• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMASI PROSES PENCAMPURAN LOTION VIRGIN COCONUT OIL DENGAN KAJIAN PENELITIAN KECEPATAN PUTAR MIXER DAN WAKTU PENCAMPURAN MENGGUNAKAN METODE DESAIN FAKTORIAL SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "OPTIMASI PROSES PENCAMPURAN LOTION VIRGIN COCONUT OIL DENGAN KAJIAN PENELITIAN KECEPATAN PUTAR MIXER DAN WAKTU PENCAMPURAN MENGGUNAKAN METODE DESAIN FAKTORIAL SKRIPSI"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMASI PROSES PENCAMPURAN LOTION VIRGIN COCONUT OIL DENGAN KAJIAN PENELITIAN

KECEPATAN PUTAR MIXER DAN WAKTU PENCAMPURAN MENGGUNAKAN METODE DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi ( S.Farm )

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

I Made Soma Putra Antar Nusa

NIM : 058114035

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

OPTIMASI PROSES PENCAMPURAN LOTION VIRGIN COCONUT OIL DENGAN KAJIAN PENELITIAN

KECEPATAN PUTAR MIXER DAN WAKTU PENCAMPURAN MENGGUNAKAN METODE DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi ( S.Farm )

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

I Made Soma Putra Antar Nusa

NIM : 058114035

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2009

(3)

Tanggal 21 Agustus 2009

(4)
(5)

Halaman Persembahan

Sebab Aku ini mengetahui

rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku

mengenai kamu, demikianlah firman

TUHAN, yaitu rancangan damai

sejahtera dan bukan

rancangan kecelakaan,

untuk memberikan

kepadamu hari depan

yang penuh harapan.

Yeremia 29 : 11

Karya ini dengan segenap hati, segenap akal budi dan

segenap kekuatan kupersembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus atas kasih karunia-Nya

Kedua orang tuaku, sebagai ungkapan bakti dan

hormatku.

Semua orang yang kukasihi

Angkatanku, angkatan 2005

Dan Almamaterku.

(6)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : I Made Soma Putra Antar Nusa Nomor Mahasiswa : 058114035

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

OPTIMASI PROSES PENCAMPURAN LOTION VIRGIN COCONUT OIL DENGAN KAJIAN PENELITIAN

KECEPATAN PUTAR MIXER DAN WAKTU PENCAMPURAN MENGGUNAKAN METODE DESAIN FAKTORIAL

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di Internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya

maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta.

Pada Tanggal: 21 Agustus 2009 Yang menyatakan,

I Made Soma Putra Antar Nusa

(7)

PRAKATA

Puji syukur, sembah dan hormat, kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebab

oleh karena kasih karunia-Nya penulis dimampukan untuk menyelesaikan

penelitian dan skripsi yang berjudul “Optimasi Proses Pencampuran Lotion Virgin

Coconut Oil dengan Kajian Penelitian Kecepatan Putar Mixer dan Waktu

Pencampuran Menggunakan Metode Desain Faktorial”. Penyusunan skripsi ini

dilakukan guna memenuhi salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana farmasi

(S. Farm) dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Peneliti mampu menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini, juga

karena didukung oleh banyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

tak lupa ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Mama, Papa, Mbak Prima, dan Pakde Sugeng yang selalu mendoakan,

mendukung, memberi semangat dan atas perhatiannya selama ini terhadap

penulis.

2. Romo Petrus Sunu Hardiyanta SJ, M.Sc., dan Ibu Sri Hartati Yuliani, M.Si.,

Apt. selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan dedikasi

untuk membimbing, memberi saran, dan kritik yang membangun bagi penulis.

3. Ibu Agatha Budi Susiana Lestari, M.Si., Apt dan Ibu C.M. Ratna Rini Nastiti,

M. Pharm., Apt., atas dedikasi dan kesediaannya untuk meluangkan waktu

sebagai dosen penguji, sekaligus memberikan kritik dan saran yang

membangun bagi penulis.

4. Ibu Rita Suhadi M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

(8)

5. Semua dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma atas bimbingannya

selama ini.

6. Ade dan Berto atas suka duka, kerjasama, bantuan, kebersamaan, dan

dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman UKK-A (Dani, Nixon, Yoyok, Berto, Erlin, Sinta, Sekar, Imel,

Ani, Ana, David, Inuz, Mia, Dewi, Happy, Adrian, Prima, Rini, Budi, Agus,

Widi.) yang memberi dukungan dan semangat.

8. Teman-teman di kontrakan, Agus, Wisely, Hadian dan Fian atas bantuannya

selama ini.

9. Teman-temanku di kelas A 2005 atas dukungannya selama ini dan

teman-teman angkatan 2005 atas kekompakan dan kebersamaan kita selama ini.

10.Teman-teman di lab Farmasi Fisika (Ong, Omega, Pan-pan, Tyas, Suci) dan

Jovan atas kerjasama dan bantuanya.

11.Mas Agung, Pak Musiffin, Mas sigit, Mas Ottok dan Mas Iswandi, serta

laboran-laboran lain atas dukungan dan bantuannya.

12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu

penulis menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini

mengingat keterbatasan dan kemampuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan

saran dan kritik yang membangun dari semua pihak untuk menyempurnakan

skripsi ini, semoga penelitian dan skripsi ini berguna bagi ilmu pengetahuan.

Penulis

(9)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 18 Agustus 2009

Penulis

I Made Soma Putra Antar Nusa

(10)

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari kecepatan putar mixer dan waktu pencampuran atau interaksi antara keduanya yang paling berpengaruh dominan terhadap sifat fisik dan stabilitas lotion yang dihasilkan. Formula yang akan dioptimasi adalah formula optimum yang telah diperoleh pada penelitian Hartanto (2007).

Penelitian ini merupakan rancangan penelitian eksperimental murni menggunakan metode desain faktorial. Subyek dalam penelitian ini adalah lotion

VCO. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kecepatan putar mixer dan lama pencampuran. Berturut-turut,level rendah dan tinggi yang digunakan adalah, untuk kecepatan putar mixer, 500 rpm dan 700 rpm, dan untuk lama pencampuran 10 menit dan 20 menit. Variabel tergantung adalah daya sebar, viskositas, pergeseran viskositas, stabilitas setelah penyimpanan selama satu bulan, dan ukuran droplet. Data hasil penelitian dianalisis secara statistik dengan menggunakan yate’s treatment dengan tingkat kepercayaan 95%.

Berdasarkan percobaan diperoleh hasil yang menunjukan. Kecepatan putar dominan dalam menentukan respon daya sebar dan viskositas lotion VCO. Untuk respon ukuran droplet, pergeseran viskositas, dan pergeseran ukuran droplet tidak dipengaruhi oleh kecepatan putar, waktu pencampuran atau interaksi antara keduanya. Melalui superimposed contour plot, dapat diketahui area optimum dari daya sebar, viskositas, dan pergeseran viskositas yang diperkirakan sebagai proses pencampuran optimum pada level yang diteliti.

Kata kunci : lotion, virgin coconut oil, kecepatan putar mixer, waktu pencampuran, desain faktorial.

(11)

ABTRACT

The aim of this study was to determine the effect of mixing rate and mixing duration or interaction of both which have dominant influence to physical properties and stability of the lotion produced. The optimized formula used is the optimum formula from Hartanto’s (2007) study.

This study was an experimental research, by using factorial design method. The subject in this study was VCO lotion. The independent variable of this study were mixing rate and mixing duration. High level and low level used for mixing rate were 500 rpm and 700 rpm, and for mixing duration were 10 minutes and 20 minutes, respectively. Whereas, the dependent variables were spreadibility, viscosity, viscosity shift, stabilization after one month storage, and droplet’s size. The study data result was analyzed statistically by applying Yate’s treatment with 95% of confidence.

The experiment showed that mixing duration and mixing rate influence VCO lotion physical characteristic and physical stabilization. The mixing rate was dominant in determining the spreadibility response and VCO lotion viscosity. Droplet’s size, viscosity shift, and droplet’s size shift was not affected by mixing rate and mixing duration or interaction of both. Contour plot superimposed showed the area of the spreadibility, viscosity, and which was assumed as the optimum mixing process on the level studied.

Keyword: lotion, virgin coconut oil, mixing rate, mixing duration, factorial design.

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL………...i

HALAMAN JUDUL………ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………...iii

HALAMAN PENGESAHAN……….iv

HALAMAN PERSEMBAHAN………...v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...vi

PRAKATA………...……..…vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………..…...….ix

INTISARI………..………..….x

ABSTRAK………...…..…...…..xi

DAFTAR ISI………...…...xii

DAFTAR TABEL………...……….….xvi

DAFTAR GAMBAR………...xvii

DAFTAR LAMPIRAN………...xviii

BAB I. PENGANTAR………...1

A. Latar Belakang………...1

B. Perumusan Masalah………..…..3

C. Manfaat Penelitian.………..…...3

D. Keaslian Penelitian.………..…..3

E. Tujuan Penelitian………..…..4

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA………..5

(13)

A. Virgin Coconut Oil………...………..……5

B. Emulsi………...……….…….…6

C. Lotion………...….……….7

D. Moisturizer………...………….…….8

E. Pencampuran………...…….………..9

F. Pembentukan Droplet……….9

G. Mixer………...………….…………12

H. Uji Sifat Fisik………...……….………...13

1. Daya Sebar………...13

2. Viskositas………...13

H. Stabilitas Emulsi...14

1. Creaming...14

2. Flokulasi...15

3. Koalesen...15

4. Inversi...16

I. Mikromeritik...17

J. Metode Desain Faktorial...18

K. Landasan Teori...19

L. Hipotesis………...21

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN……….……….22

A. Jenis dan Rancangan Penelitian………...…22

B. Variabel Dalam Penelitian………...………22

C. Devinisi Oprasional……….…….22

(14)

D. Bahan dan Alat Penelitian………...……….24

1. Bahan Penelitian………24

2. Alat Penelitian………..………….24

E. Tata Cara Penelitian……….24

1. Formula………..24

2. Pembuatan Lotion………..25

3. Penentuan Tipe Emulsi Lotion VCO……….25

4. Pengujian Daya Sebar………..…..26

5. Pengujian Viskositas……….26

6. Mikromeritik………..27

7. Pengujian Stabilitas………...………27

F. Analisis Hasil………...…………27

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…………..……….30

A. Pembuatan Lotion Virgin Coconut Oil (VCO)...30

B. Penentuan Tipe Emulsi Lotion VCO...33

1. Penambahan Salah Satu Fase secara Berlebih...33

2. Penambahan Zat Warna Larut Air...33

3. Pencucian dengan Air...34

C. Sifat Fisik dan Stabilitas Lotion VCO...35

1. Uji Sifat Fisik Lotion...38

a. Distribusi Ukuran Partikel (Droplet)...38

b. Daya Sebar ...42

c. Viskositas...44

(15)

2. Uji Stabilitas...46

a. Pergeseran Viskositas...46

b. Uji Persen Pemisahan...48

c. Pergeseran Ukuran Partikel (Droplet)...49

D. Optimasi Proses Pencampuran...53

1. Daya Sebar...53

2. Viskositas...54

3. Pergeseran Viskositas...55

4. Contour Plot Super Imposed...56

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……….……….57

A. KESIMPULAN...58

B. SARAN...59

DAFTAR PUSTAKA………..60

LAMPIRAN……….61

BIOGRAFI PENULIS………..95

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel I. Rancangan Percobaan Desain faktorial...25

Tabel II. Respon Hasil Percobaan...36

Tabel III. Respon hasil Percobaan (Efek Waktu pencampuran, Kecepatan Putar Mixer dan Interaksi antara keduanya)...37

Tabel IV. Hasil Perhitungan Yate’s treatment Terhadap Ukuran Droplet... 41

Tabel V. Hasil Perhitungan Yate’s treatment Terhadap Respon Daya Sebar...42

Tabel VI. Hasil Perhitungan Yate’s treatment Terhadap Respon Viskositas...43

TabelVII. Hasil Perhitungan Yate’s treatment Terhadap Respon Pergeseran Viskositas...47

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Hubungan Antara Fluid Shear dan Laplace Surface Force...10

Gambar 2. Kemungkinan Perubahan Bentuk yang Terjadi...11

Gambar 3. Variasi dari Rata-Rata Diameter Droplet, dengan Kajian Faktor Waktu Pencampuran Pada Variasi Waktu yang Ditentukan...12

Gambar 4. Hasil Pengujian Tipe Lotion VCO dengan Menggunakan Metilen Blue....34

Gambar 5. Grafik Hubungan Ukuran Droplet Terhadap Frekuensi Droplet...39

Gambar 6. Grafik Hubungan Antara Kecepatan Putar dan Waktu Pencampuran Terhadap Ukuran Droplet ...40

Gambar 7. Grafik Hubungan Antara Kecepatan Putar dan Waktu Pencampuran Terhadap Daya Sebar ...42

Gambar 8. Grafik Hubungan Antara Kecepatan Putar dan Waktu Pencampuran Terhadap Viskositas ...44

Gambar 9. Grafik Hubungan Antara Kecepatan Putar dan Waktu Pencampuran Terhadap Pergeseran Viskositas ...47

Gambar 10. Grafik Pergeseran Distribusi Partikel Percobaan 1...49

Gambar 11. Grafik Pergeseran Distribusi Partikel Percobaan a...50

Gambar 12. Grafik Pergeseran Distribusi Partikel Percobaan b...50

Gambar 13. Grafik Pergeseran Distribusi Partikel Percobaan ab...50

Gambar 14. Contour Plot Daya Sebar Lotion Virgin Coconut Oil (VCO)...54

Gambar 15. Contour Plot Viskositas Lotion Virgin Coconut Oil (VCO)...55

Gambar 16. Contour Plot Pergeseran Viskositas Lotion Virgin Coconut Oil (VCO)...56

Gambar 17. Super Imposed Contour Plot Pergeseran Viskositas Lotion Virgin Coconut Oil (VCO)...57

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Data Penimbangan………...…..………..61

Lampiran 2. Data Sifat fisik ………...………...………...62

Lampiran 3. Data Stabilitas………...……...………....63

Lampiran 4. Data Mikromeritik...65

Lampiran 5. Frekuensi Nilai Tengah Interval Ukuran Droplet...74

Lampiran 6. Perhitungan Efek Sifat Fisik dan Stabilitas...76

Lampiran 7. Persamaan Regresi...80

Lampiran 8. Perhitungan Yate’s Treatment ………...………...…….85

Lampiran 9. Dokumentasi...93

(19)

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Minyak kelapa sangat baik untuk melembabkan kulit yang kasar dan

keriput. Minyak kelapa membantu mengangkat sel kulit mati dan menggantinya

dengan sel-sel baru sehingga kulit menjadi elastis dan kuat (Sukartin dan

Sitanggang, 2005). Akan tetapi jika minyak kelapa langsung digunakan pada kulit

akan menimbulkan rasa yang kurang nyaman oleh karena itu VCO dibuat dalam

bentuk lotion.

Sebelumnya, telah dilakukan penelitian oleh (Hartanto, 2007) mengenai

optimasi formula dari lotion VCO dan diperoleh formula optimum untuk lotion

VCO. Suatu formula dikatakan optimum jika sediaan yang dihasilkan memiliki

sifat fisik dan stabilitas fisik yang sesuai dengan persyaratan mutu lotion. Dalam

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya proses pencampuran lotion VCO

dilakukan secara manual. Proses pencampuran manual yang dilakukan

menggunakan mortir dan stamper. Faktor-faktor penting dalam proses

pencampuran seperti suhu, waktu pencampuran dan kecepatan putar mixer tidak

dapat ditentukan, sehingga keterulangan dalam pembuatan lotion VCO ini sulit

tercapai. Kekurangan dari penelitian tersebut adalah belum adanya optimasi

proses pembuatan agar diperoleh hasil pencampuran yang memiliki sifat fisik

yang diharapkan.

(20)

Kebanyakan produk farmasi terdiri dari banyak komponen, sehingga

dalam proses produksi memerlukan pencampuran dari berbagai macam komponen

tersebut untuk menjamin homogenitas dari tiap-tiap komponen (Aulton, 2002).

Optimasi proses dilakukan agar setiap kali proses produksi dilakukan dapat

diperoleh produk dengan kualitas yang seragam (Martin, 1993).

Proses pencampuran akan berpengaruh pada emulsi yang dihasilkan

melalui pengecilan ukuran droplet yang dihasilkan sebagai fase dispers. Proses

pencampuran dapat mengecilkan ukuran partikel berkaitan dengan mixer yang

digunakan yaitu planetary mixer yang gigi-giginya dapat memperkecil ukuran

partikel (Lantz dan Schwartz, 1990).

Faktor yang berpengaruh dan dapat dikendalikan dalam proses

pencampuran terhadap sifat fisik lotion adalah kecepatan putar mixer, waktu

pencampuran dan suhu pencampuran. Di dalam penelitian ini dilakukan optimasi

proses pencampuran terhadap faktor kecepatan putar dan waktu pencampuran.

Pencampuran tergantung pada waktu pencampuran akan tetapi

pencampuran yang berlangsung lama tidak menjamin tercapainya homogenitas

yang dikehendaki, sebab proses pencampuran dan pemisahan pada saat yang sama

berlangsung secara kompetitif dan tetap (Voigt,1994). Selama proses

pencampuran kecepatan putar yang digunakan akan menimbulkan gaya geser pada

lotion yang dapat menyebabkan perubahan sifat fisik dari lotion. Oleh karena itu

diperlukan optimasi terhadap kecepatan putar mixer dan waktu pencampuran

(21)

B. Perumusan Masalah

1. Antara kecepatan putar mixer, waktu pencampuran, atau interaksi keduanya,

manakah yang paling berpengaruh terhadap sifat fisik dan stabilitas lotion

VCO?

2. Apakah diperoleh area proses pembuatan lotion yang optimum menurut sifat

fisik dan stabilitas lotion VCO dengan menggunakan metode desain faktorial?

C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai sediaan lotion yang

menggunakan bahan-bahan dari alam.

2. Manfaat metodologis

Menambah informasi dalam bidang kefarmasian mengenai penggunaan

metode desain faktorial.

3. Manfaat praktis

Mengetahui kondisi optimal antara kecepatan putar mixer dan waktu

pencampuran yang menentukan sifat fisik dan stabilitas lotion VCO.

D. Keaslian Penulisan

Sejauh pengetahuan penulis, penelitian mengenai Optimasi Proses

Pencampuran Lotion Virgin Coconut Oil Dengan Kajian Penelitian Kecepatan

Putar Mixer dan Waktu pencampuran Menggunakan Desain Faktorial, belum

(22)

Hartanto, W pada tahun 2007, dimana untuk optimasi proses pencampuran dengan

kajian penelitian kecepatan putar mixer dan waktu pencampuran menggunakan

desain faktorial tidak dilakukan oleh penulis sebelumnya.

E. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap terhadap sifat fisik dan

stabilitas lotion VCO.

2. Memperoleh area proses pembuatan lotion yang optimum menurut sifat fisik

(23)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Virgin Coconut Oil

Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan salah satu hasil olahan dari daging

buah kelapa (Cocos nucifera L.) yang masih segar (Shilhavy, 2005). VCO

merupakan minyak yang diperoleh dari buah kelapa tanpa mengalami pemanasan.

VCO mempunyai kenampakan bening serta mengandung banyak asam laurat.

VCO mengandung asam lemak rantai menengah (Medium Chain Fatty

Acid/MCFA) (Timoti, 2005).

Kandungan asam lemak (terutama asam laurat dan oleat) dalam VCO,

sifatnya melembutkan kulit. Minyak kelapa ini akan membantu menghilangkan

sel kulit yang sudah mati yang membuat kulit menjadi lebih halus (Lucida, 2008).

VCO merupakan hasil olahan kelapa, yang baru berkembang dengan nilai

ekonomi yang sangat tinggi, karena manfaatnya begitu besar untuk kesehatan

tubuh manusia. Minyak kelapa murni merupakan bahan baku industri pangan,

farmasi dan kosmetik, terutama untuk perawatan tubuh.(Anonim, 2008).

Minyak ini juga membantu menjaga kulit agar tetap lembut dan halus,

serta mengurangi risiko terkena kanker kulit. Minyak kelapa dapat menghilangkan

sel mati di permukaan luar kulit, dan membuat kulit lebih halus. Mekanisme VCO

sebagai moisturizer adalah dengan cara membentuk lapisan tipis di permukaan

kulit (occlusives) yang mencegah hilangnya air dari dalam kulit (Schwartz, 2006).

(24)

B. Emulsi

Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak

tercampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi

butir-butir kecil dalam cairan yang lain (Anief, 2000)

Suatu emulsi terdiri dari fase dispers (fase internal atau fase diskontinyu),

medium dispers (fase eksternal atau fase kontinyu), dan ketiga yang diketahui

sebagai emulsifying agent. Diameter tetesan fase dispers umumnya berada dalam

rentang 0,1 - 10µm meskipun ada yang lebih kecil dari 0,001 µm dan lebih besar

dari 100 µm (Allen, 2002).

Emulsi dibuat dalam bentuk sediaan, jika ada dua zat yang tidak saling

campur yang harus terdispersi menjadi satu kesatuan. Biasanya merupakan

campuran polar (air) dan nonpolar (minyak). Jika fase minyak terdispersi dalam

fase air maka disebut emulsi fase minyak dalam air (O/W), sedangkan jika fase air

terdispersi dalam fase minyaknya maka disebut emulsi fase air dalam minyak

(W/O). Emulsi tipe W/O tidak larut dalam air, lebih sulit dicuci dengan air

dibandingkan emulsi tipe O/W, mengikat air, occlusive, dan berminyak.

Sedangkan emulsi tipe O/W dapat larut air, dapat dicuci dengan air, tidak

menyerap air, nonocclusive, dan tidak berminyak (Allen, 2002).

Semua emulsi memerlukan bahan anti mikroba karena fase air

mempermudah pertumbuhan mikroorganisme. Adanya pengawet sangat penting

dalam emulsi minyak dalam air, karena kontaminasi fase eksternal mudah terjadi

(Anonim, 1995). Kesulitan muncul pada pengawetan sistem emulsi, sebagai

(25)

atau terjadinya kompleksasi dengan bahan pengemulsi yang akan mengurangi

efektivitas (Anonim, 1995).

C. Lotion

Lotion adalah emulsi yang encer atau suspensi yang ditujukan untuk

aplikasi luar. Lotion memiliki efek lubrikasi dan diaplikasikan pada area

intertriginous yaitu pada area dimana kulit dapat saling bergesekan, seperti pada

sela-sela jari, paha, atau lengan (Allen, 2002).

Lotion memungkinkan pemakaian yang merata dan cepat pada permukaan

kulit yang luas. Setelah diaplikasikan dapat menimbulkan kesan halus, lembut,

dan tidak berminyak. Lotion biasanya berupa emulsi dengan tipe minyak dalam

air dengan maksud agar lotion segera mengering setelah diaplikasikan pada kulit

dan meninggalkan lapisan tipis dari komponen obat pada permukaan kulit

(Wilkison and More, 1982).

Uji penentuan tipe emulsi perlu dilakukan untuk mengetahui apakah

emulsi yang dibuat bertipe A/M atau M/A. Uji yang dilakukan antara lain :

1. Uji miscibility dalam minyak atau air. Emulsi hanya akan tercampur

dengan liquid yang memiliki fase kontinyu yang sama.

2. Uji staining. Menggunakan pewarna yang larut air atau minyak, yang

pada salah satunya akan terlarut, dan mewarnai fase kontinyu

(26)

D. Moisturizer

Produk yang digunakan untuk perawatan dan penanganan kulit kering

disebut emmollient atau moisturizer. Moisturizer dapat menghambat siklus kulit

kering dan mempertahankan kelembutan kulit. Kata moisturizer sering

disinonimkan dengan emollient, tetapi moisturizer biasanya mengandung

humektan yang akan membasahi stratum corneum (Maibach, 2000).

Moisturizer merupakan proses emollient yang diformulasikan khusus

sebagai krim yang berminyak dan lotion yang dapat melembabkan kulit kering.

Produk emollient seperti moisturizer mempuyai bahan yang larut minyak atau

larut air (emulgator) dalam jumlah banyak yang dapat mengurangi hilangnya air

dari kulit . Efek ini didapat karena terbentuknya lapisan tipis di permukan kulit

(occlusive) yang dapat menjaga kelembaban lapisan kulit terluar (Ash and

Michael, 1977).

Aplikasi moisturizer pada kulit akan berpengaruh pada perubahan visual

dari permukaan kulit. Rasio antara minyak dan air sangat penting, seperti tipe

minyak dan sejumlah tipe bahan tambahan lainnya (emulsifiers, humektan, dll.).

kombinasi dari bahan dasar berpengaruh pada permulaan rasa saat produk dipakai,

bagaimana produk dapat menyebar ke seluruh kulit, seberapa cepat produk diserap

oleh kulit, dan bagaimana rasanya kulit setelah pemakaian. Moisturizer

diharapkan dapat meningkatkan hidrasi kulit dan untuk memodifikasi sifat fisika

dan kimia alami yang dimiliki kulit yaitu menjadi halus, lembut, dan kenyal.

(27)

E. Pencampuran

Pada proses pembuatan emulsi, yang perlu diperhatikan adalah metode

untuk mencampurkan fase-fasenya, kecepatan pencampuran, lama pencampuran,

temperatur dari masing-masing fase, dan pendinginan setelah pencampuran yang

berpengaruh terhadap distribusi ukuran droplet, viskositas, dan stabilitas dari

emulsi yang dihasilkan (Lieberman, Rieger, dan Banker, 1996). Pencampuran

adalah suatu proses yang bertujuan untuk menangani dua pertikel atau lebih bahan

yang belum tercampur, sehingga setiap unit (partikel, molekul, dll) dari bahan

tersebut dapat berinteraksi dengan bahan lain (Aulton, 2002). Prinsip dasar

pencampuran terletak pada penyusupan partikel bahan yang satu diantara partikel

bahan yang lainya (Voigt, 1994).

Pencampuran tergantung pada lama pencampuran, meskipun demikian

pencampuran yang berlangsung lama tidak menjamin tercapainya homogenitas

ideal yang dikehendaki, sebab proses pencampuran maupun proses pemisahan

pada saat yang sama berlangsung secara kompetitif dan tetap (Voigt, 1994).

Peningkatan suhu harus dijaga selama proses pencampuran, hal ini dapat

mengurangi kemungkinan terjadinya pemadatan atau kristalisasi yang terlalu

cepat atau tidak sesuai dengan senyawa yang memiliki titik leleh tinggi selama

proses pencampuran (Lieberman, Rieger, dan Banker, 1996).

F. Pembentukan Droplet

Droplet terbentuk oleh karena droplet primer yang besar mendapat tekanan

(28)

bagian tertentu dari droplet primer tersebut, yang kemudian diikuti dengan

peningkatan permukaan dari bagian yang mengalami pemanjangan (menjadi tidak

stabil), kemudian droplet primer pecah menjadi droplet-droplet, biasanya menjadi

satelit droplet yang lebih kecil (Peters, 1997).

Pada dasarnya pendekatan bagaimana shearing forces bekerja pada droplet

dapat diketahui, hal tersebut dapat diwujudkan kedalam bentuk droplet dengan

menggunakan perhitungan Laplace.

1 1

1 2

P

R R

σ⎛ ⎞

∆ = +

⎝ ⎠

Perubahan bentuk droplet (gambar 1) berdasarkan dua parameter, Webber

number, definisi awal, rasio viskositas dan R, dimana:

Viskositas fase droplet d R

Viskositas fase kontinyu c

µ µ

= =

Pada rasio viskositas rendah, R< 0,2 droplet pada shear flow pertama akan

bergabung pada 45o akan membentuk ellipsoidal droplet. Peningkatan aliran yang

menyebabkan shear yang membentuk droplet dengan pengekoran yang tajam

yang kemudian pecah menjadi satelit droplet. droplet dengan R ~ 1,0 membentuk

dumb-bells dimana dengan peningkatan shear burst akan membentuk droplet

yang speris dengan beberapa droplet satelit. Peningkatan R akan menghasilkan

droplet yang panjang dan ramping, R> 3,8 droplet tidak pecah tetapi membentuk

ellipsoidal droplet (Peters,1997).

(29)

Pada elongtional flow (gambar 2) dan nilai R kecil ellipsodial droplet

berhubungan dengan flow, terkadang bergabung dengan satelit droplet yang lebih

kecil. Droplet dengan R yang lebih besar pada elongional flow membentuk

ellipsoidal droplet sehubungan dengan flow dan tidak pecah (Peters, 1997).

Hubungan antara ellipsoidal droplet dengan deformasi, menurut Taylor.

Deformation, D’ 19 /16 1 19 /16 1

2 1

d c

d

L B R R

We

L B R R 1

γ µ σ

− ⎛ + ⎞ ⎛ ⎞

= = =

+ ⎝ + ⎠ ⎝ ⎠

+ +

Gambar 2. Kemungkinan Perubahan Bentuk yang Terjadi (Peters, 1997)

Sejauh ini kondisi dalam pencampuran selalu dianggap alirannya tetap,

akan tetapi pada prakteknya sangat mungkin pencampuran dibawah kondisi

turbulence. Waktu didalam proses pencampuran penting dalam menentukan: (a)

mampu menjamin gross mixing, (b) menjamin kesetimbangan distribusi ukuran

droplet, dan (c) menghindari pencampuran berlebih yang membutuhkan biaya

energi yang lebih besar, kapasitas berlebih, dan kemungkinan merusak produk.

Efek dari agitasi pada kecepatan yang berbeda pada mean ukuran droplet dapat

dilihat pada gambar 3. Dalam sistem agitasi ini, peningkatan kecepatan putar dari

(30)

droplet. berdasarkan hal tersebut dapat ditarik suatu penjelasan penting mengenai

batas droplet produk yang dihasilkan sehubungan dengan waktu pencampuran

(Peters, 1997).

Gambar 3. Variasi dari Rata-Rata Diameter Droplet, dengan Kajian Faktor Waktu Pencampuran pada Variasi Waktu yang Ditentukan

G. Mixer

Mixer yang dapat digunakan untuk memperoleh sediaan semisolid yang

homogen adalah planetary mixer dan sigma blade. Sedangkan mixer untuk

sediaan semifluid adalah planetary mixer karenadapat membersihkan lotion yang

menempel pada dinding wadah dan menjamin homogenitas produk serta proses

transfer panas lebih baik (Aulton, 2002).

Disebut planetary mixer karena pencampurannya dilakukan oleh roda

gigi planetary yang dipasangkan pada mixer blade dengan gesekan disekitar ring

gear mengitari mixer blade. Kelemahan terbesar dari alat ini adalah terbatasnya

jumlah batch yang dapat diproduksi (Lantz dan Schwartz, 1990). Sebuah stirrer

(31)

emulsi. Bagian propeller harus ditempatkan secara langsung dalam system agar

dapat mengemulsikan fase yang dicampur. Caranya dengan mendorong campuran

dari liquid melewati sela-sela propeller pada tekanan tinggi, hal tersebut akan

menyebabkan droplet pecah (Allen, 2002).

H. Uji Sifat Fisik 1. Daya Sebar

Daya sebar berhubungan dengan sudut kontak antara sediaan dengan

tempat aplikasinya, yang mencerminkan kelicinan (lubricity)tiap tetes cairan atau

preparasi semisolid yang berhubungan langsung dengan koefisien gesekan. Daya

sebar merupakan karakteristik yang penting dari formulasi sediaan topikal dan

bertanggung jawab untuk ketepatan transfer dosis atau melepaskan bahan obatnya,

dan kemudahan penggunannya. Faktor yang mempengaruhi daya sebar adalah

kekakuan formula, kecepatan dan lama tekanan yang menghasilkan kelengketan,

temperatur pada tempat aksi. Kecepatan penyebaran bergantung pada viskositas

formula, kecepatan evaporasi pelarut dan kecepatan peningkatan viskositas karena

evaporasi (Garg et al., 2002).

2. Viskositas

Viskositas adalah pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir;

makin tinggi viskositas, maka semakin besar tahanannya (Martin, 1993).

Viskositas, elastisitas, dan rheologi merupakan karakteristik formulasi yang

(32)

menaikkan waktu retensi pada tempat aksi tetapi akan menurunkan daya sebar

(Garg et al., 2002)

I. Stabilitas Emulsi

Emulsi yang stabil adalah dimana droplet fase dispersnya tetap memiliki

sifat asalnya dan terdistribusi merata dalam fase kontinyu. Bermacam-macam

devisasi dari emulsi dapat terjadi (Aulton, 2002).

1. Creaming

Creaming adalah pemisahan emulsi menjadi dua bagian, dimana satu

bagian memiliki fase dispers yang lebih banyak dari bagian yang lain. Contoh

yang sederhana adalah creaming dari susu, ketika droplet lemak secara perlahan

muncul kepermukaan dari produk. Hal tersebut bukanlah masalah instabilitas

yang serius, karena dispersi seragam yang dapat dihasilkan kembali dengan

menggojog emulsi. Meskipun demikian hal tersebut tidak diinginkan, peningkatan

creaming sangat memungkinkan terjadinya koalesen dari droplet, karena kedua

hal tersebut sangat erat hubungannya. Emulsi yang mengalami creaming, terlihat

tidak elegan (Aulton, 2002).

Pertimbangan dari aplikasi kualitatif dari hukum “Stokes” menunjukan

bahwa kecepatan pembentukan creaming dapat dikurangi dengan metode berikut :

a. Pembuatan emulsi dengan ukuran droplet yang kecil: Sebuah agen pengemulsi

tidak hanya akan menstabilkan emulsi tetapi juga memfasilitasi proses

emulsifikasi yang sebenarnya untuk menghasilkan produk dengan ukuran

(33)

b. Meningkatkan viskositas dari fase kontinyu. Menyimpan produk pada

temperatur rendah akan meningkatkan viskositas dari fase kontinyu dan

mengurangi energi kinetik dari sistem.

c. Mengurangi perbedaan densitas antara dua fase creaming dapat diatasi secara

keseluruhan jika densitas antara dua fase identik.

d. Kontrol dari konsentrasi fase dispers. Konsentrasi fase dispers yang lebih

tinggi akan menghasilkan halangan pada pergerakan droplet dan menyebabkan

pengurangan dari creaming (Aulton, 2002).

2. Flokulasi

Flokulasi disebabkan oleh droplet yang terdispersi menjadi sekumpulan

dalam emulsi. Droplet memiliki kekhasan tersendiri sebagai satu unit, tetapi

sekumpulan droplet menunjukkan secara fisik sebagai satu unit, hal tersebut akan

meningkatkan terjadinya creaming. Flokulasi mendahului terjadinya creaming,

semua faktor yang menangani atau mencegah flokulasi akan menjaga kesetabilan

emulsi (Aulton, 2002).

3. Koalesen

Koalesen dari droplet minyak pada emulsi O/W ditahan oleh lapisan

emulsifier yang terabsorbsi kuat secara mekanis disekitar tiap-tiap droplet. Dua

droplet yang berdekatan satu sama lain akan menyebabkan permukaan yang

berdekatan tersebut menjadi rata. Perubahan bentuk dari bentuk bulat menjadi

bentuk lain meningkatkan luas permukaan dan menyebabkan peningkatan energi

bebas permukaan total, penyimpangan bentuk ini akan tertahan dan pengeringan

(34)

menyatunya droplet-droplet menjadi ukuran yang lebih besar yang menyebabkan

pemisahan dari fase dispers membentuk suatu lapisan dimana perubahan ini

bersifat ireversible (Aulton, 2002).

4. Inversi

Merupakan proses dimana emulsi berubah dari satu tipe ke tipe lainya

misalnya dari O/W ke W/O. Range yang paling stabil untuk konsentrasi fase

dispers adalah 30-60%. Jika sejumlah fase dispers mendekati atau melebihi batas

maksimum secara teori dari 74 % dari total volume, maka fase inversi dapat

terjadi. Penambahan substansi yang dapat merubah solubilitas dari agen

pengemulsi kemungkinan dapat menyebabkan inversi. Proses yang terjadi adalah

irreversibel (Winfield, 2004).

Uji stabilitas emulsi penting untuk mengetahui kesetabilan selama periode

waktu tertentu. Uji-uji yang dilakukan adalah:

a. Uji makroskopik: stabilitas fisik emulsi dapat diketahui dengan uji derajat

creaming atau koalesen yang terjadi pada periode waktu tertentu, pengujian ini

dilakukan dengan cara menghitung ratio emulsi yang mengalami pemisahan

dan dibandingkan dengan volume total emulsi. Pengujian dilakukan dengan

cara memasukan lotion dalam suatu tabung bersekala kemudian diamati

pemisahan yang terjadi dalam periode tertentu, untuk kemudian dibandingkan

dengan volume total emulsi.

b. Analisis ukuran droplet: jika rata-rata droplet bertambah seiring berjalannya

waktu (bersamaan dengan menurunnya jumlah droplet), dapat diasumsikan

(35)

membandingkan nilai dari koalesen untuk sejumlah formulasi emulsi yang

bervariasi menggunakan metode ini.

c. Perubahan viskositas: sudah ditunjukan bahwa banyak faktor yang

mempengaruhi perubahan viskositas emulsi. Adanya variasi ukuran atau

perubahan ukuran droplet, dapat dideteksi dengan adanya perubahan

viskositas secara nyata (Aulton, 2002).

J. Mikromeritik

Mikromeritik adalah ilmu dan teknologi tentang partikel kecil. Satuan

ukuran partikel yang sering digunakan dalam mikromeritik adalah mikrometer

(µm). Data tentang ukuran partikel diperoleh dalam diameter partikel dan distribusi ukuran partikel, sedangkan bentuk partikel memberikan gambaran luas

tentang luas permukaan spesifik partikel, dan teksturnya (Martin, 1993).

Ukuran partikel merupakan diameter rata-rata dari suatu sampel, dimana

sifat sampel pada umumnya adalah polidispers, bermacam-macam diameter

dengan range atau rentang yang lebar. Sampel dengan ukuran yang sama disebut

monodispers akan tetapi sangat jarang ditemukan sampel seperti ini. Dalam

mikromeritik ada dua metode dasar untuk mengetahui ukuran partikel yaitu

metode mikroskopik dan metode pengayakan. Metode mikroskopik merupakan

metode sederhana yang hanya menggunakan satu alat mikroskop, yang bukan

merupakan alat yang rumit dan memerlukan penanganan yang khusus (Martin,

(36)

Kerugian dari metode mikroskopi adalah bahwa garis tengah yang

diperoleh hanya dua dimensi dari pertikel tesebut, yaitu dimensi panjang dan

lebar. Selain itu jumlah partikel yang harus dihitung sekitar 300-500 partikel agar

mendapat suatu perkiraan yang baik dari distribusi, sehingga metode ini

membutuhkan waktu dan ketelitian. Pengujian mikromeritik dari suatu sampel

harus tetap bahkan jika digunakan metode analisis ukuran pertikel yang lain,

karena adanya gumpalan dari masing-masing partikel dari satu komponen sering

kali dideteksi dengan metode mikroskopik (Martin, 1993).

K. Metode Desain Faktorial

Penelitian design faktorial dimulai dengan menentukan faktor dan level

yang diteliti. Penelitian design faktorial yang paling sederhana adalah penelitian

dengan dua faktor dan dua level (Armstrong dan james,1996). Jumlah percobaan

untuk penelitian design faktorial dihitung dari jumlah level yang digunakan dalam

penelitian, dipangkatkan dengan jumlah faktor yang digunakan. Jumlah percobaan

untuk penelitian dengan 2 level dan 2 faktor adalah 22 = 4. Penamaan formula

untuk jumlah percobaan = 4 adalah formula (1)untuk percobaan I, formula a untuk

percobaan II , formula b untuk percobaan III, dan formula ab untuk percobaan IV

(Bolton,1997).

Rumusan yang berlaku untuk desain faktorial :

Y = Bo + Ba X1 + Bb X2 + Bab X1 X2

Keterangan :

Y = respon

(37)

X1 X2 = level faktor pertama dikalikan level factor kedua Bo = rata-rata respon seluruh formula

Ba, Bb, Bab = koefisien yang dihitung dari hasil percobaan Ba, Bb, Bab = ∑ XY / 2n

Berdasarkan persamaan di atas, dengan substitusi secara matematis, dapat

dihitung besarnya efek masing-masing faktor, maupun efek interaksi. Besarnya

efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada level

tinggi dan rata- rata respon pada level rendah. Konsep perhitungan efek menurut

Bolton (1997) sebagai berikut :

efek faktor I =

{

( )

} {

}

2

1 ab b

a− + −

efek faktor II =

{

( )

} {

}

2

1 ab a

b− + −

efek interaksi =

{

}

{

( )

}

2

1

− − −b a ab

Adanya interaksi dapat juga dilihat dari grafik hubungan respon dan level

faktor. Jika kurva menunjukkan garis sejajar, maka dapat dikatakan bahwa tidak

ada interaksi antar eksipien dalam menentukkan respon. Jika kurva menunjukkan

garis yang tidak sejajar, maka dapat dikatakan bahwa ada interaksi antar eksipien

dalam menentukkan respon (Bolton,1997).

L. Landasan Teori

Pada penelitian ini akan dibuat sediaan lotion Virgin Coconut Oil. Minyak

kelapa murni dapat mencegah pembentukan radikal bebas dan memberi

perlindungan terhadap radikal bebas dan mencegah noda akibat proses penuaan

(38)

menghilangkan sel kulit yang sudah mati yang membuat kulit menjadi lebih halus

(Lucida, 2008).

Untuk mendapatkan sediaan lotion yang baik, harus dilakukan dengan

proses yang tepat. Proses pencampuran merupakan faktor yang sangat penting

dalam pembuatan lotion VCO ini, terutama terhadap sifat fisik sediaan yang

dihasilkan, yang juga berpengaruh terhadap stabilitas lotion itu sendiri. Dalam

proses pembuatan emulsi faktor suhu memiliki pengaruh yang cukup besar.

Peningkatan suhu selama proses pencampuran harus selalu dijaga untuk

mengurangi proses kristalisasi yang terlalu cepat pada bahan-bahan yang memiliki

titik leleh tinggi selama pencampuran.

Hasil pencampuran dipengaruhi oleh waktu pencampuran, meskipun

demikian pencampuran yang berlangsung lama tidak menjamin tercapainya

homogenitas ideal yang dikehendaki, sebab proses pencampuran maupun

pemisahan pada saat yang sama berlangsung secara kompetitif dan tetap (Voigt,

1994). Sifat fisik lotion juga dipengaruhi oleh kecepatan putar mixer. Proses

pencampuran dapat mengecilkan ukuran droplet karena berkaitan dengan mixer

yang digunakan yang dengan gigi-giginya dapat mengecilkan ukuran droplet

(Lantz dan Schwatz, 1990). Droplet terbentuk oleh karena droplet primer yang

besar mendapat tekanan dari proses pengadukan, yang menyebabkan

pemanjangan dari semua atau pada bagian tertentu dari droplet primer tersebut,

yang kemudian diikuti dengan peningkatan permukaan dari bagian yang

mengalami pemanjangan, kemudian droplet primer pecah menjadi droplet-droplet,

(39)

Selain ketiga faktor diatas sifat fisik lotion juga dipengaruhi oleh

tegangan, jenis pencampuran, alat pencampuran dan rheologi masing-masing

bahan. Dalam penelitian ini dipilih faktor yang berpengaruh dan dapat

dikendalikan yaitu kecepatan putar mixer dan waktu pencampuran, untuk

memperoleh hasil pencampuran yang optimal.

Kedua faktor tersebut diperkirakan merupakan faktor yang berpengaruh

besar untuk memperoleh emulsi dengan sifat fisik yang baik dilihat dari daya

sebar dan viskositas lotion. Stabilitas formula dilihat berdasarkan hasil yang

didapat selama satu bulan penyimpanan (dilihat dari pergeseran viskositas dan

perubahan ukuran droplet). Melalui penelitian ini nantinya dapat diketahui efek

dari kedua faktor tersebut atau interaksi keduanya yang berpangaruh dominan

terhadap sifat fisik dan stabilitas lotion VCO yang dihasilkan. Hasil uji sifat fisik

dan stabilitas lotion, kemudian dihitung menggunakan desain faktorial, sehingga

dapat ditemukan area optimum proses pembuatan lotion VCO dalam batas yang

diteliti.

M.Hipotesis

a. Ada hubungan antara kecepatan putar, waktu pencampuran, dan interaksinya

terhadap respon sifat fisik dan stabilitas lotion VCO.

b. Diperoleh area proses pembuatan lotion yang optimum menurut sifat fisik

(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental murni menggunakan

metode desain faktorial, yaitu dengan menentukan proses pencampuran yang

optimum dalam menghasilkan lotion VCO sesuai yang diharapkan baik dari sifat

fisik maupun stabilitas.

B. Variabel Dalam Penelitian

1. Variabel bebas :kecepatan putar mixer (500 dan 700rpm) dan waktu pencampuran (10 dan 20 menit).

2. variabel tergantung : daya sebar, viskositas, pergeseran viskositas setelah penyimpanan, ukuran droplet, dan stabilitas lotion.

3. Variabel pengacau terkendali : alat percobaan, kualitas bahan yang digunakan, formula lotion, suhu pencampuran (70 oC), wadah pencampuran,

kemasan lotion.

4. Variabel pengacau tak terkendali : suhu penyimpanan, kelembaban selama proses pembuatan dan cara penyimpanan.

C. Definisi Operasional

1. Virgin Coconut Oil (VCO) dengan merk Klentik Putih, mengandung lauric

acid 50,06 %, palmitic 7,54 %, caprilic 5,11 %, capric 6,66 % dan stearic

(41)

7,23 %. VCO merupakan salah satu hasil olahan dari daging buah kelapa

(Cocos nucifera L.) yang masih segar.

2. Lotion yang mengandung VCO dalam formula yang sesuai pada penelitian

Hartanto (2007), formula pada penelitian ini adalah sediaan topikal semi fluid

dan dapat diaplikasikan pada kulit dan mempunyai daya sebar yang khas

dengan membentuk lapisan tipis pada kulit.

3. Kecepatan putar adalah laju perputaran mesin yang digunakan secara

terkendali pada saat proses pencampuran komponen-komponen lotion.

4. Lama pencampuran adalah waktu yang digunakan secara terkendali pada saat

pencampuran-pencampuran komponen lotion.

5. Daya sebar adalah kemampuan lotion untuk diaplikasikan merata pada kulit

yang dalam penelitian diuji menggunakan horizontal double plate, daya sebar

yang dikehendaki 5-7 d. Pa.s.

6. Viskositas yang optimum adalah adalah viskositas yang mudah bagi lotion

untuk dimasukkan ke dalam wadah, dikeluarkan dari wadah saat digunakan,

dan memiliki daya sebar yang baik saat diaplikasikan ke kulit, pada penelitian

ini nilai viskositas yang dikehendaki adalah 15-17 d. Pa.s.

7. Pergeseran viskositas adalah persen rasio selisih viskositas lotion setelah

penyimpanan dan viskositas lotion setelah pembuatan dengan viskositas

setelah pembuatan. Nilai pergeseran viskositas maksimal adalah 10%.

8. Persen pemisahan adalah rasio volume pemisahan lotion dengan volume

(42)

9. Ukuran droplet merupakan diameter fase dispers (droplet) yang diamati

dengan menggunakan mikroskop, dan memiliki nilai optimal 20 – 50 µm.

Dipilih rentang tersebut karena menurut Daniels (2005) pada range tersebut

tidak ada dampak negatif terhadap stabilitas dan sifat fisik dari emulsi.

D. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Virgin Coconut Oil

(VCO), gliserin (kualitas farmasetis), minyak lemon (kualitas farmasetis),

cetyl alcohol (kualitas farmasetis), polisorbate 80 (kualitas farmasetis),

nipagin (kualitas farmasetis), asam stearat (kualitas farmasetis), trietanolamin

(kualitas farmasetis), dan aquadest.

2. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah glasswares

(PYREX-GERMANY), timbangan analitik, waterbath, termometer, mixer, stopwatch,

horizontal double plate, Viscotester seri VT 04 (RION-JAPAN), mikroskop

Boeco Germany model number BM-180.

E. Tata Cara Penelitian 1. Formula

Berdasarkan optimasi formula yang telah dilakukan oleh Hartanto

(43)

A. VCO 110 g Polysorbate 80 20 g

B. Cetyl alcohol 6,4 g Asam stearat 9,6g C. Gliserin 40 g

TEA 2,4 g Nipagin 5,2 g

Aquadest 25 g

Minyak lemon 1,6 g

Aquadest 55 g

Tabel I. Rancangan Percobaan Desain faktorial

Formula Lama pencampuran (menit) Kecepatan putar mixer (rpm)

1 10 500

a 20 500

b 10 700

ab 20 700

2. Pembuatan lotion

VCO dan polysorbate 80 (fase A) dipanaskan di atas waterbath hingga

suhu 50oC. Cetyl alcohol dan asam stearat (fase B) dipanaskan di atas

waterbath hingga 50oC. Gliserin, TEA, Nipagin, dan sedikit aquadest (1/3

jumlah total aquadest) (fase C), dipanaskan di atas waterbath hingga 50oC.

Campuran A dan B dicampur menjadi satu dalam mixer pada suhu 70oC,

selama 10 menit untuk level rendah dan 20 menit untuk level tinggi.

Kecepatan yang digunakan 500 rpm untuk level rendah dan 700 rpm untuk

level tinggi kemudian tambahkan campuran C dan juga tambahkan minyak

lemon dengan pengadukan yang kontinyu hingga terbentuk emulsi selama tiga

menit. Tambahkan aquadest secara perlahan-lahan. Dilakukan 6 kali replikasi

(44)

3. Penentuan tipe emulsi lotion VCO

a. Sejumlah kecil emulsi diteteskan di atas permukaan air dan diamati yang

terjadi. Jika emulsi menyebar dan bercampur dengan air, menunjukkan

bahwa air merupakan fase eksternal dari emulsi tersebut.

b. Sejumlah kecil zat warna yang larut air diteteskan di dalam emulsi dan

amati yang terjadi. Jika zat warna menyebar di dalam emulsi menunjukkan

bahwa air merupakan fase eksternal. Diamati di bawah mikroskop untuk

memastikan, kemudian di foto.

c. Hanya emulsi tipe M/A yang mudah dicuci dengan air dari tangan atau

suatu barang (Voigt, 1994).

4. Pengujian daya sebar

Uji daya sebar lotion dilakukan segera setelah pembuatan dengan cara

menimbang lotion seberat 1 gram, diletakkan di tengah horizontal double

plate. Di atas lotion diletakkan horizontal double plate lain dan pemberat 125

gram, diamkan selama 1 menit, kemudian dicatat diameter penyebarannya.

Pengukuran dilakukan setelah 48 jam setelah pembuatan.

5. Pengujian viskositas

Pengukuran viskositas menggunakan alat viskosimeter seri VT 04

(RION-JAPAN) dengan cara : lotion dimasukkan dalam wadah dan dipasang

pada portable viskotester. Viskositas lotion diketahui dengan mengamati

gerakan jarum penunjuk vikositas. Uji ini dilakukan 2 kali yaitu (1) dilakukan

48 jam setelah pembuatan dan (2) setelah disimpan selama 1 bulan.

(45)

6. Mikromeritik

Setelah dilakukan kalibrasi mikroskop, dilakukan pengamatan ukuran

partikel sebanyak 500 buah (Martin, 1993) dimulai dari percobaan (1)

kemudian percobaan (a), (b), dan (ab).

7. Pengujian stabilitas

Lotion dimasukkan ke dalam tabung berskala, sampai skala 20 pada

tabung. Amati pemisahan fase yang terjadi pada hari ke-0 dan 30.

F. Analisis Hasil

Data yang diperoleh adalah data uji daya sebar, viskositas dan pergeseran

viskositas, pergeseran ukuran droplet, stabilitas, serta modus ukuran droplet.

Dengan menggunakan metode desain faktorial, maka dapat dihitung besarnya

pengaruh kecepatan putar mixer, waktu pencampuran atau interaksi keduanya,

sehingga dapat diketahui faktor yang dominan dalam menentukan sifat fisik dan

stabilitas lotion VCO dalam penelitian ini.

Masing-masing uji sifat fisik dan stabilitas lotion dibuat persamaan desain

faktorial dengan menggunakan metode eliminasi dan substitusi. Selanjutnya

respon yang diperoleh dibuat contour plot untuk masing-masing respon uji.

Kemudian masing-masing contour plot digabungkan menjadi satu contour plot

super imposed yang telah dipilih berdasarkan parameter kualitas yang ditentukan.

Area yang ditemukan, selanjutnya digunakan sebagai area proses pencampuran

(46)

Analisis Yate’s treatment dilakukan untuk mengetahui secara signifikan

dari setiap faktor dan interaksi dalam mempengaruhi respon. Bardasarkan analisis

Yate’s treatment maka dapat diketahui pengaruh setiap faktor terhadap respon.

Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing faktor terhadap respon terlebih

dahulu ditentukan hipotesis alternatif (H1). H1 diterima jika H0 ditolak, dan hal ini

terjadi jika harga F hitung lebih besar dari F tabel. Dengan demikian berarti faktor

berpengaruh signifikan respon yang diperoleh. F tabel diperoleh dari Fα

(numerator, denumerator) dengan taraf kepercayaan 95%. Sebagai numerator

merupakan derajat bebas interaksi dalam penelitian ini, yaitu 1, sedangkan

denumeratornya adalah derajat bebas experimental error yaitu 20, maka diperoleh

F tabel untuk faktor dan interaksi pada semua respon yaitu F0,05(1,20) = 4,35.

Hipotesis statistik dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hi:

a. Sifat fisik dan stabilitas lotion yang dibuat dengan kecepatan rendah

berbeda dengan sifat fisik dan stabilitas lotion yang dibuat dengan

kecepatan tinggi.

b. Sifat fisik dan stabilitas lotion yang dibuat dengan waktu pencampuran

level rendah berbeda dengan sifat fisik dan stabilitas lotion yang dibuat

dengan waktu pencampuran level tinggi.

c. Sifat fisik dan stabilitas lotion yang dibuat dengan menggunakan

kecepatan level rendah, waktu pencampuran level rendah dan tinggi

(47)

menggunakan kecepatan level tinggi, waktu pencampuran level rendah dan

tinggi.

2. H0 :

a. Sifat fisik dan stabilitas lotion yang dibuat dengan kecepatan rendah tidak

berbeda dengan sifat fisik dan stabilitas lotion yang dibuat dengan

kecepatan tinggi.

b. Sifat fisik dan stabilitas lotion yang dibuat dengan waktu pencampuran

level rendah tidak berbeda dengan sifat fisik dan stabilitas lotion yang

dibuat dengan waktu pencampuran level tinggi.

c. Sifat fisik dan stabilitas lotion yang dibuat dengan menggunakan

kecepatan level rendah, waktu pencampuran level rendah dan tinggi tidak

berbeda dengan sifat fisik dan stabilitas lotion yang dibuat dengan

menggunakan kecepatan level tinggi, waktu pencampuran level rendah dan

(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan Lotion Virgin Coconut Oil (VCO)

Lotion Virgin Coconut Oil (VCO) yang dibuat merupakan suatu emulsi

bertipe oil in water (O/W), dimana fase minyak berada di dalam fase airnya.

Lotion ini bertujuan untuk moisturizer, dimana VCO sebagai zat aktifnya, yang

dapat memberi efek moist pada kulit, dimana VCO akan mencegah hilangnya air

dari permukaan kulit, sehingga kelembaban kulit tetap terjaga. Hal tersebut

diperkuat dengan adanya gliserin yang juga berfungsi sebagai moisturizer.

Dalam pembuatan lotion VCO, bahan-bahan yang digunakan dibagi

menjadi tiga fase untuk memperoleh pencampuran yang homogen. Fase A, terdiri

dari VCO dan polysorbate 80 dimana polysorbate 80 dilarutkan dalam VCO. Fase

B terdiri dari cetyl alcohol dan asam stearat. Fase C yang berfungsi sebagai fase

air, terdiri dari Gliserin TEA, nipagin, aquadest. Bahan lain yang ditambahkan

adalah minyak lemon dan aquadest.

Pada pembuatan lotion VCO ini, polysorbate 80 berfungsi sebagai

emulsifyer nonionik yang bersifat hidrofilik. Ketika dicampur dengan fase minyak

dapat menurunkan tegangan permukaan fase minyak terhadap fase air. Gliserin

memiliki dua fungsi yaitu sebagai moisturizer sekaligus surfaktan. Gliserin

dicampur dengan fase air untuk menurunkan tegangan permukaan fase air

terhadap fase minyak. Dispersi kedua fase dapat terjadi karena turunnya tegangan

permukaan masing-masing fase. Menurut aturan Banchroft, fase dimana

(49)

emulgator terlarut maka fase tersebut adalah sebagai medium pendispersi. Pada

penelitian ini emulgator larut dalam fase air, sehingga minyak terdispersi dalam

fase air. Pengadukan akan membantu proses dispersi dengan memperkecil ukuran

droplet fase dispers (VCO) sehingga fase dispers dapat terdispersi dalam medium

dispers. Selain itu semakin banyak emulgator yang tebentuk maka fase minyak

yang terdispersi dalam fase air juga akan semakin banyak.

Droplet terbentuk oleh karena droplet primer yang besar mendapat

tekanan dari proses pencampuran, yang menyebabkan pemanjangan dari semua

atau pada bagian tertentu dari droplet primer tersebut, yang kemudian diikuti

dengan peningkatan permukaan dari bagian yang mengalami pemanjangan

(menjadi tidak stabil), kemudian droplet primer pecah menjadi droplet-droplet,

biasanya menjadi satelit droplet yang lebih kecil (Peters, 1997)

Cetyl alcohol berfungsi sebagai thickening agent, yang dapat

meningkatkan viskositas medium dispers. Asam stearat dapat berfungsi sebagai

emulsifying agent, dalam penelitian ini asam stearat akan bereaksi dengan

trietanolamin (TEA) yang bersifat basa sehingga menimbulkan reaksi penyabunan

membentuk sabun stearat yang berfungsi sebagai emulsifying agent. Nipagin

berfungsi sebagai bahan pengawet untuk menjaga emulsi yang terbentuk tidak

rusak saat penyimpanan pada jangka waktu tertentu.

Aquadest yang digunakan juga dipanaskan diatas waterbath karena jika

suhu aquadest lebih rendah dari suhu pencampuran akan menimbulkan shock

cooling yang akan mengakibatkan bahan-bahan yang memiliki titik leleh tinggi

(50)

pembuatan lotion VCO yang pertama kali dilakukan adalah memanaskan tiap-tiap

fase diatas waterbath pada suhu 50oC (Hartanto, 2007) untuk mempermudah

pencampuran karena cetyl alcohol dan asam stearat berupa padatan.

Fase A dituang dalam wadah pencampuran di dalam water bath yang

suhunya telah diatur 70oC, kemudian fase B dituangkan, lalu diaduk dengan

kecepatan 500 rpm untuk level rendah dan 700 rpm untuk level tinggi dan

dicampur hingga homogen. Langkah selanjutnya fase C dituang kemudian

tanbahkan minyak lemon dan ditunggu selama tiga menit untuk memberikan

kesempatan bahan-bahan tersebut tercampur homogen. Terakhir aquadest

dituangkan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk selama 10 menit untuk level

rendah dan 20 menit untuk level tinggi hingga emulsi terbentuk.

Dalam proses pembuatan ini digunakan kecepatan putar mixer 500 dan

700 rpm dengan waktu masing-masing 10 dan 20 menit, merupakan hasil orientasi

yang dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan. Hasil orientasi menunjukkan

bahwa 500 rpm merupakan kecepatan putar mixer terendah yang dapat

menghasilkan lotion VCO dengan sifat fisik yang cukup baik dan ketika

kecepatan ditingkatkan, pada kecepatan 700 rpm masih dihasilkan lotion yang

baik. Untuk waktu, dipilih 10 menit dan 20 menit dengan kecepatan

masing-masing 500 dan 700 rpm, juga berdasarkan hasil orientasi yang dilakukan sebelum

penelitian dilaksanakan, dimana 10 menit merupakan waktu tercepat yang dapat

menghasilkan sifat fisik lotion yang cukup baik, dan pada waktu 20 menit tetap

dihasilkan lotion yang baik secara visual. Pada saat proses pencampuran terjadi

(51)

membutuhkan suhu optimum yaitu antara 80-100oC. Pada penelitian ini

digunakan suhu pencampuran 70oC di atas waterbath berdasarkan hasil orientasi

(sebatas level faktor yang diteliti) dimana pada suhu ini dihasilkan lotion dengan

sifat fisik yang cukup baik

B. Penentuan Tipe Emulsi Lotion VCO

Lotion yang diaplikasikan haruslah nyaman saat diaplikasikan pada kulit.

Berdasarkan penelitian sebelumnya (Hartanto, 2007) tipe lotion yang nyaman

diaplikasikan pada kulit adalah tipe O/W, di mana fase minyak terdispersi dalam

fase air, sehingga tidak lengket saat digunakan. Melalui uji penentuan tipe emulsi

ini dapat diketahui apakah emulsi (lotion) yang dibuat sudah sesuai dengan tipe

emulsi penelitian sebelumnya yaitu emulsi tipe O/W.

1. Penambahan Kuantitas Salah Satu Fase

Ambil sejumlah lotion kemudian letakan pada gelas arloji, kemudian

tambahkan salah satu fase secara berlebih. Fase yang ditambahkan secara

berlebih dalam uji ini adalah air. Lotion VCO dari tiap percobaan dapat

bercampur dengan air, hal ini menunjukkan bahwa fase eksternal lotion adalah

air. Hasil ini menunjukkan bahwa lotion yang dihasilkan adalah emulsi tipe

O/W.

2. Penambahan Zat Warna Larut Air

Zat warna yang digunakan adalah methylen blue, pewarna ini merupakan

pewarna yang larut dalam air. Pengamatan dilakukan dengan cara

(52)

beberapa tetes methylen blue lalu diamati di bawah mikroskop. Terlihat

methylen blue yang ditambahkan menyebar mengelilingi droplet yang tetap

berwarna putih. Methylen blue yang bersifat larut dalam air bercampur dengan

fase eksternal, maka dapat disimpulkan bahwa lotion yang dihasilkan

merupakan emulsi dengan tipe O/W. Hasil pengamatan dengan penambahan

methylen blue dapat dilihat pada gambar berikut :

Percobaan 1 Percobaan a

Percobaan b Percobaan ab

Gambar 4. Hasil Pengujian Tipe Lotion VCO dengan Menggunakan Methylen Blue (Perbesaran 40 x 10)

3. Pencucian dengan Air

Hanya emulsi tipe O/W yang mudah dicuci dengan air (Voigt, 1994). Lotion

VCO dioleskan pada tangan dan kemudian dibilas dengan air. Uji dilakukan

(53)

dengan air mengalir. Hasilnya lotion dengan cepat tergerus air, tanpa

meninggalkan kesan berminyak pada permukaan kulit, maka disimpulkan bahwa

lotion VCO bertipe O/W.

Berdasarkan pada hasil dari ketiga uji yang telah dilakukan, maka

disimpulkan bahwa lotion yang dihasilkan merupakan emulsi yang bertipe O/W.

Prediksi untuk mengetahui tipe emulsi dapat juga dengan melihat sifat emulgator

yang digunakan. Emulgator yang digunakan dalam formula ini adalah TEA dan

asam stearat, dimana asam stearat akan membentuk garam ketika ditambahkan

TEA yang bersifat basa, melalui proses penyabunan membentuk garam stearat

yang larut air (fase di mana emulgator larut adalah fase eksternal) maka lotion ini

dapat dipastikan bertipe O/W.

C. Sifat Fisik dan Stabilitas Lotion VCO

Lotion dapat dikatakan baik apabila memenuhi persyaratan sifat fisik dan

stabil selama penyimpanan. Parameter sifat fisik lotion yang diuji adalah daya

sebar dan viskositas. Parameter stabilitas yang diteliti adalah pergeseran viskositas

setelah penyimpanan selama satu bulan, ukuran droplet, perubahan ukuran droplet

setelah penyimpanan selama satu bulan, serta persen pemisahan lotion yang

terjadi selama satu bulan.

Berikut ini adalah respon sifat fisik dan stabilitas fisik yang diperoleh

(54)

Tabel II. Tabel Respon Hasil Percobaan

Percobaan Daya Sebar (cm)

Viskositas (d Pa.s)

Pergeseran Viskositas

(%)

Modus Nilai Tengah Interval Ukuran Droplet

% Pemisahan

1 6,05 ± 0,19 17,33 ± 0,82 4,80 ± 2,37 21,01 0,00±0,00

a 6,68 ± 0,16 16,17 ± 0,98 7,58 ± 7,83 21,01 0,00±0,00

b 6,22 ± 0,14 17,00 ± 0,63 0,93 ± 2,27 21,01 0,00±0,00

ab 6,65 ± 0,40 16,33 ± 0,52 4,17 ± 5,10 15,01 0,00±0,00

Daya sebar diukur dengan cara menghitung rata-rata diameter penyebaran

lotion pada suatu plate kaca bundar berskala. Cara pengukuran daya sebar adalah

dengan meletakkan 1 g lotion pada sebuah plate kaca bundar berskala, kemudian

ditimpa dengan kaca penutup ditambah beban yang beratnya 125 g, dan

didiamkan selama 1 menit. Nilai diameter rata-rata yang diperoleh dari hasil

penyebaran lotion menunjukkan daya sebar lotion saat diaplikasikan pada kulit

(Garg et al., 2002). Nilai daya sebar pada umumnya, berbanding terbalik dengan

viskositas. Semakin besar nilai daya sebar, maka viskositas pada umumnya

semakin kecil. Sebaliknya semakin besar nilai viskositas semakin kecil daya

sebar. Pada sediaan semifluid diameter penyebarannya antara 5-7 (Garg et al.,

2002).

Viskositas lotion diukur menggunakan Viscotester RION seri VT 04.

dengan melihat skala terdapat pada alat. Pengukuran viskositas dilakukan

sebanyak dua kali yaitu pada 48 jam setelah pembuatan lotion VCO dan pada hari

ke-30. Pengukuran 48 jam setelah pembuatan dimaksudkan untuk melihat nilai

viskositas dari sediaan lotion, dan pengujian viskositas setelah penyimpanan

(55)

Dari kedua data viskositas tersebut, kemudian dapat diketahui nilai

pergeseran viskositas yang terjadi mampu mengindikasikan ketidakstabilan lotion.

Selain itu, dilihat juga apakah terjadi pemisahan emulsi atau tidak. Lotion yang

stabil idealnya tidak mengalami perubahan viskositas dan pemisahan fase emulsi

akan tetapi, emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil secara

termodinamika (Allen, 2002), maka perlu untuk diketahui seberapa besar

perubahan viskositas dan pemisahan fase emulsi yang terjadi. Ukuran droplet

dilihat dengan menggunakan mikroskop, kemudian dihitung dan diperoleh

frekuensi terbanyak dari ukuran droplet yang terukur.

Pada penelitian ini, cara untuk menentukan faktor yang berpengaruh

signifikan antara kecepatan putar, waktu pencampuran, dan interaksinya terhadap

daya sebar, viskositas, pergeseran viskositas, ukuran droplet dan stabilitas lotion

dihitung dengan menggunakan metode statistik Yate’s treatment, yaitu suatu

teknik analisis secara statistik untuk menilai secara obyektif signifikansi pengaruh

relatif dari berbagai faktor dan interaksi terhadap respon yang diperoleh. Hasil

dari perhitungan ini tidak memuat arah respon. Metode statistik yang digunakan

untuk menghitung efek rata- rata dari setiap faktor maupun interaksinya untuk

melihat pengaruhnya terhadap respon. Perhitungan yang dihasilkan memuat arah

respon, yaitu desain faktorial.

Tabel III. Respon Hasil Percobaan (Efek Kecepatan Putar Mixer, Waktu Pencampuran dan Interaksi Antara Keduanya)

Respon Kecepatan Putar Waktu Pencampuran Interaksi Daya Sebar 0,53 0,07 |- 0,1|

Viskositas |-0,91| |-0,09| |0,25|

(56)

Dari perhitungan efek kecepatan putar, waktu pencampuran dan interaksi

keduanya, dapat dilihat faktor yang berpengaruh terhadap sifat fisik dan

kesetabilan lotion. Dalam menentukan faktor yang dominan tidak memperhatikan

tanda positif dan negatif, dan hanya memperhatikan nilainya. Tanda positif berarti

meningkatkan respon dan tanda negatif berarti menurunkan respon. Semakin

besar nilai efek suatu faktor jika dibandingkan dengan yang lain, maka faktor

tersebut berpengaruh terhadap sifat fisik dan kesetabilan lotion.

2. Uji Sifat Fisik Lotion

a. Distribusi Ukuran Partikel (Droplet)

Mikromeritik merupakan ilmu yang mempelajari partikel (droplet) yang

berukuran kecil. Ukuran droplet yang diukur dengan mikroskop pada penelitian

ini memiliki interval ukuran antara 0- 60 µm. Pengukuran droplet dapat digunakan

untuk mengetahui stabilitas lotion dalam penyimpanan, sehingga dapat

dihubungkan dengan stabilitas lotion setelah disimpan selama satu bulan.

Pada pengujian ini dilakukan dengan mengukur ukuran droplet pada

masing-masing formula sebanyak 500 partikel (Martin, 1993) dan diamati dengan

perbesaran 40X10, hasil pengukuran kemudian dikonversi pada ukuran yang

sebenarnya menurut lensa objektif dan okuler pada mikroskop. Kemudian

diperoleh modus dari masing-masing formula. Dalam pengukuran ini parameter

yang diamati adalah modus bukan mean, karena mean didapat dari rata-rata

ukuran droplet yang beragam, sehingga tidak dapat menggamba

Gambar

Tabel I.        Rancangan Percobaan Desain faktorial.......................................................25
Gambar 2. Kemungkinan Perubahan Bentuk yang Terjadi    (Peters,  1997)
Gambar 3. Variasi dari Rata-Rata Diameter Droplet, dengan Kajian Faktor Waktu Pencampuran pada Variasi Waktu yang Ditentukan
Tabel I. Rancangan Percobaan Desain faktorial
+7

Referensi

Dokumen terkait

Korelasi ganda Regresi linier berganda merupakan korelasi simultan variabel bebas terhadap variabel terikat, maka dalam hal ini adalah untuk mencari nilai koefisien

upaya untuk mendorong Kesatuan Republik isu global yang dibahas di Swedia clan Latvia Indonesia, sebagai negara berbagai forum internasional; senantiasa meningkatkan

Pada Jurnal Penelitian ini, penulis membuat sebuah sistem informasi antrian yang memiliki sebuah metode integrasi bizkit CMS .Dalam penelitian ini, teknik Bizkit CMS yang

Oleh karena itu, pendamping memiliki peran untuk mengubah keadaan tidak berdaya yang dialami ODHA tersebut menjadi berdaya kembali.

Tujuan negara Indonesia sebagai negara hukum yang bersifat formal tersebut mengandung konsekuensi bahwa negara berkewajiban untuk melindungi seluruh warganya dengan

Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui apakah aktivitas peserta didik berupa hasil belajar ranah afektif dan ranah psikomotorik

Yang dimaksud dengan dilepas oleh Pemerintah adalah pernyataan diakuinya suatu hasil pemuliaan menjadi varietas unggul dan dapat disebarluaskan setelah memenuhi persyaratan

Keempat: Janganlah engkau jadilah hari puasamu sama seperti hari berbukamu, maka apabila engkau puasa maka hendaklah berpuasa pendengaran dan penglihatanmu, dari