• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI - Rizky Amelia BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI - Rizky Amelia BAB II"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Medis

1. Kehamilan

a. Definisi

Kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan

terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan

pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan

plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba,

2010). Menurut Federasi Obstetri Ginekologi International, kehamilan

didefinikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan sel

ovum dan dilanjutkan dengan nidasi dan implantasi (Prawirohardjo,

2010).

b. Proses Kehamilan

1) Pembuahan (Konsepsi=Fertilisasi)

Pembuahan adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dan

spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampula tuba. Fertilisasi

meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi spermatozoa dan

ovum, diakhiri dengan fusi materi genetik (Prawirohardjo, 2010).

Pembuahan (Konsepsi=fertilisasi) adalah suatu peristiwa penyatuan

(2)

Pada coitus (persetubuhan) air mani terpancar ke dalam ujung

atas dari vagina sebanyak ±3cc. Dalam air mani terdapat spermatozoa

(sel-sel mani) sebanyak ±100-200 juta tiap cc. Ovum yang dilepaskan

oleh ovarium disapu oleh mikrofilamen fimbria infundibulus tuba ke

arah ostium tuba abdominalis, dan disalurkan terus ke arah medial.

Ovum dilingkari oleh zona pelusida. Ovum hanya dilingkari oleh

zona pelusida ketika berada dekat pada pembatasan ampula dan

ismus tuba, tempat pembuahan umumnya terjadi. Hanya satu

spermatozoa yang memiliki kemampuan (kapasitas) untuk membuahi

dan pada spermatozoa ditemukan peningkatan konsentrasi DNA di

nukleusnya, dan kaputnya lebih mudah menembus dinding ovum

yang oleh karena diduga dapat melepaskan hialuronidase

(Prawirohardjo, 2010).

Spermatozoa yang telah masuk ke vitelus kehilangan nukleusnya,

yang tinggal hanya pronukleusnya, sedangkan ekor spermatozoa dan

mitrokondrianya berdegenerasi. Itulah sebabnya mitokondria pada

manusia berasal dari ibu (maternal) (Mochtar, 2012).

2) Nidasi

Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke

dalam endometrium (Mochtar, 2012). Pada hari keempat hasil

konsepsi mencapai stadium blastula disebut blastokista (blastocyst),

(3)

dalamnya disebut massa inner cell. Massa inner ini berkembang

menjadi janin dan tofoblas akan berkembang menjadi placenta.

Nidasi diatur oleh suatu proses yang kompleks anatara trofoblas dan

endometrium. Dalam tingkat nidasi, trofoblas antara lain

menghasilkan hormon human chorionic gonadotropin

(Prawirohardjo, 2010).

3) Plasenta

Plasenta adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta.

Setelah nidasi embrio ke dalam endometrium, plasenta dimulai. Pada

manusia plasenta berlangsung sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi

(Prawirohardjo, 2010). Plasenta memiliki tiga fungsi yaitu sebagai

organ metabolisme, sebgai organ yang melakukan transfer dan organ

endokrin yang berperan dalam sintesis, produksi dan sekresi baik

hormon protein maupun hormon steroid (Varney, 2007). Darah ibu

dan janin dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan

korion (Prawirohardjo, 2010).

c. Diagnostik kehamilan

Menurut Mochtar (2012) Diagnostik kehamilan meliputi :

1) Tanda dan gejala Kehamilan

Tanda dan gejala pada kehamilan antara lain :

a) Tanda Persumptif

(4)

(1) Amenorea

(2) Mual muntah

(3) Mengidam

(4) Pingsan

(5) Tidak ada selera makan (anoreksia)

(6) Lelah (fatigue)

(7) Payudara membesar

(8) Miksi sering

(9) Konstipasi

(10) Pemekaran vena-vena (varises)

b) Tanda mungkin kehamilan

Tanda mungkin hamil yaitu :

(1) Perut membesar

(2) Uteru membesar, terjadai perubahan bentuk, besar dan

konsistensi rahim

(3) Tanda Hegar: ditemukan serviks dan ishmus uteri bimanual

saat kehamilan 4-6 minggu

(4) Tanda Chardwick: perubahan warna menjadi kebiruan yang

terlihat diporsio, vagina dan labia. Tanda tersebut timbul

(5)

(5) Tanda Piskacek: pembesaran dan pelunakan rahim ke salah

satu sisi rahim yang berdekatan dengan tuba uterina. Biasanya

tanda ini ditemukan diusia kehamilan 7-8 minggu.

(6) Kontraksi kecil uterus jika dirangsang : Braxon-Hick

(7) Teraba Ballotement

(8) Reaksi kehamilan positif

c) Tanda pasti kehamilan

Tanda pasti hamil yaitu :

(1) Gerakan janin yang dapat dilihat, diraba atau dirasa, juga

bagian-bagian janin

(2) Denyut jantung janin

(a) Didengar dengan stetoskop

(b) Dicatat dan didengar dengan alat Doppler

(c) Dicatat dengan feto-elektrokondiagram

(3) Dilihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen

d. Diagnostik Banding Kehamilan

Menurut Mochtar (2012) daignosa banding kehamilan meliputi :

1) Hamil palsu (Pseudocyesis= kehamilan spuria)

Gejala dapat sama dengan kehamilan. Namun, pada

pemeriksaan uterus tidak membesar, tanda-tanda kehamilan lain dan

(6)

2) Mioma Uteri

Perut dan rahim membesar, tetapi pda perabaan, rahim terasa

padat kadnagkala berbenjol-benjol. Tanda kehamilan negatif dan

tidak dijumpai tanda kehamilan lainnya.

3) Kista ovarium perut membesar, bahkan makin bertambah besar,

tetapi pada pemeriksaan dalam, rahim teraba sebesar biasa. Reaksi

kehamilan negatif

4) Kandung kemih penuh dan terjadi retensi urin. Pada pemasangan

kateter, keluar banyak urin

5) Hematometra

Uterus membesar karena terisi darah yang disebabkan himen

imperforeta, stenosis vagina/serviks.

e. Pemeriksaan Kehamilan

Menurut Mochtar (2012) pemeriksaan kehamilan terdiri atas :

1) Anamnesa

a) Identitas istri-suami

b) Anamnesa khusus

(1) Keluhan, makan, tidur, miksi, defekasi, perkawinan dan

sebagainya.

(2) Menstruasi, HPHT

(7)

(3) Tentang kehamilan, persalinan, keguguran, dan kehamilan

mola sebelumnya

2) Inspeksi dan pemeriksaan fisik

a) Diagnostik

Pemeriksaan seluruh tubuh secara baik dan legeartis,

tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan, jantung, paru, dan

sebagainya.

b) Perkusi

` Perkusi adalah pemeriksaan dengan cara mengetuk

permukaan badan dengan perantara jari tangan, untuk

mengetahui keadaan organ-organ didalan tubuh (Walyani,

2015).

c) Palpasi

Palpasi adalah pemeriksaan dengan perabaan,

menggunakan rasa propioseptif ujung jari dan tangan (Walyani

(2015). Palpasi perut untuk menentukan :

(1) Besar dan konsistansi janin

(2) Bagian janin, letak dan presentasi

(3) Gerakan janin

(8)

Cara lain menentukan usia kehamilan menurut Mochtar (2012) :

(1) Dihitung dari tanggal haid terakhir

(2) Ditambah 4,5 bulan dari waktu ibu merasakan gerakan janin hidup “feeling file” (quickening)

(3) Menurut Spiegelberg : dengan jalan mengukur tinggi fundus

uteri dan simfisis, diperoleh tabel :

22-28 mgg 24-25 cm diatas simfisis

28 mgg 26,7 cm diatas simfisis

30 mgg 29,5-30 cm diatas simfisis

32 mgg 29,5-30 diaats simfisis

34 mgg 31 cm diatas simfisis

36 mgg 32 cm diatas simfisis

38 mgg 33 cm diatas simfisis

40 mgg 37,7 cm diatas simfisis

(4) Mac Donald : modifikasi cara spiegelberg, yaitu jarak fundus-simfisis dalam cm dibagi 3,5 merupakan tuanya

kehamilan dalam bulan.

(5) Menurut Ahlfeld: “ukuran kepala-bokong” 0,5 panjang anak

sebenernya, jika jarak kepala-bokong janin adalah 20 cm,

tua kehamilan adalah 8 bulan.

(6) Rumus Johnson-Tausak: BB= (mD-12)x155

(9)

d) Auskultasi

Auskultasi merupakan pemeriksaan mendengarkan suara

dalam tubuh menggunakan alat (Walyani, 2015). Digunakan

stetoskop monoaural untuk mendengarkan denyut jantung janin,

yang dapat didengar adalah:

(1) Dari janinnya

(a) DJJ pada bulan ke 4-5

(b) Bising tali pusat

(c) Gerakan dan tendangan janin

(2) Dari ibu

(a) Bising rahim (uterine souffle)

(b) Bising aorta

(c) Peristaltik usus (Mochtar, 2012)

f. Perubahan Anatomi Dan Fisiologis Pada Perempuan Hamil

Menurut Prawirohardjo (2010) perubahan anatomi dan fisiologi pada

perempuan hamil meliputi :

1) Sistem Reproduksi

a) Uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan

melindungi hasil konsespsi (janin, plasenta, amnion) sampai

persalinan.. Selama kehamilan uterus akan berubah menjadi suatu

(10)

aminion rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai

51 bahkan dapat mencapai 201 atau lebih dengan berat rata-rata

1100g.

b) Serviks

Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak

dan kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan

vaskularisasi dan terjadinya edema seluruh serviks.

c) Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan berhenti dan pematangan

folikel baru juga ditunda. Hanya satu karpus luteum yang dapat

ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama

6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu berperan sebagai

penghasil progesteron dalamjumlah yang relatif minimal.

d) Vagina dan perineum

Kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia terlihat

jelas pada kulit dan otot perineum dan vulva, sehingga pada vagina

akan terlihat berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda

Chadwick.

e) Payudara

Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya

(11)

ukurannya dan vena-vena dibawah kulit akan lebih terlihat. Puting

akan lebih besar, kehitaman dan tegak.

2) Sistem Kardiovaskular

Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan perubahan

in terjadi untuk mengurangi resistensi vaskular sistemik. Selain itu,

juga terjadi peningkatan denyut jantung. Anatar minggu ke-10 dan 20

terjadi peningkatan volume plasma sehingga terjadi juga peningkatan

preload.

3) Sistem Respirasi

Frekuensi pernafasan hanya mengalami sedikit perubahan selama

kehamilan, tetapi volume tidal, volume ventilasi permenit dan

pengambilan oksigen permenit akan bertambah secara signifikan

pada kehamilan lanjut. Perubahan ini akan mencapai puncaknya pada

minggu ke-37 dan akan kembali hampir seperti sedia kala dalam 24

minggu setelah persalinan.

4) Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi

kemerahan, kusam, dan kadang juga akan mengenai daerah payudara

dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama striae gravidarum.

Pada multipara selain striae kemerahan itu seringkali ditemukan garis

berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dari striae

(12)

5) Metabolisme

Umumnya, kehamilan mempunyai efek pada metabolisme. Karena

itu, wanita hamil permu mendapat makanan yang bergizi dan berada

dalam kondisi sehat. Tingkat metabolik basal meninggi hingga

15-20% terutama pada trimester terakhir. Keseimbangan asam alkali

sedikit mengalami perubahan konsentrasi alkali. Dibutuhkan protein

banyak untuk perkembangan fetus, alat kandungan, payudara, dan

badan ibu, serta untuk persiapam laktasi. Metabolisme lemak juga

terjadi, kadar kolesterol meningkat sampai 350 mg atau lebih per 100

cc. Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan

berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah dan

cairan ekstraseluler. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan

bertambah 12,5 kg (Prawirohardjo, 2010).

Tabel. Rekomendasi penambahan berat badan selama kehamilan

berdasarkan indeks massa tubuh

Kategori IMT Rekomendasi (kg)

Rendah

(13)

dainjurkan menambah berat badan per minggu masing-maning

sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg (Prawirohardjo, 2010).

Perhitungan Indeks Masa Tubuh (IMT) dihitung dengan membagi

berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badannya dalam

meter (kg/m2) atau mengalikan berat badan dalam pon dengan 703

lalu dibagi kuadrat tinggi badan dalam inci kuadrat (pon x 703/in2)

(Varney,2007).

g. Asuhan Antenatal

Tabel.2.1. Guidelines of ANC 2016

WHO FANC

Return for delivery at 41 weeks if not given birth

(WHO, 2016)

Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil

akan mendapatkan serangkaian palayanan berbagai kemungkinan adanya

penyulit atau gangguan kesehatan selama kehamilan yang mungkin dapat

(14)

Pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T adalah sebagai berikut : 1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2) Pemeriksaan tekanan darah

3) Nilai status gizi (LILA)

4) Pemeriksaan puncak rahim (Tinggi Fundus Uteri)

5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

6) Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) bila dianjurkan

7) Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

8) Tes laboratorium (rutin dan khusus)

9) Tatalaksana kasus

10)Temu wicara (konseling), termasuk perencanaan persalinan dan

pencegahan komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan.

Pemeriksaan rutin dan penelurusuran penyulit selama kehamilan

dilakukan pencatatan data klien dan keluarganya serta pemeriksaan fisik dan

obstetri seperti identitas dan riwayat kesehatan, riwayat kehamilan,

persalinan, pemeriksaan (keadaan umum,pemeriksaan abdomen, palpasi,

laboratorium)(Mochtar, 2012).

h. Ketidaknyamanan dalam Kehamilan

1) Hipermesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan

(15)

keadaan umunya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi. Etiloginya

primigravida diabetes melitus, hamil kembar, depresi, hipertiroid

(Mochtar, 2012). Gejalanya seperti pusing terutama pagi hari,

disertai mual muntah sampai berumur 4 bulan. Tingkatan

hiperemesis gravidarum yaitu tingkat I/ringan mual muntah terus

menerus sampai penderita lemah, anoreksia, berat badan menurun,

nyeri pada epigastrum, nadi sekitas 100 kali permenit. Tingkat

II/sedang yaitu mual muntah yang hebat menyebabkan penderita

lebih parah lemah, apatis, turgor kulit mulai jelek, liang kering dan

kotor, mata cekung. Tingkat III/berat keadaan umum jelek,

somnolen-koma, nadi kecil, halus dan cepat, dehidrasi hebat,

ikterus. Pencegahannya dengan memberikan informasi dan edukasi

mengenai hiperemesis gravidarum, makan sedikit namun sering,

memberikan terapi obat yang sesuai (Mochtar, 2012).

2) Kram kaki

Kram kaki merupakan perubahan keseimbangan elektrolit

dengan kalium, kalsium dan natrium yang menyebabkan terjadinya

perubahan berkelanjutan dalam darah dan cairan tubuh. Pengobatan

keluhan pemberian vitamin rutin pada kehamilan atau pemberian

obat topikal, memberikan nasehat untuk jangan cepat bangu dari

bangun tidur, memberikan kesempatan kaki untuk beradaptasi,

(16)

3) Varises

Varises merupakan pembesaran dan pelebaran pembuluh darah

vena. Bentuk varises dapat berupa pembuluh darah besar ampai

tampak dengan jelas dan pelebaran di tingkat kapiler. Pengobatan

konservatif dapat dilakukan seperti meninggikan kaki saat tidur,

memakai stocking yang agak ketat, dapat diketahui dengan obat

salep khusus (thrombopobe) dan obat oral (venoruton), tindakan

operasi setelah bersalin (Manuaba, 2010).

4) Hipersaliva

Hipersaliva atau ptialismus berarti pengeluaran air ludah yang

berlebihan pada wanita hamil, terutama pada trimester pertama.

Keadaan ini disebabkan oleh peningkatan hormon estrogen dan

human chorionic gonadotropin (HCG). Untuk pengobatannya tidak

ada, ptialismus akan menghilanng seiring dengan tuanya kehamilan

dan dapat diberikan vitamin B kompleks dan vitamin C (Manuaba,

2010).

i. Komplikasi kehamilan

Menurut Manuaba (2010) macam-macam kehamilan patologi yaitu :

1) Perdarahan antepartum

Perdarahan anterpartum adalah perdarahan pervaginam pada

kehamilan diatas 28 minggu atau lebih. Pengelompokkan

(17)

dengan kehamilan seperti plasenta previa, solusio plasenta,

perdarahan pada plasenta letak rendah, pecahnya sinus margialis,

pecahnya vasa previa, perdarahan yang tidak ada hubungannya

dengan kehamilan seperti pecahnya varises vagina, perdarahan

polipus servikalis, perdarahan perlukaan servkis, perdarahan karena

keganasan serviks.

2) Preeklampsia

Preeklampsia adalah naiknya tekanan darah dalam masa

kehamilan disertai dengan proteinuria. Menurut teori iskemik gejala

preeklampsia-eklampsia adalah :

a) Peningkatan tekanan darah

b) Pengeluaran protein dalam urine

c) Edema kaki, tangan sampai wajah

d) Terjadinya gejala subjektif : sakit kepala, penglihatan kabur,

nyeri pada epigastrium, sesak napas, berkurangnya urin

e) Menurunnya kesadaran sampai koma

f) Terjadinya kejang.

3) Toksemia gravidarum

Istilah toksemia gravidarum untuk kumpulan gejala-gejala

dalam kehamilan yang merupakan trias HPE

(18)

keadaan lebih parah diikuti oleh KK (kejang-kejang/konvulsi dan

koma) (Mochtar, 2012).

4) Ketuban pecah dini

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya

(Mochtar, 2012).

5) Abortus

Abortus/keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum

janin daoat hidup di luar kandugan. Klasifikasi abortus yaitu abortus

imminens merupakan abortus mengancam keguguran belum terjadi

kehamilan, abortus incipien merupakan proses keguguran yang

sedang berlangsung, abortus inkompletus merupakan abortus yang

hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang

tertinggal adalah desidua atau plasenta, abortus komplektus artinya

seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidau dan fetus), missed

abortion adalah keadaan dimana janin yang telah mati masih berada

di dalam rahim (Mochtar,2012).

6) Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik terjadi saat ketika penanaman blastosit

berlangsung manapun, kecuali endometrium yang melapisi rongga

uterus. Tempat yang mungkin untuk kehamilan ektopik adalah

serviks, tuba fallopi, ovarium dan abdomen. Perubahan uterus tidak

(19)

uterus dan konsisitensinya sama dengan ukuran dan konsistensi

uterus trimester pertama kehamilan akibat pengaruh hormon

plasenta (Varney,2007).

7) Mola hidatidosa

Mola hidatidosa merupakan kehamilan secara genetik tidak normal,

yang muncul dalam bentuk kelainan perkembangan plasenta.

Kehamilan mola hidatidosa biasanya dianggap sebagai suatu timor

jinak, tetapi berpotensi menjadi ganas. Tanda dan gejala kehamilan

mola hidatidosa seperti mual dan muntah, perdarahan uterus yang

terlihat pada minggu ke 12, ukuran uterus besar, sesak nafas,

ovarium biasanya nyeri tekan dan membesar (Varney, 2007).

8) Kurang Energi Kronis

Menurut Depkes tahun 1999 dalam Jurnal Nasional Kejadian

Kurang Energi Kronis Pada Ibu Hamil Berdasarkan Umur, Paritas

dan Pendidikan oleh Agustin Mayasari dkk tahun 2014, kurang

energi kronis adalah keadaan dimana seseorang mengalami

kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau

menahun. Dengan ditandai dengan berat badan kurang dari 40 kg

atau tampak kurus dan dengan LILA < 23,5 cm. Menurut Chunnie

dalam Jurnal Nasional Kejadian Kurang Energi Kronis Pada Ibu

Hamil Berdasarkan Umur, Paritas dan Pendidikan oleh Agustin

(20)

kronis mempunyai resiko kematian ibu mendadak pada masa

perinatal atau resiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir

rendah. Pada keadaan ini banyak ibu yang meninggal karena

perdarahan, sehingga akan meningkatkan angka kematian ibu dan

bayi. Status kesehatan dan gizi ibu kemungkinan sangat

berpengaruh terhadap nafsu makannya.

Kehamilan dengan jarak yang pendek dengan kehamilan

sebelumnya (kurang dari 2 tahun) dapat mempengaruhi status gizi

ibu hamil terutama dalam pola pemilihan makanan. Paritas dimana

kehamilan memerlukan tambahan zat gizi untuk meningkatkan

jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah, janin dan

plasenta, makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan

melahirkan akan makin banyak kehilangan cadangan zat gizi tubuh

sehingga ibu akan kekurangan zat gizi, dan usia hamil, usia muda

perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk

pertumbuhan dan perkembangan diri sendiri juga berbagi dengan

janin yang dikandung. Sedangkan untuk umur yang tua perlu energi

yang besar juga karena fungsi organ yang makin melemah dan

diharuskan untuk bekerja maksimal maka memerlukan tambahan

energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang

berlangsung. Faktor-faktor predisposisi yang menyebabkan kurang

(21)

(pendapatan keluarga, pendidikan), faktor biologis (usia hamil,

jarak kehamilan, paritas), faktor pola konsumsi dan faktor perilaku

menurut Shopia tahun 2009 dalam Jurnal Nasional Kejadian Kurang

Energi Kronis Pada Ibu Hamil Berdasarkan Umur, Paritas dan

Pendidikan oleh Agustin Mayasari dkk tahun 2014.

2. Persalinan

a. Definisi

Persalinan adalah suatu proses pengetahuan hasil konsepsi

(janin+uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan

lahir atau dengan jalan lain (Mochtar, 2012). Persalinan adalah proses

pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan

atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui

jalan lain, dengan bantuan dan tanpa bantuan (kekuatan sendiri)

(Manuaba. 2010). Pelahiran bayi adalah periode dari awitan kontraksi

utreus yang regular sampai ekspulsi plasenta (Cunningham, 2013).

Jadi kesimpulan yang dapat penulis ambil, persalinan adalah proses

pengeluaran janin yang dapat hidup dari dalam uterus dan keluar

(22)

b. Penyebab Terjadi Persalinan

Menurut Mochtar (2012) teori-teori yang dikemukakan antara lain :

1) Teori penurunan hormon

Satu-dua minggu sebelum partus, mulai terjadi penurunan

hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai

penenang otot-otot polos rahim. Karena itu akan terjadi kekejangan

pembuluh darah yang menimbulkan his jika kadar progesteron

turun.

2) Teori plasenta menjadi tua

Penuaan plasenta akan menyebabkan turunnya kadar esterogen

dan progesteron sehingga terjadi kekejangan pembuluh darah. Hal

tersebut akn menimbulkan kontraksi uterus.

3) Teori distensi rahim

Rahim yang menjadi besar dan meregang akan menyebabkan

iksekia otot-otot rahim sehingga menganggu sirkulasi uteroplasenta.

4) Teori iritasi mekanik

Dibelakang serviks terdapat ganglion servikale (pleksus

frankenhauser). Apabila ganglion tersebut digeser dan ditekan,

misalnya oleh kepala janin, maka timbul kontraksi uterus.

5) Induksi persalinan

Induksi persalinan adalah upaya untuk melahirkan janin

(23)

persalinan atau belum inpartu, dengan kemungkinan janin dapat

hidup diluar kandungan (umur diatas 28 minggu) (Manuaba, 2013).

Indikasi dilakukannya induksi dilihat dari ibu dengan penyakit

yang diderita seperti penyakit ginjal, penyakit jantung, hipertensi,

diabetes melitus, keganansan payudara dan porcio, komplikasi

kehamilan seperti preeklampsia dan eklampsia, kondisi fisik ibu

seperti kesempitan pada panggul, kelainan bentuk panggul, kelainan

bentuk tulan belakang. Dilihat dari janinnya seperti kehamilan lewat

waktu, plasenta previa, solusio plasenta, kematian intrauterine,

kematian berulang dalam rahim, kelainan kongenital, ketuban pecah

dini (Manuaba, 2013).

Partus dapat juga ditimbulkan oleh :

a) Gagang laminaria, beberapa laminaria dimasukkan dalan kanalis

servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser

b) Amniotomi, pemecahan ketuban

c) Tetesan oksitosin, pemberian oksitosin melalui tetesan perinfus

(Mochtar, 2012).

c. Tanda persalinan

Menurut Manuaba (2010) tanda persalinan meliputi :

1) Kekuatan his yang semakin meningkat dan makinsering terjadi dan

(24)

His persalinan mempunyai ciri khas pinggang terasa nyeri yag

menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval semakin pendek, dan

kekuatannya makin besar, mempunyai pengaruh terhadap

perubahan serviks, semakin beraktivitas (janin) kekuatan makin

bertambah.

2) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lendir,

lenidr bercampur darah)

Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang

menimbulkan pendataran dan pembukaan. Pembukaan

menyebabkan lendir yang terdapat dikanalis servikalis lepas.

Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.

3) Dapat disertai ketuban pecah

Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah dini yang

menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru

pecah menjelasng pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban

diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.

4) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks (pelunakan

(25)

d. Mekanisme Persalinan

Menurut Cunningham (2013) mekanisme persalinan meliputi :

1) Engagement

Mekanisme ketika diameter biparietal-transversal terbesar pada

presentasi oksiput melewati apertura pelvis superior. Kepala janin

mengalami engage hingga setelah permulaan persalinan. Kepala

janin bergerak bebas diatas apertura pelvis superior saat awitan

persalinan. Pada keadaan ini, kepala kadang-kadang disebut

mengambang/sinklistismus (floating). Kepala berukuran normal

biasanya tidak mengalami engage dengan sutura sagitalis yang

mengarah ke anteroposterior. Namun kepala janin biasanya

memasuki apertura plevis seuperior baik secara transversal maupun

obliq.

2) Penurunan/desent

Sutura sagitalis uumnya mengalami defleksi baik ke posterior

menuju promontorium atau ke arah anterior menuju ke simfisis.

Defleksi lateral kearah posisi anterior atau posterior pelvis disebut

asinklitismus. Asinklotimus derajat sedang merupakan persyaratan

persalinan normal. Namun, jika berat, kondisi ini merupakan

penyebab disproporsi sefalopelvik bahkan pada pelvis

berukuran-normal. Perubahan secara bertahap dari asinklitismus posterior ke

(26)

3) Fleksi

Segera setelah kepala yangsedang desensus mengalami

hambatan dalik dari serviks, dinding serviks, atau dasar pelvis,

normalnya kemudian terjadi fleksi kepala. Pada gerakan ini, dagu

mengalami kontak lebih dengan dada janin, dan diameter

suboksipitobregmatikum yang lebih pendek menggantikan diameter

oksipitofrontalis yang lebih panjang.

4) Putas paksi dalam/rotasi internal

Gerakan ini terdiri dariperputaran kepala sedemikian rupa

sehingga oksiput secara bertahap bergerak ke simfisis pubis

dibagian anterior dari posisi awal atau yang lebih jarang, ke arah

posterior menuju lengkung sakrum.

5) Ekstensi

Setelah rotasi internal, kepala yang berada dalam posisi fleksi

maksimal mencapai vulva dan mengalami ekstensi. Jika keala

mengalami fleksi maksimal, saat mencapai dasar pelvis, tidak

mngealami ekstensi tetappi melanjutkan berjalan turun, dapat

merusak bagian posterior perineum dan akhirnya tertahan oleh

jaringan perineum. Namun ketika kepala menekan dasar pelvis,

terdapat dua kekuatan. Kekuatan pertama, ditimbulkan oleh uterus,

(27)

oleh daya retensi dasar pelvis dan simfisis, bekerja lebih ke arah

anterior.

6) Ekspulsi

Bahu anterior terlihat diabawah simfisi pubis, dan perineum

segera terdistensi oleh bahu anterior. Setelah lahir bahu,

berturut-turut lahib uub, dahi, muka dan dagu.

7) Putar paksi luar/rotasi eksternal

Setelah kepala lahir, jika pada awalnya terarah ke kiri, oksiput

berotasi menuju tuber iskiadicum kiri. Jika awalnya terarah ke

kanan, oksiput berotasi ke kanan. Restitusi kepala ke posisi obllik

diikuti dengan penyelesaian rotasi eksternal ke posisi transversal.

Gerakan ini sesuai dengan rotasi tubuh janin dan membuat diameter

bisakromial berkorelasi dengan diameter anteroposterior apertura

pelvis inferior. Sehingga salah satu bahu terletak anterior

dibelakang simfisis pubis, sedangkan bahu lainnya terletak di

posterior. Gerakan ini tampaknya ditimbulkan oleh faktor pelvis

yang sama dengan terjadinya rotasi internal kepala.

e. Kala Persalinan

Menurut Mochtar (2012), proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu :

1) Kala I

(28)

dengan darah (bloody show) karena serviks mulai membuka

(dilatasi) dan mendatar (effacement). Kala pembukaan dibagi

menjadi 2 fase, yaitu :

a) Fase laten, pembukaan serviks yang ber langsung lambat sampai

pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam

b) Fase aktif, berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase

(1) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi

4 cm

(2) Periode dilatasi maksimal (staedy): selama 2 jam, pebukaan

berlangsung cepat menjadi 9 jam

(3) Periode deselerasi : berlanhsung lambat, dalam waktu 2 jam

pmebukaan menjadi 10 cm (lengkap)

Fase-fase yang dikemukakan diatas dijumpai pada

primigravida. Perbedaan pembukaan serviks pada primigravida dan

multigravida adalah :

(1) Pada primigravida serviks mendatar (effacement) dulu, baru

dilatasi. Berlangsung selama 13-14 jam

(2) Pada multigravida mendatar dan membuka dapat terjadi

secara bersamaan. Berlangsung 6-7 jam

(29)

(1) Membantu ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah,

ketakutan, dan kesakitan dengan memberikan dukungan dan

meyakinkan dirinya, memberikan informasi mengenai

proses dan kemajuan persalinan, mendengarkan keluhannya

dan mencoba untuk lebih sensitif terhadap perasaannya.

(2) Tetpa menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara lain

menggunakan penutup atau tirai, tidak menghadirkan orang

lain anpa sepengetahuan dan seizin pasien/ibu.

(3) Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang

terjadi serta prosedur yang akan dilakukan dan hasil-hasil

pemeriksaan.

(4) Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar

kemaluannya setelah buang air kecil/besar.

(5) Ibu bersalin biasanya akan mengalami panas dan banyak

berkeringat, atasi dengan cara menggunkan kipas angin dan

AC dalam kamar, menganjurkan ibu untuk mandi

sebelumnya.

(6) Memberikan ibu cukup air untuk memenuhi kebutuhan

energi dan mencegah dehidrasi.

(7) Menyarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin.

Berikut merupakan tabel frekuensi minimal penilaian dan

(30)

Tabel 2.2. Frekuensi minimal penilaian dan interval dalam persalinan normal.

Parameter Frekuensi pada fase laten Denyut jantung janin Setiap 1 jam Setiap 30 menit Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit Pembukaan serviks Setiap 4 jam Setiap 4 jam Penurunan Setiap 4 jam Setiap 4 jam

(Prawirohardjo,2010)

2) Kala II

Pada kala II pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat,

dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun

dan masuk ke ruang sehingga terjadilah tekanan pada oto-oto dasar

panggul yang melalui lengkun refelks menimbulkan rasa mengedan.

Pada waktu his, kepala janin mulai kellihatan, vulva membuka dan

perineum meregang. Dengan his mengejan yang terpimpin, akan

lahir kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada

primigravida berlangsung selama 1½ -2 jam, pada multigravida ½ -

1 jam.

Ada 2 cara ibu mengejan :

a) Posisi berbaring sambil merangkul kedua pahanya sengan kedua

engan sampai batas siku. Kepala diangkat sedikit hingga dagu

(31)

b) Dengan sikap seperti diatas, tapi badan miring ke arah

terdapatnya punggung janin dan hanya satu kaki yang dirangkul,

yaitu yang sebelah atas.

Menurut Prawirohardjo (2010) asuhan persalinan normal kala II

meliputi :

a) Melihat tanda dan gejala persalinàn kala dua

(1) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

(2) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan

vagina

(3) Perineum menonjol

(4) Vulva vagina dan sfingter ani membuka

b) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap

digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan

menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus

set.

c) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.

d) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku,

mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang

mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali

pakai/pribadi yang bersih.

(32)

f) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan

memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan

meletakkan kembali di partus set/wadah desinfeksi tingkat tinggi

atau steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik).

g) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan

hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau

kasa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut

vagina, perieneum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,

membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari

depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang

terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung

tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangsn

tersebut dengan benar di dalam larutan terkontaminasi)

h) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan

dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah

lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan

pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

i) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan

tangan yang masih memakai sarung tangan yang kotor ke dalam

larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam

keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin

(33)

j) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) Setelah kontraksi

berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120

- 160 ×/menit).

k) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai

dengan keinginannya.

(1) Menunggu hingga ibumempunyai keinginan untuk meneran.

Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta

janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan

dekontaminasikan temuan-temuan.

(2) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka

dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu

mulai meneran.

l) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran.

m) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan

yang kuat untuk meneran.

(1) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai

keinginan untuk meneran.

(2) Mendukung dan memberi semangan atas usaha ibu untuk

(34)

(3) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan

pilihannya

(4) Manganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi

(5) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi

semangat pada ibu.

(6) Menilai DJJ setiap lima menit

(7) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi

segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu

primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk

segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.

(8) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau

mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran

dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada

puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara

kontraksi.

(9) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi

segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.

n) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 -6 cm,

letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan

bayi.

o) Meletakkan kain yang bersih yang dilipat 1/3 bagian, di bawah

(35)

p) Membuka partus set.

q) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

r) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi,

letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekana

yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,

mwmbiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu

unutk meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala

lahir.

s) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan

kain atau kasa yang bersih.

t) Memeriksa lilitan talu pusat dan mengambil tindakan yang sesuai

jika hal itu terjadi, kemuadian meneruskan segera proses

kelahiran bayi.

(1) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan

lewat bagian atas kepala bayi.

(2) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di

dua tempat dan memotongnya.

u) Menunggu hingga kepala bayi melakukan outaran paksi luar

secara spontan.

v) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua

(36)

untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut

menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hungga bahu anterior

muncul di bawah arcus pubis dan kemudian dengan lembut

menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu

posterior.

w) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai

kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum,

membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangam tersebut.

Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati

perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga

tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior untuk

mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya

lahir.

x) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangannyang ada

di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi dengan

hati-hati membantu kelahiran kaki.

y) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian

meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi

sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek,

meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan) Bila bayi

(37)

z) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan

biarkan kontak kulit ibu dengan bayi. Lakukan penyuntikan

oksitosin /i.m

(1) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat

bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah

ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama

(2) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari

gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.

(3) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan

menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan

kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka.

Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang

sesuai.

(4) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkna ibu untuk

memeluk bayinya dengan memulai pemberian ASI jika ibu

menghendakinya.

(5) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi

abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

(6) Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntuk.

(7) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntukan

oksitosin 10 unit i.m di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu

(38)

3) Kala III

Setelah bayi lahir, kontrakasi rahim beristrahat sebentar. Uterus

teraba keras dengan fundus uterus setinggi pusat, dan berisi plasenta

yang menjadi dua kali lebih tebal dan sebelumnya. Beberapa saat

kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu

5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina,

dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas

simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung

5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan

pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.

Kala III terdiri dari 2 fase :

a) Fase pelepasan uri

b) Fase pengeluaran uri

Lokasi uri adalah :

a) Pada dinding depan dan belakang korpus uteri

b) Kadang-kadang pada dinding lateral

c) Jarang di fundus uteri

d) Sesekali oada segmen bawah rahim atau plasenta previa

Menurut Prawirohardjo (2010) asuhan persalinan normal kala III

meliputi :

(39)

b) Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat

di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk

melakukan palpasi kontraksi dan menstabilakn uterus.

Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain

c) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.

Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah

uterus dengan cara menekan uterus ke atas dan belakang

(dorsokranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah

terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 -40

detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga

kontraksi berikut mulai.

(1) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seotang

anggota keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.

d) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk menetan sambil

menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,

mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan

berlawanan arah pada uterus.

(1) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekitar 5 -10 c, dari vulva.

(2) Jika plasenya tidak lepas setelah melakukan penegangan tali

(40)

(a) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit i.m

(b) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi

kanding kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika

perlu

(c) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

(d) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit

berikutnya

(e) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam wakti 30

menit sejak kelahiran bayi.

e) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran

plaenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta

dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga

selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahah melahirkan

selaput ketuban tersebut.

f) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan

masase uterus, melakukan telapak tangan di fundus dan

melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut

hingga uterus berkontraksi.

4) Kala IV

Kala IV adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan uri

lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutam terhadap bahaya

(41)

Menurut Prawirohardjo (2010) asuhan persalinan normal kala IV

meliputi :

a) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu

maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa

plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan

plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.

b) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan

sgera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

c) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan

baik

d) Mencelupkan kedua tangannyang memakai sarung tangan ke

larutan klorin 0,5 % membilas kedua tangan yang masih

bersarung tangan tersebut dengan air desinfeksi tingkat tinggi

dan mengeringkan dengan kain yang bersih dan kering.

e) Menempatkannklem tali pusat desinfeksi tingkat tinggi atau

steril atau mengikatkan tali desinfeksi tingkat tinggi dengan

simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

f) Mengikatkan satu lagi simpul mati di bagian pusat yang

berseberangan dengan simpul mati yang pertama.

g) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan

(42)

h) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanha.

Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kerinh.

i) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

j) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan

pervaginam.

(1) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan

(2) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan

(3) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.

(4) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan

perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri

(5) Jika ditemukannlaserasi yang memerlukan penjahitan,

lakukan penjahitan dengan anastesi lokal dan

menggunakan teknik yang sesuai.

k) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase

uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

l) Mengevaluasi kehilangan darah

m) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih

setiap 15 menit selamam satu jam pertama pascapersalinan dan

setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan

(1) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama

(43)

(2) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak

normal.

n) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi selama 10 menit. Mencuci dan membilas

peralatan setelah dekontaminasi.

o) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat

sampah yang sesuai

p) Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi tingkat

tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir,ndan darah.

Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

q) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan

ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman

dan makanan yang diinginkan.

r) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan

dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.

s) Mencelupkan sarung tanganbkotor ke dalam larutan klorin

0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya

dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit

t) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

(44)

Lamanya persalinan pada primigravida dan multigravida adalah :

Tabel. 2.3. Lama Persalinan Primigravida dan Multigravida

Kala Primigravida Multigravida

Kala I 13 jam 7 jam

Kala II 1 jam ½ jam

Kala III ½ jam ½ jam

Lama Persalinan 14 ½ jam 7 ½ jam

(Mochtar, 2012)

f. Komplikasi dalam persalinan

1) Persalinan premature

Persalinan yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari aterm (37

minggu). Persalinan premature memrlukan pemantauan secara khusus

karena mempunyai resiko tinggi dengan kelahiran Berat Bayi Lahir

Rendah (BBLR) (Varney, 2008).

2) Ketuban pecah dini

Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah sebelum ada

tanda-tanda persalinan tanpa melihat usia gestasi. Dikatakan ketuban

pecah dini apabila ketuban pecah lebih dari 8 jam dan tidak

adapembukaan serviks (Varney,2008).

3) Amnionitis dan korioamnionitis

Amnionitis adalah inflamasi kantong amnion dan cairan amnion.

Korioamnionitis adalah inflamasi korion selain infeksi cairan amnion

dan kantong amnion. Amnionitis dan korioamnionitis paling sering

terjadi akibat dari ketuban pecah yang lama (>24 jam), dengan atau

(45)

manipulasi vagina atau prosedur intrauteri yang berulang (Varney,

2008).

4) Prolaps tali pusat

Prolaps tali pusat adalah menumbungnya tali pusat masuk

kedalam serviks. Bahaya dari prolaps uterus adalah hipoksia janin

akibat dari kompresi tali pusat antara bagian presentasi dan pelvis

(Varney, 2008).

5) Disproporsi Sefalopelvik (CPD)

Merupakan disproporsi antara ukuran janin dan ukuran pelvis

tertentu tidak cukup besar untuk mengakomodasi keluarnya kelhairan

per vaginam. CPD dapat ditandai dengan oleh pola persalinan

disfungsional, kemanjuan persalinan, fleksi kepala buruk, atau

kemacetan rotasi internal dan penurunan (Varney, 2008).

6) Disfungsi uterus

Merupakan diagnosa yangd itegakkan dengan mengobservasi

pemanjangan waktu setiap fase atau kala persalinan yang melebihi

waktu yang diperkirakan. Terdapat dua tepi disfungsi uterus yaitu

hipotonik dan hipertonik (Varney, 2008).

9) Rupture Uteri

Terjadi robekan atau laserasi pada uterus, yang dapat disebabkan

oleh bekas SC, dorongan fundus saat persalinan, janin besar. Tanda

(46)

Perdarahan terjadai kedalam peritoneum dapat mengiritasi

diafrgama dan menyebabkan nyeri menjalar ke dada sehingga mirip

dengan tanad dan gejal emboli cairan amnion dan paru (Varney,

2008).

3. Nifas

a. Definisi

Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil

(Mochtar, 2012). Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran

plasenta dan selaput janin (menandakan kahir periode intrapartum)

hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi semula

(Varney, 2008). Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu

pertama setelah kelahiran (Cunningham, 2013).

b. Klasifikasi

Menurut Mochtar (2012) nifas dibagi menjdai 3 periode :

1) Peurperium dini yaitu kepullihan saat ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan-jalan.

2) Puerperium intermediet adalah yaitu pemulihan menyeluruh

alat-alat genetlia yang lamanya 6-8 minggu

3) Pueperium lanjut yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan

kembali sehat sempurna, terutama jika selama hamil atau sewaktu

(47)

c. Perubahan fisiologis dan anotomis Puerperium

1) Uterus

Uterus secara berangsur-angsur kembali menjadi kecil hingga

akhirnya kembali seperti sebelum hamil (Mochtar, 2012). Involusi

uterus meliputi reorganisasi dan pengeluaran desidua/endometrium

dan eksfoliasi tempat pelekatan plasenta yang ditandai dengan

penurunan ukuran dan berat serta berubahan pada lokasi uterus juga

ditandai dengan warna dan jumlah lochea (Varney, 2008). Bekas

implasntasi/pelekatan plasenta mengecil karena kontraksi dan

menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu

menjadi 3,5 cm, pada minggu keenam 2,4 cm dan akhirnya pulih

(Mochtar, 2012).

2) Lochea

Lochea adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar melalui

vagina selama purperium (Varney, 2008). Lochea adalah cairan

sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.

Menurut Rustam Mochtar (2012) pembagian lochea yaitu :

a) Lochea rubra (cruenta) yaitu berisi darah segar dan sisa-sisa

selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan

mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.

(48)

c) Lochea serosa yaitu berwarna kuning, cairan tidak berdarah

lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.

d) Lochea alba yaitu cairan putih, setelah 2 minggu.

e) Lochea purulenta yaitu terjadinya infeksi, keluar cairan seperti

nanah dan berbau busuk.

f) Lokiostasis yaitu lokia tidak lancar keluarnya (Mochtar, 2012)

3) Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong,

berwarna merah kehitaman. Konsisteninya lunak, kadang-kadang

terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih

bisa dimasukkan ke rongga rahim, setelah 2 jam, dapat dilalui oleh

2-3 jari, dan setelah 7 hari, hanya dapat dilalui 1 jari (Mochtar, 2012).

4) Vagina dan perineum

Segera setelah lalhir vagina terbuka lebar, mungkin mengalami

beberapa derajat edema dan memar, dan celah pada introitus. Setelah

satu dua hari pascapartum, tonus otot vagina kembali celah vagina

tidak lebar dan vagina tidak lagi edema (Varney, 2008).

d. Pelayanan Masa Nifas

Menurut Departemen Kesehatan tahun 2016, pelayanan kesehatan

ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai standar, yang

dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan,

(49)

ke empat sampai dengan hari 28 pasca persalinan, dan pada hari

ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan. Masa nifas dimulai dari

enam jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan.

Tabel 2.4. Jadwal Kunjungan Nifas

Kujungan Nifas Waktu

I 6 jam - 3 hari pasca partum

II 4 hari -28 hari pasca partum III 29 hari -42 hari pasca partum

(Depkes, 2016)

Jenis pelayanan yang diberikan terdiri dari :

1) Pemriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, suhu)

2) Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri)

3) Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam

4) Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI Eksklusif

5) Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu

nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana (Depkes,

2016).

Tujuan dari pelayanan masa nifas yang diberikan menurut Sarwono

Prawirohardjo (2010) adalah untuk mengetahui kebutuhan ibu dan bayi

periode paskapersalinan, mengenali komplikasi paskapersalinan pada ibu

dan bayi, melakukan pencegahan infeksi yang diperlukan serta menjelaskan

dan melaksanakan ASI Eksklusif, konseling HIV AIDS dan kontrasepsi,

(50)

e. Komplikasi Masa Nifas

1) Mastitis

Matritis adalah infeksi yang terjadi pada payudara. Infeksi

dapat disebabkan oleh bakteri seperti S.aureus, strepcoccus, dan H.

Parainfluenze. Bakteri dapat berasal dari tangan ibu, tangan orang

yang merawat ibu atau bayi, bayi, duktus laktiferus, darah sirkulasi.

Penanganan mastitis adalah dengan pencegahan dengan mencuci

tangan menggunakan sabun antibakteri secara cermat, mencegah

pembesaran dengan menyusui sejak awal dan sering, posisi bayi

yang tepat pada payudara, penyangga payudara yang baik tanpa

kontriksi (Varney, 2008).

2) Tromboplebitis

Tromboflebitis pascapartum ditandai dengan nyeri tungkai, hangat

terlokalisasi, nyeri tekan, atau inflamasi pada issi tersebut, dan

palpasi adanya simpulan atau teraba pembuluh darah.

Tromboplebitis vena ditandai dengan kemungkinan kenaikan suhu

ringan, takikardia ringan, edema pergelangan kaki, tungkai, dan

paha, nyeri pada saat penekanan betis, nyeri tekan pada sepanjang

aliran darah yang terkena dengan pembuluh darah dapat teraba

(51)

3) Hematoma

Hematoma adalah pembekakakn jaringan yang berisi darah.

Bahaya hematoma adalah kehiangan sejumlah darah karena

hemoragi, anemia dan infeksi. Hematoma terjadi karena ruptur

pembukuh darah spontan atau akibat trauma. Kemungkinan

penyebab hematoma adalah pelahiran operatif, laserasi robek

pembuluh darah penanganan kasar pada jaringan vagina. Tanda

umum meliputi nyeri ekstrem diluar proporsi ketidaknyamanan dan

nyeri yang diperkirakan, pembengkakan yang tegang dan berdenyut,

perubahan waran jaringan kebiruan atau kehitaman (Varney, 2008).

4) Hemoragi pascapartum lambat

Hemoragi pascaprtum lamabat (tertunda) adalah hemoragi yang

terjadi setelah 24 jam pertama pascapartum. Penyebab umumnya

dapat berupa subinvolusi di tempat perlekaatn plasenta, fragmen

plasenta atau membran janin yang tertiinggal, laserasi saluran

reproduksi yang sebelumnya tidak terdiagnosa, hematoma (Varney,

2008).

4. Keluarga Berencana

a. Definisi

Keluarga berencana merupakan usah suami-istri untuk mengukur

jumlah dan jarak anak yang diinginkan (Walyani, 2015). Menurut

(52)

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyatakan bahwa

keluarga berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan

usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,

perlindungan dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan

keluarga sehat dan berkualitas (Infodatin, 2014).

b. Tujuan Keluarga Berencana

Menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI

(2014) tujuan keluarga berencana meliputi :

1) Secara kependudukan, KB bertujuan untuk menekan laju

pertumbuhan penduduk

2) Secara kesehatan, KB merupakan suatu upaya untuk

meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan anak

Dalam buku Walyani (2015) tujuan KB antara lain :

1) Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka

mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera)

yang manjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera

dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin

terkendalinya pertambahan penduduk.

2) Meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi dan kesehatan

keluarga berencana dengan cara pengaturan jarak kelahiran.

(53)

Dalam buku Walyani (2015) konseling KB bertujuan untuk

meningkatkan penerimaan, menjamin pilihan cocok, menjamin

penggunaan yang efektif, mejamin kelangsunga yang lebih lama. Jenis

konseling meliputi :

1) Konseling awal

a) Bertujuan menentukan metode apa yang diambil

b) Membantu klien memilih jenis KB

c) Menentukan langkah yang diinginkan klien dan pengetahuna

klien.

2) Konseling khusus

a) Memberikan kesempatan klien untuk bertanay tentang cara

KB dan membicarakan pengalamannya

b) Mendapatkan informasi yang lebih rinci tentang KB yang

diinginankan

3) Konseling tindak lanjut

a) Konseling lebih bervariasi dari konseling awal

b) Pemberi pelayanan harus dapat membedakan masalah yang

memerlukan rujukan dan masalah yang ringan dapat diatasi di

tempat.

Langkah yang dapat digunakan dalam konseling KB :

1) SATU TUJU

(54)

b) T yaitu tanya. Menanyakan informasi tentang dirinya

termasuk pengalaman KB dan kesehatan reproduksi

c) U yaitu uraikan. Menguraikan pada klien mengenai

pilihannya, mambantu klien pada jenis kontrasepsi yang

paling diinginnkan dan menjelaskan jenisl lainnya.

d) TU yaitu bantu. Membantu klien berpikir yan gayng sesuai

dengan keadaan dan kebutuhannya.

e) J yaitu jelaskan. Menjelaskan secara lengkap bagaimana

menggunakan kontrasepsi pilihannya setelah klien memilih

jenis kontrasepsi.

d. Penapisan Klien

Menurut Buku Panduan Praktik Pelayanan Kontrasepsi (2006) tujuan

utama penapisan klien sebelum pemberian suatu mmetode kontrasepsi

adalah untuk menentukan adakah :

1) Kehamilan

2) Keadaan yan gmembutuhkan perhatian khusus

3) Masalah (misalnya diabetes atau tekanan darah tinggi) yang

membutuhkan pengamatan dan pengelolaan lebih lanjut.

Tabel 2.5. Daftar Tilik Penapisan Klien Metode Operatif

Metode Hormonal (pil kombinasi, pil progestin, suntikan dan susuk)

YA TIDAK

Apakah hari peratam haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih

Apakah anda menyusui dan kurang dari 6 minggu pascapersalinan

(55)

Apakah pernah nyeri kepala hebat atau gangguan visual Apakah pernah nyeri hebat pada betis, paha atau dada, atau tungkai bengkak (edama)

Apakah pernah tekanan darah diatas 160 mmHg (sistolik) atau 90 mmHg (diastolik)

Apakah ada massa atau benjolan pada payudara

Apakah anda sedang minum obat-obatan anti kejang (epilepsis)

AKDR (semua jenis pelepas tembaga dan progestin) Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu Apakah klien (atau pasangan) mempunyai pasangan seks lain

Apakah pernah mengalami penyakit radang panggul atau kehamilan ektopik

Apakah pernah mengalami haid banyak (lebih 1-2 pembalut tiap 4 jam)

Apakah pernah mengalami haid lama

Apakah pernah mengalami dismenore berat yang membutuhkan analgetika dan/atau istirahat baring Apakah pernah mengalami perdarahan /perdarahan bercak anatara haid ata setelah senggama

Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung valvutar atau kongenital

Tabel 2.6. Daftar Litik Penapisan Klien. Metode Non Operasi

Keadaan klien Dapat dilakukan pada fasiliatas rawat jalan ada tanda-tanda penyakit jantung, paru, atau ginjal

Diabetes tidak terkontrol, riwayat gangguan pembekuan darah, ada tanda-tanda penyakit jantung, paru atau ginjal Keadaan emosional Tenang Cemas, takut

Tekanan darah < 160/100 mmHg > 160/100 mmHg Berat badan 35-85 kg >85 kg ; <35 kg Riwayat operasi

abdomen/ panggul

Bekas sc (tanpa pelekatan) Operasi abdomen lainnya, perlekatan atau terdapat kelainan pada pemeriksaan panggul

Riwayat radang panggul, hami ektopik, apendisitis

Pemeriksaan dalam normal Pemeriksaan dalam ada kelainan

Anemia Hb > 8 g% Hb < 8 g%

(Syaifudin, Abdul Bari dkk. 2006)

e. Kontrasepsi

(56)

a) Kontrasepsi non hormonal

(1) Kontrasepsi tanpa menggunakan alat/obat

(a) Senggama terputus (koitus interruptus)

Senggama terputus ialah penarikan penis dari

vagina sebelum terjadinya ejakulasi (Prawirohardjo,

2011). Metode senggama terputus adalah

mengeluarkan kemaluan menjelang terjadinya

ejakulasi (Manuaba, 2010). Kekurangan dari metode

ini adalah menganggu kepuasan kedua beah pihak,

kegagalan kehamilan sekitar 30%-35% karena semen

keluar sebelum mencapai puncak kenikmatan,

terlambat mengeluarkan kemaluan, semen yang

tertumpah diluar sebagian dapat masuk ke genetalia

dan dapat menimbulkan ketegangan jiwa kedua belah

pihak (Manuaba, 2010). Kegagalan dengan cara ini

dapat disebabkan karena adanya pengeluaran air mani

sebelum ejakulasi, terlambatnya pengeluaran penis

dari vagina, pengeluaran semen dekat dengan vulva

(petting) (Prawirohardjo, 2011).

(b) Pantang berkala

Cara ini diperkenalkan oleh Kyusaku Ogino dari

(57)

bertitik tolak dari hasil penyelidikan mereka bahwa

seorang wanita hanya dapat hamil selama beberapa

hari saja dalam daur hidupnya (Prawirohardjo, 2011).

Masa subur wanita dapat dihitung dengan melakukan

perhitungan minggu subur seperti mentruasi wanita

teratur antara 26-30 hari, masa subur dapat

diperhitungkan yaitu menstruasi hari pertama

ditambah 12 hari merupakan hari pertama minggu

subur dan akhir minggu subur adalah hari pertama

menstruasi ditambah 19, puncak minggu subur adalah

hari pertama menstruasi ditambah 14 (Manuaba,

2010).

(c) Suhu basal

Penurunan suhu basal sebanyak 0,5 sampai 1

derajat pada hari ke-12 sampai 13 menstruasi, ketika

ovulasi terjadi pada hari ke-14. Kegagalan sistem suhu

basal sekitar 10% sampai 20%. Kelemahan sistem

pantang berkala adalah pengukuran suhu basal

merepotkan dan tidak akurat, hanay dapat digunakan

oleh mereka yang terdidik dan hanya berguna siklus

(58)

(2) Kontrasepsi sederhana dengan alat

(a) Kondom

Kondom adalah kantong sutera yang diolesi

minyak , dan dipasang menyelebungi panis sebekum

koitus. Prinsip penggunaan kondom ialah sebagai

perisai dari penis sewaktu melakukan koitus dan

mencegah penggumpalan seorma dalam vagina.

Keuntungan kondom yaitu memebrikan perlindungan

terhadap penyalit kelamin, dan dapat digunakan untuk

tujuan koontrasepsi. Kekurangannya ialah ada kalanya

pasangan uang mempergunakannya merasakan selaput

karet tersebut oenghalanag dalam kenikmatan sewaktu

melakukan koitus (Prawirohardjo, 2011).

(b) Diagtragma vaginal

Diafragma vaginal adalah kantong karet yang

berbentuk mangkok dengan per elastis pada

peinggirnya. Ukuran gaifragma vagina mempunyai

diamater 55-100 mm. Diafragma dimasukkan ke dalan

vagina sebelum koitus untuk menjaga jangan sampai

sperma masuk ke dalam uterus. Kelemahan

diagfragma vagina ialah diperlkan motivasi yang

(59)

terpelajar dan tidak dipergunakan secara massal,

pemakaian yang tidak teratur dapat menimbulkan

kegagalan, tingkat kegagalan lebih tinggi daripada pil

dan IUD (Prawirohardjo, 2011).

b) Kontrasepsi hormonal

(1) Pil kontrasepsi

(a) Pil kombinasi

Penyelidikan menunjukkan bahwa estrogen dan

progesteron dapat mencegah ovulasi. Pincus dan Rock

melakukan percobaan lapangan di Puert Rico dengan

menggunakan pil tersebut mempunyai daya yang

sangat tinggi untuk mencegah ovulasi. Kontraindikasi

mutlak pil ini adalah adanya tumor yang dipengaruhi

oleh estrogen dan penyakit hati yang aktif, diabetes

melitus dan kehamilan, sedangkan kontraindikasi

relatifnya yaitu depresi, migrain, mioma uteri,

oligomenorea amenorea. Kelebihan pil ini adalah

efektivitas dapat dipercaya, frekuensi koitus tdak perlu

di atur, siklus haid jadi teratur, keluhan desminore jadi

berkurang. Kekurangnya yaitu pil harus diminumsetiap

hari, motivasi harus kuat, efekssamping mual muntah

Gambar

Tabel. Rekomendasi penambahan berat badan selama kehamilan
Tabel 2.2. Frekuensi minimal penilaian dan interval dalam persalinan normal.
Tabel. 2.3. Lama Persalinan Primigravida dan Multigravida
Tabel 2.4. Jadwal Kunjungan Nifas
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kedudukan Dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Perumusan Isu Strategis Analisis lingkungan internal Analisis lingkungan eksternal Perumusan Tujuan, Sasaran, Strategi,

Rata-rata dari warga yang berprofesi sebagai nelayan itu masih bisa2. dibilang “miskin”, untuk yang memiliki ekonomi

Dari hasil penelitian terhadap 43 responden berkaitan dengan pengaruh Kepuasan Kerja Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Organizational Citizenship

Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi dan kemampuan anak didik sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam

Sedangkan aspek – aspek yang dipertimbangkan orang tua siswa dalam memilih SMA Kristen YSKI sebagai tempat belajar bagi putra – putri mereka adalah adanya

Nurul Aini Huda, D1814109, PENGARUH SIKAP ASERTIF PUSTAKAWAN TERHADAP KENYAMANAN PEMUSTAKA DI BALAI LAYANAN PERPUSTAKAAN BADAN PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH

The final thought is not just the book Let's Go Camping!: Crochet Your Own Adventure By Kate Bruning that you search for; it is just how you will certainly get lots of publications

Untuk merumuskan rencana pengembangan keorganisasian, dengan mengacu pada analisis SWOT, dilandaskan pada efektifitas dan efisiensi yang akan tercipta dari