• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Pada sub bab ini, penulis akan membahas berkaitan dengan teori dari variabel yang sudah ditentukan sebelumnya. Adapun teori yang akan dibahas antara lain: teori variabel X yaitu metode pembelajaran kumon, teori variabel Y yaitu Hasil Belajar.

2.1.1 Matematika

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan dalam berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta dapat membentuk kemampuan bekerjasama. Kompetensi ini diperlukan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk dapat memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan sumber informasi untuk melakukan bertahan hidup pada keadaan yang selalu tidak menentu,berubah-ubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Dalam Permendiknas No 22 tahun 2006 Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pada era modern ini yang sangat pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan Matematika di dalam bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang, dan matematika diskrit. Untuk dapat menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan Matematika yang kuat sejak awal dalam dunia pendidikan.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika dalam dokumen ini disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan hal tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula bahwa untuk mengembangkan kemampuan menggunakan Matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.

(2)

Menurut Muhsetyo (2011:26), pembelajaran Matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan Matematika yang dipelajari. Ruseffendi (dalam Heruman 2012:1) mendefinisikan matematika sebagai bahasa simbol ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara deduktif; ilmu tentang keteraturan, dan struktur yang dapat terorganisasi, bermulai dari unsur yang tidak didefinisikan, unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya berubah ke dalil.

Dapat disimpulkan pada uraian diatas bahwa matematika adalah cabang ilmu pengetahuan tentang penelitian pada angka dan bilangan yang dikelompokkan pada tiga bidang aljabar, analisis, dan geometri. Matematika merupakan pola dan hubungan sebab dari sekumpulan konsep tertentu atau model tertentu yang dapat dibuat generalisasinya untuk dibuktikan kebenarannya secara deduktif.

2.1.1.1 Pembelajaran Matematika SD

Matematika dipelajari oleh anak sejak berada di tingkat pendidikan terendah yaitu tingkat Sekolah Dasar (SD). Ilmu matematika juga seringkali diterapkan dalam kehidupan sehari-hari bahkan sebelum anak menginjak usia sekolah. 2.1.1.2 Tujuan Matematika

Berdasar Mathematical Science Education Board – National Research Council (1990) dalam Wijaya (2012: 6) menulis tujuan pendidikan matematika ditinjau dari lingkungan sosial, yaitu:

1. Tujuan praktis, berkaitan dengan pengembangan kemampuan siswa menggunakan matematika dalam penyelesaian masalah sehari-hari.

2. Tujuan kemasyarakaran, berorientasi kepada kemampuan siswa untuk ikut secara aktif dan cerdas dalam masyarakat .

3. Tujuan profesional, yang berarti matematika harus mampu mempersiapkan siswa terjun dalam dunia kerja.

(3)

4. Tujuan budaya, yang berarti perlu menempatkan matematika sebagai hasil budaya manusia dan juga proses mengembangkan budaya.

Dalam Permendiknas No 20 Tahun (2007), mata pelajaran Matematika ini bertujuan untuk peserta didik yang diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan suatu konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan berbagai masalah.

2. Menggunakan penalaran yang tertuju pada pola dan sifat, melakukan manipulasi Matematika untuk membuat sebuah generalisasi, menyusun bukti, atau dapat menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika.

3. Memecahkan suatu masalah yang meliputi kemampuan dalam memahami masalah, merancang bentuk model Matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan satu aspek gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kehidupan dalam kegunaan Matematika, yaitu memiliki rasa lebih dalam hal ingin tahu, perhatian, dan minat untuk dapat mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri menyelesaikan pemecahan masalah.

2.1.1.3 Matematika Sekolah Dasar

Berdasar Standar Isi Depdiknas RI (2007), ruang lingkup matematika pada satuan pendidikan sekolah dasar adalah: (1) bilangan, (2) geometri dan pengukuran, dan (3) pengolahan data.

Pada penelitian ini, peneliti melakukan tindakan dikelas V SD pada ruang lingkup geometri dan pengukuran, dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi sebagai berikut.

(4)

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika Kelas V Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Geometri dan Pengukuran 6. Memahami sifat-sifat

bangun dan hubungan antar bangun

6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar 6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang

2.1.2 Metode Pembelajaran Kumon

Metode Kumon adalah metode belajar perseorangan. Level awal untuk setiap siswa Kumon ditentukan secara perseorangan. Siswa mulai dari level yang dapat dikerjakannya sendiri dengan mudah, tanpa kesalahan (Toru Kumon, 2006:25). Lembar kerjanya telah didesain sedemikian rupa sehingga siswa dapat memahami sendiri bagaimana menyelesaikan soalnya. Bila siswa terus belajar menurut kemampuannya sendiri, ia akan mengejar bahan pelajaran yang setara dengan tingkatan kelasnya dan bahkan akan berkembang dan maju melampauinya.

Dalam metode kumon (Kumon Educational UK, 2013), Di Kumon bahwa bertujuan untuk setiap anak untuk menjadi lebih mandiri, belajar berkelanjutan, dengan sikap positif untuk belajar. Kumon memiliki keinginan untuk menciptakan generasi baru belajar yang mandiri; yakin anak-anak yang mengambil kebanggaan dalam studi mereka sendiri, menetapkan cita-cita mereka sendiri, dan terus belajar sepanjang hidup mereka. Lebih dari 50 tahun kumon telah membuat visi tersebut menjadi kenyataan, dan sekarang melakukannya di 48 negara di seluruh dunia.

Di Kumon, pendekatan pembelajaran berbeda dengan metode tradisional tambahan dalam pembelajaran. Kumon mengembangkan anak-anak melalui akuisisi mandiri dalam belajar, daripada mengajar konvensional arti. Kami membekali para siswa dengan kemampuan untuk belajar untuk diri mereka sendiri sehingga mereka tidak menjadi bergantung - atau dibatasi oleh - keterampilan dan pengetahuan orang lain.

(5)

Kumon adalah program sebagai belajar secara perseorangan, dirancang untuk mengikuti setiap potensi anak. Pusat metode Kumon adalah kepada pembimbing yang dapat memberikan siswa keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi tantangan baru dan untuk menetapkan dan mencapai tujuan mereka sendiri. Di atas semua, bahan diciptakan dengan tujuan untuk menghasilkan efek belajar terbesar dalam waktu singkat melalui belajar mandiri.

Kumon adalah program belajar mandiri. Sebagaimanapun tujuan Kumon untuk mengembangkan kemampuan belajar mandiri, Pusat Studi Kumon tidak memiliki seorang guru di depan kelas. Lembar kerja yang dikembangkan mengajar siswa bagaimana untuk menemukan jawaban untuk mereka sendiri, sementara mereka dapat bimbingan dalam proses belajar. Ini adalah peran instruktur untuk mengamati anak bekerja, memastikan langkah mereka berkembang dengan benar dan dengan demikian mengatur pekerjaan sesuai kemampuan mereka saat ini.

Di Inggris Kumon menawarkan dua program: Kumon program bahasa Inggris dan program matematika Kumon. Pada setiap program siswa akan mulai pada tingkatan yang tepat untuk mereka. Setiap siswa mengikuti jalan mereka sendiri dalam belajar; mereka akan mulai program sendiri secara individual dalam menetapkan titik awal dan akan bergerak melalui program dengan langkah mereka sendiri.

Siswa mulai dengan belajar bekerja di tingkat yang nyaman dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan belajar yang baik seperti irama dan kecepatan, mengikuti instruksi, duduk dengan postur tubuh yang baik dan menjaga konsentrasi.

Lembar kerja Kumon dirancang dengan contoh dan petunjuk untuk mendukung siswa menjadi pelajar yang mandiri. Mereka akan belajar untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan mereka sendiri, lebih lanjutnya meningkatkan kemampuan mereka untuk memecahkan masalah-masalah baru.

Siswa akan memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh melalui tingkat sebelumnya untuk masalah yang lebih kompleks. Mereka akan dapat secara mandiri memilih metode dan

(6)

teknik terbaik akan membantu mereka untuk menangani pekerjaan tingkat lebih tinggi. Melalui penyelesaian pekerjaan lanjutan kami dapat memaksimalkan kemampuan siswa ketika mereka kemajuan luar Kumon International Standard. Pemikir analisis ini akan mengambil alih kepemilikan pembelajaran mereka karena mereka bekerja ke arah penyelesaian program, sebuah prestasi yang kami percaya semua siswa dapat mencapai.

2.1.2.1 Konsep Dasar Metode Pembelajaran Kumon

Kumon menggali dan mengasah potensi setiap individu dengan metode belajar mandiri yang disesuaikan dengan kemampuan setiap individu. Melalui bimbingan perseorangan secara individu dan belajar pada tingkatan yang tepat, Kumon berusaha untuk meningkatkan kemampuan setiap anak dan berupaya untuk memaksimalkan potensinya. Siswa mulai dari bagian yang dapat dikerjakannya sendiri dengan yang dirasa mudah, tanpa ada kesalahan. Melalui pencapaian target dengan kemampuannya sendiri, anak-anak akan merasakan kegembiraan dan kepuasan dalam belajar.

Metode Kumon secara konsisten telah berkarya selama lebih dari lima puluh tahun. Dan pada lembar kerjanya selalu direvisi untuk memastikan kemajuan siswa yang lancar sambil akan terus memaksimalkan potensinya. Pembimbing Kumon memberikan dukungan kepada setiap siswa dalam mengembangkan kemampuan dalam belajar mandiri. Dengan mengikuti Kumon, kemampuan berpikir anak dapat dilatih sejak kecil sehingga mampu mengatasi masalah dengan baik dan dapat memotivasi dirinya sendiri untuk lebih berkreatifitas.

2.1.2.2Pengelolalan Metode Kumon

Berdasar metode belajar kumon ini dapat ditunjang melalui beberapa teori dan para ahli yang menggunakan analisisnya tentang kejadian-kejadian belajar, Gagne (Dahar, 1991:143-145) yang dapat menyarankan adanya kejadian-kejadian instruksi yang ditujukan pada guru dalam menggunakan suatu pelajaran pada sekelompok siswa di kelas. Kejadian-kejadian instruksi yang dapat diterapkan pada metode ini adalah:

(7)

a. Mengaktifkan motivasi, yaitu dalam melakukan langkah pertama dalam pembelajaran adalah memotivasi para siswa untuk belajar. Kerap kali ini dilakukan dengan membangkitkan perhatian mereka dalam isi pelajaran, dan mengemukakan kegunaannya.

b. Memberitahu tujuan-tujuan belajar, kejadian instruksi kedua ini sangat erat kaitannya dengan kejadian instruksi pertama. Sebagian dari mengaktifkan motivasi para siswa ialah dengan memberitahu mereka tentang mengapa mereka belajar, apa yang mereka pelajari, dan apa yang akan mereka pelajari. Memberi tahu tujuan belajar juga menolong memusatkan perhatian para siswa terhadap aspek-aspek yang relevan tentang pelajaran.

c. Mengarahkan perhatian Gagne yang mengemukakan dua bentuk perhatian. Bentuk perhatian pertama berfungsi untuk membuat siswa siap menerima stimulus-stimulus. Bentuk kedua dari perhatian disebut persepsi selektif. Dengan cara ini siswa memperoleh informasi yang mana yang akan diteruskan ke memori jangka pendek, cara ini dapat ditolong dengan cara mengeraskan suara pada suatu kata atau menggaris bawah suatu kata atau beberapa kata dalam satu kalimat.

d. Merangsang ingatan menurut Gagne, yaitu bagian yang paling kritis dalam proses belajar adalah pemberian kode pada informasi yang berasal dari memori jangka pendek yang disimpan dalam memori jangka panjang. Guru dapat berusaha untuk menolong siswa-siswa dalam mengingat atau mengeluarkan pengetahuan yang disimpan dalam memori jangka panjang itu. Cara menolong ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada siswa, yang merupakan suatu cara pengulangan.

e. Menyediakan bimbingan belajar dengan bertujuan untuk memperlancar masuknya informasi ke memori jangka panjang, diperlukan bimbingan langsung dalam pemberian kode pada informasi. Untuk mempelajari informasi verbal, bimbingan itu dapat diberikan dengan cara mengkaitkan informasi baru itu dengan pengalaman siswa.

f. Meningkatkan retensi, dengan bertahannya materi yang di pelajari (jadi tidak terlupakan) dapat diusahakan oleh guru dan siswa itu sendiri dengan cara

(8)

sering mengulangi pelajaran itu. Cara lain adalah dengan memberi banyak contoh, menggunakan tabel-tabel, menggunakan diagram-diagram dan gambar-gambar.

g. Melancarkan transfer belajar adalah menerapkan apa yang telah dipelajari pada situasi baru. Untuk dapat melaksanakan ini para siswa tentu diharapkan telah menguasai fakta-fakta, konsep-konsep, dan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan.

h. Mengeluarkan penampilan dan memberikan umpan balik, di dalam hasil belajar perlu diperlihatkan melalui suatu cara, agar guru dan siswa itu sendiri mengetahui apakah tujuan belajar telah tercapai. Untuk itu sebaiknya guru tidak menunggu hingga seluruh pelajaran selesai. Sebaiknya guru memberikan kesempatan sedini mungkin pada siswa untuk memperlihatkan hasil belajar mereka, agar dapat diberi umpan balik, sehingga pelajaran selanjutnya berjalan dengan lancar. Cara-cara yang dilakukan adalah pemberian tes atau mengamati perilaku siswa umpan balik bila bersifat positif menjadi pertanda bagi siswa bahwa ia telah mencapai tujuan belajar.

Dalam penanganannya metode ini berfokus pada bimbingan secara individu atau perseorangan. Situasi kelas yang diharapkan adalah kelas mempunyai suasana yang kondusif dalam belajar, agar tercapai suasana yang kondusif untuk bimbingan perseorangan maka jumlah siswa dalam kelas tidak banyak. Walaupun demikian metode kumon yang secara umum adalah bimbingan secara mandiri dengan menggali kemampuanya sendiri dan dibimbing oleh guru maka yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas. Menurut Arend (2007) terdapat beberapa perspektif pengelolaan kelas, yaitu:

a. Pengelolaan kelas preventatif

Pengelolaan kelas preventatif merupakan perspektif bahwa banyak masalah di kelas dapat diselesaikan dengan merencanakan tujuan pembelajaran yang menarik dan relevan, serta pelaksanaan pembelajaran yang efektif. Jadi pengelolaan kelas akan berjalan baik bila guru merencanakan pembelajaran yang melibatkan siswa dan mencapai tujuan yang diharapkan. Pengelolaan kelas dan

(9)

pembelajaran saling terkait satu sama lain dan merupakan salah satu bagian dari peran kepemimpinan guru secara keseluruhan.

Pengelolaan kelas merupakan program pembelajaran yang harus direncanakan dan dilaksanakan guru dengan menggunakan berbagai pertimbangan antara lain: kemampuan siswa, sarana pembelajaran, materi pembelajaran, waktu dan tujuan pembelajaran, proses dan pencapaian pembelajaran, maupun evaluasinya. Ketika guru merencanakan pembelajaran, mereka memastikan pengelolaan kelas yang baik, ketika guru merencanakan alokasi waktu untuk berbagai kegiatan belajar atau mempertimbangkan bagaimana ruang kelas seharusnya ditata, saat itu mereka mengambil keputusan penting yang akan mempengaruhi pengelolaan kelasnya. Semua strategi untuk membangun komunitas belajar yang produktif, seperti membantu kelas agar dapat berkembang sebagai kelompok, memusatkan perhatian pada motivasi siswa, dan memfasilitasi pembicaraan yang jujur juga merupakan komponen-komponen penting dalam pengelolaan kelas. Setiap model atau strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru untuk digunakan, maka akan menuntut pada sistem pengelolaan kelas dan mempengaruhi perilaku guru serta siswa. Tugas-tugas pembelajaran yang terkait dengan ceramah membutuhkan perilaku yang berbeda bagi siswa dibanding perilaku yang dibutuhkan untuk tugas keterampilan. Tuntutan perilaku siswa yang bekerja kooperatif dalam kelompok-kelompok kecil berbeda dengan tuntutan untuk mengerjakan tugas mandiri. Berbagai pertimbangan sebagaimana yang telah diuraikan tersebut di atas menjadi gambaran usaha guru dalam mencegah berbagai kemungkinan kegagalan ataupun kendala yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran.

b. Pengelolaan kelas dengan perspektif penguatan

Pengelolaan kelas dengan perspektif penguatan berdasarkan pada pendekatan tingkah laku. Misal guru memberikan hadiah dengan memberi nilai yang baik, pujian, dan hak istimewa untuk menguatkan perilaku yang diinginkan dari siswa. Pendekatan tingkah laku sering menekankan tentang bagaimana mengontrol perilaku individu-individu siswa daripada mempertimbangkan kelas sebagai kelompok dan situasi belajar secara keseluruhan. Menurut perspektif

(10)

penguatan, guru dapat mendorong perilaku yang diinginkan melalui pemberian hadiah, hak istimewa, dan pujian. Pujian mudah diberikan oleh guru tapi harus digunakan dengan tepat agar efektif. Hukuman dan sangsi digunakan untuk mengurangi pelanggaran aturan dan prosedur. Pedoman penggunaan sangsi menurut perspektif penguatan, adalah sebagai berikut.

1. Gunakan pengurangan skor untuk tugas atau pekerjaan yang terkait dengan perilaku, misalnya jika siswa tidak mengumpulkan pekerjaan yang tidak dikerjakan sampai selesai.

2. Gunakan denda untuk menangani pengulangan pelanggaran terhadap aturan dan prosedur. Berikan peringatan pertama, dan bila perilaku berlanjut berikan denda. Contoh denda: berupa gambar-gambar yang harus dibayarkan karena melanggar aturan atau bentuk lain sesuai kesepakatan kelas.

3. Bila Anda memiliki siswa yang sering menerima sangsi, bantulah mereka agar merencanakan untuk menghentikan perilaku buruknya.

c. Pengelolaan kelas yang berpusat pada siswa (student centered)

Perspektif pengelolaan kelas yang berpusat pada siswa berdasarkan pada teori John Dewey dan pendidik Swiss serta reformis humanistik. Dalam perspektif ini, guru memperlakukan siswa di sekolah secara manusiawi. Siswa disikapi dengan hormat dan diciptakan komunitas belajar yang ―peduli etika‖. Pengelolaan kelas direncanakan sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan siswa dalam bidang akademik, sosial, dan emosional.

2.1.2.3Karakteristik Model Pembelajaran Kumon

Berdasar pada karakteristik (Kumon, 2014) Kumon adalah metode pendidikan yang unik, yang tidak menyamaratakan kemampuan masing-masing siswa. Berdasarkan bimbingan perseorangan dan belajar pada tingkatan yang tepat, Kumon ingin mengembangkan kemampuan setiap anak dan memaksimalkan potensinya.

(11)

a. Bimbingan perseorangan—Belajar pada tingkatan yang tepat

Dengan menggali potensi setiap individu, Kumon mendorong anak-anak untuk menjadi yang terbaik dengan kemampuan sendiri. Kumon menghargai nilai dari belajar mandiri. Maka, bimbingan perseorangan adalah salah satu fitur dasar dari Metode Kumon. Kunci dari bimbingan perseorangan adalah belajar pada tingkatan yang tepat, yaitu ketika siswa dapat maju secara mandiri tanpa diajari secara khusus.

b. Belajar Mandiri

Mengembangkan kemampuan untuk belajar secara mandiri. Kumon mendefinisikan kemampuan belajar mandiri sebagai kemampuan untuk menentukan tujuan dan menyelesaikan soal yang sulit secara mandiri. Dengan Metode Kumon siswa dapat maju dengan kemampuannya sendiri tanpa harus diajari secara khusus.

c. Maju dalam Small Steps

Lembar kerja Kumon disusun untuk menumbuhkan sikap belajar mandiri, lembar kerjanya telah didesain sedemikian rupa sehingga memungkinkan siswa untuk memahami sendiri bagaimana menyelesaikan soalnya. Ketika memasuki topik baru diberikan contoh dan penjelasan yang mendorong siswa untuk mempelajarinya sendiri dan maju dengan kemampuannya sendiri.

d. Peran Pembimbing

Mendorong perkembangan dan pertumbuhan setiap anak, agar dapat memberikan bimbingan yang tepat, Pembimbing Kumon mengamati kebiasaan belajar siswa, terutama ketika mengerjakan kembali materi yang pernah dikerjakan atau mempelajari materi baru, untuk mendapatkan gambaran tentang kemajuan dan perkembangannya.

(12)

e. Menggali potensi

Mempelajari materi di atas tingkatan kelas menumbuhkan rasa percaya diri dan sikap yang positif. Metode Kumon bertujuan untuk membantu anak-anak memperoleh kemampuan akademis yang kuat dengan memungkinkan mereka maju melampaui tingkatan kelasnya melalui belajar pada tingkatan yang tepat.

2.1.2.4Manajemen Waktu Metode Kumon

Pearce, C. (2014) Mengatakan bahwa ketika seorang pendidik dan murid-muridnya mengelola waktu mereka mengambil pendekatan yang sistematis. Hal ini memungkinkan mereka menjadi lebih efisien dan produktif. Manajemen waktu juga menurunkan kecemasan karena guru dan siswa tidak menunggu sampai menit terakhir untuk melakukan sesuatu dan berakhir dalam situasi krisis. Metode kumon ini dapat menerapkan manajemen waktu seperti berikut.

a. Kegiatan

Guru dan siswa menjaga aktivitas dalam pembelajaran untuk membiarkan melihat bagaimana mereka menghabiskan waktu mereka. Kemungkinan hal terbesar dapat menemukan bahwa hal ini dapat membuang-buang banyak waktu pada hal-hal yang tidak penting. Sebagai guru, melatih siswa dalam manajemen waktu dengan meminta guru membuat daftar hal-hal yang harus dilakukan pada hari tertentu dan berapa banyak waktu yang harus untuk dipikir dan untuk melakukannya. Jika seorang siswa praktek olahraga sepulang sekolah , ia harus mencari cara untuk menghadiri praktek dan memiliki cukup waktu tersisa untuk pekerjaan rumah. Ini harus dimasukkan pada daftar. Dan katakan siswa untuk menetapkan prioritas: Letakkan hal yang paling penting di bagian atas daftar dan yang paling penting di bagian bawah. b. Waktu yang dialokasikan

Membagikan waktu untuk kegiatan kelas tertentu -15 menit. Ketika 15 menit sudah habis bergerak kelas ke sesuatu yang lain. Dengan cara ini tidak ada alasan untuk guru, ketika siswa diminta untuk menutup buku mereka dan

(13)

pergi ke aktivitas berikutnya. Pelajaran di sini adalah dengan menggunakan waktu yang diberikan dan tidak menyia-nyiakannya.

Dalam pembelajarannya metode kumon juga dapat menggunakan waktu jeda 5 menit untuk melakukan secara bergiliran, agar bimbingan perseorangan dengan jumlah siswa yang banyak dapat teratasi dengan baik.

c. Menempel Jadwal

Guru harus menetapkan rutin kegiatan khusus yang dilakukan pada waktu tertentu setiap hari dan untuk jumlah waktu tertentu. Jadwal dapat diposting sehingga siswa bisa melihatnya.

d. Penundaan

Diskusikan penundaan, atau menempatkan hal off sampai menit terakhir dengan siswa. Menempatkan siswa dalam mengikat waktu-bijaksana dan akhirnya mempengaruhi kinerja siswa di dalam kelas untuk memberi kesimpulan suatu pembelajaran yang sudah dilaksanakan.

e. Guru dan Siswa

Sebagai guru meningkatkan keterampilan manajemen waktu sendiri dapat mengajarkan teknik manajemen waktu kepada murid-muridnya juga. Semua orang akan mendapatkan manfaat dari pelajaran yang telah diajarkan sebelumnya.

2.1.3 Hasil Belajar

Ada beberapa pengertian mengenai hasil belajar. Seperti yang dikemukakan Winkel (1989) dalam Mulyana (2012), bahwa hasil belajar merupakan prestasi yang dicapai siswa dalam bentuk angka.

Menurut Sudjana (2012: 3) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku setelah siswa melakukan pengalaman belajar (proses belajar mengajar)

Suparno (1997) dalam Adisusilo (2012: 182) berpendapat hasil belajar yang sebenarnya terjadi pada saat terjadi keraguan pada diri seseorang yang dapat merangsang pemikiran lebih dalam, karena pada saat itu adalah situasi yang baik untuk memacu orang tersebut belajar. Suparno menambahkan, hasil belajar dipengaruhi oleh lingkungan sekitar seseorang.

(14)

Ada 3 macam hasil belajar yang ditulisoleh Airasian, dkk (2001) berdasarkan cara belajar.

1. Tiada aktivitas belajar. Siswa membaca pengetahuan secara sepintas dan merasa yakin akan mampu menyelesaikan masalah/tes yang diberikan. Akan tetapi diahanya mampu menyebutkan sedikit pengetahuan dasar/luarnya saja. Dia tidak mampu menyebutkan lebih dalam lagi pengetahuan tersebut. Apalagi mendiagnosis pertanyaan esai. Siswa tersebut tidak terlalu memahami pengetahuan yang diberikan. Pada intinya, dia tidak melakukan aktivitas belajar.

2. Belajar menghafal. Pada dasarnya siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan, karena dia membaca dan menghafal sehingga mampu mengingat seluruh pengetahuan. Akan tetapi pada saat diberi masalah yang harus dianalisis, dia tidak bisa. Dia tidak dapat mentrasfer pengetahuannya ke hal yang baru.

3. Belajar yang bermakna. Siswa akan mampu menganalisis pengetahuan/informasi yang diberikan karena dia tidak hanya sepintas/menghafal saja dalalm proses mentrasfer pengetahuan yang diberikan, akan tetapi juga memaknai tiap pengetahuan tersebut sehingga dia paham dan mampu menggunakan pengetahuan tersebut pada masalah-masalah baru.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan sebuah kemampuan dari siswa dalam upaya mengimplementasikan pengetahuan setelah melakukan proses belajar yang dapat diukur melalui tes/non-tes.

2.1.4 Pembelajaran Metode Kumon Dapat Meningkatkan Hasil Belajar

Penerapan metode kumon pada mata pelajaran matematika untuk kelas V sekolah dasar adalah pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan yang dapat dilihat atau dibayangkan oleh siswa dalam proses pembelajaran untuk mempermudah siswa dalam mendapatkan pengetahuan dengan bantuan guru. Dalam proses pembelajaran ini siswa akan dituntut untuk secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Pembelajaran menggunakan metode kumon terdiri dari 5 karakteristik yaitu (1) Bimbingan perseorangan—Belajar pada tingkatan

(15)

yang tepat, (2) Belajar Mandiri, (3) Maju dalam Small Steps (4) Peran pembibing (5) menggali potensi akan dipadukakn untuk melihat keberhasilan belajar siswa. Lima karakteristik ini dijabarkan menjadi langkah-langkah inti dalam pembelajaran menggunakan metode kumon, yaitu menggali potensi individu, belajar secara mandiri, maju dalam langkah-langkah awal, melakukan bimbingan, memberi drill, serta menyimpulkan pembelajaran.

Guru akan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sebelum proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan pembelajaran dalam RPP ini terdiri dari beberapa tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti (Ekspolrasi, Elaborasi, dan Konfirmasi), dan kegiatan penutup. Di dalam kegiatan inti inilah langkah-langkah yang berdasar dari karakteristik metode kumon akan diterapkan.

2.1.4.1 Langkah-langkah Metode Kumon

Menurut Lukman (2008) Kumon adalah sistem belajar yang memberikan program belajar secara perseorangan sesuai dengan kemampuan masing-masing, yang memungkinkan anak menggali potensi dirinya dan mengembangkan kemampuannya secara maksimal. Melalui pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris, KUMON tidak hanya membentuk kemampuan akademik saja, akan tetapi juga membentuk karakter yang positif dan ―life-skills‖ (ketrampilan hidup) yang akan berguna bagi masa depan anak.

Dalam penerapannya metode ini membagi kedalam 6 tahap, diantaranya: 1. Mula-mula, anak mengambil buku saku yang telah disediakan,

menyerahkan lembar kerja PR yang sudah dikerjakannya di rumah, dan mengambil lembar kerja yang telah dipersiapkan pembimbing untuk dikerjakan anak pada hari tersebut.

2. Anak duduk dan mulai mengerjakan lembar kerjanya. Karena pelajaran diprogram sesuai dengan kemampuan masing-masing, biasanya anak dapat mengerjakan lembar kerja tersebut dengan lancar.

3. Setelah selesai mengerjakan, lembar kerja diserahkan kepada pembimbing untuk diperiksa dan diberi nilai. Sementara lembar kerjanya dinilai, anak berlatih dengan alat bantu belajar.

(16)

4. Setelah lembar kerja selesai diperiksa dan diberi nilai, pembimbing mencatat hasil belajar hari itu pada ―Daftar Nilai‖. Hasil ini nantinya akan dianalisa untuk penyusunan program belajar berikutnya.

5. Bila ada bagian yang masih salah, anak diminta untuk membetulkan bagian tersebut hingga semua lembar kerjanya memperoleh nilai 100. Tujuannya, agar anak menguasai pelajaran dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. 6. Setelah selesai, anak mengikuti latihan secara lisan. Sebelum pulang,

pembimbing memberikan evaluasi terhadap pekerjaan anak hari itu dan memberitahu materi yang akan dikerjakan anak pada hari berikutnya.

Berdasar penerapan pembelajaran tersebut, peneliti akan melakukan pembelajaran dengan cara tersebut.

1. Guru menyiapkan materi yang akan diajarkan pada hari tersebut. Dalam hal ini materi yang digunakan peneliti berupa memahami sifat-sifat bangun. 2. Siswa mengerjakan tugas materi yang diberikan, yang sebelumnya materi

sudah dijelaskan oleh guru. Diharapkan mempunyai pemahaman dan pengetahuan sendiri tentang materi sifat-sifat bangun.

3. Siswa mengumpulkan lembar pekerjaan yang telah selesai dikerjakannya kepada guru, Sementara guru menilai hasil lembar kerja yang telah selesai dalam mengerjakan, siswa berlatih dengan alat peraga sifat-sifat bangun yang tersedia di kelas.

4. Guru menilai lembar kerja setelah diperiksa dan dicatat hasil belajar di daftar nilai yang hasilnya akan dianalisa pada pertemuan berikutnya.

5. Bila pada materi tersebut ada kesalahan, siswa diminta untuk membetulkan bagian tersebut. Guru membimbing dalam proses mengerjakan kesalahan pada siswa agar semua benar dan tuntas.

6. Guru memberikan latihan tanya jawab secara lisan, sebelum mengakhiri pembelajaran tersebut. Guru bersama dengan siswa menyimpulkan dengan memberi evaluasi, dan memberitahukan materi berikutnya agar siswa belajar dirumah.

Berikut ini adalah pengaplikasian pembelajaran metode kumon sesuai dengan tahap eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi (EEK)

(17)

Tabel 2.2 Penerapan Metode Kumon dalam EEK

Tahap Kegiatan

Pendahuluan 1. Ramah tamah dengan siswa (salam,presensi).

2. Menjelaskan materi yang akan dipelajari. 3. Menjelaskan indikator yang harus dicapai

4. Menjelaskan rencana kegiatan tentang materi dan indikator

Eksplorasi 1. Siswa mengerjakan materi sifat-sifat bangun dengan

kemampuan masing-masing

2. Siswa mengumpulkan lembar pekerjaan, sementara guru menilai hasil lembar kerja, siswa berlatih dengan alat peraga sifat-sifat bangun yang tersedia di kelas.

3. Setiap hasil pekerjaan siswa yang dinilai harus di catat dalam lembar penilaian pada daftar nilai.

Elaborasi 1. Saat siswa mendapatkan kesalahan, guru membimbing siswa

sampai tuntas.

2. Guru memberikan bimbingan lebih kepada siswa yang mendapat kesulitan dalam belajar.

Konfirmasi Guru memberikan latihan tanya jawab secara lisan, sebelum

mengakhiri pembelajaran tersebut.

Penutup Peserta didik diberi tes untuk mengetahui seberapa dalam

pengetahuan mereka mengenai sifat-sifat bangun.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Penelitian ini merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.

(18)

Dibawah ini adalah hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ―Penerapan Metode Kumon Untuk Meningkakan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri Ungaran 03 Tahun Pelajaran 2013/2014‖.

Penelitian dengan menggunakan Metode Kumon ini juga telah dilakukan oleh beberapa orang, diantaranya Elsa Frida Siburian pada tahun 2012 dengan judul ―Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Variasi Metode Kumon Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas IV SD Swasta GKPS Menteng II Medan Tahun

Ajaran 2011/2012‖. Memperoleh hasil dengan menggunakan variasi metode

Kumon pada mata pelajaran Matematika di kelas IV SD Swasta GKPS Menteng II Medan menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Dari hasil pre test diperoleh ketuntasan belajar 31,81% dengan nilai rata-rata kelas 46,36. Setelah dilaksanakan Siklus I diperoleh ketuntasan belajar sebesar 59,09% dengan nilai rata-rata kelas 72,72 serta kompetensi guru dalam mengajar sebesar 71,66% (cukup kompeten). Pada Siklus II Ketuntasan belajar meningkat menjadi 81,81% dengan nilai rata-rata kelas 85,45 serta kompetensi guru dalam mengajar sebesar 81,66% (kompeten). Peningkatan hasil belajar dari kedaan awal (pre tes) ke siklus I sebesar 27,28% dan dari siklus I ke siklus II sebesar 22,77%.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Ema Fitriya pada tahun 2011. Hasil penelitian ini adalah diperoleh adanya peningkatan motivasi siswa terhadap pembelajaran matematika yaitu 93% dengan kriteria sangat tinggi. Selain itu pada peningkatan hasil belajar siswa diperoleh nilai rata-rata 92,0 dan prosentase ketuntasan siswa 93% dengan kriteria sangat baik. Namun dalam pelaksanaan di sekolah-sekolah lain, guru dapat mengkreasikan sesuai dengan karakteristik dan kondisi sekolahnya masing-masing.

Dari hasil penelitian Elsa Frida Siburian dan Ema Fitriya tersebut, dapat diinformasikan bahwa melalui variasi metode Kumon pada pembelajaran Matematika dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar dan motivasi belajar di tiap siklusnya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Elsya Frida menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar dari kedaan awal (pre tes) ke siklus I sebesar 27,28% dan dari siklus I ke siklus II sebesar 22,77%. Sedangkan penelitian yang

(19)

dilakukan oleh Ema Fitriya hasilnya diperoleh adanya peningkatan motivasi siswa terhadap pembelajaran matematika yaitu 93% dengan kriteria sangat tinggi Peningkatan yang cukup signifikan ini dapat menjadi acuan penulis dalam melakukan penelitian.

2.3 Kerangka Berpikir

Penelitian akan menggunakan metode kumon untuk membuktikan adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas V. Selain itu, dengan menggunakan metode kumon, siswa akan tertantang dan memiliki rasa ingin tahu yang lebih dalam belajar matematika.

Berdasarkan teori metode kumon, bimbingan secara perseorangan, mengasah kemampuan individu, membentuk karakter yang positif yang dapat di peroleh siswa. Proses belajar ini akan membuat siswa menjadi aktif serta memiliki rasa keingin tahuan yang tinggi, sehingga proses belajar lebih bermakna dan dapat meningkatkan hasil belajar mereka. Beberapa langkah-langkah inti dalam metode kumon, adalah memahami setiap individu, memberikan bimbingan perseorangan, menggali potensi siswa, mengasah keaktifan siswa serta melatih kemandirian dalam belajar.

(20)

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis pada Penelitian Tindakan Kelas ini adalah penerapan metode kumon pada pembelajaran matematika diduga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V sekolah dasar.

2.5 Indikator Keberhasilan

Penelitian dianggap berhasil jika ada kenaikan nilai sedangkan KKM nya tetap yaitu 70. Pra Tindakan Pra Tindakan Pra Tindakan Guru belum menggunakan metode kumon di kelas Guru menggunakan metode kumon di kelas Guru menggunakan metode kumon di kelas

Diduga hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran Matematika mengalami peningkatan Guru belum menggunakan metode kumon di kelas Pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 di beri bimbingan dan pemberian tugas berupa

mengidentifikasi sifat- sifat bangun ruang, yaitu balok dan kubus dengan alat peraga sedotan.

Harapan :

Siswa lebih aktif serta memiliki rasa

keingintahuan yang tinggi, sehingga proses belajar lebih bermakna dan dapat meningkatkan hasil belajar mereka

Gambar

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika  Kelas V Semester 2
Tabel 2.2 Penerapan Metode Kumon dalam EEK
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Semua bahan atau benda yang dapat menghasilkan efek ledakan, termasuk bahan yang dalam campuran tertentu atau jika mengalami pemanasan, gesekan, tekanan dapat mengakibatkan

Inspektorat IV mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya, serta

Beberapa Ketentuan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 4/PRT/M/2007 tentang Tata Cara Penggunaan Dana Bergulir Pada Badan Layanan Umum Badan Pengatur Jalan Tol Untuk

[r]

Asuransi adalah suatu lembaga ekonomi yang bertujuan mengurangi resiko dengan jalan mengkombinasikan dalam suatu pengelolaan atas sejumlah obyek-obyek yang cukup besar

Perkolasi, adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar.. Proses perkolasi

Hal ini sesuai dengan pendapat Stein (dalam Yuniarti 2002) kehidupan lajang adalah kehidupan pria dan wanita yang belum menikah, yang tidak terlibat dalam hubungan homoseksual

Penulisan Ilmiah ini menjelaskan mengenai perancangan pembuatan Website Pengenalan Yoga dengan menggunakan Macromedia Dreamweaver MX.Website mengenai pengenalan yoga sudah ada