• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - PERUMUSAN ANALISIS SWOT PELAYANAN KEFARMASIAN INSTALASI FARMASI RAWAT JALAN DI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - PERUMUSAN ANALISIS SWOT PELAYANAN KEFARMASIAN INSTALASI FARMASI RAWAT JALAN DI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO - repository perpustakaan"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah Sakit

Rumah sakit adalah salah satu dari saran kesehatan, tempat

menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan

derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat (Siregar, 2003). Rumah Sakit

mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna,untuk menjalankan tugas, rumah sakit mempunyai fungsi

(DepkesRI, 2009) :

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan

medis.

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik, dan subspesialistik. Rumah sakit

umum pemerintah adalah rumah sakit umum milik pemerintah baik Pusat,

Daerah, Departemen Pertahanan dan Keamanan, maupun Badan Usaha Milik

Negara (MenKes, 1992). Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono

Soekardjo merupakan rumah sakit umum milik pemerintah daerah Kabupaten

Banyumas.

(2)

B. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Instalasi Rumah Sakit dapat didefinisikan sebagai suatu departemen atau

unit atau bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan

dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara professional, tempat

atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan

serta pelayanan kefarmasian, yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup

perencanaan; dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat tinggal dan rawat jalan; pengendalian mutu; dan pengendalian distribusi dan

penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit; pelayanan farmasi

klinik umum dan spesialis, mencakup pelayanan langsung pada penderita dan

pelayanan klinik yang merupakan program rumah sakit secara keseluruhan

(Siregar, 2003).

1. Tugas dan Tanggung Jawab IFRS

Tugas utama IFRS adalah pengelolaan mulai dari perencanaan,

pengadaaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung

kepada penderita sampai dengan pengendalian semua perbekalan

kesehatan yang beredar dan digunakan dalam rumah sakit baik untuk

penderita rawat tinggal, rawat jalan maupun untuk semua unit termasuk

poliklinik rumah sakit (Siregar, 2003).

Instalasi Farmasi Rumah Sakit bertanggung jawab mengembangkan

suatu pelayanan farmasi yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan

tepat, untuk memenuhi kebutuhan berbagai unit diagnosis dan terapi, unit

pelayanan keperawatan, staf medik, dan rumah sakit keseluruhan untuk

kepentingan pelayanan penderita yang baik (Siregar, 2003).

2. Lingkup Fungsi IFRS

Instalasi Farmasi Rumah sakit mempunyai berbagai fungsi, yang dapat

digolongkan menjadi sebagai berikut (Siregar, 2003) :

a) Lingkup fungsi farmasi nonklinik meliputi perencanaan, penetapan

(3)

pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan

di rumah sakit secara keseluruhan.

b) Lingkup fungsi farmasi klinik mencakup fungsi farmasi yang

dilakukan dalam program rumah sakit, yaitu : pemantauan terapi obat

(PTO), evaluasi penggunaan obat (EPO), penanganan bahan sitotoksik,

pelayanan di unit perawatan kritis, pemeliharaan formularium,

penelitian, pengendalian infeksi di rumah sakit, sentra informasi,

buletin terapi obat, program edukasi bagi apoteker, dokter, dan

perawat, investigasi obat dan unit gawat darurat.

3. IFRS Sebagai Unit Pelayanan

Instalasi farmasi merupakan suatu organisasi pelayanan di rumah sakit

yang memberikan pelayanan produk bersifat nyata (tangible) dan pelayanan farmasi klinik bersifat tidak nyata (intangible) bagi konsumen. Dalam proses pelayanan tersebut farmasi klinik memiliki komponen dasar

utama yaitu komunikasi-konseling-konsultasi. Oleh karena itu, pelayanan

farmasi klinik mensyaratkan adanya kegiatan komunnikasi antara apoteker

dan penderita, perawat dan profesional kesehatan, konseling obat kepada

penderita, dan konsultasi mengenai obat oleh apoteker untuk profesional

kesehatan lain (Siregar, 2003).

4. Tugas dan Fungsi Pokok Pelayanan kefarmasian

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1333/Menkes/SK/XII/1999

menjelaskan tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit yang menyebutkan

bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak

terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi

kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk

pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

Oleh karena itu pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu

kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang

bermutu (Depkes, 2006).

a. Tugas pokok pelayanan kefarmasia, diantaranya yaitu :

(4)

2) Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional

berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi;

3) Melaksanakan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE);

4) Memberikan pelayanan bermutu melalui analisa dan evaluasi

untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi;

5) Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang

berlaku;

6) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang

farmasi;

7) Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan di bidang

farmasi;

8) Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan

dan formularium rumah sakit;

b. Fungsi pokok pelayanan kefarmasian, diantaranya yaitu:

1) Fungsi pengolahan perbekalan farmasi, meliputi:

a) Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan

rumah sakit;

b) Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara

optimal;

c) Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada

perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang

berlaku;

d) Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi

kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit;

e) Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan

persyaratan kefarmasian;

f) Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit

pelayanan di rumah sakit;

2) Fungsi pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat

(5)

b) Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan

penggunaan obat dan alat kesehatan;

c) Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan

obat dan alat kesehatan;

d) Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan

alat kesehatan;

e) Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien

atau keluarga;

f) Memberikan konseling kepada pasien atau keluarga;

g) Melakukan pencampuran obat suntik;

h) Melakukan penyiapan nutrisi parenteral;

i) Melakukan penanganan obat kanker;

j) Melakukan penentuan kadar obat dalam darah;

k) Melakukan pencatatan setiap kegiatan;

l) Melaporkan setiap kegiatan;

C. Peran Apoteker di farmasi rumah sakit

Farmasi rumah sakit merupakan departemen atau service di dalam rumah sakit yang dipimpin oleh Apoteker. Rantai hubungan tugas Apoteker di

rumah sakit adalah Dokter-Apoteker-Perawat-Pasien. Adapun tanggung jawab

Apoteker rumah sakit adalah (Anief, 2008) :

1. Mengawasi pembuatan obat-obat yang digunakan di rumah sakit.

2. Menyediakan dan mengawasi akan kebutuhan obat dan suplai obat ke

bagian-bagian.

3. Menyelenggarakan sistem pencatatan dan pembukuan yang baik.

4. Merencanakan, mengorganisasi, menentukan kebijakan apotek rumah

sakit.

5. Memberikan informasi mengenai obat (konsultan obat) kepada Dokter dan

Perawat.

6. Merawat fasilitas apotek rumah sakit.

(6)

8. Melaksanakan keputusan komisi farmasi dan terapi.

D. Kepuasan Pelanggan

Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal

dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk

dan harapan-harapannya. Hasilnya adalah kesetiaan pelanggan yang tinggi

(Kotler, 1997).

Pelanggan adalah orang yang menyampaikan keinginannya kepada

perusahaan.Tugas perusahaan adalah menanganinya supaya mendatangkan

keuntungan. Dewasa ini semakin banyak perusahaan yang mengakui

pentingnya memuaskan dan mempertahankan pelanggan yang ada. Para

pelanggan yang puas biasanya akan terkait dengan bertahannya pelanggan

(Kotler, 1997).

Kepuasan pasien dapat mempengaruhi minat untuk kembali ke apotek

yang sama. Kepuasan merupakan pengalaman yang akan mengendap di dalam

ingatan pasien sehingga mempengaruhi proses pengambilan keputusan

pembeli ulang produk yang sama (Rangkuti, 2011).

Ada lima faktor utama yang menentukan tingkat kepuasan konsumen

atau pasien, yaitu (Anief, 2008) :

a. Kualitas produk farmasi, yaitu kemampuan menyembuhkan penyakit. Hal

ini menyangkut ketersediaan farmasi dan ketersediaan hayati, sehingga

tercapai tujuan efek terapi. Persepsi konsumen atau pasien terhadap

produk farnasi dipengaruhi oleh dua hal yaitu kenyataan sesungguhnya

kualitas produk dan komunikasi.

b. Kualitas pelayanan terhadap pasien. Pasien akan merasa puas bila mereka

mendapat pelayanan yang baik, ramah, sesuai dengan yang diharapkan.

c. Merupakan komponen emosional, yaitu pengaruh atau pertimbangan yang

bersifat emosional seperti : karena sugesti, angan-angan, gambaran yang

indah, perasaan bangga, agar kelihatan lain dari yang lain. Kepuasan

(7)

d. Harga. Meskipun produk farmasi yang dipilih mempunyai kemajuan

khasiat yang sama dengan produk farmasi yang lain tetapi harganya

relative lebih murah. Hal tersebut juga merupakan faktor penting untuk

menentukan tingkat kepuasan.

e. Faktor biaya untuk memperoleh produk farmasi tersebut. Konsumen tidak

perlu mengeluarkan biaya tambahan juga tidak perlu membuang waktu

untuk memperoleh obat tersebut.

Terdapat lima determinan kualitas jasa yang dapat dirincikan sebagai

berikut (Kotler, 1997) :

a. Keandalan (reabilitas) adalah kemampuan untuk melakukan pelayanan yang dijanjikan akurat dan terpercaya.

b. Keresponsifan (responsiveness) adalah kesediaan untuk membentu konsumen dan menyediakan layanan yang disajikan.

c. Keyakinan (assurance) adalah pengetahuan dan perilaku karyawan serta kemampuan untuk menginspirasikan kepercataan dan keyakinan .

d. Empati (emphaty) adalah syarat untuk peduli, memberi perhatian pribadi bagi pelanggan.

e. Berwujud (tangibles) adalah fasilitas fisik, peralatan dan penampilan dari personil.

Kepuasan konsumen dapat diukur dengan menggunakan beberapa skala

pengukuran, yaitu: (1) Skala Likert, (2) Skala Guttman, (3) Skala Simantic Defferensial, dan (4) Skala Thurstone (Riduwan, 2009).

a. Skala Likert

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap dan persepsi seseorang terhadap sesuatu. Kepuasan yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi,

dimensi dijabarkan menjadi item pertanyaan yang dapat diukur. Skala

Likert digunakan untuk jawaban dengan yang memiliki jarak (interval) : 1,2,3,4,5 yaitu dari tidak puas, kurang puas, cukup puas, puas dan sangat

(8)

b. Skala Guttman

Skala Guttman merupakan skala kumulatif dan merupakan skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Pada

skala Guttman digunakan dua interval jawaban yaitu benar dan salah. c. Skala Differensial Semantic

Skala Differensial Semantic atau skala perbedaan semantrik berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub) yang berlawanan. Pada skala

Differensial Semantic digunakan jawaban seperti panas-dingin, cerdas-bodoh, buruk-baik.

d. Skala Thurstone

Skala Thurstone meminta responden untuk memilih pernyataan yang ia setujui dari beberapa pernyataan yang menyajikan pandangan-pandangan

yang berbeda. Pada umumnya setiap item mempunyai nilai antar 1 sampai

dengan 10, tetapi nilai tersebut tidak diketahui oleh responden ( Riduwan,

2009).

E. Metode Analisis SWOT

Analisi SWOT adalah indentifikasi barbagai faktor secara sistematis

untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan. Dengan demikian

perencana strategi (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategi perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang

(9)

III.Mendukung strategi I. Mendukung strategi

turn around agresif

IV.Mendukung strategi II. Mendukung strategi

defentif diversifikasi

Gambar 1. Analisis SWOT (Rangkuti, 2006)

SWOT adalah singkatan dari lingkungan Internal Strengths dan

Weaknesses serta lingkungan Eksternal Opportunities dan Threats yang dihadapi. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang

(Opportunities) dan Ancaman (Threats) dengan faktor internal Kekuatan (Strengths) dan Kelemahan (Weaknesses).

Kuadran 1 : ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan

tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat

memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan

dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan

yang agresif (Grow oriented strategy).

Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih

memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus

diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan

peluang jangka panjang dengan cara strategi divertifikasi.

Kuadran 3 : Perusahaan mengahadapi peluang yang sangat besar, tetapi di

lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala atau kelemahan

internal. Kondisi pada kuadran 3 ini mirip dengan Question

BERBAGAI PELUANG

BERBAGAI ANCAMAN KELEMAHAN

INTERNAL

(10)

Mark pada BCG matrik. Fokus strategi ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal sehingga dapat

merebut peluang yang lebih baik.

Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, karena

menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

F. Kerangka Konsep

Gambar 2 : Kerangka Konsep Analisis Faktor

Internal Eksternal

Kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di IFRJ Pengamatan terhadap lingkungan luar IFRJ

Wawancara dengan Kepala IFRS, Ka sub IFRS, Ka IRJ dan petugas IFRJ

Kepuasan kerja karyawan di IFRJ

Analisis SWOT

(11)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasional

dengan rancangan penelitian yang besifat cross sectional (Notoatmodjo, 2010), dan dilengkapi dengan pendekatan penelitian mixed methode antara metode kualitatif yang digunakan untuk perumusan strategi dalam analisis

SWOT serta kuantitatif digunakan dalam analisis kepuasan (Sugiyono, 2010).

B. Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei – Juli 2013 dengan mengambil lokasi penelitian di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

C. Definisi Variabel Operasional

1. Apoteker yaitu apoteker yang menjabat sebagai kepala IFRS Prof. Dr.

Margono Soekarjo Purwokerto dan bersedia menjadi responden.

2. IFRJ yaitu bagian yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan,

pendistribusian perbakalan farmasi di rumah sakit.

3. Pelayanan kefarmasian yaitu suatu pelayanan langsung dan bertanggung

jawab kepada pasien yang berhubungan dengan sediaan farmasi, yang

diberikan oleh tenaga farmasi di IFRJ Prof. Dr. Margono Soekarjo

Purwokerto.

4. Kepuasan pasien yaitu keinginan pasien yang terpenuhi atas pelayanan

jasa suatu instansi kesehatan yang dinilai dalam beberapa dimensi,

diantaranya yaitu :

a. Kehandalan (reliability) yaitu kemampuan suatu IFRJ dalam memberikan suatu pelayanan pada masyarakat sesuai dengan yang

(12)

b. Keresponsifan (responsiveness) yaitu kemampuan IFRJ untuk membantu pasien dalam memberikan pelayanan yang disediakan.

c. Keyakinan (assurance) yaitu kemampuan suatu IFRJ dalam memberikan kepercayaan dan keyakinan akan pelayanan kefarmasian

yang diberikan kepada masyarakat.

d. Empati (empathy) yaitu kemampuan IFRJ dalam memberikan perhatian dan kepedulian kepada pasien.

e. Berwujud (tangibles) yaitu kemampuan IFRJ dalam memberikan fasilitas fisik, peralatan dan penampilan dari tenaga kesehatan yang

berada pada IFRJ.

5. Strategi yaitu suatu cara yang digunakan untuk meningkatkan pelayanan

kefarmasian di IFRS Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

a. Strategi SO yaitu suatu strategi yang diperoleh dari kekuatan yang ada

dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya yang ada dalam IFRJ.

b. Strategi ST yaitu strategi yang diperoleh dengan memanfaatkan

kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman dari lingkungan luar

IFRJ.

c. Strategi WO yaitu strategi yang diperoleh dengan memanfaatkan

peluang yang ada dan meminimalkan kelemahan yang ada dalam

lingkungan luar IFRJ.

d. Strategi WT yaitu strategi yang diperoleh dengan meminimalkan

kelemahan dan menghindari ancaman yang ada dalam lingkungan luar

IFRJ.

D. Bahan dan Alat

1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hasil wawancara

dengan Ka. IFRS, Ka. Sub. IFRS, Ka. IRJ dan petugas IFRJ. Serta

didukung dengan hasil kuesioner tingkat kepuasan pasien terhadap

(13)

digunakan dalam analisis kepuasan pasien diadaptasi dari penelitian yang

dilakukan Manurung (2010), Harijono (2011) dan Azkha (2006).

Sedangkan untuk kuesioner kepuasan kerja karyawan diadaptasi dari

penelitian yang dilakukan oleh Sahyuni (2009).

2. Alat

Alat perekam suara berupa tipe recorder untuk merekam hasil wawancara dengan pihak Ka. IFRS, Ka. Sub. IFRS, Ka. IRJ dan petugas

IFRJ di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekardjo dan

kamera untuk mendokumentasikan gambar pada saat pelaksanaan

wawancara dan pengambilan data di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah

Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto.

E. Cara Penelitian

1. Menentukan perumusan analisis SWOT pelayanan kefarmasian

instalasi rawat jalan RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo

Purwokerto.

Alat yang digunakan untuk menentukan perumusan menggunakan

analisia SWOT. Data yang digunakan dalam analisis SWOT dibagi

menjadi dua yaitu data ekternal dan data internal. Setelah diperoleh

data-data tersebut dimasukan ke dalam tabel Eksternal Factor Analysis SWOT (EFAS) dan Internal Factor Analysis SWOT (IFAS). Kemudian faktor-faktor yang terdiri dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman,

(14)

Tabel 2. IFAS

Ciptakan strategi yang meminimalkan

Ciptakan strategi yang meminimalkan

Keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti tersebut

adalah populasi penelitian, sedangkan objek yang diteliti dan dianggap

mewakili seluruh pupulasi ini disebut sampel penelitian (Notoatmodjo,

2010).

Populasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu pasien yang

berobat ke RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto, sedangkan

sampel yang digunakan untuk menilai kepuasan pasien terhadap

pelayanan kefarmasian di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Purwokerto yaitu pasien rawat jalan yang mendapatkan pelayanan

kefarmasian di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum

(15)

b. Cara pengambilan sampel

Sampel yang digunakan dalam menilai kepuasan pasien

terhadap pelayanan kefarmasian Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr.

Margono Soekarjo yaitu pasien atau keluarga pasien yang sedang

menebus obat di IFRJ Prof. Dr. Margono Soekarjo yang memiliki

beberapa kriterian inklusi sebagai berikut:

1)Kriteria inklusi

a) Pasien yang datang untuk menebus obat ke IFRJ > 1

kali

b) Pasien dengan usia 17-60 tahun

c) Keluarga pasien atau pengantarnya yang sedang

menebus obat di IFRJ obat > 1 kali

d) Pasien, keluarga pasien maupun pengantarnya yang

dapat memebaca dan menulis

e) Pasien yang bersedia menjadi responden

2) Kriteria eklusi

a) Pasien yang belum pernah menebus obat di IFRJ

Untuk memperolah jumlah sampel yang diinginkan dengan

menggunakan rumus sebagai berikut (Dahlan, 2006).

Keterangan :

N : Jumlah sampel

P : Proporsi kategori

Zα : Derivate baku alpha Q : 1-P

D : Presisi

Sampel yang diambil untuk menjadi responden dalam

(16)

Instalasi Farmasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

yaitu :

Zα : 1,96

P : 50% = 0,5 (Manurung, 2010)

Q : 50% = 0,5

d : 10% = 0,1

Sehingga jumlah responden yang diambil yaitu :

Teknik pengambilan sampel untuk menilai kepuasan pasien

terhadap pelayanan kefarmasian yang telah dilakukan di Instalasi

Farmasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto dengan

menggunakan teknik purposive sampling, ini merupakan teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan peneliti

(Arikunto, 2010).

Pengambilan sampel tingkat kepuasan instalasi farmasi rawat

jalan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto menggunakan

teknik accidental sampling. Teknik pengambilan sampel ini dilakukan dengan mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia di

IFRJ RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

c. Pengumpulan data

Data penentuan strategi peningkatan pelayanan kefarmasian di

IFRJ Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo di

peroleh dari hasil wawancara dengan kepala IFRS, kepala sub IFRS,

pegawai Instalasi rawat jalan, kepala instalasi rawat jalan di RSUD

Prof. Dr. Margono Soekarjo. Pengumpulan data kuisioner dilakukan

dengan meminta konsumen pengunjung instalasi farmasi rawat jalan

(17)

F. Analisis Hasil

1. Analisis SWOT

Data yang di dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data lingkungan

eksternal dan data lingkungan internal.

a. Data Eksternal

Data eksternal diperoleh dari lingkungan di luar instalasi farmasi

rawat jalan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Diantaranya:

1) Analisis pasien

2) Analisis pesaing

Kemudian data-data yang telah diperoleh disusun untuk merumuskan

faktor-faktor eksternal tersebut dalam kerangka opportunities (peluang) dan threats (ancaman). Tahap-tahapnya adalah (Rangkuti, 2006):

a. Memberikan bobot yang dilakukan oleh Ka IFRS, Ka Sub IFRJ, KAa

IRJ, Apoteker IRFJ dan Asisten Apoteker IFRJR pada masing-masing

faktor dalam kolom 2 mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan

0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat

memberikan dampak terhadap faktor strategis.

b. Memberikan rating (dalam kolom 3) yang dilakukan oleh kepala IFRS

untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4

(outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi instalasi farmasi RSUD Prof. Dr. Margono

Soekardjo. Pemberian rating untuk faktor peluang bersifat positif

(peluang yang semakin besar diberi rating 4, tetapi jika peluangnya

kecil, diberi rating 1). Pemberian nilai rating ancaman adalah

kebalikannya ( ancaman sangat besar rating 1, ancaman sedikit rating

4).

c. Melakukan perkalian bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom

3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya

berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya

(18)

d. Menggunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan

mengapa faktor-faktor tertentudipilih dan bagaimana skor

pembobotannya dihitung.

e. Menjumlahkan skor pembobotan (kolom 4), untuk memperoleh total

skor pembobotan bagi instalasi farmasi rumah sakit yang

bersangkutan. Nilai total ini menunjukan bagaimana instalasi farmasi

rawat jalan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo bereaksi terhadap

faktor-faktor strategi eksternal. Total skor ini dapat digunakan untuk

membandingkan instalasi farmasi rawat jalan RSUD Prof. Dr.

Margono Soekardjo ini dengan instalasi farmasi rumah sakit lainnya

dalam dalam kelompok yang sama.

b. Data Internal

Data internal merupakan data yang diperoleh dari dalam

lingkungan dalam Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSUD Prof. Dr. Margono

Soekarjdo Purwokerto.

Kemudian data tersebut disusun untuk merumuskan faktor-faktor

internal tersebut dalam kerangka Strength (kekuatan) dan Weakness (kelemahan). Tahap-tahapnya adalah (Rangkuti, 2006) :

a. Memberi bobot yang dilakukan oleh Ka IFRS, Ka Sub IFRJ, Ka IRJ,

Apoteker IRFJ dan Asisten Apoteker IFRJR pada masing-masing

faktor dalam kolom 2 dengan skala mulai dari 1,0 (sangat penting)

sampai dengan 0,0 (tidak penting). Berdasarkan pengaruh

faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis instalasi farmasi RSUD Prof.

Dr. Margono Soekarjo. (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh

melebihi skor total 1,00).

b. Memberi rating (dalam kolom 3) yang dilakukan oleh kepala IFRS

untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4

(outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi instalasi farmasi RSUD Prof. Dr. Margono

(19)

kecil, diberi rating 1). Pemberian nilai rating kelemahan adalah

kebalikannya (kelemahan sangat besar rating 1, kelemahan sedikit

rating 4).

c. Melakukan perkalian bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom

3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya

berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya

bervariasi dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

d. Menggunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan

mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor

pembobotannya dihitung.

e. Menjumlah skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh

total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total

ini menunjukan bagaimana instalasi farmasi RSUD Prof. Dr.

Margono Soekarjo bereaksi terhadap faktor-faktor strategi eksternal.

Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan instalasi

farmasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo ini dengan instalasi

farmasi rawat jalan rumah sakit lainnya dalam dalam kelompok

rumah sakit yang sama.

c. Penentuan Strategi

Setelah diperoleh faktor-faktor yang termasuk kedalam faktor

peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan, faktor-faktor tersebut

kemudian dimasukkan kedalam tabel matriks SWOT, agar dapat

diputuskan startegi apa saja yang digunakan oleh IFRJ RSUD Prof.

Margono Soekarjo Purwokerto untuk meningkatkan pelayanan

kefarmasian. Macam-macam strategi yang diperoleh dari matriks

SWOT yaitu (Rangkuti, 2006):

a. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu

dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan

(20)

b. Strategi ST

Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki

IFRJ untuk mengatasi ancaman.

c. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang

ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada di IFRJ.

d. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive

dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada di IFRJ serta

menghindari ancaman.

2. Analisis Kuesioner

a. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menujukan tingkat kevalidan

atau kesasihan suatu instrument. Sebuah instrument dikatakan valid

apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat

(Arikunto, 2009).

Untuk mengetahui apakah alat ukur yang dipakai valid digunakan

analisis correlation product moment menggunakan software pengolah data dengan rumus (Arikunto, 2009):

Keterangan

r : Koefisien korelasi

X : Skor pernyataan (butir)

Y : Skor total (faktor)

N : Jumlah responden

Pengujian validitas item dengan korelasi person yaitu dengan cara

(21)

signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi. Jika nilai r positif dan r hitung > r tabel

maka item dapat dinyatakan valid. Jika r hitung < r tabel maka item

dinyatakan tidak valid (Priyatno, 2012). Sehingga pertanyaan tersebut

harus diganti atau direvisi atau di “drop” (dihilangkan) (Notoatmodjo, 2010). Uji validitas dilakukan ditempat berbeda yang memiliki

karakteristik responden dan tempat yang sama dengan tempat penelitian,

dilakukan di IFRSUD Cilacap dengan jumlah 30 responden untuk

kuesioner kepuasan pasien, sedangkan 20 responden untuk kuesioner

kepuasan kerja karyawan.

b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat

kehandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat

diandalkan (Arikunto, 2009).

Untuk mengetahui apakah data dapat dipercaya atau tidak,

menggunakan analisis Alpha-Cronbach menggunakan software

pengolahan data dengan rumus (Arikunto, 2009) :

Keterangan

r11 : Reliabilitas instrument

k : Banyaknya butir pertanyaan soal

∑σb² : Jumlah varians butir

σt² : Varians total

untuk menentukan suatu instrumen reliabel atau tidak maka bisa menggunakan batas nilai Alpha-Cronbach 0,6. Menurut Sekaran dalam Priyatno (2012), reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah baik. Untuk pertanyaan yang tidak valid dalam suatu kuesioner, maka dalam uji reliabilitas pertanyaan tersebut dikeluarkan (exclude) (Priyatno, 2012). Uji reliabilitas dilakukan ditempat berbeda yang memiliki karakteristik responden dan tempat yang

(22)

jumlah 30 responden untuk kuesioner kepuasan pasien, sedangkankan 20

responden untuk kuesioner kepuasan kerja karyawan.

c. Customer Satisfaction Index (CSI)

Metode ini digunakan untuk mengukur indeks kepuasan konsumen

(Indeks Satisfaction) dari tingkat kepentingan (Importance) dan tingkat kinerja (Performance). Metode pengukuran CSI ini, meliputi tahap-tahap sebagai berikut (Starford dalam Rahmani, 2009) :

a. Menentikan Mean Importance Score (MIS) dan Mean Satisfaction Score (MSS), nilai ini berasal dari rata-rata tingkat kepentingan tiap responden (Starford dalam Rahmani 2009) :

Dimana :

n : jumlah responden

Yi : nilai kepentingan atribut ke-i

Xi : nilai kinerja atribut ke-i

b. Menghitung Weighting Factor (WF), bobot ini merupakan persentase nilai MIS per atribut terhadap total MIS seluruh atribut (Starford

dalam Rahmani 2009).

Dimana :

P : jumlah atribut kepentingan

i : atribut ke-i

c. Menghitung Weighting Score (WS), yaitu bobot ini merupakan perkalian antara Weigh Factor (WF) dengan rata-rata tingkat kepuasan (MSS) (Starford dalam Rahmani 2009).

WSi = WFi × MSSi

Dimana :

(23)

d. Menghitung Customer Satisfaction Index (CSI), yaitu jumlah WS dibagi dengan skala maksimal yang digunakan, kemudian dikali 100%

(Starford dalam Rahmani 2009).

Tingkat kepuasan responden secara keseluruhan dapat dilihat dari

kriteria tingkat kepuasan palanggan, dengan kriteria berikut (Starford

dalam Rahmani 2009) :

Table 4. Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index

Nilai CSI Kriteria CSI

0,00-0,34 Tidak Puas

0,35-0,50 Kurang Cukup Puas

0,51-0,65 Cukup Puas

0,66-0,80 Puas

0,81-1,00 Sangat Puas

(24)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Uji Validasi Instrumen

1. Kepuasan pasien

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang dipakai valid atau tidak. Uji validitas ini dengan menggunakan analisis

correlation product moment menggunakan software analisis statistik (Notoatmodjo, 2010).

Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan analisis butir

(item) yaitu dengan mengkorelasikan skor item dengan skor konstruk

(construct) dan total skor seluruh item. Butir-butir pertanyaan pada kuesioner dinyatakan valid apabila r hitung lebih besar dari pada r tabel.

Berdasarkan data statistik nilai r tabel untuk 30 responden yaitu 0,361

dengan taraf kepercayaan 95% (Sugiyono, 2010). Uji validitas ini

dilakukan di IFRS Cilacap pada tanggal 22-23 April 2013.

Tabel 5. Hasil Uji Validitas kuesioner kepuasan pasien

Dimensi

Sumber: hasil olah data primer

Dalam tabel di atas didapatkan bahwa semua item butir

(25)

Uji reliabilitas menggunakan analisis Alpha-Cronbach

menggunakan software analisis statistik (Notoatmodjo,2005). Uji reliabilitas untuk mengetahui apakah data dari tiap butir pertanyaan yang diajukan dapat dipercaya atau tidak. Dikatakan reliabel apabila nilai Alpha Cronbach > 0,6 (Sunyoto, 2013).

Tabel 6. Uji Reliabilitas kuesioner kepuasan pasien

Dimensi Cronbach α Keterangan

Tangible 0.931 Reliabel

Reliability 0.927 Reliabel

Responsiveness 0.929 Reliabel

Assurance 0.950 Reliabel

Emphaty 0.962 Reliabel

Sumber: hasil olah data primer

Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa semua dimensi pertanyaan dalam kuesioner adalah reliabel. Nilai Alhpa Cronbach > 0,6, dimana untuk dimensi tangible 0,931, dimensi reliability 0.927; dimensi responsiveness 0,920; dimensi assurance 0,950 dan dimensi emphaty

0,962.

2. kepuasan kerja karyawan

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang dipakai valid atau tidak, menggunakan analisis correlation product moment menggunakan software analisis statistik (Notoatmodjo, 2010).

Tabel 7. Uji validitas dan Reliabilitas kuesioner karyawan

Dimensi

Sumber: hasil olah data primer

(26)

masing-masing indikator mempunyai koefisien korelasi > 0,44. Berdasarkan data statistik nilai r tabel untuk 20 responden yaitu 0,44 dengan taraf kepercayaan 95% (Sugiyono, 2010).

Uji reliabilitas untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari tiap butir pertanyaan itu dapat dipercaya atau tidak. Dikatakan reliabel apabila nilai Alpha Cronbach > 0,6 (Sunyoto, 2013).

Tabel 8. Hasil Uji Reliabilitas kuesioner kepuasan kerja karyawan

Dimensi Cronbach α Keterangan

Tangibel 0.863 Reliabel

Rekiability 0.874 Reliabel

Responsiveness 0.787 Reliabel

Assurance 0.939 Reliabel

Emphaty 0.900 Reliabel

Sumber: hasil olah data primer

Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa semua dimensi pertanyaan dalam kuesioner adalah reliabel. Nilai Alhpa Cronbach dari tiap dimensi > 0,6 yaitu dimensi tangible 0,863; dimensi reliability 0,874; dimensi responsiveness 0,787; dimensi assurance 0,939; dan dimensi emphaty 0,900. Uji validasi kuesioner terhadap karyawan ini dilakukan

pada tanggl 26 Juni 2013.

B. Hasil Pengukuran Kepuasan

Customer Satisfaction Index (CSI) merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan terhadap suatu pelayanan atau jasa yang diberikan oleh suatu perusahaan atau instansi kepada pelanggan dari tingkat kepentingan (Importance) dan tingkat kinerja (Performance).

(27)

1. Tingkat kepuasan pasien

Tabel 9. Kriteria Nilai CSI kepuasan pasien

Tangible Reliability Responsiveness Assurance Emphaty

Nilai

Sumber: hasil olah data sekunder

Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa pasien merasa puas dengan palayanan kefarmasian yang diberikan oleh instalasi farmasi rawat jalan RSMS. Adapun nilai CSI pada dimensi tertinggi hingga terendah secara berturut-turut yaitu : dimensi

emphaty 0,7743; dimensi assurance 0,7718; dimensi

responsiveness 0.7407, dimensi reliability 0.7269 dan dimensi

tangible 0,7130.

2.Tingkat kepuasan kerja karyawan

Tabel 10. Kriteria Nilai CSI kepuasan kerja karyawan

Tangible Reliability Responsiveness Assurance Emphaty

Nilai

Sumber: hasil olah data sekunder

Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa karyawan instalasi farmasi rawat jalan RSMS merasa puas terhadap pekerjaan yang diberikan, pada dimensi tangible, reliability dan empathy dengan nilai CSI pada dimensi emphaty 0,7815; dimensi reliability 0,7646; dimensi tangible 0,7491 dan merasa sangat puas terhadap pekerjaan yang diberikan, pada dimensi assurance 0,8220; responsiveness 0,8169.

C. Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal

1. Lingkungan eksternal

(28)

dengan kepala IFRS, Ka sub IFRS, Ka IRJ dan petugas IRJ serta hasil pengataman peneliti di IFRJ. Wawancara ini dilakukan pada tanggal 15 Juni 2013. Selain itu juga faktor eksternal ini diperoleh dari hasil kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian yang diberikan oleh IFRJ RSMS. a. Peluang

1) RSMS merupakan salah satu rumah sakit rujukan di provinsi Jawa-Tengah bagian Barat-Selatan.

2) Terdapat banyak dokter spesialis

3) Memiliki alat-alat kedokteran diagnostik yang modern 4) Kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di IFRJ

5) Adanya hubungan kerjasama dengan asuransi-asuransi kesehatan b. Ancaman

1) Adanya rumah sakit lain disekitar IFRJ 2) Adanya apotek di sekitar IFRJ

3) Antrian pasien yang panjang

(29)

Tabel 11. Eksternal Strategic Factor Analysis Summary

Faktor-faktor Eksternal Bobot Rating Skor Komentar Peluang

1. SMS salah satu rumah sakit rujukan di provinsi Jawa-Tengah

0,183 4 0,731 RSMS rumah sakit milik pemerintah

2. Memiliki banyak dokter spesialis

0,125 4 0,500 Menarik masyarakat untuk menggunakan jasa pelayanan 3. Memiliki alat-alat kedokteran

diagnostik yang modern

0,135 3 0,404 Menarik masyarakat untuk menggunakan jasa pelayanan 4. Kepuasan pasien terhadap

pelayanan kefarmasian di IFRJ

0,135 3 0,404 Meningkatkan reputasi IFRJ

5. Hubungan kerjasama dengan asuransi-asuransi kesehatan 2. Adanya apotek di sekitar IFRJ 0,115 1 0,115 Pasien akan keluar

untuk menebus obat 3. Antrian pasien yang panjang 0,067 1 0,067 Pasien akan keluar dari

IFRJ untuk menebus obat

Total Skor 1 2,06

Sumber : hasil olah data primer

2. Lingkungan Internal

Data-data lingkungan internal diperoleh dari dalam IFRJ, yang merupakan data internal yaitu: kekuatan dan kelemahan. Faktor-faktor ini merupakan hasil interpretasi wawancara dengan Ka. IFRS, Ka. Sub. IFRS, Ka. IRJ, dan Petugas IRJ, serta hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Wawancara ini dilakukan pada tanggal 15 Juni 2013. Selain itu juga data internal ini diperoleh dari hasil kepuasan kerja karyawan IFRJ. Adapun data-data tersebut yaitu:

a. Kekuatan

1) Tenaga farmasi yang professional

2) Konseling yang rutin dilakukan terhadap pasien DM 3) Kekompakan kerja karyawan

(30)

b. Kelemahan

1) Tenaga Apoteker kurang 2) Waktu tunggu pasien lama 3) Pekerjaan di IFRJ banyak

4) Ruang tunggu pasien kurang nyaman

5) Sistem birokrasi kurang sesuai dengan sistem pelayanan di IFRJ Setelah diperoleh data tersebut kemudian dibuat tabel IFAS (Internal Factor Analysis SWOT). Tabel dibawah ini merupakan tabel penilaian bobot dan rating dari masing-masing faktor kekuatan dan kelemahan IFRJ (Rangkuti, 2006). Pembobotan ini diperoleh dari 5 responden yang terdiri dari kepala IFRS, Ka Sub IFRS, Ka IRJ, Apoteker dan Asisten Apoteker di IFRJ, untuk rating diperoleh dari hasil diskusi dengan kepala IFRS.

Tabel 12 . Internal Strategic Factor Analysis Summary

Factor-faktor Internal Bobot Rating Skor Komentar Kekuatan

1. Tenaga farmasi professional 0,157 4 0,628 Meningkatkan kepuasan pasien

2. Konseling terhadap pasien DM

0,116 3 0,347 Meningkatkan kepuasan pasien

3. Kekompakan kerja

karyawan

0,099 3 0,298 Meningkatkan pelayanan yang diberikan

4. Penggunaan teknologi modern

0,116 2 0,231 Mempercepat pelayanan

5. Kepuasan kerja karyawan 0,132 3 0,397 Meningkatkan pelayanan Kelemahan

1. Tenaga apoteker kurang 0,050 1 0,050 Pelayanan terhambat 2. Waktu tunggu pasien lama 0,066 2 0,132 Kepuasan pasien

berkurang

3. Pekerjaan di IFRJ banyak 0,096 2 0,165 Pelayanan menurun 4. Ruang tunggu pasien kurang 0,068 2 0,149 Kepuasan pasien

berkurang 5. Sistem birokrasi kurang

sesuai dengan sistem pelayanan di IFRJ

0,137 2 0,215 Pelayanan terhambat

Total Skor 1 1,19

(31)

D. Penentuan posisi Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSMS

Penentuan posisi IFRJ didasarkan pada analisis total skor faktor internal dan faktor eksternal ( Rangkuti, 2006).

4

Gambar 3. Diagram analisis SWOT

KETERANGAN:

: PROFIL SWOT IFRJ RSMS

: POSISI SWOT IFRJ RSMS

(32)

Dari perpotongan keempat garis faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman didapatkan koordinat ( 1.19 ; 2,01) :

Skor kekuatan + skor kelemahan ; skor peluang + skor ancaman (Wibowo, 2003)

1,901 + (-0,711) ; 2,500 + (-0,442) ( 1,19 ; 2,01 )

Perolehan nilai koordinat ini digunakan untuk mengetahui lebih jelas posisi dari instalasi farmasi rawat jalan RSMS pada diagram analisis SWOT. Dengan mengetahui strength posture yang merupakan penjumlahan kekuatan dan kelemahan untuk sumbu X dan mengetahui competitive posture yang merupakan penjumlahan dari peluang dan ancaman untuk

(33)

E. Alternatif Strategi

Setelah diperoleh faktor-faktor yang termasuk kedalam faktor

peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan, faktor-faktor tersebut kemudian

dimasukkan kedalam tabel matriks SWOT sebagai berikut :

Tabel 13. Matrik SWOT

1. Tenaga apoteker kurang 2. Waktu tunggu pasien berkala kepada tenaga farmasi (S1-O1, S1-O2,

Sinergis antara dokter

dengan petugas

Melengkapi sarana dan prasarana (W2- T2,W3- T2,W4- T2,)

Pengawasan terhadap obat (W1-T1, T1-W5, W1-T2, W5-T2)

(34)

1. STRATEGI Strength-Opportunies

a. Melakukan pelatihan berkala kepada petugas farmasi

Pelatihan merupakan suatu proses atau upaya peningkatan pengetahuan dan pemahaman dibidang kefarmasian atau bidang yang berkaitan dengan kefarmasian secara berkesinambungan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan dibidang kefarmasian (Depkes, 2006). Dengan memanfaatkan peluang yang dimilikin seperti salah satu rumah sakit rujukan, banyaknya dokter spesialis, dan kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian yang diberikan serta dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki seperti tenaga farmasi yang professional. Sehingga hal yang diperlu dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian di IFRJ RSMS dengan melakukan pelatihan secara berkala kepada petugas farmasi untuk dapat meningkatan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman tenaga farmasi di IFRJ RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo.

Pelatihan yang dapat dilakukan secara berkala dan berkesinambungan sesuai dengan perkembangan alat kesehatan yang modern, perkembangan pengobatan yang ada. Di sisi lain untuk menjaga sustainable profesi dapat dilakuakn dengan memberikan pelatihan dan penyuluhan (Patrick, 2012).

b. Meningkatkan komunikasi dan konseling terhadap pasien

Strategi ini diperoleh dengan memanfaatkan kekuatan yang miliki berupa konseling terhadap pasien DM, tenaga farmasi yang professional dan memanfaatkan peluang yang dimiliki berupa RSMS merupakan salah satu rumah sakit rujukan di privinsi Jawa-Tengah, banyaknya dokter spesialis.

(35)

Melaksanakan KIE merupakan salah satu dari tugas pokok dari standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit. KIE yang dilakukan secara rutin di IFRJ RSMS yaitu terhadap pasien DM, selain itu KIE juga dilakukan oleh pasien-pasien penyakit kronis, pasien yang baru menggunakan alat kesehatan dalam pengobatannya seperti inhaler dan rotahaler. Hal ini membuktikan bahwa konseling yang dilakukan di IFRJ RSMS belum sepenuhnya dilakukan, hanya 2 kriteria kondisi pasien dari 6 kriteria kondisi pasien yang membutuhkan KIE, adapun kriteria kondisi pasien yang yang belum mendapatkan KIE seperti; pasien dengan kondisi khusus, pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit, pasien yang menggunakan banyak obat, pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah.

Hasil penelitian yang dilakukan sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Husna (2011), dimana salah satu alternative strategi yang dapat digunakan untuk peningkatan pelayanan kepuasan pasien rawat jalan IFRS X Samarinda yaitu dengan pemberian informasi obat dan konseling.

c. Melengkapi infrastruktur

Pelengkapan infrastruktur ini terdiri dari struktur organisasi, prosedur pelayanan kefarmasian, proses pelayanan kefarmasian dan sumber perbekalan farmasi (CPFB, 2011). Tujuan dari pelengkapan infrastruktur ini membantu untuk mempercepat proses pelayanan kefarmasian di IFRJ RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo.

RSMS merupakan salah satu rumah sakit rujukan di Provinsi Jawa-Tengah, sehingga dijadikan peluang oleh IFRJ RSMS, agar paluang ini dapat dimanfaatkan bersamaan dengan kekuatan yang dimiliki berupa penggunaan teknologi modern oleh IFRJ, maka hal yang perlu dilakukan oleh IFRJ RSMS yaitu dengan melengkapi infrastruktur.

(36)

layanan medis. Peran teknologi informasi dalam berbagai aspek kegiatan layanan medis dapat dipahami karena sebagai sebuah teknologi yang menitik beratkan pada pengaturan sistem informasi dengan penggunaan komputer, teknologi informasi ini dapat memenuhi kebutuhan informasi layanan medis dengan sangat cepat, tepat waktu, relevan, dan akurat (Coiera, 2013).

d. Sinergis antara dokter dengan petugas kefarmasian

Strategi ini diperoleh dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki berupa kepuasan kerja karyawan, hubungan kerjasama antara karyawan IFRJ dengan peluang yang dimiliki berupa banyaknya dokter spesialis di RSMS. Hal yang perlu dilakukan oleh IFRJ yaitu menjalin hubungan kerjasama yang baik dan saling memahami antara petugas kefarmasian dengan dokter maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, hal ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian di IFRJ, supaya tidak terjadi kesalahan dalam pengobatan. Walaupun hubungan kerjasama yang dilakukan sudah cukup baik.

2. STRATEGI Weakness-Opportunies

a. Menambah jumlah tenaga kefarmasian

kelemahan yang dimiliki IFRJ RSMS berupa tenaga apoteker kurang, waktu tunggu pasien lama, pekerjaan di IFRJ banyak sedangkan untuk peluang yang dimiliki IFRJ RSMS yaitu salah rumah sakit rujukan di Provinsi Jawa-Tengah dan banyaknya dokter spesialis di RSMS. Sehingga hal yang dapat dilakukan oleh IFRJ RSMS yaitu dengan penambahan tenaga kefarmasian.

(37)

menebus obat. Selain itu pelayanan juga dapat diberikan secara maksimal. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2011) yaitu hasil uji QSPM (quantitative strategic planning matrix) menunjukan bahwa untuk melakukan pengembangan IFRSIA Aisyiyah Klaten dapat dilakukan dengan penambahan jumlah apoteker sesuai dengan jumlah shift.

b. Rotasi jabatan dan tugas

Banyaknya pekerjaan di IFRJ dapat mengakibatkan pelayanan kefarmasian yang dilakukan tidak secara maksimal. Selain itu juga agar petugas tidak merasa jenuh dengan pekerjaan yang diberikan serta dapat meningkatkan pengetahuan dari masing-masing petugas. Maka hal yang perlu dilakukan untuk IFRS RSMS ini dengan melakukan rotasi jabatan dan tugas.

3. STRATEGI Strength-Treaths

a. Meningkatkan fleksibilitas kerja

Kekuatan yang dimiliki oleh IFRJ RSMS yaitu tenaga farmasi yang professional dan kerjasama antara karyawan IFRJ RSMS dapat dimanfaatkan untuk menghadapi ancaman yang dimiliki dengan cara melakukan peningkatan fleksibelitas kerja.

Fleksibilitas merupakan kemampuan untuk merubah bentuk produksi sesuai dengan permintaan yang datang (Chopra, 2001). Fleksibilitas kerja merupakan kemampuan IFRJ untuk melakukan perubahan dalam pelayanan kefarmasian sesuai dengan permintaan pasien, sehingga pasien akan lebih merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan dan pasien akan mendapatkan pelayanan kefarmasian sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit.

b. Komputerisasi jadwal pelayanan kefarmasian

(38)

teknologi modern. Maka hal yang dapat dilakukan dengan cara melakukan komputerisasi penjadwalan pelayanan kefarmasian di IFRJ RSMS.

Banyaknya pasien yang menebus obat di IFRJ membuat pelayanan kefarmasian yang diberikan tidak secara maksimal. Sehingga penjadwalan dalam melakukan pelayanan kefarmsian diperlukan, agar pelayanan yang diberikan dapat berlangsung secara maksimal, penjadwalan yang dilakukan secara komputerisasi juga dapat mempercepat dalam proses pelayanan kefarmasian.

4. STRATEGI Weakness-Treath

a. Melengkapi sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana pelayanan kefarmasian harus dapat menjamin terselenggaranya pelayanan kefarmasian dengan baik, sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku (CPFB, 2011). Sarana dan prasarana juga dapat mempengaruhi pelayanan kefarmasian yang diberikan, untuk meningkatkan kepuasan pasien.

Pada hasil pengukuran tingkat kepuasan pasien dimensi tangible memiliki nilai CSI paling rendah dibandingkan dimensi lainnya. Begitu juga dengan pengukuran kepuasan kerja karyawan IFRJ pada dimensi tangible memiliki nilai CSI yang paling rendah juga.

b. Pengawasan terhadap persediaan obat

(39)

yang dimiliki IFRJ seperti adanya rumah sakit lain, adanya apotek lain serta antrian pasien yang panjang akan memperngaruhi pasien dalam menebus obat, terutama untuk pasien umum.

F. Keterbatasan Penelitian

(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan perumusan analisis SWOT pelayanan kefarmasian instalasi farmasi rawat jalan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo berada pada posisi kuadran I. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini yaitu mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Grow Oriented Strategy). Alternatif strategi yang dapat digunakan yaitu : melakukan

pelatihan berkala kepada petugas farmasi, meningkatkan komunikasi dan konseling terhadap pasien, melengkapi infrastruktur, serta sinergisme antara dokter dengan petugas pasien.

B. SARAN

Perlu dilakukan penambahan tenaga farmasi untuk meningkakan pelayanan kefarmasian di IFRJ, agar pasien dapat terus merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M., 2008, Manajemen Farmasi, Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada Press

Arikunto. S., 2009, Manajemen Penelitian, Jakarta, PT. Rineka Cipta

Azkha, N dan Deni E., 2006, Analisis Tingkat Kepuasan KlIEN Terhadap Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Dalam Wilayah Kota Padang Tahun 2006 [Artikel penelitian], Fakultas kesehatan, Universitas Andalas

Chopra, Sunil, Meindl, 2001, Supply Chain Management Strategy Planning and Operation, Prentice-Hall Upper Saddle River, New Jersey

Coiera, B, MC Carthy, dan Lynn.M.W, 2013, Update On Factors Motivating Pharmachy Students To Purpose residency And Fellowship Training. Am J Health-Syst pharm-Vol 70 Aug 15, 2013

Dahlan, S., 2006, Besar Sampel Dalam Penelitian Kedokteran Dan Kesehatan Seri 2, Jakarta, PT. Arkans

[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Idonesia., 2006, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/MenKes/SK/X/2004, TentangStandar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit (SK No. 1333/MenKes/SK/XII/1999), Jakarta : Depkes RI

[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 2011, Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian Yang Baik (CPFB), Jakarta : Depkes RI

, 2009, Undang-undang Republik Indonesia NO. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Jakarta, Depkes

, 1992, Keputusan Mentri Kesehatan RI NO. 982/Menkes/SK/1992 Tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit, Jakarta, Depkes RI.

Dewi, P.E.N., 2011, Perumusan Strategi Pengembangan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Ibu Anak ‘Aisyiyah Klaten Berdasarkan Kondisi Lingkungan Internal Dan Eksternal [Abstrak Tesis], Yogyakarta, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada

(42)

Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh November

Husna, DN., 2011, Analisis SWOT Dalam Perumusan Strategi Peningkatan Kepuasan Pasien Rawat Jalan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Samarinada [abstraktesis], Yogyakarta, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada

Kotler, P., 1997, Manajemen Pemasaran (Terjemahan), Jakarta, PT. Indeks Kelompok Media

Kotler, P., 1998, Manajemen Pemasaran (Terjemahan), Jakarta, PT. Indeks Kelompok Media

Malasari, Y, Ibnu G. G, dan Sumarni, 2011, Analisis Kepentingan-Kinerja Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul (Menurut Persepsi Pelanggan Rawat Jalan). Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi No. 2 Vol. 1

Manurung, L. P., 2010, Analisis Hubungan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan Terhadap Pelayanan Instalasi Farmasi Dengan Minat Pasien Menebus Kembali Resep Obat Di Instalasi Farmasi RSUD Budhi Asih Tahun 2010 [Tesis], Depok, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

Notoatmodjo, S., 2010, Metodelogi Penelitian Kesehatan, Jakarta, PT. Rineka Cipta

Priyatno, D., 2012, Cara Kilat Belajar Analis Data Dengan SPSS 20, Yogyakarta, Andi

Rahmani, V. F., 2009, Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan Terhadap Kualitas Pelayanan (Studi Kasus : RSU Bhakti Asih Tangerang), Bogor, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Teknologi Bogor

Rangkuti, F., 2006, Analisis SWOT Tekhnik Membedah Kasus Bisnis, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama

Rangkuti, F., 2011, Riset Pemasaran, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama

Riduwan., 2009, Pengantar Statistika Sosial, Bandung, Alfabeta

(43)

Sahyuni, R, 2009, Kepuasan Kerja Karyawan, Analisis Swot Dan Rencana Strategik Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Upaya Meningkatkan Pelayanan Di Rsud H. Abdul Aziz Marabahan Kalimantan – Selatan Tahun 2009 [Tesis], Semarang, Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi Rumah, Universitas Diponegoro

Siregar, C., 2003, Farmasi Rumah Sakit : Teori & Terapan, Jakarta, Buku Kedokteran EGC

Sunyoto, D., 2012, Statistik Kesehatan Analisis Data Dengan Perhitungan Manual Dan Program SPSS, Yogyakarta, Nuha Medika

(44)
(45)

Lampiran 1. Surat Permohonan Responden

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO FAKULTAS FARMASI

PRODI FARMASI

Jl. Raya DukuhWaluh PO. BOX 202 Purwokerto 53182 Website :http://www.ump.ac.id – Email : Info@ump.ac.id

SURAT PERMOHONAN RESPONDEN

Assalamualaikum,Wr. Wb.

Saya yang bertandatangan dibawah ini : Nama : Iin Atikah

NIM : 0908010060

Alamat : Jalan Syekh Datul Kahfi 09/03 No 34 Desa Sarabau, Kec. Plered Cirebon- Jawa Barat

Adalah mahasiswa Program S-1 Universitas Muhammadiyah Purwokerto, yang sedang melakukan penelitian dengan judul “Perumusan Analisis SWOT Pelayanan Kefarmasian Instalasi Rawat Jalan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto.

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan perumusan analisis SWOT pelayanan kefarmasian instalasi rawat jalan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjdo Purwokerto.

(46)

lampiran 2. Surat Persetujuan Sebagai Responden penelitian Pasien

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO FAKULTAS FARMASI

PRODI FARMASI

Jl. Raya DukuhWaluh PO. BOX 202 Purwokerto 53182 Website :http://www.ump.ac.id – Email : Info@ump.ac.id

PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN

Dengan menandatangi lembar ini, saya :

Nama :

Nama Pasien : No. Rekam Medik : Tempat/tanggal lahir :

Pekerjaan :

Alamat :

Memberikan persetujuan untuk mengisi kuesioner yang diberikan peneliti. Saya mengerti bahwa saya menjadi bagian dari penelitian yang sedang dilakukan yang bertujuan untuk dapat menentukan perumusan analisis SWOT pelayanan kefarmasian instalasi rawat jalan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

Saya telah diberitahu oleh peneliti bahwa jawaban kuesioner ini dijaga kerahasiaannya dan hanya dipergunakan untuk keperluan penelitian. Oleh karena itu saya dengan sukarela ikut berperan serta dalam penelitian ini.

Purwokerto, April 2013 Responden

(47)

Lampiran 3. Kuesioner Kepuasan Pasien

KUESIONER TINGKAT KEPUASAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI INSTALASI FARMASI RSUD MARGONO

Hari : ……… Tanggal : ……….. Jam : ………. No. Responden : ………...

BAGIAN A : DATA IDENTITAS UMUM RESPONDEN

Nama :………

Alamat :………

………

Petunjuk pengisian :

Berilah tanda silang (x) pada kotak (□) yang ingin di isi/atau

isilah isian

Jenis kelamin : □ Pria □ Wanita

Usia : ………. Tahun

Status pembiyaan kesehatan pasien : □ Umum

□ ASKES Responden penelitian ini merupakan pasien rawat jalan/pengantarnya yang sudah pernah menerima pelayanan

(48)

BAGIAN B : HARAPAN DAN KEPENTINGAN PELAYANAN

Petunjuk pengisian :

Berikut ini adalah isian mengenai harapan ideal Saudara/Bapak/Ibu mengenai pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUD Margono Soekarjo yang seharusnya.

Berilah tanda centang (√) pada kolom yang ingin diisi.

Kepuasan Pasien

PERNYATAAN Kepentingan Pasien

STP TP CP P SP STP TP CP P SP

Tangibles (Sarana Fisik) Ruang tunggu IFRS sejuk ber AC

Ruang tunggu IFRS bersih Ruang tunggu IFRS menarik

Tempat duduk ruang tunggu IFRS nyaman √ Nilai Kepuasan Pasien :

STP = Sangat Tidak Puas TP = Tidak Puas CP = Cukup Puas P = Puas SP= Sangat Puas

√ Nilai Kepentingan Pasien :

STP = Sangat Tidak Penting TP = Tidak Penting CP = Cukup Penting P = Penting SP = Sangat Penting

pen

(49)

Kepuasan Pasien

PERNYATAAN Kepentingan Pasien

STP TP CP P SP STP TP CP P SP

Tersedia obat yang lengkap baik macam maupun jumlahnya Letak IFRS strategis sehingga mudah dijangkau

Penampilan IFRS sudah memberikan kenyamanan bagi pasien Ruang tunggu cukup luas

Desain ruangan/bangunan instalasi farmasi yang kelihatan bersih dan menarik

Penampilan petugas farmasi rapih dan bersih Penataan loket yang baik, jalur antrian teratur

Reliability (Kemampuan) Pelayanan sebaiknya buka 24 jam sehari

Kecepatan pelayanan obat racikan kurang dari 25 menit Kecepatan pelayanan non racikan kurang dari 15 menit

Ketelitian petugas kasir dalam menangani masalah pembayaran Prosedur pelayanan mudah, cepat, tidak berbelit-belit

Jam pelayanan sudah sesuai dengan kebutuhan Jam pelayanan sudah tepat waktu

Waktu tunggu yang relatif singkat Obat yang diresepkan selalu tersedia

Penyerahan obat teratur sesuai nomor antrian yang diberikan oleh kasir

Responsiveness (Ketanggapan)

(50)

Kepuasan Pasien

PERNYATAAN Kepentingan Pasien

STP TP CP P SP STP TP CP P SP

Petugas farmasi menerima dan memproses resep dengan cepat Petugas farmasi memberikan informasi terkait obat yang diresepkan

Petugas farmasi memberikan saran tentang obat yang diresepkan Waktu yang dibutuhkan petugas farmasi dalam memberikan pelayanan sudah cepat

Petugas farmasi dapat menangani masalah dan memberikan solusi dengan cepat

Petugas kasir farmasi cepat menyelesaikan masalah pembayaran Assurance (Jaminan)

Penampilan dan pengetahuan petugas farmasi meyakinkan Kemampuan petugas farmasi menjawab pertanyaan dan menanggapi permasalahan pasien atau keluarga pasien terkait dengan obat yang di resepkan dengan tepat dan cepat

Kemampuan petugas farmasi dalam menjalankan tugasnya Petugas farmasi meminta maaf apabila terjadi kesalahan

Petugas farmasi memberikan informasi jika kemudian diketahui kesalahan mengenai pemberian resep (nama obat, jumlah obat, dosis, bentuk sediaan obat)

Petugas farmasi memberikan informasi jika kemudian diketahui kesalahan mengenai harga obat

Petugas farmasi menuliskan aturan pakai obat dengan dengan lengkap dan jelas

(51)

Kepuasan Pasien

PERNYATAAN Kepentingan Pasien

STP TP CP P SP STP TP CP P SP

Obat yang diberikan dalam kondisi baik dan harga wajar Empathy (Kepedulian)

Petugas farmasi mendengarkan keluhan pasien atau keluarga pasien dengan seksama

Petugas farmasi memberikan perhatian kepada pasien dengan tulus Pelayanan petugas farmasi sopan dan ramah

(52)

Lampiran 4. Tabulasi Validasi Kepuasan Pasien

(53)
(54)

Lampiran 5. Hasil Uji Validasi dan Reliabilitas Kuesioner Kepuasan Pasien

(55)

Correlations

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

(56)

b. Dimensi Reliability

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

(57)

Correlations

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

(58)

c. Dimensi Responsiveness

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

(59)

Correlations

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

(60)

d. Dimensi Assurance

(61)

Correlations

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

(62)

e. Dimensi Emphaty

(63)

Correlations

P44 P45 valid

P44 Pearson

Correlation 1 .815

**

.962**

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 30 30 30

P45 Pearson

Correlation .815

**

1 .819**

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 30 30 30

valid Pearson

Correlation .962

**

.819** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)

Dimensi Reliability

Atribut N CIS MIS CSS MSS WFi WSi

01 100 423 4.23 360 3.60 9.89% 0.356

02 100 432 4.32 334 3.34 10.10% 0.337

03 100 432 4.32 344 3.44 10.10% 0.347

04 100 434 4.34 386 3.86 10.14% 0.391

05 100 429 4.29 362 3.62 10.03% 0.363

06 100 429 4.29 375 3.75 10.03% 0.376

07 100 420 4.20 363 3.63 9.82% 0.357

08 100 419 4.19 336 3.36 9.79% 0.329

09 100 434 4.34 381 3.81 10.14% 0.386

10 100 426 4.26 393 3.93 9.96% 0.391

Sum of

4,278

43

3,634

36 100%

3.634

3.634

CSI = 3.634 5

= 0.7269

Gambar

Gambar 1. Analisis SWOT (Rangkuti, 2006)
Gambar 2 : Kerangka Konsep
Tabel 3. Matriks SWOT
Table 4. Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index
+7

Referensi

Dokumen terkait

“ TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN KEFARMASIAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT DR.. Yunus Mahatma, SpPD., selaku Direktur Rumah

pembiayaan jamkesmas dan sistem pembiayaan langsung pasien rawat jalan di instalasi farmasi RS “X” Kabupaten Wonogiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa pelayanan

Analisis Hubungan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan Terhadap Pelayanan Instalasi Farmasi dengan Minat Pasien Menebus Kembali Resep Obat di Instalasi Farmasi RSUD

Salah satu kunci keberhasilan pelayanan Rumah Sakit adalah kemampuan merencanakan ketersedian tenaga sebagai unsur utama dalam pemberian pelayanan.Sumber daya insani

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sistem antrian terhadap kepuasan pasien rawat jalan pada instalasi farmasi di RSUD Dr.. Muhammad Zein Pesisir Selatan

Variabel penelitian ini adalah variabel tunggal, yaitu hanya mengukur tingkat kepuasan pasien rawat jalan terhadap pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi RSIA D,

Berdasarkan hasil analisis data tentang evaluasi pelayanan informasi obat pada pasien rawat jalan di instalasi farmasi puskesmas Grabag I didapatkan kesimpulan bahwa,

Kesimpulan Berdasarkan dimensi yang dinilai tersebut dapat disimpulkan bahwa Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Langit Golden Medika Sarolangun pada