KOMPETENSI PROFESIONAL GURU
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
( Studi Kasus Di SMP Negeri 2 Suruh Kabupaten Semarang
Tahun 2018 )
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
IKHWANUL MUKMININ 111 11 123
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
MOTTO
“ ING NGARSO SUNG TULODO,ING MADYA MANGUN KARSO ”
‘
Pemimpin hendaklah memberi contoh yang baik dan bisa mendorong
membangkitkan untuk
berinisiatif dan bertindak ’
PERSEMBAHAN
Skripsi yang sederhana ini penulis persembahkan kepada:
1.
Ayahku Mukimin dan Ibuku Ngatinem yang memberikan
segalanya, juga semua keluarga yang terus memberi support
kepadaku, tanpa jerih payah dan kasih sayang dari mereka semua
tak akan pernah mampu kuberada dalam keadaan yang sebaik ini.
2.
Seluruh dosen IAIN Salatiga, Dekan dan wakil Dekan IAIN
Salatiga Bapak Suwardi, M.Pd. Bp Mufiq, S.Ag,.M.Phil.
Khususnya Ketua Jurusan Ibu Siti Rukhayati juga dosen
pembimbing skripsi Bapak Imam Mas Arum, M.Pd. yang telah
memberikan pengarahannya hingga titik akhir pembuatan skripsi
ini.
3.
Seluruh teman-teman wisudawan/ti terima kasih telah memberikan
support dan dukungan dalam kehidupanku.
KATA PENGANTAR
ميحرلا نحمرلا للها مسب
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam wujud yang sederhana dan jauh dari sempurna. Sholawat dan salam Allah Swt, semoga senantiasa terlimpahkan kepada Sang Penyempurna akhlak manusia dan yang selalu kuucap namamu sebagai bentuk kerinduan yang tak ada hentinya.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga
4. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan secara ikhlas dan sabar meluangakan waktu serta mencurahkan pikiran dan tenaganya untuk memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.
ABSTRAK
Mukminin Ikhwanul. 2018. Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam Studi Kasus Di SMP Negeri 2 Suruh Kabupaten Semarang Tahun 2018.
Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing : Imam Mas Arum, M.Pd.
Kata Kunci: Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam.
Pokok permasalahan dalam dalam skripsi ini adalah: 1) Bagaimanakah kompetensi profesional Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Suruh Kabupaten Semarang Tahun 2018? 2) Bagaimana upaya dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Suruh Kabupaten Semarang Tahun 2018? 3) Faktor-faktor apa yang menghambat dalam kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Suruh Kabupaten Semarang Tahun 2018?
Mengingat kajiannya merupakan penelitian kualitatif maka peneliti akan
Mengobservasi dan Menginterview di smp negeri 2 suruh kabupaten semarang. Data
yang terkumpul dari hasil wawancara akan dipelajari dan dideskripsikan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN BERLOGO ... ii
HALAMAN DEKLARASI ... iii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
1. Manfaat Teoritis………. ... 8
2. Manfaat Praktis ……….. ... 8
E. Penegasan Istilah ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kompetensi Profesional Guru PAI ... 15
B. Kajian Pustaka ... 53
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 55
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 56
C. Sumber Data……….. 56
D. Prosedur Pengumpulan Data………. 57
E. Analisis Data………... 59
F. Pengecekan Keabsahan……….. 59
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA A. Paparan Data ... 61
B. Analisis Data ... 69
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 81
B. Saran ... 83
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Pedoman Wawancara Lampiran 3 Berita Wawancara
Lampiran 4 Lembar Konsultasi Skripsi Lampiran 5 Lembar SKK
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak - anak untuk memimpin jasmani dan rohani kearah kedewasaan. Pada hakikatnya, yang disebut dengan pendidikan adalah pengaruh bimbingan arahan dari orang dewasa kepada anak yang belum dewasa agar menjadi dewasa, mandiri dan memiliki kepribadian yang utuh dan matang (Zainal Aqib, Elham Rohmanto, 2007 : 14).
Dapat dikatakan pula pendidikan adalah sebuah proses transfer nilai-nilai dari orang dewasa (guru atau orang tua) kepada anak-anak agar menjadi dewasa dalam segala hal. Selain itu pendidikan merupakan masalah yang penting bagi setiap bangsa yang sedang membangun.
Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tercantum bahwa: “Pendidikan Nasional berfungsi mengadakan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, swhat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
Upaya perbaikan dibidang pendidikan merupakan suatu keharusan untuk selalu dilaksanakan agar suatu bangsa dapat maju dan berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Agar guru tidak ketinggalan jaman, maka guru harus selalu mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya secara kontinyu. Jalan yang dapat ditempuh untuk meningkatkan profesi guru adalah diri guru itu sendiri dan dari pihak lain yang bertanggung jawab atas pengembangan guru (Hendyat Soetopo, 2005: 207).
Beberapa upaya dilaksanakan antara lain penyempurnaan kurikulum, peningkatan kompetensi guru, perbaikan sarana-sarana pendidikan, dan lain-lain. Pengembangan profesionalisasi guru dilakukan berdasarkan kebutuhan institusi, kelompok guru, maupun individu guru sendiri (Udin Syaefudin
Sa‟ud, 2009:98). Hal ini dilaksanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan
bangsa dan terciptanya masyarakat Indonesia yang lebih baik. Allah SWT dalam firman-Nya Qur‟an surat Al Mujadilah ayat 11 yaitu :
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Al Mujadilah:11)
Tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air (Zainal Aqib, 2002: 14). Untuk mencapai tujuan yang diinginkan tersebut, maka dalam lembaga pendidikan formal yaitu sekolah, keberhasilan pendidikan ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, yakni keterpaduan antara kegiatan guru, sarana prasarana dan dengan kegiatan siswa. Bagaimana siswa belajar banyak ditentukan oleh bagaimana guru mengajar. Salah satu usaha untuk mengoptimalkan pembelajaran adalah dengan memperbaiki pengajaran yang banyak dipengaruhi oleh guru, karena pengajaran adalah suatu sistem, maka perbaikannya pun harus mencakup keseluruhan komponen dalam sistem pengajaran tersebut. Kompetensi merupakan kemampuan menguasai suatu tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan (Wiji Suwarno, 2006: 82). Menurut Undang - Undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi (http://rasto.wordpress.com/2008/01/31/kompetensi guru/).
perencanaan kegiatan belajar mengajar, melaksanakan kegiatan yang direncanakan dan melakukan penilaian terhadap hasil dari proses belajar mengajar. Kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran merupakan faktor utama dalam mencapai tujuan pengajaran. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar ini sesuatu yang erat kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab guru sebagai pengajar yang mendidik.
Penyair Syauki, sebagaimana dikutip Al-Abrasyi, berkata : “Berdiri dan hormatilah guru dan berilah penghargaan, seorang guru itu hampir saja
merupakan seorang rasul” (Marno dan Idris, 2008: 17). Guru sebagai pendidik
mengandung arti yang sangat luas, tidak sebatas memberikan bahan-bahan pengajaran tetapi menjangkau etika dan estetika perilaku dalam menghadapi tantangan kehidupan di masyarakat. Pada pasal 40 ayat 2 UU Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan : “pendidikan dan tenaga kependidikan berkewajiban: menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang di berikan
kepadanya” (Usman Abu Bakar, Surohim, 2005:105).
dan kegiatan pengajaran. Kemampuan yang harus dimiliki oleh guru yang kemudian menjadi suatu kegiatan rutin yaitu membuat tes, melakukan pengukuran, dan mengevaluasi dari kemampuan siswa-siswanya sehingga mampu menetapkan kebijakan pembelajaran selanjutnya. Evaluasi pembelajaran merupakan suatu usaha untuk memperbaiki mutu proses belajar mengajar. Informasi-informasi yang diperoleh dari pelaksanaan evaluasi pembelajaran pada gilirannya digunakan untuk memperbaiki kualitas proses belajar mengajar.
Seringkali dalam proses belajar mengajar, aspek evaluasi pembelajaran ini di abaikan. Dimana guru terlalu memperhatikan saat yang bersangkutan member pelajaran saja. Namun, pada saat guru membuat soal ujian atau tes (formatif), soal tes disusun seadanya atau seingatnya saja tanpa harus memenuhi penyusunan soal yang baik dan benar. Ditangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara akademis, skill (keahlian), kematangan emosional, dan moral serta spiritual (Kunandar, 2007: 40).
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional yaitu :
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Usman Abu Bakar, Surohim, 2005: 2).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa terdorong untuk mengkaji dan meneliti lebih lanjut mengenai kompetensi guru khususnya guru Pendidikan Agama Islam dalam melaksanakan tugas-tugasnya dalam bentuk skripsi yang berjudul : “Peningkatan Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam Di SMP Negeri 2 Suruh Kabupaten Semarang Tahun 2018.
B. Fokus Penelitian
Maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Suruh Kabupaten Semarang Tahun 2018?
2. Bagaimana upaya dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Suruh Kabupaten Semarang Tahun 2018?
3. Faktor-faktor apa yang menghambat dalam peningkatan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Suruh Kabupaten Semarang Tahun 2018?
C. Tujuan Pelelitian
1. Untuk mengetahui Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Suruh Kabupaten Semarang Tahun 2018.
2. Untuk mengetahui Peningkatan Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Suruh Kabupaten Semarang Tahun 2018.
3. Untuk mengetahui apa faktor-faktor yang menghambat dalam Peningkatan Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Suruh Kabupaten Semarang Tahun 2018.
D. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran yang cukup signifikan sebagai masukan pengetahuan atau literature ilmiah yang dapat dijadikan bahan kajian bagi para insan akademik yang sedang mempelajari ilmu pendidikan sekolah menengah pertama. Khususnya para pengajar pendidikan agama islam mengenai peningkatan kompetensi profesional guru.
b. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Berguna bagi dunia pendidikan pada umumnya, dapat
2. Sebagai masukan serta pemahaman bagi guru agama betapa pentingnya kompetensi guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran, sehingga didapatkan hasil belajar yang optimal. 3. Sebagai motivasi bagi penulis agar dapat mengimplementasikan
dan mengembangkan kompetensi pada diri sendiri pada khususnya serta bagi guru Pendidikan Agama Islam pada umumnya.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari penafsiran yang menyimpang dari permasalahan yang sebenarnya, maka perlu kiranya ada penegasan istilah sebagai berikut: 1. Kompetensi
“Kompetensi adalah cakap (mengetahui), berwenang, berkuasa
(memutuskan, menentukan) sesuatu” (Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi Kedua, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka: 516), ialah kecakapan pribadi guru PAI. Kompetensi dalam arti lain yaitu kemampuan yang berupa pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang diwujudkan dalam tingkah laku sehingga menjadi kebiasaan.
2. Profesional
kata benda yang berarti orang yang memmpunyai keahlian seperti; guru, dokter, hakim, dan lain sebagainya. Hemat kata, bahwa yang dimaksud pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang secara khusus dipersiapkan untuk bidang tertentu.
3. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil (Hamzah B. Uno, 2007: 18). Kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh seorang guru diantaranya:
a. Menguasai landasan kependidikan b. Menguasai bahan pengajaran c. Menyusun program pengajaran d. Melaksanakan program pengajaran
e. Menilai hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan
Sedangkan untuk indikator-indikator kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh seorang guru menurut Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 diantaranya sebagai berikut:
Agama Islam 1 Menguasai materi, struktur,
konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang
Kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu
a. Memahami standar kompetensi mata pelajaran yang diampu
b. Memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu
c. Memahami tujuan pelajaran yang diampu
3 Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif
a. Memilih materi
b. Mengolah materi pelajaran yang diampu secara kreatif
sesuai dengan
perkembangan peserta didik 4 Mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan refleksi
a. Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus
b. Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan
c. Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesinalan d. Mengikuti kemajuan zaman
dengan belajar dari berbagai sumber
menguasai materi pelajaran) tetapi juga kemampuan menyalurkan materi pelajaran tersebut kepada peserta didiknya (kemampuan mengajar).
4. Guru
Guru adalah figur manusia sumber yang menempati dan memegang peranan penting dalam pendidikan, serta teladan bagi murid-muridnya, harus memiliki sikap dan kepribadian utuh yang dapat dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh segi kehidupannya.
“Guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya,
profesinya mengajar)” (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka: 330). 5. Guru Pendidikan Agama Islam
“Guru Pendidikan Agama Islam adalah proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, agama: prinsip kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajibannya yang
bertalian dengan kepercayaan itu, yaitu Islam” (Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Kedua, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka: 232), ialah proses untuk mendewasakan keyakinan seseorang kepada Tuhan dengan ajaran yang diajarkan Islam.
menjalankan komitmennya dalam memenuhi tugas-tugasnya sebagai seorang guru khususnya pendidikan agama islam.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian pendahuluan, bagian isi, dan bagian akhir.
1. Bagian Pendahuluan, Bagian pendahuluan skripsi ini berisi halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, dan daftar lampiran. 2. Bagian Isi Skripsi
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah, focus penelitia, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II KAJIAN PUSTAKA Berisi tentang Landasan Teori dan Kajian Pustaka.
BAB III METODE PENELITIAN Berisi jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, dan pengecekan keabsahan data.
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA Berisi tentang paparan data, dan analisis data.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Kompetensi Profesional Guru PAI
1. Kompetensi Guru
Undang - Undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Menurut Abdul Syukur, (2014: 41-45). pembinaan dan pengembangan karir guru, termasuk juga tenaga kependidikan pada umumnya, dilaksanakan melalui berbagai strategi dalam bentuk pendidikan dan pelatihan (diklat) maupun bukan diklat, antara lain:
a) Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
1. In-house training (IHT), adalah pelatihan yang dilaksanakan
secara internal dikelompok kerja guru, sekolah atau tempat lain yang ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan.
2. Program magang, adalah pelatihan yang dilaksanakan di dunia kerja atau industri yang relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional guru.
4. Belajar jarak jauh, dapat dilaksanakan tanpa menghadirkan instruktur dan peserta pelatihan dalam satu tempat tertentu, melainkan pelatihan melalui internet dan sejenisnya.
5. Pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus, pelatihan ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pelatihan yang diberi wewenang, dimana program disusun secara berjenjang mulai dari jenjang dasar, menengah, lanjut, dan tinggi.
6. Kursus singkat di perguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainya.
7. Pembinaan internal oleh sekolah, pendidikan ini dilaksanakan oleh kepala sekolah dan guru-guru.
8. Pendidikan lanjut, pembinaan profesi guru melalui pendidikan lanju juga merupakan alternatif bagi peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru.
b) Kegiatan Pendidikan selain Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) 1. Diskusi masalah-masalah pendidikan. Diskusi ini diselenggarakan
secara berkala dengan topik diskusi sesuai dengan masalah yang dialami sekolah.
3. Workshop. Dilakukan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi pembelajaran, peningkatan kompetensi maupun pengembangan karirnya.
4. Penelitian. Penelitian dapat dilakukan guru dalam bentuk penelitian tindakan kelas, penelitian eksperimen ataupun jenis yang lain dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran.
5. Penulisan buku/bahan ajar. Bahan ajar yang ditulis guru dapat berbentuk dikdat, buku pelajaran ataupun buku dalam bidang pendidikan.
6. Pembuatan media pembelajaran. Media ini yang melakukan guru dapat berbentuk alat peraga, alat praktikum sederhana, maupun bahan ajar elektronik atau animasi pembelajaran.
7. Pembuatan karya tekhnologi/karya seni. Karya tekhnologi/seni yang dibuat guru berupa karya yang bermanfaat untuk masyarakat atau kegiatan pendidikan serta karya seni yang memiliki nilai estestika yang diakui oleh masyarakat.
Menurut Hendyat Soetopo, (2005: 215-217), untuk dapat mengembangkan profesi guru, ada dua jalan yang dapat ditempuh, yaitu melalui peningkatan diri guru itu sendiri dan melalui peningkatan secara melembaga.
Ada beberapa cara dan usaha yang dapat dilakukan oleh guru dalam meningkatkan profesinya, antara lain: berusaha memahami tujuan pendidikan dan pengajaran secara jelas dan konkrit, berusaha memahami dan memilih bahan pengajaran sesuai dengan tujuan, berusaha memahami problem minat, dan kebutuhan dalam proses belajar subyek didik, mengorganisasi bahan dan pengalaman belajar dan mendaya gunakan sumber belajar yang ada, berusaha memahami menyeleksi dan menerapkan metode pembelajaran, berusaha memahami dan kesanggupan membuat dan mandayagunakan berbagai alat pelajaran, berusaha membimbing dan mendorong kemajuan pertumbuhan dan perkembangan belajar subyek didik, mampu menilai program dan hasil pembelajaran yang telah dicapai, mengadakan penilaian diri sendiri (self evaluation) untuk melihat kekurangan dan keberhasilan pelaksanaan tugasnya, professional
reading (berusaha membaca bahan-bahan yang relevan dengan
(berusaha melakukan percobaan-percobaan atas inovasi yang ditemukan atau strategi pembelajaran baru).
b) Peningkatan Kelembagaan
Dalam hal ini pimpinan dimana guru itu bekerja harus berusaha mengembangkan guru agar dapat bekerja secara profesional, antara lain sebagai berikut: Assignment of teachers
(penugasan guru-guru dalam bidang tugasnya dan dalam mengikuti pertemuan-pertemuan pertumbuhan jabatan),
professional organization (kegiatan dan pertemuan dalam
organisasi professional), intervisitation (saling kunjung antar guru dalam proses pembelajaran), committee participation (pelibatan dalam kepanitiaan-kepanitiaan), demonstration teaching (mengajar yang di demonstrasikan), field trip for staff personnel
(kunjungan kelembaga /instansi atau tempat yang dapat dijadikan medan studi banding bagi para guru dan pimpinan), curriculum
laboratory (laboratorium yang dirancang untuk peningkatan
workshop (lokakarya yang diselenggarakan dengan maksud men ingkatkan profesi guru), panel discussion (guru-guru mengikuti diskusi panel diberbagai kesempatan), symposium (guru-guru mengikuti symposium diberbagai kesempatan), penerbitan buletin atau majalah atau surat kabar, penyelenggaraan kursus-kursus, penyelenggaraan penataran-penataran, konseling yang diberikan kepada guru baik secara individual maupun secara kelompok, pertemuan umpan balik bergelombang berdasarkan pada masalah dan tema yang telah diberikan sebelumnya, Peningkatan program testing dan pola-pola baru secara bersama, penyelenggaraan penelitianpenelitian yang didikuti oleh para guru.
Pengertian lain menyebutkan bahwa Peningkatan sikap profesional ini dapat dilakukan, baik selagi dalam pendidikan prajabatan maupun setelah bertugas (dalam jabatan).
a) Peningkatan sikap selama pendidikan prajabatan
Peningkatan sikap profesional tidak berhenti apabila calon guru selesei mendapatkan pendidikan prajabatan. Seperti yang telah disebutkan, peningkatan ini dapat dilakukan dengan cara formal melalui kegiatan mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya, ataupun secara informal melalui media masa televisi, radio, koran, dan majalah maupun publikasi lainnya. Kegiatan ini selain dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, sekaligus dapat juga meningkatkan sikap profesional keguruan. (Soetjipto dan Raflis Kosasi, 2007: 54-55)
Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu, baik mutu profesional, maupun mutu layanan, guru harus pula meningkatkan sikap profesional secara terus menerus dan berkesinambungan. Keharusan meningkatkan dan mengembangkan mutu ini merupakan butir yang keenam dalam Kode Etik Guru Indonesia
yang berbunyi: “Guru secara pribadi dan bersama-sama,
mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat
profesinya” (Soetjipto dan Raflis Kosasi, 2007: 53)
selanjutnya untuk peningkatan mutu pendidikan kita (Djohar, 2006: 57).
Bagi sebuah profesi, kompetensi merupakan sebuah tuntutan. Demikian pula halnya dengan profesi keguruan. Guru sebagai salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pendidikan harus memiliki berbagai kompetensi yang di butuhkan untuk mendukung keberhasilan dalam menjalankan tugas kependidikannya. Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Mulyasa, 2006: 37-38).
Kompetensi tersebut selalu harus dikembangkan dan diolah sehingga semakin tinggi diharapkan guru dapat melaksanakan tugas panggilannya lebih baik dan bertanggung jawab (Moh Uzer Usman, 1997:35).
Menurut Mulyasa, (2008: 21) Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dikemukakan bahwa: profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan berdasarkan prinsip sebagai berikut:
b) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia;
c) Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas;
d) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; e) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan f) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi
kerja;
g) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
h) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan
i) Meiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Istilah kompetensi guru mempunyai banyak makna, Broke and Stone (1995) mengemukakan bahwa kompetensi guru sebagai ...
descriptive of qualitative nature of teacher behavior appears to be
entirely meaningful. Kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif
(kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan). Sedangkan dalam UU Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa: “kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dikhayati, dan dikuasai oleh guruatau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.” ( Mulyasa, 2008: 25)
Pengembangan kompetensi guru merupakan orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan ditempat tertentu, tidak mesti di lembaga formal, tetapi bisa juga dimasjid, surau, mushola, rumah, dan sebagainya (Syaiful, 2000: 31). Maka guru dijaman sekarang sudah mendapat arti yang luas lagi dalam masyarakat (Abdul Syukur, 2014: 28-29). Berdasarkan tanggung jawab yang diembannya, pengertian guru dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu :
a) Guru kelas
Jika guru hanya memiliki tugas untuk mengajarkan satu mata pelajaran saja.
c) Guru bimbingan dan konseling
Yakni guru yang diberi tugas untuk memberikan bimbingan bagi peserta didik, baik dalam menghadapi kesulitan belajar maupun untuk memilih karir di masa depan yang sesuai dengan bakat minatnya.
d) Guru pustakawan
Yakni guru yang selain memiliki tugas utamanya, ia diberi tugas tambahan lain untuk mengurus perpustakaan sekolah
e) Guru ekstrakulikuler.
Yakni guru yang diberi tugas tambahan lain sebagai pembimbing kegiatan ekstrakulikuler, seperti pembinaan pramuka, pembinaan olah raga, pembinaan kelompok ilmiah remaja (KIR), seni musik, dan lain sebagainya.
Kompetensi guru di Indonesia telah pula dikembangkan oleh Proyek Pembinaan Pendidikan Guru (P3G) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. kompetensi guru menurut P3G yakni:
a) Menguasai bahan,
d) Menggunakan media/sumber belajar, e) Menguasai landasan kependidikan, f) Mengelola interaksi belajar-mengajar, g) Menilai prestasi belajar,
h) Mengenal fungsi dan layanan bimbingan penyuluhan, i) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah,
j) Memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran.
Dapat disimpulkan bahwa sepuluh kompetensi tersebut diatas hanya mencakup dua bidang kompetensi guru, yakni kompetensi kognitif dan kompetensi perilaku (Nana Sudjana, 2005:19).
sehingga kompetensi menjadi tuntutan dasar bagi seorang guru. Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru berdasarkan Undang – undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab
IV Pasal 10 ayat 91, yang menyatakan bahwa “Kompetensi guru
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi” (Udin Syaefudin Sa‟ud, 2009:49).
Dalam penjelasan lainpun disebut dalam pasal 28 (ayat 3) bahwa guru sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:
a) Kompetensi pedagogik; b) Kompetensi Kepribadian; c) Kompetensi Profesional;
d) Kompetensi Sosial. (Martinis Yamin, 2006:79).
Berikut penjelasan yang lebih luas tentang beberapa macam kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah:
a) Kompetensi Pedagogik
Menurut Drs. Najib Sulhan, 2011: hal, 120-121. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, dalam kompetensi ini guru harus menguasai karakteristik siswa dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,emosional, intelektual dan menguasai teori belajar, mengembangkan kurikulum, memfasilitasi pengembangan potensi, memanfaatkan TIK, menyelenggarakan evaluasi, juga melakukan tindakan reflektif untuk kepentingan mutu pembelajaran.
Kemampuan pedagogik adalah kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik. Meliputi :
1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, 2) Pemahaman terhadap peserta didik,
3) Pengembangan silabus/kurikulum, 4) Perancangan pembelajaran,
5) Pelaksanaa pembelajaran yang mendidik dan dialogis, 6) Pemanfaatan tekhnologi pembelajaran,
7) Evaluasi hasil belajar, dan
8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki (Abdul Syukur, 2014: 10).
aspek-aspek pedagogik yang dapat diamati adalah sebagai beriku:
1) Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual. 2) Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik.
3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu.
4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
5) Memanfaatkan tekhnologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggara kegiatan pengembangan yang mendidik.
6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
8) Melakukan penilaian dan evaluasi dan hasil belajar.
9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil pembelajaran, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Lebih lanjut dalan RPP tentang guru di kemukakan bahwa: Kompetensi Pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan 2) Pemahaman terhadap peserta didik
3) Pengembangan kurikulum atau silabus 4) Perancangan pembelajaran
5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis 6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran
7) Evaluasi hasil belajar
8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya ( Mulyasa, 2008: 75 ).
Memiliki kepribadian yang mantap, stabil, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan budaya bangsa, menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga, percaya diri,dan menjunjung tinggi kode etik profesi guru ( Sulhan, 2011: 121)
Kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi para peserta didik. Kompetensi kepribadian ini memiliki peran penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia(SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa pada umumnya (Mulyasa, 2008: 117).
Berdasrkan Permen Diknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standart Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, maka aspek-aspek kepribadian yang dapat diamati adalah:
1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan sosial Indonesia.
2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyaarakat. 3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa.
4) Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.
5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru (Abdul Syukur, 2014: 12).
c) Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang meliputi kompetensi untuk berkomunikasi lisan, tulisan atau isyarat secara santun, menggunakan tekhnologi komunikasi dan informasi secara funsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik, pendidik, wali peserta didik, dan memnerapkan prinsip-prinsip persaudaraan sejati dalam semangat kebersamaan (Abdul Syukur, 2014: 12).
Berdasrkan Permen Diknas No. 16 Tahun 2007 tentang Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, maka aspek-aspek kepribadian yang dapat diamati adalah:
1) Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
3) Beradabtasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial dan budaya. 4) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi
Dalam standart nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d di kemukakan bahwa yang di maksut dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Hal tersebut di uraikan lebih lanjut dalam RPP tentang guru, bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk:
1) Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat
2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional
3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik.
d) Kompetensi Profesional
Dalam kompetensi profesional ini seorang pendidik harus mampu menguasai materi, struktur, konsep, pola pikir, standart kompetensi, mengembangkan materi pembelajaran, mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dan memanfaatkan TIK ( Sulhan, 2011: 122).
Beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi adalah:
1) Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang kognitif. Misalnya seorang pengajar mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya;
2) Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki individu. Misal seorang pengajar yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien;
dan membuat alat peraga sederhana agar bisa memberi kemudahan belajar kepada peserta didik;
4) Nilai (value), adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya standar perilaku pengajar dalam pembelajaran (kejujuran, demokrasi, keterbukaan, dan lain– lain);
5) Sikap (attitude), yaitu perasaan (senang-tidak senang) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap upah/gaji, dan lain–lain;
6) Minat (interest), yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan. Misalnya minat untuk mempelajari atau melakukan sesuatu (Wiji Suwarno, 2006: 84).
Disamping itu kompetensi juga mensyaratkan tentang berbagai kemampuan dan penampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru:
keluasan dan kedalaman ilmu pngetahuan, terutama bidang ilmu yang diteladaninya;
2) Berkelakuan baik. Mengingat tugas guru antara lain untuk mengembangkan akhlak yang mulia, maka harus memberikan contoh untuk berakhlak mulia terebih dahulu; 3) Sehat jasmani. Kesehatan psikis jauh lebih penting untuk
dimiliki oleh guru, tetapi kesehatan jasmanipun juga, karena sangat membantu kelancaran guru dalam mengabdikan diri untuk mengajar, mendidik dan memberikan bimbingan kepada para muridnya;(Anwar Qomari, 2002: 119-121). Kompetensi profesional meliputi penguasaan seorang guru tentang materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendasari mata pelajaran yang diampu adalah sebagai berikut: 1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan
yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
2) Menguasai standart kompetensi dan kompetensi dasar pelajaran yang diampu.
3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif (Abdul Syukur, 2014: 13-14).
1) Bimbingan dan tugas 2) Pendidikan dan pelatihan 3) Kursus-kursus
4) Study lanjut 5) Promosi
6) Latihan jabatan 7) Rotasi jabatan 8) Penataran 9) Konferensi 10) Lokakarya 11) Seminar dan
12) Pembinaan profesi guru (Abdul Syukur, 2014: 30).
masyarakat dan teknologi yang sekarang ada. Kompetensi dalam pembelajaran atau pendidikan yaitu sangat jelas bahwa guru perlu mengenal anak didik yang mau dibantunya, guru perlu juga menguasai beberapa teori tentang pendidikan terlebih pendidikan di jaman modern ini dan guru juga diharapkan mengerti bermacam-macam model pembelajaran (Moh Uzer Usman, 1997:35-40).
Dari beberapa sumber yang membahas tentang kompetensi guru, secara umum dapat diidentifikasi dan disarikan tentang ruang lingkup kompetensi profesional guru sebagai berikut. 1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik
filossofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya.
2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik.
3) Mampu menangani dan mengembangkan bidang study yang bertanggung jawab.
4) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi.
5) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media, sumber belajar yang relevan.
7) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik. 8) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik (Mulyasa,
2008: 135-136). 2. Kompetensi Profesional Guru
Menurut Moh. Uzer Usman, Kata profesional berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Adapun guru profesional dapat diartikan sebagai “orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan
maksimal”.
Selanjutnya kata profesionalisme dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia ialah “mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri
suatu profesi atau orang yang profesional.” Sedangkan menurut Muhibbin
Syah, profesionalisme adalah “kualitas dan tindak tanduk khusus yang
merupakan ciri orang profesional.”
melaksanakan dan mengevaluasi pengelolaan pengajaran dan pendidikan (Abdul Syukur, 2011: 26).
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (permendiknas) Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru dijelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Abdul Syukur, 2011: 2).
Guru adalah figur manusia sumber yang menempati dan memegang peranan penting dalam pendidikan, serta teladan bagi murid-muridnya, harus memiliki sikap dan kepribadian utuh yang dapat dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh segi kehidupannya.
Guru yang profesional adalah guru yang siap untuk memberikan bimbingan nurani dan akhlak yang tinggi kepada muridnya. Karena pendidikan dan bimbingan yang diberikan bersumber dari ketulusan hati, maka guru benar-benar siap sebagai spiritual father bagi muridnya (Qomari Anwar, 2002:118).
Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui Peningkatan kepribadian dan nilai – nilai yang
diinginkan (Udin Syaefudin Sa‟ud, 2009:32).
kemampuan sesuai dengan bidang kemampuanya. Sedangkan guru yang memiliki komitmen artinya guru yang mempunyai kemauan untuk menjalankan tugas-tugasnya sebagai guru. Dalam pandangan Al-Quran guru profesional adalah guru yang Al_qowiyyun dan Amin. Al-Qowiyyun artinya kompetensi. Sedangkan guru yang Al-Amin artinya guru yang dapat dioercaya, yang mempunyai komitmen terhadap profesinya (Sulhan, 2011: 56-57).
Dari uraian tersebut dijelaskan bahwa peranan guru sulit digantikan oleh orang lain, karena peranan guru dalam masyarakat Indonesia tetap dominan meskipun teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam proses kegiatan belajar mengajar (pembelajaran) berkembang sangat cepat.
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang telah demikian pesat, guru tidak lagi hanya bertindak sebagai penyaji informasi, tetapi juga harus mampu bertindak sebagai fasilitator, motifator, dan pembimbing yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri informasi (Hamzah B. Uno, 2008: 16-17).
tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Hadari Nawawi, 1985:126). Begitu juga konsep dari Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan, yaitu: Ing ngarso sung tulodo Yang artinya jika pendidik
sedang berada di “depan” maka hendaklah memberikan contoh teladan
yang baik terhadap anak didiknya. Ing madyo mangun karso Artinya jika
pendidik sedang berada di “tengah–tengah” anak didiknya, hendaklah ia
dapat mendorong kemauan atau kehendak mereka, membangkitkan hasrat mereka untuk berinisiatif dan bertindak Tut Wuri Handayani.
Berarti si pendidik diharapkan dapat melihat, menemukan dan memahami bakat atau potensi–potensi apa yang timbul dan terlihat pada anak didik, untuk selanjutnya dapat dikembangkan dengan memberikan motivasi atau dorongan kearah pertumbuhan yang sewajarnya dari potensi–potensi tersebut (Ngalim Purwanto, 2007: 62).
Berikut peran, tugas pokok guru adalah: a. Guru sebagai pengajar
b. Guru sebagai pengajar dan juga sebagai pendidik
c. Guru sebagai pengajar, pendidik, dan juga agen pembaharuan dan pembangunan masyarakat
d. Guru yang berkewenangan berganda sebagai pendidik professional dengan bidang keahlian lain selain kependidikan (Udin Syaefudin
Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi pada dasarnya ialah tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga dan meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya (Nana Sudjana, 2005:16). Hasil belajar siswa dapat dicapai dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan (kualitas pengajaran). Adanya pengaruh kualitas pengajaran, khususnya kompetensi guru terhadap hasil belajar siswa, telah ditunjukkan oleh hasil penelitian. Salah satu diantaranya penelitian di bidang Pendidikan Kependudukan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa 76,6% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kompetensi guru, dengan rincian; kemampuan guru mengajar memberikan sumbangan 32,43%, penguasaan materi pelajaran memberikan sumbangan 32,58%, dan sikap guru terhadap mata pelajaran memberikan sumbangan 8,60% (Nana Sudjana, hal: 42).
Relevansinya pemimpin (guru) dalam pandangan Islam adalah harus memiliki empat prinsip yang disebut STAF, yakni: sidiq (benar); tabligh
(menyampaikan); amanah (dipercaya); dan fathonah (cerdas) (Usman Abu Bakar, Surohim, 2005:162). Dengan demikian, lembaga pendidikan Islam tersebut memiliki citra di mata masyarakat sebagai lembaga pendidikan Islam yang menjaga dan menjamin kelulusan.
Makna pendidikan dapat dilihat dalam pengertian secara luas, yakni pendidikan adalah memberikan bimbingan yang diberikan oleh seorang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaanya (Abdul Syukur, 2014: 19).
Menurut Langevelt (1961) bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaa. Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan pendidikan adalah usaha sadar menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbinga, pengajaran dan pelatihan bagi peranya dimasa yang akan datang (Abdul Syukur, 2014: 20).
Pendidikan adalah usaha pendidik memimpin anak didik secara umum untuk mencapai perkembangannya menuju kedewasaan jasmani maupun rohani, dan bimbingan adalah usaha pendidik memimpin anak didik dalam arti khusus misalnya memberikan dorongan atau motivasi dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak didik atau siswa (Sudirman, 1996:139). Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak–anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan (Ngalim Purwanto, 2007:11). Sesuai
dengan pesan Nabi Muhammmad SAW: “Uthlubul „ilma minal mahdi
ilal lahdi”, yang artinya: belajarlah (tuntutlah ilmu) sejak dari ayunan
tersebut sudah jelas bahwa manusia diperintahkan untuk mencari ilmu demi demi membimbing pribadi manusia itu sendiri. Proses pendidikan tidak hanya bertumpu pada usaha menjaga kepentingan jasmani, tetapi untuk membentuk jiwa intelektual dan emosi seseorang supaya sesuai dengan kehendak masyarakat (Sudirman, 1996: 232).
Agar semua kegiatan yang dilaksanakan oleh guru Pendidikan Agama Islam berjalan lancar, menarik (merangsang minat siswa) dan berhasil dengan sebaik baiknya, maka setiap guru dituntut untuk memiliki wawasan yang luas dan kemampuan profesional yang tinggi. Untuk memperoleh dua hal tersebut, setiap guru hendaknya memiliki kemauan yang sungguh-sungguh untuk belajar, baik melalui jalur-jalur pembinaan yang telah diprogramkan oleh pejabat/instansi berwenang maupun jalur pembinaan yang dikembangkan sendiri oleh guru yang bersangkutan dalam wadah KKG/MGMP yang ada (Hadirja Paraba, 1998: 117-118).
mencakup perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT., diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungan (Majid, 2012: 13).
Pendidikan Islam itu yang pertama dan utama adalah memasukkan tauhid itu ke dalam individu, sosial dan generasi, dalam struktur jiwa raga, dalam pelembagaankemasyarakatan dan dalam pola yang berkelanjutan secara generatif. QS. Al-Baqarah ayat 208 : “udkhuluu
fiissilmi kaaffah…. “,“Masukilah Islam itu secara utuh (tidak
sepenggal-penggal)” (M. Nashir Ali, 2005: 74). Pendidikan Islam mengandung
Artinya:
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan 2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Maksudnya: “Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis
baca”. Hal ini dapat dilihat dari ketertinggalan Pendidikan Islam dengan
pendidikan lainnya baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sehinnga terkesan bahwa pendidikan Islam sebagai pendidikan “kelas dua”. Implikasi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 terhadap Pendidikan Islam menuai pro-kontra. Terutama pada pasal yang dianggap krusial,
yaitu pasal 12 ayat 1a, yang menegaskan bahwa: “ setiap peserta didik
pada setiap satuan pendidikan berhak: mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang
seagama” (Usman Abu Bakar, Surohim, 2005:93). Pro-kontra ini wajar
dan keserasian perkembangan rohaniyah dan jasmaniyah. Diantara pengertian-pengertian tentang Pendidikan Islam adalah sebagai berikut: a. Pendidikan Agama Islam dapat diartikan sebagai program yang
terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam serta diikuti tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (Muhammad Alim, 2006: 6).
b. Pendidikan Islam berarti sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya (M. Arifin, 2006 : 7).
Dari beberapa definisi yang dikemukakan para ahli tersebut dapat diketahui bahwa tujuan pendidikan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah Tuhan di muka bumi
dengan sebaikbaiknya, yaitu melaksanakan tugas-tugas memakmurkan dan mengolah bumi sesuai dengan kehendak Tuhan.
c. Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia, sehingga tidak menyalah gunakan fungsi kekhalifahannya.
d. Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa, jasmaninya, sehingga ia memiliki ilmu, akhlak, dan ketrampilan yang semua ini dapat digunakan guna mendukung tugas pengabdian dan kekhlalifahannya. e. Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup
didunia dan akhirat.
Manusia yang dapat memiliki ciri-ciri tersebut diatas secara umum adalah manusia baik. Atas dasar ini dapat dikatakan bahwa para ahli Pendidikan Islam pada hakikatnya sependapat bahwa tujuan umum Pendidikan Islam ialah terbentuknya manusia yang baik, yaitu manusia yang beribadah kepada Allah dalam rangka pelaksanaannya fungsi kekhalifahannya di muka bumi. Dengan demikian pengertian Pendidikan Islam diatas dapat disimpulkan secara inti bahwa Pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang dimaksudkan sebagai usaha mengubah tingkah laku individu melalui proses bimbingan terhadap pertumbuhan dari pribadi manusia dengan cara mengarahkan, mengajarkan, melatih mengasuh dan mengawasi kepada kehidupan yang baik dan yang mengangkat derajat kemanusiaan menurut berlakunya semua ajaran Islam. Sebagaimana diterapkan dalam Bab IX pasal 35 Standar Nasional
standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus
ditingkatkan secara berencana dan berkala”. Strategi Peningkatan system
manajemen Pendidikan Islam ini dalam upaya menata manajemen berbasis sekolah atau madrasah, serta mendukung pelaksanaan otonomi daerah, efisiensi, dan akuntabilitas.
Pola yang diterapkan dalam kompetensi guru pendidikan agama Islam adalah:
a. Peningkatan profesionalitas pengelola yang sidiq, tabligh, amanah, dan fathonah;
b. Peningkatan layanan pendidikan efektif dan efisien, terbuka, adil, dan merata;
c. Peningkatan system informasi manajemen;
d. Peningkatan partisipasi masyarakat melalui pembentukan Dewan atau Komite sekolah/madrasah;
e. Penyediaan dan pendayagunaan alat-alat teknologi;
Dari keterangan-keterangan diatas dapat diambil suatu sintesis bila dikaitkan dengan kompetensi tersebut dapat dipahami bahwa Pendidikan Islam memiliki empat kompetensi yang sama. Kompetensi yaitu:
a. Tujuan yang berkaitan dengan pemahaman karakter siswa (pedagogik);
b. Tujuan yang berkaitan dengan individu; c. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat; d. Tujuan berkaitan dengan profesional. B. Kajian Pustaka
Penelitian terdahulu digunakan sebagai bahan perbandingan dan menghindari duplikasi atau pengulangan penulisan skripsi.Selain itu kajian penelitain terdahulu juga mempunyai andil besar dalam rangka mendapatkan informasi sebelumnya untuk mendapatkan landasan teori ilmiah. Adapun yang akan dijadikan kajian pustaka dalam skripsi ini adalah:
1. Skripsi Arfin Fawzi Hidayatulla dengan judul “Kompetensi Profesional Guru Rumpun Pai Di Mts Negeri Karanganyar Kecamatan Karanganyar
Kabupaten Purbalingga” dari segi kompetensi profesional, guru rumpun
2. Skripsi Indah Dwi Lestari dengan judul “Upaya Sekolah Dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru Pai Di Smp Muhammadiyah
1 Minggir Sleman Yogyakarta” Dari beberapa uraian diatas penulis dapat menyimpulkan Guru PAI di SMP Muhammadiyah 1 Minggir Sleman Yogyakarta belum sepenuhnya menguasai komponen-komponen yang ada dalam kompetesi profesional guru. hal ini didasarkan masih terdapatnya guru yang belum menguasai materi pelajaran dengan baik, masih adanya guru yang tidak memperbaharui RPP, kurang variatifnya guru dalam penggunaan media daan metode pembelajaran. Sedangkan langkah-langkah yang ditempuh kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI dalam pembelajaran, antara lain Meningkatkan pengetahuan guru dan kreatifitas guru
3. Skripsi Ria Maskur dengan judul “Kompetensi Guru Pendidikan Agama
Islam Dalam Proses Belajar Mengajar Di Smp n 3 Srengat Blitar” skripsi
ini menyimpulkan mengenai pengaitan kompetensi guru pendidikan agama Islam dalam proses belajar mengajar di SMPN 3 Srengat Blitar, proses pembelajaran serta faktor pendukung dan fatkor penghambat dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
BAB III
METODE PENELITIAN G. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan ini adalah penelitan kualitatif. Berikut ini adalah penjabaran metode penelitian yang digunakan peneliti:
H. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian a. Lokasi penelitian
Lokasi Penelitian ini di SMP Negeri 2 Suruh Kabupaten Semarang Tahun 2018. Jalan Salatiga-Dadapayam km. 11, Desa Cukilan, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah.
b. Waktu Penelitian
Waktu penelitian mulai tanggal 23 Januari 2018 s/d selesai. C. Sumber Data
Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Berkenaan
dengan wilayah sumber data yang dijadikan sebagai subyek penelitian dalam
menentukan subyeknya, penulis mengambil teknik penelitian porpusif sampling.
Dalam penelitian ini subjek yang dijadikan sebagai sumber informasi adalah
sebagai berikut :
1. Sumber data primer
Data primer adalah data yang bersumber dari informan yang mengetahui secara jelas dan rinci mengenai masalah yang Sedang diselidiki.Seperti dikatakan Moleong, bahwa kata-kata atau ucapan lisan dan perilaku manusia merupakan data utama atau data primer dalam suatu penelitian.Penjelasan dari Abdul Syukur, (2014: 15).
a) Kepala SMP Negeri 2 Suruh, Ibu Umi Mazro’ah, S.Pd. untuk mengetahui
upaya-upaya apa saja yang telah dilakukan dalam meningkatkan
kompetensi guru PAI di sekolahan tersebut.
b) Kepala Tata Usaha SMP Negeri 2 Suruh, Joko Iswono. Untuk
mendapatkan data mengenai sejarah berdiri dan berkembangnya SMP
Negeri 2 Suruh.
c) Guru-guru PAI SMP Negeri 2 Suruh. Bapak Drs.Bahroni M.Pdi dan Ibu
Kiptiyah S.Ag. Untuk mendapatkan informasi mengenai kompetensi
profesional yang dimiliki oleh guru-guru PAI.
2. Sumber data Sekunder
Pemaparan dari Abdul Syukur, (2014: 16). Sumber data sekunder adalah bahan pustaka yang ditulis dipublikasikan oleh seorang penulis yang tidak secara langsung melakukan pengamatan atau berpartisipasi dalam kenyataan yang dideskripsikan.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dokumentasi.
1. Wawancara (interview)
dilakukan secara formal dan intensif sehingga akan mampu memperoleh informasi sebanyak mungkin secara jujur dan detail. Teknik wawancara digunakan untuk menggali data secara mendalam dari kepala sekolah untuk mendapatkan data atau informasi yang berkaitan dengan kompetensi profesional guru khususnya guru PAI, wawancara guru tata usaha untuk mendapatkan data atau informasi tentang sekolahan dan wawancara guru PAI untuk mendapatkan data atau informasi tentang apa saja yang dilakukan guru dalam pelaksanaan kompetensi professional yang dilakukan guru PAI.
2. Observasi
Observasi adalah pengamatan (Kamus Besar Bahasa Indonesia Balai Pustaka, hal: 699). Metode ini digunakan untuk mengetahui dan mengamati secara langsung tentang aktivitas guru PAI yang berkaitan dengan kompetensi profesional guru PAI.
3. Dokumentasi
E. Analisis Data
Analisis Data adalah “mengatur urutan data, mengorganisasikannya
kedalam suatu pola,kategori dan satuan uraian dasar”. Analisis data adalah
rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi, penafsiran dan ferifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial akademis dan ilmiah. Dalam menganalisis data ini peneliti akan memproses setiap catatan lapangan, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan uraian dasar mengenai kompetensi guru dalam proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Suruh guna mengambil suatu kesimpulan berdasarkan pikiran dan intuisi peneliti. Jadi dalam menganalisis data ini harus menelaah seluruh kategori agar jangan sampai ada yang terlupakan (Suyanto, 2012: 6).
Analisi data dalam kajian pustaka (library research) adalah analisis isi
(content analysis) yaitu penelitian yang bersifat pembahasan mendalam
terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. (Abdul Syukur, 2014: 16-17).
F. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam hal ini peneliti membandingkan/mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang peneliti peroleh melalui waktu yang berbeda. Adapun yang peneliti lakukan adalah metode Trianggulasi
BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA A. Paparan data
1. Gambaran Umum SMP Negeri 2 Suruh
a. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 2 Suruh
Pada tahun 1991 berdirilah sekolah yang diberi nama SMP N 2 Suruh yang beralamatkan di jl. Salatiga-Dadapayam km.11,tepatnya di Desa Cukilan, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang. Kepala sekolah yang bernama Bpk Sunarto, beliau dulu juga menjabat sebagai kepala sekolah SMP N 2 Suruh. Sebelum bangunan sekolah berdiri sempurna, kegiatan belajar mengajar siswa SMP juga pernah menempati gedung sekolah SD N Cukilan 1 selama kurang lebih satu tahun lamanya. Selama menempati gedung SD tersebut kegiatan belajar mengajar berlangsung pada sore hari. Setelah satu tahun berlangsung kemudian bangunan sekolah SMP sudah bisa ditempati untuk kegiatan belajar dan kegiatan belajar dimulai pada pagi hari.
berangsur-angsur setiap tahun ajaran baru mengalami peningkatan, dan sampai saat ini tahun ajaran 2016/2017 jumlah seluruh siswa di SMP N 2 Suruh sebanyak 507 siswa. Jumlah guru dan karyawan di SMP N 2 Suruh berjumlah 39 orang.
2. Profil SMP Negeri 2 Suruh a. Identitas Sekolah
Identitas sekolah dapat ditampilkan pada tabel berikut.
Identitas Sekolah
No. Identitas sekolah Keterangan 1.
Nama Sekolah SMP Negeri 2 Suruh
2.
Alamat sekolah dapat ditampilkan pada tabel berikut.
Alamat sekolah
No. Alamat Keterangan
1.
2.
c. Informasi Dokumen dan Perijinan
Informasi dokumen dan perijinan sekolah dapat ditampilkan pada tabel berikut.
No. SK Pendirian 648/000493/1993 . 3
Tgl. SK Pendirian 4 februari 1993 . 4
Luas Tanah 15.475 m2 . 4
Luas Bangunan 1.660,8 m2 . 6
3. Visi dan Misi Sekolah a. Visi Sekolah
Visi dari SMP N 2 Suruh yaitu: “Optimal dalam prestasi,
trampil dalam karya dan budaya dilandasi Imtaq”. Visi tersebut
dijabarkan dalam sejumlah misi sekolah. b. Misi Sekolah
Misi dari SMP N 2 Suruh yaitu:
1) Mewujudkan pembelajaran dan bimbingan yang efektif untuk mengoptimalkan potensi akademik yang dimiliki siswa;
2) Mewujudkan siswa yang dapat mengenalo potensi dirinya agar dapat berkomunikasi dengan baik;
3) Mewujudkan perkembangan seni dan budaya bangsa bagi warga sekolah;
4) Mewujudkan budaya kompetitif bagi siswa dalam upaya peningkatan keterampilan;
5) Mewujudkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut bagi warga sekolah;
6) Mewujudkan sikap dan perilaku yang santun, dan memiliki budi pekerti yang luhur bagi warga sekolah;
4. Data Sarana Prasarana
a. Sarana Pendukung Belajar/Mengajar
Sarana dan prasarana sekolah yang mendukung dalam kegiatan belajar mengajar banyak membantu dan memperlancar jalannya pendidikan serta meningkatkan mutu dan kualitas sekolah.Sarana dan prasarana yang dimaksud dalam konteks ini adalah segala sesuatu yang tersedia sebagai sarana pelengkap dalam aktivitas belajar mengajar di SMP N 2 Suruh. Sarana dan prasarana tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
16. Ruang BK 1 Baik
17. Aula 1 Baik
18. Ruang OSIS 1 Baik
19. Computer 36 Baik
20. Microskop 25 Baik
21. Televisi 5 Baik
22. Almari 15 Baik
23. Meja guru 40 Baik
24. Meja siswa 275 Baik
25. Kursi guru 40 Baik
26. Kursi siswa 570 Baik
5. Data Jumlah Guru dan Siswa a. Data Guru
Guru di SMP N 2 Suruh berjumlah 28 orang, 4 orang pengurus TU, dan 1 0rang penjaga perpustakaan, serta 3 orang penjaga. Data guru dapat ditampilkan pada tabel.
Data Guru dan karyawan
NO. N a m a NIP KET
1. Umi Mazro'ah, S Pd 197410011999032004 Kepala Sekolah 2. Drs. Bahroni, M Pd I 196211101983041003 Guru Tetap 3. Drs. Miftahul Munir 196407071990031010 Guru Tetap 4. M. Salimi, S. Pd 195911041978021001 Guru Tetap 5. Sri Marjoko, S. Pd 196801031991031012 Guru Tetap 6. Agus Setiawan, S Pd 196808311991031007 Guru Tetap 7. Suharto, S. Pd 195812031983021002 Guru Tetap 8. Suparmi, S. Pd 196205161984032007 Guru Tetap 9. Urip Priyosusanto 196209171986111001 Guru Tetap 10. Siti Mutamimah, S. Pd 197008181997022002 Guru Tetap 11. Rofik Anis, S Pd 196907201994121003 Guru Tetap 12. Fitri Umiyati, S. Psi 197112131999032004 Guru Tetap 13. Moh. Suwarsana, S. Pd 196908062002121006 Guru Tetap 14. Miftah Ariyadi DH, S Pd 197310302006041007 Guru Tetap 15. Sukimin, S. Pd 196904112005011010 Guru Tetap 16. Eny Sudarti, S. Pd 197001042005012011 Guru Tetap 17. Windi Hastuti, S. Pd 196409272006042002 Guru Tetap
18. Ant. Hariadi S. S. Pd 197510052006041016