• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II SITI AMANAH PAI'18

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II SITI AMANAH PAI'18"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lembaga Dakwah Kampus

1. Pengertian Lembaga Dakwah Kampus

Dakwah kampus adalah implementasi dakwah ilallah dalam

lingkup perguruan tinggi. Dimaksudkan untuk menyeru civitas akademika

ke jalan Islam dengan memanfaatkan berbagai sarana formal/ informal

yang ada di dalam kampus. Dakwah kampus bergerak di lingkungan

masyarakat ilmiah yang mengedepankan intelektualitas dan

profesionalitas.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa aktivitas dakwah kampus

merupakan salah satu tiang dari dakwah secara keseluruhan, puncak

aktivitasnya serta medan yang paling banyak hasil dan pengaruhnya

terhadap masyarakat. (GAMAIS, 2007: 7)

Menurut Alam (2016: 118) Lembaga Dakwah Kampus dapat

menjadi sarana dakwah yang diselenggarakan di kampus yang dibidangi

oleh para mahasiswa yang memiliki perhatian intens terhadap masalah

agama. Sehingga dengan adanya Lembaga Dakwah Kampus tersebut

menjadi sarana mengembangkan pengetahuan, kepribadian serta turut

menciptakan model dakwah yang lebih humanis di perguruan tinggi.

Maka dari Lembaga Dakwah Kampus ini pula tercipta suasana

dakwah komuitas yang tetap mengena ke sasaran sebagai bagian dari

(2)

2. Sejarah Berdirinya Lembaga Dakwah Kampus

Lembaga Dakwah Kampus ( LDK ) adalah sebuah organisasi

kemahasiswaan intra kampus yang terdapat di tiap – tiap perguruan tinggi

di Indonesia. Organisasi ini bergerak dengan Islam sebagai asasnya. Pada

pertengahan tahun 80-an ketika kebijakan orde baru menghapus kegiatan

politik mahasiswa di kampus dengan NKK/BKK nya, muncul geliat

keislaman yang berpusat di masjid – masjid kampus yang awalnya dalam

bentuk kelompok – kelompok kecil yang berdiskusi seputar keislaman.

Adanya tekanan terhadap umat Islam, ditambah dengan

kebangkitan Islam di negara – negara timur tengah pada masa itu juga

turut mempengaruhi geliat keislaman mahasiswa kala itu. Kelompok kecil

ini kemudian berkembang menjadi kegiatan rutin yang melembaga.

Sehingga bermunculan LDK berbasis masjid dengan berbagai nama,

seperti Salam UI, Salman ITB, dan lain – lain. (http://wawasansejarah.com

/sejarah-ldk-kammi-dan-hti-chapter- kampus/) diakses pada 10 September

2017 pada pukul 06:02 WIB.

Menurut GAMAIS (2007: 7) terbentuknya Lembaga Dakwah

Kampus di Perguruan Tinggi bukan hanya asal dibentuk, melainkan ada

beberapa alasan yang kuat untuk membentuk sebuah Lembaga Dakwah

Kampus oleh mahasiswa – mahasiswa Islam. Antara lain alasan – alasan

terbentuknya Dakwah Kampus adalah :

a. Rasulullah SAW selalu memberikan perhatian yang cukup besar

(3)

b. Pentingnya dukungan para pemuda sebagai prasyarat tegaknya suatu

pemikiran atau pergerakan

c. Adanya kekhasan mahasiswa Indonesia

d. Pelajaran dari sejarah

e. Masalah regenerasi, pewarisan nilai dan pengalaman merupakan suatu

hal yang wajib diperhatikan demi keberlangsungan dakwah

f. Kampus merupakan medan kompetensi antar pergerakan yang lebih

terbuka

3. Tujuan Lembaga Dakwah Kampus

Berdasarkan keistimewaan mahasiswa dan keistimewaan kampus

itu sendiri, tujuan dakwah kampus dapat dijabarkan singkat sebagai

berikut: Membentuk dan me-suplai alumni yang berafiliasi kepada Islam

serta optimalisasi peran kampus dalam mentransformasi masyarakat

menuju masyarakat Islami.

Melalui dakwah kampus diharapkan lahir intelektual – intelektual

muda yang professional dalam bidang yang digelutinya dan tetap memiliki

ikatan dan keberpihakan yang tinggi terhadap Islam. Merekalah

pembaharu – pembaharu yang dapat melakukan perubahan – perubahan

kondisi masyarakat menuju kehidupan Islami hingga akhirnya terwujudlah

cita – cita kebangkitan Islam. (GAMAIS, 2007: 12)

4. Perkembangan Lembaga Dakwah Kampus

Sekitar tahun 1978, gerakan Dakwah Kampus di Indonesia tengah

(4)

NKK/BKK rezim Orde Baru, geliat Dakwah Kampus diam – diam

menelurkan benihnya.

Dakwah kampus di Indonesia kini memulai sebuah babak baru

dalam dinamikanya. Berbagai macam pergeseran tata nilai, dan perubahan

kondisi mahasiswa di berbagai kampus telah mendesak para aktivis

dakwah kampus di seluruh Indonesia untuk segera berbenah diri dan

menemukan pola baru dalam aktivitas dakwah yang dilakukannya. Tentu

bukan sekedar perubahan seadanya, tetapi perubahan yang mendasar dan

perlu di jiwai oleh aktivis dakwah kampus seantero negeri ini. (Noor,

2011:xi)

Perkembangan – perkembangan LDK di Indonesia memiliki babak

yang berbeda – beda, mulai dari awal berdirinya LDK di Indonesia sampai

perkembangannya saat ini. Pada awal berdirinya LDK di Indonesia para

aktivis dakwah kampus memiliki tantangan yang berbeda dengan saat ini,

yaitu LDK berusaha semaksimal mungkin untuk menyebarkan dakwah di

bawah tekanan kebijakan NKK (Normalisasi Kehidupan Kampus)/ BKK

(Badan Koordinasi Keorganisasian) yang mengakibatkan mahasiswa tidak

bebas berdiskusi dan mengeluarkan kebebasan berfikirnya, karena gerakan

mahasiswa pada saat itu dikontrol oleh kampus.

Seiring berjalannya waktu dan perkembangan jaman yang semakin

maju, tantangan bagi LDK semakin bertambah dan menantang. Seperti

pada saat ini, LDK tidak lagi harus menebarkan dakwahnya secara diam –

(5)

kampus. Tantangan ini harus diterima oleh semua LDK di setiap kampus,

karena berbagai pergeseran tata nilai dan perubahan kondisi mahasiswa.

Selain kedua alasan itu, perkembangan jaman yang memudahkan

mahasiswa mendapatkan apa saja yang dibutuhkannya menjadi alasan juga

mengapa LDK harus menemukan pola baru dalam kegiatan dakwahnya.

5. Ruang Lingkup Dakwah Kampus

Menurut GAMAIS (2007: 12 ) salah satu karakteristik dakwah

adalah syumuliyah atau menyeluruh. Sehingga dalam melakukan aktivitas

dakwah haruslah meliputi segala aspek. Akan tetapi dakwah kampus

punya orientasi tersendiri dalam menjalankan agenda dakwahnya. Dakwah

kampus haruslah punya dakwah tertentu agar energi yang telah

dikeluarkan oleh seorang aktivis dakwah kampus dapat tersalurkan dengan

efektif dan efisien. Ruang lingkup dakwah kampus yakni:

a) Amal Assasiyatu Dakwah ( dasar – dasar dakwah )

Dakwah kampus diharapkan dapat menyampaikan risalah Islam

dan menegakkan kalimat – kalimat Allah secara jelas di kampus.

Mahasiswa yang menjadi subjek dakwah kampus harus bisa menjadi

da‟i yang menyeru kepada kebenaran dan menolak kemungkaran.

b) Amal Khidamy ( pelayanan )

Salah satu sasaran dalam dakwah ini adalah bagaimana agar

dakwah ini bisa diterima oleh semua kalangan dan Islam dan menjadi

rahmatan lil‟alamin. Sebelum mencapai tahapan tersebut Islam

(6)

Pelayan disini dimaksudkan memberikan pelayanan – pelayanan yang

dibutuhkan objek dakwah agar mereka bisa menjalani aktivitas mereka

dengan baik.

c) Amal Ilmiah Fanniyah ( ilmu dan profesi )

Tujuan mahasiswa di kampus adalah kuliah. Sebagai seorang

muslim haruslah mempunyai kompetensi akademik yang baik serta

betul – betul memahami keilmuan yang dipelajari di bangku kuliah.

Mahasiswa merupakan tumpuan bagi bangsa, dan saat ini salah satu

fungsi mengembalikan kejayaan Islam adalah dengan menggunakan

teknologi dan ilmu pengetahuan, sehingga peran mahasiswa dalam hal

ini sangatlah dominan.

d) Amal Siyasi ( politik )

Mahasiswa memiliki peran sebagai komponen penekan

kebijakan pemerintah. Terutama kebijakan yang merugikan rakyat.

Patut mahasiswa sadari bersama bahwa masyarakat berharap banyak

agar mahasiswa bisa menjadi jembatan perubah kondisi bangsa.

6. Pilar – pilar Lembaga Dakwah Kampus

Ada 3 pilar fundamental yang mesti ada dalam setiap tubuh LDK

sehingga kegemilangan dakwah kampus bisa terealisasi ,yaitu :

a) Kaderisasi (regenerasi yang akumulatif)

Regenerasi yang akumulatif disini didefiniskan sebuah sistem

pengkaderan yang tidak terputus akan tetapi kontinu bersimultan terus

(7)

dakwah kampus idaman. Sehebat apapun sebuah organisasi kampus

dengan berbagai macam ukiran prestasi, pencapaian - pencapaian yang

fenomenal bahkan monumental semua tidak lepas dari SDM - SDM

yang ada di dalamnya. Bakat - bakat potensial setiap individu aktivis

dakwah kampus harus diarahkan sesuai dengan bidang keahliannya

masing - masing maka semua itu tak lepas dari siapa pelaku atau orang

yang ada diorganisasi tersebut tidak lain adalah masalah sumber daya

manusia.

Dimana pilar kaderisasi menjadi sangat penting baik dari

urgensinitas ataupun segmentasi dakwah saat ini. Disaat tantangan dan

goncangan dakwah semakin kuat dan tinggi. Maka dibutuhkan kader -

kader dakwah yang sudah matang dan faham akan dakwah dengan

manhaj yang benar dan aqidah yang kokoh. Maka diperlukan adanya

pembentukan dan penjagaan dari SDM - SDM yang sudah terbina

yang nantinya akan menjadi cikal - bakal juru - juru dakwah dikampus

kepengurusan selanjutnya.

b) Kelembagaan (advokasi dan birokrasi)

Penguasaan dan pengendalian medan dakwah menjadi hal

penting yang harus diprioritaskan oleh para pelaku dakwah kampus.

Dimana kedekatan antara pihak kampus selaku lembaga tertinggi (

pihak universitas seperti Rektor, pudir bidang kemahasiswaan dan

lain–lain ) dengan pengurus LDK harus selalu diperhatikan, harus

(8)

kampus. Harmoniasasi, komunikasi dan koordinasi jadi skala prioritas

agar tidak terjadi dikotomi ataupun diskriminasi baik dari segi

kebijakan ataupun dari hal lainnya terhadap para aktivis dakwah

kampus yang berkecimpung di dakwah. Maka dari itu para aktivis

dakwah kampus tidak hanya fokus dalam satu ranah saja tetapi ranah -

ranah lainpun harus jadi sekala prioritas dalam menegakkan dakwah

kampus, seperti ranah siyasi ( politik kampus ).

Peranan aktivis dakwah kampus di ormawa ( organisasi

mahasiswa ) internal kampus lainnya seperti MPM, BEM dan UKM

lain akan mempermudah birokrasi dan advokasi. Permainan politik

kampus yang begitu menantang dan penuh perjuangan harus senantiasa

dijaga para aktivis dakwah kampus sehingga bargening position

aktivis dakwah kampus tetap terjaga dimata pihak kampus. Imaje LDK

dengan lembaga harus selalu positif sehingga pihak lembaga kampus

lebih mempercayai aktivis dakwah kampus dari aktivis ormawa lain.

Sehingga kemudahan birokrasi dan advokasi bisa terealiasasi

kebijakan-kebijakan yang diterapkan pihak kampus akan bisa diwarnai

oleh fikrah-fikrah Islam yang mementingkan kemaslahatan. Akan

tetapi bukan berarti aktivis dakwah kampus tidak berani menentang

kebijakan kampus yang tidak pro ke mahasiswa. Dimaksudkan disini

aktivis dakwah kampus diharapkan tidak menjadi kaki tangan pihak

(9)

c) Pers Kampus (penguasaan informasi media propaganda)

Saya teringat kata – kata ini “siapa yang menguasai informasi

maka dia akan menguasai dunia, siapa yang menguasai dunia maka

dia akan meguasai segala-galanya”. Penguasaan dan pengendalian

informasi dunia kampus menjadi hal yang mutlak diperlukan untuk

menegakkan dakwah kampus. Karena sebuah pergerakan dan tindakan

diawali dari adanya informasi. Sehingga para aktivis dakwah kampus

wajib selalu uptudate dalam mencari infromasi – informasi ataupun isu

- isu yang berkembang disekitar masyarakat kampusnya.

Peranan LDK menjadi cekatan dan selalu ada digarda terdepan

dalam memberikan solusi setiap permasalahan yang ada. Apa lagi

diera perang pemikiran (ghowzul fikri) saat ini dimana sarana media

cetak dan elektronik menjadi alat perjuangan para musuh - musuh

Islam, maka para aktivis dakwah harus mampu menandinginya.

Sehingga fikrah Islam bisa tetap tersebar di masyarakat kampus. Dan

mampu menghalangi idiologi – idiologi kiri dan liberal seperti sosialis,

komunis dan sepilis masuk ke pemikiran para mahasiswa. Aktivis

dakwah kampus diharapkan senantiasa mampu menandingi perang

propaganda melalui media cetak seperti buletin kampus, zine - zine

terbitan kampus, mading - mading dan lembaga pers mahasiswa

Ketika 3 pilar tersebut sudah mampu ditepkan dalam konsep 3

K (komunikasi, koordinasi dan kontrolisasi) yang baik dalam

(10)

dengan optimalisasi yang tinggi. Ditambah lagi sikap militant dan

cekatan para aktivis dakwah dalam melihat sensitivitas sebuah keadaan

situasi dan kondisi dikampus maka akan tertanam idealisme

pergerakan yang sesungguhnya.bahwa para adk adalah solusi dari

setiap problematika yang ada. Bahwa LDK adalah wasilah cahaya

penerang yang mampu megarahkan dan memfasilitasi mahasiswa

kejalan yang benar dalam menatap masa depan.

https://dakwahadalahsolusi.wordpress.com/2012/01/30/3-pilar-tegak

nya-dakwah-kampus/ Diakses 14 Januari 2018 pukul 19;22 WIB

B. Pendidikan Islam

1. Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan Islam berarti sistem pendidikan yang dapat

memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai

dengan cita–cita dan nilai–nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai

corak kepribadiannya. Arifin (2011: 7)

Menurut Ramayulis (2015: 112) Istilah pendidikan dalam konteks

Islam pada umumnya mengacu kepada term al-tarbiyah, al-tadib, dan

al-ta‟lim.

Melihat ketiga istilah tersebut term yang popular digunakan dalam

praktek pendidikan Islam ialah term al-tarbiyah. Sedangkan term al-tadib

dan al-ta‟lim jarang sekali digunakan. Padahal kedua istilah tersebut telah

(11)

a. Al-Tarbiyah

Istilah Al-Tarbiyah menurut Al-Raghib al-Asfahaniy berasal

dari kata rabba yang berarti insya‟ ai-syai halan fahalan ila had

al-taman artinya menumbuhkan sesuatu secara bertahap hingga sampai

ke batas kesempurnaan. Maka arti rabba dalam pandangannya adalah

semakna dengan ansyaaa yunsyiau-insyaa (al-insya‟) dengan arti

menumbuhkan atau mengembangkan (secara berangsur – angsur).

b. Al-Ta‟lim

Seperti haalnya istilah tarbiyah, term ta‟lim-pun memiliki

cakupan makna yang luas seperti yang tertera di berbagai tempat

dalam Al-Qur‟an. Diantaranya ada yang bermakna informasi

pengetahuan yang belum diketahui manusia sebagai sebuah keutamaan

baik melalui lisan maupun tulisan, seperti yang terdapat dalam surat

al-Kah, ayat 65-66, yaitu tentang potongan ayat “alama” dengan arti

memberitahukan informasi yang belum diketahui sebelumnya.

c. Al-Ta‟dib

Istilah ta‟dib sama halnya dengan istilah – istilah sebelumnya

tidak ditemukan di dalam Al-Qur‟an secara eksplisit, namun ada

sejumlah hadits yang memaknai term “ta‟dib” dengan bentuk kata

kerja ( addaba ) yang berasal dari akar kata tsulatsiy mujarrad (

addaba ) dengan arti „allamhu al-addab mengajarinya sopan santun

atau kebudayaan. Sedangkan istilah “taddabi” berarti belajar sopan

(12)

2. Sumber Pendidikan Islam

Menurut Daradjat (2014: 19) Setiap usaha, kegiatan dan tindakan

yang disengaja untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai landasan

tempat berpijak yang baik dan kuat. Oleh karena itu pendidikan Islam

sebagai suatu usaha membentuk manusia, harus mempunyai landasan ke

mana semua kegiatan dan semua perumusan tujuan pendidikan Islam itu

dihubungkan.

Landasan itu terdiri dari Al-Qur‟an dan Sunnah Nabi Muhammad

SAW yang dapat dikembangkan dengan ijtihad, al maslahah al mursalah,

istihsan, qiyas, dan sebagainya.

a. Al-Qur‟an

Al-Qur‟an adalah firman Allah berupa wahyu yang

disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya

terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan

seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam

Al-Qur‟an itu terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan

dengan masalah keimanan yang disebut Aqidah, dan yang berhubungan

dengan amal yang disebut syari‟ah.

b. As-Sunnah

Dasar kedua selain Al-Qur‟an adalah sunnah Rasulullah.

Amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW dalam proses perubahan

(13)

Al-Qur‟an. Hal ini disebabkan, karena Allah SWT menjadikan Muhammad

sebagai teladan bagi umatnya. Firman Allah:

Artinya: “Di dalam diri Rasulullah itu kamu bisa menemukan

teladan yang baik…”. ( QS. 33: 21 )

Nabi mengajarkan dan mempraktekan sikap dan amal baik

kepada istri dan sahabatnya, dan seterusnya mereka mempraktekkan

pula seperti yang dipraktekkan Nabi dan mengajarkan pula kepada

orang lain. Perkataan atau perbuatan dan ketetapan Nabi inilah yang

disebut hadits atau sunnah. ( Ramayulis,2015: 167 )

c. Ijtihad

Menurut istilah, ijtihad ialah menggunakan seluruh

kesanggupan untuk menetapkan hukum – hukum syariat. Dengan jalan

mengeluarkannya dari Al-Qur‟an dan As-Sunnah atau menghabiskan

kesanggupan seorang fuqaha untuk menghabiskan zhann ( sangkaan )

dengan menetapkan suatu hukum syara‟. Orang yang melakukannya

disebut mujtahid. (Saebani,2012: 179)

3. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan pendidikan Islam memiliki keistimewaan, yaitu untuk

menyembah dan berbakti kepada Allah sepanjang hayat. Tujuan ini sejalan

dengan tujuan diciptakannya manusia, yaitu hanya menyembah Allah

semata. Berpegang kepada sumber tersebut, dan sumber – sumber illahi

lainnya yang serupa dengan hal tersebut, semua filosof muslim sepakat

bahwa”…pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam. sebab tujuan

pertama dan termulia pendidikan Islam adalah menghaluskan akhlak dan

(14)

Tujuan pendidikan Islam tidak hanya meningkatkan kemampuan

jasmani dan akal manusia, tetapi juga meningkatkan ruhaninya sehingga

manusia menjadi orang – orang yang berbakti kepada Tuhan dan

berakhlak mulia. Tujuan yang terakhir itulah yang menjadi tujuan

utamanya. ( Fauzi,2017: 15 )

Berdasarkan uraian tentang tujuan pendidikan Islam di atas, terlihat

bahwa tugas pendidikan Islam yang pertama dan paling utama adalah

Tauhid, yaitu menyembah kepada Allah Swt., mengajarkan bagaimana

cara meng-Esa kan Allah Swt., dan sebagainya. Pendidikan Islam juga

tidak hanya bermanfaat bagi jasmani saja, tetapi bermanfaat dan

berpengaruh terhadap ruhani manusia. Karena melalui pendidikan Islam

lah ruhani manusia tersentuh.

4. Tugas Pendidikan Islam

Menurut Ibnu Taimiyah, sebagaimana yang dikutip oleh Majid

„Irsan al-Kaylani, tugas pendidikan Islam pada hakikatnya tertumpu pada

dua aspek, yaitu pendidikan tauhid dan pendidikan pengembangan tabiat

peserta didik. Pendidikan tauhid dilakukan dengan pemberian pemahaman

terhadap dua kalimat syahadat; pemahaman terhadap jenis – jenis tauhid (

rububiyah, uluhiyah, dan sifat dan asma ); ketundukan, kepatuhan, dan

keikhlasan menjalankan Islam; dan menghindarkan dari segala bentuk

kemusyrikan. Sedang pendidikan pengembangan tabiat peserta didik

(15)

bekal untuk beribadah, seperti makan dan minum. Menurut Ibnu

Taimiyah, manusia yang sempurna adalah mereka yang senantiasa

beribadah, baik beribadah diniyyah maupun beribadah kawniyah. Ibadah

diniyyah adalah ibadah yang berhubungan dengan pencipta ( ta‟abbudi )

dan sesame manusia ( ijtima‟i ). Sedangkan ibadah kawniyah adalah

ibadah yang berhubungan dengan ketundukan dan kepatuhan manusia

kepada Allah SWT. setelah memahami hukum – hukum alam dan hukum–

hukum sosial kemasyarakatan. Mujib (2008: 51)

Ditinjau dari segi rohani manusia, maka yang terpenting ialah

pendidikan terhadap seluruh potensi rohani manusia yang telah diberikan

Allah kepadanya. Ada empat potensi rohani manusia: akal, kalbu, nafs,

dan roh. Keempat potensi ini perlu dididik agar menjadi Muslim dalam arti

sesungguhnya.

Tugas dari pendidikan untuk memberdayakan potensi yang ada itu

semuanya. Akal manusia diarahkan untuk memperoleh tingkat kecerdasan

semaksimal mungkin, mengisinya dengan bermacam ilmu pengetahuan

dan keterampilan, sehingga menusia yang pada kelahirannya tidak

mengetahui apa – apa menjadi mengetahui. ( Daulay,2016: 11 )

5. Fungsi Pendidikan Islam

Fungsi pendidikan Islam adalah menyediakan segala fasilitas yang

(16)

berjalan dengan lancar. Penyediaan fasilitas ini mengandung arti dan

tujuan yang bersifat structural dan institusional. Mujib (2008: 68).

Menurut Kurshid Ahmad, yang dikutip Ramayulis, fungsi

pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

a. Alat untuk memelihara, memperluas dan menghubungkan tingkat –

tingkat kebudayaan, nilai – nilai tradisi dan sosial, serta ide – ide

masyarakat dan bangsa.

b. Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan yang

secara garis besarnya melalui pengetahuan dan skill yang baru

ditemukan, dan melatih tenaga – tenaga manusia yang produktif untuk

menemukan perimbangan perubahan sosial dan ekonomi.

C. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil pencarian terhadap penelitian terdahulu, maka

ditemukan tiga penelitian terdahulu yang serupa, yaitu:

1. Penelitian Muhammad Syafi‟ie tahun 2016 dengan judul Peran Lembaga

Dakwah Kampus ( LDK ) Nurul Fata dalam Meningkatkan Akhlak

Aktivisnya di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Antasari

Banjarmasin.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran LDK Nurul Fata

dalam meningkatkan moral aktivisnya, serta faktor penunjang dan

penghambat yang mempengaruhi peran aktivis LDK Nurul Fata Fakultas

(17)

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan ( field research ),

dengan menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini menghasilkan

temuan – temuan, yaitu: pertama, peran Lembaga Dakwah Kampus (LDK)

Nurul Fata dalam meningkatkan akhlak aktivisnya di Fakultas Tarbiyah

dan Keguruan IAIN Antasari Banjarmasin berupa mengembangkan

dakwah sesuai dengan kemampuan masing – masing, menjadikan LDK

Nurul Fata sebagai ruang alternative bagi aktivisnya untuk belajar Islam,

meningkatkan Ukhuwah Islamiyah dan persaudaraan yang erat di kalangan

aktivis LDK Nurul Fata, dan mendorong untuk selalu berakhlak mulia.

Kedua, faktor penunjuang adanya dukungan dari pihak Fakultas Tarbiyah

dan Keguruan IAIN Antasari Banjarmasin berupa bantuan untuk

operasional kegiatan sebesar 2 ( dua ) sampai 3 ( tiga ) juta rupiah, adanya

peran dosen dalam mengisi materi kegiatan diskusi LDK, dan tersedianya

sarana dan fasilitas yang memadai. Sedangkan faktor penghambatnya

yaitu adanya pengurus LDK Nurul Fata yang rangkap jabatan sehingga

pembagian kerja kurang terorganisir, kesibukan sebagian pengurus yang

dapat menghambat jalannya program yang sudah direncanakan,

terbatasnya dana, dan letak kesekretariatan yang kurang kondusif karena

berdekatan dengan ruang organisasi lain.

2. Penelitian Rafiuddin tahun 2013 dengan judul Peranan Lembaga Dakwah

Kampus ( LDK ) Pada Perilaku Mahasiswa ( Studi Kelompok Belajar

Muslim Fakultas Teknik UNM ).

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran Lembaga

(18)

penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan

dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan Lembaga

Dakwah Kampus dalam membentuk perilaku mahasiswa adalah sebagai

tempat mendalami ajaran agama Tarbiyah Islamiyah dengan cara

memberikan pengetahuan keagamaan kepada mahasiswa melalui

pembinaan – pembinaan keagamaan yang dilakukan secara intensif

sehingga terciptalah suasana religious ditengah – tengah masyarakat

kampus. Perilaku agama itu dapat dilihat dari meningkatnya kesadaran

untuk menjadikan Islam menjadi pondasi hidup para anggotanya.

Adapun kendala yang dihadapi dalam dalam membentuk perilaku

keagamaan mahasiswa diantaranya kurangnya rasa tanggung jawab dan

kepemilikan bersama terhadap lembaga dakwah ini, serta adanya isu – isu

negative yang dihembuskan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab

menjadikan gerakan dakwah terhambat.

3. Penelitian Nuraeni tahun 2014 dengan judul Gerakan Lembaga Dakwah

Kampus dan Eksistensinya Dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota

Bandung ( 1980-1998 ). Peneliti berasal dari Universitas Pendidikan

Indonesia.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperbaiki pemahaman

tentang gerakan Lembaga Dakwah Kampus. Metode yang digunakan

adalah metode historis dengan melakukan empat langkah penelitian yaitu

(19)

pengumpulan data penulis melakukan teknik studi literature dan

wawancara terhadap narasumber baik pelaku maupun saksi sejarah.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwa gerakan

mahasiswa mempunyai peranan penting dalam tonggak perubahan di

negeri ini.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan

dilakukan adalah, penelitian terdahulu dilakukan ditempat yang berbeda

dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian yang pertama

menggunakan field research, dan penelitian kedua menggunakan metode

historis, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan jenis

penelitian deskriptif kualitatif.

Selain itu, penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peran

Lembaga Dakwah Kampus Al-Kahfi dalam pendidikan Islam, sedangkan

penelitian terdahulu mendeskripsikan peran LDK dalam meningkatkan

moral aktivisnya, peran LDK dalam membentuk perilaku beragama

Referensi

Dokumen terkait

Dalam teknik ini apabila Body Candlestick lebih dari 40 Pips maka Harga akan bergerak sesuai dengan Candle yang telah terjadi sebelumnya, biasanya setelah terjadinya Candle Besar

Langkah-langkah dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif secara umum menurut Solihatin & Raharjo (2009, pp.10-12) dapat dijelaskan secara operasional sebagai

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang sebelumnya yang dilakukan oleh Julianti (2012) tentang pemberian akupresur dititik LI 4 dan PC 6 terhadap intensitas

Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi Sebaran Frekuensi Gen, Nilai Keseimbangan Populasi dan Perubahan Ukuran Populasi Efektif pada Populasi

Mereka menikmati keindahan alam yang dimiliki oleh Wisata Pantai Dalegan. Udaranya yang sejuk dikarenakan banyak pepohonan yang berada disepanjang tepi pantai serta

Underaning Panliten yaiku (1) Kepriye undhak-undhakane asil pasinaon siswa sasajrone pasinaon nulis layang pribadi kanthi Modhel Kooperatif Tipe STAD (2) Kepriye

Aplikasi ini bertujuan untuk mengembangkan system yang pernah dibuat sebelumnya dengan menambahkan pengendali lampu ruangan menggunakan sensor photo control yang

Untuk menganalisa efisiensi boiler sebelum tercapai temperatur setting 70 °C, digunakan grafik efisiensi terhadap selisih temperatur masuk dan keluar boiler ,