• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERKALIAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER PADA SISWA KELAS IV MI MA’ARIF DUKUH KECAMATAN SIDOMUKTI KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERKALIAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER PADA SISWA KELAS IV MI MA’ARIF DUKUH KECAMATAN SIDOMUKTI KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - Test Repository"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI PERKALIAN DENGAN MENGGUNAKAN

ALAT PERAGA TULANG NAPIER PADA SISWA

KELAS IV MI MA’ARIF DUKUH KECAMATAN

SIDOMUKTI KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN

2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

TRI YURIANA

NIM 11512079

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

iii

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI PERKALIAN DENGAN MENGGUNAKAN

ALAT PERAGA TULANG NAPIER PADA SISWA

KELAS IV MI MA’ARIF DUKUH KECAMATAN

SIDOMUKTI KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN

2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

TRI YURIANA

NIM 11512079

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(4)

iv

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

Jl. Lingkar Salatiga Km. 02 Salatiga Telp. (0298)6031364 Website: www.iainsalatiga.ac.id e-mail:tarbiyah@iainsalatiga.ac.id

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara: Nama : Tri Yuriana

NIM : 115-12-079

Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

Judul :PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERKALIAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER PADA SISWA KELAS IV MI MA’ARIF DUKUH KECAMATAN SIDOMUKTI KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

(5)

v

(6)
(7)

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Pendidikan mempunyai akar yang pahit, tapi buahnya manis.”

(Aristoteles)

“Mulai adalah kata yang penuh kekuatan. Cara terbaik untuk menyelesaikan sesuatu adalah mulai. Tapi juga mengherankan, pekerjaan apa yang dapat kita

selesaikan kalau kita hanya memulainya.”

(Cilfford Warren)

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini penulis persembahkan:

Ibunda Wastini dan Bapak Karsimin (Alm) tercinta yang telah membesarkan, mendidik, membimbing dengan penuh cinta dan sayang, serta memberikan semangat, motivasi, dan do’a yang tiada henti.

Ibunda (Sri Mulyani) dan bapak (Ichwanto) tercinta yang selalu mendoakan dan membantuku tiada henti. Suamiku tercinta (Singgih Irawan) yang selalu berusaha menyediakan segala kebutuhanku guna membantu mewujudkan keinginanku menjadi seorang sarjana, terimasih juga atas doa dan motivasinya.

(8)

viii

Kakak-kakaku dan adik-adikku semuanya yang selalu memberikan dukungan.

Para dosen dan dosen pembimbingku bapak Suwardi, M.Pd. yang telah sabar dalam membimbing dan memberi ilmu.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

ميحرلا نمحرلا الله مسب

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Materi Perkalian dengan Menggunakan Alat Peraga Tulang Napier pada Siswa Kelas IV MI Ma’arif Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017.

Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita di dunia dan akhirat kelak. Suatu kebanggaan tugas ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Bagi penulis, penyusunan skripsi ini merupakan tugas yang tidak ringan. Penulis sadar banyak hambatan yang menghadang dalam proses penyusunan skripsi ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan, tentunya karena beberapa pihak yang membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis ucapkan banyak terima kasih setulusnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

(10)

x

3. Ibu Peni Susapti, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI).

4. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis.

5. Bapak Muhamad Muzaqi, S.Pd.I selaku Kepala Sekolah MI Ma’arif Dukuh beserta guru-guru yang telah mengizinkan kepada penulis untuk melakukan penelitian di MI Ma’arif Dukuh Salatiga.

6. Sahabat-sahabatku Miftakhul Fadlillah, Afifah, Puji, Nuha dan semua sahabatku angkatan 2012 dan 2013 yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.

7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Atas semua bantuan yang telah diberikan, penulis hanya dapat berdoa semoga amal mereka mendapat balasan yang lebih baik dan mendapat kesuksesan dunia akhirat, amin.

Penulis dalam hal ini juga mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca umumnya.

Salatiga, 14 Maret 2017

(11)

xi ABSTRAK

Yuriana, Tri. 2016. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian dengan Menggunakan Alat Peraga Tulang Napier pada Siswa Kelas IV MI Ma’arif Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Suwardi, M.Pd.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Alat Peraga Tulang Napier

Penelitian ini merupakan upaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV MI Ma’arif Dukuh pada mata pelajaran matematika dengan menerapkan alat peraga tulang Napier. Salah satu penyebab rendahnya nilai matematika di MI Ma’arif Dukuh adalah kurangnya penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika. Masalah utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: Apakah penggunaan alat peraga tulang Napier mampu meningkatkan hasil belajar materi perkalian pada siswa kelas IV MI Ma’arif Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga tahun pelajaran 2016 / 2017?.

Guna menjawab pertanyaan tersebut peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dengan 2 siklus. Setiap siklusnya merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari 1) Planning, untuk mengidentifikasi masalah dan merencanakan kegiatan pembelajaran, dan membuat instrument penelitian lainnya. 2) Acting, melaksanakan pembelajaran pada mata pelajaran matematika materi perkalian. 3) Observing, pengambilan data tentang hasil melalui tes dan lembar pengamatan. 4) Reflecting, menganalisis data hasil pengamatan. Subyek dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas IV MI Ma’arif Dukuh Salatiga yang berjumlah 21 siswa, yang terdiri dari 12 siwa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan alat peraga tulang Napier saat pembelajaran matematika.

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... I

LEMBAR BERLOGO ... ii

JUDUL ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xvi

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Hipotesis Penelitian dan Indikator Pembelajaran... 6

E. Manfaat Penelitian ... ... ... ... ... 7

F. Definisi Operasional ... 9

(13)

xiii

1. Rancangan Penelitian... 12

2. Subjek Penelitian ... 14

3. Langkah-langkah Penelitian ... 14

4. Instrumen Penelitian... 18

5. Pengumpulan Data ... 19

6. Analisis Data ... 21

H. Sistematika Penulisan ... 22

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Matematika ... 23

1. Belajar ... 23

2. Pengertian Pembelajaran dan Hasil Belajar Matematika ... 32

3. Tujuan Pembelajaran Matematika ... 41

4. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika ... .. 42

5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika Kelas IV Semester I... .... 42

6. Materi Perkalian dalam Matematika ... 44

B. Alat Peraga Matematika Tulang Npaier ... 48

1. Pengertian Alat Peraga ... 48

2. Alat Peraga Tulang Napier ... 60

(14)

xiv BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Kondisi Umum ... 67

1. Gambaran Umum MI Ma’arif Dukuh Salatiga ... 67

2. Data Guru dan Karyawan MI Ma’arif Dukuh Salatiga ... 68

3. Karakteristik Siswa ... 69

4. Pelaksanaan Penelitian ... 71

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 71

C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 89

1. Siklus I ... 89

2. Siklus II ... 93

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 96

1. Siklus I ... 96

2. Siklus II ... 98

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 103

B. Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 106

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar kelas IV Semester I ... 43

Tabel 2.2 Tabel Perkalian ... 46

Tabel 3.1 Data Guru dan Karyawan MI Ma’arif Dukuh Salatiga ... 67

Tabel 3.2 Keadaan Guru di MI Ma’arif Dukuh Salatiga ... 68

Tabel 3.3 Data Keadaan Siswa Kelas IV MI Ma’arif Dukuh Salatiga ... 69

Tabel 3.4 pengamatan guru dan siswa siklus I ... 76

Tabel 3.5 Kekurangan dan Perbaikan Siklus I ... 80

Tabel 3.6 Pengamatan Guru dan Siswa Siklus II ... 85

Tabel 4.1 Data Nilai Siswa Siklus I ... 90

Tabel 4.2 Data Nilai Siswa Siklus II ... 93

Tabel 4.3 Perbandingan Pre Test dan Post Test Siklus I ... 97

Tabel 4.4 Perbandingan Nilai Pre Test dan Post Test Siklus II ... 99

Tabel 4.5 Perbandingan Nilai Siklus I dan Siklus II ... 99

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 108

Lampiran2 Lembar Pengamatan Siklus I ... 121

Lampiran3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 125

Lampiran4 Lembar Pengamatan Siklus II ... 141

Lampiran5 Dokumentasi ... 144

Lampiran6 Surat Tugas Pembimbing Skripsi ... 146

Lampiran7 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 147

Lampiran8 Surat Keterangan Penelitian ... 148

Lampiran 9 Lembar Konsultasi Skripsi ... .... 149

Lampiran 10 Daftar Nilai SKK ... 150

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menduduki peranan penting dalam pendidikan, hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan pembelajaran matematika yang diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Selain itu, keputusan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 2011 tentang prosedur Operasional Standar Ujian Nasional dijelaskan bahwa mata pelajaran matematika menjadi salah satu mata pelajaran wajib yang menjadi ukuran kelulusan Ujian Nasional (UN). Matematika juga menjadi salah ilmu yang dijadikan tolok ukur

Intellectual Quotient (IQ) seseorang.

Namun pada kenyataannya matematika merupakan mata pelajaran yang selama ini dianggap sulit oleh sebagian besar peserta didik, mulai dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah bahkan hingga perguruan tinggi. Hal ini diperkuat dengan pendapat Daryanto (2013: 155) bahwa hasil nilai matematika pada Ujian Nasional (UN), pada semua tingkat dan jenjang pendidikan selalu terpaku pada angka yang rendah. Keadaan ini sangat ironis dengan kedudukan dan peran matematika untuk pengembangan ilmu dan pengetahuan, mengingat matematika merupakan induk ilmu pengetahuan.

(18)

2

matematika) sering kali menghinggapi perasaan peserta didik dari tingkat SD/MI sampai dengan SMA/MA bahkan hingga perguruan tinggi. Masalah fobia matematika kerap dianggap sangat krusial dibandingkan bidang studi lainnya karena sejak SD bahkan TK peserta didik sudah diajarkan matematika (Daryanto, 2013: 155).

Marti dalam Sundayana (2015: 2) mengemukakan bahwa meskipun matematika dianggap memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, namun setiap orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah sehari-hari. Pemecahan masalah tersebut meliputi penggunaan informasi, penggunaan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, penggunaan pengetahuan tentang menghitung, dan yang terpenting adalah kemampuan melihat serta menggunakan hubungan-hubungan yang ada.

Johnson dan Myklebust dalam Sundayana (2015: 2) mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis yang mempunyai fungsi praktis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan. Selain itu matematika merupakan ilmu pengetahuan yang objeknya bersifat abstrak.

(19)

3

Untuk menciptakan pembelajaran yang berkualitas, guru sering kali menemukan kesulitan dalam memberikan materi pembelajaran. Khususnya bagi guru matematika dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah masih menunjukkan kekurangan dan keterbatasan. Terutama dalam memberikan gambaran konkret dari materi yang disampaikan, sehingga hal tersebut berakibat langsung kepada rendah dan tidak meratanya kualitas hasil belajar yang dicapai siswa. Kondisi ini akan terus terjadi selama guru matematika masih menganggap bahwa dirinya merupakan sumber belajar bagi siswa dan mengabaikan peran media serta alat peraga pembelajaran.

Pembelajaran dengan menggunakan media atau pun alat peraga yang tepat, akan memberikan hasil yang optimal bagi pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari. Media pembelajaran yang menarik dan inovatif tentunya dapat menarik minat siswa untuk belajar sehingga hasil belajar siswa meningkat. Pembelajaran dengan menggunakan media dan alat peraga tentunya lebih menarik dan menyenangkan daripada tidak menggunakan.

(20)

4

yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, guru sebagai subjek pembelajaran harus dapat memilih media dan sumber belajar yang tepat, sehingga bahan pembelajaran yang disampaikan dapat diterima dengan baik.

Menurut Kemp dalam Sundayana (2015: 3), konstribusi media dalam pembelajaran adalah penyampaian pembelajaran dapat lebih terstandar, pembelajaran lebih menarik, memperpendek waktu penyampaian pembelajaran, meningkatkan kualitas pembelajaran, merubah peran guru kearah yang lebih positif serta dapat meningkatkan proses pembelajaran dan sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran.

Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Dukuh adalah MI swasta yang ada di kota Salatiga. Seperti MI lain pada umumnya, MI ini menerapkan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Menurut wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran matematika kelas IV diketahui bahwa terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan pembelajaran matematika. Salah satu kendala utama adalah kurangnya antusias siswa untuk belajar.

(21)

5

madrasah tersebut masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang diterapkan untuk mata pelajaran matematika adalah 65. Dari hasil wawancara dengan guru matematika kelas IV MI Ma’arif

Dukuh diperoleh informasi bahwa siswa sering mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal latihan dan siswa kurang memperhatikan saat pelajaran berlangsung. Peneliti dan guru menduga pembelajaran yang dilaksanakan selama ini kurang menarik perhatian siswa karena pembelajaran dilaksanakan tanpa menggunakan media ataupun alat peraga pembelajaran. Hal ini yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas IV MI Ma’arif Dukuh Salatiga.

Dari masalah yang telah diuraikan di atas maka peneliti bersama-sama dengan guru sepakat untuk mencoba suatu tindakan alternatif untuk mengatasi masalah yang ada dengan menggunakan alat peraga tulang napier dalam pembelajaran matematika materi perkalian.

Alat peraga tulang Napier merupakan alat bantu yang dapat membantu mencari hasil kali suatu bilangan. Tulang Napier ini ditemukan oleh ahli matematika penemu logaritma yaitu John Napier (Sundayana, 2015: 110). Penggunaan alat peraga ini diharapkan dapat menjadikan pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR

(22)

6

MA’ARIF DUKUH KECAMATAN SIDOMUKTI KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengajukan rumusan masalah sebagai berikut: Apakah penggunaan alat peraga tulang Napier mampu meningkatkan hasil belajar matematika materi perkalian pada siswa kelas IV MI Ma’arif Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga tahun

pelajaran 2016/2017?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa penggunaan alat peraga tulang Napier dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi perkalian pada siswa kelas IV MI Ma’arif Dukuh

Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga tahun pelajaran 2016/2017.

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

1. Hipotesis Tindakan

(23)

7

perkalian pada siswa kelas IV MI Ma’arif Dukuh, Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017.”

2. Indikator Keberhasilan

Penggunaan alat peraga tulang Napier pada materi perkalian dikatakan berhasil apabila indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator yang dapat dirumuskan adalah:

a. Secara Individu

Adanya peningkatan hasil belajar matematika materi perkalian yaitu mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal ) ≥ 65.

b. Secara Klasikal

Ketuntasan siswa secara klasikal dalam pembelajaran matematika, khususnya materi perkalian adalah 85% siswa di kelas dapat mencapai KKM (Daryanto, 2011: 191).

E. Manfaat Penelitian

Dalam setiap usaha penelitian diharapkan dapat berguna dan memberikan banyak manfaat kepada peneliti, pembaca, dan semua yang terlibat dalam dunia pendidikan. Manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

(24)

8

diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Dengan melakukan penelitian tindakan kelas, diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada:

a. Siswa

Dapat memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil pembelajaran.

b. Guru

Sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk memperkenalkan alat peraga pembelajaran matematika yaitu alat peraga tulang Napier yang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, efektif, dan efisien sehingga hasil belajar siswa meningkat.

c. Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI)

(25)

9 F. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah penafsiran, ada hal-hal yang perlu dijelaskan sehingga terbentuk suatu pengertian yang utuh sesuai dengan apa yang dimaksud dari judul penelitian ini. Adapun istilah-istilah tersebut adalah:

1. Hasil Belajar

Berbicara tentang hasil belajar maka tidak lepas dari proses belajar. Menurut Daryanto (2012:16) belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan pada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu. Indikator belajar ditunjukkan dengan perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil pengalaman. Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai suatu pola-pola respon yang berupa keterampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan, atau pemahaman.

Menurut Gagne belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Sedangkan menurut Morgan “Learning is any relatively

permanent change in behavior that is a result of past experience” (Belajar

(26)

10

Menurut Suprijono (2009: 5-6) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Menuru Bloom, hasil belajar mencangkup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran (Susanto, 2013: 5).

2. Alat Peraga Tulang Napier

Menurut Daryanto (2012: 13), alat peraga pengajaran, teaching aids

(27)

11

Menurut Sundayana (2015: 110), tulang Napier adalah suatu alat yang dapat membantu mencari hasil kali suatu bilangan. Alat ini pertama kali diperuntukkan bagi perkalian dalam sistem desimal (basis sepuluh).

Sebuah tulang Napier terdiri dari 10 kotak, dengan kotak teratas menunjukkan sebuah bilangan dasar (digit) dan kotak selanjutnya berturut-turut merupakan hasil perkalian bilangan dasar tersebut dengan bilangan 1 hingga 9 di mana satuan diletakkan di bagian bawah diagonal sedang bagian puluhan diletakkan dibagian atas diagonal (Sumardyono, 2004: 15).

3. Mata Pelajaran Matematika

Johnson dan Myklebust dalam Abdurrahman (2003: 252) mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis yang mempunyai fungsi praktis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan. Sedangkan fungsi teoritisnya untuk memudahkan berfikir. Dengan kata lain, matematika adalah bekal peserta didik untuk berfikir logis, analitis, sitematis, kritis dan kreatif. Sebagai bahasa simbolis, ciri utama matematika ialah penalaran secara deduktif namun tidak mengabaikan cara penalaran induktif. Selain sebagai bahasa simbolis, matematika juga merupakan ilmu yang kajian objeknya bersifat abstrak. Hal ini senada dengan definisi H.W. Fowler dalam Suyitno (1985: 736) mengenai hakikat matematika yaitu: “Mathematics is the abstract

science of space and number”. Matematika adalah ilmu abstrak mengenai

(28)

12

structures and their interrelations,” matematika dapat didefinisikan

sebagai studi tentang struktur-struktur abstrak dengan berbagai hubungannya (Sundayana, 2015: 3).

G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan dikalangan pendidikan dapat diterapkan dalam sebuah kelas sehingga sering disebut Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Berikut ini merupakan pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut para ahli.

(29)

13

Penelitian Tindakan Kelas atau PTK adalah jenis penelitian yang memaparkan baik proses maupun hasil, yang melakukan PTK di kelasnya untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya. Penelitian Tindakan Kelas merupakan serangkaian tiga buah kata yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

b. Tindakan, merujuk pada suatu gerak kegiatan yang dengan sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam hai ini, gerak kegiatan adalah adanya siklus yang terjadi secara berulang untuk siswa yang dikenai suatu tindakan.

c. Kelas, dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi mempunyai makna yang lain. Seperti sudah lama dikenal pada zamannya, pendidik Johann Amos Comenius pada abad ke 18, yang dimaksud dengan “kelas” dalam konsep pendidikan dan pengajaran

adalah sekelompok peserta didik yang dalam waktu yang sama, belajar hal yang sama, belajar hal yang sama dari pendidik yang sama pula (Arikunto, 2015: 2)

(30)

14

siswanya. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas IV MI Ma’arif Dukuh Salatiga.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV MI Ma’arif

Dukuh Salatiga yang berjumlah 21 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Guru Matematika kelas IV MI Ma’arif Dukuh Salatiga juga menjadi subjek penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian dilakukan di ruang kelas IV MI Ma’arif Dukuh Salatiga semester

I tahun pelajaran 2016/2017, yang berlokasi di jalan Wisnu nomor 04, RT 04 RW 01, Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Waktu Penelitian ini dimulai dari bulan September hingga awal Desember 2016.

3. Langkah-Langkah Penelitian

a. Rencana Tindakan (Planning)

Tahap perencanaan tindakan merupakan bagian awal yang harus dilakukan peneliti sebelum seluruh rangkaian kegiatan penelitian dilaksanakan. Kegiatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut: 1) Prasurvei dan pengamatan mengenai kondisi kelas, kondisi siswa,

sarana, dan prasarana yang mendukung pembelajaran termasuk media dan alat peraga yang digunakan serta metode pembelajaran yang diterapkan.

(31)

15

3) Mempersiapan silabus pembelajaran.

4) Mempersiapkan sumber belajar yang relevan.

5) Membuat rancangan instrumen penelitian yaitu berupa lembar soal tes (pre test dan post test) dan lembar pengamatan.

6) Menetapkan target yang diharapkan dalam penggunaan alat peraga pembelajaran tulang Napier yaitu minimal memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

b. Pelaksanaan Tindakan (Action)

Pada tahap tindakan, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran seperti yang tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelaajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya yaitu kegiatan pembelajaran menggunakan alat peraga tulang Napier pada materi perkalian. Adapun pelaksanaan tindakan bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan.

Kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga kegiatan, yakni kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dalam tahap tindakan ini harus memenuhi 3 komponen pembelajaran yaitu: (1) persiapan; (2) pelaksanaan; dan (3) evaluasi. Ketiga komponen tersebut sangat penting dan memiliki pengaruh yang signifikan dalam proses pembelajaran.

(32)

16

Kegiatan awal atau kegiatan pendahuluan meliputi kegiatan guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik, memberi motivasi belajar, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan atau pengalaman siswa dengan materi yang akan dipelajari, menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi belajar yang akan dicapai serta menyampaikan cakupan materi dan penjelasan dari uraian kegiatan.

2) Kegiatan inti

Kegiatan inti meliputi kegiatan eksplorasi (mengamati dan menanya), Elaborasi (melakukan dan menghubungkan), dan Konfirmasi (mengkomunikasikan).

3) Kegiatan akhir

Pada kegiatan akhir atau penutup guru menyimpulkan seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran. Pada kegiatan akhir ini guru juga memberikan tes sebagai evaluasi serta refleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan. Guru juga menginformasikan kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.

c. Observasi (Observation)

(33)

17

digunakan untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa di dalam proses pembelajaran.

d. Refleksi (Reflection)

Kegiatan ini dilakukan secara sistematis selama pembelajaran berlangsung. Peneliti melakukan monitoring secara sistematis terhadap kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran. Monitoring dilakukan terhadap keaktifan siswa dalam pembelajaran dan hasil pekerjaan siswa. Monitoring adalah kegiatan untuk mengenali dan mengevaluasi perkembangan yang terjadi dengan adanya tindakan yang telah dilaksanakan. Fungsi monitoring adalah mengevaluasi dua hal: 1) Apakah pelaksanaan tindakan telah sesuai dengan rencana

tindakan?

2) Apakah telah mulai terjadi atau sudah terjadi peningkatan, perubahan positif menuju kearah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan?

(34)

18

Bagan 1. 1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas

(Arikunto, dkk. 2015:42)

4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk melakukan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan apa yang akan dilakukan guru dalam pembelajaran.

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi SIKLUS II

Pengamatan

(35)

19 b. Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran dan atau kelompok mata pelajaran atau tema tertentu yang mencangkup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (Trianto, 2007: 68)

c. Lembar Observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan atau pengambilan data untuk memotret seberapa jauh efek tindakan yang telah dicapai (Yonny, 2012: 136). Lembar observasi digunakan saat proses pengamatan kegiatan pembelajaran berlangsung untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting.

d. Lembar Soal Tes

Lembar soal tes berisi soal-soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa baik sebelum dilaksanakan tindakan maupun setelah dilakukan tindakan (Yonny, 2012: 136).

5. Pengumpulan Data

(36)

20

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran (Fathoni, 2011: 104). Observasi dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi untuk mencatat data-data yang diperlukan selama kegiatan pengamatan proses pembelajaran berlangsung.

b. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancara (Fathoni, 2011: 105).

c. Dokumentasi

(37)

21 6. Analisis Data

Analisis data adalah analisis data yang telah terkumpul guna mengetahui seberapa besar keberhasilan tindakan dalam penelitian untuk perbaikan belajar siswa (Suyadi, 2011: 85). Analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis dan refleksi dalam setiap siklusnya berdasarkan hasil penelitian. Analisis data dalam kegiatan belajar mengajar ranah afektif menggunakan lembar pengamatan guru dan siswa, sedangkan untuk ranah kognitif analisa data menggunakan hasil belajar yang diperoleh dari hasil tes siswa. Analisi data yang dilakukan peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:

a. Untuk menghitung nilai rata-rata kelas digunakan rumus: M= ∑𝑋

𝑁

Keterangan:

M = Mean (nilai rata-rata) ∑X = Jumlah semua nilai kelas

N = Jumlah siswa (Djamarah, 2000: 264-265)

b. Untuk menghitung presentase ketuntasan belajar siswa, digunakan rumus sebagai berikut:

P = 𝐹

𝑁 × 100%

Keterangan:

P = Jumlah nilai dalam persen F = Frekuensi

(38)

22 H. Sistematika Penulisan

Dalam rangka untuk mempermudah para pembaca dalam mengikuti uraian penyajian data penelitian ini, maka penulis akan memaparkan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II Kajian Pustaka yang mencakup pengertian hasil belajar matematika, alat peraga tulang Napier, kaitan antara alat peraga tulang Napier dan hasil belajar matematika.

BAB III Pelaksanaan Penelitian yang terdiri dari: gambaran umum tentang lokasi penelitian, waktu penelitian, subjek penelitian dan pelaksanaan penelitian.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan meliputi hasil penelitian dan pembahasan siklus I dan siklus II.

(39)

23 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar Matematika

1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah sebuah kata yang tentunya tidak asing bagi kita, terutama bagi para pelajar. Namun, tidak semua orang tahu apa itu arti belajar. Berikut ini beberapa uraian tentang definisi belajar (Basleman, 2011: 7).

1) Bruton (1962: 13), “Learning is a change in the individual, due to interaction of that individual and his inviroment, which fills a need

and makes him more capable of dealing adequately with his

environment”, belajar adalah suatu perubahan dalam diri individu

sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan dan menjadikannya lebih mampu melestarikan lingkungannya secara memadahi.

2) Travers (1997: 6) mendefinisikan “Learning …. involves a relatively

permanent change in behavior as a result of exposure to conditions

in the invironment”, belajar mencangkup perubahan yang relatif

(40)

24

3) Menurut Di Vesta dan Thompson (1970: 113), belajar adalah sesuatu yang penting diketahui oleh tutor atau fasilitator oleh karena tugas mereka ialah mengembangkan proses belajar secara efisien dan merupakan hakikat dari peranannya dalam mengubah tingkah laku warga belajar.

4) Menurut Gagne (1997: 3), “Learning is a change in human disposition or capability, which persists over a period of time, and

which is not simply ascribable to process of growth”, belajar adalah

suatu perubahan dalam disposisi (watak) atau kapabilitas (kemampuan) manusia yang berlangsung selama suatu jangka waktu dan tidak sekadar menganggapnya proses pertumbuhan.

5) Broger dan Seaborne (1986: 14) dikutip dari Jarvis (1982: 74), mendefinisikan “Learning … as any more or less permanent change

in behavior which is the result of experience”, belajar sebagai suatu

perubahan yang lebih atau kurang bersifat permanen dalam tingkah laku manusia sebagai hasil pengalaman.

6) Lefrancois (1975: 7) mendefinisikan belajar sebagai perolehan dalam tingkah laku yang dihasilkan dari pengalaman.

(41)

25

8) Hilgard dan Atkinson (1976: 270), dikutip dari Jarvis (1983: 74), mendefinisikan belajar sebagai perubahan relatif permanen dalam tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari praktik.

9) O’Cornor (1971: 20) yang menulis tentang belajar, tidak memberikan definisi secara kongkret, kecuali menjelaskan proses terjadinya belajar dengan menyatakan bahwa “belajar terjadi apabila

informasi yang ditransmisikan oleh sistem saraf yang datangnya dari luar menyebabkan terjadinya perubahan dalam tingkah laku pada masa yang akan datang”.

10)Smith, R. M. (1982: 19), belajar adalah mempelajari bagaimana belajar mengandung makna yang menyangkut pemilikan atau pemerolehan pengetahuan dan keterampilan untuk belajar secara efektif dalam situasi belajar yang bagaimanapun yang dijumpai. 11)Knowles (1977: 50) mengartikan belajar secara ekslusif yang

mengandung makna sebagai suatu proses intelektual yang berfungsi menyimpan fakta yang telah dikumpulkan ke dalam laci ingatan. 12)Brundage dan Mackerarcher (1980: 5) dikutip dari Jarvis (1983: 74),

mendefinisikan belajar bagi orang dewasa adalah proses yang dialami oleh individu ketika berusaha mengubah atau memperkaya pengetahuan, nilai, keterampilan, strategi, dan tingkah laku yang dimiliki oleh setiap individu.

(42)

26

tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.

b. Ciri-ciri Belajar

Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar (Djamarah, 2011: 15). Ciri-ciri tersebut antara lain:

1) Perubahan yang terjadi secara sadar.

2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional. 3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. 4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara 5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. 6) Perubahan mencangkup seluruh aspek tingkah laku.

Sedangkan menurut Darsono dalam Hamdani (2011: 22), beberapa ciri belajar adalah sebagai berikut:

1) Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan. Tujuan ini digunakan sebagai arah kegiatan, sekaligus tolok ukur keberhasilan belajar.

2) Belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. Jadi, belajar bersifat individual.

(43)

27

lingkungan tertentu. Keaktifan ini dapat terwujud karena individu memiliki berbagai potensi untuk belajar.

4) Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar. Perubahan tersebut bersifat integral, artinya perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang terpisah satu dengan yang lainnya.

Menurut Baharuddin & Esa N.W dalam Sriyanti (2009: 18), aktivitas belajar memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri belajar meliputi:

1) Belajar ditandai adanya perubahan tingkah laku.

2) Perubahan perilaku dari hasil belajar itu relatif permanen.

3) Perubahan tingkah laku tidak harus dapat diamati pada saat berlangsungnya proses belajar, tetapi perubahan perilaku itu bisa jadi bersifat potensial.

4) Perubahan tinngkah laku itu merupakan hasil latihan atau pengalaman.

5) Pengalaman dan latihan itu dapat memberikan penguatan.

c. Prinsip-Prinsip Belajar

Menurut Suprijono (2011: 4) prinsip belajar antara lain sebagai berikut:

1) Belajar adalah perubahan tingkah laku.

Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri: a) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan

(44)

28

b) Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya. c) Fungsional atau bermanfaat bagi bekal hidup.

d) Positif dan berakumulasi.

e) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan. f) Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Wittig, belajar

sebagai any relatively permanent change in an organism’s

behavioral repertoire that occurs as a result of experience. g) Bertujuan dan terarah.

h) Mencangkup keseluruhan potensi kemanusiaan. 2) Belajar merupakan proses.

Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar.

3) Belajar merupakan bentuk pengalaman.

Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. William Burton mengemukakan bahwa A good learning situation consist of a rich and varied series of learning experiences unified around a vigorous

purpose and carried on in interaction with a rich varied and

propocative environtment.

(45)

29

a) Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip dengan harapan pendidik tentang respon anak yang diharapkan, beberapa kali berturut-turut.

b) Pengulangan, situasi dan respon anak diulang-ulang, atau dipraktekan agar belajar lebih sempurna dan lebih lama diingat. c) Penguatan, respon yang benar misalnya diberi hadiah untuk

mempertahankan dan menguatkan respon itu. d) Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar.

e) Tersedia materi pelajaran yang lengkap untuk memancing aktivitas anak-anak.

f) Ada upaya membangkitkan keterampilan intelektual untuk belajar seperti apersepsi dalam mengajar.

g) Ada strategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak dalam belajar.

h) Aspek-aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam pengajaran.

Sedangkan menurut Nasution dalam Kastolani (2014: 71), prinip-prinsip belajar meliputi:

a) Agar seseorang (siswa) benar-benar belajar, maka ia harus mempunyai suatu tujuan.

(46)

30

c) Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesukaran dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya.

d) Belajar itu harus terbukti dari perubahan perilakunya.

e) Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil-hasil sambilan atau sampingan. Misalnya ia tidak hanya bertambah terampil membuat soal-soal ilmu pengetahuan alam akan tetapi juga memperoleh minat yang lebih besar untuk bidang studi itu.

f) Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan (learning by doing)

g) Seseorang (siswa) belajar sebagai keseluruhan, tidak dengan otaknya atau secara intelektual saja tetapi juga secara sosial, emosional, etis, dan sebagainya.

h) Dalam hal belajar, seseorang (siswa) memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.

i) Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus benar-benar dipahami.

j) Di samping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya seseorang (siswa) sering mengejar tujuan-tujuan yang lain.

k) Belajar lebih berhasil apabila usaha itu memberikan sukses yang menyenangan.

(47)

31

Dengan mengetahui prinsip-prinsip belajar, seorang guru akan dapat melaksanakan fungsi atau perannya semakin baik. Hal ini dikarenakan bahwa prinsip-prinsip belajar memberikan pedoman berharga bagi guru untuk dapat ditindaklanjuti dengan benar, sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat diarahkan secara efektif dan efisien.

d. Tujuan Belajar

Proses pembelajaran yang dilaksanakan di lembaga pendidikan formal memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Tentunya antar satu lembaga dengan lembaga lain mengalami berbagai perbedaan. Oleh karena itu, tujuan-tujuan belajar mengalami beragam variasi. Namun menurut Sardiman dalam Kastolani (2014) secara umum tujuan belajar adalah:

1) Untuk mendapatkan pengetahuan.

Hal ini ditandai dengan pemilikan pengetahuan dan kemampuan berfikir. Kemampuan pengembangan berfikir membutuhkan adanya bahan pengetahuan dan kemampuan berfikir dapat memperluas pengetahuan.

2) Penanaman konsep dan keterampilan.

(48)

persoalan-32

persoalan penghayatan dan keterampilan berfikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep. 3) Pembentukan sikap

Guru harus bertindak bijak dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku, dan pribadi siswa. Ia harus cakap dalam mengarahkan motivasi dan berfikir bahwa pribadi guru harus dipakai sebagai uswah.

Relevan dengan tujuan belajar tersebut, maka hasil yang ingin dicapai adalah:

1) Hal ikhwal keilmuan dan pengetahuan, konsep dan fakta (kognitif) 2) Hal ikwal personal, kepribadian atau sikap (afektif)

3) Hal ikwal kelakuan, keterampilan atau penampilan (psikomotorik)

2. Pengertian Pembelajaran dan Hasil BelajarMatematika

a. Pembelajaran Matematika

Smith dalam Basleman (2011: 12-13) berpendapat bahwa pembelajaran tidak dapat didefinisikan dengan tepat karena istilah tersebut dapat digunakan dalam banyak hal. Pembelajaran digunakan untuk menunjukkan:

1) Pemerolehan dan penguasaan tentang apa yang telah diketahui mengenai sesuatu.

(49)

33

3) Suatu proses pengujian gagasan yang terorganisasi yang relevan dengan masalah.

Dengan kata lain, pembelajaran digunakan untuk menjelaskan suatu hasil, proses, atau fungsi. Jika pembelajaran digunakan untuk menyatakan hasil, maka tekanannya diletakkan pada hasil pengalaman. Jika pembelajaran dinyatakan untuk menyatakan suatu proses, ketika suatu proses menerangkan apa yang terjadi ketika suatu pengalaman pembelajaran berlangsung, biasanya proses itu untuk memenuhi kebutuhan mencapai tujuan. Jika istilah pembelajaran itu digunakan untuk menyatakan suatu fungsi, maka tekanannya diletakkan pada aspek-aspek penting tertentu (seperti motivasi) yang diyakini bisa membantu hasil belajar.

Menurut aliran behavioristic pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan dan stimulus. Aliran kognitif mendefinisikan pelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar mengenal dan memahami sesuatu yang sedang dipelajari (Darsono dalam Hamdani, 2011: 23). Adapun humanistic mendeskripsikan pembelajaran sebagai memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pembelajaran dan cara mempelajarinya sesuai minat dan kemampuannya (Sugandi dalam Hamdani, 2011: 23).

(50)

34

instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran berarti aktivitas guru dalam merancang bahan pengajaran agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif yakni siswa dapat belajar secara aktif dan bermakna.

Sedangkan matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein

atau mathema yang berarti ”belajar atau hal yang dipelajari,” sedangkan

dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran (Depdiknas dalam Susanto, 2013: 184). Matematika memiliki bahasa dan aturan yang terdefinisi dengan baik, penalaran yang jelas dan sistematis, dan struktur atau keterikatan antar konsep yang kuat. Unsur utama pekerjaan matematika adalah penalaran deduktif yang bekerja atas dasar asumsi (kebenaran kosistensi). Selain itu, matematika bekerja melalui penalaran induktif yang didasari fakta dan gejala yang muncul untuk sampai pada perkiraan tertentu. Tetapi, perkiraan itu harus dibuktikan secara deduktif, dengan argument yang konsisten.

(51)

35

meningkatkan penguasaan yang baik terhadap matematika (Susanto, 2013: 186-187).

Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang mengandung dua jenis kegiatan yang tidak terpisahkan. Kegiatan tersebut adalah belajar dan mengajar. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara siswa dengan guru, antara siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan lingkungan disaat pembelajaran matematika berlangsung.

b. Pengertian Hasil Belajar Matematika

Menurut Susanto (2013: 5), secara sederhana yang dimaksud hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar, karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh sesuatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan intruksional.

(52)

36

juga kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol. Kemampuan tersebut dapat dilihat dari kemampuan berfikir matematika dalam diri siswa yang bermuara pada kemampuan matematika sebagai bahasa dan alat dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Proses belajar melibatkan berbagai faktor yang sangat kompleks. Oleh sebab itu, masing-masing faktor perlu diperhatikan agar proses belajar dapat berhasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Wasliman dalam Susanto (2013: 12), hasil belajar yang dicapai peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. Secara perinci, uraian mengenai faktor internal dan eksternal adalah sebagai berikut:

1) Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi : kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

2) Faktor Eksternal

(53)

37

sekolah, dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami-istri, perhatian orang tua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari yang kurang baik dari orang tua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.

d. Penilaian Keberhasilan Belajar

Istilah penilaian atau dalam bahasa inggris dikenal istilah

evaluation, bukan merupakan istilah baru bagi insan yang bergerak pada lapangan pendidikan dan pengajaran, dalam melaksanakan tugas profesionalnya, seorang guru tidak akan lepas dari kegiatan penilaian.

Grondlund (1984) menyatakan penilaian sebagai proses sistematik pengumpulan, penganalisaan dan penafsiran informasi untuk menentukan sejauh mana siswa mencapai tujuan. Inti dari penilaian adalah proses memberikan atau menentukan terhadap hasil belajar tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Proses pemberian nilai tersebut berlangsung dalam bentuk interpretasi yang diakhiri dengan judgement. Judgement merupakan tema penilaian yang mengaplikasikan adanya suatu perbandingan antara kriteria dan kenyataan dalam konteks situasi tertentu. Atas dasar itu, maka dalam penilaian selalu ada objek atau program, ada kriteria, da nada judgement (Jihad, 2013: 54-55).

(54)

38

1) Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan intruksional. 2) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar.

3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan siswa kepada orang tuanya.

Dengan demikian, penilaian berfungsi sebagai pemantau kinerja komponen-komponen kegiatan proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan yang diharapkan dalam proses belajar mengajar. Informasi yang diberikan oleh hasil analisis terhadap hasil penilaian sangat diperlukan bagi pembuatan kebijakan-kebijakan yang harus dilakukan oleh seorang guru untuk peningkatan mutu proses belajar mengajar.

e. Instrumen dalam Penilaian Hasil Belajar

Dalam persiapan strategi proses pembelajaran perlu disusun instrument penilaian dalam standar penguasaan. Penyusunan instrument penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan penguasaan siswa terhadap suatu materi atau pokok bahasan. Menurut Jihad (2013: 67-70), jenis-jenis instrument penilaian meliputi:

1) Tes

(55)

39

a) Ulangan Harian

Ulangan harian umumnya diberikan setelah selesainnya suatu materi pembelajaran tertentu. Soal yang diberikan sebaiknya berbentuk uraian objektif untuk mengukur pengetahuan, pemahaman dan kemampuan berfikir aplikatif. b) Tugas Kelompok

Tugas kelompok dimaksudkan sebagai latihan bagi siswa dalam mengembangkan kompetensi kerja kelompok. Tugas biasanya berbentuk soal uraian dengan tingkat berfikir aplikatif. c) Kuis

Kuis merupakan tes yang membutuhkan waktu singkat yaitu berkisar 10-15 menit. Pertanyaan hanya merupakan hal yang prinsip saja dan bentuk jawaban merupakan isian singkat. Kuis biasanya dilakukan sebelum pelajaran dimulai untuk mengetahui penguasaan pelajaran yang lalu secara singkat atau setelah akhir sajian.

d) Ulangan Blok

Ulangan blok merupakan tes pada akhir materi pelajaran dengan bahan semua materi pokok yang telah diberikan. Materi yang diujukan disusun berdasarkan kisi-kisi soal.

e) Pertanyaan Lisan

(56)

40

memberikan pertanyaan kepada seluruh kelas, dan siswa diberikan kesempatan untuk memikirkan jawaban dan secara acak menunjuk salah satu siswa untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa dilemparkan kepada siswa lain untuk memberikan pendapatnya tentang jawaban siswa pertama. Pada akhir kegiatan tes ini guru memberikan kesimpulan akan jawaban yang benar. f) Tugas Individu

Tugas ini dimaksudkan sebagai latihan bagi siswa untuk mengembangkan wawasan dan kompetensi berfikir. Tugas biasanya berbentuk soal uraian objektif dengan tingkat berfikir aplikatif.

2) Non Tes

Penilaian non tes merupakan prosedur yang dinilai untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik minat, sifat, dan kepribadian. Penilaian non tes melalui:

a) Pengamatan, yakni alat penilaian yang pengisiannya dilakukan oleh guru atas dasar pengamatan terhadap perilaku siswa, baik secara perorangan maupun kelompok, di kelas maupun di luar kelas;

(57)

41

c) Angket, yaitu alat penilaian yang menyajikan tugas-tugas atau mengerjakan dengan cara tertulis;

d) Catatan harian, yaitu suatu catatan mengenai perilaku siswa yang dipandang mempunyai kaitan dengan perkembangan pribadinya; e) Daftar cek, yaitu suatu daftar yang dipergunakan untuk mengecek terhadap perilaku siswa telah sesuai dengan yang diharapkan atau belum.

3. Tujuan Pembelajaran Matematika

Secara umum, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Selain itu juga, dengan pembelajaran matematika dapat memberikan tekanan penataan nalar dalam penerapan matematika. Menurut Depdiknas dalam Susanto (2013: 190), tujuan pembelajaran matematika secara khusus di sekolah dasar adalah sebagai berikut:

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

(58)

42

d. Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.

e. Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran mata pelajaran matematika tersebut, seorang guru hendaknya dapat menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif membentuk, menemukan, dan mengembangkan pengetahuannya. Kemudian siswa dapat membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses belajar dan mengkonstruksikannya dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut.

4. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika

Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah menyebutkan bahwa ruang lingkup mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/ MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Bilangan

b. Geometri dan pengukuran c. Pengolahan data

5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika Kelas IV

Semester I

(59)

43

kemampuan bekerjasama. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) matematika digunakan sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut. Selain itu dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan kemampuan untuk menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain. Berikut ini adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk siswa kelas IV SD/MI:

Tabel 2.1

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Kelas IV Semester I

Standar kompetensi Kompetensi Dasar

Bilangan

1. Memahami dan menggunakan

sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam

pemecahan masalah.

1.1 Mendefinisikan sifat-sifat operasi

hitung.

1.2 Mengurutkan bilangan.

1.3 Melakukan operasi perkalian dan

pembagian.

1.4 Melakukan operasi hitung

campuran,

1.5 Melakukan penaksiran dan

pembulatan

1.6 Memecahkan masalah yang

melibatkan uang.

2. Memahami dan menggunakan faktor

dan kelipatan dalam pemecahan

masalah.

2.1 Mendeskripsikan konsep faktor dan

kelipatan.

2.2 Menentukan kelipatan dan faktor

(60)

44

2.3 Menentukan kelipatan persekutuan

terkecil (KPK) dan faktor

persekutuan terbesar (FPB).

2.4 Menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan KPK dan FPB.

Geometri dan Pengukuran

3. Menggunakan pengukuran sudut,

panjang, dan berat dalam pemecahan

masalah.

3.1 Menentukan besar sudut dengan

satuan tidak baku dan satuan

derajat.

3.2 Menentukan hubungan antar satuan

waktu, antar satuan panjang, dan

antar satuan berat.

3.3 Menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan satuan waktu,

panjang, dan berat.

3.4 Menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan satuan kuantitas.

4. Menggunakan konsep keliling dan

luas bangun datar sederhana.

4.1 Menentukan keliling dan luas

jajargenjang dan segitiga.

4.2 Menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan keliling dan luas

jajargenjang dan segitiga.

6. Materi Perkalian dalam Matematika

(61)

45

termasuk topik yang sulit untuk dipahami sebagian siswa. Ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang duduk di tingkat tinggi Sekolah Dasar belum menguasai topik perkalian ini, sehingga mereka mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari topik matematika yang lebih tinggi. Melalui penggunaan media yang efektif serta bimbingan dari guru diharapkan dapat membantu siswa dalam mempelajari perkalian ini.

Pada dasarnya perkalian merupakan penjumlahan yang berulang. Perkalian dilambangkan dengan tanda “X”. Perhatikan ilustrasi berikut :

+ + + =

2 + 2 + 2 + 2 = 8

Gambar.1 Konsep Perkalian (Buku Matematika untuk SD/MI Kelas 4)

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa 2 + 2 + 2 + 2 = 8. Terdapat penjumlahan bilangan 2 yang diulang sampai 4 kali sehingga 2 + 2 + 2 + 2 = 4 X 2 =8 (Sugiyarti. dkk, 2009: 7).

(62)

46

Tabel 2.2

Tabel Perkalian (Buku Matematika Untuk SD/MI)

X 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 3 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 4 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 5 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 6 6 12 18 24 30 36 42 48 54 60 7 7 14 21 28 35 42 49 56 63 70 8 8 16 24 32 40 48 56 64 72 80 9 9 18 27 36 45 54 63 72 81 90 10 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Dalam mengerjakan operasi hitung perkalian biasanya di sekolah-sekolah guru menjelaskan dengan menggunakan tiga cara yaitu cara mendatar, cara bersusun panjang, dan cara bersusun pendek. Misalnya: Selesaikan 7 X 285 = ……

Penyelesaian: a. Cara mendatar

7 X 285 = 7 X (200 + 80 + 5)

= (7 X 200) + (7 X 80) + (7 X 5) = 1400 + 560 + 35

(63)

47

b. Cara bersusun panjang Langkah-langkahnya adalah:

c. Cara bersusun pendek. 285 simpan 3 pada tempat puluhan.

2) Kalikan bilangan puluhan: 8 X 7 = 56. Jadi 56 + 3 = 59. Tulis 9 pada tempat puluhan, simpan 5 pada tempat ratusan.

3) Kalikan bilangan ratusan: 2 X 7 = 14 dan tambahkan 5, jadi 14 + 5 = 19. Tulis 9 pada tempat ratusan dan 1 pada tempat ribuan. (Anam, 2009: 6)

(64)

48

terlihat menumpuk. Dengan teknik tersebut tentu siswa akan mengalami kebosanan.

Dalam mengatasi berbagai masalah dalam pembelajaran matematika tersebut dapat diatasi dengan menumbuhkan minat belajar siswa. Minat belajar siswa dapat ditumbuhkan dengan penggunaan media atau alat peraga pembelajaran yang menarik. Alat peraga pembelajaran tulang Napier adalah salah satu alat peraga pembelajaran matematika yang dapat digunakan dalam menjelaskan dan atau mengerjakan materi perkalian pada mata pelajaran matematika.

B. Alat Peraga Matematika Tulang Napier

1. Alat Peraga Matematika

a. Pengertian Alat Peraga

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti “perantara” atau “penyalur”. Dengan demikian, maka media merupakan wahana penyalur

(65)

49

Sementara itu, Gagne dan Briggs dalam Arsyad (2009: 4) secara emplisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televise, dan komputer. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

Dalam kegiatan belajar mengajar sering pula pemakaian kata media pembelajaran digantikan dengan istilah-istilah seperti alat pandang-dengar, bahan pengajaran (instructional material), komunikasi pandang-dengar (audio-visual communication), pendidikan alat peraga pandang (visual education), teknologi pendidikan (educational technology), alat peraga, dan media penjelas (Arsyad, 2009: 6).

(66)

50

sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.

Alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyatakan pesan merangsang pikiran, perasaan dan perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar (Ali dalam Sundayana, 2015: 7). Menurut Rusffendi dalam Sundayana (2015: 7), alat peraga adalah alat yang menerangkan atau mewujudkan konsep matematika, sedangkan pengertian alat peraga matematika menurut Pramudjono dalam Sundayana (2015: 7), adalah benda kongkret yang dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep matematika.

b. Fungsi dan Manfaat Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran

Menurut Livie dan Lentz dalam Sundayana (2015) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran yang khususnya pada media visual, yaitu fungsi atensi, fungsi efektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. Masing-masing fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Fungsi atensi berarti media visual merupakan inti, menarik, dan mengarahkan perhatian pembelajar untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.

(67)

51

Gambar atau lambang visual akan dapat menggugah emosi dan sikap pembelajar.

3) Fungsi kognitif bermakna media visual mengungkapkan bahwa lambang visual memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mendengar informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. 4) Fungsi kompensatoris artinya media visual memberikan konteks untuk memahami teks, membantu yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengaitkannya kembali. Selain itu, fungsi media dan alat peraga pembelajaran bagi pengajar yaitu:

1) Memberikan pedoman, arah untuk mencapai tujuan. 2) Menjelaskan struktur dan urutan pengajaran secara baik. 3) Memberikan kerangka sistematis mengajar secara baik 4) Memudahkan kembali pengajar terhadap materi pelajaran.

5) Membantu kecermatan, ketelitian dalam penyajian materi pelajaran. 6) Membangkitkan rasa percaya diri seorang pengajar

7) Meningkatkan kualitas pelajaran.

Adapun fungsi media dan alat peraga pembelajaran bagi siswa adalah untuk:

1) Meningkatkan motivasi belajar pembelajar.

2) Memberikan dan meningkatkan variasi belajar pembelajar.

(68)

52

4) Memberikan inti informasi, pokok-pokok secara sistematik sehingga memudahkan pembelajar untuk belajar.

5) Merangsang pembelajar untuk berfokus dan beranalisis. 6) Menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan.

7) Pembelajar dapat memahami materi pelajaran dengan sistematis yang disajikan pengajar lewat media pembelajaran (Sanaky dalam Sundayana, 2015: 11)

Hamalik dalam Arsyad (2009: 15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.

(69)

53

1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, serta kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu;

a) Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan secara langsung di ruang kelas dapat diganti dengan gambar, foto, slide, realita, film, radio, atau model;

b) Objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indra dapat disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide, atau gambar;

c) Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan tahun dapat ditampilkan dalam rekaman video, film, foto, slide selain disampaikan secara verbal;

Gambar

Tabel 2.1
Tabel Perkalian (Buku Matematika Untuk SD/MI)Tabel 2.2
Gambar 5. Langkah perkalian dengan tulang
tabel berikut:
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nama Obyek : Nama objek dari Skripsi Studio Desain Komunikasi Visual ini adalah “Desain Komunikasi Visual Sebagai Media Sosialisasi Air Terjun Blemantung di Pujungan” yang

Namun jika dieksploitasi dengan kerakusan maka sumber daya alam akan habis dan lingkungan itu bisa menjadi ancaman kehidupan masyarakat sendiri seperti banjir,

rahmat, hidayah dan karunia Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dengan judul “ Analisis Komparatif Kebijakan Hutang, Kebijakan

Pertama-tama penulis panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan hidayah dan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Kandungan air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam karbon aktif setelah bahan baku berkarbon melalui tahapan karbonisasi dan aktivasi kimia, baik yang terikat

Altman, 1968 dalam Arma, 2013 mengemukakan bahwa perusahaan dengan pertumbuhan yang negatif mengindikasikan kecendrungan yang lebih besar ke arah kebangkrutan

the foreign subsidiary are translated at the end of each financial year, and any foreign exchange differences are recognised in other comprehensive income (until the

Chapter 8 , Automating the Workflow , discusses how we will create an optimized distribution package for our application using Grunt and its plugins.. Also, we will discover how