• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Mukhammad Hasan Tsu'banullah BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Mukhammad Hasan Tsu'banullah BAB II"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stres

1. Definisi stress

Stres adalah ketidak mampuan mengatasi ancaman yang dihadapi

oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat

dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut (National Safety

Council, 2004).

Stres tidak terlepas darimana datangnya dan apa saja sumbernya,

sumber stres atau biasa disebut dengan stressor adalah suatu keadaan,

situasi objek atau individu yang dapat menimbulkan stres. Stres yang

muncul dari dalam diri sendiri disebut internal sources, dan yang berasal

dari luar dinamakan eksternal sources (Potter dan Perry, 1999).

Menurut Spielberger (2001) menyatakan bahwa stres adalah

tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya

obyek-obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyek-obyektif adalah

berbahaya. Stres juga bisa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau

gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.

Baik imajinasi maupun nyata, persepsi seseorang terhadap stres

sebenarnya berasal dari perasaan takut atau marah, perasaan ini dapat

diekspresikan dalam bentuk sikap tidak sabar, frustasi, iri, tidak ramah,

(2)

perasaan ini juga dapat muncul dalam bentuk sikap yang pesimis, tidak

puas, produktivitas rendah, dan sering absen. Emosi, sikap dan perilaku

kita yang terpengaruh stres dapat menyebabkan masalah kesehatan yang

serius dan tergantung reaksi individu tersebut terhadap stres. Stres

merupakan hal yang melekat pada kehidupan siapa saja dalam bentuk

tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam jangka

panjang-pendek yang tidak sama, pernah atau mengalaminya dan tidak

seorangpun bisa terhindar dari stres. Selaras dengan pengertian diatas

bahwa Stres adalah suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat

adanya tuntutan dalam diri dan lingkungan (Rathus dan Nevid, 2002).

Berdasarkan uraian diatas maka bisa disimpulkan bahwa Stres

adalah kondisi dimana adanya tekanan maupun tuntutan yang datang dari

luar maupun diri seseorang, fisik maupun psikis seseorang baik dalam

jangka panjang maupun pendek dalam kadar berat maupun ringan dan

tidak ada seorangpun yang mampu menghindar dari stres tersebut, tetapi

seseorang tersebut bisa melakukan koping atau menurunkan kadar stres

tersebut dengan cara yang tepat. Stres yang paling umum dialami oleh

mahasiswa merupakan stres akademik. Stres akademik berkaitan dengan

proses akademik dan lingkungan yang mempengaruhi proses akademik.

Stres akademik diartikan sebagai suatu kondisi atau keadaaan individu

yang mengalami tekanan sebagai hasil persepsi dan penilaian mahasiswa

tentang stresor akademik, yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan

(3)

2. Gejala Stres

Cooper dan Straw (1995) mengemukakan gejala stres fisik,

perilaku, dan dalam bentuk watak. Bentuk gejala fisik oleh ditandai dengan

adanya kerongkongan kering, tangan lembab, merasa panas, otot-otot

tegang, pencernaan terganggu, sembelit, letih yang tidak beralasan, sakit

kepala, salah urat dan gelisah. Sementara dengan bentuk perilaku umumnya

ditandai dengan perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, salah paham,

tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal kehilangan

semangat, sulit kosentrasi, sulit berfikir jernih, sulit membuat keputusan,

hilangnya kreatifitas, hilangnya gairah dalam berpenampilan dan hilangnya

minat terhadap orang lain. Dalam bentuk gejala watak dan kepribadian

biasanya tanda yang bisa dilihat adalah sikap hati-hati menjadi cermat yang

berlebihan, cemas menjadi lekas panik dan kurang percaya diri menjadi

rawan.

Tidak berbeda apa yang disampaikan oleh Handoyo (2001) dimana

gejala stres dapat dibedakan atas gejala fisik, emosional, intelektul dan

gejala interpersonal. Gejala fisik ditandai dengan sulit tidur atau tidur tidak

teratur, sakit kepala, sulit buang air besar, adanya gangguan pencernaan,

radang usus, kulit gatal-gatal, punggung terasa sakit, urat-urat pada bahu

dan leher terasa tegang, keringat berlebihan, selera makan berubah, tekanan

darah tinggi atau serangan jantung dan kehilangan energi. Sementara gejala

stres yang bersifat emosional ditandai dengan, marah-marah, mudah

(4)

berubah-ubah, sedih, mudah menangis dan depresi, gugup, agresif terhadap

orang lain dan mudah bermusuhan serta mudah menyerah dan kelesuan

mental. Handoyo (2001) menambahkan bahwa gejala stres yang bersifat

intelektual umumnya di tandai dengan mudah lupa, kacau pikirannya, daya

ingat menurun, sulit untuk berkosentrasi, suka melamun berlebihan dan

pikiran hanya di penuhi satu pikiran saja. Sedangkan tanda stres yang

bersifat interpersonal adalah acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan

pada orang lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang

mencari kesalahan orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup

diri secara berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain.

Sedangkan Gejala stres yang banyak ditunjukkan oleh mahasiswa

antara lain gangguan tidur seperti kesulitan tidur, sering terlihat cemas,

mudah marah, dan ada beberapa mahasiswa yang menunjukkan gejala

gangguan daya ingat yang ditunjukkan dengan seringnya mahasiswa lupa

pada janji bimbingan dengan dosen pembimbing skripsi (Januarti, 2009).

3. Jenis Stressor

Menurut Rasmun (2004) stresor adalah variabel yang dapat

diidentifikasi sebagai penyebab timbulnya stres. Sumber stres dapat berasal

dari dalam tubuh dan luar tubuh. Stres terjadi apabila stresor tersebut

dirasakan dan dipersepsikan sebagai ancaman sehingga menimbulkan

kecemasan yang merupakan awal dari gangguan kesehatan fisik dan

(5)

a) Stresor biologik

Stresor biologik dapat berupa bakteri, virus, hewan, binatang,

tumbuhan, dan berbagai macam makhluk hidup yang dapat

mempengaruhi kesehatan.

b) Stresor fisik

Stresor fisik dapat berupa perubahan iklim, suhu, cuaca,

geografi, dan alam.

c) Stresor kimia

Stresor kimia dapat berasal dari dalam tubuh dan luar tubuh.

Contoh stresor yang berasal dari dalam tubuh adalah serum darah dan

glukosa sedangkan stresor yang berasal dari luar tubuh misalnya obat,

alkohol,

d) Stresor sosial dan psikologik

Stresor sosial dan psikologik misalnya rasa tidak puas terhadap

diri sendiri, kekejaman, rendah diri, emosi yang negatif, dan

kehamilan.

e) Stresor spiritual

Stresor spiritual yaitu adanya persepsi negatif terhadap

nilai-nilai ke-Tuhanan.

Tidak hanya stresor negatif yang dapat menyebabkan stres,

tetapi stresor positif seperti kenaikan pangkat, promosi jabatan,

tumbuh kembang, menikah, dan mempunyai anak juga dapat

(6)

4. Penyebab Stres

Penyebab stres (stresor) adalah segala situasi atau pemicu yang

menyebabkan individu merasa tertekan atau terancam. Stresor yang

sama akan dinilai berbeda oleh setiap individu. Penilaian individu

terhadap stresor akan mempengaruhi kemampuan individu untuk

melakukan tindakan pencegahan terhadap stresor yang membuat stres

(Losyk, 2007) menyatakan bahwa stres pada individu dapat terjadi

karena tuntutan-tuntutan yang individu diletakan dalam diri sendiri. (Potter

& Perry, 2006) mengklasifikasikan stresor menjadi dua, yaitu stresorinternal

dan stresor eksternal. Stresor internal adalah penyebab stres yang

berasal dari dalam diri individu, dan stresor eksternal adalah penyebab stres

yang berasal dari luar diri individu. Penyebab stres yang terjadi pada

mahasiswa selama menjalani perkuliahan adalah tuntutan akademik,

penilaian sosial, manajemen waktu serta persepsi individu terhadap waktu

penyelesaian tugas, kondisi ujian, kondisi perbedaan bahasa yang

digunakan, dan biaya perkuliahan (Kausar, 2010; Lubis dan Nurlaila,

2010; Robotham, 2008).

Penyebab stres berbeda-beda dari satu orang ke orang yang lainnya.

Yang terasa berat bagi seseorang mungkin merasa menantang dan

menyenangkan bagi orang lain. Stres telah menjadi topik yang populer.

media seringkali menyatakan perilaku yang atau penyakit yang tidak lazim

pada manusia sebagai akibat dari stres atau nervous breakdown. Sebagai

(7)

ia menderita tekanan dalam kehidupan bermasyarakatnya. Dalam pengertian

umum, stres terjadi jika orang di hadapkan dengan peristiwa yang mereka

rasakan sebagai mengancam kesehatan fisik atau psikologisnya peristiwa

tersebut biasanya di katakan stresor dan reaksi ini orang terhadap peristiwa

tersebut di namakan respon stres (Lukluk & Bandiyah, 2008)

5. Tingkat stres

Rasmun (2004), membagi hubungan tingkat stres yaitu :

a) Stres Ringan biasanya tidak merusak aspek fisiologis, sebaiknya stres

sedang dan berat mempunyai resiko terjadinya penyakit, stres ringan

umumnya dapat di rasakan oleh semua orang. Misalnya lupa ketiduran,

kemacetan, di kritik. Berakhir beberapa menit atau beberapa jam situasi

seperti ini nampaknya tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika di

hadapi terus menerus.

b) Stres sedang; terjadi lebih lama beberapa jam sampai beberapa hari.

Contohnya kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebih,

mengharapkan pekerjaan baru, anggoata keluarga pergi dalam kurun

waktu yang cukup lama, situasi seperti ini dapat bermakna bagi individu

yang mempunyai faktor predisposisi suatu penyakit koroner.

c) Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai

beberapa tahun, misalnya hubungan suami istri yang tidak harmonis,

(8)

6. Tahapan Stres

Menurut Hawari (2008) bahwa tahapan-tahapan stres sebagai

berikut :

a) Stres tahap I

Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan

biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:

1) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting).

2) Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya.

3) Merasa mampu menye-lesaikan pekerjaan lebih dari biasanya,

namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.

b) Stres tahap II

Dalam tahapan ini respon terhadap stresor yang semula

menyenangkan sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai

menghilang dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena

cadangan energi yang tidak lagi cukup sepanjang hari, karena tidak

cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat yang dimaksud antara lain

dengan tidur yang cukup, bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan

cadangan energi yang mengalami defisit. Keluhan-keluhan yang

sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap II

adalah sebagai berikut:

1) Merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar.

2) Merasa mudah lelah sesudah makan siang.

(9)

4) Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel

discomfort).

5) Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar).

6) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang.

7) Tidak bisa santai.

c) Stres Tahap III

Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya

tanpa menghiraukan keluhan-keluhan pada stres tahap II, maka akan

menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu,

yaitu:

1) Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan

maag, buang air besar tidak teratur (diare).

2) Ketegangan otot-otot semakin terasa.

3) Perasaan ketidak tenangan dan ketegangan emosional semakin

meningkat.

4) Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai

masuk tidur (early insomnia) atau terbangun tengah malam dan

sukar kembali tidur (middle insomnia) atau bangun terlalu pagi atau

dini hari dan tidak dapat kembali tidur (late insomnia).

5) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa akan jatuh dan serasa

mau pingsan). Pada tahapan ini seseorang sudah harus konsultasi

(10)

hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk

beristirahat guna menambah suplai energi yang mengalami defisit.

d) Stres Tahap IV

Gejala stres tahap IV, akan muncul:

1) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.

2) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah

diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit.

3) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan

kemampuan untuk merespons secara memadai (adequate).

4) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari.

5) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang

menegangkan. Seringkali menolak ajakan (negativism) karena

tidak semangat dan gairah.

6) Daya konsentrasi daya ingat menurun.

7) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat

dijelaskan apa penyebabnya.

e) Stres Tahap V

Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam

stres tahap V, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:

1) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical

dan psychological exhaustion).

2) Ketidakmampuan untuk menye-lesaikan pekerjaan sehari-hari

(11)

3) Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal

disorder).

4) Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat,

mudah bingung dan panik.

f) Stres Tahap VI

Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang

mengalami serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati.

Tidak jarang orang yang mengalami stres tahap VI ini berulang

dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya

dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh.

Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai berikut:

1) Debaran jantung teramat keras.

2) Susah bernapas (sesak dan megap-megap).

3) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran.

4) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan.

5) Pingsan atau kolaps (collapse).

7. Respon terhadap stres

a) Respon Fisiologis :

Situasi stres mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya

mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem simpatis dan

sistem korteks adrenal. Sistem saraf simpatik berespons terhadap

impuls saraf dari hipotalamus yaitu mengaktivasi berbagai organ dan

(12)

Secara umum orang yang mengalami stres mengalami

sejumlah gangguan fisik seperti :

1) Gangguan pada organ tubuh menjadi hiperaktif dalam salah

satu sistem tertentu. Contohnya: muscle myopathy pada otot

tertentu mengencang atau melemah, tekanan darah naik terjadi

kerusakan jantung dan arteri, sistem pencernaan terjadi maag,

diare.

2) Gangguan pada sistem reproduksi. Seperti: amenorrhea atau

tertahannya menstruasi, kegagalan ovulasi pada wanita, impoten

pada pria, kurang produksi semen pada pria, kehilangan gairah

seks.

3) Gangguan pada sistem pernafasan: asma, bronchitis.

4) Gangguan lainnya, seperti pening (migrane), tegang otot, jerawat,

dst.

b) Respon Psikologik:

1) Keletihan emosi, jenuh, mudah menangis, frustasi, kecemasan,

rasa bersalah, khawatir berlebihan, marah, benci, sedih, cemburu,

rasa kasihan pada diri sendiri, serta rasa rendah diri.

2) Terjadi depersonalisasi : dalam keadaan stres berkepanjangan,

seiring dengan keletihan emosi, ada kecenderungan yang

bersangkutan memperlakuan orang lain sebagai ‘sesuatu’

(13)

3) Pencapaian pribadi yang bersangkutan menurun, sehingga

berakibat pula menurunnya rasa kompeten dan rasa sukses

c) Respon Perilaku

1) Manakala stres menjadi distres, prestasi belajar menurun dan

sering terjadi tingkah laku yang tidak diterima oleh masyarakat.

2) Level stres yang cukup tinggi berdampak negatif pada

kemampuan mengingat informasi, mengambil keputusan,

mengambil langkah tepat.

3) Mahasiswa yang ‘over-stresed’ (stres berat) seringkali banyak

membolos atau tidak aktif mengikuti kegiatan pembelajaran.

8) Cara mengatasi stres

Menurut Hardjana (1994) ada dua cara mengatasi stres yaitu :

a) Mengatasi secara negatif, seperti lari ketempat-tempat hiburan

(diskotik, bioskop), minum-minuman keras, makan banyak, minum

obat penenang, kacau pikiran, menghisap rokok berlebihan, acuh tak

acuh, mengamuk, menyalahkan peristiwa dan menyimpan dendam.

b) Mengatasi secara positif

1) Tindakan langsung (direct action), berbuat secara khusus dan

langsung, seperti meminta nasehat, mempelajari ilmu atau

kecakapan baru.

2) Mencari informasi dan pengetahuan dari stressor, sehinga dapat

megetahui dan memahami situsi stres yang dialami.

(14)

4) Menerima dengan pasrah, yaitu berusaha menerima peristiwa

atau keadaan apa adanya, karena dengan cara apapun kita tidak

dapat mengubah sumber penyebab stresnya, kita hanya bisa

melepaskan emosi san mengurangi ketegangan seperti

menangis, berteriak atau melucu, bisa juga melakukan tindakan

meloncat-loncat, memukul-mukul meja atau berjalan keluar

menghirupp udara segar.

5) Proses interpsikis yaitu dengan memanfaatkan strategi kognitif

atau usaha pemahaman untuk menilai kembali situasi stres yang

dialami, berupa strategi merumuskan kembali secara kognitif

dalam bentuk lain dari proses intrapsikis adalah apa yang

disebut oleh Sigmund Frued yaitu mekanisme pertahanan

(defence mechanism), denial (penyangkalan, penekanan

(suppresi).

9) Cara mengukur tingkat stres

Tingkat stres diukur dengan menggunakan Depression Anxiety

Stress Scale 42 (DASS 42) oleh Lavibond dan Lavibond (1995). DASS 42

diaplikasikan dengan format rating scales (skala penilaian). DASS 42

dibentuk tidak hanya untuk untuk mengukur secara konvensional

mengenai status emosional, tetapi untuk proses yang lebih lanjut untuk

pemahaman, pengertian, dan pengukuran yang berlaku di manapun dari

(15)

dapat digunakan baik itu oleh kelompok atau individu untuk tujuan

penelitian (Psychology Foundation of Australia, 2010). Instrumen DASS

42 terdiri dari 42 Pernyataan yang mengidentifikasi skala subyektif

depresi, kecemasan, dan stres. Dimana masing masing terbagi dalam 14

pertanyaan untuk mengukur status mental tersebut. Oleh karena tujuan

penelitian ini hanya untuk mengetahui tingkat stres jadi peneliti hanya

menggunakan pertanyaan untuk mengukur stres yang terdiri dari 14

pertanyaan.

B. Konsep Tidur

1. Devinisi Tidur

Tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua

orang. Untuk dapat berfungsi secara optimal, maka setiap orang

memerlukan tidur yang cukup. Tidur merupakan suatu keadaan bawah

sadar yang di alami seseorang, yang dapat dibangunkan kembali dengan

indra atau rangsangan yang cukup. Fungsi dan tujuan masih belum

diketahui secara jelas. Meskipun demikian, tidur diduga bermanfaat untuk

menjaga keseimbangan mental, emosional, dan kesehatan. Selain itu, stres

pada paru, sistem kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lainnya juga menurun

aktivitasnya.

Energi yang tersimpan selama dari tidur diarahkan untuk

(16)

kepekaan normal dan keseimbangan di antara berbagai susunan saraf.

Kedua, efek pada struktur tubuh dengan memulihkankesegaran dan fungsi

organ dalam tubuh, mengingat terjadinya penurunkan aktivitas

organ-organ tubuh tersebut selama tidur. Selama tidur seseorang akan mengulang

kembali kejadian-kejadian sehari-hari, memproses dan menggunakan

untuk masa depan (guytons & hall 1996).

2. Fisiologi Tidur

Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua sistem pada batang

otak, yaitu Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar

Synchronizing Region (BSR). RAS di bagian atas batang otak diyakini

memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan

kesadaran, memberi stimulus visual, pendengaran, nyeri dan sensori

raba, serta emosi dan proses berfikir. RAS melepaskan katekolamin

pada saat sadar, sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan serum

serotonin dari BSR (Guyton & Hall, 1996).

3. Insomnia

Insomnia sendiri didefinisikan sebagai suatu persepsi dimana

seseorang merasa tidak cukup tidur atau merasakan kualitas tidur yang

buruk walaupu orang tersebut sebenarnya memiliki kesempatan tidur yang

cukup, sehingga, mengakibatkan perasaan yang tidak bugar sewaktu atau

setelah terbangun dari tidur. Sebenarnya insomnia bukan merupakan suatu

penyakit. Terkadang insomnia hanya merupakan manifestasi dari suatu

(17)

dalam jangka lama atau gejala dari ketidak seimbangan emosional yang

sedang dialami seseorang (Buysse, 2005). Penderita insomnia berbeda

dengan orang yang memang waktu tidurnya pendek (short sleepers),

dimana pada short sleepers meskipun waktu tidur mereka pendek, mereka

tetap merasa bugar sewaktu bangun tidur, berfungsi secara normal di siang

hari, dan mereka tidak mengeluh tentang tidur mereka di malam hari

(Buysse, 2005).

4. Tipe insomnia

a) Insomnia inisial

Kesulitan untuk memulai tidur.

b) Insomnia intermiten

Merupakan ketidakmampuan untuk tetap mempertahankan tidur

sebab sering terbangun.

c ) Insomnia terminal

Bangun lebih awal tetapi sulit untuk tertidur kembali.

Menurut Green Insomnia juga di definisikan berdasarkan seberapa sering

kondisi di alami:

a) Transient insomnia

Ketika individu merasakan masalah dalam tidur selama beberapa

malam.

b) Short term insomnia

(18)

c) Chonic insomnia

Ketika individu merasakan masalah dalam tidur selama lebih dari

sebulan.

Menurut Green (2009) faktor yang menyebabkan seseorang

mengalami insomnia diantaranya adalah faktor psikologis, lingkungan

tidur, gaya hidup,kondisi medis, massalah kesehatan mental, kelainan

tidur, tindakan pengobatan, obat-obat reaksi. Kita dapat mengatasi

insomnia dengan cara menciptakan lingkungan yang nyaman, releksasi,

dan tindakan lainnya. Secara garis besar faktor-faktor insomnia yaitu:

a) Faktor psikologis

Faktor psikologis meliputi stres, kecemasan ,depresi serta

stimulasi yang berlebihan terhadap otak. Bersikap tidak realistis

terhadap tidur, seperti mengharapkan tidur sesuai dengan teori yaitu

sebanyak delapan jam setiap malam dan beranggapan bahwa waktu

tidur anda tidak cukup, dapat menyebabkan kecemasan akan tidur itu

sendiri dan membuat masalah semakin memburuk.

Stres merupakan salah satu penyebab insomnia secara

psikologis, seperti juga disebutkan oleh Hawari (2008) bahwa stres

tahap ke empat salah satunya mengakibatkan gangguan pola tidur

(insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk tidur (early insomnia)

(19)

insomnia) atau bangun terlalu pagi atau dini hari dan tidak dapat

kembali tidur (late insomnia).

b) Lingkungan tidur

Jika ruang tidur anda terlalu panas atau terlalu dingin , terlalu

terang atau terlalu berisik maka individu merasakan masalah saat

individu mulai untuk tidur.

c) Faktor gaya hidup

Meliputi gaya hidup yang tidak menguntungkan seperti diet

yang tidak memenuhi standar kecukupan gizi, kurang berolah raga

atau olah raga terlalu siang, kurangnya kontak dengan cahaya alami di

siang hari serta penggunaan stimulan yang belebihan termasuk kopi,

alkohol dan nikotin.

d) Kondisi medis

Masalah apapun yang menimbulkan gangguan pernapasan,

rasa nyeri, atau gangguan fungsi kelenjar dapat mengusik kenyamanan

tidur. Misalnya: arthitis, asma, diabetes kondisi jantung dan masalah

prostat.

e) Masalah kesehatan mental

Depresi sering kali dikaitkan dengan kecenderungan bangun

tidur terlalu dini dipagi hari. Schizoprhenia, bipolar disolder, dan

(20)

f) Kelainan tidur

Kelainan pada pernapasan yang berpengaruh terhadap tidur,

kelainan berupa gerakan-gerakan yang tidak lazim dilakukan saat

tidur, kelainan pada ritme circadian, parasomnia, dan hipersomnia,

itu semuanya dapat menyebabkan gangguan dalam gangguan tidur.

g) Tindakan pengobatan

Meliputi obat-obat bentuk yang dijual bebas dan otot-otot resep

dokter seperti beta –blocker, corticosteroid, diuretic dan hormon

thyroid. Pengertian konsumsi obat seperti antidepresan dan pil tidur

juga dapat menimbulkan permasalahan dalam tidur.

5. Faktor faktor Penyebab Insomnia

Menurut Hancock (2011) di dalam Charlottesville Medical

Research menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan insomnia

ialah:

a) Jenis kelamin

Wanita lebih sering terkena gangguan tidur daripada laki-laki.

b) Usia

Pada umumnya kesulitan tidur sering dialami oleh orang tua, yakni di

atas umur 65 tahun, daripada yang muda.

c) Dalam masa pengobatan atau kondisi medis

(21)

d) Ketakutan pada masa kanak-kanak

Biasanya karena ketakutan akan gelap dan takut mimpi buruk.

e) Gaya hidup

Orang yang sedang berpergian, bekerja pada malam hari yang tidak

teratur, konsumsi kafein yang tinggi, kecanduan internet, konsumsi

alkohol.

Dari sisi etiologi, ada 2 macam insomnia, yaitu:

a) Insomnia primer. Pada insomia primer, terjadi hyperarousal state

dimana terjadi aktivitas ascending reticular activating system yang

berlebihan. Pasien bisa tidur tapi tidak merasa tidur.

b) Insomnia sekunder. Insomnia sekunder merupakan gangguan tidur

yang disebabkan karena gangguan irama sirkadian, kejiwaan, masalah

neurologi atau masalah medis lainnya, atau reaksi obat. Insomnia ini

sangat sering terjadi pada orang tua. Insomnia ini bisa terjadi karena

psikoneurotik dan penyakit organik (Mai, 2009).

6. Gejala-gejala insomnia

Insomnia memiliki beberapa keluhan atau gejala yang meliputi:

a) Kurangnya jumlah jam tidur; pada kebanyakan subjek normal

lamanya tidur biasanya lebih dari 6 1/2 jam, sedangkan pada penderita

insomnia umumnya tidur lebih sedikit dari itu.

b) Adanya mimpi-mimpi yang mengganggu, pada subjek normal

(22)

insomnia mempunyai mimpi yang lebih banyak atau selalu bermimpi

dan kadang-kadang mempunyai mimpi yang buruk.

c) Tidur tidak nyenyak, gejala ini mengacu pada kualitas tidur,

kebanyakan dari subjek normal tidurnya dalam, akan tetapi penderita

insomnia biasanya tidurnya dangkal.

d) Sulit untuk masuk tidur, subjek normal biasanya dapat jatuh tidur

dalam waktu 5 sampai 15 menit. Penderita insomnia biasanya lebih

lama dari 15 menit.

e) Tidak dapat mempertahankan tidur (tidur mudah terbangun), pada

subjek normal dapat mempertahankan tidur sepanjang malam,

kadang-kadang mereka terbangun satu sampai dua kali tetapi penderita

insomnia biasanya terbangun selama lebih dari tiga kali.

f) Bila telah terbangun sulit untuk tidur kembali, pada subjek normal

mudah sekali untuk tidur kembali setelah terbangun di malam hari dan

biasanya kurang dari 5 menit mereka dapat tertidur kembali.

Sedangkan pada penderita insomnia memerlukan waktu yang panjang

untuk tidur kembali.

g) Bangun di pagi hari, subjek normal dapat terbangun kapan pun ingin

bangun, tetapi penderita insomnia biasanya bangun lebih cepat,

misalnya 1 sampai 2 jam sebelum waktu untuk bangun (bangun dini

(23)

h) Perasaan tidak segar di pagi hari, pada subjek normal merasa segar

setelah tidur di malam hari, sedangkan penderita insomnia biasanya

bangun tidak segar atau lesu.

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

seseorang yang menderita insomnia menunjukkan gejala-gejala seperti

sulit untuk masuk tidur, sulit mempertahankan tidur, kurangnya jumlah

jam tidur, tidur terganggu mimpi, tidur tidak nyenyak, bila terbangun sulit

tidur lagi, bangun terlalu pagi, dan kelelahan ketika bangun tidur.

7. Dampak insomnia

Insomnia dapat memberi efek pada kehidupan seseorang, antara lain :

a) Efek fisiologis : Karena kebanyakan insomnia diakibatkan oleh stres

b) Efek psikologis : Dapat berupa gangguan memori, gangguan

berkonsentrasi, kehilangan motivasi, depresi dan lain-lain.

c) Efek fisik atau somatic : Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi

dan sebagainya.

d) Efek sosial : Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti

susah mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa

menikmati hubungan sosial dan keluarga.

e) Kematian orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki

angka harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam

(24)

8. Upaya Mengatasi Insomnia

Menurut Asmadi (2008) Ada beberapa tindakan atau upaya-upaya yang

dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia yaitu:

a) Memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju atau

susu. Diperkirakan bahwa triptofan, yang merupakan suatu asam

amino dari protein yang dicerna, dapat membantu agar mudah tidur

b) Usahakan agar selalu beranjak tidur pada waktu yang sama.

c) Hindari tidur di waktu siang atau sore hari.

d) Berusaha untuk tidur hanya apabila merasa benar-benar kuntuk dan

tidak pada waktu kesadaran penuh.

e) Hindari kegiatan kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur.

f) Lakukan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi tidak

menjelang tidur.

g) Gunakan teknik-teknik pelepasan otot-otot serta meditasi sebelum

berusaha untuk tidur.

9. Skala Insomnia

Untuk mengukur derajat insomnia digunakan kuesioner Kelompok

Studi Psikiatri Biologi Jakarta Insomnia Rating Scale (KSPBJ-IRS). Skala

ini terdiri dari 11 butir pertanyaan, adapun cara pengisiannya dengan cara

memberi tanda contreng (√) pada masing-masing pertanyaan. Ada skor

untuk tiap jawaban, skor 1 untuk jawaban “tidak pernah”, skor 2 untuk

(25)

jawaban “selalu”. Dengan kriteria : skor(≤11)= tidak insomnia, skor

(12-22) = insomnia ringan, skor (23-33) = insomnia sedang,

C. Prestasi Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya (Slameto, 2003).

Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia.

Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif

individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan

prestasi hidup manusia tidak lain hasil dari belajar. Belajar itu bukan

sekadar pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil.

Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan

menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan

(Soemanto, 2006).

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang

pendidikan. Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat

bergantung pada proses belajar yang dialami peserta didik baik ketika ia

berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri

(26)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Slameto (2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :

a). Faktor internal (Faktor yang berasal dari dalam diri) yaitu kondisi

jasmani dan rohani/psikologis siswa.

1). Faktor jasmani, terdiri dari :

a) Faktor kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta

bagian-bagiannya (bebas dari penyakit). Kesehatan seseorang berpengaruh

terhadap belajarnya. Jika kesehatan seseorang terganggu, proses

belajarnya pun akan terganggu, ia akan cepat lelah, kurang

bersemangat, mudah pusing, lemah dan ada gangguan pada alat indera

serta tubuhnya.

b) Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang

sempurna mengenai tubuh/badan. Keadaan cacat dapat berupa buta,

tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Keadaan cacat

tubuh akan mempengaruhi belajar. Seseorang yang cacat, proses

belajarnya juga akan terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia

belajar pada lembaga pendidikan khusus atau di usahakan alat bantu

(27)

2) Faktor psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi

kuantitas dan kualitas belajar siswa. Namun yang pada umumnya

dipandang lebih esensial adalah :

a) Intelegensia

Intelegensia adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu

kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang

baru dengan cepat dan efektif, mengetahui dan menggunakan

konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan

mempelajarinya dengan cepat. Intelegensia besar pengaruhnya tehadap

kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai

tingkat intelegensia yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang

mempunyai tingkat intelegensia yang rendah. Walaupun begitu, siswa

yang mempunyai tingkat intelegensia yang tinggi belum tentu berhasil

dalam belajarnya, karena belajar merupakan suatu proses yang

kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan

intelegensia adalah salah satu faktor di antara faktor yang lain.

b) Perhatian

Perhatian merupakan keaktifan jiwa yang semata-mata tertuju kepada

suatu obyek (benda/hal). Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik,

(28)

akan timbul kebosanan sehingga siswa tidak suka lagi belajar. Oleh

karena itu, perlu diusahakan agar bahan pelajaran selalu manarik

perhatian siswa dengan cara menyesuaikan pelajaran dengan bakat

siswa.

c) Bakat

Bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang

untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan

yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Jadi, bakat sangat

mempengaruhi proses belajar. Jika bahan pelajaran sesuai dengan bakat

siswa, maka hasil belajarnya akan lebih baik karena ia akan senang dan

lebih giat dalam belajar.

d) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan beberapa

kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan

pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, ia tidak akan

belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik dan tidak

memperoleh kepuasan dari pelajaran tersebut. Sebaliknya, bahan

pelajaran yang menarik minat siswa akan lebih mudah dipelajari dan

(29)

e) Motivasi

Motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun

hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam proses

belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar

dapat belajar dengan baik dan mempunyai motif untuk memusatkan

perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang dapat

menunjang belajarnya.

f) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang

dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan

baru. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan

secara terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran.

Jadi, kemajuan untuk memiliki kecakapan tergantung dari kematangan

dan belajar.

g) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi.

Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan

dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk

melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses

belajar, karena jika siswa belajar dan memiliki kesiapan, maka hasil

(30)

3) Faktor kelelahan

Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan jasmani

dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya

tubuh dan timbul kecenderungan untuk mambaringkan tubuh. Sedangkan

kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan,

sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Dari

uraian tersebut dapat diketahui bahwa kelelahan mempengaruhi belajar.

Agar siswa dapat belajar dengan baik, perlu dihindari agar tidak terjadi

kelelahan dalam belajar.

b) Faktor eksternal (Faktor dari luar diri) yaitu kondisi lingkungan di

sekitar siswa. Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar

diantaranya :

1) Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara

orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah

tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Demi kelancaran belajar serta

keberhasilan anak dalam belajar tersebut, perlu diusahakan relasi yang

baik dari faktor-faktor tersebut diatas didalam keluarga.

2) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode

(31)

siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran,

keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

3) Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap

belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam

masyarakat seperti kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa,

teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat, yang semuanya

mempengaruhi belajar siswa.

Selain faktor-faktor internal dan eksternal tersebut, menurut Syah

(2003) , terdapat faktor lain yang menunjang keberhasilan seseorang

dalam belajar yaitu faktor pendekatan dalam belajar (approach to learn)

yaitu segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang

keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu. Strategi

dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang di rekayasa

sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan

belajar tertentu

3. Prestasi Belajar

Proses belajar memerlukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana

mahasiswa menguasai suatu kompetensi. Evaluasi merupakan proses

penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai mahasiswa sesuai

kriteria yang telah ditetapkan (Syah, 2008). Pengukuran atau penilaian

(32)

untuk menentukan nilai raport/ijazah/Kartu Hasil Studi mahasiswa

(Purwanto, 2007).

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari

belajar. Belajar merupakan proses sedangkan prestasi adalah hasil dari

kegiatan belajar. Berdasarkan pengertian diatas yang dimaksud prestasi

belajar adalah hasil yang dicapai seorang mahasiswa setelah mengikuti

proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu yang meliputi ranah

kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar tersebut biasanya berupa

angka (nilai) yang diberikan dosen. Bila nilai yang diberikan dosen

tinggi maka prestasi seorang siswa dianggap tinggi sekaligus dianggap

sebagai siswa yang sukses dalam belajar. Prestasi belajar dapat

digambarkan dalam bentuk indeks prestasi. Indeks prestasi menurut

Slameto (1991) adalah nilai kredit rata-rata yang merupakan satuan nilai

akhir yang menggambarkan mutu penyelesaian program belajar. Penilaian

prestasi belajar mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Teknik

dan alat penilaian yang sering digunakan adalah teknik tes yang terdiri dari

tes tertulis yaitu tes objektif dan tes uraian, tes lisan dan tes perbuatan

serta teknik non tes yang dilaksanakan melalui observasi maupun

pengamatan.

4. Fungsi Prestasi Belajar

Keberhasilan dalam pengajaran dapat dinilai dengan prestasi belajar

(33)

mengetahui mutu mahasiswa dan institusi. Menurut Ryfkanarang (2010)

fungsi prestasi belajar adalah:

a) Indikator kualitas pengetahuan yang telah dikuasai mahasiswa.

b) Lambang pemuasan rasa ingin tahu. Hal ini didasarkan atas asumsi

Bahwa ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi

keingintahuan (Couriousty) dan merupakan kebutuhan umum pada

manusia, termasuk kebutuhan mahasiswa dalam suatu program

pendidikan.

c) Bahan komputer dan jaringan dalam inovasi dosen. Asumsinya

adalah bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi

mahasiswa dalam meningkatkan ilmu pengetauan dan teknologi,

selain itu juga berperan sebagai umpan balik (feed back) dalam

meningkatkan mutu dosen.

d) Indikator intern dan ekstern dari suatu institusi . Indikator

intern dalam arti prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat

produktivitas suatu institusi. Asumsinya bahwa kurikulum yang

digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan mahasiswa.

Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi

belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan mahasiswa

bermasyarakat. Asumsinya adalah bahwa kurikulum yang

digunakan relevan pula dengan kebutuhan pembangunan

(34)

e) Indikator terhadap daya serap kecerdasan mahasiswa. Dalam proses

belajar mengajar mahasiswa merupakan masalah yang utama dan

halpertama yang harus diperhatikan sebab mahasiswa adalah

sasaran utama dalam proses belajar.

5. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Anni (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

terbagi menjadi 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a) Faktor internal, yang mencakup aspek fisik, misalnya kesehatan organ

tubuh,cukup tidur, aspek psikis, misalnya intelektual, emosional, motivasi,

stres, dan aspek sosial, misalnya kemampuan bersosialisasi dengan

lingkungan.

b) Faktor eksternal, misalnya variasi dan derajat kesulitan materi yang

dipelajari, tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, budaya belajar

masyarakat dan sebagainya.

Menurut Purwanto (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil belajar adalah.

a) Faktor dalam, yaitu fisiologis seperti kondisi fisik yang sehat, (cukup

tidur) dan panca indra serta psikologis yang menyangkut minat, tingkat

kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif

b) Faktor luar yaitu kurikulum, derajat kesulitan soal, guru, sarana dan

fasilitas serta manajemen yang berlaku di sekolah (tempat belajar) yang

(35)

Sedangkan, Dalyono (1997) mengemukakan faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar adalah

a) Faktor internal mencakup kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan

motivasi, serta cara belajar.

b) Faktor eksternal mencakup keluarga, sekolah, masyarakat, dan

lingkungan sekitar. Dari teori belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar mahasiswa

yang berasal dari dalam diri mahasiswa. Sedangkan faktor eksternal adalah

faktor-faktor yang berasal dari luar diri mahasiswa.

Menurut Sunaryo (2002) faktor faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar dapat dikelompokan menjadi faktor internal dan faktor eksternal,

faktor internal seperti kematangan fisik, keadaan indra, keadaan kesehatan

fisik maupun psikologis. Faktor eksternal seperti derajat kesulitan, materi

(36)

D. Kerangka teori

Gambar 2.1 kerangka teori Sumber :

Menurut Purwanto (2004) Sunaryo (2002) dan

Wendy Green (2009).

(37)

E. Kerangka konsep

Variable independent Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

F. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan dugaan sementara, yang

kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian ini (Notoatmodjo, 2005).

Hipotesis penelitian ini adalah: “Terdapat Hubungan Insomnia Dan Tingkat Stres

Dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Purwokerto

STRES

INSOMNIA

Gambar

Gambar 2.1 kerangka teori Sumber :
Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan tersebut bertanda positif yang menunjukan hubungan yang terjadi keduanya adalah searah, artinya semakin baik due professional care yang dimiliki auditor

Simpulan Penelitian adalah berdasarkan hasil uji korelasi Lambda tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh beban kerja berlebihan terhadap terjadinya

Incinerator Machine Medis Rumah Sakit Incinerator Machine Industri & Sampah Umum.. Spesifikasi Product INCINERATOR ROTARY

52 Penyediaan Peralatan dan Perlengkapan Kantor, 26273163 Belanja Modal Peralatan dan Mesin-Pengadaan Komputer APBDP Karo (Kab.).

Bank Kustodian akan menerbitkan dan mengirimkan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang menyatakan jumlah Unit Penyertaan yang dibeli dan dimiliki serta

(2000) menyatakan bahwa ekuitas merek selain dibentuk oleh dimensi ekuitas seperti kesadaran merek, asosiasi merek, kesan kualitas, dan loyalitas merek juga

Seorang wanita yang mempunyai tingkat pen- didikan tinggi cenderung untuk menjadi wa- nita karier seperti terlihat pada Tabel 1 bahwa responden di Jurang Ombo yang secara umum

Apa yang dikehendakki berlaku dalam pendidikan di Malaysia begitu jelas sekali dimana kualiti pendidikan dikaitkan dengan kemahiran berfikir dan keterampilan dalam menggunakan