BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Advance Organizerss
Model pembelajaran Advance Organizers yang dikembangkan oleh
David Ausubel salah seorang pakar psikologi pendidikan yang
mengemukakan secara jitu pendidikannya tentang masalah belajar verbal
yang dapat diperbaiki sehingga mengandung makna yang menyangkut tiga
hal (Joyce, 2009):
1. Bagaimana ilmu itu diorganisasikan artinya bagaimana seharusnya isi
kurikulum itu ditata.
2. Bagaimana proses berpikir itu terjadi bila berhadapan dengan
informasi yang baru. Artinya bagaimana proses berpikir ketika proses
belajar tadi.
3. Bagaimana guru dapat mengaplikasikan gagasan-gagasan ini pada
kurikulum dan pembelajaran ketika guru mempresentasikan materi
baru pada siswa (pengajaran/instruksional).
Berdasarkan ketiga teori itu, Ausubel mengajukan model
pembelajaran yang disebut Advance Organizers, yaitu organisator tertinggi
yang bersifat utuh dan komprehensif dari suatu materi yang ingin diajarkan.
Pembelajaran Advance Organizers ini didesain sebagai cara untuk membuat
struktur kognitif. Yang dimaksud dengan struktur kognitif oleh Ausubel
waktu yang telah ditentukan dan bagaimana baik dan jelasnya
diorganisasikan. Dengan kata lain, struktur kognitif memerlukan
pengetahuan bidang tertentu yang ada dalam pikiran, berapa banyak dimiliki
dan bagaimana terorganisasinya. Menurut Ausubel fungsi struktur kognitif
yang sudah ada pada diri seseorang, adalah menjadi faktor utama yang
sangat menentukan apakah suatu materi atau informasi baru yang akan
diterima mempunyai makna atau tidak dan sejauh mana materi ini dapat
dipelajari dan disimpan. Tugas guru sebelum materi baru dipresentasikan
adalah lebih dahulu membenahi dan mengingatkan stabilitas dan kejelasan
pengetahuan lama yang telah ada pada anak didik (Ausubel, 1960)
Menurut Ausubel (1960) model Advance Organizers merupakan
model yang digunakan untuk memperkuat struktur kognitf siswa berupa
pengetahuan mereka tentang pelajaran tertentu dan bagaimana mengelola,
memperjelas, dan memelihara pengetahuan tersebut dengan baik.
Mendeskripsikan Advance Organizers sebagai materi pengenalan yang
disajikan pertama kali dalam tingkat abstraksi dan inklusivitas yang lebih
tinggi dari pada tugas pembelajaran itu sendiri. Tujuannya adalah
menjelaskan, mengintegrasikan, dan menghubungkan materi baru dalam
tugas pembelajaran dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya (dan
juga membantu pembelajar membedakan materi baru dari materi yang telah
dipelajari sebelumnya). Advance Organizers umumnya didasarkan pada
konsep-konsep penting, rancangan, generalisasi, prinsip-prinsip dan hukum
Jadi dapat disimpulkan model pembelajaran Advance Organizers
adalah model pembelajaran yang mengarahkan para siswa ke materi yang
mereka pelajari dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi
yang berhubungan yang dapat digunakan untuk membantu menanamkan
pengetahuan baru.
Menurut Joyce (2009) pembelajaran Advance Organizers memiliki
tiga tahap kegiatan:
1. Tahap1: Presentasi Advance Organizers yang meliputi:
a. Menklarifikasi tujuan-tujuan pelajaran
b. Menyajikan Advance Organizers
c. Mengidentifikasi karakteristik-karakteristik yang konklusif
d. Mendorong kesadaran dan pengetahuan siswa
2. Tahap 2: Presentasi Tugas atau Materi Pelajaran
a. Menyajikan materi
b. Menjaga perhatian siswa
c. Memperjelas aturan materi pelajaran
3. Tahap 3: Pengolahan Kognitif
a. Menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi integratif
b. Menganjurkan pembelajaran resepsi aktif
c. Membangkitkan pendekatan kritis pada mata pelajaran.
Tahap pertama terdiri dari tiga aktivitas: mengklarifikasi tujuan-tujuan
pembelajaran, menyajikan Advance Organizers, dan mendorong kesadaran
tahap pertama, materi pembelajaran dipresentasikan dalam tahap kedua
dalam bentuk ceramah, diskusi, film, eksperimentasi, atau membaca. Tujuan
dalam tahap ketiga adalah melabuhkan materi pembelajaran baru ke dalam
struktur kognitif siswa yang sudah ada, yakni memperkuat pengolahan
kognitif siswa.
Model Advance Organizers berguna khususnya untuk menyusun
rangkaian atau arah kurikulum dan melatih siswa secara sistematis dalam
suatu gagasan kunci bidang tertentu. Langkah demi langkah, konsep-konsep
dan rancangan-rancangan penting dijelaskan dan diintegrasikan, sehingga
pada akhir pengajaran, pembelajaran akan memperoleh perspektif tentang
seluruh bidang yang dikaji.
Adapun kelebihan dari Advance Organizers diantaranya (1) Guru
dapat mengontrol keluasan materi pembelajaran sehingga peserta didik
dapat menguasai pembelajaran sehingga peserta didik dapat menguasai
bahan pelajaran yang disampaikan. (2) apabila materi pelajaran cukup luas
dan waktu yang dimiliki luas maka teori ini sangat tepat dilakukan. (3)
Peserta didik dapat mendengar melalui peraturan tentang suatu materi
pelajaran, sekaligus peserta didik dapat melihat atau mengobservasi. (4)
Pembelajaran ini dapat digunakan dalam jumlah peserta didik yang cukup
banyak. Selain kelebihan juga terdapat kekurangan, diantara kekurangannya
antara lain (1) Materi pra syarat harus sudah diajarkan. (2) Harus ada kerja
Penyajian bahan belajar bisa dilakukan dengan cara ceramah, diskusi,
film, percobaan, atau membaca. Menurut Ausubel (1960), selama presentasi
bahan belajar kepada siswa perlu dibuat secara eksplisit sehingga mereka
memiliki suatu pengertian secara keseluruhan tentang tujuan dan dapat
melihat urutan logis tentang bahan dan bagaimana organisasi bahan itu
berkaitan dengan Advance Organizers.
B. Pembelajaran Langsung
Menurut Trianto (2009) meski tidak ada sinonim dan resitasi yang
berhubungan erat dengan Model Pengajaran Langsung (MPL), tetapi istilah
model pengajaran langsung sering disebut juga dengan model pengajaran
aktif (active teaching model), training model, mastery model,dan explisit
instruction. Jadi, pembelajaran langsung adalah suatu model pembelajaran
yang bersifat teacher center yaitu salah satu pendekatan mengajar yang
dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan
dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur
dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap,
selangkah demi selangkah. Model ini ditujukan pula untuk membantu siswa
mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat
diajarkan selangkah demi selangkah.
Menurut Trianto (2009), ciri-ciri model pengajaran langsung adalah
sebagai berikut:
1. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa
2. Sintaks atau pola keselruhan dan alur kegiatan pembelajaran.
3. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan
agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan
berhasil.
Menurut Trianto (2009) sintaks model Pembelajaran Langsung yaitu:
1. Fase 1: Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang
pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.
2. Fase 2: Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
Guru mendemoonstrasikan keterampilan dengan benar, atau
menyajikan informasi tahap demi tahap.
3. Fase 3: Membimbing pelatihan
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal
4. Fase 4: Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik,
memberi umpan balik.
5. Fase 5: Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan
penerapan
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan,
dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih
C. Kemampuan Penalaran Matematis
Menurut Shadiq (Depdiknas, 2009) penalaran adalah suatu proses
atau aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau proses berpikir
dalam rangka membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasar pada
beberapa pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan
sebelumnya. Istilah penalaran sebagai terjemahan dari bahasa inggris
reasoning menurut kamus The Random House Dictionary berarti the act or
process of person who reason (kegiatan atau proses menalar yang dilakukan
oleh seseorang). Sedangkan reason berarti the mental powers concerned
with forming conclusions, judgements of inferences (kekuatan mental yang
berkaitan dengan pembentukan kesimpulan dan penilaian) (Effendy, 1984).
Pada kurikulum 2004 Standar Kompetensi Matematika pelajaran
matematika SMP/MTs (2004) dinyatakan bahwa siswa dikatakan
mempunyai penalaran yang baik dalam matematika bila siswa mampu
memberikan alasan induktif fan deduktif sederhana. Siswa dikatakan
kemampuan penalaran meningkat dalam hasil belajar matematika, maka
harus memenuhi indikator di atas.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
penalaran matematika adalah suatu proses berpikir matematika menurut alur
kerangka berdasarkan konsep atau pemahaman yang didapat sebelumnya
dari fakta dan sumber yang relevan. Konsep atau pemahaman tersebut
baru sehingga didapat keputusan baru yang logis dan dapat
dipertanggungjawabkan atau dibultikan kebenarannya.
Menurut Wardhani (Depdiknas, 2004) indikator kemampuan
penalaran matematika meliputi:
1. Mengajukan suatu dugaan,
2. Melakukan manipulasi matematika,
3. Menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran
solusi,
4. Menarik kesimpulan dari pernyataan,
5. Memeriksa kesahihan suatu argumen,
6. Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat
generalisasi.
Berdasarkan uraian di atas, indikator (aspek) kemampuan penalaran
matematika yang peneliti gunakan sebagai berikut:
1. Kemampuan mengajukan suatu dugaan.
Adalah kemampuan memperkirakan suatu kebenaran sebelum
dilakukan analisis. Contoh pada materi segiempat mengajukan dugaan
untuk menghitung luas atau keliling segiempat yang berbentuk soal
cerita.
2. Melakukan manipulasi matematika.
Adalah melakukan proses rekayasa matematika, untuk memudahkan
suatu perhitungan. Contoh siswa dapat menghitung panjang sisi, lebar,
3. Menarik kesimpulan dari pernyataan.
Adalah proses menyusun bukti-bukti dalam suatu pernyataan sehingga
terbentuk dalam satu kalimat singkat, padat, dan jelas yang disebut
sebagai kesimpulan.
4. Menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran
solusi.
Adalah kemampuan memberikan penguatan pada suatu pernyataan
yang sudah diketahui kebenarannya.
5. Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat
generalisasi.
Adalah kemampuan memodifikasi rumus ke dalam beberapa bentuk
sehingga mampu mewakili bentuk umumnya.
D. Kerangka Berpikir
Matematika merupakan suatu bahasa dan dalam pembelajarannya
syarat dengan simbol, lambang, grafik, gambar, maupun bagan.
Simbol-simbol atau lambang-lambang, grafik, tabel tersebut hendaknya
diinterpretasikan lebih dalam sehingga siswa mampu memikirkan makna
yang tersirat yang terkandung dalam lambang-lambang, grafik, atau tabel
tersebut. Dari makna di atas siswa dapat memberikan suatu ide atau gagasan
terkait dengan hasil dari mengiterpretasikan simbol tersebut.
Oleh karena itu, pembelajaran matematika hendaknya mampu
mengajak siswa utnuk berinteraksi secara aktif dengan anggota di kelas.
menyampaikan dan mengembangkan kemampuan bernalar siswa untuk
menyimpulkan dari data yang mereka peroleh.
Dalam pembelajaran kooperatif tipe Advance Organizers siswa harus
memiliki kesempatan yang sama dalam bernalar serta menyampaikan
ide-idenya, mengutarakan apa yang difikirkannya. Pelaksanaan pembelajaran
kooperatif tipe Advance Organizers dilakukan oleh siswa secara
berkelompok. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Advance Organizers,
siswa pertama diberi kerangka materi berupa ringkasan konsep-konsep
dasar apa yang akan dipelajari, dan hubungannya dengan materi yang telah
ada dalam struktur kognitif siswa. Hal ini dimaksudkan agar masing-masing
siswa dalam kelompok tersebut mampu mengkonstruk ide yang ada dalam
kerangka tersebut. Lalu siswa di dalam kelompok tersebut bertukar ide atau
gagasan lalu mengkonstruk bersama-sama karena kemampuan bernalar
masing-masing siswa berbeda-beda.
Dari penjelasan di atas, maka ada beberapa tahapan dalam
pembelajaran Advance Organizers. Tahap pertama adalah penyajian atau
presentasi Advance Organizers yang terdiri dari tiga aktivitas. Dalam tahap
ini guru guru mengklarifikasi tujuan-tujuan pembelajaran lalu guru
memberikan Organizers berupa kerangka materi kemudian siswa diberi
LKS agar siswa bisa lebih memahami.
Tahap kedua adalah penyajian tugas belajar. Pada tahap ini guru
meminta siswa untuk bekerja sama membaca pertanyaan dan memikirkan
Tahap ketiga adalah pengolahan kognitif. Dalam tahap ini guru
meminta perwakilan kelompok untuk maju mengerjakan hasil pekerjaannya
di depan kelas dan mempresentasikan, kemudian siswa lain menanggapi
jawaban tersebut. Karakteristik siswa yang cocok dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Advance Organizers ini adalah siswa secara
aktif dapat menggunakan kemampuan bernalarnya mengenai materi
matematika.
Pembelajaran kooperatif Advance Organizers ini menstimulus
kemampuan bernalar siswa. Kemampauan bernalar matematis adalah
kemampuan yang digunakan sebagai proses pencapaian kesimpulan logis
berdasarkan fakta dan sumber yang relevan. Kemampuan penalaran
matematis merupakan bagian dari kemampuan dasar yang harus dimiliki
siswa. Pembelajaran kooperatif tipe Advance Organizers dapat menjadikan
siswa secara aktif memberikan gagasan-gagasan yang dimiliki siswa, dapat
menggali potensi dan kompetensi yang terpendam yang dimiliki siswa.
Berdasarkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki model Advance
Organizers, model tersebut diduga memberikan kontribusi pengembangan
kemampuan penalaran matematis siswa, kemampuan penalaran matematis
peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model Advance
Organizers lebih baik daripada peserta didik yang mengikuti pembelajaran
dengan model pembelajaran langsung, serta aktivitas peserta didik yang
mengikuti pembelajaran dengan model Advance Organizers berpengaruh
E. Hipotesis
Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan dan kerangka
berfikir yang telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian
ini adalah ada pengaruh pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran
Advance Organizerss terhadap kemampuan penalaran matematis siswa