• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INTENSITAS MENGIKUTI PENGAJIAN TAFSIR JALALAIN DAN SHALAT JAMAAH TERHADAP SIKAP SOSIAL SANTRI DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO GEDANGAN KEC. TUNTANG KAB. SEMARANG - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH INTENSITAS MENGIKUTI PENGAJIAN TAFSIR JALALAIN DAN SHALAT JAMAAH TERHADAP SIKAP SOSIAL SANTRI DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO GEDANGAN KEC. TUNTANG KAB. SEMARANG - Test Repository"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INTENSITAS MENGIKUTI PENGAJIAN TAFSIR JALALAIN

DAN SHALAT JAMA’AH TERHADAP SIKAP SOSIAL SANTRI

DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO GEDANGAN

KEC. TUNTANG KAB. SEMARANG

S K R I P S I

Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI)

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Kegururan

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

Oleh:

ROHMAN HAKIM

111 10 177

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

(7)

PERSEMBAHAN

Dengan ketulusan hati dan segenap rasa syukur, skripsi ini saya

persembahkan kepada :

1.

Bapak Jakrofi dan Ibu Siti Muslikhah tercinta yang telah mendidik,

membimbing, memberikan kasih sayang, do‟a dan segalanya, yang

menjadi perantaraku untuk memperoleh tujuan hidupku, ilmu, iman,

amal shalih dan ridho Allah. Semoga beliau selalu diberikan

kesehatan, keimanan, kesabaran oleh Allah.

2.

KH. Mahfud Ridwan, Lc. yang selalu memberi pencerahan dan

memberi arahan dalam mendidik menjadikan saya lebih baik.

3.

Sahabat-sahabatku yang selalu mendukung dalam menyelesaikan

skripsi ini, yang selalu menemani susah senang bersama, yang selalu

memberi motivasi dan mendo‟akanku. Semoga dengan do‟a kita

(8)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan nikmat, rahmad, ridho, hidayat serta inayahnya, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan nabi

agung Muhammad SAW yang telah memberikan suri tauladan kepada umatnya.

Skripsi ini penulis buat dalam rangka memenuhi tugas akhir dan melengkapi syarat

guna memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini adalah Pengaruh

Intensitas Mengikuti Pengajian Tafsir Jalalain d

an Shalat Berjama‟ah terhadap Sikap Sosial

Santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang 2015.

Penulisan skripsi dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan

dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh rendah hati, penulis mengucapkan

terimakasih kepada :

1.

Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku rektor IAIN salatiga.

2.

Bapak Suwardi, M. Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN salatiga.

3.

Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN

salatiga yang selalu memotivasi penulis.

4.

Bapak Dr. H. Miftahuddin, M. Ag. yang telah memberikan bimbingan dan

pengarahan dengan penuh keikhlasan dan sabar mencurahkan fikiran dan

tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam membimbing penyelesaian

penulisan skripsi ini.

(9)

6.

Segenap bapak dan ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah

memberikan bekal ilmu dan pelayanan sehingga studi ini bisa selesai.

7.

Kepada segenap pengurus dan santri Pondok Pesantren Edi Mancoro yang

membantu dalam menyelesaikan studi ini.

8.

Segenap keluarga besar kopma FATAWA IAIN Salatiga yang selalu memberikan

berbagai ilmu organisasi.

Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta

mendapatkan balasan yang berkah dan melimpah.

Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih dari

kesempurnaan, semua itu dikarnakan keterbatasan kemampuan serta pengetahuan penulis.

Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun semangat penulis harapkan

dalam penyempurnaan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi penulis sendiri maupun

pembaca pada umumnya serta bermanfaat pada dunia pendidikan, agama, nusa, bangsa dan

Negara. Amin.

Salatiga, 09 juni 2015

Penulis

(10)

ABSTRAK

Hakim, Rohman. 2015. Pengaruh Intensitas Mengikuti Pengajian Tafsir Jalalain

dan Shalat Berjama‟ah terhadap Sikap Sosial Santri

(Studi atas Pondok

Pesantren Edi Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang

2015). Skripsi, Fakultas Tarbiyah. Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. H.

Miftahuddin, M.Ag.

Kata Kunci: kitab tafsir jalalain, shalat berjama‟ah dan sikap sosial.

Tujuan penelitian ini adalah 1) Bagaimana variasi intensitas mengikuti

pengajian tafsir jalalain terhadap sikap sosial santri dipondok pesantren Edi

Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang 2015, 2) Bagaimana variasi

intensitas shalat berjama‟ah terhadap sikap sosial santri dipondok pesantren Edi

Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang 2015, 3) Bagaimana variasi

pengaruh secara bersama-sama antara intensitas mengikuti pengajian tafsir

jalalain dan shalat berj

ama‟ah terhadap sikap sosial santri dipondok pesantren Edi

Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang 2015.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian regresi linier sederhana

dengan pendekatan kuantitatif. Populasi sebanyak 105 santri, sedangkan sampel

yang diambil 30 santri yang diambil menggunakan random sampling dimana

semua populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Data

yang dibutuhkan digali melalui angket yang dikembangkan dan disusun oleh

peneliti. Sebelum angket terlebih dahulu diuji cobakan kepada 30 responden

untuk diuji validitas dan realibilitasnya. Data penelitian dianalisis dengan teknik

regresi.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

i

LOGO IAIN SALATIGA ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v

MOTTO... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar belakang masalah ...

1

B.

Rumusan masalah ...

4

C.

Tujuan penelitian ...

4

D.

Kegunaan Penelitian ...

5

(12)

2. Kerangka Teori ...

10

F.

Metode Penelitian ... 13

G.

Sistematika Penulisan ... 16

BAB II BIOGRAFI KH. AHMAD DAHLAN

A.

Latar Belakang Keluarga ... 18

B.

Latar Belakang Pendidikan... 25

1.

Belajar dari Homeschooling ... 26

2.

Belajar dari guru ke guru ... 29

C.

Pengalaman Organisasi... 30

D.

Bergabung deng Budi Utomo dan Jam‟iyat Khoir

... 32

E.

Cita-cita Ahmad Dahlan ... 34

BAB III PEMIKIRAN KH. AHMAD DAHLAN

A.

Pendidikan Islam masa penjajahan... 37

B.

Makna Pembaharuan Pendidikan Islam menurut Ahmad Dahlan ... 47

C.

Langkah-langkah Pembaharuan Pendidikan Islam menurut Ahmad

Dahalan... 49

D.

Tujuan Pembaharuan Pendidikan islam menurut Ahmad Dahlan ... 55

BAB IV SIGNIFIKANSI, RELEVANSI DAN IMPLIKASI PEMBAHARUAN

PENDIDIKAN ISLAM MENURUT AHMAD DAHLAN

A.

Signifikansi Pemikiran ... 57

(13)

C.

Implikasi Pemikiran ... 66

BAB V PENUTUP

A.

Kesimpulan ... 68

B.

Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA

(14)

DAFTAR TABEL DAN BAGAN

Daftar Nama Ustadz dan Ustadzah PPEM 69

Daftar Nama Kamar dan Jumlah Santri Putra PPEM ... 71

Daftar Nama Kamar dan Jumlah Santri Putri PPEM ... .... 71

Daftar Kurikulum PPEM ... 73

Daftar Nilai Hasil Angket Tentang Intensitas Mengikuti Pengajian Tafsir Jalalain

PEM ... .... 77

Daftar Tentang Distribusi Frekwensi Jawaban Tentang Intensitas Mengikuti

Pengajian Tafsir Jalalain PPEM ... .... 78

Tabel Distribusi Frekwensi Intensitas Mengikuti Pengajian Tafsir Jalalain PPEM

Daftar Tentang Distribusi Frekwensi Jawaban Tentang Intensitas Shalat

Berjama‟ah

... .... 83

Daftar Tentang Distribusi Frekwensi Jawaban Tentang Intensitas Shalat

Berjama‟ah

... .... 85

Tabel Distribusi Frekwensi Intensitas Shalat Berjama‟ah ... .... 89

Daftar Nilai Hasil Angket Tentang Sikap Sosial Santri PPEM ... .... 90

Daftar Tentang Distribusi Frekwensi Jawaban Tentang Sikap Sosial Santri PPEM

(15)

Tabel Persiapan Analisis Statistik X1 terhadap Y ... .... 97

Tabel Hasil Analisis Data Intensitas Mengikuti Pengajian Tafsir Jalalain PPEM 99

Tabel Persiapan Analisis Statistik X2 terhadap Y ...101

Tabel Hasil Analisis Data Intensitas S

halat Berjama‟ah PPEM

... 103

(16)

LAMPIRAN

Angket Penelitian

Output SPSS Hasil Olah Data

Lembar Konsultasi

Surat Ijin Penelitian

Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Riwayat Hidup

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Pendidikan agama adalah proses yang mengantarkan pada pembentukan

kepribadian manusia yang sesuai dengan ajaran Islam. Dalam pendidikan

agama banyak sekali yang harus dipelajari salah satunya adalah tentang syariat

islam seperti hal-nya shalat, karena shalat merupakan rukun islam yang kedua

setelah syahadat. Shalat juga merupakan amalan yang pertama kali dihisab

pada hari kiamat kelak, sehingga shalat dijadikan induk dari seluruh ibadah,

karena shalat merupakan kunci atau penentu dari berbagai amal perbuatan

manusia, mendirikan shalat sama dengan mendirikan rukun islam.

Kedudukan shalat menjadi perkara yang hakiki (wajib) bagi umat islam,

shalat berjama‟ah sudah ditentukan waktunya, dengan melakukan shalat

manusia sudah melaksanakan dua rukun islam, diantaranya membaca syahadat

dan mengerjakan shalat.

Shalat adalah “Rukun islam teragung setelah dua

kalimat syahadat”.(Muqoddim, 2005: 15).

Dasar untuk mendirikan shalat dalam kitab al qur‟an sudah jelas,

diantara ayat yang menyeru untuk mendirikan shalat terdapat dalam surat Al

Baqarah ayat 43 sebagai berikut ini :

(18)

Artinya : “

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta

orang-

orang yang ruku’(shalat berjama’ah)”

. (QS. Al-Baqarah:

43)

Dari ayat diatas memberikan landasan hukum yang jelas untuk

melaksanakan shalat secara berjama‟ah. Kewajiban melaksanakan shalat

berjama‟ah dalam pandangan islam mempunyai nilai yang lebih tinggi yaitu

27 kali lipat dibandingkan dengan shalat sendri. Sebagaimana sabda nabi :

تجز د نيسشع و عبسب ّرفلا ة لاص نه لضفأ تع اوجلا ة لاص

Artinya : “

shalat berjama’ah lebih utama dari pada shalat sendirian 27

derajat”.

(terjemahan shahih bukhari : I/208(367)).

Dengan shalat berjama‟ah manusia akan saling mengenal (ta‟aruf) akan

timbul tali persaudaraan antar sesama manusia. Dengan mengenal orang lain

maka diharapkan bisa mengenali dan mampu menjadi diri sendiri.

Perkembangan zaman yang pesat menjadi pengaruh besar terhadap

prilaku masyarakat Indonesia yaitu lebih mementingkan kehidupan duniawi

dari pada ukhrowi, salah satunya perkembangan teknologi, misalnya

handphone, televisi, internet dan sebagainya yang menimbulkan masyarakat

terhipnotis dan akhirnya lupa akan kebutuhan akhirat. Oleh karena itu kita

harus dapat memanfaatkan perkembangan teknologi secara benar dan

proporsional tanpa meninggalkan hal yang bekaitan dengan agama yang

menghubungkan kita dengan Tuhan dan posisi kita sebagai makhluk ciptaanya

walaupun dalam prosesnya sangat berat seperti pendapat (Darajat, 1996:133)

yang menyatakan bahwa “pendidikan agama sesungguhnya jauh lebih berat

(19)

Sekarang sebagian besar umat islam telah meninggalkan tradisi mereka

baik tradisi daerah ataupun kebudayaan islam itu sendiri akhirnya yang

namanya akhlaq al-karimah sudah mulai luntur, indikasinya adalah banyak

umat islam di kota maupun di desa yang jarang melakukan kegiatan religius

seperti membaca Al-quran, yasinan, berjanjen, shalat derjama‟ah dan kegiatan

yang lain khususnya pengajian yang sudah menjadi tradisi sejak dulu kususnya

di desa-desa. Kemudian banyak masjid-masjid yang megah tetapi sepi oleh

jama‟ah, yang dulu biasanya ramai oleh orang

-orang yang mengaji dari anak

kecil hingga orang tua tetapi sekarang sudah jarang kecuali daerah-daerah

yang masih menjaga tradisi ini khususnya daerah yang di sekitarnya masih ada

lembaga-

lembaga islam seperti Pondok Pesantren dan majlis ta‟lim.

Pendidikan akhlak dan kegiatan keagamaan merupakan hal yang

penting bagi masyarakat untuk mengetahui hal baik dan yang buruk.

Pendidikan keagamaan (pengajian) sebagai sarana pemahaman tentang akhlak

yang dapat diterima oleh akal sehat sehingga masyarakat mampu berfikir dan

melaksanakan perbuatan yang baik serta mampu untuk menjauhi hal-hal yang

buruk. Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dengan

diberikan akal pikiran yang bisa menerima dan menggali ilmu pengetahuan

yang bermanfaat bagi perkembangan dan kelangsungan hidupnya.

(20)

dalam Pondok Pesantren mulai perasaan, prilaku, dan kedekatan kepada kiai

sangat mempengaruhi terhadap jiwa santri. Itulah sebabnya kiai bukan hanya

sekedar pendidik saja, akan tetapi juga sebagai sauri tauladan bagi

santri-santrinya dalam upaya membina ke arah mental yang sehat, khususnya mental

keagamaan. Pondok Pesantren juga merupakan salah satu lembaga pendidikan

islam di Indonesia yang secara fisik mempunyai sarana utama dalam

melaksanakan ibadah dimasjid/aula. Pondok Pesantren dalam proses sikap

sosialnya mempunyai karakteristik, pendidikan yang melahirkan

kegotong-royongan, semangat tolong-

menolong, jiwa kesatuan dalam berjama‟ah, dan

semangat mematuhi ketentuan peraturan yang ada di pondok.

Masalah yang berkembang saat ini adalah banyaknya santri yang

melanggar aturan tersebut padahal dalam peraturan dan tata tertib sudah

tercantum kewajiban santri untuk melaksanakan shalat berjama‟ah dan

mengikuti pengajian kitab yang sudah ada. Pondok Pesantren sebagai lembaga

pendidikan islam seharusnya menjadi pelepor dan penggerak umat islam.

Santri yang melanggar peraturan dan tidak melaksanakan shalat berjama‟ah

memeperlihatkan sikap dan perilaku yang kurang baik dalam kehidupan

sehari-hari.

Setiap ibadah yang diperintahkan atau dianjurkan di dalam ajaran Islam

pasti memiliki kegunaan dan manfaat bukan hanya terhadap diri sendiri

melainkan juga terhadap lingkungan sosialnya. Lalu dari prilaku ibadah yang

benar muncul apa yang disebut “rahmat” bagi seluruh alam. Karenanya

(21)

muncul sebagai pelita dalam kegelapan, penyejuk dalam kepenatan iklim

sosial yang menggerahkan, dan sebagai juru damai dalam hiruk pikuknya

perbagai perebutan kepentingan.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis mencoba untuk

melakukan penelitian yang berjudul “

Pengaruh Inensitas Mengikuti

Pengajian Tafsir Jalalain Dan Sholat Berjama’ah Terhadap Sikap Sosial

Santri Di Pondok Pesantren Edi Mancoro Gedangan Kec. Tuntang Kab.

Semarang tahun 201

5

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan permasalahan

penelitiaan ini adalah sebagai berikut :

1.

Bagaimana variasi tingkat intensitas santri dalam mengikuti kajian Tafsir

Jalalain di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa. Gedangan Kec. Tuntang

Kab. Semarang.

2.

Baga imana variasi tingkat intensitas santri dalam melaksanakan shalat

berjama‟ah di Pondok Pesantren Edi Mandoro Desa. Gedangan Kec.

Tuntang Kab. Semarang.

3.

Bagaimana variasi sikap sosial santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro

Desa. Gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang.

(22)

5.

Adakah pengaruh intensitas santri dalam melaksanakan shalat berjama‟ah

terhadap sikap sosial di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa. Tuntang

Kec. Tuntang Kab. Semarang.

6.

Adakah pengaruh intensitas mengikuti pengkajian Tafsir Jalalain dan

shalat berjama‟ah terhadap sikap sosial santri di Pondok Pesantren Edi

Mancoro Desa. Gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang.

C.

Tujuan Penelitian

Sebagai konsekuensi logis dari permasalahan pokok maka tujuan

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

a.

Untuk mengetahui variasi tingkat intensitas santri dalam mengikuti

pengajian Tafsir Jalalain di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa

gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang.

b.

Untuk mengetahui variasi tingkat intensitas santri dalam melaksanakan

shalat berjama‟ah di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa gedangan Kec.

Tuntang Kab. Semarang.

c.

Untuk mengetahui variasi tingkat sikap sosial santri di Pondok Pesantren

Edi Mancoro Desa gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang.

d.

Untuk mengetahui pengaruh intensitas mengikuti kajian Tafsir Jalalain

terhadap sikap sosial santri di Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa

gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang.

(23)

f.

Untuk mengetahui pengaruh intensitas mengikuti pengkajian Tafsir

Jalalain dan shalat berjama‟ah terhadap sikap sosial santri di Pondok

Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang.

D.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah “jawaban sementara terhadap permasalahan

penelitian yang kebenarannya harus diuji s

ecara empiris” ( Suryabrata

2003:21 ).

Dari pengertian hipotesis diatas maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah “Ada pengaruh yang singnifikan antara intensitas mengikuti kajian

Tafsir Jalalain dan shalat berjama‟ah terhadap sikap sosial santri di Pond

ok

Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang”.

Dengan kata lain semakin tinggi intensitas santri dalam mengikuti pengkajian

dan shalat berjama‟ah semakin tinggi pula tingkat sikap sosial santri di

pondok tersebut.

E.

Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah :

a.

Manfaat secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi yang jelas

kepada masyarakat umum mengenai pengaruh intensitas mengikuti

pengkaijan Tafsir Jalalain dan shalat berjama‟ah dengan sikap sosial

(24)

b.

Manfaat secara praktik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan contoh-contoh

atau teladan dan pelajaran yang berharga bagi masyarakat dan khususnya

terhadap para penuntut ilmu tentang bagaimana tata, aturan dan etika

dalam menuntut ilmu dengan baik dan benar.

F.

Definisi operasional

Untuk menghindari kemungkinan terjadi penafsiran yang berbeda

dengan maksud utama penulis dalam mengunakan kata dalam judul penelitian

ini perlu ada penjelasan beberapa istilah pokok maupun kata yang menjadi

variabel penelitian.

a.

Intensitas mengikuti kajian kitab Tafsir Jalalain

Intensitas menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti “keadaan,

tingkatan), intensinya (kuatnya,

hebatnya, bergeloranya dan sebagainya”

(Depdiknas 2002 : 438). Kajian berasal dari kata kaji yang berarti

melakukan sesuatu untuk mendapatkan khasanah ilmu, pengajian adalah

melakukan sesuatu untuk mengkaji dan mendapatkan pendidikan imu

agama islam melalui tokoh agama. Kitab

Tafsir Jalalain adalah kitab

klasik yang dikarang oleh jalaluddin Al-Mahalli dan jalaluddin

As-Suyuti.

(25)

Untuk mengukur intensitas santri mengikuti kajian kitab Tafsir

Jalalain maka ditentukan indikator sebagai berikut :

a.

Selalu mengikuti kajian Tafsir Jalalain

b.

Selalu datang tepat waktu saat mengikuti kajian

c.

Selalu inten dalam mendengarkan dan memahami apa yang

disampaikan kiai

d.

Selalu membuat catatan (memaknani kitab)

e.

Selalu membaca ulang apa yang telah ditulis saat kajian ketika

waktu luang(Umar Faruq, 2007: 197)

b.

Intensitas Sholat Berjama‟ah

Intensitas menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti keadaan,

tingkatan, kuatnya, hebatnya, bergeloranya dan sebagainya (Depdiknas,

2002: 438).

Secara lughowi atau arti kata shalat adalah do‟a, sedangkan

menurut terminologi adalah serangkaian perkataan dan perbuatan tertentu

yang dimulai dengan takbirotul ikhrom dan diakhiri dengan salam.

(Syarifudin, 2003: 20). Shalat diwajibkan Allah SWT atas setiap umat

islam yang sudah akil baligh sebanyak lima kali dalam sehari semalam,

yaitu shalat subuh, zhuhur, ashar, mahrib dan shalat iysa‟. Shalat wajib

yang lima tersebut dianjurkan untuk dilakukan dengan secara berjama‟ah.

Shalat jama‟ah terdiri dari dua kata yaitu shalat dan jama‟ah.

(26)

beberapa perbuatan yang diawali dengan takbirotul ikhrom dan diakhiri

dengan salam.

Berdasarkan pengertian di atas maka ketaatan menjalankan shalat

berjama‟ah dapat diartikan keadaan dimana seseorang selalu melakukan

shalat wajib dengan berjama‟ah sesuai

syarat dan rukun yang telah

ditentukan. „ibadah yang wajib dilaksanakan sehari lima waktu

berjama‟ah artinya, berkumpul atau ramai

-ramai dan

bersama-sama.(As-sawaf, 2007:41,303). Pengertian shalat berjama‟ah suatu perbuatan shalat

yang dilakukan bersama-sama apabila dua orang bersama-sama

melakukan shalat diantaranya seorang diantara mereka mengikuti yang

lainnya maka keduanya dinamakan shalat berjama‟ah. Orang yang diikuti

didepan disebut imam dan yang mengikuuti di belakang disebut

makmum. (Abdullah, 2003:39).

Banyak manfaat yang diambil ketika melaksanakan shalat

berjama‟ah. Baik manfaat dunia maupun manfaat akhirat. Betapa

indahnya jika shalat berjama‟ah ditegakkan.

Berdasarkan pengertian di atas maka intensitas melaksanakan

shalat berjama‟ah dapat dia

rtikan keadaan dimana sesorang selalu

melaksanakan shalat wajib dengan berjama‟ah.

Adapun indikator-indikator intensitas shalat berjama‟ah adalah:

a.

Melakukan shalat tepat waktu

(27)

d.

Meluruskan shaf ketika melaksanakan shalat berjama‟ah

e.

Selalu melaksanakan shalat berjama‟ah dalam keadaan dan situasi

apapun

f.

Aktif melaksanakan shalat berjama‟ah

g.

Berdzikir dan berdo‟a setelah selesai shalat berjama‟ah

c.

Sikap Sosial

Dalam kamus bahasa Indonesia, sikap mempunyai arti perbuatan

dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian. Sedangkan sosial yaitu

berkenaan dengan masyarakat, suka memperhatikan kepentingan umum

(Depdiknas, 2007: 1063 ).

(28)

kesadaran santri yang tercermin dalam perbuatan terhadap masyarakat

sekitar.

Sedangkan untuk mengukur sikap sosial seseorang terhadap

sesama digunakan indikator sebagai berikut:

a.

Ketika bertemu selalu mengucapkan salam atau menjawabnya

b.

Berusaha menjenguk jika ada orang sakit

c.

Menyayangi sesama

d.

Rendah hati

e.

Selalu berprasangka baik

f.

Menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda

g.

Berusaha memaafkan kesalahan sesama (Salamulloh, 2008: 106-130).

G.

Metode Peneitian

Metode penelitian adalah ajaran mengenai metode metode yang

digunakan dalam proses penelitian (Kartono, 1990: 20). Dalam penulisan ini,

penulis akan mengunakan metodologi yang akan penulis jabarkan dibawah

ini :

1.

Pendekatan dan rancangan penelitian

(29)

2.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini bertempat di Pondok Pesantren Edi

Mancoro Desa. Gedangan Kec. Tuntang Kab. Semarang. Pelaksanaan

penelitian ini berlangsung 05 April 2015 Sampai 08 Juni 2015.

3.

Populasi dan Sampel

a.

Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian ( Arikunto,

2010: 173). Maksud dari populasi dalam penelitian ini adalah

keseluruh santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa Gedangan

Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, dalam wilayah penelitian

yang nantinya akan menjadi subjek peneliti. Adapun jumlah seluruh

santri adalah 105 santri.

b.

Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi. (Hadi, 1994: 221).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan random

sampling dimana semua populasi memiliki kesempatan yang sama

untuk menjadi sampel. Arikunto (1998: 117) menyatakan apabila

jumlah populasi lebih dari 100, maka sampel dapat diambilantara

10-15% atau 20-25% atau lebih. Adapun sampel yang akan diambil

dalam penelitian ini adalah 30 santri

4.

Metode Pengumpulan Data

(30)

a.

Angket atau Kuesioner

Angket adalah “sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

tentang pribadinya, atau hal-hal yang

ketahui” (Arikunto, 1998: 128)

Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket tertutup,

sehingga responden tinggal menjawab pertanyaan yang telah

disediakan. Metode angket dalam penelitian ini digunakan untuk

mendapatkan data tentang pengaruh intensitas mengikuti pengajian

Tafsir Jalalain dan shalat berjama‟ah terhadap sikap sosial santri di

Pondok Pesantren Edi Mancoro Desa gedangan Kecamatan tuntang

Kabupaten Semarang tahun 2015

b.

Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, ledger, agenda dan sebagainya (Arikunto,

1998: 236).

(31)

5.

Instrument Penelitian

Instrument penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel

yang akan diteliti. Instrument yang diperlakukan dalam peneitian ini

adalah lembaran angket yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh intensitas menikuti pengkaijian Tafsir Jalalain dan shalat

berjama‟ah terh

adap sikap sosial santri. Angket dirancang dalam 30

pertanyaan ditunjukan untuk para santri Pondok Pesantren.

Setiap item ditentukan dengan skor 1-3 dengan pengkatagorian

bobot yang peneliti tetapkan adalah :

-

Untuk pilihan (a) bobot nilai 3

-

Untuk pilihan (b) bobot nilai 2

-

Untuk pilihan (c) bobot nilai 1

Skor 3 berarti baik, skor 2 berarti cukup, skor 1 berarti kurang.

Angket yang dijawab dilakukan pengkatagorian pengaruh intensitas

mengikuti pengkajian Tafsir Jalalain dan shalat berjama‟ah terhadap sikap

sosial santri.

6.

Analisis Data

Dalam skripsi ini penulis menggunakan analisis data, yaitu data

yang terkumpul selama penilaian berjalan, dianalisis guna menjawab

permasalah-permasalahan yang telah diajukan sebelumnya. Adapun cara

menganalisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah :

a.

Analisis Pendahuluan

(32)

data yang telah terkumpul. Cara yang ditempuh peneliti adalah

memberikan skor untuk setiap jawaban peritem soal dari angket yang

telah disebarkan kepada para responden. Kemudian seluruh skor

dijumlahkan secara keseluruhan, dan dianalisis secara statistic. Dari

hasil penelitian kemudiian dibuat tiga katagori, yaitu tinggi (baik),

sedang (cukup baik), rendah (kurang baik).

b.

Analisis Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknis

analisis korelasi berganda (multiple regression analisis) dengan

bantuan SPSS 16.0 for windows. Dalam penelitian ini analisis korelasi

untuk mengetahui pengaruh intensitas mengikuti pengkajian Tafsir

Jalalain (X1) dan shalat berjama‟ah (X2) terhadap sikap sosial santri

(Y).

Analisis regresi ganda bertujuan untuk meramalkan nilai

pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat.

Angket probabilitas hasil analisa ≤ 0,05 maka hipotesis nol (Ho)

ditolak dan hipotesis kerja (Hk) diterima.

Langkah-langkah menganalisis menggunakan SPSS 16 for

windows adalah sebagai berikut :

a.

buka lembar kerja SPSS

b.

buat semua keterangan variabel dari variabel view

c.

klik data view dan masukan data

(33)

dependent dengan variabel terikat, yaitu variabel Y dan kotak

menu independent dengan variabel bebas, yaitu X1, X2.

e.

selanjutnya ketik kotak menu statistics. Pilih Estimates,

Descriptives, dan model fit lalu ketik continue.

f.

kotak menu plost, berfungsi untuk menampikan grafik pada

analisis regresi. Klik kotak menu plots, kemudian klik normal

probability plot yang terletak pada kotak menu standardized

residuel plost. Selanjutnya klik continue.

g.

setelah klik continue klik ok, beberapa saat kemudian akan keluar

outputnya.

H.

Sistematika Penulisan

Bab I

PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian,

definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan berbagai pembahasan teori yang

menjadi landasan teoritik penelitian, khususnya berkaitan dengan

variabel penelitian, yaitu pengaruh hubungan intensitas mengikuti

kajian Tafsir Jalalain dan shalat berjama‟ah dengan sikap sosial

(34)

Bab III HASIL PENELITIAN

Secara garis besar, bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu

bagian gambaran umum lokasi penelitian dan penyajian data.

1.

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Pada bagian ini berisi tentang gambaran umum tempat

penelitian meiputi sejarah singkat, letak geografis, profil, visi,

misi, motto, jadwal keseharian pondok dan lain-lain.

2.

Penyajian Data

Bagian ini berisi urain tentang karakteristik tiap-tiap variabel,

berupa skor atau nilai yang diperoleh melalui instrument

penelitian.

Bab VI ANALISIS DATA

Isi dari bab ini meliputi analisis terhadap tiap-tiap variabel,

pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil uji hipotesis.

Bab V

PENUTUP

(35)

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tafsir Jalalain

1. Pengertian Kitab Tafsir Jalalain

Kitab adalah buku yang berisi segala sesuatu yang bertalian dengan

agama (Poerwadarminta, 2006: 602). Sedangkan Tafsir ditinjau dari bahasa

nerupakan bentuk isim masdar (kata benda abstrak) dari fassara-yufassiru-tafsiran

yang berarti pemahaman, penjelasan, dan perincian. Dan menurut istilah dapat

diartikan sebagai suatu hasil pemahaman manusia(baca : mufassir)terhadap

al-Qur‟an yang dilakukan dengan mengunakan metode atau pendekatan tertentu yang

dipilih oleh mufassir, dan dimaksudkan untuk memperjelas suatu makna teks

ayat-ayat al-Qur‟an. (Abdul Mustaqim, 2003: 02). Disebut kitab Tafsir Jalalain karena

kitab itu dikarang oleh dua ulama besar yang memiliki kesamaan nama yaitu imam

jalaludin al-mahalli dan imam jalaludin as-suyuthi.

Kitab Tafsir Jalalain membahas tentang bagaimana penafsiran dalam

ayat-ayat al-Qur‟an yang baik dan benar sesuai dengan metode dan pendekatan

tertentu, misalnya pendekatan filsafat, maka akan melahirkan produk penafsiran

yang bercorak filosofis. Jika al-qur‟an ditafsirkan mengunakan pendekatan sufistik,

maka akan menghasilkan tafsir yang kental dengan aroma sufistiknya. Adapun

biografi kedua pengarang tersebut sebagai berikut. (Abdul Mustaqim, 2003:

02-03).

Kitab tafsir jalalain merupakan kitab klasik yang dikarang oleh dua ulama

besar ahli tafsir dan mempunyai kesamaan nama yaitu jalaludin yang dimulai oleh

imam jalaludin al-mahalli. Pada saat itu beliau menulis dari awal surat sampai surat

(36)

dan kemudian dilanjutkan beliau imam jalaludi as-Shuyuthi yaitu dari surat

al-Kahfi sampai selesai. Adapun biografi kedua beliau akan dijelaskan dibawah ini.

Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Ahmad bin Ibrahim bin

Ahmad bin Hashim Jalal, Abu Abdillah bin Syihab, Abi Abbas bin

al-Kamal al-Ansari, al-Mahalli, al-Qahiri, al-Syafii. Gelar al-Mahalli merupakan

nisbatnya kepada sebuah Bandar mesir terkenal yang disebut al-Mahallah al-Kubra

al-Gharbiyah. Beliau dilahirkan di mesir pada bulan syawal tahun 791 H dan wafat

pada tahun 864 H di mesir, dan dimakamkan di sana juga.

Jalaluddin Al-Mahalli adalah seorang mufasir (ahli tafsir) berkebangsaan

Mesir. Ia lebih dikenal dengan julukan Jalaluddin Al-Mahalli yang berarti orang

yang mempunyai keagungan dalam masalah agama. Sedangkan sebutan Al-Mahalli

dinisbahkan pada kampung kelahirannya, Mahalla al-Kubra, yang terletak di

sebelah barat Kairo, tak jauh dari Sungai Nil.

Sejak kecil tanda-tanda kecerdasan sudah menonjol pada diri Mahalli.

Beliau ulet menyerap berbagai ilmu, mulai dari tafsir, ushul fikih, teologi, fikih,

matematika, nahwu dan logika. Mayoritas ilmu tersebut dipelajarinya secara

otodidak, hanya sebagian kecil yang diserap dari ulama-ulama salaf pada masanya,

seperti al-Badri Muhammad bin al-Aqsari, Burhan al-Baijuri, A‟la al-Bukhari dan

Syamsuddin bin al-Bisati.

Selain menulis kitab Tafsir Jalalain, beliau juga menulis berbagai macam

kitab, diantara karya-karya beliau yaitu sebagai berikut :

a. Kanzur Roghibin

b. Syarh al Minhaj

c. Al badrut tholi‟ fi hilli jam‟il jawami‟

(37)

e. Al anwar al mudli‟ah

f. Al qoulul mufid fi an Nailis sa‟id

g. At Thib an-nabawi

Sedangkan nama lengkap imam jalaludin as-Suyuthi yaitu Jalaluddin

Abdur Rahman bin Abu Bakar bin Muhammad bin sabiq ad-Din al Khudlairy

as-Suyuthi. Beliau dilahirhan pada bulan rojab tahun 849 H. Dan meninggal pada

malam jum‟at, tanggal 19 Jumadil Ula tahun 911 H.

Ketika As-Suyuthi masih berumur 5 tahun, ayahnya meninggal dunia.

Walaupun begitu beliau tetap memiliki semangat tinggi dan kecerdasan yang luar

biasa dalam menuntut ilmu. Maka tidaklah mengherankan jika beliau mampu

menhafal Al-Qur‟an ketika usianya belum genap 8 tahun, kemudian beliau juga

mampu menghafal kitab Al-Umdah, Minhaj Al-Fiqih, dan Alfiyah Ibnu Malik.

Selain tekun belajar, beliau juga rajin beribadah dan berdo‟a. Tak

sekalipun As-Suyuthi membuang waktu ketika menuntut ilmu. Suatu ketika, beliau

menunaikan ibadah haji dan meminum air zam-zam, lalu berdo‟a agar ilmunya

dalam bidang fiqih setingkat Al-Baqillani dan dalam bidang hadits selebar dengan

Ibnu Hajar Al-Asqalani.

Dalam pengembaraannya mencari ilmu, As-Suyuthi singgah ke beberapa

negeri seperti Syam, Hijaz, Yaman, India dan Maroko.

Beliau termasuk ulama yang sangat produktif dalam berkarya, beliau

memiliki ratusan kitab dalam berbagai bidang keilmuan. Adapun di antara

karya-karya beliau yaitu :

a. Al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an

b. Ad-Durr Al-Manshur fi At-Tafsir bil-Ma’tsur

c. Tarjuman Al-Qur’an fi At-Tafsir Al-Musnad

d. Asrar At-Tanzil

(38)

f. Mufhamat Al-Qur’an fi Mubhamat Al-Qur’an

g. Al-Hasyisyah fi Tafsir Al-Baidhawi

2. Metode dan Pendekatan Al-Qur’an

Menurut Said Agil(1999: 71-78) metode dan corak pendekatan penafsiran

al-Qur‟an ada lima macam yaitu sebagai berikut ini :

a. Metode tafsir tahlili

Ialah mengkaji ayat-ayat al-Qur‟an dari segala segi dan maknanya, ayat

demi ayat dan surat demi surat, sesuai dengan urutan dalam mushaf Utsmani.

Untuk itu, pengkajian metode ini kosa kata dan lafazh, menjelaskan arti yang

dikehendaki, sasaran yang dituju dan kandungan ayat, menjelaskan apa yang

dapat diistinbathkan dari ayat serta mengemukakan kaitan antara ayat-ayat dan

relevensinya dengan surat sebelumnya dan sesudahnya. Untuk itu, ia merujuk

kepada sebab-sebab turun ayat, hadist Rasulullah saw. Dan riwayat dari para

sahabat dan tabi‟in.

Metode tahlili adalah metode yang dipergunakan kebanyakan ulama pada

masa-masa dahulu. Akan tetapi, di antara mereka ada yang mengemukakan

kesemua hal tersebut di atas dengan panjang lebar (ithnab), ada yang dengan

singkat (I‟jaz), dan ada pula yang mengambil langkah pertengahan (musawah).

Mereka sama-sama menafsirkan al-Qur‟an dengan mengunakan metode tahlili,

tetapi dengan corak yang berbeda.

Para ulama membagi wujud tafsir al-Qur‟an dengan metode tahlili

kepada tujuh macam, yaitu: Tafsir bi al-Ma‟tsur, tafsir bi al-Ra‟yi, tafsir shufi,

tafsir fikih, tafsir falsafi, tafsir ilmi, tafsir adabi.

(39)

Tafsir ijmali yaitu, penafsiran al-Qur‟an dengan uraian singkat dan

global, tanpa uraian panjang lebar. Mufassir menjelaskan arti dan makna ayat

dengan uraian singkat yang dapat menjelaskan sebatas artinya tanpa

menyinggung hal-hal selain arti yang dikehendaki. Hal ini dilakukan terhadap

ayat-ayat al-Qur‟an, ayat demi ayat dan surat demi surat, sesuai urutannya dalam

mushaf dalam kerangka uraian yang mudah dengan bahasa dan cara yang dapat

dipahami orang yang pintar dan orang yang bodoh dan orang pertengahan antara

keduanya.

Kadangkala mufassir dengan metode ini menafsirkan al-Qur‟an dengan

lafazh al-Qur‟an, sehingga pembaca merasa bahwa uraian tafsirannya tidak jauh

dari konteks al-Qur‟an. Kadangkala pada ayat-ayat tertentu ia menunjukkan

sebab turunnya ayat, peristiwa yang dapat menjelaskan arti ayat. Mengemukakan

hadist rasulullah atau pendapat ulama yang saleh. Dengan cara demikian,

dapatlah diperoleh pengetahuan yang sempurna dan sampailah ia pada tujuannya

dengan cara mudah serta uraian yang singkat dan bagus.

c. Metode tafsir muqaran

Yaitu metode yang ditempuh seorang mufassir dengan cara mengambil

sejumlah ayat al-Qur‟an, kemudian mengemukakan penafsiran para ulama tafsir

terhadap ayat-ayat itu, dan mengungkapkan pendapat mereka serta

membandingkan segi-segi dan kecenderungan masing-masing yang berbeda

dalam penafsiran al-Qur‟an. Kemudian ia menjelaskan bahwa diantara mereka

ada yang corak penafsirannya ditentukan oleh disiplin ilmu yang dikuasinya.

Ada diantara mereka yang menitikberatkan pada bidang nahwau, yakni segi-segi

I‟rab, seperti imam al-Zarkasyi. Ada yang corak penafsirannya ditentukan oleh

(40)

kitab tafsirnya I‟jal al-Qur‟an dan Abu Ubaidah Ma‟mar ibn al-Mutsanna dalam

kitab tafsirnya al-Majaz di mana ia memberikan perhatian pada penjelasan ilmu

ma‟any, bayan, badi‟, haqiqat, dan majaz.

Seorang mufassir dengan metode muqaran dituntut harus mampu

menganalisis pendapat-pendapat para ulama tafsir yang ia kemukakan, lalu ia

harus mengambil sikap menerima penafsiran yang dinilai benar dan menolak

penafsiran yang tidak dapat diterima rasionya, sehingga pembaca merasa puas.

Selain rumusan sebagaimana dikemukakan di atas, metode tafsir

muqaran mempunyai pengertian an lapangan yang luas, yaitu membandingkan

antara ayat-ayat al-Qur‟an yang berbicara tentang satu masalah (kasus) atau

membandingkan antara ayat-ayat al-Qur‟an dengan hadist-hadits nabi yang

tampaknya (lahiriyahnya) berbeda serta mengkompromikan dan menghilangkan

dugaan adanya pertentangan antara hadist-hadits Rasulullah Saw. Dan

kajian-kajian lainnya yang sangat berharga, yang dengan itu akan tampak jelas

kelebihan dan profesionalisme seorang mufassir pada bidangnya dengan

kemampuan menggali makna-makna al-Qur‟an yang belum berhasil

diungkapkan penafsir(mufassir) lainnya.

d. Metode tafsir maudhu‟i

Metode tafsir maudhu‟i (tematik) yaitu metode yang ditempuh seorang

mufassir dengan cara menghimpun seluruh ayat-ayat alQur‟an yang berbicara

tentang satu masalah/ tema (maudlu) serta mengarah kepada satu pengertian dan

satu tujuan, sekalipun ayat-ayat itu turunnya berbeda, tersebar pada berbagai

surat dalam al-Qur‟an dan berbeda pula waktu dan tempat turunnya.

Kemudian ia menentukan ayat-ayat itu sesuai dengan masa turunnya,

(41)

itu turun karena sebab tertentu), menguraikannya dengan sempurna menjelaskan

makna dan tujuannya, mengkaji terhadap seluruh segi dan apa yang dapat

diistinbatbkan darinya, segi I‟rabnya, unsur-unsur balaqhahnya, segi-segi

I‟jaznya, (kemu‟jizatannya) dan lain-lain, sehingga satu tema dapat dipecahkan

secara tuntas berdasarkan seluruh ayat al-Qur‟an itu dan oleh karenanya, tidak

diperlukan ayat-ayat lain.

Selain itu, ada cara lain dari tafsir maudhu‟i dan cara ini kurang penting

dibandingkan cara pertama di atas, yaitu penafsiran yang dilakukan seorang

mufassir dengan cara keseluruhan, dan awal sampai akhir surat. Kemudian ia

menjelaskan tujuan-tujuannya yang khusus dan umum dari surat itu, sehingga

jelas surat itu merupakan satu rantai persatuan.

e. Metode tafsir bi al-Ma‟tsur

Yaitu penafsiran al-Qur‟an terhadap sebagian ayat sebagai penjelasan,

dan yang diriwayatkan dari rasul Saw, dari sahabat-sahabat, dari tabi‟in, yang

kesemuanya sebagai keterangan dan penjelasan bagi maksud allah dari nash-nash

kitab al-Qur‟an.

Ada perselisihan diantara mufassir : apakah riwayat dari tabi‟in mendekati tafsir

bi al-Ma‟tsur atau tafsir penalaran. Bebagai pendapat mayoritas menyatkan:

bahwa tafsir dari riwayat tabi‟in adalah juga dalam kategori tafsir bi al-Ma‟tsur,

karena mereka hidup dan bergaul dengan para sahabat nabi. Di samping itu, para

tabi‟in adalah orang-orang dahulu yang baik-baik yang dapat julukan dari nabi

sebagai generasi yang terbaik, sehingga dalam kitab tafsir ibnu jarir tidak saja

(42)

Dari urain diatas dapat di simpulkan menurut penulis, Tafsir Jalalain

memilih mengunakan pendekatan teori dengan menggunakan pendekatan teori

tahlili yaitu penafsirannya dari kata demi kata dan ayat demi ayat.

3. Sistematika Penulisan Kitab Tafsir Jalalain

Kitab Tafsir Jalalain dibagi atas dua juz atau jilid, dimana jilid pertama

ditulis oleh imam jalaludin Al-Mahali, dan jilid kedua ditulis oleh imam jalaludin

As-Shuyuthi. Adapun sistematika kitab Tafsir Jalalain yaitu dimulai dengan

pendahuluan, dan dilanjutkan penafsiran surat Al-Baqarah sampai surat Al-Isra‟

kemudian dilanjutkan oleh imam jalaludin As-Shuyuthi sampai selesai yaitu dari

surat Al-Kahfi sampai surat Al-Fatikah.

B. Shalat Berjama’ah

1.

Definisi Shalat

Shalat menurut bahasa berarti berdo‟a memohon kebaikan. Kebaikan

segala perihal kehidupan, Adapun menurut ahli fiqih berarti “perkataan dan

perbuatan-perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbirotul ihrom dan diakhiri

salam” (Sunarto, 2002: 148)

Shalat merupakan rukun islam yang kedua dan sangat ditekankan

(utamakan) sesudah dua kalimat syahadat. “shalat adalah penghubung antara

hamba dengan robbnya.”(shalihut saimin, 2003: 13). Hamba membutuhkan

sarana untuk dapat memanjatkan rasa pengabdian dan ketaatan yang berarti

tunduk kepada Allah Swt melalui shalat.

Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang harus

dikerjakan baik bagi mukminin maupun dalam perjalanan. Islam didirikan atas

lima sandi (tiang) salah satunya adalah sahlat, sehingga barang siapa yang

(43)

menginggalkan shalat, maka ia meruntuhkan agama (islam), shalat harus

didirikan dalam satu hari satu malam sebanyak lima kali, berjumlah 17 rakaat.

Shalat tersebut merupakan wajib yang harus dilaksanakan tanpa kecuali bagi

muslim sehat maupun sakit.

Shalat dalam pengertian bahasa arab adalah “doa memohon kebaikan dan

pujian” (Aliy dan Hidayat, 1996: 37). Arti ini terdapat dalam surat At-Taubah

membersihkan[658] dan mensucikan[659] mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.

Pengertian shalat secara syar‟i adalah beberapa ucapan dan beberapa

perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, dalam rangka

beribadah kepada Allah Swt. Menurut syarat-syarat dan rukun yang telah

ditentukan.” (Aly dan hidayat, 1996: 37).

Shalat merupakan salah satu aktifitas jiwa (soul) yang termasuk dalam

kajian ilmu psikologi transpersonal, karena shalat dalam proses perjalanan

spirituan yang penuh makna yang dilakukan setiap manusia untuk menemui tuhan

semesta alam. “shalat dapat menjernihkan jiwa untuk mencapai taraf kesadaran

yang lebih tinggi (altered states of continous) dan pengalaman puncak (peak

experience)” sangkan, 2006: 7).

Shalat adalah anugrah terbesar dari Allah Swt kepada umat manusia,

kepada siapa saja yang dengan rendah hati memiliki keinginan untuk

melakukannya. Umat islam melaksanakan shalat wajib lima waktu karena

(44)

berakal, baik laki-laki maupun perempuan, suci dari hadats dan najis. Shalat lima

waktu dalam sehari diwajibkan oleh Allah Swt kepada orang-orang guna

mensucikan jiwa, membersihkan hati dan menjadikan mereka selalu bersama

Allah Swt yang maha tinggi lagi maha besar dalam keterikatan dan ingatan yang

abadi.

2.

Dasar hukum Tentang Shalat

Mengenai dalil kewajiban melaksanakan shalat, Allah Swt, berfirman:

Artinya: “Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas

orang-orang yang beriman.”(Q.S an-Nisa’: 103) (depag, 2007: 95)

Allah Swt juga berfirman

Artinya: “dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari

(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu

kerjakan.” (Q.S al-Ankabut: 45) (depag, 2007: 401)

3.

Syarat Sah Shalat

Syarat sah sholat adalah suatu perkara yang harus dipenuhi sebelum

melakukan sholat. Ada delapan syarat yang harus dipenuhi oleh orang yang akan

melaksanakan shalat agar shalatnya sah, adapun syarat syah shalat adalah sebagai

berikut:

a. Beragama islam

b. Tamyis (berakal dan balgh)

c. Menutup aurat

d. Menghadap kiblat

e. Mengetahui waktunya masuk shalat

(45)

g. Suci dari najis, baik badan, pakaian maupun tempat shalat

h. Mengetahui tatacara shalat. Maksudnya mengerti dan bisa membedakan

mana yang rukun dan sunah shalat

Shalat seseorang akan menjadi sah apabila sudah memenuhi delapan

syarat sah tersebut.

4.

Rukun Shalat

Rukun adalah sesuatu yang tidak boleh ditinggal dan apabila

ditinggalkan, maka ibadahnya tidah sah. Rukun sholat ada lima belas. Hitungan

ini menggunakan thoma‟ninah (tenang) yang dalam empat kondisi (pada waktu

ruku, iktidal, sujud dan duduk diantara dua sujud) menjadi satu rukun, karena satu

jenis. Jadi jika keempat thoma‟ninah itu tidak dijadikan satu, maka jumlah rukun

shalat ada delapan belas. Berikut adalah rukun shalat itu:

a. Niat

b. Takbiratul ikhram

c. Membarengkan niat dengan takbiratul ihram

d. Berdiri bagi orang yang mampu

e. Membaca surat al-Fatikah

f. Ruku‟

g. Iktidal

h. Sujud

i. Duduk diantara dua sujud

j. Thuma‟ninah

k. Tasyahud akhir

l. Membaca shalawat kepada nabi

m. Salam yang pertama

n. Duduk untuk tiga rukun yang terakhir

(46)

Dalam bukunya Abdurrahman, 2006:72 rukun tersebut adalah untuk

menyempurnakan shalat, sehingga wajib hukumnya untuk melakukannya dalam

shalat.

Orang yang tidak melaksanakan salah satu rukun tersebut maka

shalatnya tidak syah atau batal.

5.

Pengertian Shalat Berjama’ah

Shalat berjama‟ah merupakan perintah Allah Swt. Umat islam yang

mengerjakan termasuk manusia ciptaan Allah Swt yang bertaqwa, yaitu

melaksanakan perintah Allah Swt. Allah Swt memerintahkan kaum muslimin

untuk mendirikan shalat yang dilakukan bersama-sama berdasarkan firman Allah

yang terdapat dalam Al-Qur‟an. Al-Qur‟an menjadi dasar utama dan pertama

pengambilan hukum dalam islam.

Dalam surat Al baqoroh ayat 43 memberikan landasan hukum yang

jelas untuk melaksanakan shalat berjama‟ah (bersama-sama).

Menurut hamka dalam buku Al-Azhar “ruku‟lah beserta orang-orang yang ruku‟. Bawalah diri ketengah masyarakat pergilah berjama‟ah.” (Amrullah,

1982: 190). Dalam tafsir yang lain “ruku‟lah beserta orang-orang yang ruku‟ dan

kerjakanlah shalat dengan berjama‟ah. Tuhan mendorong kita untuk menegakkan shalat dengan berjama‟ah, karena dengan shalat berjama‟ah terhimpun jiwa

(orang) untuk bersama-sama memunajat (berkomunikasi) kepada Allah, sekaligus

untuk mewujudkan kerukunan dan sikap saling tolong menolong antara mukmin.

Akan terbuka kesempatan untuk melakukan musyawarah untuk memecahkan

permasalahan bersama demi demi kemaslahatan dan kemajuan (Shidieqy, 2002:

98).

6.

Tujuan Shalat Berjama’ah

Menurut Al-Qathani, 2006: 15, tujuan shalat berjama‟ah yaitu

melaksanakan perintah Allah, makna agama dari syiar islam, amalan yang paling

(47)

kedisplinan dan memperbaiki penampilan. Adapun penjelasannya sebagai

berikut:

a. Melaksanakan Perintah Allah Swt

Pelaksanaan shalat berjama‟ah mengandung makna pelaksanaan

perintah Allah, sebagai bentuk ibadah yang dilaksanakan oleh orang yang

beriman.

b. Makna Agama Demi Syiar Islam

Shalat berjama‟ah merupakan makna dari pelaksanaan agama, syiar

islam, serta bukti terbesar bagi manusia yang menunjukan dia muslim.

c. Amalan yang Paling Utama Adalah Shalat yang Dikerjakan Tepat Waktu Dan

Selalu Menjaganya

Faedah shalat berjama‟ah yang lain adalah menjadikan terlaksananya

shalat tepat pada awal waktu, atau paling tidak pada waktu yang semestinya.

Ini merupakan bagian dari amal yang paling utama di sisi Allah Swt.

d. Membiasakan Kedisiplinan

Faedah shalat berjama‟ah yang lainnya adalah menjaga kedisiplinan

dan hidup teratur. Pelajaran ini diambil dari sikap megikuti imam dalam

takbir dan perpindahan dari satu gerakan shalat kegerakan yang berikutnya.

Tidak mendahuluinya atau melambatkan diri darinya, atau bersamaan

dengannya. Jadi seorang makmum tidak boleh mendahului imamnya.

e. Memperbaiki Penampilan

Pelaksanaan shalat berjama‟ah biasanya juga menjadikan seorang

muslim memperhatikan penampilannya, sehingga berusaha untuk tampil

sebaik mungkin dengan pakaian yang bersih dan aroma yang harum, sebab

(48)

atau malam disetiap kali melakukan kewajiban shalat menghadap sang

khaliq.

f. Dakwah Nyata Kepada Kebaikan Dan Saling Berlomba Dalam Melaksanakan

Ketaatan Kepada Allah Swt.

Keluar rumah atau berangkat kemasjid untuk menghadiri shalat

berjama‟ah merupakan dakwah alamiah yang nyata, untuk menunaikan

ibadah ini dan menjaganya, demikian juga, “pelaksanaan shalat berjama‟ah

akan mendorong para jama‟ah untuk saling berlomba dalam melaksanakan

ketaatan kepada Allah dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan, ketika

diantara sesama berjama‟ah saling memperhatikan ibadah yang dilaksanakan

orang lain (Al-Qothani, 2006: 16-19).

Maka setiap mukmin wajib mendirikan shalat berjama‟ah tepat pada

waktunya sebagaiman yang disyariatkan Allah Swt kepada rosul SAW.

7.

Aturan Dalam Melaksanakan Shalat Berjama’ah

Imam dan makmum adalah sebutan bagi orang mukmin yang

megerjakan shalat secara berjama‟ah. Shalat yang dilakukan secara bersama-sama

membutuhkan tata aturan, supaya pelaksanaan sesuai dengan ajaran islam. Umat

islam wajib mengambil hukum ibadah sesuai dengan Al-Qur‟an dan Hadist yang

shahih. Sabda rasullah Saw “shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku

shalat.” (Jamil zainu, 1998: 66).

Amal ibadah menjadi sah dan tertib jika didasarkan pada perintah

ajaran dalam islam dan sesuai tata tertib. Sehingga diharapkan tujuan dan makna

ibadah tersebut dapat dicapai, maka tata tertib mendirikan jama‟ah harus

diketahui, baik tata tertib sebagai imam maupun sebagai makmum. Tata tertib

(49)

Syarat untuk menjadi imam hendaknya mempunyai sifat-sifat sebagai

berikut ini :

a. Imam berjama‟ah menunaikan amalan-amalan Allah Swt, yakni memelihara

diri dari fusuq (kefasikan).

b. Imam fasih, keras dalam pembacaan Al-Qur‟an (Al-Fatikah, surah dan dzikir)

dalam dalam menunaikan shalat berjama‟ah.

c. Islam, baliq, berakal, laki-lakitulen, sehat, suci dari hadast dan nifas (Qhotani,

2006: 327-329).

Adapun aturan atau adab imam dalam shalat berjama‟ah adalah sebagai

berikut:

a. Imam (laki-laki) “hendaklah berdiri ditengah shaf dan dibelakangnya orang

-orang dewasa” (Rahbawi, 2001: 322-326).

b. Berniat menjadi imam dan tidak ada dinding yang menghalangi imam dan

makmum.

c. Mengetahui hukum-hukum shalat antara lain mengetahui yang mengesahkan

shalat dalam segala sudut karena itu tidak sah diikuti orang-orang tidak

sedikit juga mengetahui ilmu fiqih di sini ialah mengetahui hukum-hukum

bersuci dan hukum shalat.

8.

Keutamaan Dalam Shalat Berjama’ah

Setiap ibadah mempunyai nilai keutamaan bagi mukmin yang

mendirikannya. Bentuk pahala dan sanjungan dari Allah Swt. Shalat berjama‟ah

mempunyai beberapa keutamaan adalah sebagai berikut :

a. Shalat berjama‟ah akan mendapatkan pahala ibadah haji, berada dalam

jaminan Allah Swt, mendapatkan jamuan surga setiap kali ia pergi pada pagi

(50)

b. Shaf yang pertama dan sebelah kanan shaf pertama seperti shaf para

malaikat, makmun yang mengucapkan amin bersama imam maka akan

diampuni dosanya dan dikabulkan do‟anya oleh Allah Swt.

c. Allah Swt akan meninggikan derajat bagi orang yang menjalankan shalat

berjama‟ah yaitu 27 derajat, daripada shalat sendirian. Melaksanakan shalat

isya‟ berjama‟ah sama nilainya dengan shalat setengah malam dan shalat

subuh berjama‟ah sama halnya seperti shalat semalam suntuk, dan malaikat

yang berkumpul diwaktu asar beristihfar untuk orang yang berjama‟ah asar

(Ilahi, 2004: 8-9).

9.

Kewajiban Shalat Berjama’ah

Kewajiban shalat berjama‟ah berdasarkan pada hukum Al-Qur‟an dan

hadits. Sehingga perlu diketahui dan dikaji secara mendalam, supaya lebih jelas

dan tepat. Fadla Ilahi dalam buku “Menggugat kesunatan shalat berjama‟ah”

menyusun beberapa dasar hukum kewajiban yang berdasarkan dari Al-Qur‟an

dan As-Sunnah. Beberapa kewajiban tersebut yaitu :

a. Ancaman Allah Swt sebab meninggalkan shalat berjama‟ah

b. Tidak adanya keringanan yang diberi nabi untuk meninggalkan shalat

berjama‟ah

c. Keinginan nabi SAW membakar rumah-rumah yang enggan menunaikan

shalat berjama‟ah

d. Akibat buruk bagi orang “yang tidak bertanggung jawab seruan untuk sujud”

(Ilahi, 2004: 10).

10.

Manfaat Shalat Berjama’ah

Shalat sebagai mekanisme untuk mengingat sifat-sifat mulia yang

(51)

komitmen besar bagi pribadi dan bersama pada ketertiban, ketetapan waktu,

perubahan dan kesatuan. Shalat berjama‟ah mempunyai pengaruh positif. Orang

muslim yang mendirikan shalat berjama‟ah akan menemukan makna kehidupan.

Adapun pengaruh mendirikan shalat berjama‟ah adalah sebagai berikut:

a. Pengaruh Dalam Aspek Spiritual

Aspek spirituan adalah hubungan antara hamba dengan Allah Swt. Sehingga

mempunyai nilai tinggi berdasarkan firman Allah.

1) Allah Swt telah mensyariatkan pertemuan bagi umat ini pada

waktu-waktu tertentu diantaranya adalah yang berlangsung dalam satu hari satu

malam. Misalnya shalat lima waktu. Sebagai sarana untuk menjalin

hubungan, yaitu kebaikan, kasih sayang, dan penjagaan, juga dalam

rangka membersihkan diri sekaligus dakwah kejalan Allah Swt, baik

dalam bentuk ucapan maupun perbuatan.

2) Shalat berjama‟ah akan mendapatkan pahala 27 derajat dari pada shalat

sendirian, orang yang menjalankan shalat berjama‟ah akan mendapatkan

pahala 27 derajat.

3) Dengan shalat berjama‟ah akan memberikan pelindung kepada

pelakunya dari syaitan.

4) Berjalan ketempat shalat berjama‟ah setelah menyempurnakan wudhlu

akan menghapus dosa.

5) Berkumpulnya kaum muslimin dimasjid dengan mengharapkan berbagai

hal yang ada disisi allah yang dapat menjadi sarana turunnya berbagai

macam berkah.

(52)

1) Memperhatikan salah satu syiar islam terbesar. Seandainya umat

manusia ini secara keseluruhan shalat dirumah masing-masing, niscahya

tidak akan diketahui.

2) Memperhatikan kemulyaan kaum muslimin yaitu jika mereka masuk

kemasjid kemudian keluar secara bersama-sama, pada yang demikian itu

membuat murka (marah) orang-orang munafik dan orang-orang kafir.

3) Memberi motivasi kepada orang yang tidak ikut shalat berjama‟ah

sekaligus mengarahkan dan membimbingnya seraya saling

mengingatkan untuk berpihak pada kebenaran dan senantiasa bersabar

dalam menjalankannya.

c. Manfaat Dalam Aspek Kehidupan Sosial Beragama

Tujuan khusus aspek religius dari dimensi shalat berjama‟ah menurut

haryoto, 2003: 117-121, yaitu :

1) Aspek demokratis

Aspek demokratis dalam shalat berjama‟ah terdapat pada aktivitas

sebagai berikut :

a) Memukul Kentongan atau Bedug

Dimasjid, dimushola terutama diperdesaan dan sebagian diperkotaan

ada kentongan atau bedug sebagai tanda memasuki shalat. Dalam hal

ini siapa saja boleh memukul kentongan atau bedug tersebut,

tentunya harus mengerti aturan atau kesepakatan didaerah tersebut.

Ini berarti islam sudah menerapkan bahwa kedudukan manusia

sama, tidak dibedakan berdasarkan berbagai atribut manusia.

(53)

Adzan merupakan tanda tiba waktu shalat dan harus dikumandakan

oleh muadzin. Siapa yang menumandangkan adzan tidak

dipersoalkan oleh islam karena pada prinsipnya siapa saja boleh,

namun perlu diingat bahwa adzan adalah bagian dari syiar islam

sehingga memang benar-benar orang yang mengerti dan diharapkan

mempunyai suara yang bagus (lafal ucapanya baik dan benar).

c) Melantunkan Iqomah

Iqomah merupakan tanda bahwa shalat berjama‟ah akan segera

dimulai. Diharapkan jarak antara iqomah tidak terlalu lama, hal ini

sekaligus menggambarkan masalah kedisiplinan dan penghargaan

terhadap waktu.

d) Pemilihan atau Pengisisan atau Shaf

Pada saat seseorang masuk kemasjid maka siapa saja tidak pandang

bulu, apakah ia seorang mahasiswa, dosen, guru besar atau

kariyawan, siapapun memperoleh hak didepan atau shaf pertama

atau dengan kata lain siapa saja yang datang lebih dahulu maka

boleh menempati shaf pertama atau dengan kata lain siapa yang

lebih dahulu maka boleh menempati shaf paling depan.

e) Proses Pemilihan Imam

f) Imam adalah pemimpin dalam shalat berjama‟ah, yang sudah

memiliki kriteria atau syarat-syarat yang telah ditentukan.

2) Rasa Diperhatikan dan Berarti

Pada saat shalat berjama‟ah ada unsure-unsur rasa diperhatikan

dan rasa berarti bagi diri sendiri, hal ini terlihat pada beberapa aspek

(54)

a) Memilih dan menempati shaf. Dalam shalat berjama‟ah, siapa sajaj

yang datang lebih dahulu berhak untuk menempati barisan atau shaf

pertama atau terdepan.

b) Imam akan memerintahkan makmumnya untuk mengisi shaf yang

kosong dan meluruskan. (Haryoto, 2003: 128-132)

c) Pada saat membaca surat Al-Fatikah makmum mengucapkan amin

(kabulkanlah do‟a kami), secara serempak, juga dalam mengikuti

gereakan imam, tidak boleh saling mendahului. Hal ini menunjukan

adanya unsure ketaatan kepada pemimpin.

d) Demikian pula saat mengakhiri shalat, jama‟ah mengucapkan salam

ke kanan dan ke kiri. Ini menunjukan bahwa sesama manusia untuk

saling mendo‟akan, sehingga mensejahterakan lingkungan sekitar.

e) Shalat berjama‟ah mempunyai nilai terapeotik, dapat menghindarkan

seseorang dari rasa terisolir, terpencil tidak dapat bergabung dengan

kelompok, tidak diterima atau dilupakan.

3) Terapi Lingkungan

Sebagai contoh dimasjid sering diselenggarakan pembinaan setelah

selesai shalat berjama‟ah, kegiatan inilah yang ikut memberikan andil

dan terapi lingkungan.

C. Sikap Sosial 1. Definisi Sikap

Sikap dalam bahasa inggris disebut “attitiuda” menurut ilmu psikologi

sikap adalah suatu hal yang membentuk sikap sifat, hakikat, baik perbuatan

sekarang maupun perbuatan yang akan mendatang (Ahmadi, 1999: 161-162).

(55)

predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide atau yang

berisi komponen-komponen cognitive, affective dan behavior. Sedangkan

menurut L.L Thurstone orang dikatakan memiliki sikap positif terhadap suatu

obyek psikologi apabila ia suka(like) atau memiliki sifat favorabele, sebaliknya

orang yang dikatakan memiliki sikap yang negatif terhadap obyek psikologi bila

ia tidak suka (dislike) atau sikapnya unfavorable terhadap subyek psikolgi. Sikap

sosial adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang

berulang-ulang terhadap obyek yang berkaitan dengan sosial (Ahmadi, 1999:

163). Sedangkan menurut Walgito(1990: 109), disebutkan bahwa sikap

merupakan organisasi pendapat, keyakinan sesorang mengenai obyek atau

situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan

dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara

tertentu yang dipilihnya.

Dari pengertian diatas agar tidak terjadi kerancauan dalam penafsiran,

penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud sikap sosial dalam penelitian

adalah kesadaran yang tercermin dalam perbuatan terhadap sesama muslim.

2. Aspek Sikap

Menurut Ahmadi (Ahmadi, 1999: 162) aspek sikap ada tiga macam,

yaitu sebagai berikut :

a. Aspek Kognitif, yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenal fikiran, ini

berarti berwujud pengolahan, pengalaman dan keyakinan serta

harapan-harapan individu tentang obyek atau kelompok obyek tertentu.

b. Aspek afektif, yaitu berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan

tertentu seperti ketakutan, simpati, dan sebagainya yang ditunjukan kepada

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.4
Tabel 3.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui bentuk perilaku jama’ah pengajian Tafsir al-Jalalain di Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal Desa Kunir Kecamatan Wonodadi Kabupaten Blitar...

Tujuan tesis ini untuk memberikan diskrispsi dan analisis sosiologis tentang sikap santri pondok pesantren Edi Mancoro terhadap pluralisme di Indonesia. Ditengah adanya fatwa MUI

adalah pondok pesantren Edi Mancoro sendiri dan yang terjadi di dalamnya. termasuk sikap santri terhadap

Penelitian skripsi yang berjudul “Implementasi Pembiasaan Shalat Awal Waktu Sebagai Metode Pembentuk Sikap Kedisiplinan Santri Pondok Pesantren Putra Al-Ishlah

Dari hasil wawancara para santri putra dan putri pondok pesantren Kyai Gading, diketahui bahwa para santri rata- rata dalam melaksanakan shalat tahajud,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah: 1) Bagaimana proses pengajian 

Kajian dalam penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui pengaruh yang dihasilkan dari intensitas menjalankan shalat hajat terhadap kesehatan mental santri di

Dengan kata lain, intensitas penggunaan media sosial memiliki dampak yang negatif terhadap karakter santri di pondok pesantren Miftahul Huda Malang.. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan