𝑎𝑦) dan Z (𝑎𝑧). Smartphone digantungkan pada

keadaan tegak sehingga sensor mendeteksi percepatan osilasi pada sumbu Y.

Percepatan osilasi kemudian direkam menggunakan aplikasi yang telah

diinstal pada smartphone. Aplikasi bernama Accelerometer Monitor version

1.5 dan dapat diunduh dari PlayStore dengan mudah. Tampilan aplikasi

ditunjukkan pada gambar 5. Aplikasi ini dijalankan dengan menekan tombol

start”. Setelah muncul tulisan “saving” artinya smartphone sudah mulai merekam percepatan. Smartphone merekam percepatan secara realtime dan otomatis.

Gambar 5. Tampilan dari aplikasi Accelerometer Monitor version 1.5 ketika sedang merekam percepatan. Garis kuning menunjukkan percepatan pada sumbu Y smartphone.

Hasil rekaman dari aplikasi berupa file dengan format Text Document.

File tersebut berisi data percepatan pada tiga sumbu beserta waktu osilasinya

seperti yang ditampilkan gambar 6. Resolusi dari sensor percepatan yaitu 𝛿𝑎 =

(34)

tersebut bisa ditampilkan dalam bentuk grafik menggunakan software.

Software yang digunakan dalam penelitian ini adalah LoggerPro versi 3.4.5.

Gambar 6. Tampilan isi dari file hasil rekaman percepatan oleh aplikasi Accelerometer Monitor version 1.5.

Data ditampilkan dalam bentuk grafik percepatan fungsi waktu

menggunakan software. Data waktu osilasi diset sebagai sumbu X grafik

sedangkan percepatan pada sumbu Y (𝑎𝑦) diset sebagai sumbu Y grafik.

Grafik dianalisa dengan cara fiting persamaan (2.6) pada grafik. Hasil fiting menunjukkan nilai dari besaran amplitudo, frekuensi sudut (𝜔0) dan sudut fase. Konstanta pegas dicari dengan memasukkan nilai 𝜔 dan massa 𝑚

(massa smartphone dan pengait) pada persamaan (2.5).

Metode yang sama juga dilakukan pada kedua pegas lainnya. Rata-rata

dari ketiga konstanta pegas ini mewakili satu nilai konstanta pegas yang akan

digunakan dalam eksperimen osilasi gandeng.

B. Osilasi Gandeng

Osilasi gandeng diamati dengan cara merekam percepatan kedua benda

yang berosilasi menggunakan smartphone di atas air track. Dua sensor

(35)

percepatan yang digunakan untuk merekam percepatan kedua benda berupa

smartphone merk Smartfren Andromax dan Samsung Galaxy Young. Tampilan

kedua smartphone ditunjukkan pada gambar 7.

Gambar 7. Foto kedua smartphone yang digunakan sebagai sensor percepatan. Smartfren Andromax-i sebelah kiri dan Samsung GT-S5360 sebelah kanan.

Foto set alat dan rangkaian alat yang dipakai saat penelitian ditunjukkan

pada gambar 8 dan 9.

(36)

1

Gambar 9. Rangkaian alat sistem osilasi gandeng yang disusun secara horizontal di atas air track.

Keterangan alat:

1. Glider dan beban 3. Pegas

2. Smartphone

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian terdiri dari:

1. Air track

Permukaan air track menghasilkan lapisan udara agar benda mampu berosilasi tanpa gesekan.

2. Pegas

Tiga buah pegas digunakan dalam penelitian memiliki konstanta

pegas yang sama . Pegas berasal dari Laboratorium Universitas Sanata

Dharma.

3. Smartphone

Dua buah smartphone yang digunakan yaitu smartphone Samsung

Galaxy Young GT-S5360 dan Smartfren Andromax-I.

4. Beban

Beban tambahan digunakan untuk menyamakan massa dari kedua

(37)

Pegas dan glider diatur seperti pada gambar rangkaian 9. Benda 1

dihubungkan menggunakan sebuah pegas pada penjepit sebelah kiri.

Sementara itu, benda 2 dihubungkan menggunakan sebuah pegas pada penjepit

sebelah kanan. Benda 1 dan 2 dihubungkan menggunakan sebuah pegas

penggandeng. Kemudian massa benda 1 dan 2 diatur agar sama dengan

menambahkan massa tambahan.

Percepatan benda 1 diukur menggunakan smartphone merk Smartfren.

Percepatan benda 2 diukur menggunakan smartphone merk Samsung. Kedua

smartphone diletakkan di atas glider dan direkatkan menggunakan selotip.

Smartphone diletakkan dalam posisi tidur menghadap arah yang sama seperti

pada gambar 8.

Selanjutnya pegas dan air track diset dalam keadaan baik. Posisi pegas diatur agar lurus jika dilihat dari atas dan samping dengan cara mengatur-atur

penjepit. Permukaan air track diatur agar horizontal dengan mengatur sekrup yang ada di bawah alat. Water pass digunakan untuk memastikan permukaan

telah benar-benar horizontal.

Setelah alat sudah siap terangkai, kedua smartphone disiapkan untuk

mengambil data. Aplikasi Accelerometer Monitor version 1.5 pada

(38)

Kedua benda kemudian disimpangkan sesuai dengan mode osilasi

gandeng. Kedua benda dilepaskan secara bersamaan sehingga akhirnya

berosilasi. Saat berosilasi smartphone secara otomatis merekam percepatan

yang dialami oleh benda.

Setelah osilasi selesai dilakukan, proses merekam dihentikan dengan

menekan tombol “𝑠𝑡𝑜𝑝”. Data yang diperoleh dalam format Text Document

kemudian ditampilkan dalam bentuk grafik dan dianalisa menggunakan

software pengolah data. Dalam penelitian ini digunakan software LoggerPro.

B.1 Osilasi Gandeng Mode Simetris

Pada osilasi gandeng mode simetris ini kedua benda disimpangkan

dengan arah simpangan sama dan jarak simpangan sama besar. Benda 1

disimpangkan ke arah kanan dengan jarak 5 cm dari titik seimbangnya.

Sementara itu, benda 2 disimpangkan ke arah kanan sejauh 5 cm dari titik

seimbangnya.

Setelah data ditampilkan dalam bentuk grafik percepatan fungsi waktu

selanjutnya grafik dianalisa. Dua grafik percepatan fungsi waktu dihasilkan

dalam sekali percobaan mode osilasi. Pada mode ini, grafik yang diperoleh

benda 1 difit menggunakan persamaan (2.29) sedangkan grafik yang diperoleh

benda 2 difit menggunakan persamaan (2.30).

Hasil fiting menunjukkan nilai besaran amplitudo, frekuensi sudut 𝜔1 dan sudut fase dari dari benda yang berosilasi. Nilai konstanta pegas 𝑘1 dari

(39)

dari smartphone, glider dan beban) ke dalam persamaan (2.20). Periode osilasi

𝑇1 pada mode ini dapat dicari dengan subtitusi nilai 𝜔1 ke dalam persamaan

(2.21).

B.2 Osilasi Gandeng Mode Asimetris

Persiapan yang sama dilakukan pada smartphone untuk merekam data.

Pada mode asimetris ini kedua benda disimpangkan dengan jarak simpangan

yang sama besar tetapi dengan arah simpangan yang berlawanan. Misal benda

1 disimpangkan ke arah kiri dengan jarak 3 cm dari titik seimbangnya.

Sementara itu, benda 2 disimpangkan ke arah kanan sejauh 3 cm dari titik

seimbangnya.

Data ditampilkan dalam bentuk grafik percepatan fungsi waktu lalu

grafik dianalisa. Dua grafik percepatan fungsi waktu dihasilkan dalam sekali

percobaan mode osilasi. Pada mode ini, grafik yang diperoleh benda 1 difit

menggunakan persamaan (2.31) sedangkan grafik yang diperoleh benda 2 difit

menggunakan persamaan (2.32).

Hasil fiting menunjukkan nilai besaran amplitudo, frekuensi sudut 𝜔2 dan sudut fase dari benda yang berosilasi. Nilai konstanta pegas 𝑘2 dari mode

ini bisa dicari dengan cara subtitusi nilai 𝜔2 dan 𝑚 ke dalam persamaan (2.23).

Periode osilasi 𝑇2 pada mode ini dapat dicari dengan subtitusi nilai 𝜔2 ke dalam

(40)

B.3 Osilasi Gandeng Mode Gabungan

Persiapan yang sama dilakukan pada smartphone untuk merekam data.

Khusus pada mode gabungan ini, benda 1 tidak disimpangkan sedangkan benda

2 disimpangkan. Misal benda 2 disimpangkan ke arah kanan dengan jarak 5 cm

dari titik seimbangnya. Sementara itu, benda 1 tidak disimpangkan (0 cm) atau

tetap pada kondisi seimbangnya.

Setelah data ditampilkan dalam bentuk grafik percepatan fungsi waktu

selanjutnya grafik dianalisa. Dua grafik percepatan fungsi waktu dihasilkan

dalam sekali percobaan mode osilasi. Pada mode ini grafik difit menggunakan

persamaan (2.27) untuk grafik yang diperoleh benda 1 sedangkan persamaan

(2.28) untuk grafik yang diperoleh benda 2.

Hasil fiting menunjukkan nilai besaran amplitudo, frekuensi sudut 𝜔31 dan 𝜔32 serta sudut fase dari benda yang berosilasi. Nilai konstanta pegas 𝑘31

dihitung dengan cara subtitusi nilai frekuensi sudut 𝜔31 ke dalam persamaan

(2.20). Sementara itu, konstanta pegas 𝑘32 dihitung dengan cara subtitusi nilai

frekuensi sudut 𝜔32 ke dalam persamaan (2.23), dengan massa benda sebesar

𝑚. Periode osilasi 𝑇31 dicari dengan subtitusi nilai frekuensi sudut 𝜔31 ke

dalam persamaan (2.21). Sementara itu, periode osilasi 𝑇32 dicari dengan

(41)

26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

A.1 Menghitung Konstanta Pegas Dengan Sistem Osilasi Pegas-Massa

Tiga buah pegas akan digunakan untuk eksperimen osilasi

gandeng. Metode osilasi pegas-massa digunakan untuk menghitung

konstanta pegas tersebut. Hasil dari percobaan osilasi pegas-massa pada

ketiga pegas ditunjukkan pada grafik 1, 2 dan 3.

Grafik 1. Percepatan fungsi waktu dari smartphone yang bermassa 𝑚 = (0,1088 ±

0,0001) 𝑘𝑔 dalam sistem osilasi pegas-massa yang menggunakan pegas nomor 1.

Grafik 1 menunjukkan percepatan fungsi waktu dari suatu massa

dalam sistem osilasi pegas-massa yang menggunakan pegas nomor 1.

Massa yang digunakan adalah smartphone dengan massa 𝑚 =

(0,1088 ± 0,0001) 𝑘𝑔. Titik-titik data mengikuti garis fiting yang berbentuk sinusoida. Posisi beberapa titik-titik data melebihi puncak dan

(42)

Grafik 1 difit menggunakan persamaan (2.6). Fiting grafik menampilkan nilai amplitudo, frekuensi sudut dan sudut fase. Frekuensi

sudut diperoleh sebesar 𝜔01 = (9,454 ± 0,004) 𝑟𝑎𝑑 𝑠⁄ . Untuk

menghitung konstanta pegas nomor 1, frekuensi 𝜔01 dimasukkan pada

persamaan (2.5) dengan nilai 𝑚 = (0,1088 ± 0,0001) 𝑘𝑔. Konstanta

pegas nomor 1 diperoleh sebesar 𝑘01= (9,72 ± 0,01) 𝑁 𝑚⁄ . Cara

perhitungan hasil dan ralat ditunjukkan pada lampiran.

Grafik 2. Percepatan fungsi waktu dari smartphone yang bermassa 𝑚 = (0,1088 ±

0,0001) 𝑘𝑔 dalam sistem osilasi pegas-massa yang menggunakan pegas nomor 2.

Grafik 2 menunjukkan percepatan fungsi waktu dari suatu massa

yang berosilasi pada sistem osilasi pegas-massa yang menggunakan

pegas nomor 2. Massa yang digunakan adalah smartphone dengan massa

𝑚 = (0,1088 ± 0,0001) 𝑘𝑔. Titik-titik data mengikuti garis fiting yang berbentuk sinusoida. Posisi beberapa titik data melebihi puncak dan

lembah gelombang dari garis fiting.

Grafik 2 difit menggunakan persamaan (2.6). Frekuensi sudut

(43)

konstanta pegas nomor 2, frekuensi 𝜔02 dimasukkan pada persamaan

(2.5) dengan nilai 𝑚 = (0,1088 ± 0,0001) 𝑘𝑔. Konstanta pegas nomor

2 diperoleh sebesar 𝑘02 = (9,095 ± 0,009) 𝑁 𝑚⁄ . Cara perhitungan

hasil dan ralat ditunjukkan pada lampiran.

Grafik 3. Percepatan fungsi waktu dari smartphone yang bermassa 0,1088 kg dalam sistem osilasi pegas-massa yang menggunakan pegas nomor 3.

Grafik 3 menunjukkan percepatan fungsi waktu dari suatu massa

dalam sistem osilasi pegas-massa yang menggunakan pegas nomor 3.

Massa yang digunakan adalah smartphone dengan massa 𝑚 =

(0,1088 ± 0,0001) 𝑘𝑔. Titik-titik data mengikuti garis fiting yang berbentuk sinusoida. Posisi beberapa titik data melebihi puncak dan

lembah gelombang dari garis fiting.

Grafik 3 difit menggunakan persamaan (2.6). Frekuensi sudut

diperoleh dengan besar 𝜔03= (8,951 ± 0,003) 𝑟𝑎𝑑 𝑠⁄ . Untuk

menghitung konstanta pegas nomor 3, frekuensi 𝜔03 dimasukkan pada

(44)

pegas nomor 3 diperoleh sebesar 𝑘03 = (8,717 ± 0,009) 𝑁 𝑚⁄ . Cara

perhitungan hasil dan ralat ditunjukkan pada lampiran.

Rata-rata dari ketiga konstanta pegas di atas (𝑘01, 𝑘02dan 𝑘03)

merupakan nilai konstanta pegas keseluruhan (𝑘0). Besar konstanta

pegas keseluruhan yaitu 𝑘0 = (9,177 ± 0,009) 𝑁 𝑚⁄ .

A.2 Osilasi Gandeng Mode Normal Simetris

Pada eksperimen ini, sistem terdiri dari dua massa dan tiga pegas

yang disusun horizontal. Benda berosilasi pada frekuensi normal

tergantung dari simpangan awal benda. Benda berosilasi pada mode

normal simetris apabila simpangan awal kedua benda searah dan sama

besar (𝑥1 = 𝑥2).

Benda 1 dan 2 disimpangkan searah dengan jarak simpangan yang

sama besar. Benda 1 disimpangkan ke arah kanan sejauh 𝑥1 = 5 𝑐𝑚

sedangkan benda 2 disimpangkan ke kanan sejauh 𝑥2 = 5 𝑐𝑚 dari titik

seimbangnya. Kedua glider dilepaskan bersamaan sehingga akhirnya

berosilasi. Smartphone merekam percepatan benda seperti pada grafik 4.

Grafik 4 merupakan percepatan fungsi waktu dari dua benda

dengan massa 𝑚 = (0,2562 ± 0,0001) 𝑘𝑔 yang berosilasi pada mode

simetris. Titik-titik data mengikuti garis fiting persamaan yang bentuknya sinusoida. Pada bagian puncak dan lembah gelombang

(45)

sinusoida). Selain itu, posisi beberapa titik data melebihi puncak atau

lembah gelombang garis fiting.

Grafik 4.(a) Percepatan fungsi waktu saat mode simetris pada benda 1. (b) Percepatan fungsi waktu saat mode simetris pada benda 2. Simpangan awal kedua benda x1=x2=5

cm dan massa benda m1=m2=(0,2562 ± 0,0001) 𝑘𝑔.

Titik-titik data yang diperoleh benda 1 dan 2 mendekati garis fittng

yang berbentuk sinusoida. Grafik yang dihasilkan kedua benda memiliki

fase yang searah. Selain itu, periode dan amplitudo kedua grafik sama

besar.

Grafik 4.a difit menggunakan persamaan (2.29) dan grafik 4.b difit

menggunakan persamaan (2.30). Fiting grafik menampilkan nilai amplitudo, frekuensi sudut dan sudut fase grafik. Frekuensi sudut 𝜔1

(a)

(46)

diperoleh pada kedua grafik sebesar 𝜔1 = (5,690 ± 0,008) 𝑟𝑎𝑑/𝑠

untuk grafik 4.a dan 𝜔1 = (5,690 ± 0,005) 𝑟𝑎𝑑/𝑠 untuk grafik 4.b.

Rata-rata frekuensi sudut 𝜔1 dari kedua grafik diperoleh sebesar

𝜔1

̅̅̅̅ = (5,690 ± 0,006) 𝑟𝑎𝑑/𝑠. Untuk mencari konstanta pegas,

frekuensi sudut 𝜔̅̅̅̅1 dimasukkan pada persamaan (2.20), dengan massa

benda 𝑚 = (0,2562 ± 0,0001) 𝑘𝑔. Konstanta pegas yang dihitung

melalui mode simetris sebesar 𝑘1 = (8,29 ± 0,01) 𝑁 𝑚⁄ . Sementara itu,

periode 𝑇1 diperoleh dengan memasukkan 𝜔̅̅̅̅1 pada persamaan (2.21)

yang menghasilkan periode sebesar 𝑇1 = (1,104 ± 0,01)𝑠. Cara

perhitungan hasil dan ralat ditunjukkan pada lampiran.

A.3 Osilasi Gandeng Mode Asimetris

Osilasi gandeng yang diamati terdiri dari dua benda dan tiga pegas

yang berosilasi secara horizontal. Benda berosilasi pada frekuensi normal

tergantung dari simpangan awal benda. Benda berosilasi pada mode

normal asimetris apabila simpangan awal kedua benda berlawanan arah

dan dan sama besar (𝑥1 = −𝑥2).

Benda 1 dan 2 disimpangkan berlawanan arah dengan jarak

simpangan yang sama besar. Benda 1 disimpangkan ke arah kiri sejauh

𝑥1 = 3 𝑐𝑚 sedangkan benda 2 disimpangkan ke kanan sejauh 𝑥2 =

3 𝑐𝑚. Kedua benda kemudian dilepaskan secara bersamaan sehingga

akhirnya berosilasi. Smartphone merekam percepatan benda seperti pada

(47)

Grafik 5 merupakan percepatan fungsi waktu dari dua benda

dengan massa 𝑚 = (0,2562 ± 0,0001) 𝑘𝑔 yang berosilasi pada mode

asimetris. Titik-titik data mengikuti garis fiting persamaan yang bentuknya sinusoida. Posisi dari beberapa titik data melebihi puncak atau

lembah gelombang garis fiting.

Grafik 5. (a) Percepatan fungsi waktu saat mode asimetris pada benda 1. (b) Percepatan fungsi waktu saat mode asimetris pada benda 2. Simpangan awal kedua

benda x1=-3cm dan x2=3 cm dan massa benda m1=m2=(0,2562 ± 0,0001) 𝑘𝑔.

Titik-titik data yang diperoleh benda 1 dan 2 mendekati garis fiting yang berbentuk sinusoida. Grafik yang dihasilkan kedua benda memiliki

(a)

(48)

fase yang berlawanan. Selain itu, periode dan amplitudo kedua grafik

sama besar.

Grafik 5.a difit menggunakan persamaan (2.31) dan grafik 5.b difit

menggunakan persamaan (2.32). Dari fiting ini, frekuensi sudut 𝜔2 diperoleh pada kedua grafik sebesar 𝜔2 = (10,180 ± 0,003) 𝑟𝑎𝑑/𝑠

untuk grafik 5.a dan 𝜔2 = (10,170 ± 0,003) 𝑟𝑎𝑑/𝑠 untuk grafik 5.b.

Rata-rata frekuensi sudut 𝜔2 dari kedua grafik diperoleh sebesar

𝜔2

̅̅̅̅ = (10,175 ± 0,003) 𝑟𝑎𝑑/𝑠. Untuk mencari konstanta pegas,

frekuensi sudut 𝜔̅̅̅̅2 dimasukkan pada persamaan (2.23), dengan massa

benda 𝑚 = (0,2562 ± 0,0001) 𝑘𝑔. Konstanta pegas yang dihitung

melalui mode asimetris sebesar 𝑘2 = (8,842 ± 0,004) 𝑁 𝑚⁄ . Sementara

itu, periode 𝑇2 diperoleh dengan memasukkan 𝜔̅̅̅̅2 pada persamaan (2.24)

yang menghasilkan periode sebesar 𝑇2 = (0,6172 ± 0,0002)𝑠. Cara

perhitungan hasil dan ralat ditunjukkan pada lampiran.

A.4 Osilasi Gandeng Mode Gabungan

Osilasi gandeng yang diamati terdiri dari dua benda dengan tiga

pegas yang berosilasi secara horizontal. Pada mode gabungan, benda

berosilasi dengan dua frekuensi normal. Benda berosilasi pada mode

gabungan apabila simpangan awal kedua benda 𝑥1 = 0 dan 𝑥2 = 𝑥.

Benda 1 dan 2 disimpangkan dengan simpangan awal yang

berbeda besarnya. Benda 1 tidak disimpangkan (𝑥1 = 0 𝑐𝑚) sedangkan

(49)

dilepaskan bersamaan sehingga benda kemudian berosilasi. Smartphone

merekam percepatan benda seperti pada grafik 6.

Grafik 6. (a) Percepatan fungsi waktu saat mode gabungan pada benda 1. (b) Percepatan fungsi waktu saat mode gabungan pada benda 2. Simpangan awal kedua benda x1=0 cm dan x2=5 cm dan dan massa benda m1=m2= (0,2562 ± 0,0001) 𝑘𝑔.

Grafik 6 merupakan percepatan fungsi waktu dari kedua benda

dengan massa 𝑚 = (0,2562 ± 0,0001) 𝑘𝑔 yang berosilasi pada mode

gabungan. Titik-titik data mengikuti garis fiting persamaan yang berbentuk sinusoida. Sinusoida yang dimaksud tidak seperti pada mode

simetris dan asimetris. Setelah suatu puncak atau bukit terbentuk dengan

amplitudo A kemudian terbentuk puncak atau bukit baru dengan

amplitudo yang besarnya berbeda. Amplitudo dari puncak dan bukit terus

(a)

(50)

berubah-ubah dari yang sebelumnya. Pola grafik antara benda 1 dan 2

tidak simetris.

Grafik 6.a difit menggunakan persamaan (2.27) dan grafik 6.b

difit menggunakan persamaan (2.28). Dari fiting ini, frekuensi sudut 𝜔31 dan 𝜔32 diperoleh pada masing-masing grafik. Pada grafik 6.a, frekuensi

sudut sebesar 𝜔31= (5,67 ± 0,01) 𝑟𝑎𝑑/𝑠 dan 𝜔32 = (10,100 ±

0,003) 𝑟𝑎𝑑/𝑠. Pada grafik 6.b, frekuensi sudut sebesar 𝜔31=

(5,66 ± 0,01) 𝑟𝑎𝑑/𝑠 dan 𝜔32 = (10,110 ± 0,003) 𝑟𝑎𝑑/𝑠.

Rata-rata frekuensi sudut 𝜔31 dan 𝜔32 dari kedua grafik diperoleh

sebesar 𝜔̅̅̅̅̅ = (5,66 ± 0,01) 𝑟𝑎𝑑/𝑠31 dan 𝜔̅̅̅̅̅ = (10,105 ±32

0,003) 𝑟𝑎𝑑/𝑠. Untuk mencari konstanta pegas, frekuensi sudut

dimasukkan pada persamaan (2.20) untuk 𝜔̅̅̅̅̅31 dan persamaan (2.23)

untuk 𝜔̅̅̅̅̅32, dengan massa benda 𝑚 = (0,2562 ± 0,0001) 𝑘𝑔. Dari

perhitungan tersebut, konstanta pegas diperoleh sebesar 𝑘31= (8,22 ±

0,02) 𝑟𝑎𝑑/𝑠 dan 𝑘32 = (8,720 ± 0,004) 𝑟𝑎𝑑/𝑠. Konstanta pegas yang

dihitung melalui mode gabungan dapat diperoleh dari rata-rata 𝑘31 dan

𝑘32, yaitu sebesar 𝑘3 = (8,47 ± 0,01) 𝑁 𝑚⁄ . Sementara itu, periode 𝑇31

dan 𝑇32 diperoleh dengan memasukkan 𝜔̅̅̅̅̅31 pada persamaan (2.21) dan

dan 𝜔̅̅̅̅̅32 pada persamaan (2.24) yang menghasilkan periode sebesar

𝑇31 = (1,108 ± 0,002)𝑠 dan 𝑇32= (0,6215 ± 0,0002)𝑠. Cara

(51)

B. Pembahasan

B.1 Menghitung Nilai Konstanta Pegas Menggunakan Sistem Osilasi Pegas-massa

Sistem osilasi pegas-massa digunakan untuk menghitung

konstanta pegas. Pegas yang akan diukur konstantanya digantungkan

pada statif. Sebuah smartphone digantungkan pada ujung bebas pegas.

Smartphone diberikan simpangan dan kemudian dilepaskan sehingga

akhirnya berosilasi.

Selain sebagai beban, smartphone berperan sebagai sensor

percepatan. Smartphone atau ponsel pintar berbeda dengan ponsel biasa.

Smartphone dilengkapi sensor percepatan di dalamnya. Dalam penelitian

ini, sensor dimanfaatkan untuk mendeteksi percepatan benda saat osilasi.

Percepatan smartphone yang dialami saat osilasi dideteksi dan

diukur oleh sensor percepatan. Sensor mampu mendeteksi percepatan di

tiga sumbu smartphone. Sumbu X meliputi bagian kanan-kiri dari

smartphone. Sedangkan sumbu Y meliputi bagian atas-bawah dan sumbu

Z meliputi depan-belakang.

Pada saat percobaan osilasi pegas-massa peralatan diset seperti

pada gambar 3. Smartphone diset tegak sehingga ketika berosilasi sensor

mendeteksi percepatan sumbu Y (gerakan osilasi naik-turun). Percepatan

(52)

Sebuah aplikasi digunakan untuk merekam percepatan ketika

osilasi. Aplikasi ini bernama Accelerometer Monitor version 1.5 dan

dapat diunduh di Play Store dengan mudah. Aplikasi dijalankan dengan

cara menekan tombol “start”. Tombol “stop” ditekan untuk menghentikan aplikasi. Hasil rekaman berisi percepatan yang dideteksi

dalam sumbu X, Y dan Z disertai waktu osilasi. Data berupa angka-angka

yang ditampilkan dalam bentuk tabel.

Hasil rekaman tersebut ditampilkan dalam bentuk grafik dengan

cara menyalin data ke software LoggerPro. Grafik yang akan ditampilkan

adalah percepatan fungsi waktu benda dari benda yang berosilasi.

Grafik 1 merupakan percepatan fungsi waktu pada osilasi

pegas-massa menggunakan pegas nomor 1. Grafik yang dianalisa adalah bagian

grafik yang baik. Bagian grafik yang buruk seperti ketika percepatan

belum terdeteksi dan amplitudo yang berkurang karena mengalami

redaman. Bagian grafik yang diambil yaitu selang 8 sekon untuk

kemudian dianalisa. Selama selang ini, terdapat sekitar 380 titik data

percepatan benda.

Grafik 1 kemudian dianalisa dengan fittng persamaan (2.6) pada

grafik. Konstanta pegas nomor 1 diperoleh melalui persamaan (2.5)

(53)

Osilasi pegas-massa juga dilakukan menggunakan pegas nomor 2

dan 3. Grafik 2 dan 3 menampilkan percepatan fungsi waktu dari osilasi

yang menggunakan kedua pegas tersebut. Konstanta pegas keduanya

diperoleh melalui persamaan (2.5) dengan frekuensi sudut 𝜔 yang

diketahui dari fiting masing-masing grafik. Contoh perhitungan konstanta pegas dapat dilihat di lampiran.

Hasil eksperimen menunjukkan konstanta pegas pada nomor 1, 2

dan 3 adalah 𝑘01= (9,72 ± 0,01) 𝑁 𝑚⁄ , 𝑘02 = (9,095 ± 0,009) 𝑁 𝑚⁄

dan 𝑘03= (8,717 ± 0,009) 𝑁 𝑚⁄ . Untuk menyatakan konstanta secara

keseluruhan, ketiga konstanta tersebut dirata-rata. Konstanta keseluruhan

pegas tersebut sebesar 𝑘0 = (9,177 ± 0,009) 𝑁 𝑚⁄ . Hasil ini

menyatakan nilai konstanta pegas yang diperoleh eksperimen osilasi

pegas-massa.

B.2 Seting Peralatan Osilasi Gandeng

Pada penelitian ini, sistem osilasi gandeng terdiri dari benda dan

pegas yang disusun secara horizontal. Ketiga pegas diset sesuai dengan

gambar 9 di atas permukaan air track. Permukaan air track diatur agar datar dengan cara meletakkan water pass pada setiap bagian permukaan. Kemudian ketiga pegas dan kedua benda disusun satu garis lurus

(54)

track. Posisi pegas diatur oleh pengait pada air track hingga glider dan benda terlihat lurus dari samping dan depan.

Keadaan awal ketiga pegas diatur agar tidak terlalu kendur atau

terlalu kencang. Jika set ketiga pegas terlalu kendur maka benda akan

sulit disimpangkan. Selain itu, benda yang berosilasi bisa menabrak

pegas dan gerak osilasi akan berhenti. Jika set ketiga pegas terlalu

kencang maka pegas bisa rusak saat disimpangkan karena melebihi

pertambahan panjang maksimumnya. Keadaan awal ketiga pegas diatur

dengan menggeser pengait yang bisa digeser pada air track. Osilasi paling baik dilakukan pada panjang pegas 20 cm. Pada keadaan pegas

tersebut, simpangan awal benda bisa dilakukan sejauh 5-6 cm. Panjang

pegas yang digunakan sebesar 13 cm sehingga ketika disimpangkan

pegas tidak melewati panjang maksimalnya. Selain itu, benda yang

berosilasi tidak akan menabrak pegas.

Selain itu, ketiga pegas dipasang cukup tinggi dari permukaan air track. Ketika benda disimpangkan dengan simpangan besar, pegas yang mengalami pengurangan panjang akan mengendur karena pengaruh

gravitasi. Oleh karena itu pegas dipasang cukup tinggi agar saat osilasi

pegas tidak bergesekan dengan permukaan air track.

Sebelum eksperimen, kedua smartphone terlebih dahulu diinstal

software Accelerometer Monitor version 1.5. Software bisa diunduh dari

(55)

selesai software langsung terinstal secara otomatis. Saat software dibuka,

software menampilkan percepatan dalam bentuk grafik. Software

dijalankan secara bersamaan dengan menekan tombol “start”.

B.3 Osilasi Gandeng Mode Normal Simetris

Pada osilasi gandeng mode ini, simpangan awal kedua benda

searah dan sama besar. Kedua benda disimpangkan ke arah kanan dengan

simpangan yang sama besar. Setelah kedua benda dilepaskan bersamaan,

benda 1 mendapat gaya pemulih ke arah kiri dari pegas 1 sehingga benda

bergerak ke kiri. Karena kedua benda dihubungkan dengan pegas

penggandeng maka secara bersamaan benda 2 ikut bergerak ke kiri.

Setelah melewati titik seimbangnya benda 2 mengalami gaya pemulih ke

arah kanan dari pegas 3. Benda 2 mencapai simpangan maksimal

kemudian arah gerak benda berbalik bersamaan dengan benda 1.

Peristiwa ini akan berulang terus menerus.

Osilasi pada mode ini memiliki kekhasan yaitu pegas

penggandeng yang ada di tengah tidak mengalami perubahan panjang.

Hal ini dikarenakan pola gerak kedua benda yang selalu beriringan.

Pegas penggandeng ini tidak memberikan gaya pemulih yang akan

mempengaruhi gerak glider. Kedua pegas samping yang akan terus

menjaga benda berosilasi.

Pada awal penelitian, osilasi mode simetris dilakukan dengan

(56)

grafik percepatan yang direkam sensor percepatan smartphone terlihat

kasar. Tampilan grafik diperbaiki dengan cara memperbesar simpangan

awal benda menjadi 𝑥01= 5 𝑐𝑚 dan 𝑥02= 5 𝑐𝑚.

Secara teori benda berosilasi percepatannya berubah terhadap

waktu. Karena gerak benda yang beriringan, pada mode simetris

perubahan percepatan kedua benda selalu sama. Besarnya percepatan

benda terhadap waktu dinyatakan pada persamaan (2.29) dan (2.30).

Nilai percepatan dari kedua persamaan tersebut selalu sama.

Dalam eksperimen hal ini dibuktikan dari nilai percepatan kedua

benda yang dapat dilihat pada grafik 4. Saat benda 1 mengalami

percepatan maksimal maka pada saat itu juga benda 2 mengalami

percepatan maksimal yang besarnya sama. Hal yang sama saat benda 1

mengalami percepatan minimal maka pada saat itu juga benda 2

mengalami percepatan minimal yang besarnya sama. Kedua benda selalu

memiliki percepatan yang sama. Bentuk grafik yang sinusoida sesuai

dengan bentuk persamaan (2.29) dan (2.30) mode simetris yang

merupakan fungsi sinus. Hal ini menunjukkan sensor smartphone mampu

menunjukkan percepatan benda yang berosilasi pada mode simetris

dengan baik.

Kemudian grafik 4.a difit menggunakan persamaan (2.29) dan

(57)

diperoleh pada kedua grafik tersebut. Rata-rata frekuensi sudut 𝜔1 kedua

grafik diperoleh sebesar 𝜔̅̅̅̅ = (5,690 ± 0,006) 𝑟𝑎𝑑/𝑠1 .

Melalui mode normal simetris nilai konstanta pegas dapat dihitung

dengan cara mensubtitusi 𝜔̅̅̅̅1 dan 𝑚 ke dalam persamaan (2.20). Hasil

perhitungan menunjukkan konstanta pegas sebesar 𝑘1 = (8,29 ±

0,01) 𝑁/𝑚. Pada osilasi pegas-massa, pengukuran konstanta pegas

diperoleh sebesar 𝑘0 = (9,177 ± 0,009) 𝑁 𝑚⁄ . Hasil pengukuran

konstanta mode simetris memiliki perbedaan sebesar 9,7% dibandingkan

dengan hasil pengukuran metode osilasi pegas-massa. Kemiripan ini

menunjukkan bahwa metode ini bisa digunakan untuk menghitung

konstanta pegas. Cara perhitungan persentase perbedaan ditunjukkan

pada lampiran.

Hasil pengukuran konstanta pegas pada mode ini memiliki

persentase perbedaan yang cukup jauh dibandingkan dengan pengukuran

oleh osilasi pegas-massa. Persentase perbedaan pengukuran sebesar

9,7%. Hal ini mungkin disebabkan oleh keterbatasan penelitian. Pada

eksperimen ini, ketiga yang digunakan tidak memiliki konstanta yang

sama persis. Selisih konstanta paling besar yaitu antara pegas nomor 1

dengan nomor 3 sebesar 1,003 𝑁 𝑚⁄ .

Telah ditunjukkan bahwa hasil eksperimen sesuai dengan teori dan

memiliki kemiripan pengukuran konstanta dengan metode lain. Hal ini

(58)

mempelajari osilasi gandeng mode simetris. Smartphone mampu

menampilkan percepatan benda yang berosilasi baik dan cara

menganalisa data yang mudah. Metode ini dapat digunakan untuk

mengenalkan gerak harmonik pada siswa.

B.4 Osilasi Gandeng Mode Normal Asimetris

Sistem osilasi gandeng yang dipelajari terdiri dari benda dan pegas

yang disusun secara horizontal. Pada osilasi gandeng mode ini,

simpangan awal kedua benda berlawanan arah dan sama besar. Benda 1

disimpangkan ke arah kiri sedangkan benda 2 ke arah kanan dengan

simpangan yang sama besar. Saat kedua benda dilepaskan secara

bersamaan, benda 1 mendapat gaya pemulih ke arah kanan dari pegas 2

sehingga bergerak ke kanan. Di saat yang bersamaan benda 2 mendapat

gaya pemulih ke kiri dari pegas 2 sehingga bergerak ke kiri.

Mode ini memiliki kekhasan yaitu pegas penggandeng yang ada di

tengah mengalami perubahan panjang dari dua arah. Pegas 2 sebagai

penggandeng memberikan gaya pada kedua benda agar bergerak secara

bersamaan ke pusat sistem. Pegas 2 memiliki gaya pemulih karena

mengalami perubahan panjang dari dua arah secara bersamaan saat

simpangan awal. Sementara itu, kedua pegas samping memberikan gaya

pemulih yang arahnya juga ke pusat sistem karena pegas ini mengalami

(59)

Benda 1 dan 2 yang bergerak ke pusat sistem dan telah melewati

titik seimbangnya akan mengalami gaya pemulih yang arahnya menjauhi

pusat sistem. Gaya pemulih ini muncul karena terjadi pertambahan

panjang pada kedua pegas samping. Benda 1 dan 2 kemudian mencapai

simpangan maksimal dan akhirnya berbalik arah geraknya. Peristiwa ini

akan berulang terus menerus.

Pada awal penelitian, osilasi mode simetris dilakukan dengan

simpangan awal 𝑥01 = −2 𝑐𝑚 dan 𝑥02= 2 𝑐𝑚. Pada simpangan awal

ini, grafik percepatan yang direkam sensor percepatan smartphone

terlihat kasar. Tampilan grafik diperbaiki dengan cara memperbesar

simpangan awal benda menjadi 𝑥01 = −3 𝑐𝑚 dan 𝑥02 = 3 𝑐𝑚.

Secara teori benda berosilasi percepatannya berubah terhadap

waktu. Perubahan percepatan benda selalu sama namun gerak benda

berlawanan. Besarnya percepatan benda terhadap waktu dinyatakan pada

persamaan (2.31) dan (2.32). Nilai percepatan kedua persamaan nilainya

selalu sama tetapi berlawanan arahnya.

Dalam eksperimen hal ini dibuktikan dari nilai percepatan kedua

benda yang dapat dilihat pada grafik 5. Benda 1 mengalami percepatan

maksimal. Pada saat itu benda 2 mengalami percepatan minimal yang

besarnya sama namun negatif. Hal yang sama ketika benda 1 mengalami

percepatan minimal. Pada saat itu benda 2 mengalami percepatan

(60)

memiliki percepatan yang sama besar tetapi berlawanan arahnya. Bentuk

grafik yang sinusoida sesuai dengan bentuk persamaan (2.31) dan (2.32)

mode asimetris yang merupakan fungsi sinus. Hal ini menunjukkan

bahwa metode ini dapat menampilkan percepatan benda yang berosilasi

pada mode asimetris dengan baik.

Kemudian grafik 5.a difit menggunakan persamaan (2.31) dan

grafik 5.b difit menggunakan persamaan (2.32). Dari fiting grafik, frekuensi sudut 𝜔2 kedua grafik diketahui. Rata-rata frekuensi sudut 𝜔2

kedua grafik diperoleh sebesar 𝜔̅̅̅̅ = (10,175 ± 0,003) 𝑟𝑎𝑑/𝑠2 .

Melalui mode normal asimetris konstanta pegas dapat diukur.

Hasil perhitungan menunjukkan konstanta pegas sebesar 𝑘2 = (8,842 ±

0,004) 𝑁/𝑚. Pada osilasi pegas-massa, pengukuran konstanta pegas

diperoleh sebesar 𝑘0 = (9,177 ± 0,009) 𝑁 𝑚⁄ . Perbandingan antara

hasil pengukuran konstanta mode normal asimetris dibandingkan dengan

metode osilasi pegas-massa memiliki perbedaan sebesar 3,6%.

Kemiripan ini menunjukkan bahwa metode ini bisa digunakan untuk

menghitung konstanta pegas. Cara perhitungan persentase perbedaan

ditunjukkan pada lampiran.

Telah dibahas bahwa hasil eksperimen sesuai dengan teori dan

memiliki kemiripan pengukuran konstanta dengan metode lain. Hal ini

menunjukkan bahwa sensor smartphone bisa digunakan untuk

(61)

data yang mudah, metode ini dapat digunakan untuk mengenalkan materi

osilasi mode asimetris pada siswa.

B.5 Osilasi Gandeng Mode Gabungan

Pada osilasi mode ini, kedua benda disimpangkan dengan jarak

yang berbeda. Misalnya, benda 1 tidak disimpangkan sedangkan benda 2

disimpangkan ke arah kanan. Saat kedua benda dilepaskan secara

bersamaan, benda 1 dan 2 mendapat gaya pemulih ke pusat pegas

penggandeng karena pertambahan pegas pada pegas ini lebih besar dari

kedua pegas samping. Namun, kedua pegas tidak bergerak ke pusat

sistem. Pegas samping kiri yang lebih panjang dari pegas samping kanan

akan menarik kedua benda ke arah kiri. Osilasi ini akan terus terjadi

dengan berbagai kombinasi gaya pemulih pada ketiga pegas. Dapat

dilihat bahwa osilasi pada mode ini pola gerak benda tidak simetris

dibandingkan mode osilasi simetris dan asimetris.

Pada awal penelitian, osilasi mode gabungan dilakukan dengan

simpangan awal 𝑥01 = 0 𝑐𝑚 dan 𝑥02 = 3 𝑐𝑚. Pada simpangan awal ini,

grafik percepatan yang direkam sensor percepatan smartphone terlihat

kasar. Tampilan grafik diperbaiki dengan cara memperbesar simpangan

awal benda menjadi 𝑥01= 0 𝑐𝑚 dan 𝑥02= 5 𝑐𝑚.

Pada mode simetris dan asimetris benda hanya berosilasi pada satu

frekuensi sudut yaitu 𝜔1 atau 𝜔2. Pada mode gabungan benda berosilasi

(62)

merepresentasikan percepatan kedua benda pada osilasi ini. Persamaan

percepatan fungsi waktu berbentuk fungsi sinus.

Pada persamaan (2.27) dan (2.28), ketika 𝑠𝑖𝑛(𝜔1𝑡 + 𝜃1) bernilai

nol, maka kedua benda bergerak pada frekuensi sudut 𝜔2. Sementara itu,

ketika 𝑠𝑖𝑛(𝜔2𝑡 + 𝜃2) bernilai nol, maka kedua benda bergerak pada 𝜔1.

Suatu saat kedua benda akan bergerak dengan 2 frekuensi dan suatu saat

benda bergerak dengan satu frekuensi 𝜔1 atau 𝜔2.

Dalam mode gabungan ini, frekuensi sudut 𝜔31 diperoleh dari

fiting grafik 6.a sebesar 𝜔31= (5,67 ± 0,01) 𝑟𝑎𝑑/𝑠 dan fiting grafik 6.b sebesar 𝜔31= (5,66 ± 0,01) 𝑟𝑎𝑑/𝑠. Rata-rata frekuensi sudut 𝜔31

diperoleh sebesar 𝜔̅̅̅̅̅ = (5,66 ± 0,01) 𝑟𝑎𝑑/𝑠31 . Pada eksperimen mode

normal simetris, rata-rata 𝜔1 diperoleh sebesar 𝜔̅̅̅̅ = (5,690 ±1

0,006) 𝑟𝑎𝑑/𝑠. Nilai frekuensi sudut 1 yang diperoleh mode gabungan

memiliki kemiripan dengan frekuensi sudut 1 yang diperoleh mode

simetris. Kemiripan hasil pengukuran menunjukkan bahwa pada mode

gabungan benda bergerak dengan frekuensi 𝜔1 seperti pada mode

simetris.

Selain itu dalam mode gabungan, frekuensi sudut 𝜔2 diperoleh

dari fiting grafik 6.a sebesar 𝜔32= (10,100 ± 0,003) 𝑟𝑎𝑑/𝑠 dan dari fiting grafik 6.b sebesar 𝜔32= (10,110 ± 0,003) 𝑟𝑎𝑑/𝑠. Rata-rata frekuensi sudut 𝜔32 dari kedua grafik diperoleh sebesar 𝜔̅̅̅̅̅ =32

(63)

rata-rata frekuensi sudut 𝜔2 dari kedua grafik diperoleh sebesar 𝜔̅̅̅̅ =2

(10,175 ± 0,003) 𝑟𝑎𝑑/𝑠. Hasil frekuensi sudut 2 yang diperoleh mode

gabungan memiliki kemiripan dengan frekuensi sudut 2 yang diperoleh

dari mode asimetris. Kemiripan hasil pengukuran menunjukkan bahwa

pada mode gabungan benda bergerak dengan frekuensi 𝜔2 seperti pada

mode asimetris.

Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa pada mode gabungan,

benda bergerak tidak hanya pada frekuensi sudut 𝜔1 tetapi juga pada 𝜔2.

Hal ini dilihat dari nilai 𝜔1 mode gabungan yang mirip dengan 𝜔1 mode

normal simetris dan nilai 𝜔2 mode gabungan yang mirip dengan 𝜔2

mode normal asimetris. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pada mode

gabungan benda berosilasi dengan dua frekuensi berbeda yaitu 𝜔1 dan

𝜔2. Mode ini menggabungkan frekuensi sudut kedua mode normal

simetris dan asimetris.

Data percepatan diperoleh pada kedua benda yang berosilasi mode

gabungan dan ditampilkan pada grafik 6. Dapat dilihat bahwa titik-titik

data kedua grafik mengikuti garis fiting persamaan. Grafik berbentuk sinusoida dan amplitudonya berubah-ubah. Bentuk dari grafik yang

diperoleh sesuai dengan teori pada mode gabungan. Hal ini menunjukkan

bahwa metode ini dapat menampilkan percepatan benda yang berosilasi

Gambar

Gambar 9  Rangkaian alat sistem osilasi gandeng yang disusun secara horizontal
Gambar 1. Sistem osilasi pegas-massa. Benda bermassa m dijauhkan dari titik keseimbangan
Gambar 3. Set alat osilasi pegas massa saat penelitian. Smartphone digunakan sebagai beban sekaligus alat ukur percepatan
Gambar 4 Sistem osilasi pegas-massa menggunakan smartphone sebagai massa dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil tindakan kelas yang dilakukan peneliti ini dengan menerapkan model pembelajaran Langsung untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD

Berdasarkan hal tersebut penelitian mengenai analisis pengaruh investasi, inflasi, PDRB dan jumlah unit usaha terhadap penyerapan tenaga kerja pada

a) Foto rontgen dada dapat mendeteksi 61 % tumor paru. Pada kanker paru, pemeriksaan foto rontgen dada ulang diperlukan juga untuk menilai doubling time-nya. Kebanyakan kanker paru

Rancangan penelitian ini merupakan sistematisasi dari rumusan masalah dan tahapan pelaksanaan pene1itian ini (Bakta, 1997; Nasir, Moh. Berdasarkan uraian tersebut,

[r]

Hasil analisis eksperimen pengaruh Kadar aspal dan Kadar bahan aditif kapur sebagai variabel bebas terhadap nilai Stabilitas campuran Beton Aspal jenis AC-WC sebagai variabel tidak

Juga dapat dijumpai dalam al-Qur’an ungkapan lain dengan maksud yang sama, seperti sunnatuna (sunnah yang Kami kehendaki) pada ayat 17:77, sunnat al-awwalin (sunnah yang

Salah satu upaya akademis yang ditujukan untuk mengatasi masalah ini, diusahakan oleh John Rawls melalui teori teori, betapapun elegan dan ekonomis,