Volume 4, No.1 , Februari 2015 - 42
PENGARUH PENAMBAHAN ABU POZZOLANIK
TERHADAP SIFAT MEKANIS BETON BUSA RINGAN
MUTU TINGGI
Nailil Muna1, Abdullah2, T. Budi Aulia3
1) Student, Post Graduate Magister of Civil Engineering Department Syiah Kuala University Banda Aceh
2,3) Lecturer, Magister of Civil Engineering Department Syiah Kuala University, Darussalam, Banda Aceh, Indonesia
Abstract: The normal concrete various researches have been done to reduce the use of cement, but similar information for research on foam concrete is limited. In this research, the replacement substances to reduce the amount of cement consumption is natural pozzolan ash, fly ash and rice husk ash. This study was conducted to determine the effect of natural pozzolan, fly ash and rice husk ash toward the compressive strength, split tensile strength and flexural tensile strength of concrete. Test specimens used in this study is a cube measuring 10 cm x 10 cm x 10 cm with a number of specimen 84 pieces, cylinder diametered 15 cm, height 30 cm by 36 pieces and the test object beam size of 40 cm x 10 cm x 10 cm number of 36 pieces. Besides Specific Grafity (SG) at 1.6 and 1.8, the other variables studied were water-cement factor (FAS) is 0.25; 0.30 and 0.35, as well as cement replacement materials such as pozzolan ash, fly ash and rice husk ash as much as 10% of the weight of cement. The results of the research with the addition of pozzolanic ash variations indicate that foam concrete with the addition of fly ash (SFA) has the largest and concrete compressive strength of the foam with the addition of natural pozzolan ash (SP) is the compressive strength of concrete with the smallest. Concrete SP at the age of 28, 54 and 84 days showed lower compressive strength than normal foam concrete (SN) of the same age, but the age of the concrete at 112 and 140 days showed an increase in compressive strength greater than the compressive strength SN. Concrete SN, SP, SFA and foam concrete with the addition of rice husk ash (SAS) on FAS value of 0.30 indicates a higher compressive strength than compressive strength SN, SP, SFA and SAS on FAS 0.35. The smaller the concrete FAS, the more the amount of cement needed so that the greater the compressive strength generated.
Keywords:High Quality Lightweight Concrete, Specific Grafity, Pozzolan Ash, Fly Ash, and Rice Husk Ash.
Abstrak: Pada beton normal berbagai penelitian sudah dilakukan untuk mengurangi
penggunaan semen, akan tetapi informasi sejenis terhadap hasil penelitian pada beton busa terbatas. Pada penelitian ini, bahan pengganti yang dipilih untuk mengurangi jumlah pemakaian semen adalah abu pozzolan alam, abu terbang dan abu sekam padi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan pozzolan alam, abu terbang dan abu sekam padi terhadap kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat tarik lentur beton. Benda uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah kubus ukuran 10 cm x 10 cm x 10 cm dengan jumlah benda uji 84 buah, silinder ukuran diameter 15 cm, tinggi 30 cm sebanyak 36 buah dan benda uji balok ukuran 40 cm x 10 cm x 10 cm sejumlah 36 buah. Selain Specific Grafity (SG) yaitu 1,6 dan 1,8, variabel lain yang diteliti adalah faktor air semen (FAS) yaitu 0,25; 0,30 dan 0,35, serta bahan pengganti semen berupa abu pozzolan, abu terbang dan abu sekam padi sebanyak 10% dari berat semen. Hasil penelitian dengan variasi penambahan abu pozzolanik menunjukkan bahwa, beton busa dengan penambahan abu terbang (SFA) mempunyai kuat tekan terbesar dan beton busa dengan penambahan abu pozzolan alami (SP) merupakan beton dengan kuat tekan terkecil. Beton SP pada umur 28, 54 dan 84 hari menunjukkan kuat tekan yang lebih rendah dibandingkan beton busa normal (SN) pada umur yang sama, akan tetapi pada umur beton mencapai 112 dan 140 hari menunjukkan peningkatan kuat tekan yang lebih besar dibandingkan dengan kuat tekan SN. Beton SN, SP, SFA dan beton busa dengan penambahan abu sekam padi (SAS) pada FAS 0,30 menunjukkan nilai kuat tekan yang lebih
43 - Volume 4, No. 1, Februari 2015
tinggi daripada kuat tekan beton SN, SP, SFA dan SAS pada FAS 0,35. Semakin kecil FAS beton maka semakin banyak jumlah semen yang dibutuhkan sehingga semakin besar kuat tekan yang dihasilkan.
Kata kunci: Beton Busa Ringan Mutu Tinggi, Specific Grafity, Abu Pozzolan, Abu Terbang,
dan Abu Sekam Padi. PENDAHULUAN
Jurusan Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala, sejak tahun 2006 telah mengembangkan penelitian tentang beton ringan busa. Dari penelitian-penelitian itu telah dihasilkan mutu beton ringan busa yang tinggi yang dapat digunakan sebagai bahan-bahan pada elemen-elemen struktural (Abdullah, 2010)
Pada beton normal berbagai penelitian sudah dilakukan untuk mengurangi penggunaan semen, akan tetapi informasi sejenis terhadap hasil penelitian pada beton busa terbatas. Pada penelitian ini, bahan pengganti yang dipilih untuk mengurangi jumlah pemakaian semen adalah pozzolan alam yang merupakan timbunan atau bahan sedimentasi dari abu atau lava gunung berapi yang mengandung silika, abu terbang yang bersumber dari pembakaran batu bara pada tungku pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan abu sekam padi yang berasal dari hasil pembakaran sekam padi. Penggunaan bahan pengganti semen tersebut karena memiliki potensi cadangan atau sumber yang banyak di Indonesia. Abu pozzolan, abu terbang dan abu sekam padi ini termasuk abu pozzolanik yaitu senyawa yang mengandung silika dalam bentuknya yang halus dan bila ada air maka senyawa tersebut bereaksi dengan kalsium hidroksida membentuk kalsium silikat hidrat (CSH).
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Nawy (1998 : 32) menyebutkan beton ringan adalah beton yang mempunyai kuat tekan pada umur 28 hari lebih dari 1,38 MPa dan berat volume kurang dari 1843 kg/m3.
Menurut Neville (1988 : 606) penggolongan kelas beton ringan berdasarkan berat jenis dan kuat tekan yang harus dipenuhi dapat dibagi tiga, yaitu :
a. Beton ringan dengan berat volume rendah (Low Density Concretes) untuk non struktur dengan berat jenis antara 240 kg/m3 – 800 kg/m3 dan kuat tekan antara
0,35 MPa – 7 MPa yang umumnya digunakan untuk dinding pemisah atau dinding isolasi.
b. Beton ringan dengan berat volume menengah (Moderate Strength Concretes) untuk struktur ringan dengan berat jenis 800 kg/m3 – 1400 kg/m3 dan kuat tekan
antara 7 MPa – 17 MPa yang umumnya digunakan untuk dinding yang juga memikul beban.
c. Beton ringan struktur (Structural Lightweight Concretes) dengan berat jenis antara 1400 kg/m3 – 1800 kg/m3 dan kuat
tekan lebih dari 17 MPa yang dapat digunakan sebagaimana beton normal.
Volume 4, No.1 , Februari 2015 - 44 Ada beberapa metode yang dapat
digunakan untuk mengurangi berat jenis beton atau membuat beton lebih ringan yaitu (Neville, 1988 : 605) :
a. Dengan membuat gelembung-gelembung gas/udara dalam adukan semen sehingga terjadi banyak pori-pori udara di dalam beton tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menambah bubuk aluminium kedalam bubuk campuran beton. b. Dengan menggunakan agregat ringan, misalnya tanah liat bakar, batu apung atau agregat buatan sehingga beton yang dihasilkan lebih ringan daripada beton biasa.
c. Dengan cara membuat beton tanpa menggunakan butir-butir agregat halus atau pasir yang disebut sebagai beton non pasir.
Menurut ASTM C 593-82 disebutkan bahwa pozzolan dibagi atas dua macam, yaitu bahan pozzolan alam (natural pozzolan) dan pozzolan buatan (artificial pozzolan).
a. Pozzolan alam adalah bahan alam yang merupakan timbunan atau bahan sedimentasi dari abu atau lava gunung berapi yang mengandung silika aktif. b. Pozzolan buatan berasal dari tungku
maupun hasil pemanfaatan limbah yang diolah menjadi abu yang mengandung silika reaktif melalui proses pembakaran, seperti abu terbang, abu sekam padi dan mikro silica (silica fume).
Menurut A.R. Pourkhorshidi, et. al (2010 :
796), pozzolan T (Trass) terdiri dari 30% pozzolan reaktif, dan 8% CaCO3, pozzolan A
(Tuff) mempunyai kandungan pozzolan reaktif yang lebih kecil yaitu sekitar 8%, dan 4% CaCO3. Pozzolan K (khash) dan P (pumice)
terdiri dari 13% pozzolan reaktif dan 1% CaCO3.
Menurut A.R. Pourkhorshidi, et. al (2010 : 798), kuat tekan dengan variasi umur 7, 28, dan 90 hari menunjukkan bahwa, beton pozzolan T mempunyai kuat tekan terbesar dan beton pozzolan A merupakan beton dengan kuat tekan terkecil. Beton dengan pozzolan P mempunyai kuat tekan yang rendah pada umur 7 hari, akan tetapi pada umur 90 hari beton dengan pozzolan P mempunyai kuat tekan yang lebih besar dari pada beton dengan pozzolan K dan A. Hal ini disebabkan karena pozzolan A mempunyai aktifitas sifat pozzolanik yang rendah.
Berdasarkan SNI 03-6863-2002, abu terbang adalah limbah hasil pembakaran batu bara pada tungku pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang berbentuk halus, bundar dan bersifat pozolanik.
Abu sekam padi adalah sebagai limbah pembakaran sekam padi yang memiliki unsur bermanfaat untuk peningkatan mutu beton, mempunyai sifat pozolan dan mengandung silika yang sangat menonjol. Silika adalah senyawa kimia yang dominan pada abu sekam padi. Kandungan silika pada abu sekam padi lebih tinggi bila dibandingkan dengan tumbuhan-tumbuhan lain. Bila silika ini dicampur dengan semen maka menghasilkan
45 - Volume 4, No. 1, Februari 2015 kekuatan yang lebih tinggi (Ika Bali, Agus Prakoso, 2002 : 76).
METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Konstruksi dan Bahan Bangunan Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Tahapan Penelitian
Lampiran A.1 Gambar Bagan Alir Penelitian
PENGOLAHAN DATA EKSPERIMENTAL
PENGOLAHAN DATA SECARA ANALITIS
PEMBAHASAN DAN PERBANDINGAN HASIL HITUNGAN PENGARUH PENAMBAHAN PASIR POZZOLAN ALAMI TERHADAP SIFAT MEKANIS
BETON BUSA
KESIMPULAN
SELESAI Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Gambar A.3.1 : Bagan Alir Penelitian
PEMBAHASAN DAN PERBANDINGAN HASIL PERHITUNGAN KESIMPULAN
PERAWATAN BENDA UJI
PENGOLAHAN DATA Pembuatan Benda Uji
Kubus (10 x 10 x 10) cm
Pembuatan Benda Uji
Silinder 15cm – 30cm
Pembuatan Benda Uji
Balok (10 × 10 × 40) cm
PENGUJIAN BENDA UJI
Kuat Tekan, Kuat Tarik Belah, Kuat Tarik Lentur
STUDI LITERATUR PERSIAPAN DAN PENGADAAN BAHAN
Semen, Air, Foamed Agent, Abu Pozzolan, Abu Terbang dan Abu Sekam padi , cetakan kubus, silinder dan balok
Tidak
MULAI
Rancangan Proporsi Campuran (Mix Design)
Berdasarkan Berat Volume Beton Busa
PEMERIKSAAN ADUKAN BETON BUSA
Berat Volume beton busa Ya
PEMBUATAN ADUKAN BETON PEMERIKSAAN PASTA SEMEN
Uji kekentalan aliran (Flow Test) ≥ 20cm
Penambahan
superplasticizer
Tidak
Ya
SELESAI
BAGAN ALIR PENELITIAN
Metode Penelitian
Data yang dikumpul meliputi data perencanaan komposisi campuran beton busa, beban tekan maksimum, kuat tarik belah maksimum, kuat tarik lentur maksimum dan regangan akibat kuat tekan. Untuk mengetahui keadaan mortar juga diambil data flow test dan berat volume beton ringan.
Proses Pengolahan Data
Pada penelitin ini diuji sebanyak 156 buah benda uji, yang terdiri dari kubus (10 x 10 x 10) cm untuk pengujian kuat tekan, silinder ukuran diameter 15 cm dengan tinggi 30 cm untuk uji tarik belah, dan balok ukuran 40 cm x 10 cm x 10 cm untuk uji tarik lentur. Benda uji tersebut diuji pada umur 28, 56, 84, 112 dan 140 hari untuk benda uji kubus pada beton dengan penambahan abu pozzolan alami dengan FAS 0,30. Ini dilakukan untuk melihat peningkatan sifat mekanis sejalan dengan pertambahan umur. Pada setiap pengujian diuji sebanyak 3 buah benda uji. Detail dari rencana penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 sampai dengan Tabel 7.
Tabel 1. Variasi dan Jumlah Benda Uji Kuat Tekan Beton Busa Ringan Dengan Penambahan Abu Pozzolan Alami Pada Umur 28 Hari
28 hari 56 hari 84 hari 112 hari 140 hari 28 hari 56 hari 84 hari 112 hari 140 hari 28 hari 56 hari 84 hari 112 hari 140 hari 28 hari 56 hari 84 hari 112 hari 140 hari 1,6 3 3 1,8 3 3 1,6 3 3 3 3 1,8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1,6 3 3 3 3 1,8 3 3 3 3 TOTAL 84 JUMLAH 30 30 12 12 0,25 0,30 0,35
BETON BUSA NORMAL FAS SG
SEMEN + ABU POZZOLAN SEMEN + ABU TERBANG SEMEN + ABU SEKAM PADI
Tabel 2. Variasi dan Jumlah Benda Uji Kuat Tarik Belah Dengan Penambahan Abu Pozzolan Alami Berdasarkan Perbedaan Umur
FAS SG
BETON BUSA NORMAL SEMEN + ABU POZZOLAN 28 hari 56 hari 84 hari 112 hari 140 hari 28 hari 56 hari 84 hari 112 hari 140 hari 0,30 1,6 1,8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0,35 1,6 1,8 3 3 JUMLAH 18 18 TOTAL 36
Volume 4, No.1 , Februari 2015 - 46
Tabel 3. Variasi dan Jumlah Benda Uji Kuat Tarik Lentur Dengan Penambahan Abu Pozzolan Alami Berdasarkan Perbedaan Umur
FAS SG
BETON BUSA NORMAL SEMEN + ABU POZZOLAN 28 hari 56 hari 84 hari 112 hari 140 hari 28 hari 56 hari 84 hari 112 hari 140 hari 0,30 1,6 1,8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0,35 1,6 1,8 3 3 JUMLAH 18 18 TOTAL 36 Analisis Data
Analisis data menggunakan empat metode statistik antara lain: seleksi data, analisis varian, analisis regresi, dan analisis varian untuk pengujian nyata regresi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan abu pozzolanik berpengaruh terhadap kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat tarik lentur beton.
Gambar 4.1 Grafik Hasil Pengujian Kuat Tekan
Beton Busa dengan Perbandingan Bahan Pengganti Semen Yang Berbeda Pada Umur Perawatan 28 Hari dengan FAS 0,30.
Gambar 4.2 Grafik Hasil Pengujian Kuat Tekan
Beton Busa dengan Perbandingan Bahan Pengganti Semen Yang Berbeda Pada Umur Perawatan 28 Hari dengan FAS 0,35.
Hasil pengujian kuat tekan beton SN pada FAS 0,30, SG 1,6 dibandingkan terhadap beton dengan variasi pengganti semen menunjukkan bahwa beton SN mempunyai kuat tekan yang lebih rendah daripada kuat tekan beton SFA dan SAS, sedangkan SP menunjukkan kuat tekan lebih kecil daripada kuat tekan SN. Hal ini disebabkan karena pozzolan yang digunakan dalam penelitian ini termasuk pozzolan tipe P. Hasil pemeriksaan sifat fisis abu pozzolan yang digunakan pada penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan CaCO3 yaitu sebesar 0,42%, sehingga abu
pozzolan ini digolongkan pada pozzolan tipe P. Beton dengan pozzolan P mempunyai kuat tekan yang rendah pada umur 7 hari, akan tetapi pada umur 90 hari beton dengan pozzolan P mempunyai kuat tekan yang lebih besar dari pada beton dengan pozzolan K dan A. Hal ini sesuai dengan pernyataan A.R. Pourkhorshidi, et. al (2010) yaitu pozzolan T (Trass) terdiri dari 30% pozzolan reaktif, dan 8% CaCO3,
pozzolan A (Tuff) mempunyai kandungan pozzolan reaktif yang lebih kecil yaitu sekitar 8%, dan 4% CaCO3. Pozzolan K (khash) dan P
(pumice) terdiri dari 13% pozzolan reaktif dan 1% CaCO3. Beton dengan pozzolan P
mempunyai kuat tekan yang rendah pada umur 7 hari, akan tetapi pada umur 90 hari beton dengan pozzolan P mempunyai kuat tekan yang lebih besar dari pada beton dengan pozzolan K dan A. Hal ini disebabkan karena pozzolan A mempunyai aktifitas sifat pozzolanik yang rendah.
47 - Volume 4, No. 1, Februari 2015 Peningkatan kuat tekan SFA dan SAS dibandingkan dengan SN pada Fas 0,30, SG 1,6 terjadi karena abu terbang dan abu sekam padi mengandung silika dioksida (SiO2) dan bersifat
pozzolanik yang dapat meningkatkan kekuatan beton. Berdasarkan SNI 03-6863-2002 abu terbang cukup baik untuk digunakan sebagai bahan ikat karena bahan penyusun utamanya adalah silika dioksida (SiO2), alumunium
oksida (Al2O3) dan Ferri oksida (Fe2O3).
Oksida-oksida tersebut dapat bereaksi dengan kapur bebas yang dilepaskan semen ketika bereaksi dengan air. Kalsium oksida bebas yang terdapat dalam pori beton bereaksi dengan abu terbang membentuk pasta semen baru, akibatnya hubungan antara mortar dan zona
interface menjadi lebih kuat. Butiran abu terbang yang halus dapat memberikan efek pelumasan yang dapat mengurangi jumlah air yang dipakai dalam adukan beton, yang akhirnya akan meningkatkan kekuatan beton.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Simajuntak yang menyatakan bahwa dalam pembakaran sekam padi menghasilkan 20% abu dengan silika dioksida (SiO2) sebagai
komponen utamanya. Silika dalam jumlah tertentu dapat menggantikan jumlah semen dan juga berperan sebagai pengisi antara partikel-partikel semen yang dapat meningkatkan kuat tekan beton.
Hasil pengujian kuat tekan beton SN pada FAS 0,30, SG 1,8 dibandingkan dengan kuat tekan SFA dan SAS pada FAS dan SG yang sama, menunjukkan bahwa beton SFA dan SAS mempunyai kuat tekan yang lebih besar
daripada SN. Sedangkan SP menunjukkan kuat tekan lebih kecil daripada kuat tekan SN. Kuat tekan beton SN pada FAS 0,30 SG 1,6 juga mengalami hal yang sama dengan hasil pengujian kuat tekan beton SN pada FAS 0,30 SG 1,8.
Kuat tekan SN, SP, SFA, dan SAS pada FAS 0,30, SG 1,8 menunjukkan kuat tekan yang lebih besar dibandingkan dengan kuat tekan SN, SP, SFA, dan SAS pada FAS 0,30, SG 1,6. Semakin besar SG maka semakin banyak semen dan abu pozzolanik yang dibutuhkan sehingga, semakin besar kuat tekan yang dihasilkan.
Kuat tekan dengan variasi penambahan abu pozzolanik menunjukkan bahwa, beton SFA mempunyai kuat tekan terbesar dan beton SP merupakan beton dengan kuat tekan terkecil dengan kuat tekan masing-masing yaitu 410 kg/cm2 dan 177,96 kg/cm2. Hal ini disebabkan
karena kandungan SiO2 pada abu terbang lebih
besar yaitu 54,93%, dibandingkan dengan abu sekam padi dan abu pozzolan yang memiliki kandungan SiO2 masing-masing sebesar 52,95%
dan 42,9%. Silika dioksida yang terkandung pada abu pozzolanik tersebut akan bereaksi dengan kalsium hidroksida dari hasil hidrasi semen sehingga akan menghasilkan gel CSH baru yang merupakan unsur kekuatan pasta semen, sehingga dapat meningkatkan kuat tekan beton. Semakin banyak kandungan SiO2 yang
terkandung maka akan semakin banyak gel CSH baru yang terbentuk pada reaksi pengikatan antara silika dioksida dengan kalsium hidroksida dari hasil hidrasi semen.
Volume 4, No.1 , Februari 2015 - 48 Selain itu penggunaan abu pozzolan tipe P pada
penilitian ini juga merupakan salah satu penyebab rendahnya kuat tekan pada beton SP.
Hal ini sesuai seperti yang dikemukakan oleh Aulia (2005) penambahan aditif mineral yang mengandung silika dan bersifat pozzolanikpada semen Portland menghasilkan gel CSH baru oleh reaksi pengikatan antara silika (kandungan dari aditif mineral) dengan kalsium hidroksida dari hasil hidrasi semen, sehingga pada prinsipnya aditif mineral bisa meningkatkan kekuatan pasta semen karena gel CSH merupakan unsur kekuatan pasta semen, dan sekaligus mengurangi unsur kelemahan beton karena telah mereduksi kalsium hidroksida.
Gambar 4.3 Grafik Hasil Pengujian Kuat Tekan
Beton Busa Normal dan Kuat Tekan Beton Busa dengan Pengganti Semen Berupa Abu Pozzolan Alami FAS 0,30, SG 1,8, Pada Umur Perawatan Yang Berbeda.
Gambar 4.3 menunjukkan perbandingan kuat tekan beton SN dan SP pada FAS 0,30, SG 1,8 terhadap variasi umur. Beton SP pada umur 28, 54 dan 84 hari menunjukkan kuat tekan yang lebih rendah dibandingkan beton SN pada umur yang sama. Pada umur beton mencapai 112 hari dan 140 hari beton SP menunjukkan peningkatan kuat tekan yang lebih besar dibandingkan dengan kuat tekan beton SN. Hal
ini dipengaruhi oleh tipe pozzolan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pozzolan tipe P. Hal ini sesuai seperti yang dikemukakan oleh A.R. Pourkhorshidi, et. al (2010), kuat tekan dengan variasi umur 7, 28, dan 90 hari menunjukkan bahwa, beton pozzolan T mempunyai kuat tekan terbesar dan beton pozzolan A merupakan beton dengan kuat tekan terkecil. Beton dengan pozzolan P mempunyai kuat tekan yang rendah pada umur 7 hari, akan tetapi pada umur 90 hari beton dengan pozzolan P mempunyai kuat tekan yang lebih besar dari pada beton dengan pozzolan K dan A. Hal ini disebabkan karena pozzolan A mempunyai aktifitas sifat pozzolanik yang rendah.
Beton SN, SP, SFA dan SAS pada
FAS 0,30 menunjukkan nilai kuat tekan
yang lebih tinggi daripada kuat tekan beton
SN, SP, SFA dan SAS pada FAS 0,35.
Semakin kecil FAS beton maka semakin
banyak jumlah semen yang dibutuhkan
sehingga semakin besar kuat tekan yang
dihasilkan.
Hal
ini
sesuai
dengan
pernyataan Aulia (1999). Beton dengan
FAS kecil mempunyai perbandingan kadar
air semen yang kecil, sehingga porositas
pada pasta semen semakin kecil. Maka
dengan berkurangnya porositas pada pasta
semen,
beton
semakin
padat
dan
menghasilkan kuat tekan beton yang lebih
besar. Hal ini juga terjadi pada penelitian
Hidayat (2002), meneliti pengaruh FAS dan
kadar abu terbang terhadap kuat tekan dan
49 - Volume 4, No. 1, Februari 2015
Gambar 4.3.b. Beton Busa + Abu Terbang Gambar 4.3.a. Beton busa + Abu
Pozzolan
Gambar 4.3 Pola retak yang terjadi pada pengujian kuat tekan beton busa Gambar 4.3.d. Beton Busa Normal Gambar 4.3.c. Beton Busa + Abu
Sekam Padi
permeabilitas beton ringan menunjukkan
bahwa semakin kecil FAS maka semakin
besar kuat tekan beton ringan dan semakin
kecil porositas yang terjadi. Pada penelitian
ini digunakan FAS 0,3, 0,4, 0,5, 0,6, dan
0,7.
Beton busa pada FAS 0,30 dan FAS 0,35 memberikan pengaruh yang nyata dengan adanya penambahan abu pozzolanik dan variasi SG terhadap kuat tekan beton. Hasil pengujian analisis varian pada FAS 0,30 menunjukan bahwa SG berpengaruh nyata terhadap kuat tekan karena F0 hitung (10,254) lebih besar dari
F0 tabel (4,49), penambahan abu pozzolanik juga berpengaruh nyata terhadap kuat tekan karena F0 hitung (13,589) lebih besar dari F0 tabel (3,24). Hasil pengujian analisis varian pada FAS 0,35 menunjukan bahwa SG berpengaruh nyata terhadap kuat tekan karena
F0 hitung (18,456) lebih besar dari F0 tabel (4,49), penambahan abu pozzolanik juga berpengaruh nyata terhadap kuat tekan karena
F0 hitung (26,565) lebih besar dari F0 tabel (3,24).
Pada pengujian kuat tekan pola retak yang terjadi setelah mencapai beban maksimum pada beton busa penambahan abu pozzolan, abu terbang, abu sekam padi dengan beton busa normal relatif sama. Retak terjadi secara konsisten dalam bidang vertikal, sejajar dengan gaya tekan diterapkan.
Pada pengujian kuat tekan pola retak yang terjadi setelah mencapai beban maksimum pada beton busa penambahan abu pozzolan, abu terbang, abu sekam padi dengan beton busa normal relatif sama. Retak terjadi secara konsisten dalam bidang vertikal, sejajar dengan gaya tekan diterapkan. Untuk lebih jelasnya pola retak yang terjadi pada
pengujian kuat tekan beton busa dengan penambahan abu pozzolanik, abu terbang, abu
sekam padi dan beton busa normal diperlihatkan pada Gambar 4.4.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Ditinjau dari komposisi kimianya, abu pozzolan, abu terbang, dan abu sekam padi merupakan abu pozzolanik hasil limbah industri yang dapat digunakan sebagai bahan konstruksi beton busa ringan, sehingga dapat mengurangi jumlah penggunaan semen pada beton.
Beton busa SN, SP, SFA dan SAS dapat diklasifikasikan kepada beton ringan struktur (Structural Light Weight Concrete) karena memiliki kuat tekan lebih dari 17 MPa.
Pada umur 28 hari kuat tekan dengan variasi penambahan abu pozzolanik menunjukkan bahwa, beton SFA mempunyai kuat tekan terbesar dan beton SP merupakan beton dengan kuat tekan
Volume 4, No.1 , Februari 2015 - 50 terkecil dengan kuat tekan masing-masing
yaitu 410 kg/cm2 dan 177,96 kg/cm2.
Beton SP pada umur 28, 54 dan 84 hari menunjukkan kuat tekan yang lebih rendah dibandingkan beton SN pada umur yang sama. Pada umur beton mencapai 112 hari dan 140 hari menunjukkan peningkatan kuat tekan yang lebih besar dibandingkan dengan kuat tekan beton SN.
Terbukti bahwa, semakin kecil FAS mutu beton semakin tinggi yaitu beton SN, SP, SFA dan SAS pada FAS 0,30 menunjukkan nilai kuat tekan yang lebih tinggi daripada kuat tekan beton SN, SP, SFA dan SAS pada FAS 0,35.
Nilai kuat tekan tidak berbanding lurus terhadap nilai kuat tarik belah dan kuat tarik lentur, setiap usaha perbaikan mutu kekuatan tekan hanya disertai peningkatan kecil nilai kuat tarik belah dan kuat tarik lenturnya.
Pada pengujian kuat tekan pola retak yang terjadi setelah mencapai beban maksimum pada beton busa penambahan abu pozzolan, abu terbang, abu sekam padi dengan beton busa normal relatif sama.
Saran
Untuk menghasilkan kuat tekan yang besar pada beton busa dengan penambahan abu pozzolan pada umur 28 hari diharapkan dapat dilakukan penelitian selanjutnnya dengan menggunakan abu pozzolan tipe T (Trass) sebagai bahan pengganti semen.
Untuk mengetahui beton busa ringan dengan penambahan abu pozzolanik dapat digunakan sebagai alternatif pengganti kolom beton konvensional perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
ACI Committee 211.4R-93, Guide For Selecting Proportional for High-Strength Concrete with Portland Cement and Fly
Ash, ACI manual of Concrete Practice, part I, Michigan, Detroit, 1996.
ACI Committee 363R, State-of the Art Report on High-Strength Concrete, ACI manual of Concrete Practice, part I, Michigan, Detroit, 1996.
Anonim, 2004,Annual Book of ASTM Standard 2004, Section 4, Volume 04-02, Concrete and Agregates, International Standards - Worldwide.
A.R. Pourkhorshidi, M. Najimi, T. Parhizkar, F. Jafarpour, B. Hillemeier, 2010,
Applicability of the standard specifications of ASTM C618 for evaluation of natural Pozzolans, Journal Cement & Concrete Composites, Department of Concrete Technology, Building and Housing Research Center (BHRC), Tehran, Iran and Institute of Civil Engineering, Technical University of Berlin, Berlin, Germany.
Bali, Ika., A, Prakoso. 2002. Beton Abu Sekam Padi Sebagai Alternatif Bahan Konstruksi. Jurnal Sains dan Teknologi
51 - Volume 4, No. 1, Februari 2015 EMAS. Jakarta: Universitas Kristen Indonesia.
Nawy, E. G., 1998, Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar, PT. Refika Aditama, Bandung.
Neville, A. M., 1988, Properties of Concrete,