• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA KEPEMIMPINAN PENGASUH DALAM PEMBINAAN KARAKTER ANAK ASUH DI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK (LKSA) MUHAMMADIYAH TUNTANG TAHUN 2018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "POLA KEPEMIMPINAN PENGASUH DALAM PEMBINAAN KARAKTER ANAK ASUH DI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK (LKSA) MUHAMMADIYAH TUNTANG TAHUN 2018 SKRIPSI"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

POLA KEPEMIMPINAN PENGASUH DALAM

PEMBINAAN KARAKTER ANAK ASUH

DI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK (LKSA)

MUHAMMADIYAH TUNTANG

TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Arif Dwi Susianto

NIM. 111-14-172

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

ِرْصَعْلاَو

﴿

١

ٍرْسُخ يِفَل َناَسنِْلْا َّنِإ

﴿

٢

ِتاَحِلاَّصلا اوُلِمَعَو اوُنَمآ َنيِذَّلا َّلَِّإ

ِرْبَّصلاِب اْوَصاَوَ تَو ِّقَحْلاِب اْوَصاَوَ تَو

﴿

٣

“Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati

(7)
(8)

KATA PENGANTAR

هتاكربو اللهةمحرو نكيلع م لاّسلا

Alhamdulillah Robil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada hamba-Nya yang lemah tiada daya dan kekuatan kecuali atas ijin dari-hamba-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul, “Pola Kepemimpinan Pengasuh Dalam Pembentukan Karakter Anak Asuh Di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Muhammadiyah Tuntang”

Shalawat berbingkai salam semoga senantiasa tercurah kepada seorang tokoh revolusioner, seorang pemimpin yang tak berdasi, beliau adalah habibana wanabiyana Muhammad saw, sebagai nabi akhir zaman yang mampu memberikan syafa‟at kepada seluruh umatnya. Besar harapan agar dapat menjadi salah satu golongan umat yang mendapat syafa‟atnya di hari kiamat nanti. Amin.

Dalam penulisan skripsi ini, banyak sekali ujian dan cobaan yang penulis hadapi. Namun berkat dorongan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat tersusun dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmad Hariyadi M.Pd, Ketua IAIN Salatiga 2. Bapak Suwardi M.Pd, Ketua Dekan Tarbiyah IAIN Salatiga

(9)
(10)

ABSTRAK

Susianto, Arif Dwi. 2018. Pola Kepemimpinan Pengasuh dalam Pembentukan Karakter Anak Asuh di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Muhammadiyah Tuntang . Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. H. Bahroni, M.Pd.

Kata Kunci: Pola Kepemimpinan dan Karakter

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kepemimpinan pengasuh dalam pembentukan karakter pada anak asuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang. Tujuan ini penulis ambil berdasarkan latar belakang anak asuh di LKSA tersebut yang karakternya masih kurang jika dilihat dari perilaku mereka sehari-hari. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: (1) Pola kepemimpinan seperti apa yang pengasuh terapkan. (2) Bagaimana karakter anak asuh. (3) Bagaimana pengasuh membentuk karakter anak asuh. (4) Hambatan apa saja yang dialami.

Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan (field research) dengan metode kualitatif. Teknik dalam pengumpulan data adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Subjek penelitian adalah pengasuh dan anak asuh LKSA.

(11)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Definisi Operasional ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II LANDASAN TEORI ... 13

A. Pengertian Kepemimpinan…. ... 13

B. Pola Kepemimpinan... 18

(12)

D. Pendidikan Karakter………... 25

E. Pengasuh dan Anak Asuh……... 27

F. Lembaga Kesejahteraan SosialAnak (LKSA)…... 27

G. Kajian Terdahulu………... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Jenisdan Pendekatan………... 31

B. Lokasi dan Waktu………..…... 32

C. Kehadiran Peneliti……… ………... 33

D. Sumber Data….…………... 33

E. Prosedur Pengumpulan Data……... 34

F. Analisis Data………... 37

G. Pengecekan Keabsahan Data... 39

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA…… ... 40

A. Gambaran Umum LKSA………... 40

1. Letak Geografis……….... 40

2. Visidan Misi………... 40

3. Struktur Kepengurusan…... 41

4. Saranadan Fasilitas……... 42

5. Daftar Anak Asuh………... 43

6. Jadwal Harian………... 44

7. Jadwal Piket……... 45

B. Hasil Temuan Penelitian………... 47

(13)

2. Karakter Anak Asuh LKSA... 50

3. Kepemimpinan Pengasuh dalam Membentuk Karakter Anak Asuh... 53

4. Hambatan dalam Membentuk Karakter Anak... 55

C. Analisis Data... 58

1. Pola Kepemimpinan Pengasuh LKSA... 59

2. Karakter Anak Asuh LKSA... 60

3. Kepemimpinan Pengasuh dalam Membentuk Karakter Anak.... 62

4. Hambatan dalam Membentuk Karakter Anak... 64

BAB V PENUTUP ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Transkrip Wawancara

Lampiran 2 : Dokumentasi

Lampiran 3 : Tata Tertib

Lampiran 4 : Surat Ijin Melakukan Penelitian

Lampiran 5 : Lembar Konsultasi

Lampiran 6 : Daftar Nilai SKK

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sempurna yang diciptakan Allah SWT berbeda dengan makhluk yang lain. Namun dengan kesempurnaan itu manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dari kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, manusia dituntut untuk berfikir. Di sisi lain Allah SWT juga menyuruh hamba-Nya untuk beribadah sebagaimana yang telah dituliskan dalam Al-Qur‟an surat Al-Dzariyat ayat 56:

ِنوُدُبْعَ يِل َّلَِّإ َسْنِْلْاَو َّنِجْلا ُتْقَلَخ اَمَو

“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan mereka

beribadah kepada-Ku”.

Dalam perspektif ayat ini, tujuan manusia muslim adalah beribadah kepada Allah SWT, yaitu melakukan segala amal perbuatan yang tidak dilarang agama dan diniatkan untuk beribadah mencari ridho Allah SWT.

Berkaitan dengan kepemimpinan, manusia dalam hal ini telah disebutkan oleh Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 30:

ًةَفيِلَخ ِضْرَْلْا يِف ٌلِعاَج يِّنِإ ِةَكِئ َلََمْلِل َكُّبَر َلاَق ْذِإَو

(16)

Dan ingatlah ketika Allah berkata kepada malaikat, sesungguhnya Aku (akan) menjadikan di muka bumi seorang khalifah!

Manusia sebagai makhluk berdimensional memiliki peran dan kedudukan yang sangat mulia.Manusia memiliki eksistensi dalam hidupnya sebagai khalifah.Kedudukan dan peran manusia adalah memerankan eksistensi tersebut. Manusia ditetapkan sebagai khalifah yang berarti sebagai pengganti generasi sebelumnya ataupun seorang nabi dan penerus misi sebelumnya. Khalifah disini diartikan sebagai pemimpin. Dan dimana ada pemimpin maka ada yang dipimpin. Maka ketika membahas antara keduanya tentu sangat erat hubungannya. Tidak hanya dalam satu aspek saja, namun dalam berbagai aspek masuk dalam hubungan kepemimpinan.Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama di lembaga-lembaga nonformal seperti pondok pesantren, asrama, yayasan, panti asuhan, dan lain-lain.

(17)

LKSA Muhammadiyah Tuntang terletak di Jl.Fatmawati no 96 Tuntang. Lembaga ini berada di bawah naungan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kab. Semarang yaitu beliau Bapak Moh. Saerozi. M.Ag. Lembaga ini juga tercatat di Dinas Sosial Kab. Semarang sebagai salah satu lembaga yang terakreditasi A. Dengan akreditasi A tersebut lembaga ini menjadi acuan lembaga-lembaga sosial se-Jawa Tengah. Tentu dengan dipercayanya lembaga ini sebagai acuan bagi lembaga-lembaga yang lain, lembaga ini mempunyai nilai tersendiri baik dalam hal fisik maupun nonfisik.

Untuk bisa menjadi lembaga yang sehebat itu tentu diawali dengan kerja keras dari berbagai komponen.Baik itu dari anak asuh, pengasuh, pengurus bahkan dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) pun ikut berkontribusi. Ketika dari semua komponen tersebut mampu menjalin korelasi yang baik dan maksimal sudah barang tentu hasilnya akan memuaskan. Karena di Muhammadiyah memiliki pedoman turun temurun dari KH.Ahmad Dahlan yaitu “Hidup-hidupilah Muhammadiyah jangan mencari hidup di

Muhammadiyah”. Pedoman inilah yang digalakkan oleh pimpinan-pimpinan Muhammadiyah untuk membantu pemerintah dalam memajukan negara lewat Muhammadiyah.Salah satunya adalah dengan berkiprah di LKSA Muhammadiyah Tuntang.

(18)

LKSA Muhammadiayah Tuntang dipimpin atau diasuh oleh Ustadz Muhammad Taufik.S.Pd.I. Dari kepemimpinan beliau harapannya LKSA tersebut mampu menjadikan lembaga ini menjadi lembaga yang maju, baik dari segi SDM maupun dari segi manapun. Terutama jika dipandang dari perkembangan zaman yang perlu dan harus memiliki perhatian khusus adalah perkembangan pendidikan karakter anak asuh.

Dalam memimpin organisasi maupun perkumpulan sangat tidak mudah. Seorang pemimpin dalam mendidik anak tidak hanya dibutuhkan anak yang pintar, tetapi juga baik akhlaknya. Anak yang pintar saja tetapi tidak baik akan menghasilkan orang yang berbahaya, karena dengan kepandaiannya ia bisa menjadikan kerusakan dan kehancuran. Setidaknya pendidikan masih lebih bagus mencetak orang baik walaupun tidak pintar, karena paling tidak dengan tipe ini akan memberikan suasana kondusif, karena ia memiliki akhlakyang baik. Thomas Stanley (Hidayatullah, 2009: 1) mengemukakan lima faktor teratas yang dianggap paling berperan dalam keberhasilan, yaitu:

1. Jujur pada semua orang 2. Menerapkan disiplin

3. Bergaul baik dengan orang lain

(19)

Dari penjelasan di atas tentang faktor yang paling berperan dalam keberhasilan seseorang sudah diterapkan di LKSA Muhammadiyah Tuntang sejak dulu didirikan. Jujur, disiplin, menghormati orang lain dan giat dalam hal apapun sudah menjadiciri khas bagi anak asuh sejak LKSA ini didirikan. Masyarakat sekitar dan para donatur pun sudah memeberikan kepercayaan kepada LKSA tersebut dalam hal mendidik anak. Bahkan saking percayanya, ada dari beberapa donatur yang berniat menyekolahkan anak-anak lulusan SMA atau SMK di LKSA Muhammadiyah Tuntang untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi tanpa biaya sedikit pun. Dari pengalaman tahun-tahun yang lalu banyak anak asuh dari LKSA Muhammadiyah Tuntang yang melanjutkan ke perguruan tinggi dengan beasiswa dari donatur maupun beasiswa prestasi.

Dari hal di atas bisa kita simpulkan bahwa LKSA Muhammadiyah Tuntang memang mendapat nilai plus tersendiri. Hal tersebut tentu tidak lepas dari peran pemimpin. Pemimpin yang baik akan melahirkan generasi yang baik pula dan pemimpin yang buruk akan melahirkan generasi yang buruk pula.

(20)

dari apa yang diharapkan. Pengasuh sudah berusaha untuk selalu memberikan contoh yang baik kepada anak asuhnya, bahkan sampai menganggap anak asuhnya seperti anak sendiri. Tetapi sungguh sangat disayangkan apa yang diberikan anak asuh tidak seperti apa yang diberikan pengasuh kepada mereka. Dalam artian anak asuh belum bisa memposisikan dirinya sebagai anak asuh. Bagaimana seorang anak asuh bersikap kepada pengasuh, pengurus, bahkan kepada orang lain.

Dalam kehidupan sehari-hari dari kehidupan anak asuh dapat dilihat perkembangannya, lebih baik atau menjadi lebih buruk. Harapannya perkembangan yang terjadi adalah kebaikan, namun justru sebaliknya, kejelekan yang terjadi. Terutama perubahan karakter pada diri anak asuh. Sebagai contoh, perilaku anak asuh dalam berkomunikasi dengan pengasuh atau orang yang lebih tua dianggap seperti teman sendiri, tidak ada rasa ewuh pekewuh atau rasa hormat. Bahkan ada dari sebagian anak yang ketika diberi

tahu oleh pengasuh malah membantah dan mengajak bercanda. Begitu pula dengan akhlak anak asuh dalam kehidupan sehari-hari.

(21)

diketahui sebabnya, apakah ini dampak dari pola kepemimpinan sebelumnya atau dampak dari penerapan pola kepemimpinan saat ini. Namun berdasarkan observasi peneliti bahwa problem yang terjadi di LKSA Muhammadiyah Tuntang adalah anak asuh tidak patuh terhadap pengasuh, menyepelekan nasehat dari pengasuh dan pengurus, bertindak sesuai keinginannya sendiri (tidak mau diatur), tanggungjawabnya kurang baik terhadap diri sendiri atau lingkungan LKSA, terhadap sesama teman saling mengejek, dan sering melanggar aturan yang ada.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menyelesaikan masalah melalui penelitian yang dilakukan peneliti dengan judul “POLA KEPEMIMPINAN PENGASUH DALAM PEMBINAAN KARAKTER ANAK ASUH DI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK

(LKSA) MUHAMMADIYAH TUNTANG ”

B.

Fokus Penelitian

1. Bagaimana pola kepemimpinan pengasuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang tahun 2018?

2. Bagaimana karakter anak asuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang tahun 2018?

(22)

4. Bagaimana hambatan pengasuh dalam membina karakter anak asuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang tahun 2018.

C.

Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan pola kepemimpinan pengasuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang tahun 2018.

2. Mendeskripsikan karakter anak asuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang tahun 2018.

3. Mendeskripsikan kepemimpinan pengasuh dalam membina karakter anak asuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang tahun 2018.

4. Mendeskripsikan hambatan pengasuh dalam membina karakter anak asuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang tahun 2018.

D.

Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pembaca baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Secara teoritis

a. Sebagai khasanah ilmu pengetahuan tentang pola kepemimpinan pengasuh LKSA Muhammadiyah Tuntang dalam meningkatkan kualitas pendidikan formal maupun informal.

b. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan atas pola kepemimpinan. c. Sebagai bacaan atau referensi bagi anak asuh LKSA Muhammadiyah

(23)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi lembaga, sebagai revolusi pembenahan sistem pendidikan karakter terhadap anak asuh. Yang mana menjadi wawasan baru bagi pengurus dan pengasuh guna membenahi pola kepemimpinan dalam menghadapi berbagai karakter anak asuh yang berbeda dalam satu lingkungan yang sama.

b. Bagi anak asuh, sebagai hasil dari pola kepemimpinan pengasuh yang mana anak asuh diharapkan mampu memberikan kontribusi bagaimana menilai, menanggapi, menumbuhkan dan membentuk karakter diri sendiri terhadap lingkungan .

c. Bagi masyarakat, sebagai motivasi kepada masyarakat terhadap kepekaan sosial. Sehingga menumbuhkan semangat untuk saling berkontribusi dan bertanggungjawab terhadap kehidupan di lingkungan sekitar.

E.

Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami judul diatas, maka penulis akan menjelaskan beberapa istilah yang digunakan pada judul penelitian tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Pola Kepemimpinan

(24)

adalah proses perilaku untuk memenangkan hati, pikiran, emosi dan perilaku orang lain untuk berkontribusi terhadap terwujudnya visi (Suprayoga, 2010: 13).

Pola kepemimpinan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses dimana pemimpin dengan caranya sendiri melakukan suatu hal demi terwujudnya sebuah tujuan.

2. Pengasuh dan Anak Asuh

Kata asuh mempunyai arti mendidik, mengajar, dan merawat anak dari awal kehadirannya sampai batas waktu tertentu, sesuai posisi anak sebagai makhluk biopsikososiospiritual, tanpa mengharap imbalan (Lestari & Ngatini, 2010: 2). Dari arti kata asuh di atas maksud dari pengertian pengasuh dalam penelitian ini adalah orang yang mendidik, mengajar, dan merawat anak dari sejak kehadiranya sampai batas waktu tertentu tanpa mengharap imbalan. Sedangkan anak asuh dapat disebut anak didik yaitu anak yang dididik, diajar, dirawat oleh pendidik, pengajar, atau pengasuh.

3. Karakter

(25)

Suyanto (Agus, 2013: 65) karakter adalah cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Maksud karakter dalam penelitian ini adalah kualitas diri berupa moral, akhlak atau budi pekerti sesuai ajaran Islam yang membedakan antara satu individu dengan individu lain.

4. LKSA

LKSA adalah Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak. Sebuah lembaga sosial yang mewadahi masyarakat khususnya anak kurang mampu, terlantar, atau yatim piatu supaya berkehidupan yang mapan. Lembaga ini bertujuan memberikan layanan sosial terutama bagi pendidikan anak. Lembaga ini juga berada di bawah pengawasan Dinas Sosial.

F.

Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam membaca dan memahami penelitian ini, maka penulis memberikan sistematika penulisan sebagai berikut:

(26)

BAB I : PENDAHULUAN

Meliputi pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan masalah, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Meliputi landasan teori, pengertian kepemimpinan, pengertian pola kepemimpinan, pengertian pembinaan, pengertian karakter, pengertian pengasuh dan anak asuh, pengertian LKSA, dan kajian pustaka (kajian penelitian terdahulu).

BAB III: METODE PENELITIAN

Meliputi jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, kehadiran peneliti, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data.

BABIV : PAPARAN DAN ANALISIS DATA

Meliputi paparan data dan analisis data

BAB V : PENUTUP

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Kepemimpinan

1. Pengertian kepemimpinan secara umum

Kepemimpinan merupakan faktor terpenting dalam sebuah organisasi. Tidak akan bertahan lama sebuah negara tanpa adanya kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial, sebab pada prinsipnya kepemimpinan diharapkan mampu mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia. Kepemimpinan dapat dijelaskan atau diuraikan dalam berbagai macam, tergantung dari sudut mana melihat atau memaknai dari kepemimpinan.

(28)

bekerja sama guna mencapai tujuan tertentu yang diinginkan (Sutikno, 2014: 15-16).

Tidak kita sadari bahwa dalam sejarah kehidupan manusia banyak sekali pengalaman yang kepemimpinan yang dapat dipelajari. Misalnya, dalam hadits Nabi,”setiap kamu adalah pemimpin” dan dalam kesehariannya manusia tidak sadar bahwa ia telah mekukan unsur-unsur kepemimpinan seperti “mempengaruhi, memotivasi, mengajak dan mengkoordinasi” sesama mereka. Tanpa sadar hal ini sudah terjadi dan kita lakukan.

2. Kepemimpinan dalam Islam

(29)

pengertian kepemimpinan dalam Islam di atas Allah SWT telah menyebutkan dalam surah Al-Baqarah ayat 30:

ًةَفيِلَخ ِضْرَْلْا يِف ٌلِعاَج يِّنِإ ِةَكِئ َلََمْلِل َكُّبَر َلاَق ْذِإَو

ۖ

Dan ingatlah ketika Allah berkata kepada malaikat,

sesungguhnya Aku (akan) menjadikan di muka bumi seorang khalifah! Kepemimpinan dalam Islam merupakan fitrah bagi setiap manusia. Manusia telah diamanahi oleh Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi yang bertugas merealisasikan misi sucinya sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam. Dengan diembannya amanah itu manusia dituntut untuk senantiasa patuh dan terpanggil untuk mengabdikan dirinya di jalan Allah SWT.

Setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap kepemimpinannya. Dalam kitab Riyadhus Shalihin disebutkan:

ْمُكُّلُك ُلوُقَ ي َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُوَّللا ىَّلَص ِوَّللا َلوُسَر َّنَأ اَمُهْ نَع ُوَّللا َيِضَر َرَمُع ِنْبا ْنَع

ُىَو ِوِلْىَأ يِف ٍعاَر ُلُجَّرلاَو ِوِتَّيِعَر ْنَع ٌلوُئْسَمَو ٍعاَر ُماَمِْلْا ِوِتَّيِعَر ْنَع ٌلوُئْسَم ْمُكُّلُكَو ٍعاَر

َو

ٌلوُئْسَم

يِف ٍعاَر ُمِداَخْلاَو اَهِتَّيِعَر ْنَع ٌةَلوُئْسَمَو اَهِجْوَز ِتْيَ ب يِف ٌةَيِعاَر ُةَأْرَمْلاَو ِوِتَّيِعَر ْنَع

وِتَّيِعَر ْنَع ٌلوُئْسَمَو ٍعاَر ْمُكُّلُكَو ِوِتَّيِعَر ْنَع ٌلوُئْسَمَو ِهِدِّيَس ِلاَم

Artinya :

(30)

Penguasa adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Suami adalah pemimpin keluarganya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin dirumah suaminya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dalam mengelola harta tuannya, dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Oleh karena itu kalian sebagai pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.“ (Muslich, 2004: 174)

Hal yang demikian telah disebutkan dalam hadits bahwa setiap orang adalah pemimpin pada level apapun, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Setiap kepemimpinan pasti ada resiko yang harus dipertanggungjawabkan.

Adapun sifat-sifat pemimpin dalam Islam yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw, sebagai berikut:

a.Shiddiq (jujur) b.Amanah (terpercaya)

c.Tabligh (menyampaikan)

d.Fathanah (cerdas) e.Istiqomah

Akhlak seorang pemimpin dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah menurut Fakih (2001: 41-49) sebagai berikut:

a.Mencintai kebenaran

(31)

c.Ikhlas dan memiliki semangat pengabdian d.Baik dalam pergaulan masyarakat

e.Bijaksana

f. Memimpin untuk melayani bukan dilayani g.Zuhud terhadap kekuasaan

h.Jujur dan tidak munafik i. Memiliki visi keumatan

j. Memiliki tanggung jawab moral

3. Prinsip-prinsip kepemimpinan dalam Islam

Dalam kepemimpinan Islam setidaknya dapat diidentifikasikan secara konseptual, dan hubungan-hubungannya antarindividu atau antarkelompok dalam konteks praktis. Sebagaimana ciri-ciri kepemimpinan yang dikemukakan oleh Sutikno (2014: 87-90) sebagai berikut:

a. Prinsip saling menghormati dan memuliakan b. Prinsip menyebarkan kasih saying

c. Prinsip keadialan d. Prinsip persamaan

e. Prinsip perlakuan yang sama

f. Prinsip berpegang kepada akhlak yang utama g. Prinsip kebebasan

(32)

B. Pengertian Pola Kepemimpinan

Pola dalam KBBI yaitu sistem : cara kerja pada pemerintah atau organisasi. Pola adalah model, cara kerja, atau sistem. Dapat diartikan bahwa pola adalah bagaimana cara, model, sistem seseorang dalam melakukan sesuatu.

Kepemimpinan diadopsi dari bahasa inggris yaitu leadership.Leadership berasal dari akar kata to lead yaitu berupa kata kerja yang berarti memimpin (Sulistiyani, 2008: 9). Kepemimpinan adalah bagaimana seorang pemimpin mempengaruhi anggotanya untuk bergerak melakukan sesuatu hal demi terwujudnya sebuah tujuan.

Dalam upaya menggerakkan dan memotivasi seseorang dalam melakukan suatu tindakan yang terarah pada pencapaian sebuah tujuan, maka seorang pemimpin mempunyai cara, model atau bentuk kepemimpinannya sendiri. Cara kepemimpinan ini sering disebut sebagai tipologi atau dapat diartikan sebagai perilaku kepemimpinan atau gaya kepemimpinan. Tipologi kepemimpinan yang sering dikenal dan diakui keberadannya adalah sebagai berikut:

a. Kepemimpinan Otokratis

(33)

Bahkan kantor, mobil dan fasilitas lainnya yang ada dianggap miliknya (Sutikno, 2014: 35).

Menurut Kartono (2002: 71) kepemimpinan otokratis itu mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus dipatuhi. Pemimpinnya selalu mau berperan sebagai pemain tunggal pada a one-man show. Dia berambisi sekali untuk merajai situasi.

Adapun ciri-ciri kepemimpinan otokratis menurut Siagian (2003: 32) sebagai berikut:

1) Kecenderungan memperlakukan para bawahan sama dengan alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka.

2) Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahan.

3) Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan kepurusan dengan cara memberitahukan kepada para bawahan tersebut bahwa ia telah mengambil keputusan tertentu dan para bawahan itu diharapkan dan bahkan dituntut untuk melaksanakannya saja.

(34)

Pada tipe kepemimpinan laissez faire ini sang pemimpin praktis tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semau sendiri (Kartono, 2002: 71-72).

Sedangkan menurut Siagian (2003: 38) seorang pemimpin yang laissez faire tentang peranannya sebagai seorang pemimpin berkisar pada

pandangannya bahwa pada umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahuai apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan seorang pemimpin tidak perlu terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional.

Tipe kepemimpinan ini berbanding terbalik dengan gaya kepemimpinan otokratis. Dalam kepemimpinan ini pemimpin berlaku pasif dan cenderung menghindar dari tanggungjawab (Sutikno, 2014: 36).Sang pemimpin meyakini bahwa bawahannya atau anggotanya mampu mengetahui dan cukup dewasa untuk berlaku taat pada aturan. Jadi sang pemimpin memberikan kebebasan kepada anggotanya dalam mengambil keputusan atau melakukan segala sesuatu.

c. Kepemimpinan Paternalistis

(35)

bersangkutan berusaha memperlakukan semua orang dan semua satuan kerja yang terdapat di dalam organisasi seadil dan serata mungkin.

Adapun ciri-ciri kepemimpinan paternalistis menurut Sutikno (2014: 37) sebagai berikut:

1) Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa. 2) Bersikap terlalu melindungi.

3) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan.

4) Jarang memberikan kesempatan pada bawahannya untuk mengambil inisiatif

5) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya.

6) Sering bersikap serba tahu. d. Kepemimpinan Kharismatis

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikemuakakan bahwa “kharismatis berarti bersifat kharisma”. Pemimpin yang kharismatis

(36)

Sedangkan menurut Karim (2010: 17) pemimpin kharismatis adalah pemimpin yang ide/gagasan/pemikiran, konsep, teori, suasana batin, dan perilakunya meyakinkan orang lain.

Maka pemimpin seperti ini sangat disegani dan punya pengikut yang sangat besar jumlahnya serta mempunyai pengawal yang dapat dipercaya.Bahkan dia dianggap mempunyai kekuatan supranatural dan superhuman yang diperolehnya sebagai karunia dari Yang Maha Kuasa.

e. Kepemimpinan Militeristis

Pemimpin tipe militeristis adalah pemimpin yang dalam menggerakkan bawahannya lebih sering mempergunakan sistem perintah, senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya, dan senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan.Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahannya, dan sukar menerima kritikan dari bawahannya (Sutikno, 2014: 38-39).

Seorang pemimpin militeristis dikatakan oleh Kartono(2002: 70) memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1) Lebih banyak menggunakan system perintah/komando terhadap bawahannya, keras sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana.

(37)

3) Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berelebih-lebihan.

4) Menuntut adanya disiplin keras dan kaku dari bawahannya.

5) Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahan.

6) Komunikasi hanya berlangsung searah saja. f. Kepemimpinan Pseudo-demokratis

Tipe kepemimpinan ini disebut juga kepemimpinan manipulative atau semi demokratis. Tipe kepemimpinan ini ditandai oleh adanya sikap seorang pemimpin yang berusaha mengemukakan keinginan-keinginannya dan setelah itu membuat sebuah panitia, dengan pura-pura untuk berunding tetapi yang sebenarnya tiada lain untuk mengesahkan saran-sarannya (Sutikno, 2014: 39).

g. Kepemimpinan Demokratis

Tipe kepemimpinan demokratis adalah dimana pemimpin selalu bersedia menerima dan menghargai saran-saran, pendapat, dan nasehat dari staf dan bawahan, melalui forum musyawarah untuk mencapai kata sepakat (Sutikno, 2014: 40).

(38)

sugesti bawahan. Juga bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing, mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat. Siagian (2003:40) menyatakan bahwa tipe kepemimpinan ini adalah tipe kepemimpinan yang paling ideal dan paling didambakan.

C. Pengertian Pembinaan

Pembinaan berasal dari kata bina, yang mendapat imbuhan pe-an, sehingga menjadi kata pembinaan. Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik (http://www.artikata.com/arti-360090-pembinaan.html). Pembinaan merupakan proses, cara membina dan penyempurnaan atau usaha tindakan dan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan pada dasarnya merupakan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara sadar, berencana, terarah, dan teratur secara bertanggung jawab dalam rangka penumbuhan, peningkatan dan mengembangkan kemampuan serta sumber-sumber yang tersedia untuk mencapai tujuan.

(39)

selaras, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat, kecenderungan/keinginan serta kemampuan-kemampuannya sebagai bekal, untuk selanjutnya atas perkasa sendiri menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesamanya maupun lingkungannya ke arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri (Simanjutak, 1990: 84).

D. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan (Purwanto, 2007: 11).

Menutut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Pasal 1 butir 1, pendidikan adalah: “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pesertya didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperluakan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.”

(40)

Pengertian secara khusus, karakter adalah nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terwujud dalam perilaku (Salahudin & Alkrienciehie, 2013: 42).

Karakter merupakan sifat-sifat khas (typical) yang menonjol pada diri seseorang. Ketika seseorang mati, maka ia hanya meninggalkan nama yang dibalut dengan sifat-sifat yang dimilikinya. Sifat-sifat yang menonjol itulah yang mudah diingat oleh seseorang pada umumnya, baik itu secara jasmani, rohani, sosial, maupun spiritual.Maka ada pepatah mengatakan, “harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading”. (Susilo, 2013: 28)

Karakter adalah kualitas yang dimiliki seseorang yang membuatnya menarik dan dikagumi. Karakter sangat erat dengan sebuah reputasi atau nama baik seseorang. Karakter menunjukkan who, we, are (Y.S.Lon, 2016: 167).

Pendidikan karakter adalah usaha seseorang dalam mempengaruhi orang lain untuk menjadi orang yang beradab, berkepribadian, berwatak, bersifat. Tujuan dari pendidikan karakter ini adalah menurut Socrates dalam (Majid dan Andayani, 2013: 30) bahwa tujuan paling mendasar dari pendidikan karakter adalah untuk membuat seseorang menjadi good and smart.Dalam sejarah Islam juga sudah ditegaskan bahwa misi utamanya

(41)

E. Pengertian Pengasuh dan Anak Asuh

Kata asuh mempunyai arti mendidik, mengajar, dan merawat anak dari awal kehadirannya sampai batas waktu tertentu, sesuai posisi anak sebagai makhluk biopsikososiospiritual, tanpa mengharap imbalan (Lestari & Ngatini, 2010: 2). Dari arti kata asuh diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian pengasuh adalah orang yang mendidik, mengajar, dan merawat anak dari sejak kehadiranya sampai batas waktu tertentu tanpa mengharap imbalan. Sedangkan anak asuh dapat disebut anak didik yaitu anak yang dididik, diajar, dirawat oleh pendidik, pengajar, atau pengasuh.

F. Pengertian Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)

LKSA adalah Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak.Sebuah lembaga sosial yang mewadahi masyarakat kurang mampu, miskin, terlantar, yatim piatu supaya berkehidupan yang mapan.Lembaga ini bertujuan memberikan layanan sosial terutama bagi pendidikan anak agar menjadi anak yang berguna bagi masyarakat, agama, bangsa, dan negara.Lembaga ini juga berada dibawah pengawasan Dinas Sosial.

(42)

pengembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif dalam bidang pembangunan nasional.

Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1997), panti asuhan atau lembaga kesejahteraan sosial anak (LKSA) memiliki fungs sebagai berikut:

a. Pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak. Panti asuhan berfungsi sebagai pemulih, pelindung, pengembangan dan pencegahan.

b. Pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahteraan sosial anak. c. Pusat pengembangan keterampilan (yang merupakan fungsi penunjang).

Panti asuhan sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi keluarga dan masyarakat dalam perkembangan dan kepribadian anak-anak remaja.

Tujuan panti asuhan menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1997) yaitu:

a. Memberikan pelayanan yang berdasarkan pada profesi pekerja sosial kepada anak terlantar dengan cara membantu dan membimbing mereka ke arah perkembangan pribadi yang wajar serta mempunyai keterampilan kerja, sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tanggungjawab, baik terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat.

(43)

berdedikasi, mempunyai keterampilan kerja yang mampu menopang hidupnya dan hidup keluarganya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan panti asuhan adalah memberikan pelayanan, bimbingan dan keterampilan kepada anak asuh agar menjadi manusia yang berkualitas. G. Kajian Terdahulu

Dalam kajian pustaka ini peneliti mencoba untuk membandingkan antara penelitian yang akan peneliti garap dengan penelitian-penelitian sebelumya. Dengan harapan penelitian ini mampu melahirkan teori-teori baru yang berkaitan dengan penelitian yang akan peneliti garap yaitu, “Pola

Kepemimpinan Pengasuh Dalam Pembentukan Karakter Anak Asuh di

Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Muhammadiyah Tuntang

Tahun 2018”.Sehingga dapat memberikan referensi bagi peneliti-peneliti

yang akan datang.

Diantara penelitian terdahulu yang peneliti ambil sebagai perbandingan adalah sebagai berikut:

1. Muhamad Zaenal Arifin (Institut Agama Islam Negeri, 2017) dalam skripsinya yang berjudul Pola Kepemimpinan Kyai Terhadap Ranak Afektif Santri Di Pondok Pesantren Al-Hasan Banyuputih Timur, Sidorejo Lor,

Salatiga, Salatiga, Tahun 2017, penelitian ini memaparkan tentang ranah

(44)

sekat diantara mereka. Akibatnya tidak mendapat keseimbangan porsi dari masing-masing santri.

2. Imania Majmuna (Institut Agama Islam Negeri, 2016) dengan judul Pola Asuh Orang Tua Pengarajin Bambu Dalam Mendidik Anak Di Dusun

Ngablak Pulutan Sidorejo Salatiga, yang mana kesimpulan dari penelitian

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (KBBI W.J.S Poerwadinata, 1982: 362). Langkah-langkah yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono (2016: 13) metode penelitian kualitatif sering disebut metode naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya;disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. Dalam pendekatannnya, penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan (field research).

(46)

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, penelitian ini merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto, 2005: 234).

Penilitian ini yang akan diamati adalah pengasuh dan anak asuh guna menggambarkan fakta tentang pola kepemimpinan pengasuh terhadap ranah pendidikan karakter anak asuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang 2018.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti melakukan penelitiannya yaitu di LKSA Muhammadiyah Tuntang yang beralamat di Jln. Fatmawati no 96 Tuntang, Kab. Semarang.

Adapun peneliti memilih tempat penelitian ini adalah berdasarkan permasalahan yang timbul di lembaga tersebut berbeda dengan yang seharusnya terjadi. Menurut peneliti permaslahan yang ada di lembaga ini menarik untuk diteliti karena hal yang terjadi tidak sebagaimana mestinya. b. Waktu penelitian

Waktu penelitian adalah saat dimana peneliti melakukan penelitian pada waktu yang ditentukan hingga selesai.

(47)

3. Kehadiran Peneliti

Penelitian dalam hal ini bertindak sebagai instrumen penelitian, artinya peneliti terjun langsung ke lapangan untuk proses penelitian dan pengumpulan data, adapun karakterstik dalam penelitian ini adalah: Pertama, peneliti menggunakan sistem wawancara tidak terstruktur, sehingga memungkinkan peneliti untuk mengembangkan pertanyaan untuk wawancara lebih mendalam. Kedua, peneliti mengadakan komunikasi dengan objek dengan menggunakan bahasa pertemanan agar lebih mudah dipahami, sehingga terjalin suasana yang baik antara peneliti dan informan. Ketiga, peneliti mengumpulkan dan mencatat data secara terperinci dengan hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

4. Sumber Data

Salah satu hal yang penting dalam penelitian adalah sumber data. Sumber data dalam penelitian adalah dari mana data-data diperoleh.

a. Sumber data Primer

(48)

Informan digunakan sebagai sumber data dan aktor atau pelaku yang ikut menentukan berhasil tidaknya sebuah penelitian berdasarkan informasi yang diberikan oleh informan tersebut. Informan dalam penelitian ini adalah pengurus, pengasuh, yang dijadikan sebagai responden yaitu anak asuh LKSA Muhammadiyah Tuntang yang berperan untuk mengklarifikasi kebenaran pola kepemimpinan pengasuh dalam membentuk karakter anak asuh. Data yang dimaksud yaitu berupa transkip wawancara, observasi dan dokumentasi.

b. Sumber data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya. Sumber data sekunder dapat diperoleh dari buku , jurnal, internet, artikel, majalah atau koran serta hasil penelitian lainnya.

Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktifitas tertentu. Ia bisa berupa rekaman atau dokumen tertulis seperti arsip data base, surat-surat, atau gambar benda-benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu peristiwa (Suprayogo, 2001: 163). Dalam penelitian ini sumber data sekunder yang digunakan adalah data lembaga

5. Prosedur Pengumpulan Data

(49)

a. Observasi

Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung (Arikunto, 2006: 156). Pada teknik ini peneliti menggunakan observasi partisipatif yaitu pengamatan akan manusia pada habitatnya. Menurut Wolcott (2005) dalam Samiaji (2012: 56) dalam studi lapangan (observasi partisipatif), peneliti berusaha menemukan “habitat” asli para partisipan. Peneliti juga harus “tinggal” bersama para

partisipan dan berperan dalam dinamika kehidupan sehari-hari para partisipan. Dengan demikian terlibatnya peneliti untuk hidup bersama dan memiliki fungsi sosial yang sama maka peneliti akan dianggap sebagai sesama atau teman. Hal ini akan memudahkan peneliti untuk mengamati perilaku dan kehidupan sehari-hari para partisipan tanpa mengganggu.

Dalam hal ini penulis akan melakukan observasi di LKSA Muhammadiyah Tuntang mengenai pola kepemimpinan pengasuh dalam membina karakter anak asuh. Observasi ini dilakukan supaya peneliti dapat mengetahui bagaimana cara pengasuh dalam menerapkan pola kepemimpinannya dalam membina karakter anak asuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang.

b. Wawancara

(50)

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2009:186).

Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden (Gulo, 2002: 119). Wawancara ini dilakukan dengan menggunakan telepon maupun media elektronik lain. Wawancara adalah salah satu alat yang paling sering digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif.

Peneliti akan melakukan wawancara tidak terstruktur dalam mencari data dari informan. Sehingga dalam memberikan pertanyaan akan lebih meluas dengan tujuan bisa mendapatkan informasi yang lebih lengkap.

c. Dokumen

Dokumen adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu yang lalu (Gulo, 2002: 123). Dokumen yang dimaksud adalah segala catatan baik dalam catatan kertas maupun catatan elektronik. Dokumen sudah lama digunkan dalam penelitian sebagai sumber data yang dapat digunakan untuk menguji, menafsirkan maupun meramalkan.

(51)

dokumen yang terkumpul bisa dijadikan sebagai sumber data yang bisa mengantarkan penelitian ini menjadi valid.

6. Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen (1982) dalam Moleong (2009: 248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain.

Dalam sebagian besar pendekatan kualitatif, analisis data tidak dilakukan dalam satu tahap saja, setelah data terkumpul. Analisis data kualitatif merupakan proses sistematis yang berlangsung terus-menerus, bersamaan dengan pengumpulan data. Menurut Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2016: 334) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Adapun aktivitas analisis data model Miles dan Huberman, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

a. Reduksi Data (data reduction)

(52)

merangkumnya menjadi pola dan susunan yang sederhana (Rhenald, 2008: 369)

b. Penyajian Data (data display)

Setelah dilakukan reduksi data, maka langkah selanjutnya adalah penyajian data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif (Sugiyono, 2016: 339). Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya sesuai dengan apa yang dipahami.

(53)

7. Pengecekan Keabsahan Data

Menurut Moleong (2009: 324) untuk menetapkan keabsahan data ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajad kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).

(54)

BAB IV

PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum LKSA Muhammadiyah Tuntang 1. Letak Geografis

LKSA Muhammadiyah Tuntang terletak di Jl. Fatmawati no 96 Tuntang. Berada di jalan Solo – Semarang samping utara Pom bensin Cikal terletak persis di sebelah kiri jalan raya. Luas tanah seluruhnya ±2.000 M². Luas tanah yang didirikan bangunan sekitar ±1.400 M². Selebihnya ditanami pohon jati yang terletak di belakang asrama.

2. Visi dan Misi Visi

1. Menjadi lembaga sosial yang dapat mencetak anak asuh berkualitas 2. Berintegritas tinggi dan berakhlak mulia

Misi

1. Menyelenggarakan pelayanan pengasuhan terbaik kepada anak asuh 2. Menyelenggarakan pelayanan pendidikan kepada anak asuh

3. Memberikan bimbingan akidah dan akhlak kepada anak asuh

(55)

3. Struktur Kepengurusan

Tabel 4.1 Struktur LKSA Muhammadiyah Tuntang Kabupaten Semarang

Pelindung : Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Semarang

Dr. H. Muh.Saerozi,M.Ag

Pembina : MKKS PD. Muhammadiyah Kab. Semarang Ketua : Qi Mangku Bahjatulloh, Lc.M.SI

Wakil Ketua : Imamul Huda, M.Pd Sekretaris : Rifa‟i, M.HI

Bendahara : Sutono, S.PdI

PDM MAJELIS PELAYANAN SOSIAL

PPEPEPEPEPPEPPENG URUS PANTI ASUHAN

JURU MASAK PENGASUH

TATA USAHA

(56)

Pendidikan dan Pesantren

: Erham Masykuri, Lc, M.HI

Kesehatan : dr. Imama Delafri PN Humas : Widodo, S.Pd

Sarpras : Ruwiyanto, Sh.MH Pengasuh : Leni Rahmawati, S.Pd.I

4. Sarana dan Fasilitas

LKSA Muhammadiyah Tuntang termasuk lembaga yang sudah berdiri lama, sejak tahun didirikan pada tahun 1991 hingga sekarang yang berumur 27 tahun. Dengan seiring berkembangnya zaman sarana dan prasarana di lembaga ini sudah bisa dikatakan cukup memadai, baik dari segi bangunan maupun yang lain. Sehingga anak asuh bisa melaksanakan proses pendidikan dan pengajaran dengan sebagaimana mestinya. Adapun sarana prasarana di LKSA Muhammadiyah Tuntang antara lain:

Tabel 4.2 Sarana Prasarana LKSA Muhammadiyah Tuntang

No Nama Jumlah

1 Aula 2

2 Kamar anak asuh 2

(57)

4 Ruang TU 1

5 Masjid 1

6 Dapur 1

7 Ruang makan 1

8 Gudang gizi 1

9 Gudang catering 1

10 Gudang barang bekas 1

11 Perpustakaan 1

12 Kamar tamu 1

13 Ruang pengasuh 1

14 Toilet atau kamar mandi 11

15 Lapangan bermain 1

16 Sumber air 2 PDAM

17 Alat rebana 1 set

18 Computer 1 set

(Sumber: Data pengurus LKSA Muhammadiyah Tuntang)

5. Daftar Anak Asuh

(58)

Tabel 4.3 Daftar Anak Asuh

Karanggeneng Rt 01/01 Sumurejo Gunung Pati

Blok Desa Rt 01/01, Situgede, Subang, Kuningan

(59)

6. Jadwal Harian

Tabel 4.4 Jadwal Kegiatan Harian No Waktu Kegiatan

1 04.15-04.30 Bangun pagi, persiapan ke masjid 2 04.30-14.45 Sholat subuh

3 04.45-05.30 Ngaji/hafalan 4 05.30-05.45 Sarapan

5 05.45-06.15 Piket kebersihan lingkungan 6 06.15-06.30 Persiapan sekolah

7 06.30-15.00 Sekolah 8 15.00-15.15 Sholat asar

9 15.15-16.15 Olahraga/kegiatan sesuai jadwal 10 16.15-16.30 Bersih diri

11 16.30-17.30 Kegiatan sesuai jadwal 12 17.30-18.15 Sholat maghrib

13 18.15-19.15 Kegiatan sesuai jadwal

14 19.15-20.00 Makan malam dan persiapn belajar 15 20.00-21.30 Belajar

16 21.30-04.15 Istirahat/tidur

(Sumber: Data pengurus LKSA Muhammadiyah Tuntang)

7. Jadwal Piket

Tabel 4.5 Jadwal Piket Harian

NO TEMPAT PIKET NAMA

(60)

(Sumber: Data pengurus LKSA Muhammadiyah Tuntang)

Tabel 4.6 Jadwal Piket Adzan dan Masak

NO Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Kel 6

5 Aula tengah sampai tangga hijau dapur SFN dan E 6 Halaman depan aula bwah GPT dan CDA 7 Halaman depan Pengasuh sampai pintu

gerbang ZH dan ZD

8 Lapangan depan kamar 4 s/d depan dapur NW dan RM 9 Halaman depan gudang s/d tangga kmr

mandi atas PJ

10 Kamar mandi samping kamar lima T 11 WC samping kamar mandi kamar lima A

12 Lapangan samping gudang HSN dan ADT 13 Kamar mandi bawah samping kamar satu DT dan WY 14 Ruang makan, meja dapur dan washtafel RMD dan MLN 15 Dapur, meja dapur, meja kompor, tempat

pencucian RHL

(61)

Kewajiban:

1. Sebelum piket masak wajib tidur di aula atas/di masjid selambat-lambatnya pukul 21.40 WIB.

2. Mengunci pintu gerbang utama selambat-lambatnya pukul 21.30 WIB 3. Membuka pintu gerbang utama setiap selesai adzan subuh.

4. Bertugas melaksanakan adzan lima waktu sholat wajib. 5. Membangunkan teman-temankannya 15 menit sebelum adzan

dikumandangkan.

6. Masak untuk makan pagi, malam dan makan siang sesuai menu yang telah disediakan.

7. Mencuci semua peralatan dapur yang kotor.

8. Menyapu dan ngepel ruang dapur, ruang makan serta membersihkan meja makan, meja dapur, tempat kompor dll.

9. Selesai masak wajib untuk tidur di aula atas selambat-lambatnya pukul 21.40 WIB.

10. Kelompok masak berlaku sekaligus untuk kelompok piket adzan

B. Hasil Temuan Penelitian

(62)

pembinaan atau pemeliharaan baik mengenai perbuatan, sikap dan kewajiban, akhlak, susila pada anak asuh yang tinggal di lembaga tersebut.

Hasil data yang peneliti peroleh tentang pola kepemimpinan yang diterapkan oleh Bapak Muhammad Taufik di LKSA Muhammadiyah Tuntang dapat digambarkan melalui hasil wawancara kepada anak asuh (santri) di LKSA Muhammadiyah tuntang, dengan pertanyaan kepemimpinan seperti apa yang diterapkan di LKSA Muhammadiyah Tuntang pada hari kamis, 05 juli 2018, pukul 21.15 WIB sebagai berikut:

“Pak Taufik menerapkan pola kepemimpinan demokratis, karena apapun yang beliau berikan dan lakukan kepada anak asuh adalah atas persetujuan dari pengurus” (SRYD).

(63)

apa yang diterapkan di LKSA Muhammadiyah Tuntang ini pada hari rabu, 04 juli 2018, pukul 12.30 sebagai berikut:

“Kepemimpinan yang diterapkan adalah kepemimpinan demokratis. Karena memang beliau tidak bisa memutuskan suatu hal dengan satu pihak saja. Malah bahkan hampir setiap minggu pengurus dan pengasuh mengadakan rapat untuk menimbang dan memutuskan apa saja yang berkaitan dengan LKSA Muhammadiyah Tuntang” (NW).

Musyawarah dalam menyelesaikan masalah individu santri dan membenahi sistem LKSA selalu dilakukan dengan dua pihak, yaitu antara Bapak Muhammad Taufik dengan pengurus. Demi menjaga kualitas lembaga dilakukan evaluasi dan inovasi dalam hal kegiatan, peraturan, yang setiap tahun disesuaikan dengan kondisi anak asuh (santri) dan zamannya menjadi suatu kegiatan yang harus dan semestinya dilakukan pengasuh dan pengurus LKSA.

(64)

juga disampaikan oleh anak asuh (santri) pada hari selasa, 03 juli 2018, pukul 21.40 WIB sebagai berikut:

“Wayah liburan mesti wong tuo nak ra waline diundang kon rene tanpa terkecuali. Wajib!” (CML)

Musyawarah seperti ini sudah menjadi tradisi di LKSA Muhammadiyah Tuntang. Sehingga orang tua atau wali paham kapan mereka diundang ke LKSA untuk menjemput anaknya dan mengetahui secara langsung kabar baik dan buruknya perkembangan anak mereka.

Kepemimpinan demokrasi yang pengasuh terapkan juga dibarengi dengan sifat tegas dan keras, pernyataan ini berdasarkan hasil wawancara terhadap anak asuh pada hari rabu, 04 juli 2018, pukul 12.30, yaitu sebagai berikut:

“Dalam mengasuh beliau keras. Maksudnya dalam mendidik anak asuh sangat keras dan disiplin. Semua yang dilakukan anak asuh harus sesuai dengan perintah atau aturan yang ada baik dari lembaga maupun dari pengasuh.” (NW)

Tegas dan keras dalam hal kedisiplinan memang dibutuhkan, karena disiplin sangat dibutuhkan ketika berada di sebuah instansi. Tujuannya adalah nanti ketika anak sudah keluar dan bekerja di kantor, sekolah atau pabrik mereka tidak kaget dengan dunianya yang baru.

(65)

2. Karakter Anak Asuh LKSA Muhammadiyah Tuntang

Setiap orang mempunyai karakteristik masing-masing sesuai dengan latar belakang mereka. Dari keberagaman karakter itu memunculkan sikap dan perilaku yang berbeda pula. Karakter adalah potret diri seseorang yang sesungguhnya. Setiap orang memiliki karakter dan itu bisa menggambarkan diri seseorang yang sebenarnya, apakan baik atau buruk. Pembentukan karakter harus dibentuk sejak dini. Maka pengasuh memiliki cara untuk membentuk karakter anak asuh (santri) di LKSA Muhammadiyah Tuntang ini. Sebagaimana pertanyaan peneliti bagaimana cara saudara membentuk karakter anak asuh (santri)? Bapak Taufik dengan keterangannya pada hari sabtu, 07 juli 2018, pukul 19.45 WIB sebagai berikut:

“Saya berusaha untuk membentuk karakter anak sebaik mungkin. Maka dengan sifat bocah seng koyo ngono mau saya terapkan dua hal, yaitu akhlak dan kedisiplinan. Dua hal ini yang paling utama harus dimiliki oleh anak asuh sebagai pegangan hidup mereka terutama nanti ketika kembali ke masyarakat.” (M. Taufik)

(66)

karakter anak asuh. Berikut penyataan pengasuh pada hari sabtu, 07 juli 2018, pukul 19.45 WIB sebagai berikut:

“Sejak saya awal mengasuh sampai saat ini yang saya pahami tentang karakter anak asuh disini sangat memprihatinkan, terutama dalam bidang akhlak. Anak asuh disini sangat rendah akhlaknya, contohnya ketika ada tamu yang datang ke panti mereka tidak memberikan salam atau jabat tangan kepada tamu tersebut, itu dulu yang saya lihat.” (M. Taufik)

Jadi keadaan anak asuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang ini masih kurang akan akhlak dan tanggungjawab terhadap profesi meraka sebagai anak asuh. Demi mendukung akurasi informasi dari pengasuh, peneliti menanyakan kepada anak asuh bagaimana saudara melaksanakan perintah pengasuh LKSA ini, berikut keterangan anak asuh pada hari selasa, 02 juli 2018, pukul 20.12 WIB:

“Aku manut, nak dikon opo wae tak laksanakan. Tapi kadang ketika saya nggak mood atau sedang malas ya saya juga malas melaksanakan perintah dari pengasuh. Ora tak gagas.” (MS)

(67)

Dalam hal lain yang menandakan bahwa anak asuh memiliki karakter yang kurang baik adalah disebabkan oleh latar belakang anak yang berbeda-beda baik dari latar belakang orang tua ataupun lingkungan sebelumnya. Karena pada dasarnya beda lingkungan sudah beda perilaku, beda orang tua berbeda pula pendidikannya.

Namun di sisi lain ada juga anak asuh yang melaksanakan perintah pengasuh dengan sami‟na wa atha‟na (manut). Mereka memahami bahwa

apa yang diperintahkan oleh pengasuh adalah hal yang positif. Sebagaimana hasil wawancara pada hari Rabu, 4 juli 2018, pukul 12.30 WIB, sebagai berikut:

“Manut (sami‟na wa atha‟na), karena tidak mungkin pengasuh menyuruh anaknya untuk melakukan kejelekan, pasti yang disuruh adalah dalam hal kebaikan.” (NW)

Sebagian anak asuh memang sudah memiliki kesadaran untuk menjalani hidupnya. Ini merupakan hasil dari ketegasan pengasuh dalam mendidik anak. Sebagaimana yang telah pengasuh katakan bahwaannya suatu saat nanti anak pasti akan taat pada aturan. Pengasuh selalu menyampaikan, “Disiplin itu menyakitkan, tapi lebih menyakitkan lagi jika tidak disiplin.”

(68)

3. Kepemimpinan Pengasuh dalam Membina Karakter Anak Asuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang.

Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari menjadi perbincangan dan diakui oleh masyarakat Indonesia saat ini terlebih dilihat dari lulusan sekolah formal, misalnya tawuran, narkoba, seks bebas di kalangan remaja dan pengangguran lulusan sekolah atas. Harapan orang tua tentu ingin anaknya menjadi anak yang sholeh, berkarakter baik, berakhlakul karimah, beradab, dan berhati nurani yang bersih. Seperti yang dirasakan oleh pengasuh Bapak Muhammad Taufik terhadap anak asuhnya, harapannya ingin anak asuhnya mempunyai akhlak yang baik dan disiplin. Sebagaimana ungkapan dalam pertanyaan bagaimana cara saudara membentuk sikap dan kepribadian anak asuh pada hari sabtu, 07 juli 2018, pukul 19.45 WIB sebagai berikut:

“Dalam membentuk karakter anak asuh yang saya terapkan adalah akhlakul karimah dan disiplin. Karena kedua hal ini sangat erat hubungannya, tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Maka kedua hal ini harus saling beriringan. Saya menerapkan dua hal ini karena yang sering dilihat oleh orang lain di luar diri kita adalah akhlaknya kemudian baru diikuti dengan kedisiplinan.Untuk membentuk kepribadian dimulai dari pembiasaan. Memang awalnya anak pasti memberontak dengan penerapan dua hal tersebut, namun nanti dengan seiring berjalannya waktu anak pasti menerimanya. Memang disiplin itu menyakitkan, tapi lebih menyakitkan lagi jika tidak disiplin. Karena yang saya khawatirkan adalah masa depan mereka yang nanti akan kembali ke masyarakat mereka masing-masing.” (M. Taufik)

(69)

dengan tujuan mempersiapkan anak asuh yang siap menghadapi tantangan masa depan. Pengasuh selalu menggalakkan kata “selalu siap” dalam hal

apapun. Maka, di lembaga ini anak selalu diajarkan bagaimana bersikap dan bertingkah laku yang baik di hadapan umum. Hal ini juga diterapkan pengasuh lewat kegiatan latihan pidato baik dalam bahasa Indonesia atau bahasa jawa. Di sisi lain yang pengasuh terapkan selain akhlak dan disiplin adalah mental. Mental sangat diperlukan sekali dalam kehidupan sehari-hari. Semua itu pengasuh terapkan dengan penuh ketegasan. Siapapun yang tidak mau taat pada aturan dan berakhlak baik maka pengasuh akan memberikan hukuman (punishment) kepada anak asuh. Dan sebaliknya, terhadap anak asuh yang beralkhlak baik dan berprestasi akan diberi hadiah (reward). Sebagaimana pernyataan pengasuh pada hari sabtu, 07 juli 2018, pukul 19.45 WIB sebagai berikut:

“Dalam hal pendidikan baik akhlak maupun kedisiplinan saya selalu menerapkan hadiah (reward) dan hukuman (punishment). Anak yang mendapat prestasi di sekolah dan berakhlak baik akan mendapat hadiah dari pengasuh dan pengurus, sebaliknya anak yang nakal tidak taat pada aturan akan diberikan hukuman.”

(70)

mendapat hukuman. Didukung oleh pernyataan anak asuh tentang hadiah dan hukuman, ia mengungkapkan:

“Kalau dalam menaati peraturan beliau sangat tegas. Barang siapa yang melanggar aturan akan mendapat hukuman, tetapi di sisi lain barang siapa yang berprestasi dan baik akhlaknya akan mendapat hadiah. Karena saya pernah mendapat hadiah.” (CML)

Dapat disimpulkan bahwa usaha yang dilakukan pengasuh dalam membentuk karakter anak asuh adalah dengan menerapkan dua hal yaitu akhlak yang baik dan kedisiplinan dalam mentaati peraturan. Dalam prosesnya pengasuh menerapkan hukum reward dan punishment sebagai tolok ukur keberhasilan dalam kepemimpinannya.

4. Hambatan dalam Pembinaan Karakter Anak Asuh

Dalam mempersiapkan generasi Islam yang berkarakter dan mampu menhadapi tantangan dunia pendidikan Islam yang modern, tidak hanya dituntut untuk mempelajari teorinya saja tetapi juga mampu menerapkan dan mempraktekannya. Lebih dari itu sebuah lembaga pendidikan harus lebih menekankan pada pendidikan karakter anak. Pendidikan Islam sebagai lembaga alternative diharapkan mampu meyiapkan kualitas generasi bangsa yang berkarakter sesuai dengan syariat Islam.

(71)

seperti panti asuhan atau pondok pesantren. Hal ini dapat dilihat dari peristiwa yang terjadi, yang menunjukkan penyimpangan terhadap nilai-nilai dan ajaran Islam. Hal ini sesuai dengan paparan hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Taufik selaku pengasuh LKSA Muhammadiyah Tuntang, pada hari sabtu, 07 Juli 2018, yang menyatakan sebagai berikut:

“Di sini pernah mendapat teguran dari salah satu PDM yang menyampaikan kepada kepada saya tentang sikap anak asuh, “mas, kae bocah-bocah opo ora diajari sopan santun?” itu pertama saya mendapat teguran. Di samping itu tentang kedisiplinan juga belum ada. Hal ini sangat terlihat sekali ketika anak asuh dalam menghargai waktu. Mereka belum bisa menghargai waktu yang mereka miliki. Sholat sering telat. Waktu ngaji malah ngobrol dewe. Yo ngono kui mas bocah-bocah kene ki.”

Minimnya kesadaran anak akan penerapan nilai-nilai Al-Qur‟an, yang menyebabkan anak mengalami dekadensi moral. Oleh karena itu untuk mengembalikan kondisi yang sudah tidak relevan dengan ajaran Islam, upaya yang dilakukan pengasuh adalah melakukan pendekatan dengan anak asuh, lebih memperhatikan anak asuh, memberikan motivasi, membantu anak asuh ketika mengalami kesulitan. Semua itu dilakukan agar anak asuh merasa diperhatikan dan mudah dibina serta mau menjunjung tinggi nilai-nilai dan ajaran Islam.

(72)

dengan hasil wawancara yang dipaparkan oleh Pengasuh Bapak Muhammad Taufik, sebagai berikut:

“Karakter anak yang memprihatinkan ini juga merupakan sifat bawaan yang mereka bawa dari rumah. Karena mohon maaf ada diantara mereka yang orang tuanya agak kurang dalam berfikir, dan ada juga yang korban perceraian, dan lain-lain.”

Islam sebagai agama yang universal meliputi semua aspek kehidupan manusia mempunyai sistem nilai yang mengatur hal-hal yang baik, yang dinamakan dengan akhlak Islami. Sebagai tolok ukur yang pasti dalam berbuat antara yang baik dan buruk adalah dengan merujuk pada ketentuan Allah SWT dan Rasul-Nya yang sangat mulia akhlaknya.

(73)

Banyaknya masalah yang dihadapi oleh pengasuh dalam membina karakter anak asuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang, seharusnya dapat dijadikan bahan pelajaran bagi pengurus, orang tua atau wali yang sekiranya berkecimpung di dalamnya. Itulah yang dihadapi pengasuh LKSA Muhammadiyah Tuntang dalam membentuk karakter anak asuh. Dalam menghadapi problem atau hambatan yang disebabkan oleh pribadi anak asuh, pengasuh mempunyai cara yaitu dengan terlebih dahulu mengingatkan, kemudian jika masih melanggar maka akan diberi hukuman. Jika masih melanggar pengasuh berusaha untuk mendekati dan berbicara dari hati ke hati, memberikan perhatian dengan memberi masukan dan motivasi. Jalan terakhir jika anak masih melanggar lagi maka akan dilakukan musyawarah kepada pengurus, menunggu keputusan dari pengurus apakan anak tetap bertahan atau dikeluarkan.

C. Analisis Data

(74)

1. Pola Kepemimpinan Pengasuh di LKSA Muhammadiyah Tuntang Meskipun beliau Bapak Taufik bukan sosok yang kharismatik tetapi beliau di mata anak asuh menunjukkan bahwasannya beliau mempunyai sifat tauladan yang baik. Sifat tauladan beliau inilah yang menjadikan kiblat dan tauladan dalam bentuk perilaku keseharian yang dicontoh oleh anak asuh.

Dalam sebuah lembaga pasti ada satu pemimpin yang bertugas memimpin lembaga tersebut demi mewujudkan tujuan dari sebuah lembaga itu. Begitu pula di LKSA Muhammadiyah Tuntang, yaitu lembaga yang bergerak di bidang sosial masyarakat tentu memiliki peran yang sangat penting. Maka diperlukan seorang pemimpin atau kepala lembaga yang sekiranya mampu untuk mengelola LKSA Muhammadiyah Tuntang ini dengan sesuai tujuan dari LKSA tersebut.

Dari kepemimpinan Bapak Muhammad Taufik di LKSA Muhammadiyah Tuntang peneliti menemukan gambaran bagaimana pola kepemimpinan beliau. Data diperoleh dari sumber wawancara kepada anak asuh (santri). Dari semua data yang diperoleh dapat diklarifikasikan sebagai berikut:

(75)

yang berkualitas. Pengasuh menekankan anak asuh (santri) untuk selalu berakhlak yang baik dan disiplin dalam berbagai hal.

Selain itu. demokrasi ini juga pengasuh tegakkan dalam perihal kebijakan-kebijakan lembaga. Keterlibatan pengurus dan pihak lain dalam mengurus lembaga dan anak asuh (santri) yang tercantum dalam peraturan lembaga sudah menunjukkan bahwa demokrasi selalu berperan dalam lembaga ini. Karena sebagai lembaga yang berada di bawah naungan organisasi Muhammadiyah sudah menjadi kewajiban bagi para pelaku kelembagaan untuk patuh pada pimpinan dan aturan yang sudah dibuat bersama.

2. Karakter Anak Asuh LKSA Muhammadiyah Tuntang

Karakter adalah kualitas diri yang berkaitan dengan reputasi atau nama baik diri itu sendiri. Karena dengan karakter itulah kita bisa menunjukkan siapa kita, oleh sebab itu membangun karakter merupakan sebuah proses mengukir diri dengan corak yang unik, menarik dan berbeda dengan orang lain. Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti akan menggambarkan kondisi karakter anak asuh (santri) di LKSA Muhammadiyah Tuntang. Berikut hasil olah dari temuan data:

Gambar

Tabel 4.1 Struktur LKSA Muhammadiyah Tuntang Kabupaten Semarang
Tabel 4.2 Sarana Prasarana LKSA Muhammadiyah Tuntang
Tabel 4.3 Daftar Anak Asuh
Tabel 4.5 Jadwal Piket Harian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan pola pembinaan pendidikan agama Islam anak asuh di Panti asuhan Muhammadiyah “Samsah” Singocandi Kudus..