PERBEDAAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI
MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR DAN MENGGUNAKAN
MEDIA LINGKUNGAN
SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 CAWAS, KLATEN
TAHUN AJARAN 2011/2012
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun oleh :
Antonio Eriga Prima
061224074
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PERBEDAAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI
MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR DAN MENGGUNAKAN
MEDIA LINGKUNGAN
SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 CAWAS, KLATEN
TAHUN AJARAN 2011/2012
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun oleh :
Antonio Eriga Prima
061224074
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Dengan hati yang tulus, skripsi ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yang Maha Kasih
Ayah dan Ibuku tercinta
Kekasihku tercinta
Kedua adikku tersayang
v
MOTO
Perjuangan gigih merupakan tangga menuju puncak
Sudah barang tentu aku lebih suka dapat segera
mencapai puncak itu dengan terbang
Tetapi hidup tak mengajari sayapku untuk mengepak dan
membumbung…
(Kahlil Gibran)
Bagiku roda tak akan berputar jika tidak berusaha
memutarnya
Berusaha memutar roda dengan benar
Niscaya dapat sampai ke tujuan
(Eriga)
Tawa dan senyum merupakan tindakan yang mulia
Dendam, permusuhan, dan kedengkian akan lebur seketika
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan Kemampuan
Menulis Karangan Deskripsi Menggunakan Media Gambar dan Menggunakan
Media Lingkungan Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Cawas, Klaten Tahun Ajaran
2011/2012”.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini terselesaikan berkat dukungan, bantuan,
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1.
Dr. Y. Karmin, M. Pd., sebagai dosen pembimbing I yang dengan penuh
kesabaran telah membimbing, memotivasi, mengarahkan, dan memberikan
banyak masukan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.
2.
Drs. G. Sukadi, sebagai dosen pembimbing II yang dengan penuh kesabaran telah
membimbing, memotivasi, mengarahkan, dan memberikan banyak masukan
kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.
3.
Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia dan Daerah.
4.
Segenap dosen PBSID pada khususnya dan seluruh dosen USD pada umumnya
yang telah memberikan kekayaan ilmunya kepada penulis.
5.
Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
ix
6.
C. Tutyandari, S.Pd., M. Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
yang telah memberikan izin penelitian.
7.
Drs. Agus Sukamta, MM., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Cawas, Klaten
yang bersedia memberikan waktu dan tempat untuk penulis dalam melaksanakan
penelitian.
8.
Drs. Medi Widodo, M. Hum., selaku guru bahasa Indonesia kelas X 1 SMA
Negeri 1 Cawas, Klaten yang telah bersedia membimbing dan membantu
penulis dalam pelaksanaan penelitian.
9.
Haryoko, S.Pd., selaku guru bahasa Indonesia kelas X 7 SMA Negeri 1 Cawas,
Klaten yang telah bersedia membimbing dan membantu penulis dalam
pelaksanaan penelitian.
10.
Moh. Abdul Bashir, S.Pd., selaku Wakil Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Cawas,
Klaten yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian.
11.
Siswa-siswi SMA Negeri 1 Cawas yang telah membantu penulis untuk
melaksanakan penelitian.
12.
FX. Sudadi selaku karyawan Sekretariat PBSID yang bersedia melayani
kepentingan penulis selama studi.
13.
Kedua orang tuaku A. Mulyono, S.Pd., dan Ernawati atas segala cinta, kasih
sayang, perhatian, motivasi, dan doa yang telah diberikan kepada penulis.
14.
Bp. Ngadino dan Ibu Rinah atas segala cinta, kasih sayang, perhatian, motivasi,
x
15.
Kedua eyangku YB. Mulyono dan Sri Sayekti atas segala cinta, kasih sayang,
motivasi dan doa yang telah diberikan kepada penulis.
16.
Kekasihku Ocky Satria atas segala cinta, kasih sayang, motivasi, doa, serta
bantuan tenaga dan pikiran yang telah diberikan kepada penulis.
17.
Fabianus Deni, Agus Mulyanto, Devid Kristianto, dan Apriliana Susanti yang
telah setia membantu dan mendengarkan curahan hatiku.
18.
Teman-teman angkatan 2006 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu,
yang telah menuntut ilmu bersama dan terima kasih atas kerjasama yang indah
ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan di sana-sini. Semoga skripsi ini berguna bagi pembaca dan dapat
menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang dunia pendidikan.
Yogyakarta, 17 Oktober 2011
xi
ABSTRAK
Prima, Antonio Eriga. 2011. Perbedaan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi
Menggunakan Media Gambar dan Menggunakan Media Lingkungan Siswa
Kelas X SMA Negeri 1 Cawas, Klaten Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi.
Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma.
Skripsi ini meneliti perbedaan kemampuan menulis karangan deskripsi
menggunakan media gambar dan media lingkungan siswa kelas X SMA Negeri 1
Cawas, Klaten. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan kemampuan
menulis karangan deskripsi menggunakan media gambar siswa kelas X 1,
(2) mendeskripsikan kemampuan menulis karangan deskripsi menggunakan media
lingkungan siswa kelas X 7, (3) mendeskripsikan perbedaan kemampuan menulis
karangan deskripsi menggunakan media gambar siswa kelas X 1 dan menggunakan
media lingkungan siswa kelas X 7.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen untuk
membandingkan efektivitas dua media yang berbeda pada dua kelas yang berbeda.
penelitian ini menggunakan rancangan dengan pemasangan subjek melalui tes akhir
dan kelompok kontrol. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari 40 siswa kelas X 1
dan 40 siswa kelas X 7 SMA Negeri 1 Cawas, Klaten. Seluruh anggota populasi
diambil sebagai sampel. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes.
Data yang sudah terkumpul dianalisis dengan memberikan skor sesuai aspek
penilaian karangan deskripsi, menghitung skor rata-rata dan simpangan baku,
mengkonversikan skor ke dalam skala seratus, mengkonversikan skor untuk
menafsirkan tingkat kemampuan menulis siswa. Kemudian untuk mengetahui
perbedaan kemampuan menulis siswa digunakan uji t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara
kemampuan menulis karangan deskripsi dengan media gambar siswa kelas X 1 dan
media lingkungan siswa kelas X 7. Hal tersebut dapat dibuktikan dari nilai t
observasiyang diperoleh sebesar 2,94, sedangkan nilai t
tabelsebesar 1,994, dengan demikian
t
observasi> t
tabel.xii
ABSTRACT
Prima, Antonio Eriga. 2010. The Differences Between the Students’ Ability to Write
Descriptive Essays Using Pictures and Using the Environment as the Media
Class X SMA Negeri 1 Cawas, Klaten Academic Year 2011/2012. A Thesis.
Yogyakarta: PBSID, FKIP, Sanata Dharma University.
This thesis a research the differences between the students’ ability to write
descriptive essays using pictures and using environment as the media class X SMA
Negeri 1 Cawas,
Klaten. This research was aimed to (1) describe ability to write
descriptive essays using pictures students of class X 1, (2) describe ability to write
descriptive essays using environment students of class X 7, (3) describe the
differences of the ability to write descriptive essays using pictures students of class X
1 and using environment as the media students of class X 7.
The method used in this research was an experimental method that compared
the effectiveness of two different media in two different classes. This research use the
randomized posttest-only control group design, using matched subjects. The
population consisted of 40 students of class X 1 and 40 students of class X 7 SMA
Negeri 1 Cawas, Klaten. All of the population was taken as the sample. The data
were collected by conducting tests.
The data collected were analyzed by scoring based on the aspects of
descriptive essays assessment, calculating the average scores and standard deviation,
converting the scores into a scale of one hundred, converting scores to interpret the
students’ writing ability. Then to detect ability difference writes student is used t-tes.
The results of the research showed there was a significant difference between
the students’ ability to write descriptive essays using pictures students of class X 1
and using environment as the media students of class X 7. The mentioned provable
from value t
observasithat is got as big as 2,94, while value t
tabelas big as 1,994, so that
t
observasi> t
tabel.
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……….
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………..
ii
HALAMAN PENGESAHAN ………....
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ……….
iv
MOTO ……….…
v
PERNYATAAN KEASLIAN ……….…
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……….…
vii
KATA PENGANTAR ……….…
viii
ABSTRAK ………..…
xi
ABSTRACT
……….…
xii
DAFTAR ISI ………...
xiii
DAFTAR TABEL ………...
xvii
DAFTAR LAMPIRAN ………..….
xix
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah ... 1
1.2
Rumusan Masalah ... 4
1.3
Tujuan Penelitian ... 4
1.4
Manfaat Penelitian ... 5
xiv
1.6 Sistematika Penyajian ………... 8
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Terhadap Penelitian yang Relevan ... 9
2.2 Kerangka Teori ... 13
2.2.1 Menulis ... 13
2.2.2 Tujuan Menulis ... 15
2.2.3 Karangan Deskripsi ... 19
2.2.4 Pembelajaran Menulis di SMA ... 22
2.2.5 Media
Pembelajaran
...
26
2.2.6 Media Gambar ... 29
2.2.7 Media Lingkungan ... 31
2.2.8 Perbedaan
Media
Gambar dan Media Lingkungan ... 33
2.3 Kerangka Berpikir ... 35
2.4 Hipotesis
Penelitian
...
38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian ... 39
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 40
3.3
Pelaksanaan Penelitian ... 40
3.4 Instrumen Penelitian ... 42
3.5
Teknik Pengumpulan Data ... 43
xv
3.7 Teknik Analisis Data ... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.2
Deskripsi Data ... 56
4.2 Analisis Data ... 59
4.2.1 Penghitungan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Menggunakan
Media Gambar Siswa Kelas X 1 SMA Negeri 1 Cawas, Klaten ... 61
4.2.2 Penghitungan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Menggunakan
Media Lingkungan Siswa Kelas X 7 SMA Negeri 1 Cawas, Klaten…….… 65
4.2.3 Hasil Analisis Menulis Karangan Deskripsi Menggunakan Media
Gambar
………..
69
4.2.4 Hasil Analisis Menulis Karangan Deskripsi Menggunakan Media
Lingkungan
………...
73
4.2.5 Penghitungan Perbedaan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi
Menggunakan Media Gambar Siswa Kelas X 1 Dan Media Lingkungan
Siswa Kelas X 7 SMA Negeri 1 Cawas, Klaten ………….…..……….…... 77
4.2.6 Hasil Analisis Perbedaan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi
Menggunakan Media Gambar dan Media Lingkungan ……… 79
4.3
Pengujian Hipotesis ……….. 81
4.3.1 Pengujian Hipotesis I ……….…... 81
4.3.2 Pengujian Hipotesis II .……….. 81
xvi
4.4
Pembahasan ……….. 83
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan Hasil Penelitian ……… 85
5.2
Implikasi Hasil Penelitian ……… 86
5.3 Saran-saran
………...
87
DAFTAR PUSTAKA
………... 89
LAMPIRAN
………. 92
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Menulis Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia Kelas X, Semester 1 dan 2 ……… 23
Tabel 2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Menulis Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia Kelas XI, Semester 1 dan 2 ……….. 24
Tabel 3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Menulis
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas XII, Semester 1 dan 2 ………… 25
Tabel 4 Perbedaan Media Gambar dan Media Lingkungan ………... 34
Tabel 5 Aspek Penilaian Karangan Deskripsi ………. 44
Tabel 6 Rubrik Penilaian Karangan Deskripsi ……… 48
Tabel 7 Pedoman Konversi angka ke dalam skala seratus ………. 52
Tabel 8 Pedoman Perhitungan Persentase skala Seratus ……… 53
Tabel 9 Jumlah Skor dan Jumlah Kuadrat Sebagai Persiapan Menghitung Mean
dan Simpangan Baku Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Siswa
Kelas X 1 SMA Negeri 1 Cawas, Klaten Menggunakan
Media Gambar ………... 57
xviii
Tabel 11Rata-rata Nilai Tiap Aspek……….. 60
Tabel 12 Konversi Skor Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Siswa
Kelas X 1 ………63
Tabel 13 Kedudukan Perolehan Skor Hasil Kemampuan Menulis Karangan
Deskripsi Menggunakan Media Gambar Siswa Kelas X 1 ……… 64
Tabel 14 Konversi Skor Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Siswa
Kelas X 7 ………67
Tabel 15 Kedudukan Perolehan Skor Hasil Kemampuan Menulis Karangan
Deskripsi Menggunakan Media Gambar Siswa Kelas X 7 ……… 68
Tabel 16 Hasil Perhitungan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi
Menggunakan Media Gambar Kelas X 1 ………... 98
Tabel 17 Hasil Perhitungan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Surat Izin Penelitian ………... 92
Lampiran 2
Surat Keterangan Penelitian ……….……. 93
Lampiran 3
Hasil Wawancara ………..………. 94
Lampiran 4
Daftar Siswa ……....……….………. 96
Lampiran 5
Daftar Nilai Tiap Aspek ………..…….. 98
Lampiran 6
Hasil SPSS ……….. 101
Lampiran 7
Silabus ………. 103
Lampiran 8
RPP ……….. 104
Lampiran 9
Dokumentasi Foto ………..…. 116
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Dalam pembelajaran bahasa dikenal adanya empat keterampilan berbahasa
yang perlu dicapai siswa, yaitu keterampilan mendengarkan, keterampilan
berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis (Tarigan, 1984: 1).
Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan dan harus dikuasai karena
setiap keterampilan erat sekali berhubungan dengan proses berpikir yang
mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil
seseorang berbahasa semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya (Tarigan,
1984: 1).
Di antara keempat keterampilan tersebut, yang paling sulit dikuasai oleh
siswa adalah keterampilan menulis karena menulis merupakan keterampilan yang
sangat kompleks. Menulis merupakan upaya untuk menyampaikan pesan kepada
orang lain dengan tulisan sebagai mediumnya. Melalui menulis, siswa dapat
mengungkapkan ide, mengekspresikan pikiran, pengetahuan, perasaan, ilmu dan
pengalaman-pengalaman hidup ke dalam bahasa tulis. Menulis dapat diwujudkan
dalam bentuk puisi, artikel, sketsa, cerpen, atau karangan bentuk lain. Menulis
merupakan suatu kegiatan yang produktif (menulis menghasilkan suatu karya
berupa tulisan) dan ekspresif (melalui tulisan seseorang mengekspresikan dirinya
Sebagai salah satu aspek kemampuan berbahasa, menulis dapat dikuasai
siapa saja yang memiliki kemampuan intelektual yang memadai. Berbeda dengan
kemampuan menyimak dan berbicara, menulis tidak diperoleh secara alamiah,
tetapi harus dipelajari secara sungguh-sungguh. Pencapaian tujuan menulis dapat
diaplikasi dalam bentuk menulis suatu karangan. Menurut Gorys Keraf (1981: 3)
berdasarkan tujuannya, karangan yang utuh dapat dibedakan menjadi:
(1) Eksposisi, (2) Argumentasi, (3) Deskripsi, (4) Narasi.
Kegiatan menulis dapat mempertajam kepekaan seseorang terhadap
kesalahan-kesalahan baik ejaan, struktur, maupun pemilihan kosakata. Hal ini
disebabkan karena gagasan perlu dikomunikasikan dengan jelas, tepat, dan teratur,
sehingga tidak menimbulkan keraguan bagi penulis sendiri dan pembacanya
(Sujanto, 1988: 58).
Siswa harus dilatih sungguh-sungguh agar keterampilan menulis dan
tujuan pembelajaran menulis dapat tercapai secara optimal. Hal ini penting karena
menulis dapat mengungkapkan dan mengembangkan intelektual anak sejak
pendidikan dasar. Keterampilan menulis memerlukan ketekunan berlatih, semakin
banyak latihan, keterampilan menulis akan semakin meningkat. Untuk dapat
menguasai keterampilan menulis dibutuhkan waktu yang lama dan latihan yang
intensif ( Tarigan, 1984: 4). Oleh karena itu, keterampilan menulis siswa perlu
dikembangkan dan diharapkan mampu menulis berbagai hal termasuk menulis
Penulis memilih karangan deskripsi sebagai bahan penelitian karena
karangan deskripsi mempunyai kekhususan bila dibandingkan dengan karangan
lainnya. Karangan deskripsi merupakan salah satu jenis komunikasi tertulis yang
menggambarkan atau melukiskan suatu objek secara detail atau mendalam sesuai
dengan keadaan yang sebenar-benarnya tentang objek yang dilukiskan tersebut.
Segala sesuatu yang didengar, dicium, dilihat, dan dirasa melalui alat-alat sensori,
yang selanjutnya dengan media kata-kata, hal tersebut dilukiskan agar dapat
menciptakan daya khayal (imajinasi), sehingga pembaca atau pendengar
merasakan seolah-olah ia sendiri mengalami dan mengetahui secara langsung.
Penulis memilih untuk membandingkan dua media pembelajaran yang
berbeda untuk mengetahui media mana yang lebih efektif dalam pembelajaran
menulis karangan deskripsi. Dengan media gambar siswa dapat terbantu dalam
mengembangkan daya imajinasinya walaupun hanya mengunakan indra
penglihatan saja, sedangkan dengan media lingkungan siswa dapat menggunakan
indra penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan perasa.
Penulis memilih siswa SMA kelas X karena siswa sudah mendapatkan
pelajaran berbagai jenis karangan termasuk karangan deskripsi, serta di dalam
KTSP SMA kelas X semester 1 terdapat kompetensi dasar yang mempelajari
tentang paragraf deskripsi. Setelah diadakan wawancara dengan beberapa guru
bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Cawas, Klaten, penulis mendapatkan
persetujuan untuk mengadakan penelitian di kelas X. Kelas X 1 menggunakan
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan di atas, dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1. Seberapa tinggi kemampuan menulis karangan deskripsi menggunakan
media gambar siswa kelas X 1 SMA Negeri 1 Cawas, Klaten tahun ajaran
2011/2012?
2. Seberapa tinggi kemampuan menulis karangan deskripsi menggunakan
media lingkungan siswa kelas X 7 SMA Negeri 1 Cawas, Klaten tahun
ajaran 2011/2012?
3. Apakah ada perbedaan kemampuan menulis karangan deskripsi
menggunakan media gambar siswa kelas X 1 dan media lingkungan siswa
kelas X 7 SMA Negeri 1 Cawas, Klaten tahun ajaran 2011/2012?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan kemampuan menulis karangan deskripsi menggunakan
media gambar siswa kelas X 1 SMA Negeri 1 Cawas, Klaten tahun ajaran
2011/2012.
2. Mendeskripsikan kemampuan menulis karangan deskripsi menggunakan
media lingkungan siswa kelas X 7 SMA Negeri 1 Cawas, Klaten tahun
ajaran 2011/2012.
3. Mendeskripsikan perbedaan kemampuan menulis karangan deskripsi
menggunakan media gambar siswa kelas X 1 dan media lingkungan siswa
1.4Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi sekolah,
guru kelas, dan peneliti lain.
1. Bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran nyata mengenai
kemampuan menulis karangan deskripsi mengunakan media gambar dan
media lingkungan pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Cawas, Klaten.
2. Bagi guru kelas
Hasil penelitian ini akan memberikan data bagi guru kelas, seberapa
tinggi kemampuan menulis karangan deskripsi mengunakan media gambar
dan media lingkungan sehingga guru dapat menentukan upaya peningkatan
kualitas pembelajaran bahasa Indonesia.
3. Bagi peneliti lain
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
kemampuan menulis karangan deskripsi. Informasi yang didapat dari
penelitian ini diharapkan dapat membantu penelitian selanjutnya yang
1.5Variabel Penelitian dan Batasan Istilah
Agar lebih mudah dalam memahami penelitian ini, perlu disampaikan
rumusan variabel dan batasan istilah.
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu objek penelitian, dan objek itu bervariasi
(Sutrisna Hadi, 1973). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan
menulis karangan deskripsi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media
gambar dan media lingkungan.
2. Batasan Istilah
Istilah-istilah dalam penelitian ini perlu dibatasi agar pembaca tidak
salah tafsir dengan apa yang dikemukakan oleh penulis sehingga maksud dari
penulis dapat dipahami dengan baik oleh pembaca.
a. Menulis
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik
yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga
orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut bila mereka
memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut (Tarigan, 1984: 21). Untuk
menghasilkan tulisan yang baik keterampilan menulis harus dilatih sejak dini
b. Karangan Deskripsi
Karangan deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha
para penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang
dibicarakan (Gorys Keraf, 1981: 93). Dalam penelitian ini dipilih tipe dasar
karangan deskripsi yakni deskripsi tentang suatu tempat atau pemandangan.
c. Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan
dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta
lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan
proses belajar secara efisien dan efektif (Yudhi Munadi, 2008: 7).
d. Media Gambar
Media gambar adalah penyajian visual dua dimensi yang
memanfaatkan rancangan gambar-gambar sebagai sarana pertimbangan
mengenai kehidupan sehari-hari, misalnya yang menyangkut manusia,
peristiwa, benda-benda, tempat, dan sebagainya (Robertus Angkowo dan
Kokasih, 2007 : 26).
e. Media lingkungan
Media lingkungan merupakan media pembelajaran berupa benda asli.
Benda asli adalah media yang paling efektif untuk mengikutsertakan berbagai
indra dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan benda asli memiliki sifat
keaslian, mempunyai ukuran besar dan kecil, berat, warna, dan adakalanya
disertai dengan gerak dan bunyi, sehingga memiliki daya tarik sendiri bagi
1.6Sistematika Penyajian
BAB I pendahuluan. Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah
penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, variabel
penelitian dan batasan masalah, dan sistematika penyajian.
BAB II landasan teori. Pada bab ini diuraikan penelitian relevan, kerangka
teori, kerangka berpikir, serta hipotesis.
BAB III metodologi penelitian. Pada bab ini diuraikan jenis penelitian,
populasi dan sampel penelitian, pelaksanaan penelitian, instrumen penelitian,
teknik pengum-pulan data, teknik penilaian hasil karangan, dan teknik analisis
data.
BAB IV hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab ini diuraikan deskripsi
data, analisis data, pengujian hipotesis.
BAB V penutup. Pada bab ini diuraikan kesimpulan, implikasi hasil
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1Tinjauan Terhadap Penelitian Yang Relevan
Ada tiga penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, yang
dapat menunjukkan bahwa penelitian ini masih pantas untuk dilaksanakan, yaitu
penelitian Y. Anita Damarastuti (2004), Yohanes Yudhi Purwono (2007), dan
Dewi Purwanti (2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Y. Anita Damarastuti (2004) berjudul
“Perbedaan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi dengan Tidak
Menggunakan Media Gambar dan Dengan Menggunakan Media Gambar (Studi
Kasus Siswa Kelas IV SD Kanisius Pugeran 1 Yogyakarta dan SD Kanisius
Pugeran 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2003/2004)”. Penelitian itu termasuk jenis
penelitian deskriptif kuantitatif karena data yang diperoleh dari hasil skor tes
mengarang berupa angka. Tujuan penelitian itu mendeskripsikan kemampuan
menulis karangan deskripsi dengan tidak menggunakan media gambar siswa kelas
IV SD Kanisius Pugeran 1 Yogyakarta, mendeskripsikan kemampuan menulis
karangan deskripsi dengan menggunakan media gambar siswa kelas IV SD
Kanisius Pugeran 2 Yogyakarta, serta mendeskripsikan perbandingan kemampuan
menulis deskripsi dengan tidak menggunakan media gambar siswa kelas IV SD
Kanisius Pugeran 1 Yogyakarta dan dengan menggunakan media gambar siswa
kelas IV SD Kanisius Pugeran 2 Yogyakarta. Hasil penelitian Y. Anita
Damarastuti menunjukkan bahwa kemampuan menulis karangan deskripsi dengan
Yogyakarta berada pada tingkat sedang, kemampuan menulis karangan deskripsi
dengan menggunakan media gambar siswa kelas IV SD Kanisius Pugeran 2
Yogyakarta pada tingkat sedang, tidak ada perbedaan yang signifikan antara
kemampuan menulis karangan deskripsi dengan tidak menggunakan media
gambar siswa kelas IV SD Kanisius Pugeran 1 Yogyakarta dan dengan
menggunakan media gambar siswa kelas IV SD Kanisius Pugeran 2 Yogyakarta.
Y. Anita Damarastuti memberikan saran kepada guru mata pelajaran
bahasa Indonesia dan peneliti lain. Guru perlu mengevaluasi secara menyeluruh
terhadap kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengarang, dengan tujuan
membantu siswa lebih tertib dalam memilih kata, menyusun kalimat, menulis
tanda baca, dan menuangkan gagasan. Peneliti lain yang berminat dapat
melakukan uji coba di sekolah lain dengan jenis penelitian dan istrumen penelitian
yang tepat dan menarik sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat.
Penelitian yang dilakukan oleh Yohanes Yudhi Purwono (2007) berjudul
“Perbedaan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Dengan Menggunakan
Kerangka Karangan dan Dengan Menggunakan Media Gambar Pada Siswa SD
Kelas VI SD Maria Assumpta Klaten”. Tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti
dalam penelitian itu adalah mendeskripsikan tingkat kemampuan menulis
karangan deskripsi dengan menggunakan kerangka karangan, mendeskripsikan
kemampuan menulis karangan deskripsi dengan media gambar, serta mengetahui
perbedaan kemampuan dalam menulis karangan deskripsi dengan media kerangka
karangan dan media gambar. Penelitian itu termasuk dalam penelitian deskriptif
Hasil penelitian Yohanes Yudhi Purwono menunjukkan bahwa kemampuan siswa
dalam menulis karangan deskripsi dengan menggunakan kerangka karangan
berada pada tingkat sedang, kemampuan menulis karangan deskripsi dengan
media gambar berada pada tingkat cukup. Kesimpulan dari penelitian itu terdapat
perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis karangan deskripsi dengan
menggunakan kerangka karangan dan dengan menggunakan media gambar.
Yohanes Yudhi Purwono memberikan saran kepada guru bahasa Indonesia
dan peneliti lain. Guru harus dapat memvariasikan bentuk pembelajaran menulis
dengan menggunakan metode serta teknik pembelajaran keterampilan menulis
khususnya menulis deskripsi. Peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis
hendaknya bukan hanya membandingkan tingkat kemampuan menulis dalam satu
sekolah saja, melainkan dari berbagai sekolah baik negeri maupun swasta.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Purwanti (2007) berjudul
“Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Dengan Model
Pembelajaran Pendidikan Luar ruang dan Media Musik Klasik Pada Siswa Kelas
X 6 SMA Islam Sultan Agung 1 Semarang Tahun Ajaran 2007/2008”. Penelitian
itu membahas apakah pembelajaran menulis dengan menggunakan model
pembelajaran pendidikan luar ruang dan media musik klasik dapat meningkatkan
keterampilan menulis karangan deskripsi pada siswa kelas X 6 SMA Islam Sultan
Agung 1 Semarang. Penelitian itu juga membahas apakah terdapat perubahan
tingkah laku siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran pendidikan luar ruang dan media musik klasik. Penelitian itu
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pada keterampilan menulis karangan
deskripsi pada siswa kelas X 6 SMA Islam Sultan Agung 1 Semarang setelah
diadakan tes keterampilan menulis karangan deskripsi dengan menggunakan
media lingkungan dan media klasik. Terdapat perubahan sikap atau perilaku siswa
yaitu perubahan siswa dari perilaku negatif berubah menjadi perilaku positif.
Dewi Purwanti memberikan saran kepada guru bahasa Indonesia dan
peneliti lain. Guru sebaiknya menggunakan model pembelajaran pendidikan luar
ruang dan media musik klasik dalam pembelajaran keterampilan menulis. Peneliti
lain sebaiknya ada penelitian lanjutan dari penelitian ini dengan model yang lain
untuk menambah khasanah ilmu bahasa.
Ketiga penelitian di atas dapat memberi gambaran kepada pembaca bahwa
penelitian yang akan dilakukan oleh penulis ini masih relevan dan berguna.
Alasan peneliti yakni belum ada penelitian yang meneliti perbedaan kemampuan
menulis karangan khususnya deskripsi dengan media gambar dan media
lingkungan pada sekolah yang sama dan kelas yang berbeda. Setelah penelitian ini
diketahui hasilnya diharapkan dapat bermanfaat bagi guru bidang studi Bahasa
Indonesia dalam menentukan metode dan teknik pembelajaran guna
2.2Kerangka Teori
Di bawah ini diuraikan pengertian menulis, tujuan menulis, karangan
deskripsi, media pembelajaran, media gambar, media lingkungan.
2.2.1 Menulis
Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain
(Tarigan, 1984: 3). Menulis termasuk kegiatan produktif (menulis menghasilkan
suatu karya berupa tulisan) dan ekspresif (melalui tulisan seseorang
meng-ekspresikan dirinya secara bebas). Selanjutnya Tarigan (1984: 21) mengatakan
bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik
yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang
lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut bila mereka memahami
bahasa dan gambaran grafik tersebut.
Akhadiah (1989: 2) mengatakan bahwa kemampuan menulis merupakan
kemampuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan
keterampilan. Untuk menulis sebuah karangan yang sederhana, secara teknis
penulis dituntut memenuhi persyaratan dasar seperti menulis karangan yang rumit.
Penulis harus memilih topik, membatasinya, mengembangkan gagasan,
menyajikannya dalam kalimat dan paragraf yang tersusun secara logis.
Menulis merupakan suatu proses perkembangan (Tarigan, 1984: 8).
Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, dan latihan. Dalam menulis
penyampaian gagasan-gagasan harus tersusun secara logis, diekspresikan secara
dan dibiasakan untuk menuangkan ide-ide lewat menulis, agar menjadi terampil
dan dapat menghasilkan suatu hasil karya yang bermanfaat.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
menulis merupakan keterampilan berbahasa dengan melukiskan lambang-lambang
grafik untuk mengungkapkan gagasan dan pikiran yang ditujukan kepada orang
lain. Untuk menghasilkan tulisan yang baik keterampilan menulis harus dilatih
sejak dini secara berkesinambungan.
Menurut The Liang Gie (1992: 21) ada enam asas menulis yaitu asas
ke-jelasan, asas keringkasan, asas ketepatan, asas kesatupaduan, asas pertautan, asas
pengharkatan. Berikut ini dijelaskan enam asas tersebut.
1. Asas kejelasan, yaitu karangan yang jelas akan mudah dipahami oleh seorang
pembaca.
2. Asas keringkasan, yaitu karangan tidak boleh berlebihan dalam menggunakan
ungkapan yang tidak perlu, tidak perlu mengulang gagasan yang sama.
3. Asas ketepatan, maksudnya karangan harus tepat dalam pemakaian ejaan,
tanda baca dan istilah-istilah. Sebuah karangan hendaknya dapat
menyampaikan ide kepada pembaca seperti yang dimaksud oleh penulis.
4. Asas kesatupaduan, maksudnya segala sesuatu yang disajikan dalam suatu
karangan harus berpusat pada satu gagasan pokok atau tema utama karangan.
5. Asas pertautan, maksudnya dalam suatu karangan harus ada hubungan antara
kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dalam tiap paragraf.
6. Asas pengharkatan, maksudnya karangan harus benar-benar berbobot dan
2.2.2 Tujuan Menulis
Akhadiah (1989: 11) menyatakan bahwa setiap penulis harus
mengungkapkan dengan jelas tujuan menulis yang akan digarapnya. Perumusan
tujuan menulis ditentukan lebih dahulu karena merupakan titik tolak dalam
kegiatan menulis karangan. Rumusan tujuan menulis adalah gambaran penulis
dalam kegiatan menulis selanjutnya. Dengan menentukan tujuan menulis, akan
diketahui apa yang harus dilakukan pada tahap menulis. Tujuan menulis
merupakan penentu yang pokok dan akan mengarahkan serta membatasi
karangan. Kesadaran mengenai tujuan menulis selama proses menulis akan
menjaga keutuhan karangan.
Menurut Gorys Keraf (1984: 34), menulis atau mengarang mempunyai
tujuan untuk mengungkapkan fakta-fakta, perasaan, sikap, dan isi pikiran secara
jelas dan efektif kepada para pembaca. Setiap penulis harus mengungkapkan
dengan jelas tujuan penulisan yang akan dikerjakan. Tujuan itu dapat tercapai bila
penulis menyajikan aspek-aspek sebagai berikut dengan baik, yaitu judul
karang-an, gagaskarang-an, organisasi isi, tata bahasa, diksi, ejakarang-an, kebersihan dan kerapian.
Berikut ini dijelaskan aspek tersebut.
1. Judul Karangan
Menurut Gorys Keraf (1984: 128-129) sebuah judul yang baik merangsang
perhatian pembaca dan cocok dengan temanya. Berikut ini beberapa syarat yang
harus dipenuhi agar judul dapat merangsang perhatian pembaca dan cocok dengan
a. Judul harus relevan dengan tema, atau terdapat hubungan dengan beberapa
bagian yang penting dari tema. Judul tidak menyimpang dengan topik,
tidak dituliskan dengan kata kias atau kata yang mempunyai arti ganda.
b. Judul harus provokatif, yaitu harus dibuat dengan tujuan menimbulkan
rasa keingintahuan dari para pembaca terhadap isi buku atau karangan.
c. Judul harus singkat, yaitu tidak menggunakan kalimat atau frasa yang
panjang. Judul yang singkat bukan berarti harus terlalu pendek, tetapi
judul tersebut mampu dalam menjelaskan isi dari karangan atau tulisan.
2. Gagasan
Menulis atau mengarang gagasan merupakan isi dari karangan tersebut.
Gagasan itu dapat berupa pengetahuan, pengamatan, pendapat, renungan,
pendirian, perasaan, dan emosi. Gagasan adalah uraian atau rincian dari apa yang
hendak disampaikan seseorang kepada orang lain melalui bahasa tulis untuk
dipahami tepat seperti yang dimaksudkan oleh penulis (Widyamartaya, 1990: 9).
3. Organisasi Gagasan
Setiap kalimat yang baik harus memperlihatkan kesatuan gagasan,
mengandung satu ide pokok (Keraf, 1984: 36). Gagasan dalam suatu karangan
mudah dipahami dan dipetik manfaatnya oleh pembaca kalau gagasan
terorganisasi dengan baik. Organisasi gagasan ini tercermin dalam rangkaian kata,
frasa, klausa, kalimat, dan paragraf. Gagasan yang tidak terorganisasi dengan baik
4. Tata Bahasa
Sebuah karangan tidak pernah terlepas dari tata bahasa karena tata bahasa
mempengaruhi hasil karangan. Tata bahasa dalam konteks penelitian ini dibatasi
pada seluk-beluk kata, frasa, klausa, dan kalimat. Kata adalah satuan gramatikal
bebas yang terkecil (Ramlan, 1990: 7). Frasa adalah unsur klausa yang terdiri atas
dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi (Ramlan, 1986: 143).
Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari subyek, predikat, baik disertai
obyek, pelengkap, dan keterangan ataupun tidak (Ramlan, 1986: 83). Kalimat
adalah bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran
yang utuh secara ketatabahasaan. Dalam wujud lisan kalimat diiringi alunan
titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi selesai, dan diikuti oleh
kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan bunyi (Anton M. Moeliono,
1988: 254).
5. Diksi
Diksi adalah pilihan kata-kata untuk mengekspresikan ide atau gagasan
dan perasaan. Diksi yang baik adalah pemilihan kata secara tepat di dalam makna
serta sesuai dengan masalah dan kejadian (Achmadi, 1988: 126).
Poerwadarminta (1967: 43) menyebutkan tiga pedoman untuk memilih
kata yaitu tepat, lazim, dan seksama. Tepat yaitu mencakup arti dan tempat.
Lazim yaitu sudah menjadi ketentuan umum, dipakai dalam Bahasa Indonesia
Kata indria merupakan suatu jenis pengkhususan dalam memilih kata-kata
yang tepat dengan penggunaan istilah yang menyatakan pengalaman yang diserap
oleh pancaindra, yaitu serapan indra penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan
penciuman. Kata-kata yang menggambarkan pengalaman manusia melalui
pancaindra yang khusus, maka dapat digunakan untuk membuat deskripsi (Gorys
Keraf, 1981: 80).
6. Ejaan
Dalam kegiatan menulis agar lebih efektif penulis harus dapat
menggunakan ejaan secara tepat. Ejaan perlu diperhatikan karena mempengaruhi
penulis dalam mengkomunikasikan ide kepada pembaca (Parera, 1988: 41).
Ejaan tidak hanya mengatur cara penulis huruf, tetapi juga cara
menuliskan kata dan cara menuliskan tanda baca. Pemakaian ejaan meliputi
pemakaian huruf, penulisan huruf besar, huruf miring, penulisan kata, penuliasa
kata serapan dan penulisan tanda baca seperti titik (.), koma (,), titik dua (:), titik
koma (;), garis miring(/) (Moeliono, 1988: 377-418).
7. Kebersihan dan Kerapian
Kebersihan dan kerapian tulisan merupakan wajah dari karangan. Wajah
karangan turut menentukan daya tarik tulisan seseorang. Dengan kata lain,
kebersihan dan kerapian tulisan turut menentukan nilai atau kualitas suatu
karangan. Kebersihan yang dimaksud adalah kebersihan tulisan, tulisan tidak
kotor serta tidak banyak coretan. Kerapian yang dimaksud meliputi pengaturan
batas tepi kanan dan tepi kiri karangan, penulisan huruf, tanda baca, jarak tulisan,
Dari pendapat para ahli di atas penulis membuat kesimpulan bahwa tujuan
menulis adalah untuk menyampaikan atau mengungkapkan ide atau gagasan
penulis kepada pembaca. Dalam kegiatan menulis atau mengarang penulis harus
mentaati kaidah-kaidah atau aturan yang berlaku sehingga gagasan yang
dituangkan dalam bentuk tulisan dapat dimengerti dan diharapkan penulis
mendapat respon dari pembaca.
2.2.3 Karangan Deskripsi
Deskripsi merupakan paparan tentang persepsi yang ditangkap oleh
pancaindra. Kita melihat, mendengar, mencium, dan merasakan melalui alat-alat
sensori kita dan dengan kata-kata kita mencoba melukiskan apa-apa yang kita
tangkap dengan panca indra itu agar dapat dihayati oleh orang lain (Sujanto, 1988:
11). Karangan deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha para
penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang
dibicarakan (Gorys Keraf, 1981: 93). Karangan deskripsi adalah tulisan yang
berisi pemerian (deskripsi, paparan, uraian) tentang suatu objek sebagaimana
adanya pada suatu waktu (Yudiono, K.S, 1984:11).
Menurut Parera (1988: 4) karangan deskripsi berhubungan dengan
pengalaman pancaindera, seperti penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman,
dan perasaan. Deskripsi memberikan suatu gambaran tentang satu peristiwa atau
kejadian dan masalah. Dalam menulis deskripsi dituntut kesanggupan berbahasa
dari seorang penulis, yang kaya akan nuansa dan bentuk, dan kecermatan
pengamatan dan ketelitian penyelidikan, sehingga penulis harus dekat dengan
meng-gambarkan objeknya dalam rangkaian kata-kata yang penuh arti sehingga
pembaca dapat menerima dan seolah-olah mereka sendiri melihatnya.
Dari beberapa pengertian tentang karangan deskripsi di atas penulis
menyimpulkan bahwa karangan deskripsi adalah hasil perwujudan gagasan
seseorang dalam bahasa tulis dengan memaparkan atau melukiskan suatu objek
yang dapat ditangkap oleh pancaindra manusia ke dalam bentuk bahasa tulis
sehingga dapat dimengerti orang lain.
Karangan deskripsi menurut Achmadi (1988: 106) mempunyai dua tipe
dasar, yaitu deskripsi tentang suatu tempat atau pemandangan dan deskripsi
tentang orang. Berikut ini dijelaskan dua tipe dasar karangan deskripsi.
1. Deskripsi tempat
Dalam mendeskripsikan tempat atau suatu pemandangan penulis harus
menentukan kesan apa yang diinginkan dibangkitkan. Di dalam menyusun
deskripsi tempat penulis tidak harus menjejalkan semua detail dari tempat yang
dilihat (yang berdiri sebagai obyek) ke dalam tulisan deskripsinya.
Perincian-perincian dari tempat yang memiliki hubungan atau peranan langsung terhadap
jalannya peristiwa harus digambarkan secara cermat, sehingga membuat tulisan
deskripsinya hidup.
2. Deskripsi orang
Deskripsi tentang orang bertujuan untuk menggugah, membangkitkan
suatu kesan, untuk menjelmakan suatu sikap, dan untuk menghasilkan suatu efek
emosional yang esensial. Dalam membuat deskripsi orang haruslah
Menurut Gorys Keraf (1981: 149-156) dalam membuat sebuah deskripsi
orang dapat dikemukakan beberapa cara atau pembidangan yaitu bidang fisik,
bidang milik, bidang tindakan, bidang perasaan, dan bidang watak. Berikut ini
akan dijelaskan pembidangan dalam membuat deskripsi orang.
a. Bidang fisik
Bidang fisik bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang
sejelas-jelasnya tentang keadaan tubuh atau gambaran fisik dari seorang tokoh
sehingga pembaca mendapat gambaran fisik secara jelas tentang orang itu.
Deskripsi semacam ini lebih banyak bersifat objektif.
b. Bidang milik
Yang dapat dijadikan objek deskripsi orang pada bidang milik ini ialah
sesuatu yang melingkupi atau mengelilingi seseorang dan sesuatu yang
dimilikinya. Misalnya sepatu, rumah, pakaian, dan sebagainya.
c. Bidang tindakan
Bidang tindakan membahas tentang tindak-tanduk atau perilaku dari
seorang tokoh.
d. Bidang perasaan
Bidang perasaan membahas perasaan seseorang yang akan tampak dan
dapat dideskripsikan ketika perasaan seseorang itu terwakili oleh unsur-unsur
tubuh, misalnya perkataan, tindakan, raut muka, dan aktifitas tubuh lainya
e. Bidang watak
Bidang watak merupakan suatu segi kemanusiaan yang berada dibalik
tabir fisik manusia, sehingga pengarang harus mengadakan penafsiran bertolak
kepada kenyataan-kenyataan yang direcapnya, sehingga sering terjadi
kesalahan penafsiran watak seseorang.
Menurut Gorys Keraf (1981: 94) karangan deskripsi dapat dibagi menjadi
dua macam, yaitu deskripsi sugestif dan deskripsi teknis atau ekspositoris.
Deskripsi sugestif merupakan usaha penulis untuk menciptakan sebuah
pengalaman pada diri pembaca, pengalaman karena perkenalan yang terjadi secara
langsung dengan objek. Pengalaman atas objek tersebut harus dapat menciptakan
penghayatan melalui imajinasi para pembaca. Deskripsi teknis atau deskripsi
ekspositoris merupakan usaha penulis untuk memberikan identifikasi atau
informasi mengenai suatu objek. Bahasa yang digunakan dalam deskripsi
ekspositoris adalah bahasa formal dan lugas.
2.2.4 Pembelajaran Menulis di SMA
Bahasa memiliki peranan sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,
dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam
mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa
Indonesia dengan baik dan benar baik secara lesan dan tertulis (KTSP, 2006: 231).
Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP, 2006) pelajaran
menulis khususnya menulis karangan sudah diajarkan sejak SD, SMP, sampai
menulis di SMA dari kelas X sampai kelas XI yang dapat menunjukkan bahwa
pelajaran menulis khususnya menulis karangan sudah diajarkan.
Tabel 1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Menulis Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Kelas X, Semester 1 dan 2 Semester
1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Menulis
1.1Menulis gagasan dengan menggunakan pola urutan waktu dan tempat dalam bentuk paragraf naratif.
1.2Menulis hasil observasi dalam bentuk paragraf deskriptif.
1.3Menulis gagasan secara logis dan sistematis dalam bentuk ragam paragraf ekspositif.
2.1Menulis puisi lama dengan
memperhatikan bait, irama, dan rima. 2.2Menulis puisi baru dengan
memperhatikan bait, irama, rima.
Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Menulis
1. Mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato.
1.1 Menulis gagasan untuk mendukung suatu pendapat dalam bentuk paragraf argumentasi.
1.2 Menulis gagasan untuk meyakinkan atau mengajak pembaca bersikap atau melakukan sesuatu dalam bentuk paragraf persuasif.
1.3 Menulis hasil wawancara ke dalam beberapa paragraf dengan menggunakan ejaan yang tepat.
1.4 Menyusun teks pidato. Menulis
2. Mengungkapkan pengalaman sendiri dan orang lain ke dalam cerpen.
2.1 Menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri dalam cerpen (pelaku, peristiwa, latar).
Tabel 2
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Menulis Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Kelas XI, Semester 1 dan 2 Semester
1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Menulis
1.1Menulis proposal untuk berbagai keperluan.
1.2Menulis surat dagang dan surat kuasa. 1.3Melengkapi karya tulis dengan daftar
pustaka dan catatan kaki. Menulis
2. Mengungkapkan informasi melalui penulisan resensi
2.1Mengungkapkan prinsip-prinsip penulisan resensi.
2.2Mengaplikasikan prinsip-prinsip penulisan resensi.
Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Menulis
1. Mengungkapkan informasi dalam bentuk
rangkuman/ringka san, notulen rapat, dan karya ilmiah
1.1Menulis rangkuman/ ringkasan isi buku 1.2Menulis notulen rapat sesuai dengan
pola penulisan
1.3Menulis karya ilmiah seperti hasil pengamatan dan penelitian
Menulis
2. Menulis naskah drama
2.1Mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog naskah drama. 2.2Menarasikan pengalaman manusia
Tabel 3
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Menulis Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Kelas XII, Semester 1 dan 2 Semester
1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Menulis
1. Mengungkapkan informasi dalam bentuk surat dinas, laporan, dan resensi
1.1Menulis surat lamaran pekerjaan berdasarkan unsur-unsur dan struktur. 1.2Menulis surat dinas berdasarkan isi,
bahasa, dan format yang baku. 1.3Menulis laporan diskusi dengan
melampirkan notulen dan daftar hadir. 1.4Menulis resensi buku pengetahuan
berdasarkan format baku. Menulis
2. Mengungkapkan pendapat, informasi, dan pengalaman dalam bentuk resensi dan cerpen
2.1Menuliskan resensi buku kumpulan cerpen berdasarkan unsur-unsur resensi. 2.2Menulis cerpen berdasarkan kehidupan
orang lain (pelaku, peristiwa, latar).
Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Menulis
1.1Menulis karangan berdasarkan topik tertentu dengan pola pengembangan deduktif dan induktif
1.2Menulis esai berdasarkan topik tertentu dengan pola pengembangan pembuka, isi, dan penutup
Menulis
2. Mengungkapkan pendapat dalam bentuk kritik dan esai
2.1Memahami prinsip-prinsip penulisan kritik dan esai
2.2Menerapkan prinsip-prinsip penulisan kritik dan esai untuk mengomentari karya sastra
Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang tertera dalam
tabel dapat disimpulkan bahwa menulis karangan deskripsi sudah diajarkan di
SMA di kelas X. Oleh sebab itu, penelitian ini untuk mengetahui seberapa tinggi
tingkat kemampuan siswa dalam mengarang deskripsi dengan menggunakan
2.2.5 Media Pembelajaran
Menurut Robertus Angkowo dan Kokasih (2007 : 10) kata media berasal
dari bahasa Latin Medius yang secara harifiah berarti tengah, perantara atau
pengantar. Tetapi secara khusus pengertian media dalam proses pembelajaran
diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap,
memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Media adalah suatu alat yang dipakai sebagai saluran untuk
menyampai-kan suatu pesan atau informasi dari suatu sumber kepada penerimanya (Soeparno,
1988: 1). Dalam proses belajar mengajar, penerima pesan itu adalah siswa. Media
dapat digunakan dalam proses belajar mengajar sebagai media belajar yang dapat
digunakan sendiri oleh siswa. Media belajar digunakan untuk mengetahui
macam-macam benda, mengarang dengan mendeskripsikan gambar yang dilihat. Materi
pembelajaran yang terdiri atas pedoman pembelajaran, isi pembelajaran, tes, dan
pedoman pengajar merupakan paket yang memadai untuk digunakan oleh
pembelajar dan pengajar selama kegiatan pembelajaran.
Menurut Yudhi Munadi (2008: 7) media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara
terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana
penerima-nya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Media
pembelajaran yaitu segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan
pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian,
dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran
Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan
untuk menyampaikan pesan pembelajaran (Hujair AH. Sanaky, 2009: 3).
Pembelajaran merupakan proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan
bahan ajar. Media pembelajaran digunakan untuk membantu daya serap siswa
dalam menerima materi pembelajaran. Pembelajaran dikatakan terserap oleh siswa
secara optimal apabila ingatan tersimpan dalam ingatan jangka panjang. Menurut
Romiszowki media adalah pembawa pesan yang berasal dari sumber pesan
kepada penerima pesan. Dalam proses belajar mengajar, penerima pesan itu
adalah siswa. Pesan disalurkan oleh media dari sumber pesan kepada penerima
pesan itu ialah isi pelajaran.
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan media pembelajaran
adalah sarana yang digunakan untuk menyalurkan pesan, informasi atau bahan
pelajaran baik cetak maupun audio, visual, dan audio visual kepada penerima
pesan atau pembelajar.
Menurut Hujair AH. Sanaky (2009: 4) tujuan media pembelajaran adalah
sebagai berikut.
1. Mempermudah proses pembelajaran di kelas.
2. Meningkatkan efisiensi proses pembelajaran.
3. Menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajar.
Menurut Deni Setiawan (2009: 1) media berdasarkan keadaannya dapat
dibedakan menjadi media canggih (sophisticate media) dan media sederhana
(simplemedia) . Media canggih adalah media yang hanya dapat dibuat di pabrik
karena terdiri dari komponen-komponen yang rumit dan biasanya memerlukan
listrik dalam penyajiannya. Sedang media sederhana merupakan media yang dapat
dibuat sendiri atau oleh ahli media dan biasanya tidak memerlukan listrik dalam
penyajiaanya.
Jenis media dalam pembelajaran menurut Robertus Angkowo dan Kokasih
(2007 : 13) dapat dibedakan menjadi.
1. Media grafis atau media dua dimensi seperti gambar, foto, grafik, bagan,
diagram, poster, komik, kartun.
2. Media tiga dimensi yaitu media dalam bentuk padat, model penampang,
model susun, model kerja, dan diorama.
3. Media proyeksi seperti slide, film strips, film, OHP.
4. Lingkungan sebagai media pembelajaran.
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media gambar atau foto
serta media lingkungan. Dengan media gambar serta media lingkungan sebagai
media pembelajaran penulis berharap dapat membantu proses pemahaman dan
2.2.6 Media Gambar
Menurut Robertus Angkowo dan Kokasih (2007 : 26) media gambar
adalah penyajian visual dua dimensi yang memanfaatkan rancangan
gambar-gambar sebagai sarana pertimbangan mengenai kehidupan sehari-hari, misalnya
yang menyangkut manusia, peristiwa, benda-benda, tempat, dan sebagainya.
Gambar merupakan alat visual yang penting karena dapat memberikan
penggambaran visual yang konkret tentang masalah yang digambarkannya.
Gambar membuat orang dapat menangkap ide atau informasi yang terkandung
menjadi lebih jelas bila dibandingkan mengungkapkan dengan kata-kata baik yang
terlulis maupun lisan. Gambar adalah tiruan barang (orang, binatang, tumbuhan,
dsb) yang dibuat dengan coretan pensil dan sebagainya pada kertas dan
sebagainya (Anton M. Moeliono, 1997: 288). Gambar adalah foto atau sejenisnya
yang menampakkan orang, tempat, benda (Lutuheru, 1988: 41)
Gambar dapat ditemukan di mana saja yaitu di pinggir jalan, di pasar, di
stasiun, di majalah, di buku pelajaran, dan sebagainya. Gambar merupakan simbol
komunikasi tertua manusia. Dari zaman batu hingga sekarang, manusia
menggunakan gambar sebagai alat komunikasi. Gambar banyak dipergunakan
karena mudah dalam membuat atau mendapatkannya dan murah dalam
pembuatannya (Deni Setiawan 2009: 1).
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media gambar
adalah foto atau sejenisnya yang menampakkan benda dalam bentuk dua dimensi,
digunakan untuk berkomunikasi ataupun sebagai media pembelajaran dalam
Menurut Suleiman (1981: 29) agar gambar mencapai tujuan semaksimal
mungkin sebagai alat visual, gambar harus dipilih menurut syarat-syarat tertentu.
Berikut ini diuraikan syarat-syarat tersebut.
1. Gambar harus jelas, bagus, menarik, mudah dimengerti dan cukup besar untuk
dapat memperlihatkan detailnya.
2. Gambar harus penting dan cocok untuk hal yang sedang dipelajari atau
masalah yang sedang dihadapi.
3. Gambar harus benar dan autentik, yakni menggambarkan situasi yang serupa
jika dilihat dalam keadaan sebenarnya.
4. Gambar harus sederhana sehingga tidak membingungkan.
5. Gambar harus sesuai dengan kecerdasan orang yang melihatnya.
6. Gambar yang berwarna dapat menjadikannya lebih realistis dan merangsang
minat untuk melihatnya.
Sadiman (1986: 29) menyebutkan bahwa ada beberapa kelebihan dari
media gambar sebagai media pendidikan, yaitu.
1. Gambar bersifat konkret, lebih realistis.
2. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu.
3. Gambar dapat mengatasi keterbatasan pengalama.
4. Gambar dapat memperjelas suatu masalah.
Selain kelebihan tersebut, gambar juga memiliki beberapa kelemahan
(Sadiman, 1986: 31) yaitu.
1. Gambar hanya menekankan persepsi indera mata.
2. Gambar yang terlalu kompleks kurang efektif, maksudnya gambar yang berisi
lebih dari satu benda objek peristiwa tidak efektif.
3. Ukuran sangat terbatas untuk kelompok besar, maksudnya besar kecilnya
ukuran gambar tidak mampu digunakan dalam kelompok besar.
Mengarang melalui media gambar merupakan salah satu teknik pengajaran
menulis yang sangat dianjurkan oleh para ahli. Gambar yang kelihatannya diam
sebenarnya banyak berkata bagi mereka yang peka dan penuh imagi. Karena itu,
pemilihan gambar harus tepat, menarik, dan merangsang siswa. Mengarang
melalui media gambar berarti melatih dan mempertajam daya imajinasi siswa
(Tarigan dan Djago Tarigan 1987: 209-210).
2.2.7 Media Lingkungan
Media lingkungan merupakan media pembelajaran berupa benda asli.
Suatu benda asli merupakan media yang paling tepat guna, dibanding tiruannya
(Latuheru, 1988: 52). Benda asli merupakan media yang paling efektif untuk
mengikutsertakan berbagai indra dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan benda
asli memiliki sifat keaslian, mempunyai ukuran besar dan kecil, berat, warna, dan
adakalanya disertai dengan gerak dan bunyi, sehingga memiliki daya tarik sendiri
Bentuk benda asli yang dipilih untuk pengajaran sebaiknya dibedakan
berdasarkan tujuan benda tersebut digunakan. Menurut Yudhi Munadi (2008:
108-110) terdapat tiga macam benda asli yakni unmodified real thing (benda asli yang
tidak dimodifikasi), modified real things (benda asli yang telah dimodifikasi),
specimen (sampel). Berikut ini dijelaskan tiga macam benda tersebut.
1. Unmodified real thing adalah benda yang sebenarnya, sebagaimana adanya,
tanpa perubahan kecuali hanya dipindahkan dari tempat aslinya. Benda-benda
tersebut mempunya ciri di antaranya dapat digunakan, hidup, dalam ukuran
normal, dapat dikenal dengan nama sebenarnya.
2. Modified real things adalah benda asli versi yang disederhanakan, yang dibuat
hanya bagian penting yang dibutuhkan (tidak seutuhnya).
3. Specimens kadang tidak dimodifikasi, biasanya bagian dari lingkungan.
Seringkali diartikan sebagai sampel dari suatu benda dalam grup atau kategori
yang sama.
Penggunaan media grafis, tiga dimensi, dan proyeksi pada dasarnya
memvisualisasikan fakta, gagasan, kejadian, peristiwa dalam bentuk tiruan dari
keadaan sebenarnya untuk dibahas di dalam kelas dalam membantu proses
pengajaran. Di lain pihak guru dan siswa bisa mempelajari keadaan sebenarnya di
luar kelas dengan menghadapkan para siswa kepada lingkungan yang aktual untuk
dipelajari, diamati dalam hubungannya dengan proses belajar. Cara ini lebih
bermakna karena siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang
sebenarnya secara alami, lebih faktual, dan kebenarannya lebih dapat
Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2010: 208 - 209) lingkungan
sebagai media pembelajaran mempunyai banyak manfaat. Berikut ini diuraikan
manfaat tersebut.
1. Motivasi siswa dalam belajar akan lebih tinggi sebab kegiatan belajar lebih
menarik.
2. Proses pembelajaran akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan dengan
situasi dan keadaan yang sebenarnya.
3. Bahan-bahan yang dipelajari faktual sehingga kebenarannya lebih akurat.
4. Kegiatan belajar siswa lebih koprehensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan
dengan berbagai cara seperti mengamati, wawancara, dan lain-lain.
5. Sumber belajar menjadi lebih kaya sebab lingkungan yang dipelajari bisa
beraneka ragam seperti lingkungan sosial, alam, serta buatan.
6. Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di
lingkungan sehingga dapat memupuk cinta lingkungan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan media lingkungan adalah suatu
media pembelajaran yang dilakukan di luar ruang yang menekankan pada proses
belajar berdasarkan keadaan sebenarnya atau fakta nyata. Materi pembelajarannya
secara langsung dialami melalui kegiatan pembelajaran serta pancaindra manusia
banyak berperan.
2.2.8 Perbedaan Media Gambar dan Media Lingkungan
Penggunaan media pembelajaran dalam menulis karangan deskripsi yaitu
media gambar dan media lingkungan yang mempunyai beberapa perbedaan
Tabel 4
Perbedaan Media Gambar dan Media Lingkungan Media Gambar Media Lingkungan 1. Media gambar menekankan
persepsi indera penglihatan atau mata saja.
1. Media lingkungan mengikutsertakan semua
pancaindra (pendengaran, peraba, pencium, penglihat, dan perasa). 2. Media gambar dapat mengatasi
keterbatasan ruang dan waktu.
2. Media lingkungan tidak dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, sebab berdasarkan keadaan sebenarnya atau fakta nyata.
3. Penggunaan media grafis, tiga dimensi, dan proyeksi pada dasarnya memvisualisasikan fakta, gagasan, kejadian, peristiwa dalam bentuk tiruan dari keadaan sebenarnya untuk dibahas di dalam kelas dalam membantu proses pengajaran.
3. Dengan mempelajari keadaan sebenarnya di luar kelas yakni menghadapkan para siswa kepada lingkungan yang aktual untuk dipelajari, diamati dalam hubungannya dengan proses belajar. Cara ini lebih bermakna karena siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara alami, lebih faktual, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan. 4. Ukuran sangat terbatas untuk
kelompok besar, maksudnya besar kecilnya ukuran gambar tidak mampu digunakan dalam kelompok besar.
4. Memiliki sifat keaslian, mempunyai ukuran besar dan kecil, berat, warna, dan adakalanya disertai dengan gerak dan bunyi.
5. Gambar yang terlalu kompleks kurang efektif, maksudnya gambar yang berisi lebih dari satu benda objek peristiwa tidak efektif.
5. Suatu benda asli merupakan media yang paling tepat guna, dibanding tiruannya.
(Lihat pada pendapat Hujair AH. Sanaky 2009: 109, Latuheru 1988:52, Nana
2.3Kerangka Berpikir
Keterampilan menulis merupakan keterampilan untuk menuangkan ide
atau gagasan ke dalam bentuk tulisan. Kemampuan menulis memerlukan teknik
pelatihan menulis yang tepat dan latihan secara terus menerus. Hal ini berdasarkan
pada alasan bahwa keterampilan menulis bukan merupakan bakat alami yang
dengan sendirinya dapat dimiliki oleh seseorang. Untuk memiliki kemampuan
menulis yang baik, diperlukan beberapa keterampilan dan pelatihan yang
memadai. Kemampuan menulis yang baik meliputi kemampuan memahami,
mengembangkan gagasan, struktur kalimat, koherensi, diksi, ejaan, dan tanda
baca.
Tujuan menulis atau mengarang adalah untuk menyampaikan atau
mengungkapkan ide atau gagasan penulis kepada pembaca. Dalam kegiatan
menulis maupun mengarang penulis harus mentaati kaidah-kaidah atau aturan
yang berlaku sehingga gagasan yang dituangkan dalam tulisan dapat dimengerti
dan dipahami oleh pembaca.
Karangan deskripsi adalah gagasan atau ide yang dituangkan dalam bentuk
tulisan dengan menguraikan, memaparkan dan melukiskan suatu objek yang
ditangkap oleh pancaindra manusia yang ditujukan kepada orang lain atau
pembaca.
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa SMA kelas X karena di dalam
KTSP menulis karangan deskripsi sudah diajarkan. Siswa SMA senang dalam
melukiskan atau menggambarkan tentang sesuatu hal, sehingga dengan penelitian
Media pembelajaran merupakan sebuah sarana berupa audio, visual, atau
audio visual yang digunakan untuk menyampaikan pesan, informasi kepada
penerima pesan. Dalam penelitian ini media pembelajaran yang digunakan adalah
media gambar dan media lingkungan dalam menulis karangan deskripsi.
Media gambar adalah suatu alat atau media berupa gambar yang dipakai
sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi dari suatu
sumber kepada penerimanya. Media untuk sarana pembelajaran banyak ragamnya
antara lain gambar, foto, grafik, peta, papan flanel, buletin, dan lain-lain, sehingga
guru dapat menggunakan dan memanfaatkan berbagai macam media gambar
sesuai dengan materi pembelajaran.
Lingkungan sebagai media pembelajaran mampu mengembangkan
gagasan atau ide dengan maksimal dibandingkan dengan pembelajaran yang
dilakukan di dalam ruangan. Suasana pembelajaran tidak monoton dan lebih
berkesan bagi siswa. Dengan menggunakan media lingkungan siswa lebih banyak
menggunakan pancaindranya, sehingga dapat memberikan kesan hidup dalam
karangannya dan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis
deskripsi.
Media gambar dan media lingkungan merupakan bentuk media
pem-belajaran yang akan digunakan dalam menulis karangan deskripsi. Media gambar
dapat membantu siswa dalam menuangkan ide ke dalam bentuk karangan
deskripsi, namun hanya menggunakan indra penglihatan saja sehingga akan
mempengaruhi hasil karangan deskripsinya. Selanjutnya, media lingkungan