• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Peran - PERAN GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) DALAM MENUMBUHKAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK (Studi Kasus di SMP Negeri 2 Somagede) - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Peran - PERAN GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) DALAM MENUMBUHKAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK (Studi Kasus di SMP Negeri 2 Somagede) - repository perpustakaan"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Peran

Peran merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan karena adanya sebuah keharusan maupun tuntutan dalam sebuah profesi atau berkaitan dengan keadaan dan kenyataan. Jadi peran merupakan perilaku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang yang sesuai dengan kedudukanya dalam suatu sistem. Jadi peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat setabil (Fadil dkk, 2013: 3)

Perilaku individu dalam keseharianya hidup bermasyarakat berhubungan erat dengan peran. Karena peran mengandung hal dankewaiban yang harus dijalani seorang individu dalam bermasyarakat. Sebuah peran harus dijalankan sesuai dengan norma-norma yang berlaku juga di masyarakat. Seorang individu akan terlihat status sosialnya hanya dari peran yang dijalankan dari keseharianya.

B. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

1. Hakikat Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)

(2)

menanggapi usulan UNESCO agar setiap Negara Asia Pasifik memberikan bahan ajar yang mengarah kepada pembangunan karakter bangsa, maka salah satu bahan ajar adalah pendidikan kewarganegaraan, civic education, civic (Fadil dkk, 2013)

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dapat dikatakan merupakan bidang kajian keilmuan, program kurikuler dan aktifitas sosial-kultural yang bersifat multidimensional. Sifat multidimensional ini menyebabkan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dapat disikapi sebagai: pendidikan nilai dan moral, pendidikan kemasyarakatan, pendidikan kebangsaan, pendidikan kewarganegaraan, pendidikan politik, pendidikan hukum dan hak asasi manusia, serta pendidikan demokrasi (Buku Guru Kurikulum 2013, 2014: 1)

Di Indonesia, arah pembangunan Pendidikan Kewarganegaraan tidak boleh keluar dari landasan ideologi Pancasila, landasan konstitusional UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan landasan oprasional Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional. Selain itu, tidak boleh juga keluar dari koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan filosofi Bhineka Tunggal Ika. Itu sebabnya secara terminologi, Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia digunakan istilah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

(3)

dan tentu saja disesuaikan dengan kepentingan Negara. Pendidikan kewarganegaraan membicarakan tentang warganegara dan segala sesuatu yang ada hubunganya dengan wraga Negara, seperti hak dan kewajibanya, peran dan tanggung jawab sebagai warga Negara, dan peraturan-peraturan hukum yang berlaku dinegaranya. Itni dari pendidikan kewarganegaraan adalah nilai-nilai kemanusiaan : kesamaan, kebebasan, keadilan, solidaritas dan prinsip-prinsip pengelolaan hidup bernegara : partisipasi, transparasi atau keterbbukaan, tanggung jawab, pemberdayaan dan lain-lain (Fadil dkk, 2013)

Pendidikan kewarganegaraan membantu peserta didik untuk membentuk pola pikir dan pola sikap sebagai seorang warga Negara yang mencerminkan atau selaras dengan nilai-nilai kmemanusiaan. Termasuk dalam pembentukan watak atau karakter, karena pendidikan kewarganegaraan mencangkup nilai-nilai hidup yang khas dari masyarakat sekitar. (Fadil dkk, 2013)

2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

(4)

Kewarganegaraan dimaksudkan sebagai upaya membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945, semangat Bhineka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia (Buku Guru Kurikulum 2013, 2014: 1)

PP Nomor 32 Tahun 2013 pasal 77 ayat (1) huruf J menegaskan bahwa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam konteks nilai dan moral Pancasila, kesadaran berkonstitusi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, nilai dan semangat Bhineka Tunggal Ika, serta komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(5)

dimanfaatkan untuk menumbuhkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air sebagai wujud implementasi dan aktualisasi nilai-nilai Pancasila (Buku Guru Kurikulum 2013, 2014: 2)

Tujuan akhir dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah warga Negara yang cerdas dan baik, yakni warga negara yang bercirikan tumbuh kembangnya kecakapan, ketanggapan, kritisasi, dan kreativitas sosial dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara secara tertib, damai dan kreatif, sebagai cerminan dan pengejawantahan nilai, norma dan moral Pancasila. Para peserta didik dikondisikan untuk selalu bersikap kritis dan berperilaku kreatif sebagai anggota keluarga, warga sekolah, anggota masyarakat, warga Negara dan umat manusia dilingkunganya secara cerdas dan baik (Buku Guru Kurikulum 2013, 2014: 2)

Secara khusus, tujuan akhir dari PPKn yang berisikan beberapa aspek yang disebutkan diatas agar supaya peserta didik mampu:

a. Menampilkan karakter yang mencerminkan penghayatan, pemahaman, dan pengamalan nilai dan moral Pancasia secara personal dan social b. Memiliki komitmen konstitusional yang ditopang oleh sikap positif

dan pemahaman utuh tentang Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945

(6)

1945, semangat Bhineka Tunggal Ika dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia dan

d. Berpartisipasi secara aktif, cerdas dan bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat, tunas bangsa, dan warga Negara sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk siptaan Tuhan Yang Maha Esa yang hidup bersama dalam berbagai tatanan sosial budaya.

Dengan demikian PPKn lebih memiliki kedudukan dan fungsi sebagai berikut:

a. PPKn merupakan pendidikan nilai, moral/karakter dan kewarganegaraan khas Indonesia yang tidak sama sebangun dengan civic education di USA, citizenship education di UK, talimatul muwatanah di Negara-negara timur tengah, education civicas di Amerika Latin.

b. PPKn sebaggai wahana pendidikan nilai, moral/karakter Pancasila dan pembangunan kapasitas psikososial kewarganegaraan Indonesia sangat koheren (runtut dan terpadu) dengan komitmen pengembngan watak dan peradaban bangsa yang bertanggung jawab sebagaimana termaktub dalam Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003.

C. Guru

1. Pengertian Guru

(7)

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Zaenal Aqib, 2013: 10)

2. Peran dan Tugas Guru

Pada umumnya tugas kewajiban guru yang utama adalah mendidik (mengajar). Tetapi agar tugas tersebut mampu mencapai tujuanya yakni tujuan pendidikan, guru harus melibatkan diri dalam masalah menejemen.

Dalam buku Pedoman Administrasi yang diterbitkan Dep. P&K (Suryosubroto, 2004: 170) tertulis tugas dan tanggung jawab guru adalah:

a. Menguasai program pengajaran (garis-garis besar program) b. Menyusun program kegiatan mengajar

c. Menyusun model satuan pelajaran dan pembagian waktu

d. Melaksanakan tata usaha kelas, antara lain pencatatan data murid dll

Dalam bidang menejemen murid, guru mempunyai tugas: a. Menjadi panitia penerimaan murid baru

b. Mempertimbangkan syarat kenaikan kelas atau kelulusan c. Menyusun tata tertib sekolah

d. Membanntu mengawasi serta membimbing murid.

(8)

Depdiknas (Tutik dkk, 2013: 13) menyatakan bahwa guru memiliki peran yang sangat penting sebagai berikut :

“guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Guru yang professional diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas (dalam hal ini peserta didik”.

Salah satu tugas yang dilksanakan guru di sekolah adalah memberikan pelayanan kepada peserta didik agar mereka menjadi peserta didik yang selaras dengan tujuan sekolah. Guru mempengaruhi berbagai aspek kehidupan baik sosial, ekonomi maupun budaya. Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan faktor utama yang bertugas sebagai pendidik. Guru harus bertanggung jawab atas hasil belajar anak (Tutik dkk, 2013: 14). Di samping peran sebagai pengajar, guru juga berperan sebagi pembimbing. Artinya memberikan bantuan kepada setiap indvidu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimal terhadap sekolah.

Oemar Hamalik (Tutik dkk, 2013: 15) juga berpendapat bahwa bimbingan adalah sebagai berikut:

“bimbingan adalah proses pemberian bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melaksanakan penyesuaian diri secara maksimal terhadap sekolah, keluarga serta masyarakat”.

Sehubungan perananya sebagai pembimbing, seorang guru harus melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Mengumpulkan data tentang peserta didik.

(9)

c. Mengenal para peserta didik yang memerlukan bantuan khusus

d. Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orang tua peserta didik, baik secara individu maupun kelompok, untuk memperoleh saling pengertian tentang pendidikan anak

e. Bekerjasama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga lainya untuk membantu memecahkan maslah peserta didik

f. Membuat catatan sikap peserta didik, serta menyikapinya dengan baik g. Menyelenggarakan bimbingan kelomok ataupun individu

h. Bekerjasama dengan petugas-petugas bimbingan lainya untuk membantu memecahkan masalah pserta didik

i. Menyusun program bimbingan sekolah dengan petugas bimbingan lainya

(10)

Oemar Hamalik (Tutik dkk, 2013: 10) karakteristik atau sifat-sifat guru yang baik dalam pandangan peserta didik meliputi:

“demokratis, suka bekerja sama (kooperatif), baik hati, sabar, adil, konsisten, bersifat terbuka, suka menolong, ramah tamah, suka humor, memiliki keaneragaman minat fleksibel, menaruh minat yang baik terhadap peserta didik”.

Sedangkan Leo R. Sandy, 2004 (Tutik dkk 2013: 15) menguraikan beberapa dimensi kemampuan dan sikap yang membentuk karakteristik guru PPKn. Setidaknya ada 11 karakteristik guru efektif sebagai berikut:

a. Menjadi a learner (pembelajar) b. Menjadi a leader (pemimpin)

c. Menjadi a provocateur (provokator dalam arti positif) d. Menjadi a stranger (pengelana)

e. Menjadi a innovator (inovator)

f. Menjadi a comedian/entertainment (menjadi pelawak/penghibur)

g. Menjadi a coach or guide (pelatih atau pembimbing)

h. Menjadi a genuine being or humanist (menjadi sejati atau seorang humanis)

i. Menjdai a optimist or idealist (orang yang optimis atau idealis) j. Menjadi a collaborator (kolaborator atau orang yang suka

bekerja sama)

k. Menjadi a revolusioner (berfikiran maju atau revolusioner)

Berdasarkan model karakteristik guru efektif yang dikemukakan beberapa ahli maka berbagai indikator guru efektif yang dikemukakan Suparlan (Tutik dkk, 2013: 12) sebagai berikut:

a. Adil dalam tindakan dan perlakuanya b. Menjaga perawakan dan cara berpakaian

c. Menunjukan rasa simpati terhadap setiap pelajar d. Mengajar mengikuti kemampuan pelajar

e. Penyayang

(11)

g. Memberi semangat pada siswanya

h. Menggunakan berbagai kaidah dan pendekatan dalam pengajaranya

i. Taat pada etika profesionalismenya j. Cerdas

k. Mampu berhubungan secara efektif

l. Tidak garang, pemarah, suka membandel, membesarkan diiri, sombong, angkuh dan susah menerima pelajaran dari orang lain m. Memiliki sikap kejenakaan dan mau menerima jenaka dari

siswa-siswanya

n. Berpengetahuan serta senantiasa berusaha menambah pengetahuanya mengenai perkembangan terbaru terutama dalam bidang pendidikan.

Dari beberapa uraian guru efektif diatas, pada dasarnya yang paling penting adalah bahwa guru harus bisa memberikan sikap contoh perilaku yang baik kepada muridnya dari aspek efektifitas guru yang dimilikinya.

3. Kompetensi Guru

Kompetensi dipandang perlu sebagai bagian atau komponen yang tidak terpisahkan dari eksistensi guru dalam melaksanakan profesinya, sebab pekerjaan guru tidak gampang dan tidak sembarangan dilaksanakan melainkan harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai pendukung dan penujang pelaksanaan profesi (Tutik dkk, 2013: 77).

(12)

pertama kompetensi paedagogik adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagi potensi yang dimilikinya, kedua kompetensi kepribadian adalah karakteristik pribadi yang harus dimiliki guru sebagai individu yang mantap, stabil, dewasa arif, dan berwibawa, menjadi tauladan bagi peserta didik, dan ber akhlak mulia, ketiga kompetensi professional adalah kemampuan guru memungkinkan mereka membimbing peserta didik dalam mengasakan materi yang diajarkan, keempat kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk bergaul dan berkomunikasi secara efektif, berinteraksi dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar (Tutik dkk, 2013: 77)

Berdasarkan PP No. 74 Tahun 2008 Pasal 3 ayat (5) tentang kompetensi kepribadian, yaitu dimana guru diharapkan sekurang-kurangnya memiliki kompetensi kepribadian yang mencakup kepribadian: a. Beriman dan bertakwa

(13)

h. Dewasa i. Jujur j. Sportif

k. Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat l. Secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri dan m. Mengembangkan diri secara mandiri dan bekelanjutan

Diharapkan dengan adanya dan dikuasainya kompetensi kepribadian dalam PP No.74 Tahun 2008 Pasal 3 ayat (5) tersebut, guru bisa mencerminkan dan mencotohkan kepada peserta didiknya tentang sikap perilaku yang memang harus dilakukan untuk dapat menjadilkan sosok warga Negara yang baik. Terlebih khusus untuk guru PPKn diharapkan secara aktif dan kreatif dapat menumbuhkembangkan nilai-nilai Pancasila dalam bersikap dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.

D. Kedisiplinan

1. Pengertian Kedisiplinan

Istilah disiplin berasal dari bahasa latin “Disciplina” yang menunjuk

pada kegiatan belajar dan mengajar. Istilah tersebut sangat dekat dengan istilah dalam bahasa Inggris “Disciple” yang berarti mengikuti orang untuk

(14)

berarti: tertib, taat atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri, kendali diri, latihan membentuk, meluruskan atau menyempurnakan sesuatu, sebagai kemampuan mental atau karakter moral, hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki, kumpulan atau sistem peraturan-peraturan bagi tingkah laku (Tulus Tu’u, 2004: 30-31).

Dengan demikian, disiplin merupakan bagian dari tata tertib dan saling berkaitan. Tata tertib merupakan kepatuhan seseorang dalam mengikuti atau tata tertib karena didorong atau disebabkan oleh sesuatu yang datang dari luar, sedangkan disiplin merupakan kesadaran yang datang dari dalam diri sebagai dorongan mematuhi tata tertib.

The Liang Gie (Tutik dkk, 2013: 37) memberikan pengertian disiplin sebagai berikut,

“disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang bergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peratura yang telah ada dengan rasa senang”.

Sedangkan Good’s, 1959 dalam Dictionary of Education (Tutik dkk, 2007: 38) mengartikan disiplin sebagai berikut:

a. Disiplin adalah proses atau hasil penghargaan atau pengendalian keinginan, dorongan atau kepentingan guna mencapai maksud atau mencapai tindakan yang lebih baik

b. Disiplin adalah mencari tindakan terpilih dengan ulet, aktif dan diarahkan sendiri, sekalipun menghadapi rintangan

c. Disiplin adalah pengendalian perilaku secara langsung dan otoriter dengan hukuman atau hadiah

(15)

Dari beberapa pengertian disiplin di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah ketaatan dan ketepatan pada suatu aturan yang dilakukan secara sadar tanpa adanya dorongan atau paksaan pihak lain atau suatu keadaan dimana sesuatu itu berada dalam tertib, teratur dan semestinya serta tiada suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung maupun tidak langsung

Menurut F.W. Foster (Doni Koesuma), terkait dengan disiplin sekolah diartikan sebagai berikut:

“disiplin sekolah merupakan keseluruhan ukuran bagi tindakan-tindakan yang menjamin kondisi-kondisi moral yang diperlukan sehingga proses pendidikan berjalan lancar dan tidak terganggu”.

Disiplin sekolah dapat membuahkan hasil yang sangat bermanfaat, yang hanya mungkin dicapai bila dikaitkan dengan batasan-batasan tertentu. Tetntusaja dalam aspek utamanya kehidupan kelas harus ditetapkan dengan tegas (Emile Durkheim, 1990: 107).

(16)

membentuk disiplin sekolah. Melalui praktik disiplin sekolah inilah dapat ditanamkan semangat disiplin dalam diri peserta didik.

2. Tujuan Disiplin

Tujuan disiplin menurut Arikunto, S (Tutik dkk, 2013: 38) yang berkaitan dengan kegiatan sekolah diartikan sebagai berikut, yaitu:

“agar kegiatan sekolah dapat berlangsung secara efektif dalam suasana tenang, tentram dan setiap guru beserta karyawan dalam organisasi sekolah merasa puas karena terpenuhi kebutuhanya”.

Depdikbud (Tutik dkk, 2013: 38) menyatakan bahwa tujuan disiplin dibagi menjadi dua bagian yaitu:

a. Tujuan umum adalah agar terlaksananya kurikulum secara baik yang menunjang peningkatan mutu pendidikan

b. Tujuan khusus yaitu (1). agar kepala sekolah dapat menciptakan suasana kerja yang menggairahkan bagi seluruh peserta warga sekolah, (2). agar guru dapat melaksanakan proses belajar mengajar seoptimal mungkin dengan semua seumber yang ada di sekolah maupun diluar sekolah, (3). agar tercipta kerja sama yang erat antar sekolah dan orang tua dan sekolah dengan masyarakat untuk mengeban tugas pendidikan.

(17)

dikelas sangat membantu upaya membelajarkan peserta didik kea rah yang lebih baik. Kedisiplinan bagi para guru merupakan bagian yang tidak teerpisahkan dalam melaksanakan tugas daan kewajibanya. Dengan demikian kedisiplinan seorang guru menjadi tuntutan yang sangat penting untuk dimiliki dalam upaya menunjang dan meningkatkan kinerja dan disisi lain yang sangat penting adalah akan memberikan tauladan bagi siswa bahwa disiplin sangat penting bagi siapapun apabila ingin sukses.

Hal tersebut dipertegas Imron 1995 (Tutik dkk, 2013: 29) yang menyatakan bahwa:

“disiplin kinerja guru merupakan suatu keadaan tertib dan teratur yang dimiliki guru dalam bekerja disekolah, tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap dirinya, teman sejawatnya dan terhadap sekolah secara keseluruhan”.

(18)

konsekuensi dari perbuatan itu haruslah dapat dipertanggung jawabkan (Tutik dkk, 2013: 39)

Penerapan model disiplin diatas diikuti dengan teknik-teknik alternatif pembinaan disiplin guru yaitu: (1). Pembinaan dengan teknik eksternal control yaitu pembinaan yang dikendalikan dari luar, (2). Pembinaan dengan teknik internal control yaitu diupayakan agar guru dapat mendisiplinkan dirinya sendiri. Guru disadarkan antar pentingnya disiplin, (3). Pembinaan dengan teknik cooperative control yaitu pembinaan yang menuntut adanya saling kerja sama antara guru dengan orang yang membina dalam menegakan disiplin.

Perilaku disiplin dalam kaitan dengan kinerja guru sangat erat hubunganya karena hanya dengan kedisiplinan yang tinggilah pekerjaan dapat dilakukan sesuai dengan aturan-aturan yang ada. Untuk itu dalam upaya mencegah terjadinya indisipliner perlu ditindak lanjuti dengan peningkatan kesejahteraan guru, memberi ancaman, telada kepemimpinan, melakukan tindakan korektif, memelihara tata tertib, memajukan pendekatan positif terhadap disiplin, pencegahan dan pengendalian diri. Hal tersebut dipertegas oleh Nainggolan (Tutik dkk, 2013: 40) bahwa, upaya untuk menegakan disiplin antara lain memajukan tindakan positif, pencegahan dan penguasaan diri, memelihara tata tertib.

(19)

guru kearah yang lebih baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Kondisi ini tentunya bukan saja berpengaruh pada pribadi guru itu sendiri dan tugasnya, akan tetapi yang paling penting akan berimbas terhadap komponen lain sebagai suatu contoh, cerminan dan acuan bagi peserta didik dan untuk menjalankan tugas dengan lebih baik dan menghasilkan hasil yang memuaskan.

E. Pengertian Tata Tertib

Menurut instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal: 1 Mei 1974, No. 14/U/1974 (Suryosubroto, 2004: 81) “tata tertib sekolah ialah

ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan sekolah sehari-hari dan mengandung sanksi terhadap pelanggarnya”. Tata tertib sekolah berperan

sebagai pedoman perilaku siswa, sebagaimana yang dikemukakan oleh Harlock (Arifatul dkk, 2014: 3) bahwa “peraturan berfungsi sebagai

sumber motivasi untuk bertindak sebagai harapan sosial”. Peraturan juga

merupakan salah satu hal disiplin untuk berperilaku. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Harlock (Arifatull dkk, 2014: 3) yaitu:

(20)

Tata tertib murid adalah bagian dari tata tertib sekolah, disamping itu masih ada tata tertib guru dan tata tertib tenaga administratif (Suryosubroto, 2004, 82). Kewajiban menaati tata tertib sekolah adalah hal yang penting sebab merupakan bagian dari sitem persekolahan dan bukan sekedar sebagai kelengkapan sekolah.

Pada dasarnya, tata tertib untuk murid adalah sebagi berikut: a. Tugas dan kewajiban dalam kegiatan intra sekolah:

1.) Murid harus datang di sekolah sebelum pelajaran dimulai

2.) Murid harus sudah siap menerima pelajaran sesuai dengan jadwal sebelum pelajaran dimulai

3.) Murid tidak dibenarkan tinggal didalam kelas pada saat jam istirahat, kecuali jika keadaan tidak memungkinkan misalnya hujan 4.) Murid boleh pulang ketika pelajaran telah selesai

5.) Murid wajib menjaga kebersihan dan keindahan sekolah

6.) Murid wajib berpakaian sesuai dengan yang ditetapkan oleh sekolah

7.) Murid harus juga memperhatikan kegiatan ekstrakurikuler b. Larangan-larangan yang harus diperhatikan:

1.) Meninggalkan sekolah atau jam pelajaran tanpa izin dari kepala sekolah atau guru yang bersangkutan

2.) Merokok di sekolah

(21)

c. Sanksi bagi murid dapat berupa 1.) Peringatan lisan secara langsung

2.) Peringatan tertulis dengan tembusan orang tua 3.) Dikeluarkan sementara

4.) Dikeluarkan dari sekolah

Dalam praktinya, aturan tata tertib yang bersumber dari instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut perlu dijabarkan atau diperinci sejelas-jelasnya dan disesuaikan dengan kondisi sekolah agar mudah dipahami oleh murid.

F. Peran guru dalam mendisiplinkan peserta didik.

Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian materi pembelajaran, tetapi lebih dari itu, guru harus membentuk kompetensi dan pribadi peserta didik. Oleh karena itu, guru harus senaantiasa mmengawasi perilaku peserta didik, terutama pada jam sekolah, agar tidak terjadi penyimpangan perilaku atau tindakan yang indisiplin. Untuk kepentingan tersebut, dalam rangka mendisiplinkan peserta didik guru harus mampu menjadi, pembimbing, contoh atau tauladan, pengawas, dan pengendali seluruh perilaku peserta didik (Mulyasa, 2011: 173).

(22)

perilaku disiplin yang baik kepada peserta didik, karenabagaimana peserta didik akan berdisiplin kalau gurunya tidak menunjukan sikap disiplin. Sebagai pengawas, guru harus senantiasa mengawasi seluruh perilaku peserta didik, terutama pada jam-jam efektif sekolah, sehingga kalu terjadi pelanggaran terhadap disiplin dapat segra diatasi. Sebagai pengendali, guru harus mampu mengendalikan seluruh perilaku peserta diddik disekolah. Dalam hal ini guru harus mampu secrara efektif menggunakan alat pendidikan secara tepat waktu dan tepat sasaran, baik dalam memberikan hadiah maupun hukuman terhadap peserta didik.

Dalam menanamkan disiplin, guru bertanggungjawab mengarahkan, dan berbuat baik, menjadi contoh, sadar dan penuh perhatian. Guru harus mampu mendisiplinkan peserta didik dengan kasih sayang, terutama disiplin diri (self-discipline). Untuk kepentingan tersebut, guru harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Membantu peserta didik mengembangkan pola perilaku untuk dirinya, 2. Membantu peserta didik meningkatkan standar perilakunya, 3. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat untuk menegakan disiplin. Menurut (Mulyasa, 2011: 172-173) untuk mendisiplinkan peserta didk dengaan berbagai strategi tersebut, guru harus mempertimbangkan berbagai situasi, dan perlu memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, guru dituntut untuk melakaukan hal-hal sebagai berikut:

(23)

2. Mempelajari nama-nama peserta didik secaraa langsung, misalnya melaui daftar hadir di kelas

3. Mempertimbangkan lingkungan sekolah dan lingkungan poeserta didik 4. Memberikan tugas yang jelas, dapat dipahami, sederhana dan tiddak

bertele-tele

5. Menyiapkan kegiatan sehari-hari agar apa yang dilakukan

6. Berdiri didekat pintu pada waktu mulai pergantian pelajaran agar peserta didik tetap berada dalam posisinya sampai pelajaran berikutnya dimulai

7. Bergairah dan semangat dalam melakukan pembelajaran, agar dijadikan teladan oleh peserta didik

8. Berbuat sesuatu yang bervariasi, jangan monoton, sehingga membantu disiplin dan gairah belajar peserta didik

9. Menyesuaikan ilustrasi dan argumentasi dengan kemampuan dan pemahaman peserta didik, jangan memakasakan peserta didik sesuai dengan pemahaman guru, atau mengukur peserta didik dari kemampuan gurunya

(24)

Berdasarkan peran guru diatas, maka peran guru dalam menumbuhkan kedisiplinan peserta didik adalah guru sebagai pribadi, orang tua, model dan teladan serta sebagai penasihat.

1. Guru sebagai pribadi

Menurut Mulyasa, 2011: 2014 “sebagai individu yang berkecimpung

dalam pendidikan, guru harus mempunyai kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik”. Tuntutan akan kepribadian sebagai

pendidik kadang-kadang dirasakan lebih berat dari profesi lainya. Ungkapan yang sering dikatakan adalah bahwa “guru bisa digugu dan

ditiru”. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru

bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani. Guru sering dijadikan panutan oleh masyarakat, untuk itu guru harus mengenal nilai-nilai yang dianut dan berkembang di masyarakat tempat melaksanakan tugas dan tempat tinggal. Secara nasional, nilai-nilai tersebut sudah dirumuskan, tetapi barangkali masih ada nilai tertentu yang belum terwadahi dan harus dikenaloleh guru, agar dapat melestarikanya dan berniat untuk tidak berperilaku yang bertentangan dengan nilai tersebut.

2. Guru sebagai orang tua

(25)

keluarga, dalam arti luas sekolah merupakan keluarga, guru berperan sebagai orang tua bagi peserta didiknya. Sebagai orang tua tentunya guru harus dapat memberikan kasih sayang kepada peserta didiknya. Berkaitan dengan disiplin peserta didik, guru juga harus mendidiplinkan peserta didik dengan kasih sayang dan harus ditujukan untuk membantu mereka menemukan diri, mengatasi, mencegah timbulnya masalah disiplin, dan berusaha menciptakan situasi yang menyenangkan sehingga mereka mentaati peraturan yang telah ditetapkan. Disiplin dengan kasih sayang dapat merupakan bantuan kepada peserta didik agar mereka mampu berdiri sendiri (help for self help). Mendisiplinkan peserta didik dengan kasih sayang dapat dilakukan secara demokratis yakni dari, oleh dan untuk peserta didik, sedangkan guru tut wuri handayani.

3. Guru sebagai model dan teladan

(26)

tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkunganya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. sehubungan dengan itu, beberapa hal dibawah ini perlu mendapat perhatian dan bila perlu didiskusikan para guru

a. Sikap dasar: postur psikologis yang akan Nampak dalam masalah-masalah penting, seperti keberhasilan, kegagalan pembelajaran, kebenaran, hubungan antar manusia, agama, permainan dan diri

b. Bicara dan gaya bicara: penggunaan bahasa sebagai alat berpikir

c. Kebiasaan bekerja: gaya yang akan dipakai oleh setiap orang dalam bekerja yang akan mewarnai kehidupanya

d. Sikap melalui pengalaman dan kesalahan: pengertian hubungan antara luasnya pengalaman dan nilai serta tidak mungkinya mengelak dari kesalahan

e. Pakaian: merupakan perlengkapan pribadi yang amat penting dan menampakan ekspresi seluruh kepribadian

f. Hubungan kemanusiaan: diwujudkan dalam semua pergaulan manusia, intelektual, moral, keindahan, terutama bagaimana berperilaku

g. Proses berpikir: cara yang digunakan oleh pikiran dalam menghadapi dan memecahkan masalah

h. Perilaku neurotis: suatu pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri dan bisa juga untuk menyakiti orang lain i. Selera: pilihan yang secara jelas merefleksikan nilai-nilai yang

dimiliki oleh pribadi yang bersangkutan

j. Keputusan: keterampilan rasional dan intuitif yang dipergunakan untuk menilai setiap situasi

k. Kesehatan: kualitas tubuh, pikiran dan semangat yang merefleksikan kekuatan, prespektif, sikap tenang, antusias dan semangat hidup

l. Gaya hidup secara umum: apa yang dipercaya oleh seseorang tentang setiap aspek kehidupan dan tindakan untuk mewujudkan kepercayaan itu.

(27)

contoh-contoh yang diekspresikan oleh guru sendiri dalam menjalankan pekerjaanya sehari-hari.

4. Guru sebagai Penasehat

(28)

G. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian peneliti adalah “Peran Guru

PKn dalam Membentuk Karakter Disiplin Peserta Didik” (Arifatul

Chasanah, 2014). Jika dihubungkan dengan penelitian peneliti, maka kesimpulanya:

Guru PKn sebagai pemegang peranan penting dalam membentuk karakter disiplin siswa mempunyai tiga peran penting. Yang pertama, adanya keteladanan yang baik dari guru PKn. Kedua, memberikan dorongan beserta motivasi kepada siswa tentang arti penting disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, memberikan pendidikan karakter kepada siswa dalam pembelajaran Pkn. Untuk melaksanakan semua itu, guru PKn harus menjalankan peranya dengan baik dalam membentuk karakter disiplin siswa disekolah. Hal tersebut ditunjang dengan adanya peraturan sekolah yang menerapkan sanki point terhadap pelanggaran kedisiplinan.

Selain itu peneliti mengambil salah satu penelitian relevan yang lain dengan judul “Peran Guru PKn dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa” (Ricky Jungjunan, 2012) yang kesimpulanya:

(29)

H. Kerangka berpikir

Banyaknya pelanggaran kedisiplinan yang dilakukan oleh peserta didik SMP Negeri 2 Somagede

Peran Guru PPKn dalam menumbuhkan kedisiplinan peserta didik SMP Negeri 2 Somagede

Pribadi Orang Tua Model dan

Teladan

Penasihat

Hasil yang diharapkan Peserta Didik SMP N 2 Somagede lebih berdisiplin dan tindakan indisipliner dapat diminimalisir

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Warna kain hasil pencelupan ekstrak warna biji alpukat memberikan perubahan warna pada kain yang cukup signifikan pada setiap menitnya, membuat hasil akhir kain menjadi gelap

Group efficacy tinggi berarti setiap individu selalu bertindak yang dapat meberikan keuntungan yang positif bagi kelompok dan seriap individu memliki kepercayaan

Segala puji bagi Allah Karena rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan yang berjudul: Tinjauan Sosiologis Upacara Resik

Banyak kebijakan digulirkan pemerintah terkait dengan upaya pengembangan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan, di antaranya melalui uji kompetensi awal (UKA),

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi tepung beras hitam dan tepung beras putih pada roti tawar terhadap sifat fisikokimiawi,

Dari hasil penelitian, kelompok perlakuan II dengan pemberian sari buah salak pondoh dosis 25 ml/kg BBg/kg BB dan kelompok perlakuan III dengan sari buah salak pondoh dosis 50

Hasil penelitian ditemukan bahwa 9 subjek penelitian mengalami PTO yang secara keseluruhan berupa masalah terkait efektivitas terapi (100%) terjadi akibat adanya kombinasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja pemerintah daerah Kota Karanganyar pada tahun 2011-2014 ditinjau dari rasio kemandirian, rasio efektivitas, rasio